AK143-AKL II - Pertemuan 1

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 20

UNIVERSITAS BUDI LUHUR

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PERTEMUAN 1
Isu Kepemilikan Konsolidasi
Capaian Pembelajaran : Mahasiswa mampu memahami isu-isu terkait
kepemilikan dalam konsolidasi, mampu
menganalisis setiap transaksi kepemlikan
yang terjadi dan mampu mengukur,
mencatat dan melaporkan transaksi tersebut
secara tepat sesuai standar yang berlaku,
sesuai nilai-nilai kebudiluhuran
Sub Pokok Bahasan : 1.1. Saham preferen anak perusahaan
1.2. Perubahan kepemilikan induk atas
saham anak
1.3. Struktur kepemilikan yang kompleks
1.4. Wawasan Budi Luhur
Daftar Pustaka : 1. Christensen, Cottrell dan Baker. Advanced
Financial Accounting 10th Edition.
International Edition. McGraw Hill, 2014.
(Chapter 9 Consolidation ownership issues)
2. Djaetun,. Buku Saku Menuju Cerdas
Berbudi Luhur, Jakarta, PSBL 2016.
3. Djaetun, Memahami Hakekat Budi Luhur,
Jakarta, Yayasan Pendidikan Budi Luhur
Cakti, 2015.

FEB - Universitas Budi Luhur 1


1.1. Saham Preferen Anak Perusahaan
Saham yang merupakan surat tanda bukti kepemilikan perusahaan umumnya
dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu: 1) Saham Biasa dan 2) Saham Preferen. Terdapat
beberapa perbedaan antara kedua jenis saham tersebut meliputi:
a. Dari sisi hak suara, saham biasa mewakili hak suara dalam perusahaan sehingga
pemegang mayoritas saham biasa suatu perusahaan dapat dianggap sebagai
pihak pengendali, sedangkan saham preferen tidak memiliki hak suara, sehingga
pemegang saham preferen tidak dapat mempengaruhi atau mengendalikan
operasional perusahaan.
b. Dari sisi hak atas dividen, saham preferen menawarkan keistimewaan berupa hak
penerimaan dividen yang lebih diutamakan dibanding pemegang saham biasa,
besaran dividen yang bersifat konstan (memiliki tingkat persentase dividen yang
sudah ditentukan), dan pada beberapa jenis saham preferen, pembayaran dividen
dapat bersifat kumulatif.
Dengan adanya perbedaan kriteria saham tersebut, maka ketika anak perusahaan
juga menerbikan saham preferen akan berdampak terhadap pembagian porsi laba bagi
induk sebagai pemegang saham biasa perusahaan. Tanpa adanya saham preferen yang
diterbitkan anak perusahaan, laba dari anak perusahaan akan langsung dialokasikan
untuk pemegang saham biasa (pengendali dan non-pengendali), sedangkan ketika anak
perusahaan juga menerbitkan saham preferen maka laba yang dihasilkan oleh anak
perusahaan dialokasikan terlebih dahulu untuk membayar dividen bagi pemegang saham
preferen yang kemudian sisanya baru dapat dialokasikan untuk pemegang saham biasa.
Untuk mengilustrasikan perbedaan tersebut, asumsikan pada tanggal 1 Januari
2019 PT A membeli 80% saham biasa PT B yang beredar dengan nilai perolehan sebesar
Rp 320.000.000. Nilai buku ekuitas PT B saat itu sebesar Rp 400.000.000 terdiri dari akun
modal saham Rp 250.000.000 dan akun Laba ditahanRp 150.000.000. Pada akhir tahun
2019, diketahui bahwa PT B memperoleh laba bersih sebesar Rp 500.000.000 dan
membagikan dividen bagi pemegang saham biasa sebesar Rp 250.000.000. Sedangkan
PT A memperoleh laba dari kegiatan operasionalnya sendiri sebesar Rp 650.000.000 dan

FEB - Universitas Budi Luhur 2


membagikan dividen sebesar Rp 350.000.000.
Tabel 1.1 Perbandingan Praktik Akuntansi dengan dan tanpa Saham Preferen
Tanpa Saham Preferen Dengan Saham Preferen
Tidak terdapat asumsi tambahan saham preferen Asumsi tambahan: Pada 1 Januari 2019, PT B juga
menerbitkan saham preferen 10% senilai Rp
200.000.000 yang dibeli oleh pihak non pengendali.
Alokasi laba anak sebagai berikut: (dalam ribuan rupiah)
Laba bersih anak 500.000 Laba bersih anak 500.000
Dividen untuk PS ( 0) Dividen untuk PS ( 20.000)
Laba yang dialokasikan untuk CS 500.000 Laba yang dialokasikan untuk CS 480.000
Bagian laba untuk pihak Bagian laba untuk pihak
non-pengendali (20%x Rp 500.000) (100.000) non-pengendali (20%x Rp 480.000) ( 96.000)
Bagian laba untuk induk (pengendali) 400.000 Bagian laba untuk induk (pengendali) 384.000

