Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

PEDOMAN PENULISAN

JURNAL INFRASTRUKTUR

KAJIAN PONDASI TIANG BOR JEMBATAN PENDEKAT BUTON-


MUNA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Mohammad Aqsha Qudus, S.T., M.T.1), Penulis 22), Penulis 33)


1
Jabatan Penulis
2
Jabatan Penulis
1
Institusi (Verdana, 10 pt)
2
Institusi (Verdana, 10 pt)
E-mail: author@address.com (Verdana, 10 pt)
(satu baris spasi kosong, 10 point font)

Abstract

In the planned construction of the Buton-Muna Approach Bridge, Southeast


Sulawesi Province, the type of foundation to be used is the bore pile foundation. In
this paper, a study is carried out related to bore piles on the Buton-Muna Approach
Bridge, Southeast Sulawesi Province. The research method used in this paper is a
qualitative method using secondary data from the Planning Consultant.
From the bore log data, it can be seen that the clay layer is at a depth of up to
about 4 meters from the existing elevation of the field. Then from a depth of 4
meters down is a layer of rock. Where from a depth of 4 to 33 meters is a layer of
limestone, while from a depth of 33 to 80 meters is a layer of clay. This is the
reason that foundations are used in this type of bore pile. If using a bore pile with a
diameter of 1200 mm, then 1 pile can withstand an axial load of 27100 kN or about
2710 tons. By using the group bore pile configuration, the carrying capacity is
considered effective and efficient in holding the approach bridge load. This is
because the traffic load that must be borne from the approach bridge is a two-lane
traffic load. Where the height of the pillars of the approach bridge is 40 m, so the
axial load that must be carried is quite large. The implementation method is also a
consideration for the use of bore piles on the Buton-Muna Approach Bridge. This is
because the bridge is categorized as a special bridge (pillar height above 40
meters) and the required depth of foundation is quite large (45 m) so that the use
of drilled foundations is easier to implement compared to other types of foundations
related to soil or rock structures which support the foundation.

Keywords: Foundation, Bore pile, Bridge, Bearing Capacity, Rock, Implementation


Method

Abstrak

Pada rencana pembangunan Jembatan Pendekat Buton-Muna Provinsi Sulawesi


Tenggara, jenis pondasi yang direncanakan akan digunakan adalah pondasi tiang
bor. Pada tulisan ini dilakukan kajian terkait pondasi tiang bor pada Jembatan
Pendekat Buton-Muna Provinsi Sulawesi Tenggara. Metode Penelitian yang
digunakan dalam tulisan ini adalah metode kualitatif dengan menggunakan data
sekunder dari Konsultan Perencana.
Dari data bor dapat dilihat bahwa lapisan tanah lempung berada pada kedalaman
sampai sekitar 4 meter dari elevasi eksisting lapangan. Lalu dari kedalaman 4
meter ke bawah sudah merupakan lapisan batuan. Dimana dari kedalaman 4
sampai 33 meter merupakan lapisan batu gamping, sedangkan dari kedalaman 33
sampai 80 meter merupakan lapisan batu lempung. Hal ini merupakan alasan
digunakannya pondasi dalam jenis tiang bor. Jika menggunakan tiang bor diameter
1200 mm, maka 1 tiang dapat menahan beban aksial sebesar 27100 kN atau
sekitar 2710 ton. Dengan menggunakan konfigurasi tiang bor grup maka daya
dukung tersebut dianggap efektif dan efisien dalam menahan beban jembatan
pendekat. Hal ini disebabkan beban lalu lintas yang mesti dipikul dari jembatan
pendekat adalah beban lalu lintas dua jalur. Dimana ketinggian pilar rencana
jembatan pendekat adalah 40 m, sehingga beban aksial yang mesti dipikul
tentunya cukup besar. Metode pelaksanaan JUGA menjadi pertimbangan
digunakannya pondasi tiang bor pada Jembatan Pendekat Buton-Muna. Hal ini
dikarenakan jembatan ini dikategorikan sebagai jembatan khusus (ketinggian pilar
di atas 40 meter) dan kedalaman pondasi yang diperlukan cukup besar (45 m)
sehingga dengan penggunaan pondasi tiang bor lebih mudah pelaksanaannya
dibandingkan jenis pondasi lain terkait struktur tanah atau batuan yang menopang
pondasi.

