Professional Documents
Culture Documents
Implementasi Pembinaan Kegiatan Ekstrakurikuler Pada Masa Pandemi Covid-19
Implementasi Pembinaan Kegiatan Ekstrakurikuler Pada Masa Pandemi Covid-19
Abstrak :
Tujuan penelitian ini adalah mengkaji implementasi pembinaan kegiatan
ekstrakurikuler di sekolah. Artikel ini disusun dengan metode Systematic Literature Review
(SLR) atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan tinjauan pustaka sistematis. Metode SLR
ini digunakan untuk mengidentifikasi, mengkaji, mengevaluasi, dan menafsirkan semua
penelitian dan temuan-temuan yang tersedia pada suatu topik penelitian, dengan pertanyaan
penelitian tertentu yang relevan. Hasil menunjukan bahwa pembinaan kegiatan
ekstrakurikuler ini merupakan salah satu sarana untuk membantu pengembangan minat dan
bakat siswa. Dengan adanya pelaksanaan pembinaan kegiatan ekstrakurikuler tersebut maka
siswa dapat memanfaatkan waktunya dengan seefektif mungkin. Walaupun jadwal latihan
untuk ekstrakurikuler tidak sama tetapi pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler terdapat di SK
pembagian tugas guru, pembinaan biasanya dilakukan pembina pada saat setelah pulang
sekolah. Pada saat ini, negara kita sedang dilanda oleh musibah virus Covid-19. Tetapi, hal
itu tidak menghalangi siswa untuk dapat melaksanakan pembinaan kegiatan ekstrakurikuler.
Kegiatan ekstrakurikuler masih dapat dilakukan secara daring dengan menggunkan media
aplikasi Zoom Meeting. Namun kegiatan yang dilaksanakan hanyalah sebatas pemberian
materi yang hanya dapat menambahkan pengetahuan siswa tanpa menambah pengalaman
dan pemahaman kebih luas mengenai ekstrakurikuler yang diikuti karena kondisi yang
terbatas untuk melaksanakan kegiatan praktik.
Latar Belakang
Dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia Indonesia, maka pemerintah
melaksanakan program pendidikan dengan membangun lembaga-lembaga pendidikan baik
di tingkat dasar, menengah, sampai pendidikan tinggi. Dimana pada pelaksanaannya
pendidikan dibagi dalam tiga pusat pendidikan yaitu pendidikan formal, nonformal, maupun
pendidikan informal. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang dalam proses
kegiatan pembelajaran terdiri dari guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik.
Pendidikan jalur sekolah dilaksanakan melalui kegiatan intrakulikuler yang tercantum dalam
kurikulum, juga dilaksanakan melalui kegiatan ekstrakurikuler.
Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan diluar mata pelajaran untuk
membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat
mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga
kependidikan yang ada di sekolah, hal ini sesuai dengan pengertian yang dikemukakan oleh
Anwar (2015: 45) yaitu: Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan di
luar kelas dan diluar pelajaran (kurikulum) untuk menumbuh kembangkan potensi sumber
daya manusia (SDM) yang dimiliki peserta didik baik berkaitan dengan aplikasi ilmu
pengetahuan yang didapatkan maupun dalam pengertian khusus untuk membimbing peserta
didikdalam mengembangkan potensi dan bakat yang ada didalam dirinya melalui kegiatan-
kegiatan wajib maupun pilihan.
Selain itu, ekstrakurikuler ini juga digunakan untuk menambah dan memperluas
pengalaman bersosialisasi siswa melalui praktik keterampilan berkomunikasi dalam
lingkungan ekstrakurikuler serta dapat menanamkan nilai-nilai karakter pada diri peserta
didik. Kegiatan ekstrakurikuler ini pun tak hanya sekedar kegiatan namun juga dapat
dijadikan hiburan sehingga dapat mendorong proses perkembangan potensi yang dimiliki
peserta didik. Kegiatan ekstrakurikuler memiliki banyak peranan dan mempunyai peranan
utama untuk menambah dan memperdalam pengetahuan peserta didik yang berkaitan
langsung dengan mata pelajaran sesuai dengan program kurikulum, membina para peserta
didik dalam hal meningkatkan bakat serta keterampilan agar dapat memacu peserta didik
untuk lebih percaya diri, mandiri, dan kreatif, serta untuk melengkapi upaya pembinaan dan
pembentukan nilai kepribadian para peserta didik.