Berdasarkan alokasi laba tersebut, maka dapat dihitung laba bersih konsolidasi untuk pihak pengendali dan
non-pengendali sebagai berikut:
Laba operasional induk terpisah 650.000 Laba operasional induk terpisah 650.000
Laba bersih anak perusahaan (PT B) 500.000 Laba anak perusahaan (PT B) 500.000
Laba bersih konsolidasi 1.150.000 Laba bersih konsolidasi 1.150.000
Bagian kepentingan non-pengendali (100.000) Bagian kepentingan non-pengendali (116.000)1
Laba bersih pihak pengendali 1.050.000 Laba bersih pihak pengendali 1.034.000

Dengan demikian jurnal transaksi yang dibutuhkan PT A untuk mencatat investasinya pada PT B dengan
menggunakan metode ekuitas adalah:
Jurnal pembelian saham biasa PT B Jurnal Pembelian saham biasa PT B
Investasi pada PT B 320.000 Investasi pada PT B 320.000
Kas 320.000 Kas 320.000

Jurnal pencatatan laba anak sebagai pendapatan Jurnal pencatatan laba anak sebagai pendapatan
Investasi pada PT B 400.000 Investasi pada PT B 384.000
Pendapatan dari PT B 400.000 Pendapatan dari PT B 384.000
Jurnal penerimaan dividen saham biasa Jurnal penerimaan dividen saham biasa
Kas 200.000 Kas 200.000
Investasi pada PT B 200.000 Investasi pada PT B 200.000
Dan Jurnal Eliminasi Dasar yang dibutuhkan untuk menyusun laporan keuangan konsolidasi PT A dan anak
perusahaan adalah:
Modal saham 250.000 Modal saham 250.000
Laba ditahan 150.000 Laba ditahan 150.000
Pendapatan dari PT B 400.000 Saham preferen 200.000
Kepentingan non-pengendali Pendapatan dari PT B 384.000
atas laba 100.000 Kepentingan non-pengendali
Dividen 250.000 atas laba 116.000
Investasi pada PT B 520.000 Dividen PS 20.000
Kepentingan non-pengendali atas Dividen CS 250.000
Aset bersih 130.000 Investasi pada PT B 504.0002

FEB - Universitas Budi Luhur 3


Kepentingan non-pengendali atas
aset bersih 326.0003
Keterangan: CS = Common Stock, PS = Preferred Stock
1
116.000=Dividen PS (20.000) + Bagian laba CS (96.000)
2
504.000= 80% x Ekuitas akhir anak (400.000 + 500.000 – 20.000 – 250.000)
3
326.000= (20% x Ekuitas akhir anak (400.000 + 500.000 – 20.000 – 250.000)) + (100% x 200.000)
Pada Tabel 1.1 telah disajikan perbedaan praktik akuntansi antara kondisi anak
perusahaan menerbitkan dan tidak menerbitkan saham preferen. Pada contoh kasus di
Tabel 1.1, saham preferen yang diterbitkan anak perusahaan sepenuhnya dimiliki oleh
pihak non-pengendali (induk tidak memiliki saham preferen anak perusahaan sama
sekali). Berikutnya, tambahan asumsi lain yang dapat terjadi yaitu ketika induk juga
memiliki sebagian dari saham preferen yang diterbitkan oleh anak. Jika diasumsikan
bahwa pada kasus di atas PT A sebagai induk PT B membeli 40% saham preferen yang
diterbitkan oleh anak maka akan berdampak sebagai berikut:
- Terkait alokasi laba, tidak terdapat perubahan, kecuali pada dividen PS sebesar Rp
20.000.000 terdapat 40% hak miliki PT A sebagai pemegang saham preferen.
- Terkait perhitungan laba bersih konsolidasi menjadi: (dalam ribuan rupiah)
Laba operasional induk terpisah 650.000
Laba anak perusahaan (PT B) 500.000
Laba bersih konsolidasi 1.150.000
Bagian kepentingan non-pengendali (108.000)1
Laba bersih pihak pengendali 1.042.000
1
108.000= (60% x 20.000) + (20% x 480.000)
- Terkait jurnal transaksi akan menjadi: (dalam ribuan rupiah)
Jurnal pembelian saham biasa PT B (80%)
Investasi pada PT B (CS) 320.000
Kas 320.000

Jurnal pembelian saham preferen PT B (40%)


Investasi pada PT B (PS) 80.000
Kas 80.000

Jurnal pencatatan laba anak sebagai pendapatan


Investasi pada PT B (CS) 384.000
Pendapatan dari PT B 384.000

Jurnal penerimaan dividen saham biasa


Kas 200.000

FEB - Universitas Budi Luhur 4


Investasi pada PT B (CS) 200.000

Jurnal penerimaan dividen saham preferen


Kas 8.000
Pendapatan dividen 8.000

Terkait jurnal eliminasi dasar menjadi: (dalam ribuan rupiah)


Modal saham 250.000
Laba ditahan 150.000
Saham preferen 200.000
Pendapatan dari PT B 384.000
Pendapatan dividen 8.000
Kepentingan non-pengendali atas laba 108.000
Dividen PS 20.000
Dividen CS 250.000
Investasi pada PT B (CS) 504.000
Investasi pada PT B (PS) 80.000
Kepentingan non-pengendali atas aset bersih 246.0001
1 326.000= (20% x Ekuitas akhir anak (400.000 + 500.000 – 20.000 – 250.000)) + (60% x 200.000)

