Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 20

Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan p-ISSN 2548 – 298X

Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012 e-ISSN 2548 – 5024


DOI: 10.24034/j25485024.y2017.v1.i2.2634

DAMPAK KODE ETIK PADA PENGARUH FILOSOFI ETIS DAN INTENSITAS


ETIS TERHDADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS AKUNTAN PUBLIK

Suryadi Winata
suryadiwinata@ymail.com
Universitas Buddhi Dharma, Tangerang
Khomsiyah
Universitas Trisakti, Jakarta

ABSTRACT

The purpose of this study is to examine the role of ethical codes in strengthening the influence of ethical
philosophy - idealism, relativism, and ethical intensity - magnitude of consequence, social consensus, temporal
immediacy on ethical decision making (EDM). The research samples used are 138 public accountants. The
hypotheses testing used is moderated regression analysis. The results shows that code of ethics reduce the
influence of idealism to ethical awareness of public accountants. code of ethics and idealism are factors that are
complementary, so the implications of the code of conduct is an importance tool for the implementation of
idealistic thinking’s in EDM practice of public accountants. Ethical codes that have reduced the positive
influence of idealism on ethical awareness means that code of ethics promote each public accountant to follow
universal ethics rules in achieving the best business results. The fact of the idealistic thoughts have strong
influence on ethical awareness describes the powerful idealism, and then the strength of ethical codes that can
reduce the effect of idealism in EDM means that the superiority of relativism as EDM basis. The combination
between powerful idealism and superiority of relativism would be situationist’s position in the taxonomy of
ethical ideology.

Key words: code of ethic, ethical philosophy, ethical intensity, and public accountants.

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur peran kode etik dalam memperkuat pengaruh filosofi
etis yaitu idealisme, relativisme, dan intensitas etis yaitu magnitude of consequence, social consensus dan
temporal immediacy pada pengambilan keputusan etis. Sampel penelitian ini menggunakan 138
akuntan publik. Pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi moderasi. Hasilnya mem-
perlihatkan bahwa kode etik menurunkan pengaruh idealisme terhadap kesadaran etis akuntan
publik. Kode etik dan idealisme merupakan faktor-faktor yang saling melengkapi, sehingga implikasi
kode etik merupakan alat penting dalam rangka penerapan pemikiran kaum idealis pada praktik
akuntan publik. Kode etik yang dapat menurunkan pengaruh positif idealisme terhadap kesadaran
etis berarti bahwa kode etik mendorong setiap akuntan publik untuk mematuhi aturan etis universal
dalam mencapai hasil usaha yang terbaik. Fakta yang menunjukkan pemikiran para idealis
berpengaruh kuat terhadap kesadaran etis menggambarkan idealime yang kuat, dan adanya kode etik
yang kuat yang dapat menurunkan pengaruh idealisme dalam pengambilan keputusan etis
mengartikan kekuatan relativisme sebagai dasar pengambilan keputusan etis. Kombinasi antara
idealisme dan relativisme kuat merupakan posisi situationis di dalam taxonomy of ethical ideology.

Kata kunci: kode etik, filosofi etis, intensitas etis, dan akuntan publik.

PENDAHULUAN kembangan moral di perusahaan-perusaha-


Perilaku etis akuntan profesional ada- an akuntan sering berhadapan dengan
lah penting terhadap status dan kredibilitas dilema dalam memilih di antara nilai-nilai
profesi akuntan karena sebagai agen per- yang saling bertentangan (Leung dan
259
260 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 2, Juni 2017 : 259 – 278

Cooper, 2005; Chan dan Leung, 2006; dan akuntan praktisi pajak. Pengambilan
Kareacer et al., 2009, dan Ionescu, 2010). keputusan etis (ethical decision making) atau
Pemilihan nilai-nilai tersebut membutuhkan EDM, di dalam praktik akuntansi salah
kemampuan melakukan pengambilan ke- satunya didasarkan pada pertimbangan etis
putusan etis, selain kompetensi di dalam yang terjadi, sehingga pertimbangan etis
pemilihan metode akuntansi yang sesuai tersebut dapat mendukung kepercayaan
untuk pengukuran dan pengungkapan ke- dan keyakinan pada sistem pasar modal
uangan tertentu, di bawah tekanan yang dengan penyimpangan yang minimal pada
berat dengan banyak keterbatasan (Leung pelaporan keuangan (Barlaup et al., 2009).
dan Cooper, 2005; Gaffikin dan Lindawati, Pertimbangan dan perilaku etis yang
2012). meningkatkan kepercayaan tentang pe-
Leung dan Cooper (2005) mengungkap- nyimpangan yang minim dalam pelaporan
kan bahwa secara total terdapat 6.693 isu keuangan dan menggambarkan bahwa
etis yang berbeda-beda yang dihadapi oleh pertimbangan moral berpengaruh pada ke-
para anggota CPA di Australia pada 12 putusan investasi, menjadi alasan yang
bulan terakhir tahun 2005. Akuntan publik mendasar untuk melakukan penelitian di
banyak menghadapi dilema etis yang berat dalam implementasi pertimbangan etis
terutama yang berhubungan dengan isu-isu yang lebih rumit (Hofmann et al., 2007;
adanya tekanan klien. Penelitian Leung dan Pflugrath et al., 2007, dan Barlaup et al.,
Cooper (2005) menggambarkan bahwa 2009). Penerapan pertimbangan etis yang
audit atas laporan keuangan perusahaan dilakukan oleh individu-individu di-
yang dilakukan oleh auditor independen gambarkan oleh Forsyth (1980) dengan
(CPA) yang terdidik yang hanya mendapat mengembangkan taxonomy of ethical ideology
pelatihan teknis saja, tidak cukup. Para yang mencoba melakukan persilangan
auditor independen harus mampu memper- pengaruh antara filosofi etis dimensi idealis-
tahankan pertimbangan etis yang merupa- me dengan dimensi relativisme dan meng-
kan intensinya (Leung dan Cooper, 2005). ungkapkan filosofi etis dengan empat
Selain menjaga kepercayaan publik dan dimensi yaitu; situationists, exceptionists,
mengembangkan profesi akuntansi di masa absolutists dan subjectivists. Penelitian ini
depan, juga dibutuhkan peran auditor yang menggambarkan proses penerapan filosofi
selalu memantau kualitas informasi keua- etis pada praktik pengambilan keputusan
ngan perusahaan dan memastikan imple- etis oleh individu-individu.
mentasi prinsip, standar, prosedur, konsep Pertimbangan etis selain dipengaruhi
serta metode-metode akuntansi yang sesuai idealisme dan relativisme juga dipengaruhi
dengan kebijakan akuntansi yang telah oleh intensitas etis yang merupakan faktor
ditetapkan, sehingga laporan keuangan situasional individual. Intensitas etis men-
yang dihasilkan memenuhi karakteristik coba menjelaskan suatu isu etis yang sudah
kualitatif agar informasinya dapat dipaha- dipertimbangkan diterima di dalam situasi
mi, relevan, handal, dapat diperbanding- tertentu. Terdapat tiga dimensi yang paling
kan, serta mengurangi asimetri informasi berpengaruh yaitu; magnitude of consequence,
(Wolk et al., 2008). social consensus, dan temporal immediacy
Tugas akuntan yang selalu berhubu- (Jones, 1991; Ng et al., 2009; dan Craft, 2013).
ngan dengan permasalahan etis dan inte- Pertimbangan etis juga dipengaruhi oleh
gritas yang tinggi dalam setiap bidang dan faktor situasional organisasional yang di-
tugas akuntansi mengambarkan bahwa per- dasarkan pada pertimbangan individu-
masalahan etika pada bidang akuntansi individu karena berada pada situasi ke-
mempunyai kemiripan dengan masalah pentingan masing-masing di dalam suatu
pengambilan keputusan etis (ethical decision organisasi yang melakukan pengambilan
making) oleh auditor, akuntan manajemen, keputusan etis (Ionescu, 2010). Faktor
Dampak Kode Etik ...– Winata, Khomsiyah 261

