Revisi Laporan Keluarga PKM Manutapen

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 25

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN PENYAKIT

MENDERITA STROKE NON HEMORAGIK


DI PUSKESMAS MANUTAPEN

OLEH
TINGKAT III REGULER A

KISMI APRILYANI NAPA (PO530320119125)

PEMBIMBING KLINIK/CI PEMBIMBING INSTITUSI

Yohana E. Dhana, S. Kep, Ns


Nip. 198303072005012008
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG
JURUSAN KEPERAWATAN
2022

A. Konsep Penyakit Stroke Non Hemoragik


1. Definisi
Stroke non hemoragik merupakan stroke yang disebabkan oleh adanya suatu
gangguan yang terdapat pada peredaran darah otak yang berupa sumbatan sehingga
menyebabkan hipoksia pada otak. Stroke non hemoragik ini disebabkan oleh adanya
sumbatan bekuan yang terdapat di dalam otak atau pembuluh organ selain otak
(Latifa, 2016).
Stroke non hemoragik adalah tanda klinis disfungsi atau kerusakan jaringan otak
yang disebabkan kurangnya aliran darah ke otak sehingga mengganggu kebutuhan
darah dan oksigen di jaringan otak (Nurarif Huda, 2018).
Stroke non hemoragik yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan
aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti Tidak terjadi perdarahan
namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul
edema sekunder (Wijaya & Putri 2016).
2. Klasifikasi
Klasifikasikan stroke non hemoragik merupakan penyumbatan pembuluh darah yang
mengakibatkan aliran darah ke otak sebagian atau seluruhnya terhenti menurut
(Nurarif dan kusuma, 2016).
Stroke iskemik dibagi menjadi 3 bagian :
1) stroke trombotik : merupakan proses terbentuknya trombus yang membuat
penggumpalan.
2) Stroke embolik : merupakan tertutupnya pembuluh darah arteri oleh
gelembung darah.
3) Hipoperfusion sistemik : merupakan berkurangnya aliran darah ke saluran
bagian tubuh karena terdapat gangguan denyut jantung.
3. Etiologi
Trombosis yang menuju pada penurunan atau oklusi pada aliran darah akibat proses
oklusi local pada pembuluh darah. Oklusi aliran darah terjadi karena perubahan
karaktreristik pada pembuluh darah serta pembentukan bekuan. Patologi vaskuler
yang paling sering penyebab thrombosis adalah aterosklerosis, dimana terjadi deposisi
material lipid dan adesi trombosit yang mempersempit lumen pembuluh darah (Setiati
dkk, 2014 dalam Getrudis un, 2019).
Penyebab stroke dibagi menjadi 3, yaitu menurut (Dellima D R, 2019):
1) Trombosis serebral
2) Emboli serebri
3) Hipoksia Umum
4) Hipoksia setempat