1.2. Perubahan Kepemilikan Induk


Perubahan kepemilikan induk pada perusahaan anak dapat disebabkan oleh
transaksi yang dilakukan oleh induk ataupun anak perusahaan. Induk perusahaan dapat
melakukan penjualan sebagian saham anak kepada perusahaan non-afiliasi
(menyebabkan kepemilikan berkurang) atau melakukan pembelian saham anak
tambahan dari perusahaan non-afiliasi (menyebabkan kepemilikan bertambah).
Sedangkan anak perusahaan dapat melakukan transaksi penerbitan saham baru (dijual
ke induk atau ke non-afiliasi) atau melakukan pembelian kembali saham yang beredar di
pasar (dari induk atau dari non-afiliasi).
a. Induk membeli saham anak tambahan dari non-afiliasi
Ilustrasi: PT B menerbitkan 20.000 lembar saham yang telah beredar di pasar. PT A
pada tanggal 1 Januari 2018 membeli 15% (3.000 lembar) saham PT B senilai Rp
45.000.000 dan dicatat dengan menggunakan metode biaya karena masih di bawah
20%. Pada tanggal 1 Januari 2019, PT A membeli tambahan saham biasa PT sebanyak

FEB - Universitas Budi Luhur 5


9.000 lembar dengan harga pasar sebesar Rp 153.000.000.
Transaksi tersebut menyebabkan adanya perubahan kepemilikan saham PT B yang
dimiliki oleh PT A yaitu yang pada awalnya sebesar 15% (3.000 lembar dari 20.000
lembar) menjadi 60% (12.000 lembar dari 20.000 lembar). Jurnal yang dibutuhkan
pada tanggal 1 Januari 2019 ketika membeli saham tambahan adalah:
Jurnal pembelian saham biasa 9.000 lembar (01 Januari 2019)
Investasi pada PT B (CS) 153.000.000
Kas 153.000.000

Selain mencatat pembelian saham tambahan, PT A juga harus melakukan penilaian


kembali atas investasi saham PT B yang sudah dimiliki sebelumnya (sebesar 15%).
Berdasarkan nilai pasar saham PT B pada tanggal 1 Januari 2019, maka terdapat
perubahan nilai investasi saham awal pada PT B sebagai berikut:
Nilai pasar 3.000 lembar saham (1 Januari 2019)
 (3.000 / 9.000) x Rp 153.000.000 Rp 51.000.000
Nilai buku 3.000 lembar saham (1 Januari 2019) (Rp 45.000.000)
Kenaikan nilai investasi dari nilai bukunya Rp 6.000.000
Dengan adanya kenaikan nilai investasi tersebut maka diperlukan jurnal tambahan
sebagai berikut:
Jurnal penyesuaian nilai investasi sebelum pembelian saham tambahan
Investasi pada PT B (CS) 153.000.000
Keuntungan belum terealisasi dari investasi 153.000.000

b. Induk menjual sebagian saham anak kepada non-afiliasi


Transaksi ini terjadi ketika induk menjual sebagian saham biasa anak perusahaan
kepada pihak non-afiliasi sehingga besarnya persentase kepemilikan induk atas anak
perusahaan berkurang, beralih ke non-afiliasi. Ketika terjadi penjualan investasi saham
oleh induk ke perusahaan lain, maka harus dihitung selisih antara nilai tercatat
investasi tersebut pada tanggal penjualan dengan nilai wajar atau harga jual yang
disepakati atas investasi tersebut.
Contoh:

FEB - Universitas Budi Luhur 6


Pada tanggal 1 Januari 2019 PT A membeli 16.000 (80%) saham biasa PT B dengan
harga Rp 240.000.000 sesuai dengan nilai bukunya. Pada akhir tahun 2019, diperoleh
informasi bahwa PT B memperoleh laba sebesar Rp 100.000.000 dan membagikan
dividen sebesar Rp 20.000.000, PT A menggunakan metode ekuitas untuk mencatat
investasi sahamnya pada PT B. Pada tanggal 1 Januari 2020, PT A memutuskan untuk
menjual 2.000 lembar saham PT B yang dimilikinya ke pihak non-afiliasi dgan harga
Rp 40.000.000. Bagaimanakah pencatatan untuk transaksi penjualan investasi saham
PT B yang dimiliki PT A pada tanggal 1 Januari 2020

Penyelesaian:
Nilai saham tanggal 1 Januari 2019 (16.000 lbr) Rp 240.000.000
Perubahan nilai saham karena metode ekuitas:
- Laba anak tahun 2019 (80%) Rp 80.000.000
- Dividen anak tahun 2019 (80%) (Rp 16.000.000)
Nilai investasi saham tanggal 31 Desember 2019 Rp 304.000.000

Penjualan saham 2.000 lembar:


Harga jual 2.000 lbr saham Rp 40.000.000
Nilai tercatat 2.000 lbr saham
 (2.000 / 16.000) x Rp 304.000.000 (Rp 38.000.000)
Keuntungan penjualan investasi saham Rp 2.000.000

