Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 12

135 INFECTIONS OF THE EXTERNAL EAR

Head & Neck Surgery—Otolaryngology

C.J. Linstrom: Department of Otolaryngology, New York Eye and Ear Infirmary, New York, New York.

F.E. Lucente and E.M. Joseph: Department of Otolaryngology, Long Island College Hospital, Brooklyn,
New York.

Perichondritis and Chondritis

Perichondritis, inflammation of the perichondrium, and chondritis, inflammation of cartilage, may follow
or complicate infections of the external auditory canal or result from accidental or surgical trauma to the
auricle. The condition is painful, and the patient often complains of severe itching deep within the canal.
With time, the skin over the affected area becomes crusted with squamous debris, and the involved
cartilage begins to weep a serous or purulent exudate. The ear is indurated and erythematous; often the
canal swells shut. The surrounding soft tissues of the face and neck may become involved.

Perikondritis adalah peradangan pada perikondrium, dan kondritis adalah peradangan pada tulang
rawan (kartilago), yang merupakan ikutan atau komplikasi dari infeksi telinga luar, atau akibat dari
accidental, ataupun trauma pembedahan pada aurikula. Kondisinya adalah sangat nyeri, dan pasien
sering mengeluhkan rasa sangat penuh pada telinga.

In the mildest stages, thorough débridement and treatment with topical and oral antibiotics are
generally sufficient. If these measures do not succeed, the ear is débrided again, and cultures are taken.
Appropriate treatment for common pathogens, especially Pseudomonas, is begun and tapered
according to culture results. Ciprofloxacin is a logical choice for moderate stages, combined with an anti-
Pseudomonas drop such as gentamicin or a fluoroquinolone drop.

If the infection spreads to involve regional soft tissues and lymphatics, the patient should be hospitalized
and parenteral treatment with adequate coverage for Pseudomonas begun. In difficult cases, the ear
should be cultured before starting treatment. With recalcitrant infections, ask the help of an infectious
disease consultant. At every stage of the disease, frequent and thorough débridement of the canal is
essential. Auricular crusting is treated with hydrogen peroxide soaks.

The metabolic requirements of cartilage are low, and its blood supply is appropriately diminished. Once
infection has become established in the perichondrium or cartilage, it is extremely difficult to treat. If
subacute or chronic infection evidenced by inexorable weeping continues, surgical intervention is
indicated. This is best done in the operating room under controlled conditions.

The affected area is cleansed and injected with local anesthetic containing epinephrine. Skin flaps are
appropriately planned and the dissection taken down to the affected cartilage. If it has lost its normal
“pearly white” appearance, it is most likely necrotic and should be excised. Often necrosis extends
farther than can be grossly visualized. Small irrigation drains are placed beneath the flaps and sutured to
the skin. The skin flaps are closed. The drainage ports are irrigated with antibiotic irrigation such as
bacitracin (50,000 U of bacitracin dissolved in 250 mL of normal saline). The drains are advanced as the
condition resolves. Meanwhile, parenteral antibiotics, otic drops, and aggressive local care continue.

Relapsing Polychondritis

Relapsing polychondritis is an intermittently progressive disease marked by inflammatory destruction of


cartilage. Although thought to be an autoimmune disorder, the exact cause is unknown. Cartilage of the
external ear, larynx, trachea, bronchi, and nose may be involved. Symptoms are episodic, with fever,
anemia, erythema, swelling, pain, and an elevated sedimentation rate during acute episodes. As the
disease progresses, symp-toms of increasing respiratory obstruction become apparent. Labyrinthine
disturbances are rarely present. The diagnosis is made on the basis of the history and physical
examination, supported by an elevated sedimentation rate. Biopsy of involved cartilage may show
necrosis, inflammation, and fibrosis. Treatment is with oral corticosteroids such as prednisone.

KATA BIJAK HARI INI

I have come to have the firm conviction that vanity is the basis of everything, and finally
that what one calls conscience is only inner vanity.
Gustave Flaubert
(1821-1880) Discuss
Quote of the Day provided by The Free Library

10 February 2009
PERIKONDRITIS AURIKULAR

Pendahuluan
Perikondritis adalah radang pada tulang rawan daun telinga yang terjadi apabila suatu trauma
atau radang menyebabkan efusi serum atau pus di antara lapisan perikondrium dan kartilago
telinga luar (1,2). Umumnya trauma berupa laserasi atau akibat kerusakan yang tidak
disengajakan pada pembedahan telinga(1,3,4). Adakalanya perikondritis terjadi setelah suatu
memar tanpa adanya hematoma(2). Dalam stage awal infeksi, pinna dapat menjadi merah dan
kenyal. Ini diikuti oleh pembengkakan yang general dan membentuk abses subperikondrial
dengan pus terkumpul di antara perikondrium dan tulang rawan dibawahnya.