4. Faktor resiko
Faktor resiko Stroke non hemoragik yang dapat disembuhkan dengan bantuan obat –
obatan atau perubahan gaya hidup menurut American Heart Association, (2018)
1) Hipertensi
Hipertensi merupakan factor resiko yang berpotensional, karena hipertensi dapat
menyebabkan pecahnya pembuluh darah maupun penyempitan pada pembuluh
darah yang menuju otak, jika aliran darah yang menuju otak terganggu maka
sel-sel otak akan mengalami kematian.
2) Diabetes Militus
Diabetes militus ini dapat menebalkan dindinng pembuluh darah yang sangat
berukuran besar, jika pembuluh darah mengalami penyempitan maka akan
mengganggu kelancaran aliran darah yang menuju otak yang kemudian akan
menyebabkan infark pada sel-sel.
3) Penyakit Jantung
Berbagai jenis penyakit jantung berpotensi besar menimbulkan stroke, factor
resiko ini akan menyebabkan hambatan sumbatan pada aliran darah yang
menuju otak karena jantung melepas gumpalan darah ataupun sel-sel jaringan
yang telah mati kedalam aliran darah.
4) Obesitas/kegemukan Obesitas merupakan faktor resiko terjadinya penyakit
jantung.
5) Merokok Merupakan faktor utama dapat terjadinya infark jantung.
5. Patofisiologi
Iskemik pada otak akan mengakibatkan perubahan pada sel neuron otak secara
bertahap. Tahap pertama diawali dengan penurunan aliran darah sehingga
menyebabkan sel-sel neuron akan kekurangan oksigen dan nutrisi. Hal ini
menyebabkan kegagalan metabolisme dan penurunan energi yang dihasilkan oleh sel
neuron tersebut. Sedangkan pada tahap II, ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen tersebut memicu respons inflamasi dan diakhiri dengan kematian sel secara
apoptosis terhadapnya.
Proses pada susunan saraf pusat ini menyebabkan berbagai hal, antara lain gangguan
permeabilitas pada saraf darah otak, kegagalan energi, hilangnya homestasis ion sel,
asidosis, peningkatan kalsium ekstrasel, dan toksisitas yang dipicu oleh keberadaan
radikal bebas (Yasmara, 2016).
Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu diotak.
Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh
darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh
darah yang tersumbat. Sampai darah keotak dapat berubah (makin lambat atau cepat)
pada gangguan lokal (trombus, emboli, perdarahan, dan spasme vaskular) atau karena
gangguan umum (hipoksia karena gangguan paru dan jantung).
Aterosklerosis sering sebagai faktor penyebab infark pada otak. Trombus
dapat berasal dari plak arterosklerotik, atau darah dapat beku pada area yang stenosis,
tempat aliran darah mengalami pelambatan atau terjadi turbulensi (Muttaqin, 2018).
Trombus dan emboli di dalam pembuluh darah akan terlepas dan terbawa
hingga terperangkap dalam pembuluh darah distal, lalu menyebabkan pengurangan
aliran darah yang menuju ke otak sehingga sel otak akan mengalami kekurangan
nurisi dan juga oksigen, sel otak yang mengalami kekurangan oksigen dan glukosa
akan menyebabkan asidosis lalu asidosis akan mengakibatkan natrium, klorida, dan
air masuk ke dalam sel otak dan kalium meninggalkan sel otak sehingga terjadi edema
setempat. Kemudian kalsium akan masuk dan memicu serangkaian radikal bebas
sehingga terjadi perusakan membran sel lalu mengkerut dan tubuh mengalami defisit
neurologis lalu mati.
Jika aliran darah ke tiap bagian otak terhambat karena trombus atau emboli,
maka mulai terjadi kekurangan suplai oksigen ke jaringan otak. Kekurangan oksigen
dalam satu menit dapat menunjukkan gejala yang dapat pulih seperti kehilangan
kesadaran. Sedangkan kekurangan oksigen dalam waktu yang lebih lama
menyebabkan nekrosis mikroskopik neuron-neuron area yang mengalami nekrosis
disebut infark (Batticaca, 2018).
PATHWAY

