Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

Accelerat ing t he world's research.

INTERAKSI VARANUS SALVATOR


(Interaction of Varanus Salvator) :
PREY, PREDATOR, ATAU
DETRIVORE? (Varanus salvato...
Ida Ayu Ari Janiawati

Related papers Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

Galeri fot o: Berpet ualang bersama sang naga di Taman Nasional Komodo (In Indonesia)
Ardiant iono (only)

Amfibi yang Harmoni Lest ari unt uk Kit a dan Anak Cucu
Tony F Qurniawan

Ikut i Wikipedia bahasa Indonesia di


merry mut ia
MAKALAH EKOLOGI DAN KONSERVASI SATWA LIAR
INTERAKSI VARANUS SALVATOR: PREY, PREDATOR, ATAU DETRIVORE?
(Varanus salvator Interaction: Prey, Predator, or Detrivore?)

Ida Ayu Ari Janiawati


E.351130031

Jurusan Konservasi Biodiversitas, Fakultas Kehutanan IPB


P.O Box 168 Bogor 16001 Telp./Fax. (0251) 624887, Email: arijaniawati@gmail.com

ABSTRACT

Water monitor lizards (V. salvator) are a part of family varanidae that able to live in
various habitats. Hence these species has wide distribution and able to adapt in human living.
Same like as other species, these species can interact with other species that living together
with them. There are some interaction between V. salvator and other species or part of other
species such as; saprotrophic and predation. In several literature founded that in food webs
these species can become prey, predator, and detrivore. Various character in these species
depend on place/habitat and species that living together with these species.
V. salvator took up detrivore will change their feeding behavior from diurnal to
nocturnal when living together with other predators. These species generally feed Carcass of
pig and medium mammals. V. salvator can become predator to some taxa, such as Pisces,
amphibian, reptile, and mammal. In some case, these species also took up prey to otter,
crocodile, and boar.

