Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

EnviroScienteae Vol. 14 No.

1, April 2018 ISSN 1978-8096 (print)


Halaman 70-76 ISSN 2302-3708 (online)

IDENTIFIKASI PEMANFAATAN TRADISIONAL DAN


PENAPISAN SENYAWA FITOKIMIA EKTRAK DAUN
BINTANGUR (Callophyllum soulatri Burm F.)

Identification of Traditional Using and Screening Phytochemistry compound of Bintangur


(Callophyllum soulatri Burm F.) Leaf Extract

Violet

Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru

Abstract

Bintangur (Callophylum soulatri) is one type of Family Callophylleae which is widely found
in the forests of Borneo. This research attempts to identify the traditional using of Bintangur
plant as a medicinal material and get the result of phytochemical compound from Bintangur
leaf extract. Identification of the use of Bintangur plants is done using semi-structured
interview techniques and literature review. The phytochemical compound preliminary test is
carried out qualitatively by color change detection. Bintangur leaves can eliminate the disease
vertigo (dizziness) and migraine. The dominant phytochemical compounds are flavonoids,
steroid, and tannin. Phytochemical compounds that also dominant are phenol hydrocarbons
and saponins. The alkaloid compound is not present in Bintangur leaves. The identification of
phytochemical compounds from Bintangur leaf identifies the potential utilization of
phytochemical compounds for various medicinal goals. The detection of steroid compounds
with high concentrations indicates that Bintangur leaf has the potential to be used as a
medicinal material to relieve chronic fatigue and pain. The presence of phenol compounds
such as flavonoids, phenol hydrocarbons, and tannins indicates that the Bintangur leaf has
bioactivity as antioxidants, antibacterials and anticancer.

Keywords: Bintangur leaf; phytochemical compounds; using; medicinal

PENDAHULUAN Screening atau penapisan senyawa


bioaktif merupakan bagian dari kegiatan
Latar Belakang untuk mendapatkan potensi suatu bahan
biologi untuk penggunaan tertentu, di
Indonesia merupakan negara yang antaranya adalah penggunaan untuk
memiliki keragaman hayati peringkat pangan, obat-obatan dan industri.
nomor dua terbesar di dunia setelah Brasil. Keberadaan senyawa bioaktif dalam suatu
Meskipun mempunyai keanekaragaman organisme berhubungan dengan reaksi
hayati yang melimpah namun sebagian biokimia yang terjadi dalam tubuh
besar belum diketahui manfaatnya. organisme yaitu metabolisme sekunder.
Besarnya keanekaragaman hayati tersebut Metabolismet sekunder merupakan
perlu diungkapkan potensi-potensi metabolisme yang dihasilkan oleh makhluk
manfaatnya melalui kegiatan yang dikenal hidup dengan struktur kimia yang sangat
dengan bioprospeksi. Peluang untuk bervariasi untuk masing-masing makhluk
melakukan eksplorasi, inventarisasi, hidup dengan berat molekul relatif kecil
pengembangan, dan komersialisasi (<3000), di mana produksinya tidak
terbentang luas karena keanekaragaman berasosiasi dengan pertumbuhan, fungsinya
hayati di Indonesia (Mangunjaya, 2004). sangat bervariasi, dan diproduksi sebagai