Penyakit yang mendasari stroke ( alkohol,


hiperkolesteroid, merokok, stress, depresi,
kegemukan

Aterosklerosis Kepekatan darah Pembentukan

(elastisitas pembuluh meningkat thrombus

darah menurn

Obstruksi thrombus
di otak

Penurunan darah ke otak

Hipoksia cerebri

Infark Jaringan otak

Kerusakan pusat gerakan Kelemahan pada Perubahan persepsi


motorik si lobus frontalis nervus V,VII,IX,X sensori
Hernisphare/ herriplagia

Penurunan
Gangguan Mobilitas kemampuan otot
Mobilitas menurun mengunyah/menelan
Fisik
Tirah baring Gangguan
Ketidakseimbangan
reflek menelan
nutrisi kurang dari
Resiko kerusakan Defisit kebutuhan tubuh
integritas kulit perawatan
diri
6. Tanda dan Gejala
Tanda dan Gejala stroke menurut Ayu S D, (2017) dapat dibagi atas:
1) Kelumpuhan wajah dan anggota badan yang timbul mendadak.
2) Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan.
3) Perubahan status mental yang mendadak.
4) Afasia (bicara tidak lancar).
5) Ataksia anggota badan.
6) Vertigo, mual, muntah atau nyeri kepala.
7. Komplikasi
Komplikasi berdasarkan waktu terjadinya stroke menurut Dellima D R, (2019)
sebagai berikut:
1) Berhubungan dengan imobilisasi
2) Infeksi pernafasan
3) Nyeri berhubungan dengan daerah yang tertekan
4) Konstipasi
5) Tromboflebitis
6) Berhubungan dengan mobilisasi
7) Nyeri daerah punggung
8) Dislokasi sendi
9) Berhubungan dengan kerusakan otak
10) Epilepsi
11) Sakit kepala
8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang terdiri dari :
1) Pemeriksaan diagnostik
a) Angiografi serebral yaitu menentukan penyebab stroke secara spesifik
misalnya seperti pendarahan atau obstruksi arteri.
b) Single photon emission computed tomographi (SPECT) digunakan
untuk luas dan untuk mendeteksi daerah yang abnormal dari bagian
otak, yang juga diguanakan untuk mendeteksi, melokalisasi, dan
mengukur stroke (sebelum Nampak oleh pemindaian CT).
c) CT Scan Merupakan pemindaian yang memperlihatkan secara spesifik
letak dari edema, posisi dari hematoma, dan juga jaringan otak yang
infark ataupun iskemia dengan posisi yang secara pasti.
d) MRI (magnetic imaging resonance) Yaitu menggunakan gelombang
magnetic yang digunakan untuk menentukan posisi dan besar
terjadinya pendarahan pada otak. Kemudian hasil yang akan
didapatkan yaitu area yang mengalami lesi infark akibat dari
hemoragik.
e) EEG (Elektroensefalografi) Merupakan pemeriksaan yang bertujuan
untuk dapat melihat masalah yang akan timbul dan juga dampak dari
jaringan infark sehingga dapat menimbulkan menurunya implus listrik
yang terdapat pada jaringan otak.
2) Pemeriksaan laboraturium
a) Lumbal pungsi : pemeriksaan likuor merah yang biasanya dapat
dijumpai pada perdarahan yang pasif, sedangkan pada pendarahan
yang kecil akan dijumpai warna likuor yang masih normal
(xantokhrom) sewaktu hari pertama
b) Pemeriksaan darah rutin (glukosa, elektrolit, ureum, kreatinin)
c) Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut bisa saja terjadi
hiperglikemia
d) Gula darah yang dapat mencapai 250 mg didalam serumdan kemudian
akan berangsur-angsur turun kembali (menurut Wijaya, A.S dan Putri,
Y.M. 2016.)
B. Konsep Keluarga
1. Definisi
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan
kebersamaan dan ikatan emosional dan mengidentifikasian diri mereka sebagai bagian
dari keluarga (Zakaria, 2017).
Keluarga adalah suatu lembaga yang merupakan satuan (unit) terkecil dari
masyarakat, terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang disebut kelurga inti atau rumah
tangga (KemenKes RI, 2017).
Keluarga adalah sekelompok orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan,
darah, atau adopsi, yang berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam peran
sosial masing-masing sebagai suami dan istri, ibu, ayah, dan anak, kakak dan adik,
yang menciptakan dan memelihara budaya bersama (Burgess & Locke, 1953 dalam
buku keperawatan kelurga Debora Siregar, dkk, 2020)
2. Tipe Keluarga
Menurut Nadirawati (2018) pembagian tipe keluarga adalah :
1) Keluarga Tradisional.
a) Keluarga Inti (The Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari suami,
istri, dan anak baik dari sebab biologis maupun adopsi yang tinggal bersama
dalam satu rumah. Tipe keluarga inti diantaranya:
1. Keluarga Tanpa Anak (The Dyad Family) yaitu keluarga dengan suami
dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama dalam satu rumah.
2. The Childless Familyyaitu keluarga tanpa anak dikarenakan terlambat
menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya disebabkan
mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada wanita.
3. Keluarga Adopsi yaitu keluarga yang mengambil tanggung jawab secara
sah dari orang tua kandung ke keluarga yang menginginkan anak.
b) Keluarga Besar (The Extended Fmily) yaitu keluarga yang terdiri dari tiga
generasi yang hidup bersama dalam satu rumah, contohnya seperti nuclear
family disertai paman, tante, kakek dan nenek.
c) Keluarga Orang Tua Tunggal (The Single-Parent Family) yaitu keluarga yang
terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak. Hal ini biasanya terjadi
karena perceraian, kematian atau karena ditinggalkan (menyalahi hukum
pernikahan).
d) Commuter Family yaitu kedua orang tua (suami-istri) bekerja di kota yang
berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan yang
bekerja di luar kota bisa berkumpul dengan anggota keluarga pada saat akhir
minggu, bulan atau pada waktuwaktu tertentu.
e) Multigeneration Family yaitu kelurga dengan beberapa generasi atau
kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.
f) Kin-Network Family yaitu beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu
tumah atau berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan
yang sama. Contohnya seperti kamar mandi, dapur, televise dan lain-lain.
g) Keluarga Campuran (Blended Family) yaitu duda atau janda (karena
perceraian) yang menikah kembali dan membesarkan anak dari hasil
perkawinan atau dari perkawinan sebelumnya.
h) Dewasa Lajang yang Tinggal Sendiri (The Single Adult Living Alone), yaitu
keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya
atau perpisahan (separasi), seperti perceraian atau ditinggal mati.
i) Foster Family yaitu pelayanan untuk suatu keluarga dimana anak ditempatkan
di rumah terpisah dari orang tua aslinya jika orang tua dinyatakan tidak
merawat anak-anak mereka dengan baik. Anak tersebut akan dikembalikan
kepada orang tuanya jika orang tuanya sudah mampu untuk merawat.
j) Keluarga Binuklir yaitu bentuk keluarga setela cerai di mana anak menjadi
anggota dari suatu sistem yang terdiri dari dua rumah tangga inti.
2) Keluarga Non-tradisional
a) The Unmarried Teenage Motheryaitu keluarga yang terdiri dari orang tua
(terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
b) The Step Parent Family yaitu keluarga dengan orang tua tiri.
c) Commune Family yaitu beberapa keluarga (dengan anak) yang tidak ada
hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber, dan
fasilitas yang sama, pengalaman yang sama; serta sosialisasi anak melalui
aktivitas kelompok/membesarkan anak bersama.
d) Keluarga Kumpul Kebo Heteroseksual (The Nonmarital Heterosexual
Cohabiting Family), keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan
tanpa melakukan pernikahan.
e) Gay and Lesbian Families, yaitu seseorang yang mempunyai persamaan seks
