Professional Documents
Culture Documents
Pediatric Notes: Nutrition and Metabolic Disease
Pediatric Notes: Nutrition and Metabolic Disease
Pediatric Notes: Nutrition and Metabolic Disease
1
ALUR MANAJEMEN GIZI BURUK
1. Hipoglikemia
GDS < 54 mg/dl (bila tidak ada alat pemeriksaan, anggap hipoglikemia)
↓
Beri D10% 5 ml/kgBB bolus IV (anak) atau D10% 2 ml/kgBB bolus IV (neonatus)
Beri antibiotik
↓
Ulangi pengukuran kadar gula darah setelah 30 menit.
2. Hipotermia
Disebut sebagai hipotermi apabila suhu aksilar < 35.5° C.
↓
Segera beri makan F-75.
Pastikan anak berpakaian (termasuk kepalanya).
Tutup selimut hangat dan beri pemanas (tidak mengarah langsung kepada anak).
↓
Ukur suhu aksilar tiap 2 jam hingga suhu meningkat menjadi 36.5° C atau lebih.
Jika digunakan pemanas, ukur suhu tiap setengah jam.
Letakkan tempat tidur di area yang hangat, di bagian bangsal yang bebas
3. Dehidrasi
Gizi buruk + diare cair, bila gejala dehidrasi tidak jelas, anggap dehidrasi ringan.
↓
Jangan gunakan infus untuk rehidrasi, kecuali dehidrasi berat dengan syok.
Beri ReSoMal (per oral/NGT), 2 jam pertama, 5 ml/kgBB tiap 30 menit, 10 jam
selanjutnya, 5-10 ml/kgBB/ jam selang-seling dengan F75
↓
Jika masih diare, beri ReSoMal setiap kali diare
Usia < 1 th: 50-100 ml tiap BAB,
Usia ≥ 1 th: 100-200 ml tiap BAB
2
ReSoMal mengandung 37.5 mmol Na, 40 mmol K, dan 3 mmol Mg per liter.
Bila larutan mineral-mix tidak tersedia, sebagai pengganti ReSoMal dapat dibuat larutan
sebagai berikut:
Oleh karena larutan pengganti tidak mengandung Mg, Zn, dan Cu, maka dapat diberikan
makanan yang merupakan sumber mineral tersebut. Dapat pula diberikan MgSO4 40%
IM 1 x/hari dengan dosis 0.3 ml/kg BB, maksimum 2 ml/hari.
3
5. Infeksi
a. Anggap semua anak gizi buruk mengalami infeksi beri antibiotik broad spectrum
b. Vaksin campak usia ≥ 6 bln dan belum pernah, atau usia > 9 bln dan sudah
pernah. Tunda imunisasi jika anak syok.
c. Pilihan antibiotik spektrum luas
• Jika tidak ada komplikasi atau tidak ada infeksi nyata, beri Kotrimoksazol per
oral (25 mg SMZ + 5 mg TMP/kgBB setiap 12 jam selama 5 hari
• Jika ada komplikasi (hipoglikemia, hipotermia, atau anak terlihat letargis atau
tampak sakit berat), atau jelas ada infeksi, beri:
✓ Ampisilin (50 mg/kgBB IM/IV setiap 6 jam selama 2 hari), dilanjutkan
dengan Amoksisilin oral (15 mg/kgBB setiap 8 jam selama 5 hari) ATAU
Ampisilin per oral (50 mg/kgBB setiap 6 jam selama 5 hari), DITAMBAH:
✓ Gentamisin (7.5 mg/kgBB/hari IM/IV) setiap hari selama 7 hari.
Catatan: Jika anak anuria/oliguria, tunda pemberian gentamisin dosis ke-2
sampai ada diuresis untuk mencegah efek samping/toksik gentamisin Jika
anak tidak membaik dalam waktu 48 jam, tambahkan Kloramfenikol (25
mg/kgBB IM/IV setiap 8 jam) selama 5 hari.
• Jika diduga meningitis, lakukan pungsi lumbal untuk memastikan dan obati
dengan Kloramfenikol (25 mg/kg setiap 6 jam) selama 10 hari.
• Jika ditemukan infeksi spesifik lainnya (seperti pneumonia, tuberkulosis,
malaria, disentri, infeksi kulit atau jaringan lunak), beri antibiotik yang sesuai.