70
EnviroScienteae Vol. 14 No. 1, April 2018: 70-76

respon terhadap lingkungan (Croteau, et al. METODE PENELITIAN


2000).
Sebagian besar tanaman penghasil Lokasi dan Obyek Penelitian
senyawa metabolit sekunder memanfaatkan
senyawa tersebut untuk mempertahankan Penelitian akan dilaksanakan di Pusat
diri dan berkompetisi dengan makhluk Studi Biofarmaka. Lokasi pengambilan
hidup lain di sekitarnya. Tanaman dapat sampel tumbuhan dengan potensi
menghasilkan metabolit sekunder di bioaktifitas dari komunitas vegetasi alami
antaranya seperti: quinon, flavonoid, tanin kerangas berlokasi di hutan kerangas desa
yang membuat tanaman lain tidak dapat Guntung Ujung Kabupaten Banjar
tumbuh di sekitarnya. Kalimantan Selatan juga menjadi
Bintangur (Callophylum soulatri) pembanding dalam penelitian ini.
merupakan salah satu jenis dari Family
Callophylleae yang banyak terdapat di Peralatan dan Bahan Penelitian
hutan-hutan Kalimantan. Keberadaan
tersebar di beberapa tipe hutan baik hutan Peralatan penelitian yang diperlukan
kering Mixed Dipterocarp, hutan rawa dalam penelitian ini adalah: seperangkat
gambut maupun hutan kerangas. Pohon ini alat survey, seperangkat peralatan
berbatang besar dapat mencapai tinggi 20 m laboratorium dan peralatan pengambilan
dengan diameter dapat mencapai 150 cm. dan pengamanan sampel (pisau, silica gel,
Penelitian tentang pemanfaatan daun alcohol dan plastik penyimpanan). Bahan
Bintangur yang berasal dari hutan kerangas penelitian adalah bagian daun tanaman
masih relatif terbatas, sehingga perlu Bintangur yang dijadikan sampel dan
dilakukan penelitian tentang pemanfaatan bahan-bahan kimia untuk keperluan analisis
dan senyawa fitokimia yang terdapat dalam kimia organik.
tumbuhan Bintangur.
Prosedur Penelitian
Tujuan
Sampel daun bintangur diambil di
Penelitian ini berupaya melakukan hutan kerangas desa Guntung Ujung
identifikasi pemanfaatan secara tradisional Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan.
tanaman Bintangur sebagai bahan Setelah daun dikumpulkan langkah
pengobatan dan mendapatkan hasil selanjutnya adalah dikering anginkan
penapisan senyawa fitokimia dari daun selama periode masa tertentu. Daun yang
Bintangur yang spesimenya diambil dari telah kering angin selanjutnya dihaluskan
hutan kerangas, serta menganalisis untuk selanjutnya dianalisis kandungan
kandungan fitokimia tersebut dalam fitokimianya. Gambar daun bintangur
hubungan dengan pemanfaatan tradisional dapat dilihat dalam Gambar 1.
yang selama ini telah dilakukan.

Manfaat

Informasi tentang senyawa fitokimia


dapat digunakan sebagai dasar pembuktian
dari pengobatan tradisional menggunakan
bahan tumbuhan. Hasil penelitian ini juga
menjadi bagian informasi pengembangan
jenis Bintangur sebagai bahan pengobatan.

71
Identifikasi Pemanfaatan Tradisional Dan Penapisan Senyawa Fitokimia Ektrak Daun Bintangur (Violet)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Pohon Bintangur


(Callophylum soulatri Burm F.)

Sebaran dan habitat Bintangur


Bintangur (Callophyllum soulatri
Burm.F.). Bintangur termasuk famili
Clusiaceae yang penyebarannya Indo-
China, Thailand, Malaysia hingga ke
Australia Utara dan Melanesia. Di
Indonesia jenis ini dijumpai di daerah
Sumatera, Kalimantan dan Papua.
Bintangur mampu tumbuh baik di lahan
gambut pada kondisi terbuka sehingga
Gambar 1. Daun bintangur diketegorikan jenis intoleran (butuh cahaya
penuh pada tingkat permudaan).
Bahan utama yang digunakan dalam Secara alami bintangur termasuk jenis
mengeksrak dan pengujian senyawa penyusun hutan rawa-gambut karena
fitokimia adalah pelarut n-heksana, memiliki daya adaptasi yang baik pada
NH4OH, metanol, etanol, CH2Cl , HCl, etil kondisi hutan rawa-gambut yang
asetat, klorofom, dan pereaksi Dragendorff. terdegradasi. Pohon bintangur cenderung
Sedangkan bahan pendukung yang memiliki percabangan yang banyak dan
digunakan adalah akuades, dan kertas tidak mudah mengalami prunning alami
saring. Peralatan yang digunakan selama (Darwo dan Bogidarmanti, 2016).
penelitian adalah pisau antikarat, loyang, Bintangur dapat tumbuh pada tanah pasir
oven, neraca analitik, blender, ipet, serta yang marginal dan salin, juga pada tanah
peralatan gelas laboratorium. liat, dengan ketinggian tempat 0-300 m dpl.
Curah hujan 1000-3000 mm/tahun;
Analisis Data berdrainase bagus, pH 4 - 7,4; sangat
toleran terhadap tanah medium (sands,
Pemanfaatan Tanaman Bintangur sandy loams, loams, dan sandy clay loams).
Identifikasi pemanfaatan tanaman Bintangur tumbuh dengan baik pada suhu
bintangur dilakukan menggunakan teknik tahunan 18-33°C (Friday and Okano, 2006)
wawancara semi terstruktur dan tinjauan Pohon bintangur memiliki ketinggian
literatur. Data yang didapat dinarasikan ± 20 m, dengan batang tebal yang
dalam kalimat atau tabulasi. berbentuk lonjong dan ditutupi oleh kulit
yang bertekstur kasar retak-retak berwarna
Senyawa Fitokimia hitam. Daun bintangur mengkilap dan kaku.
Uji pendahuluan senyawa fitokimia Pohon bintangur yang telah
dilakukan secara kualitatif dengan deteksi berbungasebanyak dua kali dalam setahun
perubahan warna. Uji fitokimia yang dapat dikategorikan sebagai bintangur
dilakukan meliputi identifikasi senyawa dewasa. Bintangur memiliki buah yang
alkaloid, identifikasi triterpenoid dan banyak dan tersusun dalam kelompok-
steroid, identifikasi senyawa phenol seperti: kelompok. Buah yang sudah matang
senyawa flavonoid, tannin, saponin, serta memiliki kulit ari halus berwarna kuning
identifikasi senyawa phenol hidroquinon. dengan rasa mirip buah apel (Dweck dan
Meadows, 2002).

