Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 10

Studi pendahuluan pembuatan elektroda karbon aktif monolit dari limbah

daun jati

The preliminary study of preparation activated carbon monolith electrode


made from teak leaf waste

Erman Taer, Miftah ‘Ainul Mardiah*, Sugianto, Rita Juliani, Awitdrus, Rakhmawati
Farma,
Jurusan Fisika FMIPA Universitas Riau, Pekanbaru 28293, Riau, Indonesia
*Miftahainul.mardiah@gmail.com

Abstrack

A preliminary study has been conducted on the preparation of supercapacitor carbon-


eletrode monolith made from teak leaf waste. The purpose of this study is to know the
electrochemical cell capacitance of carbon material. The production process of carbon
electrode begins with pre-carbonization process at a temperature of 250 0C for 2.5 hours,
then continue to chemical activation using KOH activator with concentration of 0.3 M. The
monolith form made by using Hydraullic Press instrument with 8 ton pressures, then continue
to measured the density of the electrode before do the carbonization. Then the sample was
activated using CO2 gas with 8500C burning temperature. After the carbonization, continued
to measure the density by collected data of mass, diameter and thickness of the electrode
and the specific capacitance was elucidate using Physics CV UR Rad-Er 5841 tool controlled
by cyclic voltammetry software with a potential window of 0-0,5V at a scan rate of 1mV/s.
The best density results were obtained before the carbonization is 0.853 g/cm 3 for C24
sample code and 0.605 g/cm3 after the carbonization for C30 sample code, the specific
capacitance was found as high as 113.20 F/g for C32 and C38 electrodes.
Keywords: Teak leaf waste, activated carbon, superkapacitor.
Telah dilakukan studi awal pembuatan elektroda karbon superkapasitor dari limbah daun jati.
Tujuan dari studi ini untuk mengetahui nilai kapasitansi sel elektrokimia dari material karbon.
Proses pembuatan elektroda karbon diawali dengan proses pra karbonisasi pada suhu 250 0 C
selama 2,5 jam, selanjutnya silakukan aktivasi kimia menggunakan aktivator KOH dengan
konsentrasi sebesar 0,3 M. Proses pembuatan elektroda menggunakan alat Hydraullic Press
pada tekanan 8 ton, kemudian diukur besar densitas sebelum karbonisasi. Kemudian sampel
diaktivasi menggunakan CO2 dengan suhu pembakaran 8500C. Setelah dikarbonisasi
kemudian dilakukan pengukuran densitas dan diukur nilai kapasitansi spesifik menggunakan
alat Physics CV UR Rad-Er 5841 yang dikontroldengan software cyclic. Didapatkan hasil
densitas terbaik untuk sebelum karbonisasi sampel kode C24 sebesar 0,853 g/cm3 untuk
setelah karbonisasi pada sampel kode C30 sebesar 0,605 g/cm3 dan untuk pengukuran besar
kapasitansi spesifik didapatkan nilai sebesar 113,20 F/g untuk elektroda sampel C32 dan C38.
Kata kunci: limbah daun jati, karbon aktif, superkapasitor.

1
PENDAHULUAN
Energi listrik telah menjadi kebutuhan pokok masyarakat dunia dan telah membawa
pengaruh besar pada hampir seluruh sektor kehidupan. Kebutuhan energi di Indonesia yang
masih bergantung pada bahan bakar fosil seperti minyak bumi, batubara, dan gas bumi
sebagai sumber energi listrik telah berpengaruh pada dampak terhadap pencemaran udara dan
akan berdampak terhadap mutu kehidupan dan kesehatan masyarakat (Slamet, 2002;
Chahaya, 2005). Selain itu, bahan bakar fosil tidak dapat diperbaharui karena proses
pembentukannya memerlukan waktu yang sangat panjang dibandingkan eksploitasinya.
Perangkat penyimpan energi menjadi salah satu pertimbangan solusi energi alternatif. Piranti
penyimpanan energi listrik seperti baterai, sel bahan bakar, dan kapasitor. Baterai dan sel
bahan bakar memiliki kemampuan untuk menyimpan energi yang tinggi namun memiliki
daya yang kecil. Kapasitor memiliki daya yang besar namun kemampuan menyimpan energi
yang sangat kecil. Piranti lain yang merupakan pengembangan kapasitor atau yang dikenal
sebagai superkapasitor diciptakan untuk memperoleh kemampuan penyimpanan energi yang
besara namun juga memiliki daya yang tinggi (Arepalli et al., 2005). Superkapasitor terdiri
dari elektroda, separator, elektrolit, dan pengumpul arus. Elektroda pada superkapasitor
sangat berpengaruh terhadap prestasi energi dan daya sel superkapasitor. Salah satu bahan
elektoda superkapasitor yang saat ini cukup popular digunakan adalah karbon aktif yang
memiliki pori yang berukuran nanometer. Karbon aktif dari biomassa dapat dibuat dari ampas
tebu, tempurung kelapa, sabut kelapa sekam padi, serbuk gergaji, kayu keras, batu bara serta
limbah daun. Daun jati merupakan salah satu limbah biomassa yang menarik diteliti sebagai
bahan baku pembuatan karbon aktif karena merupakan bagian terbesar dari pohon jati.
Tanaman jati tergolong tanaman yang menggugurkan daun pada saat musim kemarau, antara
bulan november hingga januari. Setelah gugur, daun jati akan tumbuh lagi pada bulan januari
atau maret. Daun jati yang sudah gugur cocok digunakan sebagai biomassa dalam pembuatan
superkapasitor, karena sedikit akan mengurangi jumlah limbah daun yang dihasilkan.
Kandungan karbon (C) daun jati yang jatuh yaitu berkisar antara 46,49-52,32% (Supriyono,
2014).