Keyword : interaction, Varanus salvator, prey, predator, detrivore

PENDAHULUAN mampu beradaptasi pada habitat terganggu


seperti hunian manusia.
Biawak (Water monitor lizards)
Biawak (V. salvator) yang dapat
merupakan anggota dari famili Varanidae
ditemukan diberbagai habitat menyebabkan
yang merupakan bagian dari bangsa kadal.
jenis ini cukup toleran terhadap kawasan
Bangsa kadal dari famili Varanidae ini
yang sudah dihuni oleh manusia. V. salvator
merupakan jenis kadal-kadal yang berukuran
berguna sebagai agen pengontrol hama,
tubuh besar. Salah satu anggota Varanidae
selain dikategorikan sebagai pemakan
dari jenis Varanus salvator merupakan
bangkai karena sering memakan bangkai
spesies yang penyebarannya paling luas
hewan (Das & De Silva, 2005; Deraniyagala,
diantara seluruh anggota varanid (Koch et al,
1953; Rathnayake, 2001).
2010). Menurut IUCN (2013) spesies ini
Secara umum V. salvator dikenal
dapat ditemukan di berbagai habitat dan
sebagai detrivore yaitu hewan pemakan
bangkai, namun dari beberapa literatur biawak jenis ini. Seperti pada penelitian
dipaparkan bahwa jenis ini dapat juga Jenkins dan Broad (1994) yang menduga
menjadi predator. Seperti Laidlaw (1901) dan setidaknya 2,3 juta kadal jenis varanid
Gadow (1901) yang melaporkan bahwa V. terbunuh per tahunnya di seluruh dunia.
salvator pernah ditemukan memakan bajing Shine et al (1996) pada penelitian yang
terbang. Sejalan dengan hasil temuan dilakukan selama dua tahun menyebutkan
tersebut, V. salvator juga dikenal sebagai top bahwa V. salvator yang ditangkap dan
predator, namun ada hal lain terungkap diperdagangkan untuk kultnya di sumatera
dimana V. Salvator juga menjadi mangsa selatan mencapai 166 individu. Sebagian
bagi organisme lain. besar V. salvator yang tertangkap berjenis
Kasus lain yang ditemukan yakni V. kelamin jantan.
salvator yang merupakan hewan diurnal, Makalah ini mengulas interaksi V.
diketahui melakukan aktivitas di malam hari salvator berdasarkan rangkuman beberapa
(nocturnal). Kondisi-kondisi dan temuan- literatur, dalam makalah ini juga akan
temuan ini menandakan adanya interaksi dibahas bagaimana perilaku makan jenis ini
yang terjadi antara V. salvator dengan spesies baik aktivitas pemangsaan, sebagai detrivore
lain baik yang sebagai mangsa ataupun ataupun sebagai prey. Dengan mengetahui
pemangsanya. Interaksi tersebut dan juga interaksi V. salvator dengan spesies lain
interaksi V. salvator dengan makanannya maka kebiasaan dan perilaku dari kadal jenis
sebagai detrivore dapat menjadi bahasan ini dapat dipahami secara lebih mudah dan
yang menarik karena seiring dengan informasi-informasi baru mengenai interaksi
perkembangan ilmu dan penelitian yang yang terjadi dapat menjadi tambahan
dilakukan ditemukan fakta-fakta yang wawasan.
memperlihatkan sisi lain dari interaksi yang
HASIL DAN PEMBAHASAN
dilakukan oleh kadal jenis ini.
Pada berbagai tingkatan kehidupan di Morfologi dan Taksonomi Varanus
dunia, kadal besar (V. salvator) merupakan salvator
bagian dari kehidupan satwa yang menarik
dan banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Biawak dari jenis V. salvator
lokal. Kadal ini menyediakan protein penting merupakan kadal terbesar kedua setelah
dan dapat menjadi obat tradisional, selain itu komodo dengan panjang tubuh lebih dari 1
kulit mereka dapat dimanfaatkan untuk meter dan SVL mencapai 2,5 m dan berat
tujuan lokal ataupun upacara (Auffenberg, total 20 kg. Secara biologi, jantan dari kadal
1988,1994). Dengan segala manfaat yang jenis ini berkembang lebih besar
dapat diperoleh dari keberadaan biawak, dibandingkan betina tetapi ukuran kadal yang
keberadaan jenis ini akan tetap lestari dan besar tidak dieksploitasi kulitnya untuk
berkelanjutan jika saja populasi manusia perdagangan. Biawak jantan memiliki tubuh
tidak bertambah pesat dan kerusakan habitat yang lebih berat dibandingkan biawak betina.
tidak terjadi. Namun yang terjadi kini Secara taksonomi, jenis kadal ini
perburuan biawak untuk dimanfaatkan memiliki urutan takson sebagai berikut:
kulitnya semakin marak terjadi dan jika hal Kingdom: Animalia
ini terus terjadi dikhawatirkan akan Filum: Chordata
berpengaruh terhadap kondisi populasi Kelas: Reptilia
Ordo: Squamata Sementara itu, spesies ini ini memiliki
Famili : Varanidae beberapa sub spesies yang dipisahkan
Genus: Varanus (Merrem, 1820) berdasarkan lokasi seperti:

Subgenus: Soterosaurus (Ziegler &
Böhme, 1997) V. salvator salvator (Laurenti, 1768) dari


Spesies: Varanus salvator (Laurenti, Sri Lanka
1768) V. salvator andamanensis (Deraniyagala,


V. salvator dikenal juga dengan 1944), dari pulau Anadaman
berbagai sebutan diantaranya Common Water V. salvator bivittatus (Kuhl, 1820) dari
Monitor, Hydrosaurus salvator (Laurenti, Jawa, Bali, Lombok, Flores, Alor, Wetar


1768), dan Monitor nigricans (Cuvier, 1829). dan tepian pantai pulau kecil
Jenis ini juga memiliki cukup banyak V. salvator macromaculatus
(Deraniyagala, 1944), dari daratan asia
 Hydrosaurus salvator (Laurenti,
sinonim diantaranya:
tenggara, sumatra, kalimantan dan tepian
pantai pada pulau kecil
 Monitor nigricans (Cuvier, 1829)
1768)