situasional yang umumnya mempengaruhi penelitian ini adalah menguji dampak kode
keputusan etis adalah pemberian peng- etik terhadap pengaruh filosofi etis dan
hargaan dan sanksi, penerapan kode etik intensitas etis pada pengambilan keputusan
dan terciptanya iklim etis (Ford dan etis akuntan publik.
Richardson, 1994; Leung dan Cooper, 2005).
Implementasi kode etik di dalam TINJAUAN TEORETIS
konteks pengalaman pelaksanaan audit Pengambilan Keputusan Etis
yang umum mempunyai pengaruh positif Pengambilan keputusan merupakan
pada kualitas kebijakan yang dilakukan aspek penting dalam akuntansi keperi-
oleh para akuntan profesional (Pflugrath et lakuan, karena aspek pengambilan keputus-
al., 2007). Kebutuhan adanya kode etik yang an memfokuskan pada teori dan model
terus dikembangkan adalah untuk memper- tentang pengambilan keputusan. Teori pe-
tahankan kepercayaan publik dalam inte- ngambilan keputusan adalah teori normatif
gritas profesi akuntan, yang sejalan dengan yang menjelaskan bagaimana seharusnya
fakta terjadinya peningkatan minat dalam individu-individu mengambil keputusan.
penelitian yang bertujuan menguji ke- Suartana (2010) menjelaskan bahwa model
mampuan pertimbangan moral akuntan deskriptif pengambilan keputusan men-
publik. jelaskan fakta-fakta empirik yang terjadi
Motivasi dilakukannya penelitian ten- sebagai dasar, ketika individu-individu ter-
tang faktor-faktor individual dan situasi- sebut melakukan pengambilan keputusan.
onal tertentu pada pengambilan keputusan Proses pengambilan keputusan etis di-
etis dalam pengembangan ilmu dan gambarkan dalam tahap-tahap yang serupa
implementasi praktik akuntansi adalah: dengan proses pengambilan keputusan
pertama, penelitian tentang pengambilan manajemen yang diungkap oleh Gilbert et
keputusan etis selama ini telah banyak al. (2009). Kesadaran etis serupa dengan
mengungkap arti penting faktor-faktor indi- identifikasi situasi, pertimbangan etis se-
vidual dan situasional terhadap pengambil- rupa dengan proses kreatif pengembangan
an keputusan etis (Leung dan Cooper, 2005; alternatif-alternatif keputusan yang akan
Musbah, 2010; Jin, 2012; dan Craft, 2013). dievaluasi atau dipertimbangkan lebih lan-
Namun, penelitian tentang etik dan kajian jut. Kemudian alternatif keputusan yang
praktik di Indonesia masih terbatas. Kedua, dikembangkan dievaluasi atau dikaji ulang
Indonesia sebagai negara dengan beragam untuk mendapat alternatif yang terbaik,
nilai budaya, konsekuensinya semua indi- sehingga proses ini dapat memilih alternatif
vidu di dalam organisasi dan profesi yang untuk dilaksanakan suatu tindakan yaitu
ada harus mempertimbangkan keputusan alternatif keputusan yang paling terbaik.
etis yang dipengaruhi oleh beragam faktor Alternatif pengambilan keputusan yang
yang berhubungan dengan pengambilan sudah teruji mempunyai kekuatan pada
keputusan etis tersebut (Chan dan Leung, tahap intensi etis. Lebih lanjut implementasi
2006 dan Musbah, 2010). Para akuntan alternatif terbaik keputusan yang telah
berhadapan dengan suatu isu etis, akan dipilih merupakan perilaku etis dalam
melakukan investigasi untuk memahami pengambilan keputusan etis.
jenis isu etis yang dihadapi tersebut, dan Keputusan etis didefinisi sebagai
menentukan faktor-faktor individual atau “suatu keputusan yang secara hukum dan
situasional mana yang paling berpengaruh etik dapat diterima di dalam masyarakat
terhadap keputusan etis di dalam profesi- yang lebih luas. Kebalikannya adalah suatu
nya, sehingga dapat menghindarkan diri keputusan yang dikatakan tidak etis adalah
dari perilaku yang tidak etis. Tujuan yang secara hukum atau etik tidak dapat
262 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 2, Juni 2017 : 259 – 278

diterima di dalam masyarakat yang lebih etis dalam hal bahwa secara sistematik
luas. Sementara definisi pengambilan ke- berhubungan dengan karakteristik isu itu
putusan etis yang lain menjelaskan bahwa sendiri, kemudian menyatakan bahwa
pengambilan keputusan etis sebagai “suatu karakteristik tertentu dari isu etis itu sendiri
proses dilakukan individu-individu yang adalah penentu penting dari proses
menggunakan dasar pemikirannya untuk pengambilan keputusan etis. Model Jones
menentukan apakah suatu isu tertentu (1991) digunakan juga oleh Dickerson (2009)
adalah benar atau salah” (Jones, 1991). untuk menguji sensivitas etis dalam pe-
ngambilan keputusan etis auditor (akuntan
Model Pengambilan Keputusan Etis publik). Secara tradisional, empat tahap
Model pengambilan keputusan etis pengambilan keputusan etis yaitu pengaku-
yang paling komprehensif adalah yang an etis, pertimbangan etis, intensi etis dan
dibuat oleh Jones (1991). Model tersebut perilaku etis seolah-olah merupakan suatu
mengintegrasi model keputusan etis se- hasil temuan etik yang paling akhir, semen-
belumnya dan merepresentasi secara me- tara itu para peneliti juga telah meng-
nyeluruh variabel-variabel yang sudah di investigasi variabel individual (Lv dan
sepakati berpengaruh terhadap pengambil- Huang, 2012; dan Craft, 2013), variabel
an keputusan etis dan memperkenalkan organisasional dan karakteristik intensitas
suatu konsep intensitas etis. Jones meyakini etis sebagai variabel prediktor (Craft, 2013).
bahwa studi sebelumnya masih terbatas
dalam membahas isu-isu etis sampai faktor Kesadaran Etis
yang menjadi penyebab. Intensitas etis Kesadaran etis (ethical awareness) di-
adalah “perluasan dari isu yang terkait sebut juga dengan istilah pengakuan etis
dengan perintah etis yang harus dilakukan (ethical recognition) atau sensitivitas etis
di dalam situasi tertentu.” (ethical sensitivity) adalah suatu tahap yang
Fondasi model Jones tersebut meng- mendasar dan penting di dalam proses
gambarkan empat tahap proses; pengakuan pengambilan keputusan etis. Mengakui
isu-isu etis (ethical awarness/recognizing), suatu isu menjadi isu etis secara moral
pembentukan pertimbangan etis (ethical dapat membantu dalam mempertimbang-
judgment development), penetapan intensi etis kan pengambilan keputusan etis. Jones
(establishing ethical intent), dan keterlibatan (1991) mengungkapkan bahwa pengakuan
di dalam perilaku etis (engaged in ethical adanya isu-isu etis meliputi dua komponen
behavior). Model empat tahap tersebut penting dalam mengidentifikasi isu-isu etis:
menghubungkan model pengambilan ke- 1) individu harus merealisasi bahwa tinda-
putusan etis yang positif dan mengasumsi- kannya akan mempengaruhi kesejahteraan
kan bahwa pilihan etis adalah bukan hanya orang lain dan 2) individu mempunyai
keputusan individual, namun ditentukan kemauan sendiri di dalam isu tersebut.
oleh pembelajaran sosial di dalam suatu Selanjutnya, ketika individu-individu gagal
organisasi. Lin dan Ho (2008) menggunakan mengidentifikasi isu etis tersebut, mereka
model Jones dengan membagi 4 tahap tidak punya lagi kesempatan untuk me-
pengambilan keputusan etis yaitu kesadar- lanjutkan pada tahap berikutnya dalam
an etis, pertimbangan etis, intensi etis, dan suatu proses pengambilan keputusan etis,
perilaku etis. sehingga keputusan mereka akan dibuat
Selanjutnya, Jones (1991) telah me- sesuai pada aspek lain misalnya motivasi
ngembangkan berbagai faktor terkait etis ekonomi.
menjadi komponen tertentu intensitas etis Studi empirik Chan dan Leung (2006)
ke dalam model proses pengambilan ke- dan Croxford (2010) mengungkapkan bah-
putusan etis. Jones mengungkap bahwa wa pengakuan etis adalah bersyarat di atas
orang akan bereaksi berbeda pada isu-isu variabel-variabel individual (umur, jender,
Dampak Kode Etik ...– Winata, Khomsiyah 263

tingkat pendidikan dan yang lainnya), tertentu yang ditujukan pada realisasi suatu
variabel-variabel organisasi (kode etis, iklim tujuan akhir.
etis, pengaruh manajemen puncak, dan Namun demikian, terdapat argumen-
sebagainya) dan konten-konten tertentu tasi yang mendukung bahwa intensi di-
dari isu intensitas etis (besarnya konse- asumsikan untuk melihat faktor-faktor
kuensi, konsensus sosial, kemungkinan motivasi yang mempengaruhi suatu peri-
pengaruh dan sebagainya). laku, sehingga hal tersebut merupakan
indikasi sebagaimana kerasnya seorang
Pertimbangan Etis akan berusaha mencoba, atau berapa ba-
Tahap kedua dari proses pengambilan nyak upaya tertentu yang mereka rencana-
keputusan etis adalah tahap pertimbangan kan untuk mendesak dalam rangka men-
etis atau ethical judgement. Tahap ini mem- capai perilaku tersebut. Intensi etis sebagai
punyai dasar utama pada tahap perkemba- suatu teori dapat dihipotesiskan lebih kuat
ngan moral kognitif (cognitive moral develop- suatu intensi untuk terlibat di dalam
ment) yang dikembangkan oleh Kohlberg. perilaku, maka cenderung akan lebih kuat
Teori perkembangan moral kognitif dari mencapai kinerja perilaku etis tersebut
Kohlberg telah dijadikan landasan teoretis (Ajzen, 1991).
untuk berbagai versi teori pengambilan
keputusan etis (Haines dan Leonard, 2007; Perilaku Etis
Lv dan Huang, 2012). Model tersebut Tahap terakhir dari proses peng-
mencoba menghubungkan pertimbangan ambilan keputusan etis adalah perilaku etis.
etis pada perilaku etis dan mengusulkan Dalam hal ini individu terlibat dalam suatu
bahwa faktor-faktor individual mempe- tindakan yang paling baik sebagai hasil dari
ngaruhi hubungan menyeluruh pada proses intensi etis mereka. Perilaku etis didefinisi-
pengambilan keputusan yang lebih terpadu, kan sebagai satu dari kedua hal yaitu secara
daripada hanya sekedar pertimbangan hukum atau etis adalah perilaku yang dapat
apakah suatu isu dapat diterima atau tidak diterima oleh suatu masyarakat (community)
secara etis (Haines dan Leonard, 2007). yang lebih besar (Jones, 1991). Perilaku etis
adalah hasil dari proses yang beragam dan
Intensi Etis rumit. Ruang lingkup penelitian etis umum-
Tahap ketiga dari proses pengambilan nya tidak sampai pada perilaku etis, karena
keputusan etis di dalam model yang di- perilaku etis meliputi pemantauan tindakan
kembangkan oleh Jones (1991) adalah inten- yang dilakukan secara nyata dalam jangka
si etis. Jones (1991) memperkuat definisi waktu panjang.
sebelumnya bahwa intensi etis adalah Alasan secara teoretis dapat mengambil
“tingkatan tertentu dari komitmen untuk referensi pada teori tindakan yang diper-
mengambil serangkaian tindakan, pe- timbangkan (Theory of Reasoned Action
nempatan nilai-nilai moral di atas nilai-nilai (TRA)) dan teori perilaku yang terencana
lain, dan mengambil tanggung jawab (Theory of Planned Behaviour (TPB)) (Ajzen,
personal untuk hasil-hasil yang etis.” Jones 1991). Dalam pembahasan tentang intensi
(1991) juga mengatakan bahwa intensi etis etis, ditemukan bukti yang menyarankan:
adalah motivasi etis, meskipun Shaw (2006) Pertama; TPB memberikan suatu perkiraan
mempunyai argumentasi berbeda yang determinan-determinan tertentu perilaku
mengatakan bahwa intensi etis bukan etis, bilamana ada keduanya yaitu motivasi
motivasi etis, karena motivasi etis adalah dan kesempatan yang tinggi untuk proses
suatu motivasi untuk melakukan sesuatu informasi yang jelas, kedua; perluasan TPB
yang merupakan tujuan dari tindakan dalam rangka menjelaskan hubungan inten-
264 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 2, Juni 2017 : 259 – 278