Kata Kunci: Fondasi, Tiang Bor, Jembatan, Daya Dukung, Batuan, Metode
Pelaksanaan

1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pondasi adalah konstruksi struktur bawah yang memikul seluruh beban dari bangunan untuk
diteruskan ke tanah. Cara penerusan beban oleh pondasi ke tanah adalah berdasarkan daya
dukung tanah. Kegagalan di pekerjaan pondasi akan menyebabkan kegagalan diseluruh
konstruksi bangunan. Untuk itu diperlukan pemahaman spesifikasi, gambar, dan metode
pelaksanaan dengan baik (Leonardo Mandak, 2016).
Suatu elemen pondasi harus mampu mendistribusikan dan mentransmisikan beban-beban statik
maupun beban-beban dinamik dari struktur atas ke lapisan tanah berupa beban aksial momen
dan beban lateral, sehingga tidak terjadi penurunan yang besar. Pemilihan jenis pondasi pada
dasarnya bergantung pada letak kedalaman tanah keras. Pada umumnya jenis pondasi dapat
dikelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu pondasi dangkal (yang memiliki dasar pondasi
pada kedalaman maksimal 2 meter dari muka tanah asli) serta pondasi dalam (yang memiliki
dasar pondasi pada kedalaman tanah keras lebih dari 2 meter) (Agus Setiawan, 2016).
Pada rencana pembangunan Jembatan Pendekat Buton-Muna Provinsi Sulawesi Tenggara,
didapatkan data dan stratigrafi tanah untuk Sisi Buton dan Sisi Muna. Untuk sisi Buton, salah
satu titik pengeboran didapatkan tanah keras pada kedalaman lebih dari 2 meter. Kemudian
secara umum didapatkan lapisan berupa batuan. Kedua hal tersebut memberikan alasan awal
terhadap penggunaan pondasi dalam karena tanah keras berada pada kedalaman lebih dari 2
meter. Adapun untuk jenis pondasi dalam yang direncanakan akan digunakan adalah pondasi
tiang bor, dikarenakan untuk jenis pondasi dalam tiang pancang dihindari sebab lapisan yang
ada merupakan batuan. Atas dasar hal tersebut maka pada tulisan ini dilakukan kajian terkait
pondasi tiang bor pada Jembatan Pendekat Buton-Muna Provinsi Sulawesi Tenggara.
Rumusan Masalah
Apa sajakah hal yang mendasari pemilihan pondasi tiang bor pada Jembatan Pendekat Buton-
Muna Provinsi Sulawesi Tenggara?
Tujuan Penulisan
Untuk memberikan hasil kajian terkait hal yang mendasari pemilihan pondasi tiang bor pada
Jembatan Pendekat Buton-Muna Provinsi Sulawesi Tenggara.
Batasan Masalah
Terkait daya dukung pondasi tiang bor, penulis membatasi pada daya dukung aksial tiang
tunggal.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Pondasi Tiang Bor
Pondasi tiang bor atau bor pile adalah salah satu contoh pondasi dalam yang memiliki bentuk
seperti tabung dan terbuat dari campuran beton bertulang dengan dimensi diameter tertentu.
Tiang bor dipasang ke dalam tanah dengan cara mengebor tanah terlebih dahulu, baru
kemudian diisi tulangan dan dicor beton (Nunuk R. dan R. Ilmi, 2020).
Kelebihan pondasi tiang bor adalah sebagai berikut:
1. Pada proses pelaksanaannya tidak menimbulkan gangguan suara dan getaran yang
membahayakan bangunan di sekitarnya sehingga cocok untuk pekerjaan di daerah yang
padat penduduknya.
2. Diameter dan kedalaman tiang bor lebih mudah divariasikan.
3. Proses pemasangan pondasi tiang bor pada tanah lempung tidak akan membuat tiang
bergeser ke samping dan juga tidak akan membuat tanah bergelombang.
4. Dasar dari pondasi tiang bor dapat diperbesar yang akan memberikan ketahanan yang
besar untuk gaya ke atas.
5. Mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap beban lateral.
6. Tiang bor tunggal dapat digunakan pada tiang kelompok atau pile cap.
7. Tiang bor dapat dipasang menembus batuan (kerikil atau padas muda), sedang tiang
pancang akan kesulitan bila pemancangan menembus lapisan batuan.
8. Tanah dapat diperiksa dan dicocokkan dengan data laboratorium.
Kekurangan pondasi tiang bor adalah sebagai berikut:
1. Keadaan cuaca yang kurang mendukung dapat mempersulit pengeboran dan
pengecoran, dapat diatasi dengan cara menunda pengeboran dan pengecoran sampai
keadaan cuaca menjadi lebih baik atau memasang tenda sebagai penutup.
2. Mutu beton bila tidak terjamin keseragamannya di sepanjang badan tiang bor
mengurangi kapasitas dukung tiang bor terutama bila tiang bor cukup dalam.
3. Ketika beton dituangkan, dikhawatirkan adukan beton bercampur dengan reruntuhan
tanah. Oleh karena itu, beton harus segera dituangkan setelah penggalian tanah
dilakukan.
4. Air yang mengalir ke dalam lubang bor dapat mengakibatkan gangguan tanah, sehingga
mengurangi kapasitas dukung tanah terhadap tiang. Hal ini dapat diatasi dengan
penyedotan menggunakan mesin sedot air.
5. Akan terjadi tanah runtuh bila tindakan pencegahan tidak dilakukan, maka dipasang
temporary casing untuk mencegah kelongsoran.
6. Walaupun penetrasi dengan menggunakan pondasi tiang bor mampu mencapai
kedalaman yang direncanakan, terkadang yang terjadi adalah tiang pendukung kurang
sempurna karena adanya lumpur yang tertimbun di dasar. Oleh karena itu, dibutuhkan
pemasangan pipa paralon pada tulangan tiang bor untuk pekerjaan base grouting.
7. Pengeboran dapat mengakibatkan gangguan kepadatan, bila tanah berupa pasir atau
tanah berkerikil maka digunakan bentonite sebagai penahan longsor.
Metode pembuatan lubang bor yang digunakan biasanya ditentukan oleh kontraktor dengan
mempertimbangkan berbagai faktor yaitu kondisi lokasi proyek terutama lokasinya di air atau di
darat, jenis tanah, metode transfer beban yang diinginkan (skin friction, end bearing, atau
kombinasi) dari konstruksi pondasi.
Ada tiga metode pelaksanaan pembuatan lubang bor yang umum digunakan yaitu:
1. Metode Kering
Metode ini cocok digunakan pada tanah yang muka air tanahnya rendah yang ketika
dibor dinding lubangnya tidak longsor seperti lempung kaku homogen. Metode kering
juga dapat dilakukan pada tanah-tanah di bawah muka air tanah jika tanahnya memiliki
permeabilitas rendah sehingga ketika dilakukan pengeboran air tidak masuk ke dalam
lubang bor saat lubang masih terbuka.
Pada metode ini, tanah dibor tanpa diberi pipa pelindung (casing) pada dinding lubang.
Setelah itu dasar lubang yang kotor oleh rontokan tanah dibersihkan. Tulangan yang
telah dirangkai dimasukkan ke dalam lubang bor dan kemudian dicor
beton. Keuntungan dari metode ini adalah kehilangan nilai friction akibat pengeboran
dapat diminimalkan, sehingga daya dukung yang didapt akan maksimal.