 Monitor salvator (Laurenti, 1768) Distribusi dan Habitat Varanus Salvator


 Stellio salvator (Laurenti, 1768)
V. salvator memiliki persebaran yang
luas, dapat ditemukan di berbagai habitat dan
Selama ini belum ada taksonomi yang mampu beradaptasi pada habitat terganggu
pasti dari spesies ini karena spesies ini begitu seperti hunian manusia. V. salvator biasanya
rumit. Sejak biawak air dijelaskan oleh lebih memilih habitat perairan, namun di Sri
Laurenti (1978) sebagai Stellio salvator, 10 Lanka jenis kadal ini tersebar luas di kawasan
tahun kemudian dalam Carl v. Linne's basah, kering, dan zona peralihan dengan
fundamental 10 th edition of his Systema ketinggian 1000 m (De Silva, 1996; Gaulke
Naturae" banyak taksa yang sudah dapat & De Silva, 1997; Karunarathna et al.,
dijelaskan sepanjang sejarah taksonomi dari 2008b).
spesies ini. Saat ini sebagian besar taksonom Pada penelitian Lauprasert et al
mempertimbangkan untuk menyusun (2001), ditemukan bahwa V. salvator
sinonim dari nonminotipik takson V. salvator komaini dan V. flavescens tidak ditemukan di
(Mertens, 1963; Bohme, 2003). Kini, habitat alami di Thailand. V. salvator dan V.
terdapat delapan sub spesies diakui dan bengalensis nebulosus merupakan spesies
diterima berdasarkan Bohme (2003), berikut habitat generalis yang berarti dapat hidup
runtutan ordo dari subspesies ini: diberbagai habitat. Tapi tetap saja di berbagai
tipe habitat yang ada di Thailand, V. salvator
V. s. salvator (Laurenti, 1768)
lebih memilih tinggal di dekat sungai ataupun
V. s. bivittatus (Kuhl, 1820)
tepi sungai.
V. s. marmoratus (Wiegmann, 1834)
Spesies ini menyebar luas mulai dari
V. s. cumingi (Martin, 1838)
Asia Selatan hingga Asia Tenggara (Gaulke
V. s. nuchalis (Günther, 1872)
and Horn, 2004). V. salvator salvator
V. s. togianus (Peters, 1872)
merupakan spesies endemik Sri lanka,
V. s. andamanensis (Deraniyagala, 1944)
sedangkan V. salvator macromaculatus dapat
V. s. komaini (Nutphand, 1987)
ditemukan sepanjang Asia Selatan hingga
Asia Tenggara, dan tidak jauh dari utara tempat dimana terdapat vegetasi mangrove,
China (Koch et al, 2007; Somaweera & rawa, dan lahan basah dengan ketinggian di
Somaweera, 2009). V. salvator bawah 1000m.
andamanensis merupakan spesies endemik
Reproduksi
pulau andaman, sedangkan V. salvator
Betina dewasa akan aktif
bivittatus dapat ditemukan di Jawa, dan
bereproduksi pada bulan Agustus dan April.
beberapa ditemukan di pulau Lesser Sunda
Sebagian besar biawak betina di kawasan
(Gaulke & Horn, 2004; Koch et al, 2007).
Sumatera selatan membuat beberapa sarang
Sementara itu jika dilihat distribusi jenis ini
tiap tahunnya. Betina yang berukuran lebih
secara geografi, V. salvator tersebar di
besar akan bertelur lebih cepat dibandingkan
Bangladesh; Cambodia; China (Guangxi,
betina yang berukuran lebih kecil. Seluruh
Hainan, Yunnan); Hong Kong; India;
kadal betina dewasa diteliti selama dua tahun
Indonesia (Bali, Jawa, Kalimantan, Sulawesi,
yaitu pada agustus 1993 hingga april 1995
Sumatera); Laos; Malaysia (Peninsular
merupakan betina yang aktif bereproduksi
Malaysia); Myanmar; Singapore; Sri Lanka;
terbunuh, namun hanya sedikit aktivtas
Thailand; Vietnam.
reproduksi yang terlihat pada bulan oktober
Jenis ini merupakan jenis semi
1994 (Shine et al, 1996).
akuatik dan oportunis serta menempati
Selain meneliti produksi V. salvator
berbagai habitat alami seperti hutan primer
betina, Shine et al (1996) menyebutkan
dan hutan rawa mangrove (Gaulke and Horn,
seluruh kadal jantan dewasa ditandai dengan
2004; Weijola, 2010). Kehadiran manusia
ukuran testis yang bengkak dan besar dengan
tidak menghalangi jenis ini untuk ada di
pembuluh yang mengalirkan sperma.
kawasan hunian manusia (Gaulke et al,