hidup bersama sebagaimana ‘marital partners’.
f) Cohabitating Family yaitu orang dewasa yang tinggal bersama diluar
hubungan perkawinan melainkan dengan alasan tertentu.
g) Group-Marriage Family, yaitu beberapa orang dewasa yang menggunakan
alat-alat rumah tangga bersama yang saling merasa menikah satu dengan
lainnya, berbagi sesuatu termasuk seksual dan membesarkan anak.
h) Group Network Family, keluarga inti yang dibatasi aturan/nilainilai, hidup
berdekatan satu sama lain, dan saling menggunakan alat-alat rumah tangga
bersama, pelayanan, dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.
i) Foster Family, keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara di dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut
perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga aslinya.
j) Homeless Family, yaitu keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai
perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan
keadaan ekonomi dan atau masalah kesehatan mental.
k) Gang, bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari
ikatan emosional dan keluarga mempunyai perhatian, tetapi berkembang
dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.
3. Struktur Keluarga
Menurut Friedman (2009) dalam Nadirawati (2018) struktur keluarga terdiri atas :
1) Pola dan Proses Komunikasi,
2) Struktur Peran,
3) Struktur Kekuatan
4) Struktur Nilai dan Norma
Struktur keluarga oleh Friedman di gambarkan sebagai berikut.
1) Struktur Komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan secara
jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai, dan ada hierarki
kekuatan.Komunikasi keluarga pengirim yakin mengemukakan pesan secara
jelas dan berkualitas, serta meminta dan menerima umpan balik.Penerima
pesan mendengarkan pesan, memberikan umpan balik, dan valid.
Komunikasi dalam keluarga dikatakan tidak berfungsi apabila tertutup,
adanya isi atau berita negatif, tidak berfokus sendiri.Komunikasi keluarga bagi
pengirim bersifat asumsi, ekspresi perasaan tidak jelas, judgemental ekspresi,
dan komunikasi tidak sesuai. Penerima pesan gagal mendengar, diskualifikasi,
ofensif ( bersifat negatif), terjadi miskomunikasi dan kurang atau tidak valid.
2) Struktur Peran
Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai posisi
sosial yang diberikan.Jadi, pada struktur peran bisa bersifat formal atau
informal.Posisi/status adalah posisi individu dalam masyarakat misal status
sebagai istri/suami.
3) Struktur Kekuatan
Struktur kekuatan adalah kemampuan dari individu untuk mengontrol,
memengaruhi, atau mengubah perilaku orang lain. Hak (legitimate power),
ditiru (referent power), keahlian (exper power), hadiah (reward power), paksa
(coercive power), dan efektif power.
4) Struktur Nilai dan Norma
Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat anggota
keluarga dalam budaya tertentu. Sedangkan norma adalah pola perilaku yang
diterima pada lingkungan sosial tertentu, lingkungan keluarga, dan lingkungan
masyarakat sekitar keluarga.
a) Nilai, suatu sistem, sikap, kepercayaan yang secara sadar atau tidak dapat
mempesatukan anggota keluarga.
b) Norma, pola perilaku yang baik menurut masyarakat berdasarkan sistem
nilai dalam keluarga
c) Budaya, kumpuan daripada perilaku yang dapat dipelajari, dibagi dan
ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.
4. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (2003) dalam Nadirawati (2018) fungsi keluarga ada lima
antara lain berikut ini.
1) Fungsi afektif
Fungsi ini meliputi persepsi keluarga tentang pemenuhan kebutuhan
psikososial anggota keluarga. Melalui pemenuhan fungsi ini, maka keluarga
akan dapat mencapai tujuan psikososial yang utama, membentuk sifat
kemanusiaan dalam diri anggota keluarga, stabilisasi kepribadian dan tingkah
laku, kemampuan menjalin secara lebih akrab, dan harga diri.
2) Fungsi sosialisasi dan penempatan sosial
Sosialisasi dimulai saat lahir dan hanya diakhiri dengan kematian.
Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup, karena
individu secara kontinyu mengubah perilaku mereka sebagai respon terhadap
situasi yang terpola secara sosial yang mereka alami. Sosialisasi merupakan
proses perkembangan atau perubahan yang dialami oleh seorang individu
sebagai hasil dari interaksi sosial dan pembelajaran peran-peran sosial.
3) Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber
daya manusia.
4) Fungsi ekonomi
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi
dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
5) Fungsi perawatan kesehatan
Menyediakan kebutuhan fisik dan perawatan kesehatan. Perawatan
kesehatan dan praktik-praktik sehat (yang memengaruhi status kesehatan
anggota keluarga secara individual) merupakan bagian yang paling relevan
dari fungsi perawatan kesehatan.
a) Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga.
b) Kemampuan keluarga membuat keputusan yang tepat bagi keluarga.
c) Kemampuan keluarga dalam merawat keluarga yang mengalami
gangguan kesehatan.
d) Kemampuan keluarga dalam mempertahankan atau menciptakan
suasana rumah yang sehat.
e) Kemampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas.
5. Tugas Dan Tahap Perkembangan Keluarga
Terdapat delapan tahap perkembangan keluarga, yaitu :
1) Keluarga baru menikah atau pemula
Tugas perkembangannya adalah:
a) Membangun perkawinan yang saling memuaskan.
b) Membina hubungan persaudaraan, teman, dan kelompok sosial;
c) Mendiskusikan rencana memiliki anak.
2) Tahap perkembangan keluarga yang kedua adalah keluarga dengan anak baru
lahir.
Tugas perkembangannya adalah:
a) Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap
mengintegrasikan bayi yang baru lahir ke dalam keluarga;
b) Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan
kebutuhan anggota keluarga;
c) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan;
d) Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan
menambahkan peran-peran orang tua dan kakek nenek.
3) Keluarga dengan anak usia pra sekolah
Tugas perkembangannya adalah :
a) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti rumah, ruang bermain,
privasi, dan keamanan;
b) Mensosialisasikan anak;
c) Mengintegrasikan anak yang baru, sementara tetap memenuhi
kebutuhan anak yang lain;
d) Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga dan di luar
keluarga.
4) Keluarga dengan anak usia sekolah
Tugas perkembangannya adalah:
a) Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi sekolah
dan hubungan dengan teman sebaya yang sehat;
b) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan;
c) Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.
5) Keluarga dengan anak remaja
Tugas perkembangannya adalah:
a) Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja
menjadi dewasa dan semakin mandiri;
b) Memfokuskan kembali hubungan perkawinan;
c) Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak.
6) Keluarga melepas anak usia dewasa muda
Tugas perkembangannya adalah:
a) Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga
baru yang didapatkan melalui perkawinan anak-anak;
b) Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali
hubungan perkawinan;
c) Membantu orangtua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami atau istri.
7) Keluarga dengan usia pertengahan
Tugas perkembangannya adalah:
a) Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan;
b) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan
para orang tua lansia dan anak-anak;
c) Memperkokoh hubungan perkawinan.
8) Keluarga dengan usia lanjut
Tugas perkembangannya adalah:
a) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan;
b) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun;
c) Mempertahankan hubungan perkawinan;
d) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan;
e) Mempertahankan ikatan keluarga antargenerasi;
f) Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelaahan hidup).
(Debora Siregar, Dkk. 2020)
C. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Menurut Murwani (2008) dalam Bakri (2017), pengkajian merupakan
Tahapan di mana perawat harus mencari sesuatu masalah yang dikeluhkan oleh
pasien. Dalam pengkajian bisa didapatkan :
1) Data pribadi
a) Identifikasi keluarga
Berupa nama inisial kepala keluarga, usia, pekerjaan, pendidikan terakhir,
nomor telepon jika ada komposisi keluarga yang terdiri dari nama singkat,
umur, penddikan, pekerjaan, dan nomer register
b) Tipe Keluarga
Memberi penjelasan mengenai tipe dan jenis dan beban setiap masingmasing
pada keluarga
c) Suku
Mengenai suku bangsa dan budaya yang berkaitan dengan kesehatan
d) Agama
Tahu mengenai agama serta apakah keluarga dan pasien mengamalkanya dan
yang berhubungan dengan kesehatan
e) Status Sosisal Ekonomi Keluarga
Keluarga bercukupan yang akan memiliki perawatan yang memadai dan dapat
bersosialisasi lancar dngan siapapun
f) Kebiasaan Rekreasi
Bentuk rekreasi keluarga tidak hanya dilihat dari kemana pergi bersama
keluarga, melainkan hal-hal yang sederhana yang bisa dilakukan dirumah
seperti, menonton televisi yang nantinya dapat mengetahui adanya tingkat
stress yang dialami
2) Riwayat dan Tahap perkembangan dalam keluarga
a) Tahap perkembangan saat ini
Yang dikaji yaitu tentang hubungan keluarga sekarang, pembicaraan, dan
mengenai masalah yang dihadapi
b) Tahap perkembangan keluarga belum terpenuhi
Yang dikaji perkembangan tugas yang belum dilaksanakan secara baik pada
keluarga sekarang
c) Riwayat Keluarga Inti
Mengkaji tentang kesehatan masing-masing anggota keluarga, riwayat
penyakit yang berisiko menurun, upaya pencegahan penyakit yang imunisasi,
fasilitas kesehatan yang pernah diakses
d) Riwayat sebelumnya mengenai kesehatan
Mengkaji riwayat untuk mengetahui adanya penyakit yang bersifat genetic.
Kusta bukan penyakit menurun, tetapi bisa menjadi faktor pencetus terjadinya
penularan keanggota keluarga.
3) Data Lingkungan
a) Yang dikaji yaitu letak posisi rumah yang ditempatinya secara jelas.
b) Karakteristik komunitas
Yang dikaji yaitu mengenai rumah dekat pada tetangga dan aktivitas setiap
harinya seperti berkomunikasi.
c) Mobilitas Geografis Keluarga
Dikaji letak rumah keluarga yang ditempati.
d) Interaksi dan perkumpulan pada keluarga
Yang dikaji pada tahap ini yaitu mengenai adanya interaksi sesama tetangga
dan mengikuti organisasi yang dilakukan.
4) Struktur dalam keluarga
a) Komunikasi pola
Memberikan penjelasan pada keluarga mengenai cara berinteraksi dengan
keluarga seperti pesan yang diterima, pengguanaan bahasa oleh keluarga,
pesan emosional (afektif).
b) Struktur Kekuatan dalam keluarga
Struktur ini menjelaskan bahwa yang memutuskan dalam rumah tangga serta
mengatur dalam pemutusan keuangan dan memutuskan kegiatan anak-anak,
dan keluarga, memutuskan dalam masalah pindah pekerjaan atau tempat
tinggal, dan cara keluarga dalam mengambil keputusan.
c) Struktur Peran
Struktur ini menjelaskan peran dalam keluarga sebagai apa.
d) Norma dan ajaran yang dianut keluarga
Hubungan dengan struktur ini adalah mengenai norma dan keyakinan yang
dilakukan oleh keluarga.
5) Fungsi keluarga
a) Fungsi afektif
Yang dikaji dalam fungsi ini yaitu gambaran diri dari keluargaa, perasaan dan
dukungan yang diberikan keluarga dan keharmonisan antar anggota
b) Fungsi social
Yang perlu dikaji yaitu bagaimana hubungan dalam keluarganya, dan belajar
disiplin, dan menerapkan norma, serta perilaku
c) Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi ini yang dikaji sejauhmana keluarga menyiapkan kebutuhan sandang,
pangan, dan papan, dan perawatan anggota keluarga yang sakit. Hal-hal yang
dikaji sejauhmana melakukan pemenuhan tugas perawatan keluarga
d) Fungsi reproduksi
Yang dikaji yaitu seberapa keluarga merencanakan jumlah anak yang
diinginkan, dan cara buat pengendalian anak
e) Fungsi ekonomi
Mengkaji keluarga dalam pemenuhan kebutuhannya, serta manfaat lingkungan
rumah dalam meningkatkan penghasilan keluarga. Kusta merupakan penyakit
yang menyerang berbagai kalangan masyarakat menengah kebawah maupun
menengah ke atas
f) Stress dan Koping Keluarga
Menyebutkan bahwa pemicu stress dalam waktu dekat (ditangani dalam kurun
waktu < 6 bulan) dan stressor jangka panjang (ditangani dalam jangka waktu >
6 bulan) yang saat ini terjadi pada keluarga. Mengetahui keluarga dalam
menangani pe,micunya dan bagaimana cara keluarga dalam menghadapi serta
penyelesainnya.
6) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik tidak hanya dilakukan untuk pasien saja melainkan seluruh
anggota keluarga yang meliputi pemeriksaan Head to toe
a) Keadaan Umum
Klien biasannya dalam keadaan demam karena adanya reaksi berat pada tipe I,
reaksi ringan, berat tipe II morbus hansen, lemah karena adanya gangguan
saraf tepi motorik. Mengkaji tingkat kesadaran (GCS) kehilangan sensasi yang
normalnya eye (4), verbal(5), dan motorik(6), susunan saraf dikaji (Nervus I-
XII), dan gangguan penglihatan.
1) Kepala
Inspeksi : Kepala simetris atau tidak, kulit kepala; warna, bekas lesi ada
atau tidak, bekas trauma, hipopigmentasi, penonjolan tulang yang
imobilisasi parsial atau total, warna rambut, bentuk rambut, rambut kering
atau lembab, rontok atau tidak, dan kebersihan rambut.
Palpasi: Ada tidaknya Massa, ada pembengkakan atau tidak, ada nyeri
tekan atau tidak. Hasil yang didapatkan pada penderita kusta yaitu rambut
mengalami kerontokan /alopesia dan perubahan bentuk wajah.
2) Pemeriksaan mata
Inspeksi : Apakah simetris, cahaya atau respon cahaya, anemis atau warna
dari konjungtiva, dan sklera ikterik atau anikterik, Reflek pupil normal
tidak, katarak/tidak. Pergerakan bola mata normal atau tidak, penggunaan
alat bantu penglihatan atau tidak.
Palpasi : Ada nyeri tekan pada bola mata atau tidak, ada benjolan atau
tidak. Pada penderita kusta akan di dapatkan hasil pemeriksaan terjadi
kekaburan penglihatan, gangguan visus sampai kebutaan, adanya
perubahan kelopak mata, adanya edema dan lesi pada kornea mata, iritis,
iridosiklitis dan hilangnya reflek kedip mata, hilangnya rambut di kelopak
mata dan bulu mata.
3) Pemeriksaan pada hidung
Inspeksi : Simetris/tidak, mukosa lembab/keringg, adanya
pembengkakan/tidak, adanya epiktaksis atau tidak, kaji ada kelainan,
riwayat fraktur, hidung “pelana”.
Palpasi : Ada tidaknya nyeri tekan pada sinus, ada tidaknya benjolan. Hasil
yang didapatkan pemeriksaan ini ialah adanya epiktaksis, dan hidung
pelana/kehilangan penyangga hidung sehingga mengalami gangguan
pernafasan.
4) Telinga
Inspeksi : Kesimetrisan, Ada kotoran/tidak, dan ada luka/tidak, lihat
bentuk daun telinga.
Palpasi : Adanya benjolan atau tidak, adanya nyeri tekan di daerah telinga
atau tidak. Pada pemeriksaan ini didapatkan adanya penebalan pada daun
telinga.