Untuk melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler sekolah memerlukan pembinaan dalam
membina setiap masing-masing ekstrakurikuer yang ada. Wicaksono (2017: 153)
mengatakan pembinaan adalah usaha tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara
berkemampuan untuk memperoleh hasil yang baik. Peran pembina sangatlah penting agar
ekstrakurikuler tidak terlepas dalam tujuannya untuk mengaktifkan siswa di segala kegiatan
yang ada. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian ilmiah
yang berjudul “Implementasi Pembinaan Kegiatan Ekstrakulikuler”
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang muncul untuk
mendapatkan jawaban dari penelitian ini adalah:
1. Bagaimana implementasi pembinaan kegiatan ekstrakurikuler sebelum dan ketika
pandemi Covid-19?
2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi pembinaan kegiatan
ekstrakurikuler?
3. Apa saja problematika dalam implementasi pembinaan kegiatan ekstrakurikuler?
4. Bagaimana studi kasus terkait pelaksanaan pembinaan kegiatan ekstrakurikuler di
sekolah negeri dan swasta?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini merupakan rumusan yang menunjukkan hasil yang telah diperoleh
setelah penelitian, dan tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengkaji Implementasi
Pembinaan Kegiatan Ekstrakurikuler di Sekolah.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan acuan dalam implementasi
pembinaan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.
b. Manfaat Praktis
1) Bagi sekolah dapat dijadikan acuan dalam perbaikan terhadap Implementasi
pembinaan kegiatan ekstrakurikuler.
2) Bagi penulis, dapat menambah wawasan tentang segala sesuatu yang berkaitan
dengan Implementasi pembinaan kegiatan ekstrakurikuler yang sebenarnya, serta
dapat dijadikan bahan penelitian selanjutnya terkait dengan permasalahan ini.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Konsep Impelementasi
Implementasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pelaksanaan, penerapan.
Adapun implementasi menurut para ahli yakni, Menurut Usman (2002), mengemukakan
pendapatnya tentang Implementasi atau pelaksanaansebagai berikut“implementasi adalah
bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatu sistem. Implementasi
bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan
kegiatan”. Pengertian implementasi yang dikemukakan di atas, dapat dikatakan bahwa
implementasi adalah bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan
dilakukan secara sungguh–sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai
tujuan kegiatan. Oleh karena itu, implementasi tidak berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh
objek berikutnya.
Pendapatnya mengenai implementasi atau pelaksanaan sebagai berikut
“implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan proses interaksi antara
tujuan dan tindakan untuk mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana, birokrasi yang
efektif” (Setiawan, 2004). Pengertian implementasi yang dikemukakan ini, dapat dikatakan
bahwa implementasi yaitu merupakan proses untuk melaksanakan ide, proses atau
seperangkat aktivitas baru dengan harapan orang lain dapat menerima dan melakukan
penyesuaian dalam tubuh birokrasi demi terciptanya suatu tujuan yang bisa tercapai dengan
jaringan pelaksana yang bisa dipercaya. Menurut Harsono (2002), implementasi adalah suatu
proses untuk melaksanakan kebijakan menjadi tindakan kebijakan dari politik ke dalam
administrasi. Pengembangan kebijakan dalam rangka penyempurnaan suatu program.
