Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 24

MAKALAH

MENGEMBANGKAN TEST HASIL BELAJAR

Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Perencanaan Pengajaran

Dosen Pengampu: Annisa Luthfia, M.Pd

Disusun Oleh:

1. Adefa Danendra Kalif - 1707621044

2. Larasati - 1707621003

3. Kalila Erianita Kusuma Wardhani - 1707621014

4.Annisa Ghina Syafarah - 1707621043

5. Nadia Ulfah Zulkarnain - 1707621053

6. Berliansyah Ramadhan Wijaya – 1707621070

PENDIDIKAN BISNIS

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2021
Kata Pengantar

Puji dan syukur kita panjatkan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat serta
karunia-Nya makalah “Perencanaan Pebelajaran” dengan materi “Pengembangan Tes Hasil
Belajar” telah dapat dirampungkan dengan baik. Makalah ini disusun berdasarkan bahan ajar
pokok dalam pembelajaran “Perencanaan Pembelajaran” yang berorientasi pada semua hal
yang berkaitan dengan tes hasil belajar. Penulis berusaha agar tuntutan standar isi makalah ini
sesuai dengan materi yang diperlukan dalam pembelajaran.
Tidak lupa penulis berterimakasih kepada berbagai pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya dalam penyusunan makalah
ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini, masih terdapat kesalahan. Penulis
mengharap adanya kritik dan saran dari pembaca apabila menemukan kesalahan dalam
makalah ini, agar kami bisa mempelajarinya agar lebih baik lagi.

Jakarta, 08 Maret 2022

Kelompok 6

i
Daftar Isi

Kata Pengantar............................................................................................................................i
Daftar Isi....................................................................................................................................ii
Bab 1. Pendahuluan................................................................................................................1
1.1 Latar belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................1
Bab 2. Pembahasan.................................................................................................................2
2.1 Ciri-ciri penilaian Dalam Bidang Pendidikan.............................................................2
2.1.1 Ciri Penilaian Pendidikan.....................................................................................2
2.2 Prinsip-prinsip penilaian..............................................................................................3
2.3 Bentuk Pelaksanaan Tes..............................................................................................6
2.3.1 Tes Tertulis...........................................................................................................6
2.3.2 Tes Lisan..............................................................................................................9
2.3.3 Tes Perbuatan atau Tindakan...............................................................................9
2.4 Analisis Butir Soal.....................................................................................................10
2.4.1 Pengertian Analisis Butir Soal...........................................................................10
2.4.2 Teknik Analisis Butir Soal.................................................................................11
2.4.3 Parameter Item Tes yang Baik...........................................................................12
2.4.4 Tujuan dan Manfaat Analisis Butir Soal............................................................18
Bab 3. Kesimpulan................................................................................................................19
Daftar Pustaka..........................................................................................................................20

ii
Bab 1. Pendahuluan

1.1 Latar belakang


Hasil belajar siswa bukan hanya sekedar angka yang dihadiahkan oleh guru untuk
siswa atas kegiatan belajarnya. Hasil belajar merupakan ukuran kuantitatif yang mewakili
kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Untuk itu tes hasil belajar sebagai dasar untuk
memberikan penilaian hasil belajar seharusnya memiliki kemampuan secara nyata
menimbang secara adil “bobot” kemampuan siswa.
Dalam sebauah penilaian pendidik tidak semena-mena dalam pembuatan soal namun
memiliki beberapa macam metode dan cara dalam melakasankan ujian atau test tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun masalah yang menjadi pembahasan pada makalah ini yaitu:

1. Ciri ciri penilaian dalam bidang pendidikan?


2. Apa saja Prinsip – prinsip penilaian?
3. Bagaiamana Menganalisis butir soal?

1.3 Tujuan
Untuk Mengetahui apa saja yang menjadi syarat penilaian peserta didik.

1
Bab 2. Pembahasan

2.1 Ciri-ciri penilaian Dalam Bidang Pendidikan


Menurut Arikunto (2011), secara rinci dan sesuai dengan urutan kejadiannya, dalam
proses transformasi ini penilaian dibedakan atas tiga jenis, yakni sebelum, selama, dan
sesudah terjadi proses dalam kegiatan sekolah. Dalam hal ini para pelaksana pendidikan
selalu berorientasi pada tujuan yang akan dicapai dan tinjauannya selalu diarahkan pada
siswa secara perseorangan (individual) maupun secara kelompok (per kelas atau per
angkatan).

2.1.1 Ciri Penilaian Pendidikan


Menurut Arikunto (2011), ada 5 ciri penilaian dalam pendidikan sebagai berikut:

1. Ciri pertama, penilaian dilakukan secara tidak langsung. Dalam contoh ini akan
mengukur kepandaian melalui ukuran kemampuan menyelesaikan soal-soal. Tanda-
tanda anak yang pandai atau inteligen menurut Carl Whiterington. Anak yang
inteligen adalah anak yang:
a. Kemampuan untuk bekerja dengan bilangan.
b. Kemampuan untuk menggunakan bahasa dengan baik. (keampuan verbal).
c. Kemampuan untuk menangkap sesuatu yang baru (cepat mengikuti
pembicaraan orang lain).
d. Kemampuan untuk mengingat.
e. Kemampuan untuk memahami hubungan (termasuk menangkap kelucuan).
f. Kemampuan berfantasi dan berimaginasi.