Etiologi
Luka akibat terbakar aurikel adalah faktor predisposisi yang paling sering, sehingga 25% dapat
terjadi infeksi. Baru-baru ini juga didapatkan peningkatan infeksi yang disebabkan oleh tindik
telinga.(5). Karena menindik telinga sekarang sebagian dilakukan di pinna, suatu daerah yang
melibatkan porsi kartilago dari aurikel, dapat memberi resiko yang besar untuk terjadinya
perikondritis. Infeksi dari Pseudomonas dapat menyebabkan deformitas kosmetik yang berat.(3).
Suatu furunkel yang tidak memadai pengobatannya merupakan sumber agen penyebab yang
potensial, seperti mikrokokus jenis virulen (Stafilokokus), Streptokokus, atau Pseudomonas
aeruginosa.(1, 6). Infeksi juga dapat dapat terjadi pada saat aspirasi dan insisi hematoma auris.
Cedera pada kartilago juga dapat disebabkan oleh frostbite.(3). perikondritis juga dapat terjadi
sebagai komplikasi dari pembedahan seperti mastoidectomi atau komplikasi dari hematoma atau
otitis eksterna yang disebabkan oleh berenang di air yang terkontaminasi.(6)

Anatomi
Telinga luar termasuk aurikula atau pinna, dan liang telinga. Telinga luar berfungsi untuk
mengumpulkan dan menghantar gelombang bunyi ke struktur-struktur telinga tengah. Aurikel
terbentuk dari arkus brakial pertama dan kedua pada hari ke 38 dari kehidupan fetus. Aurikel
secara anatomi dikatakan sempurna pada minggu ke 20(3,4). Karena keunikan anatomi aurikula
serta konfigurasi liang telinga yang melengkung atau seperti spiral, maka telinga luar mampu
melindungi membrana timpani dari trauma, benda asing dan efek termal.(1)
Gambaran klinis
Bagian aurikel yang terlibat membengkak, menjadi merah, terasa panas dan sangat nyeri tekan.
(1,4,5)