Menurut Purwanto dan Sulistyastuti, Implementasi intinya adalah kegiatan untuk
mendistribusikan keluaran kebijakan (to deliver policy output) yang dilakukan oleh para
implementor kepada kelompok sasaran (target group) sebagai upaya untuk mewujudkan
kebijakan.
Implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap fix.
Implementasi juga bisa berarti pelaksanaan yang berasal dari kata bahasa Inggris Implement
yang berarti melaksanakan. Guntur Setiawan berpendapat, implementasi adalah perluasan
aktivitas yang saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk
mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana birokrasi yang efektif.
Pendapat Cleaves yang dikutip (dalam Wahab 2008;187), yang secara tegas
menyebutkan bahwa: Implementasi itu mencakup “Proses bergerak menuju tujuan kebijakan
dengan cara langkah administratif dan politik”. Keberhasilan atau kegagalan implementasi
sebagai demikian dapat dievaluasi dari sudut kemampuannya secara nyata dalam
meneruskan atau mengoperasionalkan program-program yang telah dirancang sebelumya.
Menurut Mazmanian dan Sebastiar (dalam Wahab, 2008: 68) Implementasi adalah
pelaksanaan keputusan kebijakan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun
dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting
atau keputusan badan peradilan.
Menurut Van Meter dan Van Horn (dalam Wahab, 2008: 65) Implementasi adalah
tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu/pejabat-pejabat atau
kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan
yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan.
Secara sederhana implementasi di artikan pelaksanaan atau penerapan, Browne dan
Wildavsky (usman, 2005:7) mengemukakan bahwa implementasi adalah perluasan aktifitas
yang saling menyesuaikan. Sedangkan menurut Syaukani (2006:295) implementasi
merupakan suatu rangkaian aktifitas dalam rangka menghantarkan kebijakan kepada
masyarakat sehingga kebijakan tersebut dapat membawa hasil sebagaimana diharapkan.
Rangkaian kegiatan tersebut mencakup, pertama persiapan seperangkat peraturan lanjutan
yang merupakan interpretasi dari kebijakan tersebut. Kedua, menyiapkan sumber daya guna
menggerakkan kegiatan implementasi termasuk didalamnya sarana dan prasarana, sumber
daya keuangan dan tentu saja penetapan siapa yang bertanggung jawab melaksanakan
kebijakan tersebut. Ketiga, bagaimana menghantarkan kebijkasanaan secara kongkrit ke
masyarakat.
Menurut hanifah Harsono, (2007:67) mengemukakan bahwa implementasi adalah
suatu proses untuk melaksanakan kegiatan menjadi tindakan kebijakan dari politik
administrasi. Pengembangan suatu kebijakan dalam rangka penyempurnaan suatu program.
Sedangkan Wibawa, (2008:5) menyatakan bahwa implementasi kebijakan berarti
pelaksanaan dari suatu kebijakan atau program.
Bahwa dapat disimpulkan implementasi ialah suatu kegiatan yang terencana, bukan
hanya suatu aktifitas dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma-
norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan.
Konsep Pembinaan
Pengertian pembinaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996: 134) adalah
suatu usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna berhasil guna untuk
memperoleh hasil yang lebih baik. Menurut Depdikbud “Pembinaan” berasal dari kata
“bina” yang artinya sama dengan “bangun”. Definisi pembinaan adalah suatu proses atau
cara perbuatan agar memperoleh hasil yang lebih baik. Wahjosumidjo (2007:241) dalam
bukunya menyatakan bahwa pembinaan yaitu usaha, atau kegiatan memberikan bimbingan,
arahan terhadap pola pikir, sikap mental, perilaku serta minat, bakat dan keterampilan para
siswa.
Pembinaan menurut Widjaya (1988) adalah suatu proses atau pengembangan yang
mencakup urutan-urutan pengertian, diawali dengan mendirikan kebutuhan memelihara
pertumbuhan tersebut yang disertai usaha-usaha perbaikan, menyempurnakan dan
mengembangkannya. Hidayat,S. (1979) pembinaan adalah suatu usaha yang dilakukan
dengan sadar, berencana, teratur dan terarah untuk meningkatkan sikap dan keterampilan
anak didik dengan tindakan-tindakan, pengarahan, pembimbingan, pengembangan dan
stimulasi dan pengawasan untuk mencapai suatu tujuan.
