Makalah DHF Kelompok V

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 27

TUGAS KELOMPOK

DHF

oleh:
Kelompok v
ARIF PUJI DARMAWAN NIM. 14201.13.21068
ISNANI MAULY MASRURI NIM. 14201.13.21083

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

STIKES HAFSHWATY PESANTREN ZAINUL HASAN

PROBOLINGGO

2022

KATA PENGANTAR
Pertama kami panjatkan puji syukur atas rahmat dan ridho Allah SWT,
karena kita dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan selesai tepat waktu.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Alwin selaku dosen
pengajar Keperawatan Anak yang telah memberikan tugas kepada kami sehingga
kami bias berusaha belajar tentang Penyakit DHF.
Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum
kami ketahui, Maka dari itu kami mohon saran dan kritik dari teman-teman
maupun dari Bapak dosen, demi tercapainya makalah yang sempurna.

Probolinggo, 06 April 2022

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Dengue Haemorragic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue (DBD)


merupakakn suatu penyakit dengan penyebaran jumlah penderita semakin
meningkat (Siregar dkk., 2017). Demam Berdarah Dengue (DBD) / Dengue
Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus yang hanya hidup pada suhu antara 8oC-37oC (Siregar dkk., 2017).
Virus ini dapat menyebabkan perdarahan dikarenakan mengganggu kinerja dari
darah kapiler dan system pembekuan darah. Perkembangbiakan virus dapat
terjadi di dalam bak mandi, kaleng kosong, plastik air minum, ban bekas dan
kontaier buatan lainnya (Siregar dkk., 2017).

Sedangkan menurut Wanti, dkk (2019) Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)


adalah penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina
yang terinfeksi oleh virus dengue, hal ini menjadi suatu permasalahan terhadap
suatu beban penyakit, tingkat kematian yang tinggi, kemiskinan, dan beban
social dunia terutama pada daerah- daerah intropis dan subtropic yang menjadi
masalah dunia. Demam berdarah ringan menyebabkan demam tinggi dan gejala
seperti flu. Bentuk demam berdarah yang parah, juga disebut demam berdarah
dengue, dapat menyebabkan pendarahan serius, penurunan tekanan darah
(syok) dan kematian yang tiba-tiba (Mayoclinic, 2020).
I.2. Tujuan

I.2.1. Tujuan Umum

Setelah membaca makalah ini mahasiswa dapat memahami apa yang


dimaksud dengan DHF dan hal-hal yang menyangkut asuhan keperawatannya.

I.2.2. Setelah membaca makalah ini mahasiswa dapat :

 Mengetahui definisi DHF


 Mengetahui etiologi DHF
 Mengetahui manifestasi klinis DHF
 Mengetahui komplikasi DHF
 Mengetahui tentang penatalaksanaan DHF
 Mengetahui tentang patofisiologi dari DHF
 Melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan DHF

I.3. Rumusan Masalah

1. Apa definisi DHF ?


2. Apa etiologi DHF ?
3. Apa manifestasi klinis DHF ?
4. Apa komplikasi DHF ?
5. Bagaimana tentang penatalaksanaan DHF ?
6. Bagaimana tentang Patofisiologi dari DHF ?
7. Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada anak dengan DHF ?

I.4. Manfaat

 Dengan adanya makalah ini diharapkan menambah pengetahuan dan


wawasan terkait dengan Penyakit DHF serta dapat di implementasikan
 Menjadi pedoman saat melaksanakan Intervensi terkait Penyakit DHF.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pengertian
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau disebut Dengue
Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus,
yang mana menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada
sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan perdarahan.
Demam berdarah merupakan penyakit demam akut terutama menyerang
pada anak-anak. Gejala yang ditimbulkan biasanya dengan manifestasi
perdarahan dan bertendensi menimbulkan shock yang dapat menimbulkan
kematian (Yusriana, 2016).
Pada kasus ini akan terjadi perembasan plasma yang ditandai oleh
hemolonsentrasi (peningkatan hematocrit) atau penumpukan cairan fi rongga
tubuh selain itu penderita DHF rentan mengalami Dengue Shock Syndrome
(DSS) yang ditandai dengan demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai
leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia, dan diatesis hemoragik
(Setiyawan dkk., 2019).