1. BAHAN DAN METODE

Pembuatan elektroda dimulai dari pengumpulan bahan dasar limbah daun jati, sampel
dikeringkan mengunakan oven pada suhu 110°C selama 2 hari. Selanjutnya, proses pra
karbonisasi dilakukan pada suhu 250°C selama 2,5 jam untuk mendapatkan sampel yang

2
lebih rapur guna memudahkan proses penggilingan selanjutnya menggunakan ball milling
selama 20 jam untuk memperoleh partikel yang sangat halus, untuk keseragaman sampel ter-
prakarbonisasi diayak dengan ayakan berukuran 53 µm untuk memperoleh ukuran partikel
yang lebih kecil dari 53 µm. Proses aktivasi kimia dilakukan menggunakan aktivator KOH
dengan variasi 0,3 M untuk meningkatkan luas permukaan sampel. Sampel yang telah
diaktivasi kimia lalu dinetralkan dan dikeringkan dalam oven pada suhu 110°C selama 3 hari
hingga kering. Sampel yang sudah kering lalu dihaluskan kembali dan ditimbang sebesar 0,7
g sebanyak 10 sampel dan selanjutnya dicetak menjadi pelet. Proses pencetakan dilakukan
menggunakan alat hydraulic press pada tekanan 8 ton dan diberi kode C32 sampai C38.
Proses karbonisasi dilakukan dengan furnance pada suhu 600°C dalam lingkungan gas N 2
lalu diikuti dengan proses aktivasi fisika pada suhu 850°C dalam lingkungan gas CO 2.
Setelah dikarbonisasi sampel di poles menggunakan kertas pasir (Hammer P1200) dan
dipoles secara pelan-pelan sampai ketebalan tertentu.

Pengukuran yang dilakukan pada sampel adalah pengukuran dimensi elektroda seperti
massa, diameter, tebal dan pengukuran kapasitansi spesifik. Massa diukur menggunakan
timbangan digital sedangkan untuk diameter dan tebal menggunakan jangka sorong digital
Insize. Pengukuran massa, diameter, tebal dilakukan setelah pencetakan pellet dan setelah
karbonisasi untuk mengetahui perbedaan densitas elektroda. Densitas ditentukan dengan
formula standar melalui pembagian massa dan volume. Pengukuran kapasitansi spesifik sel
superkapasitor dilakukan dengan metode Cyclic Voltammetry (CV) menggunakan alat
Physics CV UR Rad-Er 5841 yang dikontrol dengan software cyclic voltammetry CVv6
dengan lebar jendela potensial dari 0-0,5V pada laju scan 1mV/s. Hasil pengukuran
kemudian di olah dengan program sigma plot 8.0. Pengujian kapasitansi spesifik dilakukan
dalam elektrolit H2SO4 1 M.

2. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1. Massa, tebal, diameter dan densitas
Massa elektroda sel superkapasitor sebelum proses karbonisasi- aktivasi serta setelah
proses karbonisasi-aktivasi di tampilkan pada Gambar 1. Berdasarkan diagram
perbandingan massa, terlihat massa sampel sebelum karbonisasi sedikit berbeda. Perbedaan
massa sampel awal disebabkan adanya perbedaan kondisi saat proses pencetakan terjadi.
Seharusnya massa sampel awal dibuat sama karena massa sampel awal diteimbang dengan
massa yang diharapkan sama yaitu sebesar 0,7 gram. Perbedaan terjadi karena
ketidakseragaman dalam menimbang massa sebelum dicetak. Namun kesalahan karena

3
faktor penimbangan ini diprediksi masih relatif kecil yaitu sebesar 5%, Setelah proses
karbonisasi-aktivasi sampel mengalami penyusutan. Pengurangan massa sampel disebabkan
pelepasan bahan non karbon seperti air, dan penguraian senyawa organik yang menyusun
struktur bahan baku seperti hemiselulosa, selulosa, dan lignin (Faisal et al., 2014).
Perbandingan susut massa sampel setelah proses karbonisasi-aktivasi berada pada rentang
71,1% sampai 73,3%. Variasi penyusutan sampel diindikasikan oleh perbedaan penyusunan
sampel didalam tabung pembakaran.

Gambar 1. Diagram massa sebelum karbonisasi dan setelah karbonisasi.

Gambar 2. Diagram diameter rata-rata sebelum karbonisasi dan setelah karbonisasi

Gambar 2 memperlihatkan diameter sampel sebelum dan setelah proses karbonisasi-


aktivasi. Diameter sampel sebelum dan setelah proses karbonisasi-aktivasi menunjukkan

4
data diameter yang sama untuk seluruh sampel. Ukuran diameter sampel yang sama setelah
proses pencetakan disebabkan oleh ukuran cetakan yang sama yaitu sebesar 2 cm,
sedangkan ukuran diameter sampel yang sama setelah proses karbonisasi-aktivasi
disebabkan oleh perlakuan suhu, laju aliran gas, dan waktu aktivasi yang sama pula. Susut
diameter yang diperoleh adalah sebesar 27%.

Gambar 3. Diagram tebal rata-rata sebelum karbonisasi dan setelah karbonisasi


Perbedaan tebal sampel sebelum dan sesudah dilakukan proses karbonisasi-aktivasi
mengalami perbedaan penyusutan. Perbedaan penyusutaan tebal sampel sebelum proses
karbonisasi-aktivasi, dimana pada Gambar 3 terlihat ketebalan awal sampel yang sedikit
bervariasi. Variasi ketebalan sampel dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti perbedaan
massa sampel dan perbedaan kekuatan penekanan saat pencetkan sampel yang dilakukan.
Perbedaan awal kondisi awal sampel ini yang mungkin mempengaruhi perbedaan tebal
sampel setelah proses karbonisasi-aktivasi dilakukan. Pengurangan ketebalan sampel setelah
karbonisasi adalah bervariasi dari 32 % sampai 37%.

Gambar 4. Diagram densitas sebelum karbonisasi dan setelah karbonisasi

5
Densitas sampel juga mengalami penyusutan, penyusutan densitas sebelum dan
sesudah karbonisasi-aktivasi ditunjukkan pada Gambar 4. Trend perubahan data densitas
utnuk 9 sampel yang dipilih menunjukkan ketidakteraturan. Densitas sampel sebelum proses
karbonisasi-aktivasi untuk beberapa sampel seperti pada sampel C32 dan C38 menunjukkan
densitas yang tinggi yaitu sebesar 0,84 g/cm3 dan 0,83 g/cm3, sedangkan untuk sampel C38
dan C37 menunjukkan densitas yang rendah yaitu sebesar 0,78 g/cm 3 dan 0,79 g/cm3.
Persentase perbedaan densitas yang tinggi dan rendah adalah sebesar 5,9%. Densitas untuk
sampel setelah proses karbonisasi-aktivasi untuk beberapa sampel seperti pada sampel C34
dan C38 menunjukkan densitas yang tinggi yaitu sebesar 0,66 g/cm 3 dan 0,64 g/cm3,
sedangkan untuk sampel C35 dan C32 menunjukkan densitas yang rendah yaitu sebesar 0,62
g/cm3 dan 0,61 g/cm3. Persentase perbedaan densitas yang tinggi dan rendah untuk sampel
setelah karbonisasi-aktivasi adalah sebesar 4,6%. Variasi densitas untuk sebelum dan sesudah
proses karbonisasi-aktivasi berada pada kisaran yang kecil dari 10%, ini menunjukka
ketelitian proses fabrikasi elektroda masih relatif baik. Susut densitas sebelum dan sesudah
proses karbonisasi-aktivasi berada pada kisaran 15% sampai 27%.
Secara keseluruhan susut tertinggi utuk variabel massa, diameter, tebal dan densitas
adalah masing-masing sebesar 73,3%, 27%, 37%, dan 27%. Susut tertinggi ditunjukkan oleh
variabel massa, hasil ini masih dianggap wajar karena penyusutan massa tentu berkaitan
dengan penyusutas diameter dan tebal. Hasil yang hampir sama untuk penyusutan massa juga
ditunjukkan pada penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Putri Dewi (2017) pada bahan
limbah kulit durian dimana penyusutan massa sebesar 70%, juga untuk bahan tandan kosong
kelapa sawit (TKKS) oleh Widya Sinta M (2016) sebesar 73% . Penyusutan untuk diameter,
tebal, dan densitas berada pada kisaran nilai yang hampir sama. Hasil yang sama juga ditemui
pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yeni Susanti (2017) pada bahan batang
pisang dimana penyusutannya 27%, 36%, dan 26% begitu juga dengan penelitian sebelumnya
Andhika Afrianda (2018) pada bahan Ampas Sagu yaitu sebesar 25%, 37%, dan 20%.