Menurut Thoha (1989:60), pembinaan secara umum adalah dengan menerapkan
Tribina, yaitu bina manusia, bina lingkungan dan bina usaha. Bina manusia adalah melatih
individu-individu manusia agar menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Bina
lingkungan adalah melakukan kerja sama atau pendekatan-pendekatan terhadap lembaga
tertentu, misalnya pemerintah. Sedangkan bina usaha adalah melatih suatu objek yang akan
dibina, mulai dari perencanaan hingga tahap keberhasilan.
Wicaksono (2017: 153) mengatakan pembinaan adalah usaha tindakan dan kegiatan
yang dilakukan secara berkemampuan untuk memperoleh hasil yang baik. Jadi pembinaan
dapat diartikan sebagai pembangunan yaitu merubah sesuatu sehingga menjadi baru yang
memiliki nilai-nilai yang lebih tinggi. Pembinaan juga mengandung makna sebagai
pembaharuan membuat sesuatu menjadi sesuai, cocok dengan kebutuhan yang lebih baik dan
bermanfaat sehingga dapat berhasil guna membangun sumber daya manusia yang
berkualitas.
Konsep Ekstrakurikuler
Ekstrakurikuler atau sering juga disebut dengan ”ekskul” merupakan kegiatan
tambahan di luar jam sekolah yang diharapkan dapat membantu membentuk karakter peserta
didik sesuai dengan minat dan bakat masing-masing. Dengan mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler ini siswa akan diberikan bimbingan dan pelatihan sesuai dengan jenis ekskul
yang dipilih.
Zuhairini (1993) mengartikan kegiatan Ekstrakurikuler adalah kegiatan diluar jam
terjadwal (termasuk pada waktu libur) yang dilakukan diluar sekolah dengan tujuan untuk
memperluas pengetahuan siswa, mengenal hubungan anatara berbagai mata pelajaran,
menyalurkan bakat dan minat serta melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya.1
Suryosubroto (2002) mengatakan ekstrakurikuler adalah program sekolah yang
terencana dilakukan di luar jam pelajaran, yang sudah ditetapkan di kelas di saat jam
pelajaran yang disebut intrakurikuler. Kegiatan yang dilakukan di luar jam tatap muka
dilaksanakan di sekolah atau di luar sekolah agar lebih memperkaya dan memperluas
wawasan pengetahuan dan kemampuan yang telah dipelajari dari berbagai mata pelajaran
dalam kurikulum.
Prihatin (2011) mengungkapkan kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan di luar jam
biasa dan waktu libur sekolah yang dilakukan di sekolah maupun di luar sekolah dengan
tujuan untuk memperluas pengetahuan siswa, mengenal hubungan antara berbagai mata
pelajaran, menyalurkan bakat dan minat serta melengkapi upaya pembinaan manusia
Indonesia seutuhnya.
Novan Ardy Wiyani (2013) mengungkapkan kegiatan ekstrakurikuler diartikan
sebagai kegiatan pendidikan yang di lakukan diluar jam pelajaran tatap muka. Kegiatan
tersebut dilakukan di dalam maupun luar lingkungan sekolah untuk memperluas
pengetahuan, meningkatkan keterampilan dan menginternalisasi nilai-nilai, aturan agama
dan norma-norma sosial.
Wibowo (2015) mengungkapkan kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang
dilakukan di luar jam sekolah yang berfungsi untuk mewadahi dan mengembangkan potensi,
minat dan bakat siswa. Lebih lanjut, kegiatan ekstrakurikuler diartikan sebagai kegiatan
pendidikan diluar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan
peserta didik sesuai kebutuhan, potensi, bakat, dan minat melalui kegiatan yang secara
khusus diselenggarakan oleh pendidik dan tenaga kependidikan yang berkemampuan dan
berkewenangan disekolah/madrasah.