Dengan demikian dapat dibuat jurnal sebagai berikut:


Jurnal penjualan investasi saham
Kas 40.000.000
Investasi pada PT B 38.000.000
Keuntungan penjualan investasi 2.000.000

Akun keuntungan dilaporkan dalam laporan laba rugi induk secara terpisah

FEB - Universitas Budi Luhur 7


namun tidak dapat diakui pada laporan keuangan konsolidasi, karena dari sudut
pandang konsolidasi, penjualan saham PT B ke pihak non-afiliasi bukanlah transaksi
penjualan asset melainkan penerbitan saham baru. Dengan demikian selisih
keuntungan dapat diakui dalam akun “Tambahan Model Disetor”.
c. Anak menerbitkan saham tambahan dan dijual kepada non-afiliasi
d. Anak menerbitkan saham tambahan dan dijual kepada induk
e. Anak membeli kembali saham beredar dari non-afiliasi
f. Anak membeli kembali saham beredar dari induk

1.3. Struktur Kepemilikan yang Kompleks


Pada kenyataannya, struktur kepemilikan pada suatu perusahaan tidak hanya
terbatas pada kepemilikan saham satu anak perusahaan oleh induk perusahaan saja.
Terdapat berbagai variasi kondisi yang mungkin terjadi. Berikut ini gambaran
kemungkinan struktur kepemilikan yang lebih kompleks pada suatu perusahaan:

Sumber: Christinsen et al. (2014)

Gambar 1.1 Bentuk-bentuk Alternatif Struktur Kepemilikan

a. Direct Ownerhship (Kepemilikan langsung)

FEB - Universitas Budi Luhur 8


Pada praktiknya, banyak perusahaan yang memiliki lebih dari satu anak
perusahaan. Pelaporan akuntansi untuk perusahaan yang memiliki anak
perusahaan lebih dari satu pada dasarnya sama saja dengan apa yang sudah
dipelajari pada bab-bab sebelumnya (lihat materi konsolidasi Chapter 2 – 8).
Hanya saja, ketika terdapat beberapa anak perusahaan maka proses konsolidasi
(proses eliminasi akun resiprokal) pun dilakukan beberapa kali sesuai dengan
jumlah anak perusahaan sehingga akan menghasilkan laporan keuangan
konsolidasi induk dan anak-anak perusahaan tersebut.
b. Multilevel Ownership (Kepemilikan bertingkat)
Kepemilikan bertingkat terjadi ketika suatu perusahaan induk A memiliki
perusahaan anak B, dan kemudian perusahaan anak B menjadi induk dari
perusahaan anak C. Pada kondisi tersebut dapat dikatakan pula bahwa perusahaan
induk A memiliki secara tidak langsung perusahaan anak C melalui perusahaan B.
Terkait dengan penyusunan laporan keuangan konsolidasi, maka proses yang
dilakukan adalah Perusahaan anak B menyusun terlebih dahulu laporan
kondolidasi PT B dan anak perusahaan (PT C). Laporan keuangan konsolidasi PT
B dan anak perusahaan tersebut barulah kemudian digunakan sebagai dasar untuk
menyusun laporan keuangan konsolidasi PT A dan anak perusahaan (PT B).
c. Reciprocal Ownership (Kepemilikan resiprokal)
Reciprocal ownership adalah kondisi ketika PT A memiliki saham PT B, namun PT
B secara bersamaan memiliki sebagian saham PT A (kepemilikan saham timbal
balik). Kondisi kepemilikan resiprokal relatif jarang terjadi dan umumnya nilai
kepemilikan resiprokal saham induk yang dimiliki anak (PT B) relatif sangat kecil
atau tidak material. Praktik akuntansi yang dilakukan ketika terjadi kepemilikan
resiprokal adalah memperlakukannya sebagai saham treasuri (saham yang dibeli
kembali) pada saat penyusunan laporan keuangan konsolidasi.

1.4. Wawasan Budi Luhur


Pengertian Budi Luhur
Budi luhur bisa dianggap sebagai rangkuman dari segala apa yang dianggap watak

FEB - Universitas Budi Luhur 9


utama oleh orang Jawa. Siapa saja yang berbudi luhur seakan-akan dalam diri manusia
itu menyinarkan kehadiran Tuhan kepada sesama dan lingkungannya. (Magnis-Suseno,
1984). Budi pekerti berasal dari kata ”budi” dan “pekerti”. Kata “budi” berarti kesadaran
mulia, yang diejawantahkan berupa etika atau norma kehidupan. Kata “pekerti”
diturunkan dari akar kata Sanskerta ”kr” yang berarti bertindak (Yatmana, 2000). Dari
pengertian tersebut dapat diketengahkan budi luhur adalah hal ihwal yang dicita-citakan,
dimimpikan, bersifat abstrak, dan akan diwujudkan ke dalam kehidupan dalam bentuk
budi pekerti.
Budi pekerti adalah etos pekerti atau bingkai tindakan yang membentuk etika
kehidupan. Budi adalah sikap mental. Sikap mental dapat dilihat dari ucapan, sifat/tingkah
laku dan perbuatannya. Luhur adalah ukuran sikap mental yang berarti tinggi sekali yang
tidak ada yang melebihi tingginya. Budi luhur adalah sikap mental seseorang yang sangat
tinggi (bagus sekali), sehingga tidak ada yang melebihi.