Volume testis meningkat seiring dengan
1999), jenis ini dilaporkan pernah ditemukan
meningkatnya massa tubuh (untuk
di kawasan pertanian (seperti sawah dan
membuktikan dilakukan analisis regresi
kebun sawit), bahkan di sistem kanal kota
volume testis vs massa tubuh: r: 0.70, n=47,
(pada beberapa kota misal Sri Lanka)
p<0,0001), namun volume testis dan massa
(Gaulke pers.comm), selain itu ditemukan
tubuh tidak berhubungan dengan SVL.
juga di hutan sekunder (S. Sweet
pers.comm). Kebiasaan mereka yang hidup Interaksi V. salvator
di kawasan perairan membuat mereka lebih Interaksi organisme atau spesies
aman (E. Pianka pers.comm), dan kebiasaan terjadi ketika ada spesies lain yang tinggal
makan yang generalis dapat juga membuat bersama dengan spesies tersebut. Interaksi
spesies ini lebih mampu bertahan dan lebih yang dapat terjadi menurut Begon et al
fleksibel dalam sistem ekologi (Somaweera (2006) berupa persaingan antara spesies,
and Somaweera, 2009). Di Kalimantan dan pemangsaan, dekomposer dan detrivore,
Sulawesi, spesies ini lebih peka terhadap parasitisme, dan mutualisme. V. salvator
aktivitas manusia dan tidak secara sebagai carnivore sekaligs detrivore
keseluruhan menempati kawasan melakukan beberapa interaksi dengan spesies
perkebunan/pertanian. Gaulke & Horn lainnya. Interaksi yang dilakukan diantaranya
(2004) menyebutkan bahwa walaupun sebagai detrivore untuk spesies yang mati
spesies ini dapat hidup di tipe ekosistem (bangkai), interaksi dalam pemangsaan baik
mana saja, namun mereka lebih menyukai sebagai predator bagi spesies lain seperti
ikan, mamalia kecil dan kadal ataupun lebih lama dan tenaga yang lebih besar untuk
sebagai prey bagi spesies lain seperti berang- menelannya sehingga karena ukuran mangsa
berang. yang besar, kura-kura ini dilepaskan.
Dalam penelitian Wickramasinghe et
Detrivore
al (2010) dijelaskan mengenai keunikan
Secara umum V. salvator dikenal
kebiasaan makan V. salvator Sri Lanka di
sebagai pemakan bangkai atau detrivor
genangan-genangan air tempat satwa minum
Deraniyagala (1931). Detrivore merupakan
yang terisolasi. Pada penelitiannya
bagian dari saprotrop yaitu organisme yang
ditemukan fenomena dimana V.s. salvator
memakan/ mengunakan bahan organik dari
akan mengibas-ngibaskan ekornya di dalam
bangkai atau bagian organisme yang mati
air sehingga ikan yang ada di dalam
(Begon, 2006). Bangkai spesies seperti
genangan air tersebut terlempar keluar. Dari
mamalia dan reptil sering menjadi makanan
penelitian tersebut, selama 5 menit kegiatan
bagi spesies ini. Keberadaan bangkai/ bahan
tersebut dilakukan ditemukan 30 ikan
organik hewan yang sudah mati ini mampu
terlempar berasal dari jenis catfish (Mystus
menjadi pengontrol populasi dari hewan
sp. dan Heteropneustes sp.), barbs (Puntius
detrivore, bangkai hewan ini dikenal dengan
sp.), dan climbing perches (Anabas
sebutan donor controlled.
testudineus) (Maduranga, 2003; Pethiyagoda,
Interaksi Varanus salvator sebagai
1991) dan V s. salvator dengan SVL 60 cm
detrivore dapat juga menyebabkan
dan panjang 1,5 m ini hanya memakan 10
berubahnya perilaku makan jenis ini. V.
ikan diantaranya dengan ukuran yang
salvator secara umum merupakan hewan
bervariasi dan uniknya kadal tidak memakan
diurnal (Gaulke & Horn, 2004), jenis ini
catfish dari jenis Mystus sp. Menurut
merupakan hewan diurnal yang aktif pada
Karunarathna et al (2008), preferesi mangsa
rentang waktu pukul 07.00-17.00
yang menghindari ikan Mystus sp. ini
(Wikramanayake & Dryden, 1993). Namun
dikarenakan kenampakan luar ikan ini yang
aktivitas nocturnal kadal jenis ini sudah
berduri. Karunarathna et al (2008) juga
pernah diamati walaupun dalam waktu yang
menjelaskan bahwa V. salvator mungkin
singkat. Sebagai contoh, Gaulke (Pers comm;