Soetjipto (1999) mengatakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler yang dilakukan di luar
jam pelajaran bertujuan untuk memperluas pengetahuan siswa, menambah keterampilan,
mengenal hubungan antar berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat, minat, menunjang
pencapaian tujuan intrakurikuler. Kegiatan sekolah yang sudah terprogram sesuai jadwal,
serta melengkapi usaha pembinaan manusia Indonesia seutuhnya. Kegiatan ini dilakukan
secara berkala pada waktu tertentu.
Menurut Wahjosumidjo (2010) pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah akan
memberikan penyelenggara pendidikan di sekolah. Hal ini akan terwjud manakala
pengelolaan kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan sebaik-baiknya khususnya pengaturan
siswa, peningkatan disiplin seluruh siswa dan petugas. Maka dari itu, pelaksanaan kegiatan
ekstrakurikuler melibatkan banyak pihak, memerlukan peningkatan administrasi yang tinggi
sehingga dengan keterlibatan semua pihak dapat memberikan pengarahan.
Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler
adalah kegiatan yang dilaksanakan di luar jam pembelajaran yang bisa dilaksanakan di
lingkungan sekolah atau di luar sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler ini bertujuan untuk dapat
mengembangkan pengetahuan serta potensi, minat, dan bakat siswa. Dalam pelaksanaannya,
kegiatan ekstrakurikuler ini memerlukan keterlibatan banyak pihak untuk meningkatkan
administrasi yang tinggi sehingga kegiatan ekstrakurikuler dapat berjalan dengan baik.
Teori Pembinaan
Mohd Ansyar (1999:133:184), mengatakan bahwa para ahli pendidikan telah sepakat
bahwa pembinaan professional dapat mencapai sasaran apabila para pembinanya selalu
berpegang pada patokan kematangan yang dibina dan pandangan pembina kepada yang
dibina. Pembinaan professional melaksanakan tugasnya memiliki syarat sebagai berikut:
a. Pembina mampu membangkitkan minat dan motivasi yang dibina
b. pembina harus sengaja memberi semngat dan membangkitkan gairah yang dibina
c. pembina harus kreatif menghadapi minat motivasi yang berguna
d. pembina peka terhadap perubahan dan perkembangan zaman
Hal ini menjelaskan bahwa pembinaan itu dilakukan oleh seseorang pelatih dimana
sesorang pelatih memiliki perasaan yang sangat penting dalam melakukan suatu pembinaan
terutama dalam membangkitkan semangat dan minat siswa terhadap seni tari sehingga
meningkatkan kreativitas dan prestasi yang ingin dicapai seiring dengan perkembangan
kebutuhan zaman.
Adapun tugas-tugas sesorang pembina kegiatan ekstrakurikuler oleh Made Pidate
dalam buku Supervisi Pendidikan yang dikutip oleh Drs.B.Suroysubroto dikatan sebagai
berikut :
a. Tugas mengajar
1) Merencanakan aktivitas
2) Membimbing aktivitas
3) Mengevaluasi
b. Ketatausahaan
1) Mengadakan presensi
2) Menerima dan mengatur keuangan
3) Mengumpilkan nilai
4) Memberikan tanda penghargaan
c. Tugas-tugas umum adalah mengadakan pertandingan, pertujukan, perlombaan dan lain-
lain
Macam-macam bentuk pembinaan kegiatan ekstrakurikuler
Macam-macam bentuk pembinaan kegiatan ekstrakurikuler yang dapat dilakukan di
sekolahn menurut Daryanto (2013: 168) adalah sebagai berikut:
1. Pembinaan dalam mengembangkan bakat siswa. dapat dilakukan pembinaan seperti
memberikan motivasi siswa untuk mengikuti ekstrakurkuler.