5) Leher
Inspeksi : Ada pembesaran kelenjar tiroid atau tidak, ada struma atau tidak
Palpasi : Ada tidaknya nyeri tekan bila ada struma , ada tidaknya
pembesaran tiroid, ada tidaknya nodul (keras atau lunak). Pada
pemeriksaan ini didapatkan adanya limfadenitis/benjolan pada kelenjar
limfe.
6) Pemeriksaan dada
Inspeksi : simetris atau tidak
Palpasi : vocal fremitus kanan/kiri sama atau tidak, adanya benjolan dan
nyeri tekan atau tidak.
Perkusi : Suara ketok sonor, redup, pekak.
Auskultasi: bunyi/suara nafas vesikular, wheezing, ronchi.
7) Jantung
Inspeksi : Simetris atau tidak dan iktus cordis tampak atau tidak.
Palpasi : iktus cordis nampak atau tidak, denyut apeks.
Perkusi : bunyi pekak/redup
Auskultasi: (1) Dengarkan BJ I dengan meletakkan stetoskop pada area
mitral dan trikuspidalis (2) Dengarkan BJ II dengan meletakkan stetoskop
pada area aorta dan pulmonalis. Pada pasien Kusta tidak ada bunyi jantung
tambahan
8) Abdomen
Inspeksi : kesimetrisan dan warna kulit abdomen
Auskultasi: Bising usus normal atau tidak.
Palpasi : Adanya distensi abdomen atau tidak, adanya nyeri tekan atau
tidak, ada tidaknya bekas luka dan ada tidaknya benjolan.
Perkusi : Timpani
9) Ekstremitas
Pada pemeriksaan ini didapatkan kekuatan otot tangan dan kaki dapat
menjadi lumpuh/lemah dan lama-lama ototnya mengecil (atropi) karena
tidak dipergunakan. Jari-jari tangan dan kaki menjadi bengkok dan
akhirnya dapat terjadi kekakuan pada sendi (kontraktur).