72
EnviroScienteae Vol. 14 No. 1, April 2018: 70-76

Pemanfaatan Bintangur kualitas II (Suhartati et al, 2009;


Bintangur memiliki manfaat yang Soerianegara dan Lemmens 2010).
cukup banyak. Daun bintangur yang sudah
kering dibakar, kemudian asapnya yang Senyawa Fitokimia
diisap bisa menghilangkan penyakit fertigo
(pusing) dan migraen (sakit kepala Hasil analisis fitokimia terhadap daun
sebelah). Daun bintangur di kepulauan Fiji bintangur tertera dalam Tabel 1.
direndam semalam akan berwarna kebiru- Berdasarkan hasil analisis fitokimia
biruan dan berkhasiat menyejukkan. Air kualitatif, hanya alkaloid yang tidak
rendaman itu dipakai untuk mencuci mata terdapat dalam daun Bintangur. Senyawa
yang meradang. fitokimia yang tinggi/dominan adalah
Tumbuhan ini merupakan salah satu plavonoid, steroid dan tanin. Senyawa
jenis tumbuhan masa depan yang fitokimia yang juga dominan berikutnya
mempunyai nilai ekonomi tinggi sebagai adalah phenol hidrokarbon dan saponin.
bahan baku biofuel yang diekstrak dari
bijinya. untuk mengatasi rambut rontok Tabel 1. Hasil analisis fitokimia kualitatif
karena memiliki kemampuan antiparasit. jenis pohon bintangur
Minyak yang dihasilkan dari biji yang No Jenis Analisis Bintangur
bersifat toksik cukup kuat dapat digunakan 1 Alkaloid -
sebagai obat penahan rasa sakit. 2 Flavonoid +++
Kulit biji bintangur berpotensi dan 3 Phenol hidrokarbon ++
berkorelasi sebagai bahan antikanker. 4 Steroid +++
Selain itu bintangur juga menghasilkan zat 5 Triterpenoid +
bioaktif maupun sebagai bahan baku 6 Tanin +++
kosmetika. Menurut K. Heyne dalam buku 7 Saponin ++
“Tumbuhan Berguna Indonesia, inti biji
yang segar mengandung kadar minyak 55 Hasil identifikasi senyawa fitokimia
%, sedangkan dalam keadaan benar-benar yang didapat dari ekstrak simplisia daun
kering kandungan minyaknya 70 ,5 %. Bintangur merupakan gambaran awal bagi
Minyak dari genus tanaman yang sama potensi pemanfaatan senyawa fitokimia
dapat menghilangkan rasa sakit, sehingga untuk berbagai tujuan tertentu.
digunakan untuk mengobati sakit rematik. Terdeteksinya senyawa steroid secara
Kayunya dipergunakan sebagai bahan kualitatif dengan konsentrasi tinggi
kayu pertukangan. Kayu bintangur masuk memberikan gambaran bahwa Bintangur
dalam kelas II-IV bila disimpan pada berpotensi dijadikan bahan pengobatan
kondisi terbuka dan jika digunakan untuk menghilangkan keletihan kronis dan
langsung berhubungan dengan tanah daya rasa sakit. Beberapa potensi penggunaan
tahannya sekitar 0,5 – 3,5 tahun dapat dimungkinkan dengan
(Soerianegara dan Lemmens 2010). teridentifikasikannya senyawa fenol seperti
Kegunaan kayu bintangur yaitu antara lain plavonoid, phenol hidrokarbon dan tannin.
dapat digunakan untuk konstruksi ringan, Kedua senyawa ini diduga memiliki
bahan lantai, papan hias (moulding), bioaktivitas baik sebagai antioksidan,
perabot rumah tangga, kayu lapis, pulp dan antibakteri maupun antikanker.
venir. Selain itu buah bintangur dapat Kandungan fenolik memberikan
dimanfaatkan untuk bahan biodiesel pengaruh aktivitas antioksidan tertinggi dan
(Martawijaya et al. 2005). Berdasarkan diikuti oleh pengaruh dari kandungan
kriteria persyaratan jenis tanaman yang flavonoid (Coulidiati et.al. 2009).
dapat digunakan sebagai bahan baku pulp, Kebanyakan sumber antioksidan alami
maka bintangur termasuk dalam kelas adalah tumbuhan dan umumnya merupakan
senyawa fenolik yang tersebar di seluruh