2. Pembinaan dalam mengembangkan minat siswa dalam melaksanakan setiap kegiatan.
dapat dilakukan pembinaan seperti meningkatkan minat siswa dalam pelaksanaan
ekstrakurikuler
3. Pembinaan dalam mengembangkan kreativitas siswa, dapat dilakukan pembinaan seperti
aktif mengikuti kegiatan lomba di bidang ekstrakurikuler
4. Pembinaan dalam mengembangkan komptensi dan kebiasaan dalam kehidupan siswa,
dapat dilakukan pembinaan seperti mengebangkan kompetensi siswa dalam kegiatan
ekstrakurikuler
5. Pembinaan dalam mengembangkan kemandirian siswa, dapat dilakukan pembinaan
seperti melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler dengan menumbuhkan rasa tanggung
jawab dalam melaksanakan tugasnya dibidang ekstrakurikuler
6. Pembinaan dalam mengembangkan kemampuan kehidupan keagamaan, dapat dilakukan
pembinaan seperti mengadakan kegiatan bernuansa keagamaan
7. Pembinaan dalam mengembangkan kemampuan sosial siswa, dapat dilakukan
pembinaan seperti mengadakan kegiatan sosial.
8. Pembinaan dalam mengembangkan kemampuan siswa, dapat dilakukan pembinaan
seperti meningkatkan prestasi dibidang esktrakurikuler.
Dalam konteks ini, berarti bahwa pendekatan yang digunakan tidak hanya
menekankan proses pembinaan pada satu aspek kemampuan saja, melainkan harus dilakukan
secara intregrated (menyeluruh) dan berkesinambungan. Sesungguhnya bahwa kegiatan
ekstrakurikuler ini tidak kalah pentingnya dengan kegiatan intrakurikuler. Kegiatan
ekstrakurikuler adalah media pembinaan dan pengembangan bakat, minat dan kemampuan
para peserta didik yang mencakup nilai-nilai yang cukup penting bagi pendewasaan dan
kemajuan dirinya. Bahkan disinyalir bahwa kegiatan ekstrakurikuler dapat meredam
kenakalan remaja, karena salah satu penyebab kenakalan remaja adalah pergaulan. Pengaruh
teman bergaul peserta didik lebih cepat masuk dalam jiwanya daripada yang kita duga.
Dengan aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler waktu mereka dapat diisi dengan kegiatan
positif dan menganggap bahwa sekolah sebagai penyalur minat dan bakat mereka.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pembinaan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler ini
dapat dilakukan dalam usaha pengembangan bakat siswa, pengembangan minat siswa,
pengembangan kreativitas siswa pengembangan kompetensi, kebiasaan sehari-hari dalam
kehidupan siswa, pengembangan kemandirian siswa, pembinaan pengembangan kemampuan
kehidupan keagamaan, pengembangan kehidupan social siswa, pengembangan kemampuan
belajar siswa di sekolah dan kemampuan pemecahan masalah.
Artikel ini disusun dengan metode Systematic Literature Review (SLR) atau dalam
bahasa Indonesia disebut dengan tinjauan pustaka sistematis. Metode SLR ini digunakan
untuk mengidentifikasi, mengkaji, mengevaluasi, dan menafsirkan semua penelitian dan
temuan-temuan yang tersedia pada suatu topik penelitian, dengan pertanyaan penelitian
tertentu yang relevan. Dengan penggunaan Metode SLR dapat dilakukan review dan
identifikasi jurnal secara sistematis dengan mengikuti tahapan dan protokol yang telah
ditetapkan yang memungkinkan proses literature review terhindar dari bias dan pemaham
yang bersifat subyektif dari penelitiannya. Terlebih dahulu dikumpulkan bahan – bahan
kajian terkait implementasi pembinaan kegiatan ekstrakurikuler yang bisa berupa buku,
artikel dan sumber-sumber lainnya. Setelah bahan kajian dikumpulkan, selanjutnya bahan
tersebut diteliti dan dipelajari, kemudian penulis berusaha menyimpulkan sebuah
pengetahuan baru dari hasil analisis terhadap bahan kajian tersebut.