10) Integumen
Pada pemeriksaan ini didapatkan turgor kulit kering, menebal, dan pecah
pecah, keriput dikarenakan terjadi gangguan pada kelenjar minyak dan
kelenjar keringat.

2. Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakberdayaan b/d penyakit terminal
2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuscular
3)
3. Intervensi Keperawatan
N Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
O Keperawatan (SLKI) (SIKI)
(SDKI)
1 Ketidakberdayaan b/d Setelah dilakukan Promosi Koping
penyakit terminal tindakan keperawatan Observasi
selama 1x24 jam 1. Identifikasi kegiatan
keberdayaan Meningkat jangka pendek dan
dengan kriteria hasil : panjang sesui tujuan.
1. Pernyataan 2. Identifikasi
mampu kemampuan yang
melaksanakan dimiliki
aktivitas. 3. Identifikasi
2. Pernyataan pemahaman proses
keyakinan tentang penyakit
kinerja peran. 4. Identifikasi dampak
3. Berpartisipasi situasi terhadap peran
dalam perawatan. dan hubungan
Menurun: 5. Identifikasi
kebutuhan dan
1. Pernyataan keinginan terhadap
frustasi dukungan sosial
ketergantungan Terapeutik
pada orang lain. 1. Diskusikan perubahan
2. Perasaan peran yang dialami
diasingkan. 2. Gunakan pendekatan
3. Pernyataan yang tenang dan
kurang kontrol. meyakinkan
4. Pernyataan rasa 3. Diskusikan
malu. mengkritik diiri
5. Perasaan tertekan sendiri
(depresi). 4. Motivasi untuk
6. Pengasingan. menentukan harapan
yang realistis
5. Motivasi terlibat
dalam kegiatan sosial
6. Motivasi
mengidentifikasi
sistem pendukung
yang tersedia
7. Dampingi saat
berduka (misal,
penyakit kronis,
kecacatan)
8. Dukungan
penggunaan
mekanisme
pertahanan yang tepat
Edukasi
1. Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan presepsi
2. Ajarkan cara
memecahkan masalah
secara konstruktif
3. Latihan penggunaan
tehnik relaksasi
4. Latih keterampilan
sosial, sesuai
kebutuhan
2
3 Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan asuhan Dukungan mobilisasi
berhubungan dengan keperawatan selama 3 kali Observasi
gangguan neuromuscular 24 jam, maka diharapkan 1. Identifikasi adanya
gangguan mobilitas fisik nyeri atau keluhan
dapat teratasi, dengan fisik lainnya
kriteria hasil :
2. Identifikasi adanya
1. Pergerakan
toleransi fisik saat
ekstremitas
melakukan pergerakan
meningkat
3. Monitor tekanan
2. Kekuatan otot
darah sebelum
meningkat
memulai mobilitas
3. Rentang gerak
4. Monitor keadaan
(ROM)
umum selama
meningkat
melakukan mobilisasi
4. Nyeri menurun
Terapeutik
5. Kecemasan 1. Fasilitasi aktivitas
menurun mobilisasi dengan alat
6. Kaku sendi bantu (misalnya pagar
menurun tempat tidur)
7. Gerakan tidak 2. Fasilitasi melakukan
terkoordinasi pergerakan , jika perlu
menurun 3. Libatkan keluarga
8. Gerakan terbatas untuk membantu
menurun pasien dalam
9. Kelemahan fisik meningkatkan
menurun pergerakan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
2. Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
3. Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (misalnya
duduk ditempat tidur,
duduk di sisi tempat
tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi)
Terapeutik
1. Motivasi melakukan
ROM aktif atau pasif
2. Hindari gerakan
menempatkan klien
yang dapat
meningkatkan nyeri