Ucapan Manusia Yang Baik:


1. Tidak mengolok-olok orang lain
2. Tidak memberi panggilan yang buruk
3. Tidak menyakiti orang lain
4. Tidak mempermalukan orang lain
5. Tidak menakuntukan orang lain dll

Sikap Atau Bahasa Tubuh Manusia


1. Sopan yakni sebutan untuk bahasa tubuh yang dinilai baik dan
melahirkan/mewujudkan budi yang baik.
2. Cara berjalan, ekspresi wajah, gerak gerik mata, tangan dsb dapat mencerminkan
tinggi rendahnya budi seseorang.

Perbuatan Manusia
Perbuatan atau pakarti luhur adalah kegiatan apapun, yang membuat manfaat

FEB - Universitas Budi Luhur 10


bagi siapapun dan apapun serta membuat senang bagi kedua belah pihak yang memberi
maupun yang menerimanya.

Mengapa Harus Berbudi Luhur?


1. Manusia sebagai makluk sosial, memerlukan berkelompok, agar diterima dan
menerima orang lain, sehingga hidupnya bermanfaat.
2. Karena dengan berbudi luhur manusia secara individu maupun kelompok akan
saling menerima dan pada akhirnya menjadi kelompok/masyarakat yang hidup
damai, aman dan sejahtera baik lahir dan batin.
3. Jika tidak berbudi luhur akan ditolak oleh kelompoknya.

Cerdas Berbudi Luhur


Cerdas artinya mampu menggunakan akal untuk menciptakan hal-hal yang
bermanfaat untuk kehidupan. Berbudi luhur selalu berbuat baik dan mulia untuk hal-hal
yang bermanfaat dan tidak merugikan orang lain. Cerdas tanpa budi luhur: Dapat berbuat
apa saja tanpa peduli akibatnya terhadap orang lain. Berbudi luhur tanpa kecerdasan:
Menjadi korban orang lain
Yayasan Pendidikan Budi Luhur Cakti ingin menghasilkan manusia cerdas yg selalu
berperilaku baik dan mulia dengan menggunakan kecerdasannya untuk hal-hal yg
bermanfaat dan tidak merugikan masyarakat dan ingin semua alumni berbahagia dalam
hidupnya dan menjadi insan penyebar nilai-nilai kebudiluhuran

Hakikat Manusia
Hakikat manusia adalah sebagai mahluk sosial, Manusia dikatakan sebagai
makhluk sosial, karena beberapa alasan, yaitu:
1. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
2. Perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari orang lain.
3. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain
4. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.
Manusia merupakan makhluk multi dimensional, berbeda dengan makhluk lain,

FEB - Universitas Budi Luhur 11


khususnya binatang. Beberapa dimensi yang membedakan manusia dengan makhluk lain
misalnya bahwa manusia merupakan makhluk yang berakal, berperasaan, beriman,
berbudaya, berbahasa, dan bekerja. Sebaliknya binatang tidak memiliki dimensi-dimensi
tersebut.
Jika seekor induk sapi mau menyusui anaknya, hal tersebut bukan karena
perasaan kasih sayang kepada anak-anaknya tetapi karena naluri belaka. Tidak demikian
dengan manusia, seorang ibu memberikan ASI kepada bayinya karena didorong oleh rasa
kasih sayang agar anaknya sehat dan kuat.
Berbeda dengan manusia yang dapat mengeluarkan berbagai jenis suara yang
masing-masing memiliki arti yang berbeda. Manusia dapat berdoa (iman kepada Sang
Pencipta), mengagumi keindahan (berbudaya), yang tidak dilakukan oleh binatang.
Demikian pula manusia selalu bekerja untuk mencapai hal-hal yang lebih bermanfaat
untuk mencapai kehidupan yang lebih baik bagi kepentingan diri sendiri maupun untuk
orang lain.
Sebaliknya binatang tidak bekerja secara khusus. Seekor ayam mengais sampah
untuk mencari makan yang terbuang bersama sampah, tetapi tidak pernah menyiapkan
makanannya secara khusus. Demikian pula seekor kijang mengembara mencari rumput
untuk makan tetapi tidak pernah mencoba menanamnya.