• Beri obat antimalaria bila pada apusan darah tepi ditemukan parasit malaria.
• Walaupun tuberkulosis merupakan penyakit yang umum terdapat, obat anti
tuberkulosis hanya diberikan bila anak terbukti atau sangat diduga menderita
tuberkulosis.
• Pengobatan terhadap parasit cacing : mebendazol (100 mg/kgBB) selama 3 hari
atau albendazol (20 mg/kgBB dosis tunggal).
4
d. Pantau jumlah dan jenis makanan yang dihabiskan, muntah, frekuensi dan
konsistensi BAB, serta berat badan.
8. Tumbuh kejar
a. Tanda yang menunjukkan bahwa anak telah mencapai fase ini adalah:
• Kembalinya nafsu makan
• Edema minimal atau hilang.
b. Kebutuhan zat gizi anak dengan gizi buruk disesuaikan menurut fase pemberian
makanan.
c. Dilakukan perhitungan sesuai kebutuhan energi, protein, dan cairan sesuai fase
managemen gizi buruknya.
d. Anak usia ≤ 5 tahun gunakan rumus perhitungan kebutuhan kalori-protein anak.
e. Anak usia > 5 tahun gunakan rumus perhitungan kebutuhan kalori-protein remaja.
5
PERHITUNGAN KEBUTUHAN KALORI – PROTEIN
b. Pada remaja
Usia Energi
7 – 10 tahun 75 kcal/kgBB/hari
11 – 14 tahun 60 kcal/kgBB/hari
15 – 18 tahun 50 kcal/kgBB/hari
6
PERHITUNGAN-PERHITUNGAN LAINNYA DALAM NUTRISI
Interpretasi :
< 1% = normal
Status hidrasi = BC 24 jam / BB ideal 3-5 % = ringan
6-10 % = sedang
>15 % = berat
Interpretasi :
Indeks nutrisi = kalori masuk / kalori target ≥ 80 % = baik
Interpretasi :
> 10 gr/kgBB/hari = baik
Weight gain = ∆ BB per hari / rata-rata BB 5-10 gr/kgBB/hari = moderate
< 5 gr/kgBB/hari = buruk
Status Gizi
Ditentukan dengan menentukan nilai z-score pasien berdasarkan BB//U, PB//U, dan BB//TB
Apabila terdapat organomegali, kwashiorkor, dan lainnya yang dapat mempengaruhi berat
badan, digunakan pengukuran lingkar lengan atas(LILA) sebagai dasar untuk menentukan
status gizi. Rumus LILA//U = LILA pasien x 100%
LILA standar sesuai usia
Interpretasi
• >83% gizi baik
• 70-83% gizi kurang
• < 70% gizi buruk
Apabila anak telah berusia > 5 tahun, lakukan perhitungan Body Mass Index (BMI)
BB/(TB dalam meter)2 untuk menentukan status gizi berdasarkan BMI for Age dengan rumus
BMI//U = BMI pasien – BMI median sesuai umur
BMI median sesuai umur – BMI (-1SD) sesuai umur
7
STANDAR LILA RS dr. Sardjito
9
ASUHAN NUTRISI PEDIATRIK
1. Diagnosis Nutrisi
BB // U, PB // U, LILA // U
BB // PB untuk anak usia < 5 tahun (WHO)
BMI // U untuk anak usia > 5 tahun (CDC)
2. Kebutuhan nutrisi
Dilakukan perhitungan untuk menentukan kebutuhan Energi, Protein, dan Cairan
Untuk gizi kurang, gizi baik dan obesitas pergunakanlah perhitungan BB
ideal x kebutuhan sesuai RDA (berdasarkan umur tinggi)
Untuk gizi buruk pergunakan kebutuhan nutrisi sesuai manajemen gizi
buruk dengan berat badan aktual
3. Rute : per oral atau NGT (dapat berupa bolus, drip pelan atau continous feeding via
syringe pump)
4. Jenis makanan
Disesuaikan dengan usia dan kemampuan oromotor. Siap dengan makanan padat bila
tidak ada head lag.