Gambar 1. Ilustrasi Metode Bor Kering


(Nunuk R. dan R. Ilmi, 2020)
2. Metode Basah
Metode basah umumnya digunakan bila pengeboran melewati muka air tanah dan tidak
memungkinkannya dipasang casing sehingga lubang bor selalu longsor bila dindingnya
tidak ditahan. Agar lubang tidak longsor, di dalam lubang diisi dengan slurry. Slurry
dapat berupa air saja, atau campuran antara bentonite dan air bersih yang disebut
minerally slurry atau campuran antara polimer dengan air bersih yang disebut polymer
slurry. Penggunaan polymer slurry semakin umum karena cocok dengan lingkungan dan
dapat digunakan kembali lebih sering dibandingkan dengan bentonite.
Pengaruh penggunaan slurry terhadap daya dukung tiang ditentukan oleh jenis slurry
serta lamanya slurry berada di dalam lubang pondasi. Secara umum, mineral slurry
yang menempel pada dinding lubang akan terdesak naik oleh beton sehingga lubang
menjadi bersih. Akan tetapi jika mineral slurry berada dalam lubang terlalu lama, maka
akan terbentuk lapisan yang disebut filter cake yang tebal dan sulit dihilangkan. Slurry
yang menempel di dinding lubang akan mengurangi daya dukung
friksi, sedangkan slurry yang bercampur dengan beton akan menyebabkan beton
menjadi lemah. Untuk menghilangkan lapisan filter cake dapat dilakukan circulating
slurry, seperti yang telah dilakukan oleh “Caltrans (Califronia Department of
Transportation)”.
Jadi, metode ini pengeborannya dilakukan di dalam larutan. Jika kedalaman yang
direncanakan telah tercapai, lubang bor dibersihkan dan tulangan yang telah dirangkai
dimasukkan ke dalam lubang bor yang masih berisi larutan. Setelah itu adukan beton
dimasukkan ke dalam lubang bor dengan pipa tremie. Larutan akan terdesak keluar
lubang oleh adukan beton. Larutan yang keluar dari lubang bor ditampung dan
digunakan lagi untuk pengeboran di lokasi selanjutnya.