Karekteristik Manusia
Berdasarkan aktualisasi, ciri – ciri manusia dapat dikatagorikan menjadi beberapa tipe
dalam masyarakat , yaitu :
1. Pengenalan terhadap diri sendiri .
2. Kemampuan yang dimiliki serta kemauan untuk menggunakan kemampuannya.
3. Kondisi moral dan sikap terhadap orang lain.
4. Pencapaian tingkat kedewasaan moral.
5. Kepribadian yang dimiliki.
Lebih lanjut penjelasan mengenai karakteristik adalah sebagai berikut:
1. Pengenalan Diri, 4 tipe manusia
a. Tipe 1: Manusia yang memiliki kemampuan dan pengetahuan yang cukup untuk

FEB - Universitas Budi Luhur 12


melaksanakan kegiatan (harus memanfaatkan pengetahuan dan kemampuannya
serta tidak sombong)
b. Tipe 2: Manusia yang menyadari akan kekurangannya (hrs punya motivasi tinggi,
disenangi orang lain, bekerja keras, dll)
c. Tipe 3: Manusia yang tidak menyadari akan kemampuannya (hrs ada orang lain
yang menuntun dan memotivasinya)
d. Tipe 4: Manusia yang tidak menyadari akan kekurangan dan ketidakmampuannya
(merasa cukup dengan pengetahuannya yang sedikit)
2. Kemampuan Sikap, 4 tipe manusia
a. Tipe 1: Manusia yang memiliki kmampuan dan kmauan yang tinggi
b. Tipe 2: Manusia yang tidak memiliki kemampuan tapi memiliki kmauan yang tinggi
c. Tipe 3: Manusia yang memiliki kemampuan tapi tidak memiliki kmauan yang tinggi
d. Tipe 4: Manusia yang tidak memiliki kemampuan dan kmauan yang tinggi
3. Kondisi moral, 5 tipe manusia:
a. Tipe 1: Manusia yang bermoral baik dan selalu mengajak dan menganjurkan orang
lain untuk berbuat baik
b. Tipe 2: Manusia yang bermoral baik tapi tidak menganjurkan orang lain berbuat
baik
c. Tipe 3: Manusia yang bmoral baik tapi kadang mnganjurkan orang lain berbuat
jahat
d. Tipe 4: Manusia yang bmoral jahat tapi mnganjurkan orang lain berbuat baik
e. Tipe 5: Manusia yang bmoral jahat dan mnganjurkan orang lain berbuat jahat
4. Pencapaian tingkat kedewasaan moral.
a. Pra Konvensional: Manusia yang masih dalam tahap perkembangan moral: anak-
anak
b. Konvensional: Manusia yang ingin mjadi manusia baik dengan selalu taat pada
norma yang blaku. Penyimpangan atas norma muncul rasa malu dan bsalah
c. Pasca Konvensional: Manusia yang telah menyadari alasan (mengapa) dan tujuan
(untuk apa) norma dalam kehidupannya
5. Kepribadian, 4 Tipe manusia:

FEB - Universitas Budi Luhur 13


a. Sanguinis: Sosial: mudah bergaul tetapi ceplas-ceplos dan kadang bertindak tanpa
dipikirkan, Pekerjaan: selalu siap membantu
b. Melankolis: Sosial: sulit berteman tetapi setia, Pekerjaan: serius, tekun, dan
prosedural
c. Korelis: Sosial: jarang berteman, Pekerjaan: pimpinan yang mandiri
d. Phlegmatis: Sosial: ramah dan tidak menuntut, Pekerjaan: rapi, tertib tanpa konflik

Mengenal Diri Sendiri Dan Orang Lain


1. Dengan mengenal diri sendiri: mampu menempatkan diri secara wajar di dalam
pergaulan maupun pekerjaan shg dapat diterima dengan wajar
2. Dapat mgunakan semua kekuatan utk hasil yg maksimal
3. Tidak harus memaksakan diri diluar kemampuannya sehingga mencapai hasil
optimal
4. Mengenal orang lain: berguna dalam memilih teman yg sesuai & dapat
menentukan bgm hrs bersikap dalam bgaul shg tdk mnimbulkan konfliks

Dengan mengenali diri sendiri, orang dapat :


a. Menempatkan diri secara wajar didalam pergaulan, maupun pekerjaan sehingga
dapat diterima dengan wajar oleh lingkungannya.
b. Melaksanakan semua kegiatan secara optimal dengan hasil yang sebaik mungkin
tanpa harus memaksakan diri.
c. Mencari kawan yang sesuai, sehingga dapat terbina pergaulan yang nyaman dan
harmonis.
d. Menghargai kelebihan orang lain, sehingga dapat menyadari perlunya belajar lebih
baik untuk mendapatkan kesempatan dan potensi yang lebih baik.
Mengenali sifat dan kepribadian orang lain, maka orang akan dapat :
a. Memilih teman yang sesuai.
b. Menentukan sikap dalam pergaulan tanpa menimbulkan konflik.
c. Sebagai pemimpin akan mudah mengarahkan bawahannya pada tugas – tugas
yang sesuai.

FEB - Universitas Budi Luhur 14


d. Dapat mengantisipasi apa yang kira – kira dapat diharapkan dari orang yang diberi
tugas, sehingga tidak menimbulkan kekecewaan.