Jenis makanan berdasarkan usia :
0 – 6 bulan ASI (0,67 kcal/cc) atau susu formula (0,7 kcal/cc)
6 – 9 bulan ASI / SF : MP-ASI = 70% : 30%
9 – 12 bulan ASI / SF : MP-ASI = 50% : 50%
1 – 2 tahun ASI / SF : makanan keluarga = 30% : 70%
>2 tahun makanan keluarga
Usia Tekstur Frekuensi Jumlah
6 – 8 bulan Bubur halus, lembut, 2 – 3 kali/hari 2 – 3 sendok makan/x
kental, bertahap 1 – 2 kali selingan dinaikkan bertahap
menjadi kasar ASI minimal 5-6 Waktu makan
x/hari maksimal ½ jam
9 – 11 bulan Cincang halus / 3 kali/hari Waktu makan
saring kasar 1 – 2 kali selingan maksimal ½ jam
12 – 23 bulan Makanan keluarga 3 kali/hari
1 – 2 kali selingan
5. Evaluasi
Intake
Jenis dan jumlah yang dikonsumsi
Akseptabilitas
Lakukan evaluasi mengenai 3 hal
Toleransi anak (compliance) dan toleransi
organik (muntah, diare, dan lain-lain)
Berat Badan
Timbang berat badan setiap hari, lihat
kenaikan
10
MULTIVITAMIN / SUPLEMENTASI MIKRONUTRIEN
11
STANDAR DIIT RSUP dr. SARDJITO
13
NILAI GIZI PRODUK SUSU YANG TERDAPAT DI MASYARAKAT
Per 1 cc
No. Produk Kalori Protein No. Produk Kalori Protein
1. ASI 0,62 0,14 21. LLM 0,67 0,02
2. Bebelove 0,7 0,025 22. Morinaga 1,11 0,02
3. Bebelac 0,7 0,025 23. Neocate LCP 0,7
4. Chilkid 0,75 0,025 24. Neocate adv 1
5. Chilmil 0,7 0,02 25. Nephrisol 1 0,02
6. Chilschool 1,11 0,035 26. Nutren dianetik 1 0,04
7. Dancow 0,7 0,03 27. Nutribaby 0,7 0,02
8. Dancow batita 0,88 0,027 28. Nutrilon 0,7 0,02
9. Diabetasol 1 0,04 29. Nutrinidrink 1,5 0,16
10. Ensure 0,98 0,04 30. Pan enteral 1 0,056
11. Entrakid 1 0,03 31. Pediasure 1,1 0,036
12. Entramix 1 0,05 32. Peptamen 1 0,03
13. Entrasol 1 0,299 33. Peptamen yunior 1 0,032
14. FF 1, 2, 3 0,75 0,03 34. Peptisol 1 0,056
15. Hepatosol 0,92 0,036 35. Pregestimil 0,7 0,02
16. Infatrini 1 0,026 36. Proten 1 0,049
17. Lactogen 0,67 0,014 37. Skim 0,65 0,035
18. Lactona 0,67 0,013 38. Vitalac BL 0,68 0,015
19. Lactona 2 0,65 0,03
20. Lactona skim 0,55 0,05
Per 1000 ml
Kandungan Osmo
No. Jenis Dextrose Na+ Cl- K+ Ca2+ Kalori
pH
(gr) (mOsm) (mOsm) (mOsm) (mOsm)
laritas
1. D5% 4,5 50 - - - - 277 200
2. D5 – ¼ NS 4 50 38,5 38,5 - - 354 200
3. D5 – ½ NS 4 50 77 77 - - 431 200
4. D5 – NS 4 50 154 154 - - 585 200
5. D10% 100 - - - - 555 400
6. NaCl 0,9% 5,5 - 154 154 - - 308
7. RL (+ lactate 6,5 - 130 109 4 3 275
28 mmol)
8. Kaen 1B 4,6 37,5 38,5 38,5 - -
9. Kaen 3A 5,6 27 60 50 10 20
10. Kaen 3B 5,6 27 50 50 20 20
11. Kaen 4A 40 30 20 - 10
12. Kaen 4B 37,5 30 28 8 10
13. Asering (+ asetat 28 mmol) 130 109 4 3 273,4
14
TOTAL PARENTERAL NUTRITION
15
DIET IN SPECIAL CONDITION
16
Fig 1. Nutritional management of acute renal failure.