Gambar 2. Ilustrasi Metode Bor Basah


3. Metode Casing
Metode ini digunakan bila lubang bor sangat mudah longsor, misalnya tanah di lokasi
proyek adalah pasir bersih di bawah muka air tanah. Untuk menahan agar lubang tidak
longsor digunakan casing. Pada umumnya casing berupa pipa baja dengan diameter
dalam sama dengan atau lebih besar dari diameter lubang yang direncanakan. Casing
tersebut dapat berupa casing permanen atau casing sementara. Akan tetapi karena
keberadaan casing dapat mengurangi daya dukung friksi, ada baiknya jika casing
bersifat sementara.
Pemasangan casing ke dalam lubang bor dilakukan dengan cara memancang,
menggetarkan atau menekan casing sampai kedalaman yang ditentukan. Sebelum
sampai menembus muka air tanah, casing dimasukkan. Tanah di dalam casing
dikeluarkan saat penggalian atau setelah casing sampai kedalaman yang diinginkan.
Setelah casing sampai pada kedalaman yang diinginkan, lubang bor dibersihkan dan
tulangan yang telah dirangkai dimasukkan ke dalam lubang bor. Adukan beton
dimasukkan ke dalam lubang dengan menggunakan pipa tremie. Setelah pengecoran
selesai, casing dikeluarkan dari lubang, namun kadang-kadang casing ditinggalkan di
tempat.
Keberadaan casing juga berfungsi sebagai guidance pengeboran, memberi perlindungan
terhadap pekerja dan mencegah keruntuhan tanah ke dalam lubang. Akan tetapi
kedalaman masuknya casing terbatas dan casing yang permanen relatif
mahal.

Gambar 3. Ilustrasi Metode Bor Casing


3. METODE PENELITIAN
Metode Penelitian yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode kualitatif dengan
menggunakan data sekunder dari Konsultan Perencana.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Data Pendukung
Berikut merupakan data tanah pada lokasi rencana pembangunan Jembatan Buton-Muna yang
digunakan dalam kajian penggunaan pondasi tiang bor.
Gambar 4. Bor Log Yang Digunakan, Kedalaman 0-20 m

Gambar 5. Bor Log Yang Digunakan, Kedalaman 20-40 m


Gambar 6. Bor Log Yang Digunakan, Kedalaman 40-60 m

Gambar 7. Bor Log Yang Digunakan, Kedalaman 60-80 m


Gambar 8. Data Laboratorium Yang Digunakan

Gambar 9. Data Laboratorium Yang Digunakan


Dari data bor dapat dilihat bahwa lapisan tanah lempung berada pada kedalaman sampai
sekitar 4 meter dari elevasi eksisting lapangan. Lalu dari kedalaman 4 meter ke bawah sudah
merupakan lapisan batuan. Dimana dari kedalaman 4 sampai 33 meter merupakan lapisan batu
gamping, sedangkan dari kedalaman 33 sampai 80 meter merupakan lapisan batu lempung. Hal
ini merupakan alasan digunakannya pondasi dalam jenis tiang bor. Dikarenakan jika
menggunakan pondasi tiang pancang, maka kurang tepat dikarenakan lapisan yang ada
merupakan batuan.
Analisis Daya Dukung Tiang Tunggal
Data-data yang ditampilkan sebelumnya digunakan dalam analisis daya dukung tiang tunggal.
Kapasitas aksial untuk tiang dihitung berdasarkan nilai SPT untuk menghitung perkiraan
kekuatan tak terdrainase dan gesekan internal untuk tanah liat dan pasir. Untuk tiang bor
beton, analisis dilakukan dengan menggunakan bantuan perangkat lunak komputer. Analisis
yang diberikan dalam laporan ini didasarkan pada kondisi tanah yang sebenarnya dan tidak
termasuk pengaruh perbaikan tanah atau beban timbunan di masa mendatang jika ada.
Kapasitas tiang didasarkan pada asumsi bahwa tidak ada likuifaksi pada lapisan pasir sepanjang
umur jembatan.
Berikut merupakan data hasil analisis daya dukung tiang tunggal.
Tabel 1. Tabel Daya Dukung Aksial Pondasi Bor 1 Tiang