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan sebuah fase dimana perawat melaksanakan
rencana atau intervensi yang sudah dilaksanakan sebelumnya. Berdasarkan
terminologi SIKI, implementasi terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan yang
merupakan tindakan khusus yang digunakan untuk melaksanakan intervensi (Tim
Pokja SIKI PPNI, 2018). Implementasi keperawatan membutuhkan fleksibilitas dan
kreativitas perawat. Sebelum melakukan tindakan, perawat harus mengetahui alasan
mengapa tindakan tersebut dilakukan. Implementasi keperawatan berlangsung dalam
tiga tahap. Fase pertama merupakan fase persiapan yang mencakup pengetahuan
tentang validasi rencana, implementasi rencana, persiapan pasien dan keluarga. Fase
kedua merupakan puncak implementasi keperawatan yang berorientasi pada tujuan.
Fase ketiga merupakan transmisi perawat dan pasien setelah implementasi
keperawatan selesai dilakukan (Novita 2016).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap kelima atau terakhir dari proses keperawatan. Pada tahap ini
perawat membandingkan hasil tindakan yang telah dilakukan dengan kriteria hasil
yang sudah ditetapkan serta menilai apakah masalah yang terjadi sudah teratasi
seluruhnya, hanya sebagian atau bahkan belum teratasi semuanya (Novita, 2016)

DAFTAR PUSTAKA
Novita, R, 2016, Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Ghalia Indonesia

Black, M.J, & Hawks, H.J. (2018). Keperawatan Medikal Bedah: manajemen Klinis untuk
Hasil yang Diharapkan. (Edisi ke 8). Singapore: Elsevier Pte Ltd.

Latifah, L, N. (2016). Pemenuhan Kebutuhan Activities of Daily Living (ADL) Pasien Stroke
oleh Perawat di rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Dan Gamping. Naskah
publikasi. Yogyakarta: FKIK UMY.

Dellima Damayanti Reicha, 2019, Asuhan Keperawatan Pada Klien Stroke Non Hemoragik

(Nurarif & Kusuma, 2016). Terapi Komplementer Akupresure. Journal of Chemical


Information and Modeling.

Hadi Moch,Dkk. 2017. Kusta Stadium Subklinis Faktor Risiko Dan Permasalahannya. Jawa
Timur : Program Studi Arsitektur UIN Sunan Ampel.

Zakaria. Amin. 2017. Asuhan Keperawatan Keluarga Pendekatan Teori Dan Konsep.
Malang: IRDH.

Nadirawati, 2018. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Keluarga : Teori dan Aplikasi Praktik.
Bandung : Refika Aditama

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

You might also like