73
Identifikasi Pemanfaatan Tradisional Dan Penapisan Senyawa Fitokimia Ektrak Daun Bintangur (Violet)

bagian tumbuhan baik di kayu, biji, daun, KESIMPULAN DAN SARAN


buah, akar, bunga maupun serbuk sari
(Sarastani et.al. 2002). Senyawa fenolik Kesimpulan
atau polifenolik antara lain juga dapat
berupa golongan flavonoid. Senyawa Beberapa kesimpulan dari hasil
flavonoid mempunyai khasiat sebagai penelitian yang dilakukan adalah sebagai
antioksidan dengan menghambat berbagai berikut:
reaksi oksidasi serta mampu bertindak 1. Tanaman Bintangur banyak digunakan
sebagai pereduksi radikal hidroksil, sebagai bahan pengobatan, biofuel dan
superoksida dan radikal peroksil (Satria kayu pertukangan.
2005). 2. Senyawa fitokimia yang terdeteksi
Daun Bintangur mengandung paling tinggi secara kualitatif
hydrocyanic acid dan saponin yang bersifat berdasarkan deteksi warna pada daun
pengelat, sehingga efektif mengobati wasir. Bintangur adalah plavonoid, steroid
Cara pemakaiannya, daun yang segar dan tanin.
diremas-remas sampai keluar cairannya 3. Kandungan senyawa fitokimia yang
yang dibasuhkan pada dubur.Karena ada juga terdeteksi tinggi adalah phenol
sifat mengelat, maka wasir itu akan menciut hidrokarbon dan saponin
. Daun banyak mengandung senyawa 4. Senyawa alkaloid tidak
saponon dan acid hydrocarbon sehingga teridentifikasikan dalam jaringan daun
digunakan sebagai obat oles untuk sakit Bintangur, sedangkan triterpenoid
encok, perawatan kulit dan obat luka. terdeteksi rendah
Bintangur banyak juga dibuat sebagai 5. Kandungan senyawa fitokimia dari
bahan sabun. Hal ini bila dihubungkan daun Bintangur membuka peluang bagi
dengan kandungan saponin yang terdapat pemanfaatan untuk bahan pengobatan
dalam Tabel 1 adalah cukup relevan. seperti antibakteri, antioksidan,
Kandungan senyawa fitokimia dari antikanker, analgesik, penyakit
daun Bintangur membuka peluang bagi kelelahan kronis dan wasir.
pemanfaatan untuk bahan pengobatan 6. Berbagai kandungan senyawa fitokimia
seperti antibakteri, antioksidan, antikanker, berhubungan dengan pemanfaatan
analgesik, penyakit kelelahan kronis dan selama ini telah dilakukan dalam
wasir. Temuan ini juga menjadi media pengobatan tradisional menggunakan
pembuktian dari pengobatan tradisional tumbuhan Bintangur.
yang selama ini telah dilakukan
menggunakan tumbuhan Bintangur. Hasil Saran
ini menjadi bukti empiris bagi upaya
diversifikasi pemanfaatan dari daun Sinergisitas antara pemanfaatan
Bintangur yang relatif lebih ramah bahan alam terhadap pemanfaatan bahan
lingkungan dan tidak bersifat dekstruktif alam dari hutan dapat difasilitasi lebih
bila dibandingkan dengan pemanfaatan lanjut untuk mengoptimalkan nilai tambah
langsung dari penebangan log kayu yang bagi vegetasi yang berasal dari hutan.
dilakukan selama ini. Pemanfaatan
bioaktivitas Bintangur untuk pengobatan
diharapkan ke depan dapat menjadi dasar DAFTAR PUSTAKA
pertimbangan penting dalam pengolahan
hasil hutan yang relatif lebih lestari dan Biofarmaka, P. S. (2000). Pasar domestik
ramah lingkungan. dan ekspor produk tanaman obat
(biofarmaka). Institut Pertanian
Bogor (IPB), Bogor.