2.2 Pengukuran Sifat Elektrokimia

Pengukuran sifat elektrokimia menggunakan metode Cyclic Voltrametry (CV) dengan


laju scan 1 mV/s bertujuan untuk menentukan nilai kapasitansi spesifik sel superkapasitor.
Pengukuran CV untuk contoh sel superkapasitor yang menggunakan sampel elektroda karbon
C34 dan C33 ditunjukkan pada Gambar 5. Hasil kurva dari CV menggambarkan hubungan

6
antara besarnya nilai rapat arus dengan tegangan yang diberikan. besarnya arus dapat
dikaitkan dengan kapasitansi spesifik eletroda yang dihasilkan. Semakin lebar dan luas kurva
maka semakin tinggi kapasitansi spesifik sel yang dihasilkan. Perhitungan besarnya
kapasitansi spesifik dipilih pada nilai tengah jendela potensial pengukuran yaitu sebesar 0,25
V. Pada gambar disajikan data CV untuk sampel C34 dan C33.

Gambar 5. Kurva Hubungan antara kapasitansi spesifik terhadap tegangan pada laju scan
1mV/s.

( I c −I d )
Perhitungan nilai kapasitansi spesifik sampel dilakukan menggunakan rumus C sp= ,
s xm
dimana Ic merupakan arus charge, Id adalah arus discharge, s adalah laju pemindaian, dan m
adalah massa rata-rata, dimana Ic yang dihasilkan adalah sebesar 0,001118 mA, Id adalah
sebesar -0,001316 mA, s adalah sebesar 1 mV/s, dan massa 0,0215 gram, sehingga
dihasilkan Csp sebesar 113,20 F/g. Nilai Ic dan Id dihasilkan dari alat yang digunakan untuk
mengukur besar Csp yang dihasilkan menggunakan alat Physics CV UR Rad-Er 5841
dikontrol dengan software cyclic voltammetry CVv6. Secara lengkap nilai kapasitansi
spesifik untuk setiap elektroda yang digunakan ditampilkan pada Tabel 1. Persentase
perbedaan nilai kapasitansi spesifik sel superkapasitor pada data yang ditampilkan dalam
Tabel 1 adalah sebesar 13%. Perbedaan nilai kapasitansi ini dipengaruhi oleh perubahan
dimensi elektroda, dimana sampel C38 dan C37 mempunyai perubahan massa rata-rata
setelah proses aktivasi adalah sebesar 72,5% Perubahan dimensi yang lebih tinggi
disebabkan faktor penyusunan sampel didalam ruang karbonisasi-aktivasi, Sampel C37 dan

7
C38 disusun lebih dekat ke sumber gas N2 atau CO2, Faktor inilah menjadikan sel yang terdiri
dari sampel C37 dan C38 memiliki kapasitansi yang tinggi.

Tabel 1. Kapasitansi Spesifik (Csp) dari beberapa pelet yang dihasilkan


Sel Kode sampel Nilai Kapasitansi (Csp)
1 C38, C37 112 F/g
2 C36, C35 105 F/g
3 C33, C32 97 F/g

Kapasitansi spesifik elektroda kapasitor dari limbah daun jati juga dibandingkan dengan
beberapa bahan asal lainnya dan ditampilkan pada Tabel 2. Data yang ditampilkan
menunjukkan kapasitansi spesifik elektroda karbon dari daun jati berada pada kisaran nilai
yang lazim dilaporkan. Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan karbon limbah daun
jati memiliki potensi yang baik sebagai bahan dasar elektroda karbon aktif sel superkapasitor.

Tabel 2. Perbandingan nilai kapasitansi spesifik elektroda karbon aktif beberapa biomassa.