Tingkat intelegensi dapat diukur dengan kecepatan memecahkan masalah-masalah


tersebut. Intelegensi secara umum dapat juga diartikan sebagai suatu tingkat
kemampuan dan kecepatan otak mengolah suatu bentuk tugas atau keterampilan
tertentu. Kemampuan dan kecepatan kerja otak ini disebut juga dengan efektifitas
kerja otak.

2. Ciri kedua, Penilaian pendidikan bersifat kuantitatif, artinya menggunakan simbol


bilangan sebagai hasil pertama pengukuran. Setelah itu lalu di interprestasikan ke
bentuk kualitatif. Contoh: Dari hasil ulangan, Lina memperoleh nilai 80, sedangkan

2
Anto mendapat nilai 75. maka dengan demikian dapat disimpulkan Lina lebih pandai
dari Anto.

3. Ciri ketiga, Penilaian pendidikan menggunakan unit atau satuan yang tetap, karena IQ
105 termask anak normal. Anak lain yang hasil pengukuran Iqnya 80, menurut unit
ukurannya termasuk anak dungu.

4. Ciri keempat, Penilaian pendidikan bersifat relatif, artinya tidak sama atau tidak selalu
tetap dari satu waktu ke waktu yang lain (disebabkan karena beberapa faktor).

5. Ciri kelima, Penilaian pendidikan sering terjadi kesalahan-kesalahan. Sumber


kesalahan dapat ditinjau dari beberapa faktor, yaitu:
1.) Terletak pada alat ukurnya.
2.) Terletak pada orang yang melakukan penilaian. Hal ini dapat berupa kesalahan
pada waktu melakukan penilaian karena faktor subjektif penilai telah
berpengaruh pada hasil pengukuran.
3.) Terletak pada anak yang dinilai. Suasana hati seseorang akan sangat
berpengaruh terhadap hasil penilaian. Misalnya suasana hati yang kalut, sedih
atau tertekan, akan memberikan hasil kurang memuaskan. Sedang suasana hati
gembira dan cerah, akan memberikan hasil yang baik.
4.) Terletak pada situasi di mana penilaian berlangsung. Suasana yang gaduh,
baik dalam maupun di luar ruangan, akan mengganggu konsentrasi siswa.

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa secara rinci dan sesuai dengan
urutan kejadiannya, dalam proses transformasi ini penilaian dibedakan atas tiga jenis, yakni
sebelum, selama, dan sesudah terjadi proses dalam kegiatan sekolah. Adapun 5 ciri penilaian
pendidikan, yakni 1) dilakukan secara tidak langsung, 2) bersifat kuantitatif, 3) pendidikan
menggunakan unit atau satuan yang tetap, 4) bersifat relative, 5) Penilaian pendidikan sering
terjadi kesalahan-kesalahan yang disebabkan oleh beberapa faktor.

3
2.2 Prinsip-prinsip penilaian
Penilaian yang baik harus didukung dengan prinsip-prinsip penilaian agar terdapat aturan
yang jelas untuk mengembangkan penilaian. Pada umumnya penilaian memiliki prinsip
sebagai berikut:

 Keeping track, yaitu harus mampu menelusuri dan melacak kemajuan siswa sesuai
dengan rencana pembelajaran yang telah ditetapkan.
 Checking up, yaitu harus mampu mengecek ketercapaian kemampuan peserta didik
dalam proses pembelajaran.
 Finding out, yaitu penilaian harus mampu mencari dan menemukan serta mendeteksi
kesalahan – kesalahan yang menyebabkan terjadi kelemahan dalam proses
pembelajaran.
 Summing up, yaitu penilaian harus mampu menyimpulkan apakah peserta didik telah
mencapai kompetensi yang ditetapkan atau belum

Prinsip penilaian pendidikan di Indonesia dijelaskan dalam Peraturan Menteri Pendidikan


Nasional Nomor 20 Tahun 2007 tentang standar penilaian pendidikan. Prinsip tersebut
dijelaskan sebagai berikut:

 Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang
diukur. Oleh karena itu, instrumen yang digunakan perlu disusun melalui prosedur
sebagaimana dijelaskan dalam panduan agar memiliki bukti kesahihan dan keandalan.
 Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas tanpa
dipengaruhi oleh subjektivitas penilai. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan
objektivitas penilaian, pendidik menggunakan rubrik atau pedoman dalam
memberikan penilaian terhadap jawaban peserta didik atas butir soal uraian dan tes
praktik atau kinerja.
 Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena
berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat
istiadat, status sosial ekonomi, dan gender. Faktor-faktor tersebut tidak relevan di
dalam penilaian sehingga perlu dihindari agar tidak berpengaruh terhadap hasil
penilaian.
 Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen kegiatan
pembelajaran. Dalam hal ini hasil penilaian benar-benar dijadikan dasar untuk