74
EnviroScienteae Vol. 14 No. 1, April 2018: 70-76

Coulidiati, T. H., Millogo-Kone, H., Tumbuhan.(terjemahan, Kosasih


Lamien-Meda, A., Lamien, C. E., Padmawinata). ITB (Buku asli 1984).
Lompo, M., Kiendrebeogo, M., ... & Bandung.
Nacoulma, O. G. (2009). Antioxidant
and antibacterial activities of Mangunjaya, F. (2004). Bioteknologi
Combretum nioroense Aubrév. ex Berbasis Kekayaan Hayati.
Keay (Combretaceae). Pakistan Concervation International-
journal of biological sciences: PJBS, Indonesia, 6. Indonesian
12(3), 264-269. ISSN 1028-8880. Biotechnology Information Centre.

Croteau, R., Kutchan, T. M., & Lewis, N. Martawirya, A., Kartasujana, I., Kadir, K.,
G. (2000). Natural products & Prawira, S. A. (2005). Atlas Kayu
(secondary metabolites). Biochemistry Indonesia Jilid I. (Cetakan Ketiga.).
and molecular biology of plants, 24, Departemen Kehutanan Badan
1250-1319. Penelitian Dan Pengembangan
Kehutanan, Bogor-Indonesia.
Darwo, dan Bogidarmanti, R. (2016).
Prospek Budidaya Bintangur Moeljopawiro, S. (1999). Bioprospecting:
(Callophyllum soulatri) Untuk Peluang, potensi dan tantangan.
Dikembangkan Di Lahan Gambut. Buletin AgroBio, 3(1), 1-7.
Prosiding Seminar Nasional
Masyarakat Biodiversitas Indonesia. Verpoorte, R., & Alfermann, A. W.
2(2), 267-270. doi: (2000). Metabolic engineering of
10.13057/Psnmbi/M020225 plant secondary metabolism.
Dordrecht: Kluwer Academic.
Dweck, A. C., & Meadows, T. (2002). doi:10.1007/978-94-015-9423-3
Tamanu (Calophyllum inophyllum)–
the African, Asian, Polynesian and Sarastani, D., Soekarto, S. T., Muchtadi, T.
Pacific Panacea. International journal R., Fardiaz, D., & Apriyantono, A.
of cosmetic science, 24(6), 341-348. (2002). Aktivitas antioksidan ekstrak
doi: 10.1046/j.1467- dan fraksi ekstrak biji atung. Jurnal
2494.2002.00160.x Teknologi dan Industri
Pangan, 13(2), 149-156.
Firn, R. C. (2005). The Implications of the
Screening Hypothesis. [Biology Satria, E. (2005). Potensi antioksidan dari
Module 867]. The Pharmaceutical daging buah muda dan daging buah
Industry and Bioprospecting. tua mahkota dewa [Phaleria
macrocarpa (Scheff.)
Friday, J. B., & Okano, D. (2006). Boerl.][skripsi]. Bogor: Fakultas
Calophyllum inophyllum (kamani). Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Species profiles for Pacific Island Alam, Institut Pertanian Bogor.
agroforestry, 2(1), 1-17.
Soerianegara, I., & Lemmens, R. H. M. J.
Gepts, P. (2004). Who owns biodiversity, (2002). Sumber Daya Nabati Asia
and how should the owners be Tenggara 5 (1): Pohon penghasil kayu
compensated?. Plant physiology, perdagangan yang utama. Jakarta:
134(4), 1295-1307. PROSEA–Balai Pustaka.

Harborne, J. B. (1987). Metode fitokimia. Suhartati, S. A., Junaedi, A., & Sunarto, N.
Penuntun cara Modern Menganalisa E. (2009). Inventarisasi dan

75
Identifikasi Pemanfaatan Tradisional Dan Penapisan Senyawa Fitokimia Ektrak Daun Bintangur (Violet)

eksplorasi jenis alternatif


pulp. Laporan Hasil Penelitian. Balai
Penelitian Hutan Penghasil Serat
Kuok, Bangkinang.

76

You might also like