si dengan perilaku lebih lanjut dapat yang sudah harus diusahakan sendiri dan
memberikan cara untuk mengembangkan bersaing untuk mendapatkannya. Berdasar-
TPB dalam hubungannya dengan bagai- kan pada pemikiran kaum relativistis, setiap
mana memahami suatu sikap atau pendapat orang selalu dengan sendirinya dituntun
umum tentang moral (moral norms) dapat oleh kepentingannya sendiri. Hasil peneliti-
berdampak pada pencapaian perilaku etis an memperlihatkan suatu hubungan negatif
(Buchan, 2005). antara pemikiran relativistik dan pe-
ngambilan keputusan etis. Jadi, suatu ke-
Filosofi Etis yakinan bahwa semua tindakan adalah
Ferrell et al. (2011), menjelaskan definisi disebabkan oleh motivasinya sendiri yang
dari faktor tersebut sebagai berikut ini pada akhirnya cenderung menuju pe-
“filosofi etis adalah perspektif etis ideal ngambilan keputusan etis yang negatif
yang memberi kepada individu-individu, (Callanan et al., 2010 dan Ferrell et al., 2011).
suatu dasar yang abstrak untuk menuntun Individu-individu yang memperlihat-
keberadaan sosial mereka.” Banyak teori kan tingkat idealisme yang lebih tinggi
dihubungkan dengan filosofi etis yang lebih memilih opsi yang lebih etis di-
terkait pada suatu orientasi nilai dan setiap bandingkan mereka yang memperlihatkan
nilai-nilai seperti ekonomi, idealisme, dan idealisme yang lebih rendah. Terdapat juga
relativisme. Suatu konsep orientasi nilai eko- hubungan yang signifikan antara orientasi
nomi tertentu yang dihubungkan dengan etis, komitmen organisasi, dan benefit
nilai yang dapat dikuantifikasi dalam perorangan dengan pengambilan keputus-
pengertian uang; jadi berdasarkan pada an, termasuk juga intensi manajemen laba
teori ini, apabila suatu tindakan yang (Greenfield et al., 2007; Callanan et al., 2010).
mempunyai nilai lebih dari pada upaya
yang dilakukan, selanjutnya hal tersebut Intensitas Etis
dapat diakui sebagai suatu yang etis. Definisi intensitas etis menurut (Jones,
Idealisme, disatu sisi adalah suatu 1991; Craft, 2013) adalah “suatu kontruks
filosofi etis yang menempatkan nilai khusus yang dapat menjelaskan suatu isu yang luas
pada ide-ide dan idealnya sebagai suatu yang berhubungan dengan suatu penjelasan
produk pemikirannya, dalam perbandingan etis di dalam situasi tertentu.” Terdapat
dengan apa yang menjadi pandangan yang enam dimensi yang membentuk intensitas
ada di dunia. Terminologi tersebut merujuk etis (ethical intensity) sesuai dengan definisi
pada upaya-upaya untuk dapat meng- di atas yaitu; (1) besarnya konsekuensi
hitung semua obyek dari alam dan pe- (magnitude of consequences), (2) konsensus
ngalaman serta bertujuan untuk menghasil- sosial (social consensus), (3) dampak yang
kan sesuatu yang lebih tinggi manfaatnya. mungkin terjadi (probability of effect), (4)
Beberapa penelitian telah mengungkap kedekatan waktu (temporal immediacy), (5)
bahwa terdapat suatu hubungan positif kemiripan (proximity), serta (6) luasnya
antara pemikiran idealistik dan pengambil- dampak yang diakibatkan (concentration of
an keputusan etis (Chan dan Leung, 2006; effect) (Ng et al., 2009; Craft, 2013).
Callanan et al., 2010; dan Craft, 2013). Dimensi besarnya konsekuensi di-
Relativisme adalah suatu pandangan definisikan sebagai berapa besarnya kerugi-
bahwa dunia luar yang ada tidak terikat an atau keuntungan yang dapat diper-
dengan persepsi individu tentang dunia hitungkan pada pihak-pihak yang dirugi-
luar tersebut. Relativisme bekerja berdasar- kan atau yang diuntungkan dalam
kan pada asumsi tertentu bahwa kebaikan hubungannya dengan suatu tindakan etis
manusia adalah bukan suatu sifat kebajikan (Musbah, 2010). Dimensi konsensus sosial
dan kebaikan hati yang sudah ada dari didefinisikan sebagai tingkatan besarnya
asalnya tetapi sebaliknya merupakan suatu persetujuan sosial masyarakat pada tindak-
Dampak Kode Etik ...– Winata, Khomsiyah 265

an yang diusulkan adalah baik atau buruk dan Musbah (2010); mengungkap “bahwa
di dalam praktiknya (Ng et al., 2009 dan besarnya konsekuensi dan konsensus sosial
Musbah, 2010). Hal tersebut mengindikasi (magnitude of consequences and social con-
kesadaran individu atas diterima atau sensus) adalah faktor-faktor yang paling
tidaknya suatu tindakan hukum tertentu. signifikan di dalam menjelaskan kesadaran
Dimensi ketiga dari intensitas etis etis serta pertimbangan etis individu-
adalah kemungkian dampak yang terjadi individu.” Sweeney dan Costello (2009) dan
(probability of effect) yaitu kemungkinan Musbah (2010) mengungkapkan bahwa
dampak yang terjadi dari suatu tindakan temporal immediacy mempunyai hubungan
etis yang berfungsi menghubungkan ke- signifikan dengan pengambilan keputusan
mungkinan bahwa fakta tertentu yang etis. Sedangkan Nguyen dan Biderman
masih dipertanyakan akan sesungguhnya (2008) dan Musbah (2010) menemukan
terjadi dan tindakan yang dipertanyakan bahwa intensitas etis pada tiga dimensi
tersebut akan sungguh-sungguh menyebab- pertama berhubungan secara positif dengan
kan kerugian atau keuntungan yang dapat pengambilan keputusan etis.
diperkirakan (Ng et al., 2009).
Dimensi berikutnya kedekatan waktu Dampak Kode Etik pada Pengaruh Filosofi
dan kemiripan (temporal immediacy and Etis dan Intensitas Etis terhadap
proximity) merupakan panjangnya waktu Kesadaran Etis Akuntan Publik
untuk konsekuensi suatu tindakan etis dari Kode etik (code of ethics) berisi per-
mulai dipertanyakan saat ini sampai nyataan-pernyataan umum, selalu me-
dengan terjadinya konsekwensi yang nyata mentingkan kepentingan orang lain atau
(Ng et al., 2009 dan Musbah, 2010). Dimensi bersifat mendatangkan ilham, yang mem-
kemiripan (proximity) dari isu etis tertentu beri prinsip-prinsip dan dasar pada aturan-
adalah suatu perasaan sosial, budaya, aturan pelaksanaan (rules of conduct). Kode
psikologis, atau fisik di mana seorang agen etik biasanya menspesifikasi cara-cara me-
moral dipertanyakan mendapatkan sanksi laporkan pelanggaran, tindakan pen-
atau penghargaan baik (victims or benefici- disiplinan untuk setiap pelanggaran, dan
aries) dari tindakan pihak yang jahat atau suatu struktur untuk proses-proses. Walau-
yang baik (evils or beneficial) (Ng et al., 2009). pun ada perbedaan di dalam teori antara
Dimensi terakhir adalah luasnya dam- suatu kode etik, aturan pelaksanaan, dan
pak dari suatu tindakan etis yang di- pernyataan nilai-nilai, namun penting di-
terjemahkan dari (concentration of effect of the ketahui bahwa kedua terminologi tersebut
moral act) adalah kebalikan fungsi dari seringkali digunakan untuk suatu maksud
banyaknya orang yang terpengaruh oleh yang sama (interchangeably) (Ferrell et al.,
dampak tindakan etis tertentu yang sudah 2011).
terjadi (Ng et al., 2009). Sebagai contoh, Keberadaan kode etik profesional mem-
pencurian uang atau korupsi senilai se- perlihatkan bagaimana pertimbangan etis
puluh juta rupiah yang dilakukan oleh dilakukan di dalam akuntansi, sebagai-
seorang karyawan di perusahaan perorang- mana informasi akuntansi juga dikembang-
an atau usaha kecil dan menengah pasti kan berdasarkan konflik etis. Penelitian
lebih berdampak luas dibandingkan dengan tersebut memperlihatkan beberapa dilema
pencurian atau korupsi senilai ratusan juta etis yang dihadapi oleh para akuntan di
rupiah di perusahaan besar. dalam lingkungan di mana keputusan
Penelitian tentang intensitas etis yang akuntansi dibuat dengan pendekatan teori
dilakukan McMahon dan Harvey (2007); Ng kognitif bersyarat (cognitive-contingency
et al. (2009); Sweeney dan Costello (2009); theory) (Ferrell et al., 2011).
266 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 2, Juni 2017 : 259 – 278