4
memperbaiki proses pembelajaran yang diselenggarakan oleh peserta didik. Jika hasil
penilaian menunjukkan banyak peserta didik yang gagal, sementara instrumen yang
digunakan sudah memenuhi persyaratan secara kualitatif, berarti proses
pembelajaran kurang baik. Dalam hal demikian, pendidik harus memperbaiki
rencana dan pelaksanaan pembelajarannya.
 Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan
keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan. Oleh karena itu, pendidik
menginformasikan prosedur dan kriteria penilaian kepada peserta didik. Selain itu,
pihak yang berkepentingan dapat mengakses prosedur dan kriteria penilaian serta
dasar penilaian yang digunakan.
 Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian mencakup semua aspek
kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk
memantau perkembangan kemampuan peserta didik. Oleh karena itu, penilaian bukan
semata-mata untuk menilai prestasi peserta didik melainkan harus mencakup semua
aspek hasil belajar untuk tujuan pembimbingan dan pembinaan.
 Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan
mengikuti langkah-langkah baku. Oleh karena itu, penilaian dirancang dan dilakukan
dengan mengikuti prosedur dan prinsip-prinsip yang ditetapkan. Dalam penilaian
kelas, misalnya, guru mata pelajaran matematika menyiapkan rencana penilaian
bersamaan dengan menyusun silabus dan RPP.
 Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi
yang ditetapkan. Oleh karena itu, instrumen penilaian disusun dengan merujuk pada
kompetensi (KI L, KI, dan KD). Selain itu, pengambilan keputusan didasarkan pada
kriteria pencapaian yang telah ditetapkan
 Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik,
prosedur, maupun hasilnya. Oleh karena itu, penilaian dilakukan dengan mengikuti
prinsip-prinsip keilmuan dalam penilaian dan keputusan yang diambil memiliki dasar
yang objektif.

Perubahan kurikulum pendidikan di Indonesia berpengaruh pada perkembangan prinsip


penilaian pendidikan. Oleh karena itu prinsip penilaian dijelaskan lebih lanjut dalam
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2013
tentang standar penilaian pendidikan.

5
Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut.  

1. Objektif, berarti penilaian berbasis pada standar dan tidak dipengaruhi faktor


subjektivitas penilai.
2. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan  secara terencana, menyatu dengan
kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan.
3. Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan, pelaksanaan,
dan pelaporannya.
4. Transparan, berarti  prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan
keputusan dapat diakses oleh semua pihak.
5. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan  kepada pihak internal
sekolah maupun ksternal untuk aspek teknik, prosedur, dan hasilnya.
6. Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru.    

Selain itu, prinsip penilaian tersebut juga didukung dengan pendekatan penilaian yaitu
dengan menggunakan penilaian acuan kriteria (PAK). PAK merupakan penilaian
pencapaian kompetensi yang didasarkan pada kriteria ketuntasan minimal (KKM). KKM
merupakan kriteria ketuntasan belajar minimal yang ditentukan oleh satuan pendidikan
dengan mempertimbangkan karakteristik Kompetensi Dasar yang akan dicapai, daya dukung,
dan karakteristik peserta didik.  

2.3 Bentuk Pelaksanaan Tes


2.3.1 Tes Tertulis
Tes tertulis dalam pelaksanaannya lebih menekankan pada penggunaan kertas dan
pencil sebagai instrumen utamanya, sehingga tes mengerjakan soal atau jawaban ujian
pada kertas ujian secara tertulis, baik dengan tulisan tangan maupun menggunakan
komputer. Dalam ujian tertulis dikenal dua bentuk tes, yaitu tes essay (uraian) dan tes
obyektif.

a. Tes Essay (Uraian)

Tes Essay adalah tes yang disusun dalam bentuk pertanyaan terstruktur dan siswa
menyusun, mengorganisasikan sendiri jawaban tiap pertanyaan itu dengan bahasa sendiri.

6
Tes essay ini sangat bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan dalam menjelaskan
atau mengungkapkan suatu pendapat dalam bahasa sendiri.