melakukan pemilihan terhadap mangsa yang
1989) menyebutkan bahwa V. palawanensis
disukai dan tidak disukai dari jenis yang
ini memakan bangkai babi hutan pada malam
sama.
hari (nocturnal feeding behavior). Hal ini
Kebiasaan makan dengan memangsa
mungkin saja dilakukan untuk menunggu sisa
ikan melalui kegiatan mengibas-ngibaskan
bagian babi hutan yang ditinggalkan oleh
ekor ini ditemukan juga pada jenis varanid
predatornya (Uyeda et al, 2013)
lain yaitu V. mertensi dan V. niloticus.
Pemangsaan Kegiatan ini dilakukan oleh kedua jensi kadal
Pada penelitian Bundhitwongrut et al ini untuk membuat ikan terperangkap di
(2008) disebutkan bahwa V. salvator dewasa perairan yang lebih dangkal sehingga dapat
mampu memakan kura-kura M. memangsanya dengan mudah (Hermes,
macrocephala dengan ukuran karapas 10 cm 1981; Keith & Ginsburg, 2010). Namun
tanpa menggigit atau mengunyahnya, kebiasaan makan dari kedua jenis kadal
sedangkan untuk kura-kura berukuran 20 cm, tersebut berbeda kegunaan dari kebiasaan
jenis varanus ini memerlukan waktu yang makan yang dilakukan oleh V. salvator
(Wickramasinghe et al, 2010). V. Salvator saja V. salvator mampu menelan mangsa
mengibaskan ekor bukan untuk membuat lebih cepat dibandingkan ular. Hal ini
ikan terpojok di tempat dangkal melainkan disebabkan karena kemampuan gerak rahang
untuk melontarkan ikan langsung ke daratan, (cranial kinesis) dari jenis V. salvator lebih
baru kemudian dimangsa. berkembang dibandingkan ular. Cranial
Hewan lain yang diketahui dapat kinesis memungkinkan V. salvator untuk
menjadi mangsa dari V. salvator adalah tikus, menelan mangsa yang besar secara
bangsa crustaceae, dan biawak lainnya, keseluruhan dengan cepat. Namun untuk
tetapi sebagian besar bangsa kadal efisiensi energi, V. salvator tidak terlalu
membutuhkan waktu yang lama untuk sering memangsa mangsa dengan ukuran
melakukan aktivitas pemangsaan sampai besar. Jenis ini lebih memilih mangsa
perut mereka benar-benar lapar. V. salvator berukuran kecil, sehingga waktu pemangsaan
utamanya memakan vertebrata dan bangsa akan menurun. Stanner (2010) mendalilkan
udang-udangan. Laidlaw (1901) dan Gadow bahwa untuk beberapa V. salvator sedang
(1901) melaporkan bahwa kadal jenis ini hingga besar, ukuran mangsa yang mereka
memakan bajing terbang, kura-kura, tikus dapatkan tidak terbatas kemampuan menelan
dan serangga pada kotoran hewan sedangkan mereka, namun lebih dibatasi oleh
Lonnberg (1903) menemukan bunglon kemampuan mereka menangkap dan
(bangsa agamidae) di dalam perut V. salvator melumpuhkan mangsa. Berbeda halnya ular
yang diteliti. Di Myanmar, pada perut V. dapat menelan mangsanya secara utuh,
salvator dengan panjang lima kaki ditemukan ukuran mangsa yang dapat dimangsa terbatas
katak (Smith, 1930). Deraniyagala (1931) pada kemampuan menelan.
melaporkan bahwa V. salvator memakan Pada banyak kasus namun tidak
ikan, buaya, ular, mamalia, burung, udang- semua, perburuan mangsa biasanya
udangan, dan telur penyu atau buaya, selain dilakukan secara berkelompok. Lain halnya
itu ditemukan juga kura-kura darat (tortoise, pada biawak yang tidak berburu secara
Melanochelys trijuga) dengan panjang berkelompok tetapi berdasarkan pengamatan
karapas 16 cm dan lebar 10,5 cm di dalam V. salvator yang memakan catfish di Lumpini
perut V. salvator dengan panjang total 2,1 m. Park Bangkok, Stanner (2010) mendalilkan
Grandison (1972) menemukan rusa bahwa untuk beberapa Varanus sedang
berukuran kecil dengan berat 1,8 kg di dalam hingga besar, ukuran mangsa yang mereka
perut V. salvator. Smith (1932) menyatakan dapatkan tidak terbatas kemampuan menelan
bahwa V. salvator kawasan pantai mereka, namun lebih dibatasi oleh
menghabiskan lebih banyak waktunya untuk kemampuan mereka menangkap dan