Teori kognitif bersyarat tersebut, dapat ditetapkan secara tertulis dan mengikat
digunakan untuk menjelaskan dan mem- semua anggota untuk mematuhinya.
prediksi perilaku etis oleh para akuntan, McKinney et al. (2010) mengungkapkan
dengan cara mengganti faktor-faktor yang bahwa “professional business yang bekerja di
mempengaruhi perilaku yang telah dike- perusahaan dengan kode etik tertulis
tahui dengan faktor-faktor individual, cenderung mendapatkan situasi adanya
situasional dan organisasi dalam meng- masalah yang dipertanyakan secara etis
hasilkan keputusan-keputusan yang paling menjadi kurang dapat diterima dibanding-
etis. kan dengan perusahaan-perusahaan yang
Kode etik mempunyai dampak positif tanpa kode etik tertulis”. Demikian juga
pada kualitas pertimbangan etis yang di- dengan para manajer sampai pada keputus-
buat oleh akuntan profesional dan meng- an yang etis dengan pengalaman dan nilai-
argumentasi bahwa kode etik di dalam nilai yang mereka miliki sendiri, dan
konteks pengalaman yang lebih umum akan ditambah dengan adanya standar etis dan
mengakibatkan kualitas pertimbangan etis praktiknya di tempat kerja mereka, (Pflu-
yang lebih tinggi (Croxford, 2010). Hal grath et al., 2007 dan Elango et al., 2010).
tersebut mendasari usulan Internasional Hasil penelitian tersebut memperkuat hasil
Standard on Quality Control 1 (ISQC 1) dan penelitian yang dilakukan oleh Maree dan
relevan terhadap pengendalian mutu kantor Radloff (2007) yang menunjukkan bahwa
akuntan publik yang berpotensi mempe- kode etik berpengaruh terhadap pertimba-
ngaruhi secara positif terhadap kinerja audit ngan etis akuntan.
yang berkualitas. Kantor akuntan publik Penelitian yang dilakukan oleh Ross
disarankan menyelenggarakan pelatihan dan Robertson (2003) menguji pengaruh
dan mengedarkan kepada karyawan kode moderasi yang terjadi di antara ke empat
etik dan prinsip etika organisasi (Pflugrath variabel dependen (ethical recognition, ethical
et al., 2007). judgments, ethical intention dan ethical beha-
Kode etik dapat digunakan pada ber- vior). Hasil penelitian tersebut meng-
bagai situasi, dari mulai operasi internal ungkapkan bahwa moderasi antara per-
presentasi bagian penjualan sampai praktik timbangan etis dengan iklim etis pada
pengungkapan keuangan. Penelitian me- intensi etis didukung oleh tanggungjawab
nemukan bahwa kode etik perusahaan sosial dan aturan-aturan, kode etik serta
umumnya berisi kurang lebih enam nilai iklim etis. Berdasarkan argumentasi pe-
atau prinsip-prinsip penting sebagai tam- nelitian tersebut, maka dapat dikembang-
bahan penjelasan lebih terinci dan contoh- kan hipotesis berikut ini:
contoh pelaksanaan yang dianjurkan. Enam H.1a: Kode etik memperkuat pengaruh
nilai yang diusulkan di dalam suatu kode positif filosofi etis – idealisme ter-
etik termasuk: (1) bersifat dapat dipercaya, hadap kesadaran etis akuntan
(2) rasa hormat, (3) pertanggungan jawab, publik.
(4) kejujuran, (5) kepedulian, dan (6) H.1b: Kode etik memperkuat pengaruh
kewarganegaraan (citizenship). negatif filosofi etis – relativisme ter-
Kode etik di dalam suatu ikatan atau hadap kesadaran etis akuntan
asosiasi profesi menggambarkan suatu publik.
konsensus bersama yang dibuat untuk H.1c: Kode etik memperkuat pengaruh
dipatuhi oleh semua anggotanya. Setiap positif intensitas etis – magnitude
pelanggaran yang dapat terdeteksi akan consequence terhadap kesadaran etis
mendapatkan tindakan pendisiplinan yang akuntan publik.
ditentukan oleh komite etika atau dewan H.1d: Kode etik memperkuat pengaruh
kehormatan profesinya. Kode etik harus positif intensitas etis – social
Dampak Kode Etik ...– Winata, Khomsiyah 267

consensus terhadap kesadaran etis H.2a: Kode etik memperkuat pengaruh


akuntan publik. positif filosofi etis – idealisme ter-
H.1e: Kode etik memperkuat pengaruh hadap pertimbangan etis akuntan
positif intensitas etis–temporal imme- publik.
diacy terhadap kesadaran etis akun- H.2b: Kode etik memperkuat pengaruh
tan publik. negatif filosofi etis – relativisme ter-
hadap pertimbangan etis akuntan
Dampak Kode etik pada Pengaruh Filosofi publik
Etis dan Intensitas Etis terhadap Per- H.2c: Kode etik memperkuat pengaruh
timbangan Etis Akuntan Publik positif intensitas etis – magnitude
Hasil penelitian Pflugrath et al. (2007) consequence terhadap pertimbangan
mendukung keberadaan kode etik yang etis akuntan publik.
diungkapkan mempunyai dampak positif H.2d: Kode etik memperkuat pengaruh
pada peningkatan kualitas pertimbangan positif intensitas etis – social consen-
etis yang dilakukan oleh akuntan profesi- sus terhadap pertimbangan etis
onal. Selain itu suatu kode etik yang di akuntan publik.
terapkan di suatu KAP profesional juga H.2e: Kode etik memperkuat pengaruh
terlihat mempunyai pengaruh signifikan positif intensitas etis – temporal imme-
pada pertimbangan audit oleh akuntan diacy terhadap pertimbangan etis
profesional tertentu di dalamnya di- akuntan publik.
bandingkan mahasiswa akuntansi (Pflu-
grath et al., 2007 dan Elango et al., 2010). Dampak Kode etik pada Pengaruh Filosofi
Kode etik mempengaruhi pertimba- Etis dan Intensitas Etis terhadap Intensi
ngan etis pada situasi adanya intensitas etis Etis Akuntan Publik
yang tinggi. Demikian juga budaya etis Terdapat suatu hubungan yang signi-
secara tidak langsung berhubungan dengan fikan antara anggota asosiasi akuntan
pertimbangan etis pada situasi intensitas profesional yang sudah senior dalam per-
etis yang tinggi, sebagaimana pengaruh kembangan etis dengan pilihan untuk
idealisme yang mempengaruhi pertimba- melakukan suatu tindakan etis atau tinda-
ngan etis. Orientasi dan pertimbangan etis kan tidak etis. Akuntan profesional senior
hanya dapat berhubungan pada situasi yang telah mendapatkan pelatihan auditing
intensitas etis yang tinggi. Selanjutnya dengan penekanan pada semangat kepatuh-
individu di perusahaan dengan komitmen an pada kode etik lebih berintensi untuk
organisasi yang lebih tinggi kurang ber- melakukan suatu perilaku etis. Kode etik
minat untuk terlibat perilaku tidak etis yang mempengaruhi persepsi para manajer
dapat meningkatkan keuntungan organisasi untuk memperluas analisis dalam mem-
yang berdampak menyusahkan masyarakat, perluas permasalahan etis tertentu. Demi-
dibandingkan individu dengan komitmen kian juga penegakan suatu kode etik
organisasi lebih rendah pada perusahaan tertentu berhubungan dengan perilaku etis
yang sama (Cullinan et al., 2008 dan Craft, berdasarkan data dari sub-kontraktor dan
2013). bagian riset perusahaan. Kode etik dan
Berdasarkan argumentasi penelitian sanksi-sanksinya yang telah dikomunikasi-
tersebut, maka dapat dikembangkan hipo- kan dengan baik akan memicu individu-
tesis kode etik yang memperkuat pengaruh individu untuk lebih berperilaku secara etis,
filosofi etis dan intensitas etis terhadap dan berhubungan dengan kemampuan
pertimbangan etis berikut ini: perilaku etis dalam penjualan (Ford dan
Richardson, 1994).
268 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 2, Juni 2017 : 259 – 278

Berdasarkan argumentasi penelitian lisme dan yang kedua untuk relativisme.


tersebut, maka dapat dikembangkan hipo- Duapuluh butir ini dilengkapi skala jawab-
tesis kode etik yang memperkuat pengaruh an yang didasarkan pada lima peringkat
filosofi etis dan intensitas etis terhadap berdasarkan tingkat kesetujuannya (angka 1
intensi etis berikut ini: untuk skor sangat tidak setuju sampai
H.3a: Kode etik memperkuat pengaruh dengan 5 untuk skor sangat setuju).
positif filosofi etis – idealisme ter-
hadap intensi etis akuntan publik. Intensitas Etis
H.3b: Kode etik memperkuat pengaruh Instrumen intensitas etis diadopsi dari
negatif filosofi etis – relativisme ter- Musbah (2010) yang mengukur tiga elemen
hadap intensi etis akuntan publik. pada intensi etik yaitu: Besarnya konse-
H.3c: Kode etik memperkuat pengaruh kuensi (magnitude consequence) diukur de-
positif intensitas etis – magnitude ngan “besarnya kerugian (jika ada) sebagai
consequence terhadap intensi etis akibat dari suatu tindakan adalah sangat
akuntan publik. kecil atau sebaliknya”; konsensus sosial
H.3d: Kode etik memperkuat pengaruh (social concensus) diukur dengan “kebanya-
positif intensitas etis – social consen- kan orang setuju bahwa tindakan itu salah”;
sus terhadap intensi etis akuntan dan kedekatan waktu sementara (temporal
publik. immediacy) diukur dengan “tindakan pem-
H.3e: Kode etik memperkuat pengaruh buat keputusan tidak akan segera me-
positif intensitas etis – temporal imme- nyebabkan kerugian apapun di masa yang
diacy terhadap intensi etis akuntan akan datang”. Pengukuran ini didasarkan
publik. pada Jones (1991).