Jenis tes ini (disebut juga tes uraian) menuntut kemampuan siswa untuk
mengemukakan, menyusun, dan memadukan gagasan yang telah dimilikinya dengan
menggunakan kata-katanya sendiri. Tes jenis ini memungkinkan siswa menjawab
pertanyaan secara bebas. Tes uraian (essay test), yang sering juga dikenal dengan istilah
tes subyektif, adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang memiliki karakteristik
sebagaimana dikemukakan berikut ini.

a) Tes tersebut berbentuk pertanyaan atau perintah yang menghendaki jawaban berupa
uraian atau paparan kalimat yang pada umumnya cukup panjang.
b) Bentuk-bentuk pertanyaan atau perintah itu menuntut kepada testee untuk memberikan
penjelasan, komentar, penafsiran, membandingkan, membedakan, dan sebagainya.
c) Ketiga, jumlah butir soalnya umumnya terbatas, yaitu berkisar antara lima sampai
dengan sepuluh butir.
d) Keempat, pada umumnya butir-butir soal tersebut diawali dengan katakata: jelaskan,
mengapa, bagaimana, atau kata-kata lain yang serupa dengan itu. (Anas Sudijono,
2008: 100)
Tes hasil belajar bentuk essay sebagai salah satu alat pengukur hasil belajar, tepat
digunakan apabila pembuat soal disamping ingin mengungkap daya ingat dan pemahaman
siswa terhadap materi pelajaran yang ditanyakan dalam tes, juga dikehendaki untuk
mengungkap kemampuan siswa dalam memahami berbagai macam konsep berikut
aplikasinya.selain itu tes esai juga lebih tepat dipergunakan apabila jumlah siswa terbatas.

Keunggulan:

 Jawaban harus disusun sendiri oleh peserta tes (melatih dalam pemilihan kata-kata
dan menyusun kalimat)
 Tidak ada kemungkinan menebak
 Dapat mengukur kemampuan yang kompleks
 Dapat digunakan untuk mengembangkan penalaran peserta tes
 Proses penyusunan soalnya relatif mudah
 Proses berpikir peserta tes dapat dilacak dari jawabannya.

7
Kelemahan:

 Jumlah soal sangat terbatas, sehingga cakupan materi lemah


 Tingkat kebenaran jawaban dan penilaiannya subyektif
 Jawaban peserta tes kadang tidak relevan dengan pertanyaan
 Pemeriksaannya sulit, hanya dapat dilakukan oleh penyusunnya
 Skor umumnya kurang reliabel
 Kualitas jawaban tergantung pada kemampuan dalam memilih kata-kata dan
menyusun kalimat
 Banyak dijumpai soal-soal tes uraian yang dangkal

b. Tes Obyektif

Tes objektif adalah tes yang disusun sedemikian rupa dan telah disediakan alternatif
jawabannya. Tes ini terdiri dari berbagai macam bentuk, antara lain;

1.Tes Benar-salah (True-False test)

Tes benar-salah adalah tes di mana butir-butir soalnya yang di ajukan dalam tes hasil belajar
itu berupa pernyataan (statement), pernyataan mana yang benar dan yang salah.

Contoh: Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1944 B-S.

2) Tas Menjodohkan (Matching test)

Tes menjodohkan mempunyai ciri-ciri:

a. Terdiri dari satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban

b. Tugas peserta tes adalah mencari dan menempatkan jawaban-jawaban yang telah tersedia,
sehingga sesua atau cocok dari pertanyaannya.

3) Tes Melengkapi (Completion test)

Tes obyektif bentuk Completion ini mirip sekali dengan tes obyektif bentuk isian.
Perbedaannya tes obyektif isian bahan yang di teskan itu merupakan satu kesatuan cerita,
sedangkan pada tes obyektif bentuk completion tidak harus demikian. Kama butir-butir soal
tes dapat saja dibuat berlainan antara yang satu dengan yang lainnya.

8
Contoh: universitas yang terbesar di dunia terletak di amerika bernama?

4) Tes Isian (Fill in test)

Tes isian biasanya berbentuk cerita atau karangan. Kata-kata penting dalam cerita atau
karangan itu beberapa di antaranya dikosongkan, sedangkan tugas peserta tes adalah mengisi
bagian-bagian yang telah di kosongkan.

5) Tes Pilihan ganda (Multiple Choice item test)

Tes pilihan ganda yaitu tes yang terdiri atas pertanyaan atau penyataan yang sifatnya belum
selesai, dan untuk menyelesaikannya harus dipilih salah satu dari beberapa kemungkinan
jawab yang telah disediakan pada tiap-tiap butir soal yang bersangkutan.

2.3.2 Tes Lisan


Tes lisan berbentuk tanya jawab secara tatap muka antara guru atau penilai dengan
murid atau peserta tes.

Keunggulan:

 Dapat digunakan untuk melakukan penilaian hasil belajar yang mendalam.


 Dapat digunakan untuk mengevaluasi kemampuan berpikir bertaraf tinggi.
 Dapat digunakan untuk menguji pemahaman seseorang terkait dengan hasil karyanya.
 Tidak memungkinkan penyontekkan dan bahannya cukup luas.