Diagnosis
Diagnosis Perikondritis seringkali ditegakkan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik.
Diagnosisnya mudah, bagian aurikula yang terlibat membengkak, menjadi merah, terasa panas,
dan sangat nyeri tekan. Mungkin terjadi perubahan bentuk yang abnormal pada telinga. Riwayat
trauma pada telinga penting untuk mendiagnosis Perikondritis atau Kondritis, karena keduanya
merupakan hasil dari luka pada kartilago. Diagnosa Perikondritis tidak akan keliru dengan lepra
pada aurikula yang menyebabkan inflamasi dan perubahan bentuk yang kronik dan dapat
didiagnosis dengan biopsy. 1,5,6,9
Diagnosis Banding
Penyakit lain dimana Perikondritis menjadi alternatif diagnosis termasuk pada penyakit
Polikondritis Berulang. Penyakit kedua yang mirip dengan perikondritis adalah Erisipelas. 5,10
Polikondritis Berulang
Penyakit yang tidak diketahui etiologinya ini menyebabkan peradangan dan destruksi tulang
rawan. Merupakan suatu gangguan tulang rawan generalisata, melibatkan hidung dan telinga
pada 80-90% kasus. Deformitas aurikula menyerupai suatu perikondritis akut yang infeksius atau
suatu telinga bunga kol (cauliflower ear) yang meradang. Hilangnya tulang rawan menyebabkan
telinga menjadi “lemas” dan timbul deformitas hidung pelana. Peradangan yang bergantian pada
kedua telinga (tanpa sebab predisposisi) atau adanya demam memberi kesan gangguan ini. Dapat
ditemukan tinitus dan vertigo, demikian pula kehilangan pendengaran akibat kolaps meatus
akustikus eksternus. Bila laring, trakea dan bronkus ikut terlibat dapat berakibat suara menjadi
serak dan bahkan kematian akibat kolaps dinding laringotrakea dan bronkus.1
Aktivitas penyakit berfluktuasi dan prognosisnya tak dapat diramalkan. Dapat berupa serangan
tunggal atau dapat pula serangan berulang selama-bertahun-tahun. Pengobatan berupa salisilat
dan steroid pada serangan akut, meskipun terdapat kontroversi mengenai pemberian steroid.
Dapson telah digunakan untuk mencegah serangan ulangan. Struktur-struktur yang terserang
harus dilindungi dari trauma.1
Erisipelas
Erisipelas adalah infeksi pada dermis yang disebabkan oleh Streptokokus β hemolitikus Grup A
yang memberikan gejala berupa nyeri, eritema, bengkak, keras, dan panas. Eritema dan
pembengkakan tidak mengikuti batas anatomis tapi berbatas tegas. Gejala sistemik berupa
demam dan malaise juga dapat ditemukan. Infeksi ini diobati dengan penisilin oral, karena
penyakit ini berjalan dengan progresif dan berpotensi mengurangi kualitas hidup, penanganan
dibutuhkan sedini mungkin.5
Penatalaksanaan
Berikan antibiotik parenteral dan pengobatan topikal untuk infeksi kanalis penyerta. Pilihan obat
disesuaikan dengan hasil biakan atau petunjuk lain mengenai organisme yang terlibat. Bila
kondisi ini tampaknya meluas dan terdapat adanya bukti-bukti adanya cairan di bawah
perikondrium, terdapat indikasi untuk mengeluarkan cairan. Karena tulang rawan tidak memiliki
suplai darah langsung bila dipisahkan dari perikondrium, maka dapat terjadi nekrosis tulang
rawan. Dengan demikian, tulang rawan yang nekrosis perlu dieksisi dan drainase
dipertahankan.1
Komplikasi
Akibat perikondritis dapat terjadi deformitas aurikula yang nyata. Dapat terjadi komplikasi, yaitu
tulang rawan hancur dan menciut serta keriput, sehingga terjadi telinga lisut (cauliflower ear).1,2
Prognosis
Jika diagnosa ditegakkan dini dan mulai diberikan antibiotik, diharapkan dapat sepenuhnya
sembuh. Pada kasus lanjut, dimana infeksi sampai pada kartilago telinga (Kondritis), beberapa
bagian telinga mungkin mengalami nekrosis dan mesti dilakukan pembedahan. Akhirnya
dibutuhkan bedah plastik untuk mengembalikan bentuk normal telinga.9
Kesimpulan
Perikondritis adalah radang pada tulang rawan daun telinga yang terjadi apabila suatu trauma
atau radang menyebabkan efusi serum atau pus di antara lapisan perikondrium dan kartilago
telinga luar. Bagian aurikel yang terlibat membengkak, menjadi merah, terasa panas dan sangat
nyeri tekan. Diagnosis Perikondritis seringkali ditegakkan berdasarkan anamnesa dan
pemeriksaan fisik. Diagnosis banding dari Perikondritis adalah Polikondritis berulang dan
erisipelas. Penatalaksanaan Perikondritis menggunakan antibiotik yang sesuai dengan biakan
atau petunjuk lain mengenai organisme yang terlibat. Tindakan bedah dibutuhkan bila ada cairan
di bawah perikondrium ataupun terjadi nekrosis pada tulang rawan telinga. Akibat perikondritis
ini dapat terjadi deformitas aurikula yang nyata. Jika diagnosa ditegakkan dini dan mulai
diberikan antibiotik, diharapkan penyakit ini dapat sepenuhnya sembuh.

DAFTAR PUSTAKA

1. Boies L.R. Perikondritis. In : Adams G.L., Boies L.R., Higler P.A. Penyakit Telinga Luar,
Boies Buku Ajar Penyakit THT (BOIES Fundamentals of Otolaryngology). Edisi 6. Minnesota :
Penerbit Buku Kedokteran; 1997. P.81.
2. Sosialisman, Helmi. Kelainan Telinga Luar. In : Soepardi E.A., Iskandar N. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga-Hidung-Tenggorok Kepala Leher. Edisi 5. Jakarta. Balai Penerbit FKUI;
2004. P.45.
3. Wright D. Diseases of The External Ear. In : Alan G. Kerr. Otolaryngology. P.3/6/6.
4. Linstrom C.J., Lucente F.E., Joseph E.M. Infection of The External Ear. In : Head and Neck
Surgery – Otolaryngology, Volume 2. Second edition. New York: Lippincott – Raven
Publishers; 1998. P.1976.
5. McWhorter A.J., Limb C.J., Niparko J.K., Perikondritis and Chondritis, Otologic and Skull
Base Emergencies. In : Eisele D.W. McQuone S.J. Emergencies of The Head And Neck. Mosby.
P.381.
6. Perichondritis. In : Shambaugh G.E. Surgery of The Ear, Second Edition. Philadelphia &
London: W.B. Saunders Company; 1967. P.229.
7. Ghorayeb, BY.Anatomy of The Ear. [online]. 2007. [cited 2008 December 26]. Available
from: URL: http://www.ghorayeb.com
8. Auricular perichondritis JPG.. [online]. 2008. [cited 2008 December 26]. Available from:
URL: http://www.commons.wikimedia.org
9. Revista Brasileira de Otorrinolaringologia. [online]. 2006. [cited 2008 December 26].
Available from: URL: http://www.scielo.br
10. Lee, JA. Perichondritis Health Article. [online]. 2006. [cited 2008 December 26]. Available
from: URL: http://www.healthline.com
11. Misdiagnosis of Perichondritis. [online]. 2008. [cited 2008 December 26]. Available from:
URL: http://www.wrongdiagnosis.com

diposting oleh Arbaa_Fivone saat pukul 17:35

Rabu, 08 Juli 2009


INFLAMASI AURICULA

DEFINISI
Inflamasi aurikula merupakan suatu reaksi tubuh terhadap invasi bahan infeksi, antigen atau
karena cedera fisik (Gina, 2004) terdapat pada kulit, kartilago serta lapisan jaringan ikat
sekitarnya atau perikondrium aurikula (Nurcahyo, 2007).