Sedangkan menurut Wanti, dkk (2019) Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)


adalah penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina
yang terinfeksi oleh virus dengue, hal ini menjadi suatu permasalahan terhadap
suatu beban penyakit, tingkat kematian yang tinggi, kemiskinan, dan beban
social dunia terutama pada daerah- daerah intropis dan subtropic yang menjadi
masalah dunia. Demam berdarah ringan menyebabkan demam tinggi dan gejala
seperti flu. Bentuk demam berdarah yang parah, juga disebut demam berdarah
dengue, dapat menyebabkan pendarahan serius, penurunan tekanan darah
(syok) dan kematian yang tiba-tiba (Mayoclinic, 2020).
II.2 Etiologi

Faktor yang mempengaruhi terjadinya DHF yaitu :


1. Virus Dangue
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam
Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus
dengue tipe 1, 2, 3 dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di
Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis.
Vektor dari DHF adalah Aedes aegypti, aedes albipictus, aedes aobae, aedes
cooki, aedes hakanssoni, aedes polynesis, aedes pseudoscutellaris, dan
aedes rotumae. Virus dengue yang termasuk dalam genus flavivirus yang
mempunyai diameter 40 nonometer dapat berkembang biak dengan baik
pada berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel- sel
mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster Kidney) maupun sel-sel
Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus. Dikenal 2 macam arbovirus
Chikungunyam Onyong-nyong dari Genus Togavirus dan West Nile Fever
dari genus Flavivirus yang mengakibatkatkan gejala demam dan ruam yang
mirip DB (Setyadevi dan Rokhaidah, 2020).
2. Vektor
Infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur
hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap
serotipe jenis yang lainnya. Infeksi dhf dapat ditularkan oleh vector berikut :
a. Aedes Agypti
- Paling sering ditemukan
- Nyamuk yang hidup di daerah tropis, terutama hidup dan
berkembang biak di dalam rumah, yaitu di tempat penampungan air
jernih atau tempat penampungan air di sekitar rumah
- Nyamuk ini sepintas tampak berlurik, berbintik-bintik putih
- Biasanya menggigit pada siang hari, terutama pada pagi dan sore
hari.
- Jarak terbang 100 meter.
b. Aedes Albopictus
- Tempat habitatnya di air jernih
- Biasanya di sekitar rumah atau pohon-pohon, tempat yang
menampung air hujan yang bersih,seperti pohon pisang, pandan,
kaleng bekas
- Menggigit pada waktu siang hari
- Jarak terbang 50 meter
3. Host
Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang pernah
mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi
ulangan untuk kedua kalinya atau lebih dengan pula terjadi pada bayi yang
mendapat infeksi viru sdengue untuk pertama kalinya jika ia telah mendapat
imunitas terhadap dengue dari ibunya melalui plasenta. DHF disebabkan
oleh virus dengue yang termasuk dalam family flaviviridae genus flavivirus.
Virus dengue ditularkan dari seorang penderita ke orang lain melalui gigitan
nyamuk genus Aedes, yaitu nyamu aedes aegypti betina. Aedes aegypti
tersebar di daerah tropis dan subtropis yang merupakan vektor utama
(Adnan dan Siswani, 2019).

II.3 Klasifikasi
Menurut derajat ringannya penyakit, Dengue Haemoragic Fever (DHF) dibagi
menjadi 4 tingkat yaitu (Jannah dkk., 2019) :
1. Derajat I
a. Panas 2-7 hari
b. Gejala umum tidak khas
c. Uji tourniquwt hasilnya positif
2. Derajat II
a. Sama seperti derajat I
b. Gejala – gejala pendarahan spontan seperti petekia, ekimosa, epimosa,
epistaksis, haematemesis, melena, perdarahan gusi telinga dan
sebagainya
3. Derajat III
a. Penderita syok ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti
nadi lemah dan cepat (> 120 / menit)
b. Tekanan nadi sempit (< 20 mmHg)
c. Tekanan darah menurun (120 / 80 mmHg) sampai tekanan sistolik
dibawah 80 mmHg
d. Kulit dingin, lembab, gelisah, hipotensi
4. Derajat IV
a. Nadi tidak teraba
b. Tekanan darah tidak terukur (denyut jantung > - 140 mmHg)
c. Anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru
Demam Berdarah Dengue (DBD)/ Dengue Hemorragic Fever (DHF) harus
dibedakan dengan Demam Dengue (DD) dan Sindrom Syok Dengue (SSD).
Adapun perbedaan tersebut adalah sebagai berikut (Jannah dkk., 2019) :

Ada/Tidak Ada/Tidak
Jenis penyakit Tipe Demam
Perdarahan Syok
Ada (kadang)
DD Tidak Suu naik-turun-sembuh
atau tidak
DBD Ada Tidak Suh naik-turun-syok
Suhu naik – turun – tanda
SSD Ada Ada
syok (belum syok)