Ultimate Allowable Axial Capacity


Embedment
Axial Axial at 25 mm
Diameter (1)
Length (2) (3
(mm) Capacity Capacity settlement
(m) )
(kN) (kN) (kN)

1200 45.0 52005.8 20682.0 27100

1500 45.0 60186.5 23903.8 28130

2000 45.0 76905.7 30488.5 29140


Sumber: Analisis Konsultan, 2021
(1)
Note: Diukur dari elevasi eksisting lapangan
(2) Kapasitas daya dukung di analisis pada kondisi normal dengan SF = 2.5 untuk daya
dukung sisi dan SF = 3 untuk daya dukung ujung. Likuifaksi dan efek penurunan konsolidasi
tidak termasuk dalam perhitungan
(3)
Daya dukung sisi uplift ulitimit sebesar 70% dari daya dukung sisi ultimit dengan SF = 2.5,
berat sendiri tiang diabaikan
Jika menggunakan tiang bor diameter 1200 mm, maka 1 tiang dapat menahan beban aksial
sebesar 27100 kN atau sekitar 2710 ton. Dengan menggunakan konfigurasi tiang bor grup
maka daya dukung tersebut dianggap efektif dan efisien dalam menahan beban jembatan
pendekat. Hal ini disebabkan beban lalu lintas yang mesti dipikul dari jembatan pendekat adalah
beban lalu lintas dua jalur. Dimana ketinggian pilar rencana jembatan pendekat adalah 40 m,
sehingga beban aksial yang mesti dipikul tentunya cukup besar.

Gambar 10. Rencana Ketinggian Pilar Jembatan Pendekat Buton-Muna


Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan menjadi pertimbangan digunakannya pondasi tiang bor pada Jembatan
Pendekat Buton-Muna. Hal ini dikarenakan jembatan ini dikategorikan sebagai jembatan khusus
(ketinggian pilar di atas 40 meter) dan kedalaman pondasi yang diperlukan cukup besar (45 m)
sehingga dengan penggunaan pondasi tiang bor lebih mudah pelaksanaannya dibandingkan
jenis pondasi lain terkait struktur tanah/batuan yang menopang pondasi. Berikut merupakan
metode pelaksanaan pekerjaan pondasi tiang bor.
1. Tahap 1 Pekerjaan Persiapan
- Mobilisasi Peralatan dan bahan
 Crawler crane
 Leader
 Unit mata bor drilling bucket
 Bucked cleaning
 Pipa tremi
 Genset
 Mesin Wind
 Baja tulangan
 Profil baja
- Persiapan area tempat pengeboran
 Pemasangan sheet pile
 Penimbunan lokasi kerja
2. Tahap 2 Marking Titik Bor
Marking titik bor dilakukan oleh tenaga surveyor dan dalam pengkuran ini marking
harus dilakukan untuk semua titik bor yang ada pada konstruksi jembatan. Titik pusat
dari pondasi tiang di survai dan diberi tanda dengan angker baja. Penentuan titik lubang
bor setiap saat harus dilakukan pengecekan berulang kali karena kondisi lahan yang
rusak akibat pengeboran. Penempatan alat bor pada posisi yang telah ditentukan,
kemudian dilakukan pengecekan posisi vertikal dan horizontal.
3. Tahap 3 Pelaksanaan Pengeboran