Tuhan Dan Agama


Inti atau hakikat dari suatu agama adalah aturan-aturan yang mengikat dan
menguasai penganutnya dengan kewajiban-kewajiban yang menjadi hutang baginya,
yang dipatuhi sehingga menjadi adat kebiasaan dan jalan hidup baginya, serta
meniscayakan balasan bagi pelakunya. Namun, tidak semua aturan dapat dikatakan
agama
“Tuhan adalah Tuhan Allah semesta alam, Tuhannya manusia, hewan dan
tumbuhan adalah satu, Esa adanya, pencipta semesta alam dengan isinya, disembah
seluruh manusia sejagad dengan caranya masing-masing”.
Melalui utusan-utusanNya, Tuhan mengingatkan kepada manusia, kalau ingin
kepada Tuhan agar mengikuti ajaran-ajaranNya berupa agama. Dengan diturunkannya
utusan, dengan beragam agama jangan malah menimbulkan pertengkaran antara
manusia di bumi, bila demikian maka yang mengambil keuntungan adalah iblis/syaitan
karena mereka tidak ingin manusia kembali kepada TuhanNya. “Manusia hanyalah bagian
yang sangat kecil dari Tuhan Semesta Alam.
Hubungan Tuhan, manusia dan agama

Tuhan

Manusia
UtusanNya
beragama

Agama

FEB - Universitas Budi Luhur 15


Gambar 1.1 Hubungan antara Tuhan, manusia dan agama

Etika Dan Moral


Secara etimologi, istilah etika berasal dari bahasa Yunani:1. ethos (tunggal) yang
berarti: tempat tinggal yg biasa; padang rumput, kandang habitat; kebiasaan, adat;
akhlak; watak; perasaan, sikap, cara berpikir. Dan 2. ta etha (jamak): adat kebiasaan.
Menurut Aristoteles, etika dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi etika adalah
ilmu tentang apa yg biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Etika membahas
konvensi-konvensi sosial yg ditemukan dalam masyarakat. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 1988 etika dibedakan menjadi tiga arti:
1. Ilmu tentang apa yg baik dan apa yg buruk dan tentang hak dan kewajiban moral
(akhlak)
2. Kumpulan asas atau nilai yg berkenaan dengan akhlak.
3. Nilai mengenai benar dan salah yg dianut suatu golongan atau masyarakat.
Etika berarti moral, sedang Etiket berarti sopan santun
Persamaan etika dan etiket
1. Menyangkut perilaku manusia
2. Mengatur manusia scr normatif, artinya memberi norma bagi perilaku manusia
sehingga menyatakan apa yg hrs dilakukan atau tdk boleh dilakukan.

Perbedaan etika dan etiket:

Etika Etiket

Absolut Relatif

Berlaku Untuk umum Terbatas Waktu, tempat

Sifat nilai yang dikandung, cenderung cenderung terkait dengan baik-buruk


terkait dengan benar-salah

Macam perbuatan Cara melakukan

FEB - Universitas Budi Luhur 16


Batiniah Lahiriah

Tidak harus disaksikan orang lain Berlaku hanya dalam pergaulan

Prinsip-prinsip Etika:
1. Prinsip keindahan (Beauty)
2. Prinsip persamaan (Equality)
3. Prinsip kebaikan (goodness)
4. Prinsip Keadilan (justice)
5. Prinsip kebebasan (liberty)
6. Prinsip kebenaran (truth)

Macam-Macam Norma:
a. Norma agama, yaitu peraturan hidup manusia yang berisi perintah dan larangan
yang berasal dari Tuhan.
b. Norma moral/kesusilaan, yaitu peraturan atau kaidah hidup yang bersumber dari
hati nurani dan merupakan nilai-nilai moral yang mengikat manusia.
c. Norma kesopanan, yaitu peraturan atau kaidah yang bersumber dari pergaulan
hidup antar manusia.
d. Norma hukum, yaitu peraturan atau kaidah yang diciptakan oleh kekuasaan resmi
atau negara yang sifatnya mengikat atau memaksa

Moral
a. Secara etimologis kata ‘moral’ sama dengan ‘etika’ yakni nilai-nilai dan norma-
norma yg menjadi pegangan seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur
tingkah lakunya. (Bertens, 2011)
b. Kata moral selalu mengacu pada baik buruknya manusia sebagai manusia. Bidang
moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikannya sbg
manusia. (Franz Magnis, 1987).
c. Norma-norma moral adalah tolok ukur untuk menentukan betul salahnya sikap
dan tindakan manusia dilihat dari segi baik-buruknya sebagai manusia dan bukan

FEB - Universitas Budi Luhur 17


sebagai peran tertentu dan terbatas.

Ciri-ciri Moral
 Menghormati autoriti (Bapak/Ibu, guru, pemimpin Negara)
 Melakukan sesuatu secara bebas dan rasional
 faham perasaan org lain
 mempunyai motivasi moral buat keputusan
 konsisten

RANGKUMAN

Perusahaan anak yang menerbitkan saham preferen memberikan dampak


dalam penyusunan laporan konsolidasi perusahaan khususnya dalam hal
pengalokasian laba perusahaan anak kepada pihak induk sebagai pengendali dan
pihak bukan pengendali. Laba bersih yang dihasilkan oleh anak perusahaan akan
terlebih dahulu dikurangi dengan dividen untuk saham preferen baru kemudian
sisanya dialokasikan bagi pemegang saham biasa.
Perubahan kepemilikan saham dapat disebabkan oleh transaksi yang
dillakukan oleh perusahan induk maupun perusahaan anak. Setiap transaksi
perubahan kepemilikan dapat menyebabkan perubahan nilai investasi yang dimiliki
oleh induk atas saham anak perusahaan. Perubahan nilai tersebut langsung diakui
sebagai keuntungan ataupun kerugian pada pembukuan perusahaan induk.
Beberapa bentuk kepemilikan saham kompleks contohnya adalah
kepemilikan saham langsung pada dua atau lebih anak perusahaan, kepemilikan
saham bertingkat dan kepemilikan saham resiprokal.