berburu udang-udangan dan moluska di tepi melumpuhkan mangsa. Untuk V. salvator
pantai. V. salvator mencari makan di air detrivore atau yang memakan bangkai, dalil
sepanjang sungai dan pada pinggiran muara ini tidak berlaku.
di daratan dan di pantai, mereka akan
V. salvator tidak selamanya menjadi
menunggui sarang penyu.
top predator, selain diketahui sebagai top
Stanner (2010) menyebutkan bahwa
predator, ternyata V. salvator juga menjadi
pada saat pemangsaan terjadi, V. salvator
prey bagi beberapa spesies. Buaya dapat
mampu menelan mangsa yang besar secara
menjadi pemangsa jenis ini, seperti yang
keseluruhan sama halnya dengan ular. Hanya
dikemukakan De Silva & De Silva (2004)
menyebutkan tidak ditemukannya jenis ini di namun kondisi populasi dari spesies ini perlu
Taman Nasional Yala dimungkinkan karena menjadi sorotan karena kini populasinya
tingginya kelimpahan buaya. Whitaker & tidak diketahui sementara banyak ancaman
Whitaker (1980) dan beberapa saintis yang mengancam keberadaan jenis ini seperti
(Somaweera & Somaweera, 2009) yang perburuan untuk mendapatkan kulit,
menyebutkan bahwa jenis V. salvator tidak sedangkan daging mereka juga dapat
ditemukan di kawasan pantai tenggara di dikonsumsi, lemak mereka dapat dijadikan
Srilanka dan Somaweera & Somaweera obat tradisional. Walaupun pada tahun 1988
(2009) juga melaporkan spesies ini tidak sudah dilakukan pembatasan penangkapan
ditemukan di sebelah timur sungai Walawe yang dibatasi sebesar 454.000 (Aulya et al,
karena di kawasan tersebut memiliki 1999) dan perdagangan kulit kadal ini
kelimpahan buaya yang tinggi. Terdapat dua menurun di tahun 1990an, namun perburuan
hipotesis kenapa V. salvator tidak ditemukan masih marak dilakukan di kawasan-kawasan
pada kawasan ini, hal in bisa terjadi buaya lokal, karena belum adanya aturan yang
memangsa V. salvator atau terjadi persaingan mengatur perburuan kadal jenis ini. Sebagai
interspesifik karena buaya dan V. salvator akibat dari kejadian perburuan yang terus
menempati relung yang sama sehingga V. berlangsung ini, maka kepunahan lokal tak
salvator bergeser mencari relung baru dan akan dapat dihindarkan lagi. Namun
menghindari buaya. Lain halnya dengan Herrmann (1999) dan E. Pianka dalam Pres
Deraniyagala (1953) yang menyebutkan conference menyatakan bahwa kadal jenis ini
bahwa V. salvator akan sulit ditemui pada jumlahnya di beberapa tempat masih
kawasan-kawasan dengan kelimpahan babi melimpah. Perburuan lebih menyasar ke jenis
hutan yang tinggi, karena babi hutan sering kelamin jantan (Shine et al, 1996).
memangsa juvenil dan anakan yang baru Terlepas dari pemanfaatan langsung
menetas dari V. salvator. Hal ini menandakan jenis ini, kerusakan habitat karena
babi hutan dapat menjadi predator bagi V. perkebunan kelapa sawit, perkebunan dan
salvator pada jenjang juvenil. kebakaran hutan juga turut menyumbang
Pada penelitian Goldthorpe et al penurunan populasi jenis ini di beberapa
(2010), berang-berang (Lutrogale kawasan. Jenis yang berada di Kalimantan
perpicillata) diketahui dapat menjadi dan Sulawesi yang termasuk rentan terhadap
predator bagi V. salvator dewasa. Berang- gangguan manusia kini mulai jarang
berang dalam kelompok pada umumnya ditemukan (D. Bennett pers. comm). Di Sri
merupakan hewan generalis dimana mereka Lanka spesies ini tidak diburu untuk
dapat memakan apa saja yang mudah mendapatkan daging melainkan masyarakat
ditangkap. Kebiasaan ini disebabkan karena percaya bahwa dagingnya beracun, namun
metabolisme yang cepat dan mereka harus masyarakat memanfaatkan daging kadal ini
mengkonsumsi makan dalam jumlah yang untuk diekstrak dan digunakan sebagai obat
besar setiap harinya (MacDonald, 2001). tradisional dan jimat.