II.4 Patofisiologi
Fenomena patologis yang utama pada penderita DHF adalah meningkatnya
permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya perembesan atau
kebocoran plasma, peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan
berkurangnya volume plasma yang secaraotomatis jumlah trombosit berkurang,
terjadinya hipotensi (tekanan darah rendah) yang dikarenakan kekurangan
haemoglobin, terjadinya hemokonsentrasi (peningkatan hematocrit > 20%) dan
renjatan (syok) (Jannah dkk., 2019) . Hal pertama yang terjadi setelah virus
masuk ke dalam tubuh penderita adalah penderita mengalami demam, sakit
kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal di seluruh tubuh, ruam atau bitnik-bintik
merah pada kulit (petekie), sakit tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi
seperti pembesaran limpa (splenomegali) (Jannah dkk., 2019).
Hemokonsentrasi menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran atau
perembesan plasma ke ruang ekstra seluler sehingga nilai hematocrit menjadi
penting untuk patokan pemberian cairan intravena (Jannah dkk., 2019). Oleh
karena itu, pada penderita DHF sangat dianjurkan untukmemantau hematocrit
darah berkala untuk mengetahuinya. Setelah pemberian cairan intravena
peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi
sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya
untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung (Jannah dkk., 2019).
Sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan
mengalami kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk
bahkan bisa mengalami renjatan dan apabila tidak segera ditangani dengan baik
maka akan mengakibatkan kematian. Sebelumnya terjadinya kematian biasanya
dilakukan pemberian transfusi guna menambah semua komponen-komponen di
dalam darah yang telah hilang.

II.5 Tanda dan Gejala

Menururt Indriyani & Gustawan (2020) tanda dan gejala dhf adalah sebagai
berikut:
1. Demam tinggi selama 5-7 sampai 40°C dan mendadak
2. Anoreksia (mual, muntah) tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi
3. Nyeri perut kanan atas atau seluruh bagian perut
4. Nyeri kepala
5. Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati
6. Uji tourniquet positif
7. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis,
hematoma epistaksis, hematemisis, melena, hematuri
8. Trombositopenia (< 100.000/ mm3)
9. Sakit kepala
10. Pembengkakan sekitar mata
11. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening
12. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah
menurun, gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah)