ANATOMI FISIOLOGI AURICULA


Daun telinga merupakan lipatan kulit dengan dasarnya terdiri dari selembar tulang rawan elastis
dengan bentuk tidak teratur setebal 0,5-1 mm, tertutup perikhondrium dengan lapisan kulit yang
dihubungkan dengan bangunan sekitarnya oleh otot dan ligamentum (Soekirman, 1997). Pada
lobulus tidak mempunyai tulang rawan, tetapi terdiri dari jaringan lemak dan jaringan fibros
(Abdullah, 2003).
Persyarafan sensorik daun telinga ada yang berasal dari pleksus servikalis yaitu : n.aurikularis
magnus bersama dengan cabang kutaneus n. fasialis mensarafi permukaan posterior dan anterior
dan bagian posterior. Nervus oksipitalis mempersarafi bagian atas permukaan posteror daun
telinga. Nervus aurikulo temporalis merupakan cabang n.mandibularis memberikan persarafan
daerah tragus, krus heliks dan bagian atas heliks. Cabang aurikulus nervus menuju ke konka.
Anteheliks dan eminensia konka. Cabang nervus fasialis ada yang menuju kedasar konka
(Abdullah, 2003).
Fungsi Auricula
Fungsi aurikula adalah untuk mengumpulkan suara. Daun telinga juga dapat memperbesar
(mengamplifikasi) suara dan mengarahkannya ke saluran telinga. Ketika memantul pada daun
telinga, suara juga mengalami proses penyaringan yang akan memberikan informasi mengenai
lokalisasi suara. Efek penyaringan tersebut pada manusia terutama untuk memilah suara yang
berada di rentang frekuensi suara manusia.
Amplifikasi suara dilakukan pada daun telinga, gendang telinga, dan struktur telinga tengah
untuk membuat suara dengan 20 dB lebih tinggi dibandingkan suara pertama kali masuk ke daun
telinga. Amplifikasi ini merupakan faktor yang penting pada trauma telinga dalam (Abdullah,
2003).

ETIOLOGI INFLAMASI AURICULA


Impetigo
Impetigo merupakan infeksi kontagiosa yang mengenai lapisan epidermis superfisial. Sering
disebabkan oleh infeksi Staphylococcus aureus, atau yang lebih jarang Streptococcus pyogenes.
Impetigo canalis aurikularis umumnya ditemukan pada anak-anak, dan sering juga pada bagian
lain seperti sudut mulut. Walaupun infeksi ini sering terjadi pada anak-anak terlantar tetapi dapat
juga terjadi pada setiap orang (Lewis, 2005).
Erysipelas
Erysipelas merupakan selulitis akut yang terlokalisasi namun meluas secara superfisial pada
aurikula, erysipelas disebabkan oleh Streptococcus β hemolitikus grup A (Underbrink, 2001), ini
dapat diakibatkan karena menggaruk atau self-inoculation oleh pasien yang mencoba untuk
membersihkan telinganya. Tidak seperti pada swimmer’s ear dan impetigo yang merupakan
infeksi epidermal, erysipelas menginfeksi dermis dan dengan bertambahnya waktu akan
mengenai jaringan yang lebih dalam (Jahn dan Hawke, 1990).
Herpes Zooster Otikus
Herpes zoster otikus merupakan infeksi virus pada telinga yang disebabkan oleh virus varicella
zoster. Virus tersebut menyebabkan infeksi sepanjang dermatome satu atau lebih nervus cranialis
(Underbrink, 2001).
Eczema
Eczema atau dermatitis pada telinga merupakan suatu peradangan kulit (epidermis dan dermis)
yang melibatkan liang telinga, meatus dan concha di dekatnya (Boies, 1997) sebagai respons
terhadap pengaruh faktor eksogen seperti bahan kimia (detergen, asam, basa, oli, semen), fisik
(sinar, suhu), mikroorganisme (bakteri, jamur) dan atau faktor endogen, misalnya dermatitis
atopik. Sebagian lain tidak diketahui etiologinya yang pasti (Sularsito dan Djuanda, 2007).
Ot Hematoma
Ot Hematoma merupakan hematoma daun telinga akibat suatu rudapaksa yang menyebabkan
tertimbunnya darah dalam ruangan antara perikondrium dan kartilago. Keadaan ini biasanya
terdapat pada remaja atau orang dewasa yang mempunyai kegiatan memerlukan kekerasan,
namun bisa saja dijumpai pada usia lanjut dan anak-anak (Soekirman, 1997).
Perikondritis
Infeksi bacterial pada perikondrium atau kartilago umumnya disebabkan oleh trauma dan
kecelakaan pada aurikula (Underbrink, 2001). Bakteri yang sering menyebabkan perikondritis
adalah Pseudomonas aeruginosa (Lee, 2006). Selain itu, bakteri mikrokokus jenis virulen seperti
Stafilococcus, Streptococcus juga dilaporkan sebagai penyebab perikondritis (Boies, 1997). Pada
kasus-kasus dimana perikondritis muncul secara spontan, kecurigaan paling tinggi harus
ditingkatkan pada pasien dengan diabetes melitus (Underbrink, 2001).