BAB III
PEMBAHASAN
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat disimpulkan
pembinaan kegiatan ekstrakurikuler ini merupakan salah satu sarana untuk membantu
pengembangan minat dan bakat siswa. Dengan adanya pelaksanaan pembinaan kegiatan
ekstrakurikuler tersebut maka siswa dapat memanfaatkan waktunya dengan seefektif
mungkin. Disini siswa akan dilatih dan dibina mental maupun fisiknya sehingga siswa akan
menjadi lebih baik. Dalam melaksanakan pembinaan kegiatan ekstrakurikuler ini memiliki
faktor yang mendukung kelancaran pelaksanaannya. Agar pembinaan ekstrakurikuler dapat
dilakukan dengan optimal maka diperlukan faktor pendukung seperti minat dari siswa itu
sendiri, dukungan dari sekolah, dukungan dari orang tua siswa, serta fasilitas sarana dan
prasana yang dapat mendukung untuk kegiatan ekstrakurikuler. Selain faktor pendukung,
adapun faktor penghambat dalam pelaksanaan pembinaan kegiatan ekstrakurikuler ini seperti
sarana dan prasarana yang belum memadai, kurangnya kerjasama antar pihak yang terlibat
dalam kegiatan ekstrakurikuler, adanya kendala waktu, dan kurang adanya perhatian
terhadap pendanaan kegiatan ekstrakurikuler
Pada saat ini, negara kita sedang dilanda oleh musibah virus Covid-19. Tetapi, hal itu
tidak menghalangi siswa untuk dapat melaksanakan pembinaan kegiatan ekstrakurikuler.
Kegiatan ekstrakurikuler masih dapat dilakukan secara daring dengan menggunkan media
aplikasi Zoom Meeting. Namun, kegiatan yang dilaksanakan hanyalah sebatas pemberian
materi yang hanya dapat menambahkan pengetahuan siswa tanpa menambah pengalaman
dan pemahaman kebih luas mengenai ekstrakurikuler yang diikuti karena kondisi yang
terbatas untuk melaksanakan kegiatan praktik. Selain itu, terdapat hambatan lain dalam
pelaksanaan pembinaan kegiatan ekstrakurikuler secara daring. Hambatan yang paling sering
ditemukan dapat dilihat dari kondisi siswa yang berbeda-beda seperti fasilitas yang dimiliki
setiap siswa yang berbeda, jaringan internet yang tidak selalu stabil dan juga kesulitan dalam
penyesuaian waktu.
Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah ditemukan, penulis memberikan saran sebagai berikut.
1. Kepada sekolah, diharapkan kepala sekolah bisa lebih memperhatikan proses
pelaksanaan pembinaan kegiatan ekstrakurikuler dengan mepererat kerjasama dengan
guru/pelatih dan murid agar kegiatan ekstrakurikuler dapat terlaksana dengan lancar.
Selain itu, kepala sekolah diharapkan dapat mengatasi kendala-kendala yang dapat
menghambat kegiatan ekstrakurikuler seperti sarana dan prasarana yang belum memadai
dan pendanaan yang kurang.
2. Kepada guru/pelatih, diharapkan guru/pelatih untuk lebih perhatian kepada siswanya
agar semangat siswa dapat bangkit setelah fullday school. Guru/pelatih dapat
membangkitkan siswanya dengan memberikan motivasi yang wajar.
3. Kepada siswa, diharapkan dapat memanajemen waktu sesuai kemampuan dirinya. Siswa
harus bisa menyesuaikan jadwalnya dengan jadwal kegiatan ekstrakurikuler yang akan
dia ikuti.
DAFTAR PUSTAKA