Ancaman Utama KESIMPULAN


Walaupun jenis ini dapat disimpulkan Berdasarkan ulasan dari hasil dan
sebagai spesies generalis karena memiliki pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai
preferensi pakan yang beraneka macam, berikut:
1. V. salvator merupakan jenis dengan Bennett, D., Gaulke, M., Pianka, E.R.,
persebaran luas dan dapat ditemukan Somaweera, R. & Sweet, S.S. 2010.
pada berbagai tipe habitat Varanus salvator. In: IUCN 2013.
2. V. salvator memiliki interaksi yang IUCN Red List of Threatened
berbeda-beda terhadap spesies lainnya Species. Version 2013.2.
tergantung tempat dan spesies yang hidup <www.iucnredlist.org>. Downloaded
bersamanya on 17 December 2013.
3. V. salvator menjadi detrivor bagi bangkai
mamalia ataupun reptil dan ketika hidup Bundhit wongrut, T., Kumthorn, T. k.,
persama predator lainnya jenis ini akan Saguensab, S. w., vier, O., &
mengubah perlilaku mekana menjadi PaPauwels, S. (2008). A Case of
nocturnal feeding behavior Predation of the Water Monitor
4. V. salvator dapat menjadi predator bagi Varanus salvator on the Western
berbagai organisme seperti taksa pisces, Snail-eating Turtle Malayemys
amfibi, reptil, dan mamalia. macrocephala (Reptilia: Varanidae &
5. V. salvator dapat pula menjadi prey bagi Bataguridae) in Bangkok. Biawak,
beberapa jenis diantaranya buaya, 2(3), 106-108.
berang-berang dan babi hutan (khusus
untuk V. salvator juvenil). Cuvier, G. (1829). Le Règne animal distribué
6. Penurunan populasi jenis ini disebabkan d’après son organisation, pour servir
adanya ancaman perburuan, pemanfaatan de base à l’Histoire Naturelle des
baik langsung ataupun tidak langsung animaux et d’introduction à
oleh manusia, dan kerusakan habitat. l’anatomie comparée (2nd ed., Vol.
2). Paris: Deterville et Crochard.
DAFTAR PUSTAKA
Das, I., & De Silva, A. (2005). Snakes and
Auffberg, W. (1988). Gray’s monitor lizard. other Reptiles of Sri Lanka. UK.
Gainesville: Univ. Presses of Florida. London: New Holland Publishers.

Auffberg, W. (1994). The Bengal monitor. De Silva, A. (1996). The Herpetofauna of Sri
Gainesville: Univ. Presses of Florida. Lanka: a brief review. Kandy, Sri
Lanka: Graphic Land.
Auliya, M. (2006). Taxonomy, Life History
and Conservation of Giant Reptiles in De Silva, M., & De Silva, P. (2004). The Yala
West Kalimantan (Indonesia wildlife reserve: Biodiversity and
Borneo). Germany: Naturund Tier Ecology. Sri Lanka: Wildlife Heritage
Verlag, Münster. Trust publication Ltd.

Begon, M., Townsend, C., & Harper, J. Deraniyagala, P. (1953). A Colored Atlas of
(2006). Ecology From Individuals to Some Vertebrates From Ceylon
Ecosystem (Fourth ed.). USA: Volume 2:Tetrapod Reptilia.
Blackwell Pusblishing. Colombo: The Ceylon Government
Press.
Gadow, H. (1901). The cambridge Natural Water monitor (Varanus salvator) in
History: Amphibians and Reptiles. Bellanwila-Attidiya Sanctuary.
London: Macmillan. Biawak, 2(1), 37-39.

Gaulke, M., & De Silva, A. (1997). Monitor Karunarathna, D., Amarasinghe, A., & De
lizards of Sri Lanka: preliminary Vos, A. (2008). Preliminary notes on
investigation on their population the monitor lizards (Family:
structure. Lyriocephalus, 3(1), 1-5. Varanidae) within the National
Zoological Gardens (NZG)
Gaulke, M., & Horn, H.-G. (2004). Varanus Dehiwala, Colombo District, Sri
salvator (Nominate Form). In E. Lanka. Biawak, 2(3), 109-118.
Pianka, D. King , & R. King,
Varanoid Lizards of the World (pp. Keith, M., & Ginsburg, A. (2010). Varanus
244-257). Bloomington: Indiana niloticus (Linnaeus, 1758) feeding
University Press. behavior. African Herp News, 51, 19-
21.
Goldthorpe, G., Shepherd, C., Hogg, S., &
Leupen, B. (2010). Predation of water Koch, A., Auliya, M., & Ziegler, T. (2010).
monitor lizard (Varanus salvator) by Updated checklist of the living
Smooth-Coated Otter (Lutrogale monitor lizards of the world
perspicillata) in Peninsular Malaysia. (Squamata: Varanidae). Bonn
IUCN Otter Spec. Group Bull , 27(2). Zoological Bulletin, 57, 127-136.