PATOFISIOLOGI INFLAMASI
Inflamasi adalah reaksi tubuh yang kompleks terhadap invasi bahan infeksi, tantangan antigen
atau bahkan hanya cedera fisik (Gina, 2004). Inflamasi meliputi ikut sertanya aktifitas banyak
tipe sel dan mediator. Secara normal cedera jaringan atau adanya bahan asing menjadi pemicu
kejadian yang mengikut sertakan partisipasi dari enzim, mediator, cairan ekstravasasi, migrasi
sel, kerusakan jaringan dan mekanisme penyembuhan. Hal tersebut menimbulkan tanda
inflamasi berupa : kemerahan, pembengkakan, panas, nyeri dan hilangnya fungsi (Subagyo,
2002).
Terjadi 3 proses utama selama reaksi inflamasi ini yaitu, aliran darah ke daerah itu meningkat,
permeabilitas kapiler meningkat, leukosit, mula-mula neutrofil dan makrofag, lalu limfosit keluar
dari kapiler menuju ke jaringan sekitarnya.selanjutnya bergerak ke tempat yang cedera dibawah
pengaruh stimulus-stimulus kemotaktik (Subagyo, 2002).
Bila ada antigen menyerang, maka rentetan respon imun nonspesifik dan spesifik diaktivasi
untuk menangkis antigen tersebut. Mula-mula, respons imun nonspesifik bekerja untuk
mengeliminasi antigen tersebut. Bila ini berhasil, inflamasi akut berhenti. Apabila respons imun
nonspesifik tidak berhasil, maka respons imun spesifik diaktivasi untuk menangkis antigen
tersebut. Inflamasi berhenti apabila usaha ini berhasil, bila tidak maka inflamasi ini menjadi
kronik dan seringkali menyebabkan destruksi yang ireversibel pada jaringan (Gina, 2004).

MANIFESTASI KLINIS
Impetigo
Impetigo tidak disertai gejala umum, lebih sering terjadi pada anak-anak (Djuanda, 2007).
Impetigo umumnya ditularkan ke telinga melalui jari yang kotor. Untuk alasan ini, bentuk lesi
awal ditemukan pada pintu masuk kanalis eksterna. Tidak seperti furunkulosis, impetigo
merupakan infeksi yang menyebar pada daerah superficial yang mana dapat meluas sampai ke
choncha bahkan seluruh aurikula. Lesi awal terbentuk suatu bula kecil yang bila ruptur atau
pecah akan mengeluarkan eksudat infektif berwarna kekuningan. Eksudat mengering menjadi
krusta keemasan. Seiring dengan penyebaran infeksi, daerah yang terkena meluas dan terlihat
krusta (Jahn dan Hawke, 1990).
Erysipelas
Bentuk klinis erysipelas adalah nyeri dan pembengkakan. Lesi berupa penyebaran selulitis yang
berwarna merah dengan suatu perimeter iregular yang meninggi dan berbatas jelas dari kulit
normal disekitarnya. Bila erysipelas mulai pada MAE atau pada aurikula, lesi secara khusus
menyebar pada anterior wajah tanpa terpengaruh batasan-batasan anatomis (Jahn dan Hawke,
1990). Erysipelas disertai gejala konstitusi seperti pasien merasa sakit, menggigil, demam dan
malaise (Djuanda, 2007). Keterlibatan sistemik tidak terlihat pada banyak infeksi superfisial
(Jahn dan Hawke, 1990).
Herpes Zoster Otikus
Gejala awal berupa nyeri terbakar pada salah satu telinga, yang mungkin disertai sakit kepala,
malaise dan demam selama 2 hari. Vesikel umumnya muncul pada hari ke 3 sampai hari ke 7
setelah onset nyeri, dan biasanya timbul pada antiheliks, concha dan posterior lateral MAE.
Infeksi pada ganglion genikulatum juga dapat muncul disertai parese facialis atau paralisis
komplit (Underbrink, 2001).
Eczema
Pada umumnya penderita dermatitis mengeluh gatal. Pada stadium akut kelainan kulit berupa
eritema, edema, vesikel atau bula erosi dan eksudasi, sehingga tampak basah (madidans).
Stadium subakut, edema dan eritema berkurang, eksudat mengering menjadi krusta. Sedang pada
stadium kronis lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul dan likenifikasi, mungkin
juga terdapat erosi atau ekskoriasi karena garukan. Stadium tersebut tidak selalu berurutan,
biasanya suatu dermatitis sejak awal memberi gambaran klinis berupa kelainan kulit stadium
kronis (Sularsito dan Djuanda, 2007).
Ot hemathoma
Pada ot hemathoma aurikula dapat terbentuk penumpukan bekuan darah diantara perikondrium
dan tulang rawan. Bila bekuan darah ini tidak segera dikeluarkan maka dapat terjadi organisasi
dari hemathoma, sehingga tonjolan menjadi padat dan permanen (Sosialisman dan Helmi, 2004).
Perichondritis
Tampak daun telinga membengkak, merah, panas, dirasakan nyeri, dan nyeri tekan.
Pembengkakan ini dapat menjalar ke bagian belakang daun telinga, sehingga sangat menonjol.
Terdapat demam, pembesaran kelenjar linfe regional dan leukositosis. Serum yang terkumpul
dilapisan subperikondrial menjadi purulen, sehingga terdapat fluktuasi diffuse atau terlokalisasi
(Mansjoer et al, 2000).