II.6 Penatalaksanaan
1. Indikasi rawat inap pada dugaan dengan infeksi virus dengue :
a. Panas 1-2 hari disertai dehidrasi (karena panas, muntah, masukan
kurang) atau kejang-kejang
b. Panas 3-5 hari disertai nyeri perut, pembesaran hati, uji tourniquet
positif/negtif, kesan sakit keras (tidak mau bermain), Hb dan PCV
meningkat
c. Panas disertai perdarahan
d. Panas disertai renjatan
2. Penatalaksanaan sebelum atau rejatan
a. Grade I dan II
b. Infus cairan Ringer Laktat dengan dosis 75ml/KgBB/hari untuk anak
dengan BB < 10 kg atau 50 ml/KgBB/hari,untuk anak dengan BB <10
kg bersama-sama diberikan minuman oralit, air buah atau susu
secukupnya, untuk kasus yang menujukan gejala dehidrasi disarankan
minum sebanyak-banyaknya dan sesering mungkin. Apabila anak tidak
suka minum sama sekali sebaiknya jumlah cairan infus yang harus
diberikan sesui dengan kebutuhan cairan penderita dalam kurun waktu
24 jam yang diestimasikan sebagai berikut:
- 100 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25kg
- 75 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26-30 kg
- 60 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31-40 kg
- 50 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41-50 kg
- Obat-obatan lain: antibiotik apabila ada infeksi lain, antipiretik
untuk anti panas, darah 15cc/kgBB/hari perdarahan hebat.
c. Grade III
- Berikan infus Ringer Laktat 20 ml/kgBB/1 jam
Apabila menunjukkan perbaikan (tensi terukur lebih dari 80 mmHg
dan nadi teraba dengan frekuensi kurang dari 120/menit dan akral
hangat) lanjutkan dengan Ringer Laktat 10 mL/KgBB/1 jam. Jika
nadi dan tensi stabil dilanjutkan infus tersebut dengan jumlah cairan
dihitung berdasarkan kebutuhan cairan dalam kurun waktu 24 jam
dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi dengan sisa waktu (24
jam dikurangi waktu yang dipkai untuk mengatasi renjatan).
Perhitungan kebutuhan cairan dalam 24 jam diperhitungkan sebagai
berikut:
1. 100 mL/KgBB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 kg
2. 75 mL/KgBB/24 jam untuk anak dengan BB 26-30 kg
3. 60 mL/KgBB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 kg
4. 50 mL/KgBB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 kg
- Apabila satu jam setelah pemakaian cairan RL 20mL/KgBB/1 jam
keadaan tensi masih terukur kurang dari 80 mmHg dan nadi cepat,
akral dingin maka penderita tersebut memperoleh plasma atau
plasma ekspander (dextran L atau yang lainnya) sebanyak
10mL/KgBB/1 jam dan dapat diulang maksimalkan
30mL/kgBB/dalam kurun waktu 24 jam. Jika keadaan umum
membaikdilanjutkan cairan RL sebanyak kebutuhan cairan selama
24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi sisa waktu setelah
dapat mengatasi renjatan.
- Apabila satu jam setelah pemberian cairan Ringer Laktat
10mL/KgBB/1jam keadaan tensi menurun lagi, tetapi masih terukur
kurang 80 mmHg dan nadi cepat lemah, akral dingin maka penderita
tersebut harus memperoleh plasma atau plasma ekspander (dextran
L atau lainnya) sebanyak 10 mL/KgBB/1 jam dan dapat di ulang
maksimal 30 mL/KgBB dalam kurun waktu 24jam.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah Lengkap
- Kadar trombosit darah menurun (trombositopenia) 100.00mm atau
kurang
- Hematokrit meningkat lebih dari 20%, merupakan indikator akan
timbulnya rejatan
- Hemoglobin meningkat lebih dari 20%
- Lekosit menurun (lekopenia) pada hari kedua atau ketiga
- Masa perdarahan memanjang
- Protein rendah (hipoproteinemia)
- Natrium rendah (hiponatremia)
- SGOT/SGPT bisa meningkat
b. Pemeriksaan Dengue Blood (metode Rapid)
Fungsi pemeriksaandengueblooduntuk melihat anti body Ig G dan Ig M.
Pemeriksaan IgG itu untuk melihat infeksi pertama kalinya pasien
terkena DHF. Pemeriksaan IgM itu untuk melihat infeksi kedua kalinya
pasien terkena DHF. Nilai normal: (-) negatif.
c. Hasil Pemeriksaan Kimia Darah
- Hipoproteinemia
- Hiponatremia
- Hipoktoremia pada hari kedua dan ketiga terjadi leukopenia,
nekropenia, aneosinofilia
- Peningkatan limfosit, monosit dan basofil.
d. Analisa Gas Darah arteri
- Menunjukkan asidosis metabolic
- PCO2 < 35-40 mmHg
- HCO3 rendah Base excess (-)
e. Urine
Kadar albumin urine positif (albuminuria)
2. Foto Thorax
Pada pemeriksaan foto thorax dapat ditemukan efusi pleura. Umumnya
posisi lateral dekubitus kanan (pasien tidur disisi kanan) lebih baik dalam
mendeteksi cairan dibandingkan dengan posisi berdiri apalagi berbaring.
3. USG
Pemeriksaan USG biasanya lebih disukai dan dijadikan pertimbangan
karena tidak menggunakan sistem pengion (sinar X) dan dapat diperiksa
sekaligus berbagai organ pada abdomen. Adanya asites dan cairan pleura
pada pemeriksaan USG dapat digunakan sebagai alat menentukan diagnosa
penyakit yang mungkin muncul lebih berat misalnya dengan melihat
ketebalan dinding kandung empedu dan penebalan pankreas.
4. Diagnosis Serologis
a. Uji Hemaglutinasi (Uji HI)
Tes ini adalah goldstandart pada pemeriksaan serologis, sifatnya sensitif
namun tidak spesifik. Artinya tidak dapat menunjukkan tipe virus yang
menginfeksi. Antibodi HI bertahan dalam tubuh lama sekali (1280) baik
pada serum akut atau konvalesen dianggap sebagai pesumtif (+) atau
diduga keras positif infeksi dengue yang baru terjadi (Vasanwala, 2012).
b. Uji Komponen Fiksasi (Uji CF)
Jarang digunakan secara rutin karena prosedur pemeriksaannya rumit
dan butuh tenaga berpengalaman. Antibodi komplemen fiksasi bertahan
beberapa tahun saja (sekitar 2-3 tahun).
c. Uji Neutralisasi Uji ini paling sensitif dan spesifik untuk virus dengue.
Dan biasanya memakai cara Plaque Reduction Neutralization Test
(PNRT) (Vasanwala, 2012).
d. IgM Elisa (Mac Elisa, IgM captured ELISA)
Banyak sekali dipakai, uji ini dilakukan pada hari ke 4-5 infeksi virus
dengue karena IgM sudah timbul kemudian akan diikuti IgG. Bila IgM
negatif maka uji harus diulang. Apabila sakit ke-6 IgM masih negatif
maka dilaporkan sebagai negatif. IgM dapat bertahan dalam darah
sampai 2-3 bulan setelah adanya infeksi (Vasanwala, 2012).
5. Identifikasi Virus
Cara diagnostik baru dengan reverse transcriptase polymerasechain reaction
(RTPCR) sifatnya sangat sensitif dan spesifik terhadap serotype tertentu,
hasil cepat dan dapat diulang dengan mudah. Cara ini dapat mendeteksi
virus RNA dari specimenyang berasal dari darah, jaringan tubuh manusia,
dan nyamuk.
II.7 Pathway Nyamuk aedes aegypti pembawa
virus dengue

Menggigit manusia Defisit Pengetahuan

Virus masuk sirkulasi darah


Kurang terpapar informasi
Kompleks virus antibodi dalam
MRS
sirkulasi darah

Aktivasi C3 dan C5 hematosplenomegali Pelepasan Produksi endogenus Perpindaham cairan Agresi


neurotransmiter pirogen ke ekstravaskular trombosit
Pelepasan anafilaktosin Mendesak lambung
Merangsang Prostaglandin O2 meningkat Trombosit
Permebilitas pembuluh HCL meningkat reseptor nyeri meningkat openia
darah meningkat Metabolisme
Mual/muntah Impuls masuk ke
Demam menurun
Hilangnya plasma thalamus Risiko
Penurunan nutrisi
Perdarahan
Kebocoran plasma Hipertermia Intoleransi
Defisit Nutrisi Nyeri Akut Aktivitas
Penumpukan cairan
pada pleura Syok