Grandison, A. (1972). The Gunong Benom Koch, A., Auliya, M., Schmitz, A., Kuch, U.,
Expedition 1967.5. Reptiles and & Böhme, W. (2007). Morphological
amphibians of Gunong Benom with studies on the systematics of South
description od a new species of East Asian water monitors (Varanus
Macrocalamus. Zoology, 23, 46-101. salvator Complex): nominotypic
populations and taxonomic overview.
HERMANN, H.-W. (1999). Husbandry and In H.-G. Horn, W. Böhme, & U.
captive breeding of the water monitor, Krebs, Advances in Monitor Research
Varanus salvator (Reptilia: Sauria: III (pp. 109-180). Mertensiella :
Varanidae) at the Cologne Aquarium Rheinbach.
(Cologne Zoo). Mertensiella, 11, 95–
103. Laidlaw, F. (1901). On a collection of lizards
from the Mlaay Peninsula, made by
Hermes, N. (1981). Mertens’ water monitor members of the "Skeat Expedition",
feeding on trapped fish. 1899-1900. Proceedings of the
Herpetofauna, 13(1), 34. Zoological Society of London, (pp.
301-310). London.
Karunarathna, D., Amarasinghe , A., &
Ekanayake, E. (2008). Observed Lauprasert, K., & Thirakhupt, K. (2001).
predation on a Suckermouth catfish Species diversity, distribution and
(Hypostomus plecostomus) by a proposed status of monitor lizard
(Family Varanidae) in Southern Shine, R., Harlow, P., & Keogh, J. (1996).
Thailand. Natural History Journal of Commercial harvesting of giant
Chulalongkorn University, 1(1), 39- lizards: The biology of water
46. monitors Varanus salvator in southern
Sumatra. Biological conservation, 77,
Laurenti, J. (1768). Specimen medicum 123-134.
exhibens synopsin reptilium
emendatamcum experimentis circa Smith, H. (1930). The monitor lizards of
venena et antidota reptilium Burma. Journal of the Bombay
austriacorum. – Wien. Natural History Society, 34, 367-373.

Lonberg, E. (1903). On the adaptions to a Somaweera, R., & Somaweera, N. (2009).


molluscivorous diet in Varanus Lizards of Sri Lanka: A colour guide
niloticus. Arkiv fur Zoologi, 1, 65-83. with field keys. Germany: Edition
Chimaira.
Maduranga, H. (2003). Endemic Freshwater
fish of Sri Lanka. Sri Lanka: National Stanner, M. (2010). Mammal-like Feeding
Zoological gardens of Sri Lanka. Behavior of Varanus salvator and its
Conservational Implications. Biawak,
Merrem, B. (1820). Versuch eines Systems 4(4), 128-131.
der Amphibien - Tentamen Systematis
Amphibiorum. . Marburg, Germany: Uyeda, L., Iskandar, E., Wirsing, A., & Kyes,
Johann Christian Krieger. R. (2013). Nocturnal Activity of
Varanus salvator on Tinjil Island,
Pethiyagoda, R. (1991). Freshwater Fishes of Indonesia. Biawak, 7(1), 25-30.
Sri Lanka. Sri Lanka: Wildlife
Heritage Trust Of Sri Lanka. Weijola, V. (2010). Geographic distribution
and habitat use of monitor lizards of
Pianka, E. (1994). Comparative ecology of the North Moluccas. Biawak, 4, 7-23.
Varanus in the Great Victoria Desert.
Aust. J. Ecol, 19, 395–408. Whitarker, R., & Whitarker, S. (1980).
Distribution and status of Varanus
Shine, R., Ambariyanto, R., Harlow, P., & salvator in India and Sri Lanka.
Mumpuni. (1998). Ecological traits of Herpetological review, 11(3), 81-82.
commercially harvested water
monitors, Varanus salvator, in WICKRAMASINGHE, L.,
northern Sumatra. Wildlife Research, KEKULANDALA, L.,
25, 437-447. PEABOTUWAGE, P., &
KARUNARATHNA, D. (2010). A
Shine, R., Harlow, P., & Keogh, J. (1996). Remarkable Feeding Behavior and a
Commercial harvesting of giant New Distribution Record of Varanus
lizards: the biology of Water salvator salvator (Laurenti, 1768) in
Monitors Varanus salvator in Eastern Sri Lanka. Biawak, 4(3), 93-
Southern Sumatra. Biological 98.
Conservation, 77, 125-134.
Wikramanayake, E., & Dryden, G. (1993).
Thermal ecology of habitat and
microhabitat use by sympatric
Varanus bengalensis and V. salvator
in Sri Lanka. Copeia(3), 709-714.

Ziegler, T., & Böhme, W. (1997).


Genitalstrukturen und
Paarungsbiologie bei squamaten
Reptilien, speziell den Platynota, mit
Bemerkungen zur Systematik.
Mertensiella, 8, 3- 207.

You might also like