DIAGNOSA
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, dimana penderita akan mengeluhkan adanya
gejala konstitusi seperti demam, sakit, malaise dll. Apakah pasien mengeluh rasa gatal, nyeri
atau tidak pada daun telinga. Dan keluhan-keluhan khusus yang mengarah ke diagnosa impetigo,
erysipelas, herpes zoster otikus, eczema, ot hematoma dan perikondritis. Kedua berdasarkan
inspeksi, dimana akan kita dapatkan adanya effloresensi yang spesifik seperti eritematous,
edema, krusta, nodula, vesikel, bula dan sebagainya yang mengarah ke diagnosa etiologi
inflamasi aurikula. Ketiga yaitu dengan palpasi untuk menemukan adanya fluktuasi dan untuk
memastikan tidak adanya nyeri tekan. Terakhir kita lakukan tindakan pengambilan sekret untuk
dilakukan kultur dan sensitivitas kuman pada kecurigaan infeksi dan aspirasi untuk mendapatkan
adanya cairan serohemoragis pada ot hematoma.

DIAGNOSA BANDING
Impetigo dapat didiagnosa banding dengan furunkulosis, vesikula eksem, otomikosis, herpes
zoster otikus dan varicella (Cole dan Gazewood, 2007). Erysipelas didiagnosa banding dengan ot
hematoma, perikondritis, erisypeloid, dermatitis kontak, polychondritis, tuberculoid leprosy. Ot
Hematoma dapat didiagnosa banding dengan perichondritis dan erysipelas. Untuk perikondritis
dapat didiagnosa banding dengan erysipelas, ot hematoma, relapsing polykondritis, frosbite,
furunkulosis, leprosi daun telinga dan dermatitis daun telinga (Subagio, 2006). Eczema
didiagnosa banding dengan psoriasis dan infeksi pada kulit. Suatu reaksi kulit akibat kepekaan
terhadap neomisin dapat tampil dengan pola yang mirip dengan eczematosa (Boies, 1997).
Beberapa diagnosa banding dari herpes zoster otikus antara lain adalah furunkulosis, vesikula
eksem dan impetigo (Deepak, 2005).
KOMPLIKASI
Impetigo umumnya tidak berbahaya, namun kadang-kadang dapat memberikan komplikasi
Poststreptococcal glomerulonephritis (PSGN), Cellulitis, dan infeksi Methicillin-resistant
Staphylococcus aureus (Cole dan Gazewood, 2007).
Komplikasi erysipelas yang paling sering adalah limfangitis yang lebih sering muncul daripada
keadaan patologis yang lain. Komplikasi erysipelas yang lain yaitu abses, flegmon, tropic ulcer
dan nekrosis kulit (Liviu, 2008).
Infeksi virus varisella zoster pada ganglion genikulatum dapat muncul disertai parese facialis
atau paralisis komplit (Underbrink, 2001). Pada eczema bila stadium akut tidak diatasi, maka
dapat terjadi perubahan-perubahan kronik yang ditandai dengan penebalan kulit dan bahkan
stenosis pada MAE. Pada kasus demikian, mungkin ada baiknya berkonsultasi dengan ahli kulit
(Boies, 1997).
Komplikasi infeksi daun telinga sangat ditakuti karena dapat menyebabkan seluruh daun telinga
terkena infeksi dan mengubah bentuk daun telinga menjadi Cauliflower ear (Soekirman, 1997).