METODE PENELITIAN Kode etik


Variabel dan Pengukuran Pengukuran variabel situasional kode
Filosofi Etis etik adalah dengan menggunakan daftar
Filosofi etis – idealisme dan relativisme pertanyaan sebanyak 25 pertanyaan tentang
adalah variabel independen yang merupa- pemahaman responden pada penerapan
kan perspektif ideal yang memberi dasar- kode etik (Musbah, 2010).
dasar yang abstrak kepada individu-
individu untuk menuntun pada keberadaan Sampel dan Metode Pengumpulan Data
sosial mereka. Pembagian filosofi etis ke Sampel
dalam dua dimensi (idealisme dan relativis- Populasi penelitian ini adalah akuntan
me) didasarkan pada taxonomy ideologi etis publik yang bekerja sebagai auditor di
yang utama menurut Forsyth (1980). kantor akuntan publik. Teknik pengambilan
Referensi kuesioner menggunakan format sampel dilakukan dengan judgment sampling
Ethics Position Questionnaire (EPQ) dari yaitu pengambilan sampel berdasarkan
Musbah (2010). EPQ ini bertujuan meng- pertimbangan tertentu atas responden yang
ukur filosofi etis pribadi auditor kantor diinginkan. Selain itu responden yang
akuntan publik yang terdiri dari idealisme dilibatkan harus memiliki pengetahuan dan
dan relativisme. Instrumen ini telah banyak pengalaman yang cukup tentang profesinya
digunakan dan divalidasi oleh banyak yaitu akuntansi, yang bekerja sebagai
peneliti (Chan dan Leung, 2006; Marques auditor di kantor akuntan publik.
dan Azevedo-Pereira, 2009; dan Shafer, Penentuan ukuran sampel dengan per-
2008). timbangan atas kualifikasi keahlian respon-
EPQ terdiri atas dua skala, masing- den yang disesuaikan dengan tujuan dan
masing terdiri atas 10 butir pertanyaan. masalah penelitian (purposive sampling).
Pertama digunakan untuk mengukur idea- Elemen populasi yang dipilih sebagai
Dampak Kode Etik ...– Winata, Khomsiyah 269

sampel dibatasi pada elemen-elemen yang rasi kode etik (hasil uji hipotesis H.1a)
dapat memberikan informasi berdasarkan menunjukkan bahwa kode etik tidak mam-
pertimbangan-pertimbangan yang relevan. pu memperkuat pengaruh positif filosofi
etis–idealisme terhadap kesadaran etis
Metode Pengumpulan Data akuntan publik. Pengaruh kode etik ini
Distribusi kuesioner dilakukan dalam memiliki pengaruh negatif yang berarti
dua tahap, pertama merupakan riset lapang- bersifat memperlemah pengaruh idealisme
an pendahuluan yang bertujuan melakukan dengan nilai pengaruh sebelum faktor
uji coba kuesioner apakah dapat dengan situasional kode etik menjadi negatif (-
efektif menangkap data variabel yang di- 0,318). Individu-individu akuntan publik
perlukan untuk pengolahan, dan apakah dengan filosofi etis dimensi idealisme yang
kuesioner yang disebarkan tidak menjadi- tinggi mempunyai kecenderungan tidak
kan responden merasa terbebani dan memperhatikan kode etik, atau implemen-
akhirnya enggan untuk menjawab kuesio- tasi kode etik akan banyak menurunkan
ner tersebut. Kedua adalah penyebaran individu-individu akuntan publik dengan
kuesioner akhir untuk mendapatkan data. idealisme tinggi di dalam meningkatkan
Penyebaran kuesioner penelitian di- kesadaran etis karena turunnya kesempatan
usahakan dengan beberapa ketentuan untuk memikirkan kesadaran etis ber-
untuk menghindari jawaban responden dasarkan filosofi pemikiran.
yang bersifat normatif. Adapun ketentuan Hasil pengujian variabel filosofi etis-
tersebut adalah (1) penyebaran kuesioner di idealisme terhadap pertimbangan etis me-
kantor akuntan publik dilakukan secara nunjukkan pengaruh yang tidak signifikan
simultan dan berurutan waktu sesuai filosofi etis-idealisme terhadap pertimba-
dengan kecukupan waktu responden, (2) ngan etis (p-value 0,365). Demikian juga
penyebaran kuesioner di tempat seminar hasil uji hipotesis H.2a menunjukkan bahwa
dan lokakarya dilakukan dengan pendistri- kode etik memperkuat pengaruh positif
busian di tempat dan kemudian peng filosofi etis–idealisme terhadap pertimba-
ambilan di kantor Akuntan Publik yang ngan etis akuntan publik tidak mendapat
bersedia mengisi kuesioner. dukungan empirik. Uji tersebut dapat
dilihat pada nilai signifikansi p-value sebesar
Metoda Analisis Data 0,259>0,05. Pernyataan ini mengungkap
Uji hipotesis dilaksanakan dengan bahwa kode etik tidak memperkuat pe-
Moderated Regresion Analysis (MRA) yang ngaruh positif filosofi etis dimensi idealisme
merupakan aplikasi khusus regresi ber- terhadap pertimbangan etis akuntan publik.
ganda linear dengan persamaan regresinya Hasil pengujian variabel filosofi etis-
mengandung unsur (perkalian dua atau idealisme terhadap intensi etis menunjuk-
lebih variabel bebas). kan pengaruh yang tidak signifikan filosofi
etis-idealisme terhadap intensi etis (p-value
ANALISIS DAN PEMBAHASAN sebesar 0,095). Hasil yang sama pada
Hasil Uji Regresi pengujian hipotesis H.3a menunjukkan bah-
Variabel Idealisme wa kode etik memperkuat pengaruh positif
Hasil pengujian menunjukkan bahwa filosofi etis–idealisme terhadap intensi etis
terdapat pengaruh positif filosofi etis– akuntan publik tidak mendapat dukungan
idealisme terhadap kesadaran etis akuntan empirik. Uji tersebut dapat dilihat pada
publik, hal ini ditunjukkan dengan nilai p- nilai signifikansi P-value sebesar 0,359>0,05.
value sebesar 0,040 dengan arah positif. Pernyataan ini mengungkap bahwa kode
Namun dengan pengujian variabel pemode- etik tidak mempunyai pengaruh yang
270 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 2, Juni 2017 : 259 – 278

memperkuat pengaruh positif filosofi etis Namun dengan pengujian variabel pemode-
dimensi idealisme terhadap intensi etis rasi kode etik (hasil uji hipotesis H.3b)
akuntan publik. menunjukkan bahwa kode etik tidak mam-
pu memperkuat pengaruh positif filosofi
Variabel Relativisme etis–relativisme terhadap intensi etis akun-
Hasil pengujian variabel filosofi etis– tan publik (p-value sebesar 0,226>0,05).
relativisme terhadap kesadaran etis akuntan Pernyataan ini mengungkap kode etik tidak
publik menunjukkan bahwa terdapat pe- mampu memperkuat pengaruh filosofi etis
ngaruh positif filosofi etis–relativisme ter- dimensi relativisme terhadap intensi etis
hadap kesadaran etis akuntan publik, hal ini akuntan publik.
ditunjukkan dengan nilai p-value sebesar
0,007 dengan arah positif. Namun demikian Variabel magnitude consequence
pengujian variabel pemoderasi kode etik Hasil pengujian variabel magnitude
(hasil uji hipotesis H.1b) menunjukkan consequence terhadap dimensi-dimensi pe-
bahwa kode etik tidak mampu memperkuat ngambilan keputusan etis yaitu kesadaran
pengaruh positif filosofi etis–relativisme etis, pertimbangan etis, dan intensi etis
terhadap kesadaran etis akuntan publik (p- menunjukkan bahwa variabel magnitude
value sebesar 0,389>0,05). Pernyataan ini consequence tidak berpengaruh terhadap
mengungkap kode etik tidak mampu mem- satupun dimensi pengambilan keputusan
perkuat pengaruh filosofi etis dimensi etis. Hasil pengujian hipotesis yang me-
relativisme terhadap kesadaran etis akuntan masukkan variabel kode etik sebagai varia-
publik. bel moderasi tidak mendapat dukungan
Hasil pengujian variabel filosofi etis– secara empirik (hipotesis H.1c memiliki p-
relativisme terhadap dimensi kedua dari value sebesar 0,825>0,05, H. 2c memiliki p-
pengambilan keputusan etis yaitu per- value sebesar 0,173>0,05; H.3c memiliki p-
timbangan etis akuntan publik menunjuk- value sebesar 0,996>0,05). Dengan demikian
kan bahwa terdapat pengaruh positif kode etik tidak memperkuat pengaruh
filosofi etis–relativisme terhadap pertimba- intensitas etis dimensi magnitude consequence
ngan etis akuntan publik, hal ini ditunjuk- terhadap kesadaran etis, pertimbangan etis,
kan dengan nilai p-value sebesar 0,001 dan intensi etis akuntan publik.
dengan arah positif. Namun dengan peng-
ujian variabel pemoderasi kode etik (hasil Variabel Social Consensus
uji hipotesis H.2b) menunjukkan bahwa Hasil pengujian variabel social consensus
kode etik tidak mampu memperkuat pe- terhadap kesadaran etis akuntan publik
ngaruh positif filosofi etis–relativisme ter- menunjukkan koefisien beta sebesar 0.571
hadap pertimbangan etis akuntan publik (p- dengan arah positif dan p-value 0.000.
value sebesar 0,130>0,05). Pernyataan ini Dengan demikian hasil pengujian me-
mengungkap kode etik tidak mampu mem- nunjukkan adanya pengaruh positif varia-
perkuat pengaruh filosofi etis dimensi bel social consensus terhadap kesadaran etis
relativisme terhadap pertimbangan etis akuntan publik. Demikian juga dengan hasil
akuntan publik. pengujian social consensus terhadap per-
Hasil pengujian variabel filosofi etis– timbangan etis akuntan publik menunjuk-
relativisme terhadap dimensi ketiga dari kan koefisien beta sebesar 0,647 dengan
pengambilan keputusan etis yaitu intensi arah positif dan p-value 0,000. Dengan
etis akuntan publik menunjukkan bahwa demikian hasil pengujian menunjukkan
terdapat pengaruh positif filosofi etis– adanya pengaruh positif variabel social
relativisme terhadap intensi etis akuntan consensus terhadap pertimbangan etis akun-
publik, hal ini ditunjukkan dengan nilai p- tan publik. Namun hasil pengujian variabel
value sebesar 0,000 dengan arah positif. social consensus terhadap intensi etis akuntan
Dampak Kode Etik ...– Winata, Khomsiyah 271