Hipotensi O2 Menurun Risiko Perfusi Perifer Tidak Efektif


Pola Napas Tidak
Efektif
II.8 Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama, umur (Secara eksklusif, DHF paling sering menyerang anak –
anak dengan usia kurang dari 15 tahun. Endemis di daerah tropis
Asia, dan terutama terjadi pada saat musim hujan (Nelson, 1992 :
269), jenis kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan.
b. Keluhan Utama : Panas atau demam
c. Riwayat Kesehatan
- Riwayat penyakit sekarang
Ditemukan adanya keluhan panas mendadak yang disertai
menggigil dengan kesadaran kompos mentis. Turunnya panas
terjadi antara hari ke 3 dan ke 7 dan keadaan anak semakin lemah.
Kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual,
diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot, serta adanya manifestasi
pendarahan pada kulit
- Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita klien, apa pernah
mengalami serangan ulang DHF.
- Riwayat imunisasi
Apabila mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan
akan timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.
- Riwayat gizi
Status gizi yang menderita DHF dapat bervariasi, dengan status
gizi yang baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat
faktor predisposisinya. Pasien yang menderita DHF sering
mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsu makan menurun.
Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan
nutrisi yang mencukupi, maka akan mengalami penurunan berat
badan sehingga status gizinya menjadi kurang.
d. Kondisi Lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan
yang kurang bersih ( seperti air yang menggenang dan gantungan
baju dikamar).
e. Activity Daily Life (ADL)
- Nutrisi : Mual, muntah, anoreksia, sakit saat menelan
- Aktivitas : Nyeri pada anggota badan, punggung sendi, kepala, ulu
hati, pegalpegal pada seluruh tubuh, menurunnya aktivitas sehari-
hari.
- Istirahat dan tidur : Dapat terganggu karena panas, sakit kepala
dan nyeri.
- Eliminasi : Diare / konstipasi, melena, oligouria sampai anuria
- Personal hygiene : Meningkatnya ketergantungan kebutuhan
perawatan diri.
f. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi, adalah pengamatan secara seksama terhadap status
kesehatan klien (inspeksi adanya lesi pada kulit). Perkusi, adalah
pemeriksaan fisik dengan jalan mengetukkan jari tengah ke jari
tengah lainnya untuk mengetahui normal atau tidaknya suatu organ
tubuh. Palpasi, adalah jenis pemeriksaan fisik dengan meraba klien.
Auskultasi, adalah dengan cara mendengarkan menggunakan
stetoskop (auskultasi dinding abdomen untuk mengetahu bising
usus). Adapun pemeriksaan fisik pada anak DHF diperoleh hasil
sebagai berikut:
1. Keadaan Umum
Berdasarkan tingkatan (grade) DHF keadaan umum adalah
sebagai berikut :
a. Grade I : Kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah,
tanda – tanda vital dan nadi lemah
b. Grade II : Kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah,
ada perdarahan spontan petekia, perdarahan gusi dan telinga,
serta nadi lemah, kecil, dan tidak teratur
c. Grade III : Keadaan umum lemah, kesadaran apatis,
somnolen, nadi lemah, kecil, dan tidak teratur serta tensi
menurun
d. Grade IV : Kesadaran koma, tanda – tanda vital : nadi tidak
teraba, tensi tidak terukur, pernapasan tidak teratur,
ekstremitas dingin berkeringat dan kulit tampak sianosis.
2. Kepala dan Leher
a. Wajah : Kemerahan pada muka, pembengkakan sekitar mata,
lakrimasi dan fotobia, pergerakan bola mata nyeri.
b. Mulut : Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor,
(kadangkadang) sianosis.
c. Hidung : Epitaksis
d. Tenggorokan : Hiperemia
e. Leher : Terjadi pembesaran kelenjar limfe pada sudut atas
rahang daerah servikal posterior
3. Dada
Nyeri tekan epigastrik, nafas dangkal.
Pada Stadium IV :
Palpasi : Vocal – fremitus kurang bergetar.
Perkusi : Suara paru pekak.
Auskultasi : Didapatkan suara nafas vesikuler yang lemah.
4. Abdomen
Palpasi : Terjadi pembesaran hati dan limfe, pada keadaan
dehidrasi turgor kulit dapat menurun, suffiing dulness, balote
ment point (Stadium IV).
5. Anus dan Genetalia
Eliminasi alvi : Diare, konstipasi, melena.
Eliminasi uri : Dapat terjadi oligouria sampai anuria.
6. Ekstremitas
Stadium I : Ekstremitas atas nampak petekie akibat RL test.
Stadium II – III : Terdapat petekie dan ekimose di kedua
ekstrimitas.
Stadium IV : Ekstrimitas dingin, berkeringat dan sianosis pada
jari tangan dan kaki.
7. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan darah klien DHF akan dijumpai :
a. Hb dan PCV meningkat ( ≥20%).
b. Trambositopenia (≤100.000/ml).
c. Leukopenia.
d. Ig D dengue positif.
e. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan :
hipoproteinemia, hipokloremia, dan hiponatremia.
f. Urium dan Ph darah mungkin meningkat.
g. Asidosis metabolic : PCO2 <35-40 mmHg.
h. SGOT/SGPT mungkin meningkat.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Pola Nafas Tidak Efektif b.d ganggyan neuromuscular d.d dyspnea,
penggunaan otot bantu pernafasan, pola nafas abnormal
b. Nyeri Akut b.d agen pencedera fisiologis d.d mengeluh nyeri, td
meningkat, pola nafas berubah, gekisah, tampak meringis
c. Hipertermi b.d proses penyakit d.d suhu tubuh diatas nilai normal,
kulit merah, kejang, takipnea, takikardi
d. Defisist Nutrisi b.d ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient d.d nafsu
makan menurun, kram abdomen, berat badan menurun, bising usus
hiperaktif, membrane mukosa melemah
e. Risiko Perdarahan d.d gangguan koagulasi
3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
No Keperawatan Rasional
(SLKI) (SIKI)
(SDKI)
1 (D.0130) Setelah dilakukan tindakan asuhan Manajemen Hipertermia
1. Mengetahui
(1.15506):
Hipertermia keperawatan selama 2x24 jam,
Observasi: perkembangan suhu
termoregulasi membaik, dengan kriteria 1. Monitor suhu tubuh
pasien
hasil : Terapeutik:
2. Agar klien merasa
2. Sediakan lingkungan yang
dingin lebih nyaman
No Kriter Awal Akhir
3. Longgarkan atau lepaskan
ia 3. Mengurangi suhu
pakaian, menggunakan
hasil pakaian yang menyerap tubuh
keringat
1 Kulit 5 1
4. Agar klien tidak
Edukasi:
merah
mudah lelah
4. Anjurkan tirah baring
2 Pucat 5 1
5. Anjurkan kompres hangat 5. Untuk mengurangi
3 Suhu 1 5
Kolaborasi: suhu klien
Keterangan no 1 dan 2:
6. Kolaborasi pemberian obat
1 = Menurun, 2 = Cukup menurun, 3 = 6. Membantu mengatasi
Sedang, 4 = Cukup meningkat, 5 =
Meningkat
hipertermia