Kelemahan:

 Jika pertanyaannya tidak dipersiapkan dengan baik, maka penguji hanya akan
bertanya pada hal-hal yang diingatnya saja.
 Sangat mungkin terjadinya ketidakadilan antara peserta tes, baik yang berkaitan
dengan lama waktu ujian, tingkat kesulitan soal maupun tolok ukur dalam penilaian.
 Penilaiannya bersifat sangat subyektif.
 Banyak memakan waktu dalam pelaksanaannya

9
 Memungkinkan peserta tes untuk bersikap ABS (asal bapak senang), atau mengiyakan
semua komentar penguji dengan maksud supaya diluluskan

2.3.3 Tes Perbuatan atau Tindakan


Tes perbuatan mengacu pada proses penampilan seseorang dalam melakukan
sesuatu unit kerja. Tes perbuatan mengutamakan pelaksanaan perbuatan peserta didik.

Keunggulan:
 Tes perbuatan dapat digunakan untuk melakukan penilaian sejumlah perilaku atau
penampilan yang kompleks dalam situasi nyata.
 Tes perbuatan dapat digunakan untuk melakukan penilaian penampilan yang tidak
dapat dievaluasi dengan alat-alat evaluasi lainnya.
 Ujian perbuatan dapat digunakan untuk melihat kesesuaian antara pengetahuan yang
bersifat teoritis dan keterampilan di dalam praktik.
 Di dalam ujian perbuatan tidak ada peluang untuk saling menyontek.

Kelemahan:
 Ujian perbuatan memerlukan waktu yang lebih banyak, karena penilaiannya hanya
dapat dilakukan seorang demi seorang (terutama pada penilaian proses).
 Ujian perbuatan pada umumnya memerlukan peralatan, mesin-mesin atau bahan-
bahan khusus, sehingga menjadi lebih mahal daripada ujian tertulis.
 Penilaian dalam ujian perbuatan pada umumnya lebih subyektif, karena akan selalu
melibatkan keputusan penilai.
 Seringkali sangat membosankan, karena umumnya bersifat monoton.

2.4 Analisis Butir Soal


2.4.1 Pengertian Analisis Butir Soal
Menurut Nitko A.J. dalam bukunya "Educational Assessment of Students", analisis
butir soal merupakan kegiatan evaluasi yang dilakukan guru terhadap hasil pelaksanaan suatu
tes untuk mengetahui apakah soal-soal (items) yang diberikan memiliki kualitas yang baik.

10
Analisis butir soal adalah penilaian pada soal yang dievaluasi guna mengukur mutu.
Kegiatan analisis meliputi proses pengumpulan, peringkasan dan penggunaan informasi dari
jawaban siswa untuk membuat keputusan tentang penilaian.

Analisis butir soal dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis secara
kualitatif berkaitan dengan isi dan bentuk soal (validitas isi dan validitas konstruk).
Sedangkan analisis kuantitatif berhubungan dengan ciri-ciri statistiknya, dianataranya
pengukuran validitas, reliabilitas, daya beda, dan tingkat kesukaran butir soal.

2.4.2 Teknik Analisis Butir Soal


Analisis soal dilakukan untuk mengetahui berfungsi atau tidaknya sebuah soal.
Analisis pada umumnya dilakukan melalui dua cara, yaitu analisis kualitatif (qualitatif
control) dan analisis kuantitatif (quantitatif control).

2.4.2.1 Analisis Butir Soal Secara Kualitatif


Pada prinsipnya analisis butir soal secara kualitatif dilaksanakan berdasarkan kaidah
penulisan soal (tes tertulis, perbuatan, dan sikap). Penelaahan ini biasanya dilakukan sebelum
soal digunakan atau diujikan. Aspek yang diperhatikan dalam penelaahan secara kualitatif
mencakup aspek materi, konstruksi, bahasa atau budaya, dan kunci jawaban.

Ada beberapa teknik yang digunakan untuk menganalisis butir soal secara kualitatif,
yaitu teknik moderator dan teknik panel. Teknik moderator merupakan teknik berdiskusi
yang didalamnya terdapat satu orang sebagai penengah. Berdasarkan teknik ini, setiap butir
soal didiskusikan secara bersama-sama dengan beberapa ahli.

Sedangkan teknik panel adalah teknik menelaah butir soal berdasarkan kaidah
penulisan butir soal. Kaidah itu diantaranya adalah materi, kontruksi, bahasa atau budaya,
kebenaran kunci jawaban. Caranya beberapa penelaah diberikan beberapa butir soal yang
akan ditelaah, format penelaahan, dan pedoman penelaahan.

Dalam menganalisis butir soal secara kualitatif penggunaan format penelaahan soal
akan membantu dan mempermudah prosedur pelaksanaannya. Format penelaahan soal
digunakan sebagai dasar untuk menganalisis setiap butir soal.

11
2.4.2.2 Analisis Butir Soal Secara Kuantitatif
Penelaahan soal secara kuantitatif adalah penelaahan butir soal didasarkan pada bukti
empirik. Salah satu tujuan utama pengujian butir-butir soal secara emperik adalah untuk
mengetahui sejauh mana masing-masing butir soal membedakan antara mereka yang tinggi
kemampuannya dalam hal yang didefinisikan oleh kriteria dari mereka yang rendah
kemampuannya.