Gambar 11. Ilustrasi Pengeboran


- Pengeboran awal
Pengeboran awal pada pondasi jembatan muna buton dilakukan sampai kedadalaman
2.00 m dan harus dilakukan dengan teliti dan hati hati agar lobang bor tidak miring dan
harus dipandu koordinat dari alat ukur yang sudah dipasang lebih dulu. Hal ini agar
pada saat alat memutar untuk melakukan cleaning dan membuang keluar material
maka alat bor akan kembali pada posisi awal dengan tepat.
- Pemasangan casing
Setelah dilakukan pengeboran awal dilakukan pemasangan casing.
Gambar 12. Ilustrasi Casing Pada Lubang Bor
- Pembersihan dasar lubang
Setelah segmen pertama casing dipasang setelah pengeboran awal maka dilakukan
pembersihan dasar lobang bor, yang mana alat memutar membuang hasil pembersihan
dan akan kembali ke titik awal dengan panduan koordinat dari patok bantu.
4. Tahap 4 Pengeboran Lanjutan
Setelah dilakukan pengeboran dan alat bor kembali ke titik awal maka pengeboran
lanjutan dilakukan.
5. Tahap 5 Pembesian Tiang Bor
- Pembuatan spiral
Pembengkokan tulangan spiral dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan alat menggunakan
alat tekuk elektris.
- Perakitan pembesian
Perakitan pembesian bor dilakukan dalam beberapa tahapan yaitu
 Perakitan pembesian dalam segmentasi 12.00 m
 Diangkat dengan crane dan dimasukan dalam lobang bor kemudian diganjal
dengan profil baja yang dipasang diatas casing
 Segmen tulangan berikutnya diangkat dan disambungkan ke tulangan segmen
pertama
 Tulangan tahap pertama ( segmen 1 dan 2 ) diturunkan
 Langkah selanjunya apabila tulangan Panjang dilakukan seperti diatas
6. Tahap 6 Pengecoran Tiang Bor
- Instalasi Pipa Tremi
 Pemasangan pipa tremi harus teliti agar mencapai kedalaman yang
direncanakan
 Pengambilan sapel beton dari truck mixer untuk cylinder kuat tekan beton
 Pipa tremi memilki Panjang 3.00 m jadi perlu penyambungan dan
sambungannya harus kedap air
- Pengecoran
 Tahap awal beton dituangkan dalam pipa tremi secara kontinu dan cepat
dengan menarik tuas pada truck mixer, hal ini agar beton yang masuk langsung
menekan lumpur dan kotoran lainnya naik keatas dan terbuang
 Selama pengecoran ujung pipa tremi harus tetap tebenam dalam beton minimal
1.50 m dan maksimal 5.00 m
5. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pondasi tiang bor digunakan pada Jembatan Pendekat Buton-Muna dengan beberapa
pertimbangan yaitu:
1. Lapisan yang akan menopang pondasi pada lokasi jembatan pendekat merupakan
lapisan batuan. Lapisan batuan terdiri dari batu gamping dan batu lempung. Lapisan
batu gamping dimulai dari kedalaman 4 meter sampai 33 meter, sedangkan lapisan
batu lempung berada dari kedalaman 33 meter ke bawah. Sehingga penggunaan
pondasi tiang bor dinilai efektif dibanding pondasi lainnya.
2. Penggunaan pondasi tiang bor dianggap efektif dan efisien dalam menahan beban
jembatan pendekat, dari sisi daya dukung tanahnya. Hal ini disebabkan beban lalu lintas
yang mesti dipikul dari jembatan pendekat adalah beban lalu lintas dua jalur. Dimana
ketinggian pilar rencana jembatan pendekat adalah 40 m, sehingga beban aksial yang
mesti dipikul tentunya cukup besar.
3. Jembatan pendekat Buton-Muna dikategorikan sebagai jembatan khusus (ketinggian
pilar di atas 40 meter), dan kedalaman pondasi yang diperlukan cukup besar (45 m)
sehingga dengan penggunaan pondasi tiang bor lebih mudah pelaksanaannya
dibandingkan jenis pondasi lain terkait struktur tanah/batuan yang menopang pondasi.
Saran
Beberapa saran terkait penggunaan pondasi tiang bor pada Jembatan Pendekat Buton-Muna
yaitu:
1. Penggunaan alat bore-pile, perlu ditinjau dari tingkat kemudahan dan kesulitan dalam
mencapai lokasi proyek dan ketelitian dalam pelaksanaan dilapangan, hal ini untuk
menghindari terjadinya kegagalan dalam pelaksanaan bore-pile yang sering terjadi.
2. Disarankan untuk melakukan kontrol daya dukung pondasi dengan melaksanakan Static
Loading test, PDA, atau tes lain yang mendukung, dimana bertujuan untuk mengetahui
daya dukung akhir dari pondasi tiang bor yang dicapai.

DAFTAR PUSTAKA
Mandak, Leonardo. (2016). Perencanaan Dan Metode Pelaksanaan Pondasi Bore Pile Proyek
Pembangunan Butik Gunung Langit Manado. Manado: Politeknik Negeri Manado.
Rohmawati, Nunuk., & Ilmi, Renovano. (2020). Operasional Pembuatan Bored Pile. Surabaya:
ITS.
Setiawan, Agus. (2016). Perancangan Struktur Beton Bertulang Berdasarkan SNI 2847:2013.
Jakarta: Erlangga.

You might also like