Keteranganno 3 :
1 = memburuk, 2 = cukup memburuk, 3 =
sedang, 4 = cukup membaik, 5 = membaik

2 (D.0077) Nyeri Setelah dilakukan asuahan keperawatan Manajemen Nyeri (1.08238)


akut
selama 3x24 jam maka nyeri yang Observasi 1. Mengetahui lokasi
dirasakan oleh klien akan berkurang. 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, nyeri
Dengan kriteria hasil durasi, frekuensi, kualitas, 2. Mengetahui skala
Tingkat Nyeri (L.08066) intensitas nyeri nyeri yang
2. Identifikasi skala nyeri dirasakan klien
Skor yang
Skor saat
No Indikator ingin 3. Identifikasi respon nyeri non 3. Melihat ekpresi
ini
dicapai verbal wajah klien
4. Identifikasi faktor yang 4. Untuk
1. Keluhan Nyeri 2 4
memperberat dan memperingan menentukan terapi
2. Meringis 3 4
nyeri non farmakologi
3. Gelisah 3 4
5. Untuk
Terapeutik mengurangi rasa
4. Kesulitan Tidur 3 4 5. Berikan teknik nonfarmakologis nyeri klien
untuk mengurangi rasa nyeri
Keterangan:
1. Berat / sangat terganggu
2. Cukup berat / banyak terganggu
3. Sedang / cukup terganggu
4. Ringan / sedikit terganggu
5. Tidak ada / tidak terganggu

3 (D.0019) Defisit Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen nutrisi (L.03119) 1. Untuk mengetahui
Nutrisi
selama 3 x 24 jam diharapkan status nutrisi penyebab status nutrisi
Observasi:
klien dan keluarga dapat meningkat dengan pada anak
kriteri hasil : 1. Identifikasi status nutrisi 2. Untuk mengetahui
2. Identifikasi makanan yang makanan yang disukai
Status nutrisi (L.03030)
disukai oleh anak
Kriteria hasil Skala Skala 3. Identifikasi alergi dan 3. Untuk mengetahui
awal akhir intoleransi makanan apakah anak memiliki
4. Monitor asupan makanan alergi terhadap
Terapeutik: makanan atau
Porsi makanan 3 5 5. Sajikan makanan secara minuman
yang dihabiskan menarik 4. Untuk mengetahui
asupan makanan yang
Verbalisasi 3 5
masuk kedalam tubuh
keinginan untuk
apakah terpenuhi atau
meningkatkan
tidak
nutrisi
5. Untuk menambah
Pengetahuan 3 5 nafsu makan
tentang pilihan
makanan yang
sehat

Keterangan :

1 = menurun, 2 = cukup menurun, 3 =


sedang, 4 = cukup meningkat, 5 =
meningkat
BAB III

PENUTUP

III.1. Kesimpulan
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau disebut Dengue
Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus,
yang mana menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem
pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan perdarahan.