Data empirik ini diperoleh dari soal yang telah diujikan. Ada dua pendekatan dalam
analisis secara kuantitatif yaitu pendekatan secara klasik dan modern.

 Analisis butir soal secara klasik


adalah proses penelaahan butir soal melalui informasi dari jawaban peserta tes guna
meningkatkan mutu butir soal yang bersangkutan dengan menggunakan teori tes
klasik. Pada teori tes klasik, analisis item tes dilakukan dengan memperhitungkan
kedudukan item dalam suatu kelas atau kelompok. Karakteristik atau kualitas item
sangat tergantung pada kelompok dimana diujicobakan sehingga kualitas item terikat
pada sampel responden atau peserta tes yang memberikan respons (sample bounded).
Ada beberapa kelebihan analisis butir soal secara klasik adalah murah, sederhana,
familiar, dapat dilaksanakan sehari-hari dengan cepat menggunakan komputer dan
dapat menggunakan beberapa data dari peserta tes.
 Analisis butir soal secara modern
adalah penelaahan butir soal dengan menggunakan teori respon butir atau item
response theory. Teori ini merupakan suatu teori yang menggunakan fungsi
matematika untuk menghubungkan antara peluang menjawab benar suatu butir
dengan kemampuan siswa.

2.4.3 Parameter Item Tes yang Baik


Sebagaimana telah disebut sebelumnya, bahwa item tes yang baik adalah item yang
memenuhi syarat sebagaimana kriteria atau karakteristik item tes yang baik. Karakteristik
item yang dimaksud adalah tingkat kesulitan atau kesukaran, daya pembeda, dan efektivitas
pengecoh.

12
2.4.3.1 Tingkat Kesulitan atau Kesukaran
Tingkat kesukaran soal adalah peluang menjawab benar suatu soal pada tingkat
kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks. Tingkat kesukaran
dinyatakan dalam indeks kesukaran (dificulty index), yaitu angka yang menunjukkan proporsi
siswa yang menjawab benar soal tersebut. Semakin besar indeks tingkat kesukaran yang
diperoleh dan hasil hitungan, berarti semakin mudah soal itu.

Untuk menghitung taraf kesukaran soal dari suatu tes dipergunakan rumus sebagai berikut:

TK = U + L
             T

Keterangan:

U = jumlah siswa yang termasuk kelompok pandai (upper group) yang menjawab benar
untuk tiap soal.

L = jumlah siswa yang termasuk kurang (lower group) yang menjawab benar untuk tiap
soal.

T =  jumlah siswa dari kelompok pandai dan kelompok kurang (jumlah upper group dan
lower group)

Misalkan suatu tes yang terdiri atas N soal yang diberikan kepada 40 siswa. Dari hasil
tes tersebut, tiap-tiap soal dianalisis taraf kesukarannya. mula-mula hasil tes itu kita susun
kedalam peringkat, kemudian kita ambil 25% (10 lembar jawaban siswa kelompok pandai),
dan 10 lembar jawaban siswa dari kelompok yang kurang pandai. Kemudian kita tabulasikan.
Misalkan dari tabulasi soal kita peroleh hasil sebagai berikut: yang menjawab benar dari
kelompok pandai ada 9 siswa, dan yang menjawab benar dari kelompok kurang pandai ada 4
siswa.

Dengan menggunakan rumus diatas, maka taraf kesukaran atau TK dari soal adalah:

TK =  U + L  =  9 + 4  =  0,65 atau 65%


             T             20 

Jadi dapat disimpilkan bahwa nilai dari TK atau tingkat kesukarannya adalah 65%.  

Sedangkan dalam bukunya Drs. H. Daryanto, rumus untuk mencari taraf kesukaran atau
indeks kesukaran adalah:

13
P =    B
         JS

Keterangan:

P      =  indeks kesukaran.

B     =  banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar.

JS    =  jumlah seluruh siswa peserta tes.

Contoh:

Jumlah siswa peserta tes dalam suatu kelas ada 40 siswa. Dari 40 siswa tersebut terdapat 12
siswa yang mampu mengerjakan soal no. 1 dengan benar. Maka berapa indeks kesukarannya?

Jawab:

P  =    B   

          JS

    =    12

           40

    =   0,30

Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering diklasifikasikan sebagai
berikut:

a.          Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar.

b.         Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang.

c.          Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah.

2.4.3.2 Daya Pembeda


Perhitungan daya pembeda adalah pengukuran sejauh mana suatu butir soal mampu
membedakan peserta didik yang sudah menguasai kompetensi dengan peserta didik yang

14
belum atau kurang menguasai kompetensi berdasarkan kriteria tertentu. Semakin tinggi
koofisien daya pembeda suatu butir soal, semakin mampu butir soal tersebut membedakan
antara peerta didik yang menguasai kompetensi dengan pesertan didik yang kurang
menguasai kompetensi.

Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi. Daya
pembeda suatu soal tes dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

DP  =   U – L
              ½ T

Keterangan:

DP =   indeks DP atau daya pembeda yang dicari.

U = jumlah siswa yang termasuk dalam kelompok pandai yang mampu      menjawab benar
untuk tiap soal.

L    =   jumlah siswa yang termasuk kurang yang menjawab benar untuk tiap soal.

T    =   jumlah siswa keseluruhan.

Contoh:

Dari hasil tes lomba olimpiade IPS, jumlah siswa yang dites adalah 40 siswa, sedangkan tes
tersebut terdiri dari 20 soal. Setelah hasil tes tersebut diperiksa, kemudian disusun kedalam
peringkat untuk menentukan 25% siswa yang termasuk kelompok pandai (upper group) dan
25% siswa yang termasuk kelompok kurang (lower group).

Kemudian hasil tes tersebut ditabulasikan dengan menggunakan format tabulasi jawaban tes,
kemudian hasil tabulasi dari kedua kelompok tersebut dimasukkan kedalam format analisis
soal tes, sehingga kita dapat menghitung tingkat kesukaran dan daya pembeda tiap soal yang
kita analisis.

Misalkan dari tabulasi soal no. 1 kita peroleh hasil sebagai berikut: yang menjawab benar dari
kelompok pandai ada 10 siswa, dan yang menjawab benar dari kelompok kurang ada 9 siswa.
Maka daya pembedanya adalah:

 DP  =   U – L
              ½ T
15
       =    10 – 9
            ½ x (20)
       =      1
              10
      =     0,10

Jadi dapat disimpulkan bahwa indeks pembedanya adalah 0,10.

Dalam bukunya Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, dijelaskan mengenai klasifikasi daya pembeda,
yaitu:

D =  0,00 – 0,20  =  jelek  (poor).


D =  0,20 – 0,40  =  cukup (satisfactory).
D =  0,40 – 0,70  =  baik (good).
D =  0,70 – 1,00  =  baik sekali (excellent).

2.4.3.3 Analisis pengecoh (Efektifitas Distraktor )


Instrumen evaluasi yang berbentuk tes dan objektif, selain harus memenuhi syarat-
syarat yang telah disebutkan terdahulu, harus mempunyai distraktor yang efektif. Yang
disebut dengan distraktor atau pengecoh adalah opsi-opsi yang bukan merupakan kunci
jawaban (jawaban benar).

Butir soal yang baik pengecohnya akan dipilih secara merata oleh peserta didik yang
menjawab salah. Sebaliknya, butir soal yang kurang baik, pengecohnya akan dipilih secara
tidak merata. Pengecoh dianggap baik bila jumlah peserta didik yang memilih pengecoh itu
sama atau mendekati jumlah ideal. Indeks pengecoh dihitung dengan rumus:

IP =   P  x   100%


       (N - B) (n - 1)
 Keterangan:
IP =  indeks pengecoh
P  =  jumlah peserta didik yang memilih pengecoh
N =  jumlah peserta didik yang ikut tes
B =  jumlah peserta didik yang menjawab benar pada setiap soal
n  =  jumlah alternatif jawaban
      1=  bilangan tetap

16
Catatan:

Jika semua peserta didik menjawab benar pada butir soal tertentu (sesuai kunci jawaban),
maka IP = 0 yang berarti soal tersebut jelek. Dengan demikian pengecoh tidak berfungsi. 

Contoh:

50 orang peserta didik dites dengan 10 soal bentuk pilihan ganda. Tiap soal memiliki
alternatif jawaban (a, b, c, d, e). Kunci jawaban (jawaban yang benar) no. 8 adalah c. Setelah
soal no.8 diperiksa untuk semua peserta didik, ternyata dari 50 orang peserta didik, 20 peserta
didik menjawab benar dan 30 peserta didik menjawab salah. Idealnya, pengecoh dipilih
secara merata.

Berikut ini adalah contoh soal no.8.

Alternatif jawaban A B C D E

Distribusi jawaban
7 8 20 7 8
peserta didik

93 107 93 107
IP **
% % % %

Kualitas pengecoh ++ ++ ++ ++ ++

Keterangan:

**   =    kunci jawaban


++   =   sangat baik
+     =   baik
  =    kurang baik
 _    =    jelek
_ _  =    sangat jelek

Pada contoh diatas, IP butir a, b, c, d, dan e adalah 93%, 107%, 93%, dan 107%. Semuanya
dekat dengan angka 100%, sehingga digolongkan sangat baik sebab semua pengecoh itu
berfungsi. Jika pilihan jawaban peserta didik menumpuk pada satu alternatif jawaban,
misalnya seperti berikut:

17
Alternatif jawaban A B C D E

Distribusi jawaban 2
20 2 8 0
peserta didik 0

267 27 * 107 0
IP
% % * % %

*
Kualitas pengecoh _ - ++ _
*

 Dengan demikian, dapat ditafsirkan pengecoh (d) yang terbaik, pengecoh (e) dan (b) tidak
berfungsi, pengecoh (a) menyesatkan, maka pengecoh (a) dan (e) perlu diganti karena
termasuk jelek, danpengecoh (b) perlu direvisikarena kurang baik. adapun kualitas pengecoh
berdasar indeks pengecoh adalah:

Sangat baik    IP  =  76% - 125%


Baik               IP  =  51% - 75%  atau  126% - 150%
Kurang baik   IP  =  26% - 50%  atau  151% - 175%
Jelek               IP  =  0% - 25%  atau  176% - 200%
Sangat jelek   IP  =  lebih dari 200% 

2.4.4 Tujuan dan Manfaat Analisis Butir Soal


Analisis butir soal merupakan kegiatan penting yang harus dilakukan guru dalam
menyusun soal agar diperoleh soal dengan kualitas baik. Melalui kegiatan analis butir soal
dapat mengkaji dan mengidentifikasi kualitas soal sebagai instrumen penilaian pembelajaran,
dan dengan kegiatan tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki butir soal yang sudah
disusun. Soal yang bermutu adalah soal yang dapat memberikan informasi setepat-tepatnya
tentang penguasan materi peserta didik.

Berikut ini adalah beberapa tujuan dari kegiatan analisis butir soal:
a. Meningkatkan kualitas butir tes melalui revisi atau membuang soal yang tidak
efektif (tidak valid),
b. Mengkaji dan menelaah setiap butir soal agar diperoleh soal yang bermutu,

18
c. Mengetahui informasi diagnostik pada peserta didik tentang pemahaman materi
yang diajarkan.
Berikut ini beberapa manfaat guru melakukan analisis butir soal:
a. Membantu pengguna tes dalam mengevaluasi kualitas tes yang digunakan,
b. Sesuai untuk penyusunan tes informal, seperti tes yang disiapkan guru untuk
peserta didik.
c. Mendukung penulisan soal yang efektif dan berkualitas.
d. Meningkatkan validitas dan reliabilitas soal sehingga tercipta soal yang
berkualitas.

Melalui kegiatan analisis butir soal, guru akan dapat menentukan soal-soal yang baik
dan soal-soal yang cacat atau tidak berfungsi dengan baik. Selain itu, guru dapat merevisi
soal-soal yang sudah tidak relevan dengan materi yang diajarkan dengan melihat banyaknya
peserta didik yang tidak mampu menjawab butir soal tertentu.

Bab 3. Kesimpulan

Menilai hasil belajar siswa adalah pengambilan keputusan penting yang


menentukan nasib akademik siswa, sehingga harus didasarkan pada data yang tepat
dan akurat. Data hasil belajar yang menjadi dasar penilaian haruslah objektif, bebas
dari pertimbangan subjektif dan dapat diuji kembali. Data demikian diperoleh dari
hasil pengukuran menggunakan tes hasil belajar. Data hasil belajar yang baik
diperoleh dari pengukuran menggunakan tes hasil belajar yang baik. TES HASIL
BELAJAR yang baik digunakan setelah melalui proses pengembangan.
Pengembangan TES HASIL BELAJAR dilakukan melalui beberapa kegiatan:
identifikasi hasil belajar, deskripsi materi, pengembangan spesifikasi, penulisan butir

19
dan kunci jawaban, pengumpulan data uji coba, uji kualitas dan komplikasi butir TES
HASIL BELAJAR.

20
Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. (2011). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Evaluasi Pendidikan.Edisi


Revisi, Cetakan kesebelas, Jakarta : Bumi Aksara

http://digilib.iain-palangkaraya.ac.id/1719/1/Abdul%20Qodir%20-%20Evaluasi%20dan
%20Penilaian%20Pembelajaran_compressed.pdf

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Drs.%20Amat%20Jaedun,%20M.Pd./
(3)%20Persyaratan%20&%20Bentuk%20Tes%20[Compatibility%20Mode].pdf

"Analisis Butir Soal Kuantitatif Lengkap dengan Penjelasannya" selengkapnya


https://www.detik.com/edu/edutainment/d-5611426/analisis-butir-soal-kuantitatif-lengkap-
dengan-penjelasannya. (Diakses pada: 07 Maret 2022)

“Pengertian Analisis Butir Soal, Tujuan, dan Manfaatnya” selengkapnya


https://gurubagi.com/pengertian-analisis-butir-soal-tujuan-dan-manfaatnya/ (Diakses pada: 07
Maret 2022)

“Analisis Butir Soal” selengkapnya http://riskangeblog.blogspot.com/2015/05/analisis-butir-


soal.html (Diakses pada: 07 Maret 2022)

https://eurekapendidikan.com/prinsip-prinsip-penilaian-pendidikan

21

You might also like