RNI = reference nutrient intake
17
18
DIET IN CHOLESTASIS LIVER DISEASES (CLD)
• Poor dietary intake is an important factor in pathophysiological basis of malnutrition
• Dietary intake is increased to level 120-150% of the daily reference intake
• Continuous nasogastric drip-feeding maybe needed in infant to guarantee optimal uptake
of nutrients
Table 1. Oral supplementation of fat soluble vitamin in infants with chronic cholestasis
Vitamin Regimen
A Water soluble preparation 5000 – 25.000 units/day
D Vitamin D, 500 – 5000 units/day, or 25-hydroxyvitamin D3, 3-5 μg/kg/day
E D-α-tocopherol-polyethylene glycol-1000 succinate (TPGS), 15-25
IU/kg/day, or α-tocopherol, 25-200 IU/kg/day
K 2,5 mg twice per week
DIET KETOGENIC
Prinsip :
• High fat
• Low carbohydrat
• Adequate protein
Ratio fat : non fat = 3:1 OR 4:1
19
20
INTOLERANSI LEMAK DAN LAKTOSA
a. Intoleransi lemak
• MCT digunakan untuk merawat pasien dengan peningkatan berat badan yang sedikit
oleh karena malabsorbsi lemak. MCT tidak melewati metabolisme lemak pada
umumnya dan lebih mudah diabsorbsi secara langsung ke dalam enterocyte dan
ditransport melalui vena porta menuju hepar.
• Suplementasi vitamin larut lemak dibutuhkan untuk pasien dengan malabsorbsi
lemak atau sindrom usus pendek.
• Suplemen pada pasien dengan malabsorbsi lemak harus mengandung asam lemak
linoleat dan linolenat.
• Pasien dengan sindrom usus pendek mungkin tidak dapat mengabsorbsi susu
formula secara efektif hingga hiperplasia mukosa meningkatkan area absorbsi
mukosa. Selama periode adaptasi, nutrisi parenteral yang sesuai mungkin
dibutuhkan untuk menjaga status nutrisi yang optimal.
• Adanya intoleransi lemak diketahui melalui pemeriksaan sudan III pada feses.
Intoleransi lemak terjadi apabila terdapat nilai positif (+) pada sudan III.
b. Intoleransi Laktosa
Intoleransi laktosa adalah
kondisi di mana laktase, enzim untuk
mencerna laktosa, tidak diproduksi.
Untuk menguji batas toleransi laktosa
dapat dilakukan tes pernapasan
hidrogen (hydrogen breath test) atau
tes keasaman kotoran (stool acidity
test) agar diketahui diagnosis klinis.
Tes keasaman feses dilihat melalui
pemeriksaan pH feses, dimana pH
feses normal berkisar di antara 6,5 –
7,5.
21
DIET PADA KONDISI SAKIT KRITIS
1. REE (Resting Energy Expenditure ~ energi untuk melakukan fungsi vital tubuh)
2. Diet induced thermogenesis (energi untuk mengolah makanan)
3. Energi untuk melakukan aktivitas fisik
4. Energi untuk tumbuh dan berkembang
Anak sakit tidak kritis kebutuhan energi meningkat untuk mengkoreksi kehilangan energi
Anak sakit kritis pada fase akut kebutuhan energi menurun karena perubahan REE,
penurunan aktivitas fisik, disfungsi organ, dan pertumbuhan yang terhenti
sementara.
Glukosa merupakan sumber energi paling penting pada kondisi sakit kritis.
Hipoglikemia harus dihindari untuk mencegah kerusakan jaringan. Kelebihan glukosa juga
harus dihindari oleh karena resistensi insulin perifer yang terjadi pada kondisi kritis. Pada
kondisi sakit kritis juga dapat terjadi overload glukosa dikarenakan adanya lipogenesis, yang
pada akhirnya meningkatkan produksi CO2, dan berakibat terjadinya multi organ failure
hingga kematian. Lipogenesis itu sendiri dapat menyebabkan steatosis (penumpukan lemak di
liver), stress oksidatif, dan disfungsi liver. Sedangkan adanya peningkatan produksi CO2
akan menyebabkan meningkatnya usaha nafas dan meningkatnya kebutuhan alat bantu
ventilasi.
FORMULA SCHOFIELD
BMR (kkal/hari)
UMUR
LAKI-LAKI PEREMPUAN
< 3 tahun 59,48 x kgBB – 30,33 58,29 x kgBB – 31,0
3 – 10 tahun 22,7 x kgBB + 505 20,3 x kgBB + 486
10 – 18 tahun 13,4 x kgBB + 693 17,7 x kgBB + 659
Schofield equations digunakan untuk memperkirakan REE. Formula Schofield digunakan pada anak
yang mengalami sakit kritis dengan kondisi yang relatif stabil.