publik menunjukkan koefisien beta sebesar Uji tersebut dapat dilihat pada nilai signi-
-0,017 dengan arah negatif dan p-value 0797. fikansi p-value sebesar 0,865 >0,05 (signi-
Dengan demikian hasil pengujian me- fikansi 5%). Pernyataan ini mengungkap-
nunjukkan bahwa variabel social consensus kan bahwa kode etik tidak memperkuat
tidak berpengaruh terhadap intensi etis pengaruh positif intensitas etis dimensi
akuntan publik. social consensus terhadap intensi etis akuntan
Hasil pengujian hipotesis yang me- publik.
masukkan variabel kode etik sebagai varia-
bel moderasi pada uji hipotesis H.1d me- Variabel Temporal Immediacy
nunjukkan bahwa kode etik memperkuat Hasil pengujian variabel temporal imme-
pengaruh positif intensitas etis–social con- diacy terhadap dimensi-dimensi pengambil-
sensus terhadap kesadaran etis akuntan an keputusan etis yaitu kesadaran etis,
publik tidak mendapat dukungan secara pertimbangan etis, dan intensi etis me-
empirik. Uji tersebut dapat dilihat pada beta nunjukkan bahwa variabel temporal imme-
coefficient yang bersifat negatif sebesar (- diacy tidak berpengaruh terhadap dimensi
0,054) dengan nilai signifikansi p-value kesadaran etis dan pertimbangan etis akun-
sebesar 0,003>0,05 (signifikansi 5%). Hasil tan publik, namun berpengaruh terhadap
pengujian ini mengungkap bahwa kode etik dimensi intensi etis. Hasil pengujian hipo-
memperlemah pengaruh positif intensitas tesis yang memasukkan variabel kode etik
etis dimensi social consensus terhadap sebagai variabel moderasi tidak mendapat
kesadaran etis akuntan publik. dukungan secara empirik (hipotesis H.1e :
Hasil uji hipotesis H.2d menunjukkan p-value sebesar 0,376 > 0,05, H. 2e: p-value
bahwa kode etik memperkuat pengaruh sebesar 0,181 > 0,05; H.3e: p-value sebesar
positif intensitas etis–social consensus ter- 0,254 > 0,05 > 0,05). Dengan demikian kode
hadap pertimbangan etis akuntan publik etik tidak memperkuat pengaruh intensitas
tidak mendapat dukungan secara empirik. etis dimensi temporal immediacy terhadap
Uji tersebut dapat dilihat pada nilai signi- kesadaran etis, pertimbangan etis, dan
fikansi p-value sebesar 0,069<0,05 (signi- intensi etis akuntan publik. Ringkasan hasil
fikansi 5%). Kode etik tersebut tidak mem- uji hipotesis dapat dilihat pada Tabel 1.
perkuat pengaruh positif social consensus
pada pertimbangan etis akuntan publik. Pembahasan
Namun jika diuji dengan tingkat signi- Hasil pengujian hipotesis menunjukkan
fikansi 10%, maka kode etik dapat mem- bahwa kode etik ini bersifat memperlemah
perlemah pengaruh positif social consensus pengaruh idealisme. Hasil ini tidak sesuai
terhadap pertimbangan etis, yang sebelum dengan dugaan awal bahwa kode etik
nya bersifat positif (0,647) menjadi negatif (- memperkuat pengaruh idealisme terhadap
0,352). Kekuatan bersifat negatif tersebut pengambilan keputusan etis. Hal ini me-
adalah -0,999. Kekuatan yang memper- nunjukkan bahwa individu akuntan publik
lemah ini menggambarkan bahwa kode etik dengan filosofi etis dimensi idealisme yang
dan social consensus adalah faktor-faktor tinggi mempunyai kecenderungan tidak
yang mengambil bagian atau saling mengisi memperhatikan kode etik, atau implemen-
dalam mempengaruhi pertimbangan etis tasi kode etik akan banyak menurunkan
akuntan publik. Hasil uji hipotesis H.3d individu-individu akuntan publik dengan
menunjukkan bahwa kode etik memperkuat idealisme tinggi di dalam meningkatkan
pengaruh positif intensitas etis–social consen- kesadaran etis karena turunnya kesempatan
sus terhadap intensi etis akuntan publik untuk memikirkan kesadaran etis ber-
tidak mendapat dukungan secara empirik. dasarkan filosofi pemikiran. Hasil penelitian
272 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 2, Juni 2017 : 259 – 278

bahwa faktor situasional kode etik mem- ikuti aturan-aturan etik yang universal
punyai pengaruh negatif pada pengaruh dalam mencapai hasil yang terbaik, seperti
positif filosofi etis–idealisme terhadap ke- yang digambarkan Forsyth (1980) dalam
sadaran etis, bermakna bahwa kode etik taxonomy of ethical ideology.
mendorong akuntan publik untuk meng-

Tabel 1
Hasil Uji Regresi
Variabel independen Kesadaran Etis Pertimbangan Etis Intensi Etis
dan moderasi ( ) ( ) ( )
Koef. p-Value Koef. p-Value Koef. p-Value
Konstanta .019 .696 2.870
Idealisme .116 .040 .046 .365 -.093 .095
Relativisme .094 .007 .101 .001 .172 .000
Magnitude Consequence .057 .372 -.002 .972 .107 .088
Social Concensus .571 .000 .647 .000 -.017 .797
Temporal Immediacy -.083 ,269 -.029 .663 .436 .000
I*Kode etik -.318 .033 .151 .259 .139 .359
R*Kode etik .066 .389 -.105 .130 -.095 .226
MC*Kode etik .037 .825 -.205 .173 .001 .996
SC*Kode etik -.054 .801 -.352 .069 -.037 .865
TI*Kode etik -.198 .376 .270 .181 .261 .254

Taxonomy, salah satunya menjelaskan terhadap pengambilan keputusan etis yang


posisi situationists yang merupakan per- terdiri atas kesadaran etis, pertimbangan
paduan idealisme yang tinggi/kuat yang etis, dan intensi etis akuntan publik tidak
mengusulkan implementasi aturan etik mendapat dukungan secara empirik. Hasil
universal dengan relativisme tinggi, sehing- penelitian ini menunjukkan bahwa kode
ga dalam hal ini pertimbangan atas pe- etik sebagai prinsip-prinsip etik tidak di-
mikiran idealis menjadi kurang diperlukan gunakan oleh akuntan publik melainkan
karena sudah ada kode etik, dan faktor lebih menggunakan nilai-nilai personal
tersebut menjadi saling mengisi atau meng- dalam penilaian. Perpaduan ini juga telah
ambil bagian bersama dengan idealisme di digambarkan oleh taxonomy of ethical ideo-
dalam mempengaruhi kesadaran etis akun- logy, sebagai perpaduan yang disebut
tan publik. subjectivists (relativisme-subyektifistik).
Situationists yang berarti mengikuti Demikian juga dengan hasil pengujian
aturan-aturan etik universal untuk men- kode etik terhadap variabel intensitas etis
capai hasil terbaik merupakan idealisme menunjukkan bahwa kode etik memperkuat
tinggi karena menggambarkan sudah ada pengaruh positif intensitas etis–magnitude
pemikiran baik sebelum ada pemikiran consequence terhadap kesadaran etis akuntan
yang fokus pada suatu isu etis sebagai fakta publik tidak mendapat dukungan secara
empirik. Selanjutnya pertimbangan berada empirik. Faktor situasional kode etik tidak
pada posisi relativisme tinggi karena sesuai mempunyai pengaruh memperkuat pe-
fakta empirik juga relativisme mempe- ngaruh positif intensitas etis–magnitude
ngaruhi signifikan terhadap kesadaran etis consequence terhadap kesadaran etis akuntan
akuntan publik. publik, mengandung makna bahwa besar-
Hasil pengujian variabel lainnya me- nya untung atau rugi sudah merupakan
nunjukkan bahwa kode etik memperkuat pemikiran yang kuat pada individu-indi-
pengaruh negatif filosofi etis–relativisme vidu akuntan publik berdasarkan sampel.
Dampak Kode Etik ...– Winata, Khomsiyah 273