TERAPI
Impetigo
Impetigo pada telinga sebaiknya dirawat dengan debridement pada daerah yang terkena. Hal ini
dapat dikerjakan dengan menggunakan lidi kapas yang sudah dibasahi dengan cairan antiseptik
atau hidrogen peroksidase. Daerah yang terinfeksi kemudian ditutup dengan salep antibiotik.
Salep yang mengandung neomycin sangat berguna, juga mucopirin (bactroban), suatu salep
single-agent dengan aktifitas anti-Stafilokokkus. Antibiotik sistemik umumnya tidak diperlukan,
walaupun daerah yang terinfeksi meluas. Bila impetigo gagal diatasi dengan terapi lokal, perlu
dikonsulkan pada bagian dermatologi (Jahn dan Hawke, 1990).
Erysipelas
Terapi erysipelas meliputi antibiotik topikal dan sistemik. Obat anti-streptokokkal dosis tinggi
dapat dicoba, tapi bila pasien gagal menunjukkan respon yang signifikan dalam 48 jam, harus
disadari pemberian antibiotik intravena yang efektif melawan β sterptokokkus (Jahn dan Hawke,
1990).
Herpes Zoster otikus
Oral steroid secara umum diberikan dan di tappering off bila diberikan diatas 10-14 hari.
Pengobatan dengan acyclovir, famcyclovir dan valacyclovir telah ditunjukkan keevektifannya
dalam memperpendek fase penyebaran virus dan mengurangi otalgia (Underbrink, 2001).
Eczema
Pengobatan yang tepat didasarkan kausa, yaitu menyingkirkan penyebabnya. Tetapi, karena
eczema disebabkan oleh multi faktorial, kadang juga tidak diketahui dengan pasti. Jadi
pengobatan bersifat simptomatis yaitu dengan mengurangi atau menghilangkan gejala dan
keluhan, dan menekan keradangan (Sularsito dan Djuanda, 2007). Bila aurikula terlibat cukup
luas dan lesi tampaknya meluas, maka dapat dianjurkan kompres basah larutan solusio Burowi
selama 24-48 jam, setelah itu gunakan salep dan solusio steroid fluorinasi. Dengan sendirinya
bila infeksi dicurigai, dapat diberikan antibiotik topikal (Boies, 1997).
Ot Hematoma
Mengeluarkan isi hematoma yaitu bisa secara aspirasi atau insisi. Aspirasi dilakukan dengan
jarum aspirasi nomor 18 untuk mencegah reakumulasi dari hematoma. Prinsip selanjutnya
setelah dilakukan aspirasi atau insisi dilakukan penekanan untuk mencegah reakumulasi antara
lain dengan cara: pembalutan seperti pemasangan perban, penekanan paksa mastoidektomi,
penekanan lokal dengan bloster yang dijahit. Menggunakan penekanan gips yang dipasang di
depan dan dibelakang. Menggunakan perban gipsona yang melingkari daun telinga. Disamping
kedua tahap ini, juga penting pemberian antibiotik yang adekuat (Fariz, 2006).
Perikondritis
Kasus mild perikondritis dapat diterapi dengan debridement dan antibiotik topikal atau oral
(Underbrink, 2001). Tetapi pengobatan dengan antibiotik sering gagal karena kuman yang dituju
yaitu, Pseudomonas aeruginosa sering resisten terhadap sebagian besar antibiotik. Yang paling
efektif adalah Tobramisin diberikan bersama-sama Tikarsilin secara sistemik, selama 2 minggu,
dengan memantau fungsi ginjal (Mansjoer et al, 2000) Bila infeksi menyebar mengenai jaringan
ikat dan jaringan linfe regional, pasien harus dirawat dan diberikan antibiotik parenteral. Bila
terjadi infeksi subakut atau kronis pada perikondrium atau kartilago dan tetap berlanjut walaupun
sudah diberi perawatan, intervensi surgical dibawah kontrol dapat diindikasikan. Pembedahan
meliputi eksisi jaringan nekrotik, kemudian dilakukan lokal skin flap. Irigasi dengan drain kecil
sebaiknya ditempatkan dibawah flaps dan diirigasi dengan cairan antibiotik tiga kali sehari.
Drain dapat diteruskan sesuai perbaikan kondisi (Underbrink, 2001).

PROGNOSA
Pada umumnya prognosis inflamasi aurikula ini baik bila diagnosa ditegakkan secara tepat dan
penatalaksanaan diberikan secara dini.