FORMULA CALDWELL
Formula caldwell digunakan untuk memperkirakan REE pada kondisi sakit kritis. Formula ini
digunakan pada anak dengan kondisi terintubasi.
22
FAILURE TO THRIVE
Konsep failure to thrive pertama kali dijelaskan oleh Holt (1879) : “Anak tidak naik
berat badannya sesuai dengan seharusnya”. Indikator failure to thrive menggunakan BB
bukan TB. BB yang pertama kali dipengaruhi, TB baru pada tahap berikutnya (hanya sedikit
mempengaruhi LK). Apa yang dimaksud dengan “seharusnya”?
Indikator untuk mendeteksi failure to thrive adalah weight velocity. Weight velocity
ialah: “Perubahan BB (g) menurut waktu (bulan) dibandingkan dengan populasi sesuai
dengan umurnya”. Perubahan <persentil ke-5 menunjukkan failure to thrive.
23
24
INDIKATOR GROWTH VELOCITY
a. BERAT BADAN = paling sering diukur dan indikator perubahan paling responsif dalam
jangka waktu pendek
b. LINGKAR KEPALA = pengukuran kedua tersering setelah BB untuk kepentingan klinis
c. PANJANG BADAN = bermanfaat untuk deteksi stunting, karena deteksi <2 tahun
sangat penting untuk pencegahan
Catatan: BMI = tidak valid karena mempunyai kesalahan komposit pengukuran (BB dan
PB), grafik menanjak dan kemudian turun, dan pemahaman nilai prognostiknya tidak jelas
growth velocity berdasar BMI tidak dibuat
25
INBORN ERROR OF METABOLISM
PROSES METABOLISME
• Katabolisme = pengrusakan
Menghasilkan energi dan mereduksi molekul kompleks yang akhirnya menghasilkan
molekul kecil (CO2, NH3). Molekul kecil tersebut pada akhirnya digunakan oleh tubuh
dan juga sebagai produk akhir yang akan dibuang.
• Anabolisme = biosintesis
Mengkonstruksi molekul besar sebagai komponen sel, misalnya asam amino untuk
protein, asam nukleat, lemak, dan kolesterol
PENGERTIAN METABOLISME
METABOLIC PATHWAY
Jalur metabolik memiliki beberapa langkah yang diawali oleh suatu molekul spesifik
dan diakhiri dengan sebuah produk tertentu. Setiap langkah-langkah tersebut dikatalisasi oleh
enzim spesifik.
Pada kondisi inborn errors of metabolism dapat terjadi mutasi dari gen yang
diturunkan. Sehingga mutasi gen tersebut menyebabkan perubahan dari struktur protein
(enzim). Enzim yang berubah tersebut menyebabkan perubahan produk akhir dari
katabolisme (metabolit) yang dapat bersifat toksik ataupun non toksik. Dimana ketika produk
akhir yang dihasilkan berupa non toksik akan mengakibatkan variasi normal pada tubuh
seseorang. Namun apabila produk akhir yang dihasilkan berupa toksik, akan mengakibatkan
seseorang tersebut akan memiliki manifestasi suatu penyakit.
26
POLA PEWARISAN IEM
KLASIFIKASI IEM
27
KAPAN CURIGA IEM ?
• Presentasi/manifestasi klinis
• Pemeriksaan penunjang dasar
• Selective screening (chromatography)
• Enzyme assays Belum dapat dikerjakan
di Indonesia
• DNA mutation analysis
Neonatus sehat : <110μmol/L, sakit 110-180 μmol/L, curiga IEM >200 μmol/L
Setelah periode neonatal normal 50-80 μmol/L, curiga IEM >100 μmol/L
28
ALUR PEMERIKSAAN BILA TERDAPAT ASIDOSIS METABOLIK
29
ALUR PEMERIKSAAN BILA DIDAPATKAN HIPOGLIKEMIA
30
PENDEKATAN DIAGNOSIS TIAP TIPE IEM BERDASARKAN TEMUAN KLINIS
31
PRINSIP TATALAKSANA IEM
32