Kode etik sebagai prinsip-prinsip etis uni- Perpaduan social consensus kuat atau
versal yang tertulis menjadi fokus perhatian tinggi yang merepresentasi relativisme
hanya pada saat isu etis terjadi atau tinggi dan kode etik yang tidak mempunyai
dihadapi oleh salah seorang dari akuntan pengaruh memperkuat pengaruh positif
publik. social consensus terhadap kesadaran etis
Berdasarkan fakta bahwa kode etik yang merepresentasi idealisme rendah,
sebagai prinsip-prinsip etis universal yang menggambarkan posisi taxonomy of ethical
tertulis merupakan representasi dari idea- ideology subjectivistis (Forsyth, 1980), sedang-
lisme, menunjukkan relativisme tinggi kare- kan perpaduan idealisme tinggi dan tempo-
na kode etik tidak memperkuat pengaruh ral immediacy lemah yang merupakan
magnitude consequence terhadap kesadaran indikasi relativisme rendah menggambar-
etis akuntan publik. Magnitude consequence kan posisi absolutists.
yang merepresentasi relativisme tidak Hasil pengujian atas peran variabel
berpengaruh pada kesadaran etis sebelum kode etik terhadap pengaruh idealisme,
adanya kode etik menggambarkan relativis- relativisme, dan tiga dimensi intensitas etis
me rendah, sehingga menjadi idealisme terhadap pertimbangan etis menunjukkan
tinggi. Idealisme dan relativisme tinggi bahwa kode etik tidak mampu memperkuat
merupakan representasi perpaduan situati- pengaruh positif idealisme terhadap per-
onists di dalam taxonomy of ethical ideology. timbangan etis akuntan publik. Hal ini
Hasil pengujian kode etik yang di- mengambarkan bahwa prinsip-prinsip etik
harapkan memperkuat pengaruh positif digunakan di dalam menuntun kebijakan,
intensitas etis–social consensus terhadap tetapi terbuka untuk pengecualian secara
kesadaran etis akuntan publik tidak men- pragmatis. Di dalam taxonomy of ethical
dapat dukungan secara empirik. Hal ini ideology digambarkan sebagai perpaduan
mengisyaratkan makna bahwa terdapat situationists. Idealisme yang tidak berpe-
kesamaan yang mendasar antara kode etik ngaruh pada pertimbangan etis mengindi-
dengan social consensus. Kode etik adalah kasikan idealisme lemah atau relativisme
sarana untuk memasukkan konsensus-kon- tinggi dan idealisme tinggi juga karena
sensus yang telah disepakati bersama oleh kode etik tidak memperkuat pengaruh
IAPI menjadi dasar kesadaran etis akuntan idealisme pada pertimbangan etis sebagai
publik. faktor individual, sehingga menjadikan
Hasil pengujian kode etik terhadap idealisme tinggi dan relativisme tinggi.
dimensi temporal immediacy menunjukkan Hasil pengujian kode etik terhadap
bahwa kode etik tidak memperkuat pe- dimensi ketiga dari pengambilan keputusan
ngaruh positif intensitas etis dimensi etis yaitu intensi etis yang diharapkan dapat
temporal immediacy terhadap kesadaran etis memperkuat pengaruh positif filosofi etis–
akuntan publik. Kode etik yang merupakan idealisme terhadap intensi etis akuntan
representasi dari idealisme bermakna lemah publik tidak mendapat dukungan empirik.
karena tidak berpengaruh memperkuat Hal ini mengisyaratkan bahwa pada tahap
pengaruh temporal immediacy terhadap ke- intensi etis jika dipandang dari taxonomy of
sadaran etis akuntan publik mengindi- ethical ideology, maka akuntan publik berada
kasikan relativisme tinggi. temporal imme- pada perpaduan situationists atau idealisme
diacy tidak berpengaruh terhadap kesadaran tinggi yang direpresentasi oleh kode etik
etis akuntan publik sebelum adanya kode yang tidak memperkuat pengaruh idealis-
etik bermakna lemah pengaruhnya ter- me terhadap pertimbangan etis dan relativis-
hadap kesadaran etis, mengindikasikan me tinggi sebelum ada pengaruh kode etik
idealisme tinggi. sebagai faktor situasional.
274 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 2, Juni 2017 : 259 – 278

Demikian juga dengan filosofi etis– tivists terjadi karena idealisme rendah yang
relativisme terhadap intensitas akuntan direpresentasikan oleh kode etik lemah
publiktidak mendapat dukungan empirik. tidak berpengaruh pada intensi etis, dan
Hal ini bermakna bahwa akuntan publik temporal immediacy kuat yang merepresen-
berada pada perpaduan subyectivists di tasikan relativisme tinggi.
dalam taxonomy of ethical ideology (Forsyth
1980). Perpaduan subjectivists terjadi pada SIMPULAN, KETERBATASAN DAN
saat relativisme tinggi yang berpengaruh IMPLIKASI
kuat terhadap intensi etis sebelum pe- Simpulan
ngaruh faktor situasional, dan kode etik Berdasarkan analisis yang telah dilaku-
lemah sebagai representasi idealisme yang kan, maka simpulan hasil penelitian ini
rendah. adalah terdapat dampak yang memperkuat
Hasil pengujian kode etik yang di- faktor-faktor situasional pada pengaruh
harapkan mampu memperkuat pengaruh faktor-faktor individual dalam pengambilan
positif intensitas etis–magnitude consequence keputusan etis yaitu: (1) Terdapat dampak
terhadap intensi etis akuntan publik tidak kode etik pada pengaruh idealisme ter-
mendapat dukungan empirik. Hal ini me- hadap kesadaran etis, sementara pada
nunjukkan bahwa akuntan publik berdasar- relativisme, magnitude consequence, social
kan sampel berada pada perpaduan consensus, dan temporal immediacy tidak ber-
situationist dalam taxonomy of ethical ideology pengaruh pada pengambilan keputusan etis
(Forsyth, 1980). Situationists merupakan akuntan publik, (2) Kode etik tidak mem-
perpaduan filosofi etis relativisme tinggi punyai pengaruh pada semua pengaruh
yang direpresentasikan oleh kode etik yang dimensi-dimensi pada faktor-faktor indi-
tidak memperkuat atau lemah, dan magni- vidual filosofi etis dan intensitas etis ter-
tude consequence yang tidak berpengaruh hadap pertimbangan etis akuntan publik,
pada intensi etis sebelum pengaruh faktor (3) Kode etik tidak mempunyai pengaruh
situasional kode etik artinya relativisme yang memperkuat pengaruh idealisme,
rendah atau idealisme tinggi. relativisme, magnitude consequence, social
Demikian juga hasil pengujian pada consensus dan temporal immediacy terhadap
dimensi intensitas etis–social consensus intensi etis akuntan publik.
terhadap intensi etis akuntan public tidak
mendapat dukungan secara empirik. Hal ini Keterbatasan
menunjukkan bahwa akuntan publik berada Keterbatasan penelitian ini adalah: (1)
pada perpaduan situationists dalam taxo- Penyebaran kuesioner penelitian belum
nomy of ethical ideology. Perpaduan tersebut mempertimbangkan situasional kritis dan
menggambarkan pengaruh yang lemah dari non kritis respondennya. Waktu yang
kode etik sebagai representasi dari relativis- berbeda-beda responden dapat berada pada
me tinggi dan social consensus sebagai kondisi pemikiran yang kritis atau tidak,
representasi dari relativisme rendah karena maka situasi ini akan berpengaruh pada
tidak berpengaruh pada kode etik, sehingga jawaban kuesioner yang diberikan, (2)
merupakan idealisme tinggi. Penelitian belum melibatkan narasumber
Pada dimensi temporal immediacy ter- dan responden yang lebih majemuk, se-
hadap intensi etis akuntan publik, kode etik hingga dapat diperbandingkan lebih ba-
juga tidak mampu memperkuat pengaruh nyak profesi akuntan yang bekerja menurut
positif intensitas etis dimensi temporal bidang profesi yang berbeda-beda dan res-
immediacy terhadap intensi etis akuntan ponden yang membedakan akuntan publik
publik, bermakna bahwa akuntan publik (big four dan non big four) dan akuntan
berdasarkan hasil sampel masuk dalam publik berafiliasi lokal, (3) Jumlah respon-
perpaduan subjectivists. Perpaduan subjec- den yang mengembalikan kuesioner (me-
Dampak Kode Etik ...– Winata, Khomsiyah 275

ngisi) sebanyak 138 responden atau sebesar lembaga pemerintah atau lembaga pe-
33%. Responden yang tidak mengembalikan nyusun regulasi.
sebanyak (67%) belum tentu mempunyai Filosofi etis dimensi idealisme ber-
jawaban yang sama dengan jawaban res- dasarkan hasil uji hipotesis terungkap mem-
ponden yang kembali. Terbatasnya jumlah punyai pengaruh kuat pada kesadaran etis
kuesioner kembali (respon rate) tersebut akuntan publik. Berdasarkan temuan ini
sangat memungkinkan terjadinya bias, (4) patut diungkapkan bahwa penelitian ini
Penelitian etis dilakukan dengan model menyarankan untuk mempertahankan ting-
hubungan linear padahal etis menyangkut kat idealisme yang tinggi terus menerus,
permasalahan yang kompleks. Pengisian dilaksanakan kurikulum etika bisnis yang
kuesioner penelitian dilakukan di tempat lebih komprehensif di dalam pendidikan
seminar, maka kemungkinan responden akuntansi secara formal atau yang lebih
menjawab secara normatif, (5) Penelitian penting lagi di dalam program pelatihan
belum memperkuat fokus pada manajemen yang rutin. Di lembaga pemerintah atau pe-
organisasi yang dapat menciptakan iklim nyusun regulasi, sebaiknya dipertimbang-
etis dan situasional dari iklim etis, dan (6) kan penempatan kaum idealis yang ber-
Faktor-faktor individual yang utama dan fokus pada peran control saja di dalam
kode etik belum dilakukan monitoring dan implementasi etik.
evaluation terus menerus. Monitoring dan
evaluation terus menerus diperlukan karena Implikasi bagi IAI dan IAPI
telah berkembang dimensi-dimensi dari Pada tahap awal, kode etik perlu di-
filosofi etis dan intensitas etis. implementasikan dengan seksama, disosia-
lisasi dan didiskusikan dalam seminar-
Implikasi seminar dan pelatihan yang dilakukan oleh
Implikasi bagi Pengembangan Ilmu Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) atau Insti-
Pengetahuan tut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Per-
Kode etik dan idealisme yang sifatnya hatian yang seksama terhadap kode etik
positif terhadap pengambilan keputusan dan aturan-aturan, berpengaruh besar ter-
dan kode etik berpengaruh menurunkan hadap perkembangan pertimbangan etis
peran idealisme terhadap kesadaran etis. individu-individu dengan kesadaran etis
Pengaruh yang positif dari kedua faktor yang tinggi. Implementasi kode etik yang
tersebut menggambarkan bahwa kode etik terus membaik merupakan indikator bahwa
dapat dijadikan sarana untuk penerapan iklim etis sudah mulai tumbuh, maka
pokok-pokok pikiran idealisme dalam prak- selanjutnya kode etik hanya diimplementasi
tik pengambilan keputusan etis. Pemikiran secara khusus dalam mengatur hubungan
idealisme yang sulit diterapkan dapat di- tertentu yang belum tumbuh iklim etis.
simulasikan melalui penerapan kode etik Seminar dan lokakarya yang bertema
organisasi sampai tercipta iklim etis. etis secara terjadwal sangat baik untuk
Temuan ini memperkuat argumentasi dikembangkan di organisasi Ikatan Akun-
bahwa kode etik harus terus dikembangkan tan Indonesia atau Institut Akuntan Publik
dan disosialisasi lebih mendalam. Secara Indonesia. Adanya seminar dan lokakarya
teoretis sudah ada dasar pemikiran yang yang terjadwal akan mempererat komuni-
kuat untuk menerapkan kode etik yang kasi antara akuntan publik terutama di
penting. Adanya kode etik yang lengkap dalam memecahkan permasalahan etis yang
dapat menanggulangi pengaruh temporal terjadi dalam praktik, menggalang ter-
immediacy yang terlalu kuat. Implikasi bagi bentuknya social consensus dan memper-
tinggi filosofi etis para akuntan publik.
276 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 2, Juni 2017 : 259 – 278