EDUKASI
Untuk pencegahan infeksi, higienisitas yang baik seperti mencuci tangan secara teratur dapat
mencegah terjadinya inflamasi aurikula (Lewis, 2007). Pasien harus dilarang menyentuh
telinganya. Kuku harus dipotong pendek (Jahn dan Hawke, 1990) dan untuk mencegah penularan
pada keluarga hendaknya menggunakan sabun antibakteri dan memiliki handuk yang terpisah.
Pisahkan sprai yang terinfeksi handuk, baju dari anggota keluarga yang lainnya dan cuci dengan
air hangat (Lewis, 2007). Untuk para pegulat perlu diingatkan untuk memakai pelindung kepala,
juga pada saat berlatih (Boies, 1997)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Farhaan. 2003. Uji Banding Klinis Pemakaian Larutan Burrowi saring Dengan
Ichthyol (Ichthammol) Pada Otitis Eksterna Akut. http://www.usulid.ac.id. Diakses 25 Maret
2008.

Alford, Bobby R। 2006. Cor Curriculum Syllabus: Review of Anatomy-Temporal Bone and Ear.
http://www.bcm.edu/oto/studs. Diakses 25 Maret 2008.

Al-Fatih, Muhammad. 2007. Pemeriksaan Telinga. http://www. Hennykartika.wordpress.com.


Diakses 29 Februari 2008.

Boies, Lawrence R. 1997. BOIES Buku Ajar Penyakit THT: Penyakit Telinga Luar. Edisi 6.
EGC. Jakarta. Hal. 81.
Cole, Charles dan Gazewood, John. 2007. Diagnosis and Treatment of Impetigo.
http://www.aafp.org. Diakses 25 Maret 2008Underbrink, Michael. 2001. Infection of External
Ear. http://wwwutmb.edu/otore. Diakses 29 Februari 2008.

Deepak, Awasthi. 2005. Ramsay Hunt Syndrome : Departemens of Neurology, Pediatrics and
Pathology. University of Chicago Hospital and Clinic. http://www.emedicine.com. Diakses 25
Maret 2008.

Djuanda, Adhi. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin: PIODERMA. Edisi 5. FKUI. Jakarta.
Hal. 57-63.

Faris, Acmad. 2006. Ot Hemathoma. Jombang: laboratorium/SMF THT Bapelkes RSD Jombang

Gina, Santoso Hari. 2004. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: INFLAMASI. Jilid I. Edisi 3. Balai
Penerbit FKUI. Jakarta. Hal. 12-15.

Hanif et al. 2000. Lesson of the Week: ”High” Ear Piercing and the Rising Insidence of
Perichondritis of the Pinna. http://www.bmj.com/cgi. Diakses 6 Maret 2008

Hutchinson dan Atlanta. 1995. Otitis Externa: A Pesonal Pespective. http://www.utmb.edu/oto.


Diakses 29 Februari 2008.

John, Anthony dan Hawke, Michael. 1990. Infection of External Ear. http://.www.......com.
Diakses 29 Februari 2008.

Lee. 2006. Medical Encyclopedia PERICHINDRITIS. http://.www.nlm.nih.gov. Diakses 1 Maret


2008.

Lewis, Linda. 2005. Impetigo. http://www.education.com/reference/article. Diakses 29 Februari


2008.

Liviu, Iarovoi. 2008. Clinical, Immunological, Characteristics and Optimization of Erysipelas.


http://www.cnaa.acad.md. Diakses 25 Maret 2008.

Mansjoer, Arif et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran: Perikondritis. Jilid I. Edisi 3. Media
Aesculapius. FKUI. Hal. 94.

Nurcahyo. 2007. Kelainan Pada Telinga Luar. http://www.medicastore.com. Diakses 29 Februari


2008

Soekirman. 1997. Ot Hematoma dan Pengelolaannya. http://www.kalbe.co.id. Diakses 29


Februari 2008.

Sosialisman dan Helmi, 2004. Buku Ajar Ilmu Kesehatan TELINGA HIDUNG TENGGOROK
KEPALA LEHER. Edisi ke 5. Balai Penerbit FKUI. Hal. 44-45.
Subagio, Yoyok. 2006. Perikondritis Daun Telinga. Jombang: laboratorium/SMF THT Bapelkes
RSD Jombang

Subagyo, Retno L. 2002. Pemilihan NSAID Untuk Berbagai Situasi Klinik. http://www.pogi-
online.org. Diakses 23 Maret 2007.

Sularsito, Sri Adi dan Djuanda, Suria. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin: DERMATITIS.
Edisi 5. FKUI. Jakarta. Hal. 129-130.
Yang ngepost MUHAMMAD ARIF SUDIANTO UTAMA jam 7:32:00 AM
Reaksi: 

You might also like