Menurut derajat ringannya penyakit, Dengue Haemoragic Fever (DHF) dibagi


menjadi 4 tingkat yaitu (Jannah dkk., 2019) :
Derajat I: Panas 2-7 hari, Gejala umum tidak khas ,Uji tourniquwt
hasilnya positif
Derajat II: Sama seperti derajat I, Gejala – gejala pendarahan spontan
seperti petekia, ekimosa, epimosa, epistaksis, haematemesis, melena,
perdarahan gusi telinga dan sebagainya
Derajat III: Penderita syok ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah
seperti nadi lemah dan cepat (> 120 / menit), Tekanan nadi sempit (< 20
mmHg), Tekanan darah menurun (120 / 80 mmHg) sampai tekanan
sistolik dibawah 80 mmHg, Kulit dingin, lembab, gelisah, hipotensi
Derajat IV: Nadi tidak teraba, Tekanan darah tidak terukur (denyut
jantung > - 140 mmHg),Anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan
kulit tampak biru
Demam Berdarah Dengue (DBD)/ Dengue Hemorragic Fever (DHF) harus
dibedakan dengan Demam Dengue (DD) dan Sindrom Syok Dengue (SSD).
Adapun perbedaan tersebut adalah sebagai berikut (Jannah dkk., 2019) :

Ada/Tidak Ada/Tidak
Jenis penyakit Tipe Demam
Perdarahan Syok
Ada (kadang)
DD Tidak Suu naik-turun-sembuh
atau tidak
DBD Ada Tidak Suh naik-turun-syok
Suhu naik – turun – tanda
SSD Ada Ada
syok (belum syok)
Adapun Penatalaksanaannya sebagai berikut
Indikasi rawat inap pada dugaan dengan infeksi virus dengue :Panas 1-2
hari disertai dehidrasi (karena panas, muntah, masukan kurang) atau kejang-
kejang, Panas 3-5 hari disertai nyeri perut, pembesaran hati, uji tourniquet
positif/negtif, kesan sakit keras (tidak mau bermain), Hb dan PCV meningkat,
Panas disertai perdarahan, Panas disertai renjatan
Penatalaksanaan sebelum atau rejatan: Grade I dan II Infus cairan Ringer
Laktat dengan dosis 75ml/KgBB/hari untuk anak dengan BB < 10 kg atau 50
ml/KgBB/hari,untuk anak dengan BB <10 kg bersama-sama diberikan minuman
oralit, air buah atau susu secukupnya, untuk kasus yang menujukan gejala
dehidrasi disarankan minum sebanyak-banyaknya dan sesering mungkin. Apabila
anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya jumlah cairan infus yang harus
diberikan sesui dengan kebutuhan cairan penderita dalam kurun waktu 24 jam
yang diestimasikan sebagai berikut:
- 100 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25kg
- 75 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26-30 kg
- 60 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31-40 kg
- 50 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41-50 kg
- Obat-obatan lain: antibiotik apabila ada infeksi lain, antipiretik
untuk anti panas, darah 15cc/kgBB/hari perdarahan hebat.

Grade III: Berikan infus Ringer Laktat 20 ml/kgBB/1 jam, Apabila menunjukkan
perbaikan (tensi terukur lebih dari 80 mmHg dan nadi teraba dengan frekuensi
kurang dari 120/menit dan akral hangat) lanjutkan dengan Ringer Laktat 10
mL/KgBB/1 jam. Jika nadi dan tensi stabil dilanjutkan infus tersebut dengan
jumlah cairan dihitung berdasarkan kebutuhan cairan dalam kurun waktu 24 jam
dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi dengan sisa waktu (24 jam dikurangi
waktu yang dipkai untuk mengatasi renjatan). Perhitungan kebutuhan cairan
dalam 24 jam diperhitungkan sebagai berikut: 100 mL/KgBB/24 jam untuk anak
dengan BB < 25 kg , 75 mL/KgBB/24 jam untuk anak dengan BB 26-30 kg , 60
mL/KgBB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 kg, 50 mL/KgBB/24 jam untuk
anak dengan BB 41-50 kg
- Apabila satu jam setelah pemakaian cairan RL 20mL/KgBB/1 jam
keadaan tensi masih terukur kurang dari 80 mmHg dan nadi cepat,
akral dingin maka penderita tersebut memperoleh plasma atau
plasma ekspander (dextran L atau yang lainnya) sebanyak
10mL/KgBB/1 jam dan dapat diulang maksimalkan
30mL/kgBB/dalam kurun waktu 24 jam. Jika keadaan umum
membaikdilanjutkan cairan RL sebanyak kebutuhan cairan selama
24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi sisa waktu
setelah dapat mengatasi renjatan.
- Apabila satu jam setelah pemberian cairan Ringer Laktat
10mL/KgBB/1jam keadaan tensi menurun lagi, tetapi masih
terukur kurang 80 mmHg dan nadi cepat lemah, akral dingin maka
penderita tersebut harus memperoleh plasma atau plasma
ekspander (dextran L atau lainnya) sebanyak 10 mL/KgBB/1 jam
dan dapat di ulang maksimal 30 mL/KgBB dalam kurun waktu
24jam.