Implikasi bagi praktisi dan manajemen Barlaup, K., H. I. Dronen, dan I. Stuart. 2009.
suatu organisasi Restoring Trust in Auditing: Ethical
Pelatihan dan seminar yang terjadwal Discernment and The Adelphia Scan-
dengan baik merupakan wadah yang baik dal. Managerial Auditing Journal 24(2):
untuk memutuskan suatu social consensus 183-203.
dalam mendukung keputusan etis yang Buchan, H. F. 2005. Ethical Decision Making
sudah diputuskan bersama. Filosofi etis in the Public Accounting Profession: An
dimensi relativisme berdasarkan hasil uji Extention of Ajzen’s Theory of Planned
hipotesis yang telah dilakukan, meng- Behaviour. Journal of Business Ethics
ungkapkan bahwa ternyata beberapa akun- 61(2): 165-181.
tan publik yang menjadi responden pada Callanan G. A., P. F. Roterberry, D. F. Perri,
penelitian ini mempunyai persepsi yang dan P. Oehlers. 2010. Contextual
kuat dalam kesadaran etis, pertimbangan Factors as Moderators of the Effect of
etis, dan intensi etis. Employee Ethical Ideology on Ethical
Intensitas etis dimensi magnitude conse- Decission–Making. International Journal
quence, social consensus dan temporal imme- of Management 27(1): 52.
diacy mempunyai pengaruh yang kuat Chan, S. Y. S. dan P. Leung. 2006. The
terhadap kesadaran etis, pertimbangan etis Effects if Accounting Students’ Ethical
dan intensi etis. Akuntan publik perlu mem- Reasoning and Personal Factors on
pertimbangkan secara seksama besarnya Their Ethical Sensitivity. Managerial
dampak yang ditimbulkan apakah sebagai Auditing Journal 21(4): 436-457.
suatu kerugian atau keuntungan dari suatu Craft, L. 2013. A Review of The Empirical
keputusan etis yang telah diambilnya. Ethical Decision-Making Literature –
Untuk menjaga baik atau buruknya tinda- 2004 – 2011; Organizational Leadership,
kan di dalam praktik diperlukan suatu Policy and Development. Journal of
konsensus masyarakat sebagai pendukung Business Ethics 117(2): 221-259.
atau penyeimbang. Kemudian seorang Croxford, J. L. 2010. Determinant of Ethical
akuntan perlu memperhatikan kedekatan Decision Making: A Study of Accoun-
waktu antara suatu tindakan etis dengan tant in a Multinational Firm. Disserta-
dampak yang ditimbulkannya, agar dapat tion. Capella University. Minneapolis.
melakukan penanggulangan jika terjadi Cullinan, C., D. Bline, R. Farrar, dan D.
suatu kecenderungan dampak dari suatu Lowe. 2008. Organization Harm vs.
tindakan etis telah terjadi. Organization-Gain Ethical Issues: An
Pengaruh filosofi etis dimensi relativis- Exploratory Examination of The Effects
me dan intensitas etis dimensi magnitude of Organizational Commitment. Journal
consequence terhadap intensi etis yang bisa of Business Ethics 80(2): 225–235.
berdampak kurang baik karena individu- Dickerson, C. 2009. Ethical Decision Making
individu cenderung akan selalu berintensi in Public Accounting: Investigating
untuk melakukan suatu tindakan yang etis Factors that Influence Auditors’ Ethical
karena pertimbangan untung rugi saja dan Sensitivity. Dissertation. Clarement Gra-
dapat menggunakan segala cara untuk duate University. California.
mempertahankan kehendaknya. Elango B., K. Paul, S. K. Kundu, dan S. K.
Paudel. 2010. Organizational Ethics,
DAFTAR PUSTAKA Individual Ethics, and Ethical Inten-
Ajzen, I. 1991. The Theory of Planned tions in International Decision-Making.
Behavior; Organizational Behavior and Journal of Business Ethics 97(4): 543–561.
Decision Processes. Academic Press. Ferrell, O. C., J. Fraedrich, dan L. Ferrell.
Inc-University of Massachusetts at 2011. Business Ethics Ethical Decision
Amherst, MA. Making and Cases. Edisi 8. South-Wes-
Dampak Kode Etik ...– Winata, Khomsiyah 277

tern Cengage Learning 5191 Natorp Kareacer, S., R. Gohar, M. Aygun, dan C.
Boulevard, Mason, OH 45040. USA. Sayin. 2009. Effects of Personal Values
Ford, R. C. dan W. D. Richardson. 1994. on Auditor’s Ethical Decisions: A
Ethical Decision Making: A Review of Comparison of Pakistani and Turkish
the Empirical Literature. Journal of Professional Auditors. Journal of Busi -
Business Ethics 13: 205–221. ness Ethics 88(1): 53-64.
Forsyth, D. R. 1980. A. Taxonomy of Ethical Leung, P. dan B. J. Cooper. 2005. Accoun-
Ideologies. Journal of Personality and ting, Ethical Issues and The Corporate
Social Psycology 39(1): 175. Governance Context. Australian Accoun-
Gaffikin M. dan ASL. Lindawati. 2012. The ting Review 15(35): 79-88.
Moral Reasoning of Public Accountants Lin, C. dan Y. Ho. 2008. An Examination of
in The Development of a Code of Cultural Differences in Ethical Decision
Ethics: The Case of Indonesia. Austra- Making Using The Multidimensional
lian Accounting Business and Finance Ethics Scale. Social Behaviour and
Journal 6(1): 10. Personality 36(9): 1213-1222.
Gilbert, D. R., J. A. F. Stoner, dan E. Lv, W. L. dan Y. Huang. 2012. How
Freeman. 2009. Management. 6th Edition. Workplace Accounting Experience and
Pearson Publication. Gender Affect Ethical Judgement. Social
Greenfield, Jr. A. C., C. S. Norman, dan B. Behaviour and Personality 40(9): 1477-
Wier. 2007. The Effect of Ethical 1484.
Orientation and Professional Commit- Maree, K.W. dan S. Radloff. 2007. Factor
ment on Earnings Management Beha- Affecting Ethical Judgement of South
vior. Journal of Business Ethics 83(3): 419- African Chartered Accountant. Meditari
434. Accounting Research 15(1): 1-18.
Haines, R. dan L. N. K. Leonard. 2007. Marques, P. A. dan J. Azevedo-Pereira.
Situational Influence on Ethical Deci- 2009. Ethical Ideology and Ethical
sion-Making in an IT Context. Infor- Judgements in The Portuguese Accoun-
mation dan Management 44(3): 313-320. ting Profession. Journal of Business Ethics
Hofmann, E., E. Hoelzl, dan E. Kirchler. 86(2): 227–242.
2007. A Comparison of Models Describ- McKinney, J. A., T. L. Emerson, dan M. J.
ing the Impact of Moral Decision Neubert. 2010. The Effects of Ethical
Making on Investment Decisions. Codes on Ethical Perceptions of Actions
Journal of Business Ethics 82(1): 171-187. Toward Stakeholders. Journal of Business
Ionescu, L. 2010. Exploring The Ethics of Ethics 97(4): 505–516.
Accounting. Contemporary Reading in McMahon, J. M. dan R. J. Harvey. 2007. The
Law and Social Justice 2(1): 158-163. Effect of Moral Intensity on Ethical
Jin, D. 2012. A Review of the Empirical Judgment. Journal of Business Ethics
Literature on Ethical Decision Making: 72(4): 335–357.
2004–2010. Tsinghua University–School Musbah, A. Y. S. 2010. The Role of
of Economics & Management. Center Individual Variables, Organizational
for Leadership Research and Develop- Variables, and Moral Intensity Dimen-
ment, SSRN. sions in Accountants’ Ethical Decision
Jones, M. T. 1991. Ethical Decision Making Making: A Study of Management
by Individual in Organization: An Accounting in Libya. Disertation. Uni-
Issue-Contingent Model. The Academy of versity of Huddersfield Business
Management Review 16(2): 366–395. School. Queensgate, England.
278 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 2, Juni 2017 : 259 – 278

Ng, J. W., G. P. A. Lee, dan A. Moneta. 2009. Issues. Journal of Business Ethics 46(3):
Design and Validation of a Novel New 213-234.
Instrument for Measuring the Effect of Shafer, E. W. 2008. Ethical Climate in
Moral Intensity on Accountants’ Pro- Chinese CPA Firms. Accounting, Organi-
vensity to Manage Earnings. Journal of zations and Society 33(7): 825-835.
Business Ethics 84(3): 367–387. Shaw, J. 2006. Intention in Ethics. Canadian
Nguyen N. T. dan M. D. Biderman. 2008. Journal of Philosophy 36(2): 187-223.
Studying Ethical Judgments and Beha- Suartana, I. W. 2010. Akuntansi Keperilakuan–
vioral Intentions Using Structural Teori dan Implementasi. Penerbit Andi.
Equations: Evidence from the Multi- Yogyakarta.
dimensional Ethics Scale. Journal of Sweeney, B. dan F. Costello. 2009. Moral
Business Ethics 83(4): 627–640. Intensity and Ethical Decision-Making:
Pflugrath, G., N. M. Bennie, dan C. Liang. An Empirical Examination of Under-
2007. The Impact of Codes of Ethics and graduate Accounting And Business
Experience on Auditor Judgments. Students. Accounting Education: An
Managerial Auditing Journal 22(6): 566- International Journal 18(1): 75–97.
599. Wolk, H. I., J. L. Dodd., dan J. J. Rozycki.
Ross dan Robertson. 2003. A Typology of 2008. Accounting Theory: Conceptual
Situational Factors: Impact on Sales- Issues in A Political and Economic
person Decision-Making About Ethical Environment. Seventh Edition. Sage
Publications Inc.

You might also like