FEB - Universitas Budi Luhur 18


LATIHAN

1. Jelaskan perbedaan mendasar yang timbul pada penyusunan laporan keuangan


konsolidasi ketika perusahaan anak memiliki dan tidak memiliki saham preferen?

2. PT. Pronto membeli 80% kepemilikan saham PT. Eka Karya pada tanggal 1 Januari
2017 dengan nilai Rp160.000.000 yaitu sama dengan nilai buku aset bersih PT. Eka
Karya saat itu yang terdiri dari Modal Saham (nominal Rp 7.500) Rp 150.000.000 dan
Laba ditahan Rp 50.000.000. Pada tanggal yang sama, PT. Eka Karya juga menerbitkan
saham preferen senilai Rp 50.000.000, 8%. PT. Pronto kemudian juga membeli 20%
saham preferen yang diterbitkan oleh PT. Eka Karya tersebut.
Berikut ini merupakan informasi laba bersih PT. Pronto (dari operasinya sendiri) dan
PT. Eka Karya selama tahun 2017-2019.
Keterangan 2017 2018 2019
Laba bersih Pronto (dari operasinya sendiri) Rp 45.000.000 Rp 39.000.000 Rp 52.000.000
Dividen Pronto Rp 13.000.000 Rp 15.000.000 Rp 21.000.000
Laba bersih Eka Karya Rp 22.000.000 Rp 18.000.000 Rp 16.000.000
Dividen Eka Karya untuk saham biasa Rp 10.000.000 Rp 8.000.000 Rp 5.000.000

Diminta:
a. Buatlah jurnal transaksi yang dibutuhkan oleh PT. Pronto terkait investasinya di PT.
Eka Karya selama tahun 2017.
b. Buatlah Jurnal Eliminasi yang dibutuhkan oleh PT. Pronto terkait kepemilikan saham
PT. Eka Karya pada tanggal 31 Desember 2017.
c. Hitunglah besar Laba Bersih Konsolidasi dan Laba Bersih Bagian Pihak Pengendali
untuk tahun 2018 dan 2019.

3. Mengacu pada informasi soal no 2 di atas, pada tanggal 31 Desember 2019, PT. Pronto
menjual ¼ dari jumlah saham biasa PT. Eka Karya yang dimilikinya dengan harga Rp
50.000.000 ke perusahaan non afiliasi.
Diminta:
Buatlah perhitungan keuntungan/kerugian yang diperoleh pada saat PT. Pronto

FEB - Universitas Budi Luhur 19


menjual saham PT. Eka Karya serta buatlah Jurnal yang dibutuhkan oleh PT. Pronto
pada saat menjual saham PT. Eka Karya di tanggal 31 Desember 2019 tersebut.

4. Mengacu pada informasi soal no 2 di atas, asumsikan bahwa pada tanggal 31


Desember 2019, PT. Eka Karya menerbitkan saham biasa baru sebanyak 5.000 lembar
dengan harga Rp 10.000 per lembar kepada perusahaan non-afiliasi.
Diminta:
Buatlah perhitungan dampak dari penerbitan saham baru tersebut terhadap nilai
investasi saham biasa PT Eka yang dimiliki PT Pronto, serta buatlah jurnal yang
dibutuhkan oleh PT Pronto untuk menyesuaikan nilai investasinya tersebut.

5. PT Gema memiliki kepemilikan saham biasa PT Lamda sebesar 70% dan 30% saham
biasa PT Delta. Sebagai tambahan, PT Lamda juga memiliki 40% kepemilikan saham
biasa pada PT Delta. Pada tahun 2019, diketahui informasi laba operasi untuk PT
Gema, PT Lamda dan PT Delta secara berurutan adalah Rp 600.000.000, Rp
400.000.000 dan Rp 250.000.000, dan membayar dividen sebesar Rp 300.000.000, Rp
200.000.000 dan Rp 100.000.0000.
Diminta:
a. Hitunglah nilai laba bersih konsolidasi yang akan dilaporkan oleh PT Gema pada
laporan keuangan tahun 2019.
b. Hitunglah nilai laba bersih untuk kepentingan pengendali pada tahun 2019
c. Hitunglah nilai laba bersih untuk kepentingan bukan pengendali pada tahun 2019

6. Apakah konsep dari cerdas berbudi luhur? dan jelaskan apakah yng terjadi jika
manusia tidak memiliki dalah datu dari cerdas atau budil luhur!
7. Apakah Hakikit utama dari manusia itu?
8. Berdasarkan aktualisasi, ciri – ciri manusia dapat dikatagorikan menjadi beberapa tipe
dalam masyarakat, sebutkan!
9. Sebut dan jelaskan 4 tipe manusia berdasarkan kepribadian!
10. Jelaskan perbedaan antara etika dan moral!

FEB - Universitas Budi Luhur 20

You might also like