Biomassa Csp Ref


Sekam padi 147 F/gr Taer et al, 2015
Kayu karet 154,03 F/gr Teo et al, 2016
Sekam padi 19 F/gr Kuratani et al, 2010
Serbuk gergaji kayu 34 F/gr Taer et al,2010
Karet
Limbah daun jati 113,30 F/gr Hasil penelitian ini

KESIMPULAN

Elektroda karbon aktif dari limbah daun jati telah berhasil diproduksi sebagai
elektroda sel superkapasitor. Proses karbonisasi-aktivasi menunjukkan perubahan massa,
diameter, tebal, dan densitas adalah masing-masing sebesar 73,3%, 27%, 37%, dan 27%.
Kapasitansi spesifik sel superkapasitor yang dihasilkan adalah sebesar 113,20 F/gr. Hasil
penelitian ini telah menunjukkan bahwa limbah daun jati memiliki potensi untuk
dikembangkan sebagai elektroda superkapasitor.

8
UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada DRPM Dikti melalui Projek Penelitian
Dasar Unggulan Perguruan Tinggi (PDUPT) tahun 2018 dengan judul “Potensi Pemanfaatan
Limbah Padat Perkotaan sebagai Elektroda Superkapasitor”.

DAFTAR PUSTAKA

Afrianda, A. 2018. Pembuatan dan Karakterisasi Elektroda Karbon Sel Sperkapasitor dari
Bahan Ampas Sagu Menggunakan Aktivasi H2O Berdasarkan Variasi Waktu Aktivasi.
Skripsi Jurusan Fisika FMIPA Universitas Riau.
Arepalli, S., Fireman, H., Huffman, C., Moloney, P., Nikolaev, P., Yowell, L., Higgins, C.D.,
Kim, K., Kohl, P.A., Turano, S.P., 2005, Carbon-nanotube Based Electrochemical
Double Layer Capacitor Technologies for Space Flight Applications, J. Mater., 57,
26-31.
Dewi, P. 2017. Pengaruh Variasi Waktu Pengaktifan Menggunakan Uap Air dalam
Pembuatan Elektroda Karbon dari Limbah Kulit Durian untuk Aplikasi
Superkapasitor. Skripsi Jurusan Fisika FMIPA Universitas Riau.
Faisal, M., Andynapratiwi, I., Putri, P.D.A., 2014, Pengaruh Komposisi Arang dan Perekat
Terhadap Kualitas Biobriket dari Kayu Karet, Jurnal Teknik Kimia, 2(20), 36-44.
Slamet, J.S., Chahaya. 2004. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Supriyono, Haryono,. Prehaten, Daryono,. 2014. Kandungan Unsur Hara dalam Daun Jati
yang Jatuh pada Tapak yang Berbeda. Jurnal Ilmu Kehutanan. 8:2.
Sumarna, Yana. 2004. Budidaya Jati. Penerbit Swadaya, Surabaya.
Kuratani, K., Okuno, K., Iwaki, T., Kato, M., Takeichi, N., Miyuki, T., Awazu, T., Majima,
M., Sakai, T., 2011. Converting rice husk activated carbon into active material for
capacitor using three dimensional porous current collector. Journal of Power Sources
196, 10788– 10790.
Mustika, W.S. 2016. Pemanfaatan Potensi Tandan Kosong Kelapa Sawit Sebagai Karbon
Aktif Untuk Pembersih Air Limbah Aktivitas Penambangan Emas Di Taluk Kuantan.
Skripsi Jurusan Fisika FMIPA Universitas Riau.
Susanti, Y. 2017. Pengaruh Variasi Suu Aktivasi CO 2 Terhadap Pembuatan Karbon Aktif
Monolith dari Batang Pisang untuk Elektroda Superkapasitor. Skripsi Jurusan Fisika
FMIPA Universitas Riau.
Taer E., Deraman, M., Talib, I.A., Umar, A.A., Oyama, M., Yunus, R.M., 2010. Physical,
electrochemical and supercapacitive properties of activated carbon pellets from
precarbonized rubber wood sawdust by CO 2 activation. Current Applied Physics 10,
1071–1075.
Taer, E., Desmawati., Sugianto., Taslim, R. 2015. Pembuatan dan karakterisasi sifat fisika
green karbon paper tanpa menggunakan perekat menggunakan biomassa. Prosiding
seminar nasional fisika 15:1-5.

9
Teo. E. Y. L., Muniandyb L., Ngb. E.P., Adamb.F., Mohsmedc. F. A., Josea. R., High surface
area activated carbon from rice husk as a high performance supercapasitor electrode.
Electrochimica Acta 192 (2016) 110-119.
.

10

You might also like