III.2. Saran

Diharapkan Mahasiswa dan pembaca setelah mendapatkan


Materi tentang DHF dapat mengerti tentang definisi, tanda gejala serta
penatalaksanaanya serta mampu mengimplementasikan ilmu yang di
dapat dari perkuliahan.
Judul Jurnal Tahun Pembahasan

Peran kader jumantik 2019, Adnan, A. B. dan Berdasarkan hasil tersebut,


maka kelurahan perlu
terhadap perilaku S. Siswani melakukan gerakan serentak
masyarakat dalam upaya PSN, gerakan 1 rumah 1
pencegahan penyakit jumantik, pelatihan,
evaluasi, penilaian kinerja,
demam berdarah dengue dan penghargaan kepada
(dbd) di wilayah kerja jumantik. Jumantik juga
kelurahan tebet timur sebaiknya mengikuti setiap
pelatihan terkait DBD yang
tahun 2019 sudah diadakan serta
meningkatkan penggerakkan
pencegahan bersama warga.

Analisis 3M Plus Sebagai (2020).Kurniawati, R. D., & Kegiatan abatesasi dengan


Upaya Pencegahan Ekawati, E. melibatkan petugas
Penularan Demam puskesmas, kader
Berdarah Dengue Di kesehatan dan relawan dari
Wilayah Puskesmas mahasiswa kesehatan yang
Margaasih Kabupaten dibagikan secara serentak
Bandung 2020 di rumah masyarakat.
Abate yang digunakan
sebagai larvasida sangat
efektif membasmi atau
mengendalikan larva
nyamuk

Kesiapsiagaan Menghadapi (2019) Kemenkes. melakukan beberapa hal


Peningkatan Kejadian pencegahan seperti
Demam Berdarah Dengue mendaur ulang sampah,
Tahun 2019 menggunakan obat nyamuk
dan lotion anti nyamuk,
mengatur cahaya dan
ventilasi ruangan,
memasang kelambu anti
nyamuk, dan memelihara
kebersihan sekitar

Maping Jurnal

DAFTAR PUSTAKA
Adnan, A. B. dan S. Siswani. 2019. Peran kader jumantik terhadap perilaku
masyarakat dalam upaya pencegahan penyakit demam berdarah dengue
(dbd) di wilayah kerja kelurahan tebet timur tahun 2019. Jukmas. 3(204–
2018):204–218.

Indriyani, D. P. R. dan I. W. Gustawan. 2020. Manifestasi klinis dan penanganan


demam berdarah dengue grade 1: sebuah tinjauan pustaka. Intisari Sains
Medis. 11(3):694.

Jannah, R., D. Puspitaningsih, dan E. D. Kartiningrum. 2019. Asuhan


keperawatan pada pasien dengan dengue haemorragic fever (dhf) di ruang
jayanegara rsu. dr. wahidin sudirohusodo mojokerto. 11(2):40–47.

Setiyawan, H., A. S. Lestari, E. N. Ayuningtyas, A. Meradji, E. Diana, dan E. B.


Utami. 2019. Penyuluhan demam berdarah dengue (dbd) dan tanaman
pengusir nyamuk di desa modalan, banguntapan. Jurnal Pemberdayaan:
Publikasi Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat. 3(2):241.

Setyadevi, S. N. dan Rokhaidah. 2020. Asuhan keperawatan pada anak dengan


dengue hemmorhagic fever ( dhf ) : sebuah study kasus. Jurnal
Keperawatan Widya Gantari Indonesia. 4(2):67–71.

Siregar, L. M., T. Rajaguguk, dan M. E. J. Sitorus. 2017. FAKTOR prilaku dan


lingkungan dengan kejadian demam berdarah dengue (dbd) di desa tanjung
lenggang kecamatan bahorok kabupaten langkat tahun 2017. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Dan Lingkungan Hidup

TIM pokja SDKI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta:


Dewan pengurus pusat persatuan perawat nasional indonesia , 2017.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Starndar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia.

You might also like