Professional Documents
Culture Documents
Deka Lamsari 05101181621058
Deka Lamsari 05101181621058
Deka Lamsari
05101181621058
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas
Pertanian Universitas Sriwijaya
Deka Lamsari
05101181621058
This study aims to determine the appropriate dose of dolomite and lime
fertilizer treatment to reduce or reduce levels of N 2O green house gas emissions in
peat soil. This research was conducted at the Greenhouse of Soil Department, Faculty
of Agriculture, Sriwijaya University, Indralaya, South Sumatra. This research was
conducted from March to June 2020. Analysis of N 2O gas was carried out at the
Laboratory of Agricultural Environment Research Institute, Ministry of Agriculture,
Pati, Central Java. Gas collection and gas analysis in the laboratory are carried out
continuously from March to June 2020. This research uses the Factorial Completely
Randomized Design (RALF) method and is further processed using tables and
graphs. The results of this study indicate that nitrogen gas emissions the oxide is
different for each phase. Observations in the vegetative phase showed that plants with
D2U2 treatment had the highest N2O gas emissions with a value of 0,14 mg/plant,
while in the primordial phase of plants with D0U0 treatment showed the highest
nitrous oxide gas emission results with a value of 0,13 mg/plant. In the generative
phase, plants with dolomite lime treatment at a dose of 10 tonnes/ha and Urea
fertilizer at a dose of 250 kg/ha were the plants with the second highest nitrous oxide
gas emission with a value of 0,13 mg/plant and in the production phase with D1U0
were plants with the highest N2O gas emission with a value of 0,12 mg/plant/day.
Keywords: Greenhouse Gas Rice, Urea Fertilizer, Dolomite Lime, Peat, Methane
Emissions.
RINGKASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis perlakuan pupuk dan kapur
dolomit yang tepat untuk menurunkan atau menekan kadar emisi gas rumah kaca N 2O
pada tanah gambut. Penelitian ini telah dilaksanakan di Rumah Kaca Jurusan Tanah,
Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, Indralaya, Sumatera Selatan. Penelitian ini
dilakukan pada Maret sampai Juni2020. Analisis gas N2O dilaksanakan di
Laboratorium Balai Penelitian Lingkungan Pertanian, Kementrian Pertanian Pati,
Jawa Tengah. Pengambilan gas dan analisis gas di laboratorium dilaksanakan secara
berkesinambungan yang di mulai dari bulan Maret sampai bulan Juni 2020. Penelitian
ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap Faktorial (RALF) dan
selanjutnya diolah dengan menggunakan tabel dan grafik. Hasil penelitiannya ini
Menunjukkan bahwa emisi gas dinitrogen oksida berbeda setiap fase. Pada
pengamatan di fase vegetatif menunjukan bahwa tanaman dengan perlakuan
D2U2memiliki emisi gas N2O yang tetinggi dengan nilai 0,14 mg/m2/hari , sedangkan
pada fase primordia tanaman dengan perlakuan D 0U0 menunjukan hasil emisi gas
dinitrogen oksida N2O tertinggi dengan nilai 0,13 mg/m2/hari . Pada fase generatif
tanaman dengan perlakuan kapur dolomit dengan dosis 10 ton/ha dan pupuk Urea
dengan dosis 250 kg/ha merupakan tanaman dengan emisi gas dinitrogen oksida
tertinggi kedua dengan nilai 0,13 mg/m2/hari dan pada pada fase produksi dengan
D1U0 merupakan tanaman dengan emisi gas N2O yang tertinggi dengan nilai 0,12
mg/m2/hari /hari.
Kata Kunci : Padi Gas Rumah Kaca, Pupuk Urea, Kapur Dolomit, Gambut, Emisi
Metana.
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI
Oleh:
Deka Lamsari
05101181621058
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Deka Lamsari
RIWAYAT HIDUP
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul “Pengaruh Pemberian Kapur Dolomit Dan Pupuk Urea Terhadap Emisi Gas
Dinitrogen Oksida (N2O) Pada Tanaman Padi (Oryza sativa) Di Tanah Gambut”
Penulis menyadari bahwa penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik atas
dukungan dan bantuan dari beberapa pihak terkait. Penulis mengucapkan terima kasih
sebesar besarnya kepada orang tua tercinta ibu dan bapak atas dukungan nasehat
kasih sayang serta doa yang paling beharga. Kepada kakak-kakak yang telah
memberikan dukungan moral maupun materil dan adikku tersayang yang selalu
menjadi motivasi utuk melaksanakan penulisan skripsi.
Ucapan terima kasih sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada dosen
Dosen pembimbingibu Dra. Dwi Probowati Sulistyani, M.Sdan Bapak Ir. Muh
Bambang Prayitno M.Agr, Sc. yang telah membimbing dan turut serta dalam
penulisan skripsi.
Ucapan terima kasih xie xie wo jia (ibu, bapak, jie jie (kakak), didi (adik) dan
keluarga besar Ilmu Tanah), han xie xie wo laoshi (terimakasih guru-guru), ni
pengyou (sahabatku Recin Chrisye dan Utari), han ta, xie xie dan mei yige gushi.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
dan masih banyak kekurangan. Maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun sebagai perbaikan kedepannya. Semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Deka Lamsari
DAFTAR ISI
Halaman
SKRIPSI........................................................................................................................1
SUMMARY...................................................................................................................3
RINGKASAN................................................................................................................4
LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................................5
PERNYATAAN INTEGRITAS....................................................................................6
RIWAYAT HIDUP.......................................................................................................7
KATA PENGANTAR...................................................................................................8
DAFTAR ISI.................................................................................................................9
DAFTAR TABEL.......................................................................................................11
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................12
DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................................13
BAB 1
BAB 2
2.4. Gas Rumah Kaca Dinitrogen Oksida (N2O).....Error! Bookmark not defined.
BAB 3
2.1. Gambut
Gambut merupakan tanah yang terbentuk dari bahan organik pada
fisiografi cekungan atau rawa, akumulasi bahan organik pada kondisi jenuh air,
kondisi anaerob yang menyebabkan proses perombakan bahan organik berjalan
sangat lambat, sehingga terjadi akumulasi bahan organik yang membentuk
tanah gambut (Muslihat, 2003).
Tanah gambut memiliki ciri khas rentan dengan perubahan (fragile),
Relatif kurang subur, dan kering tak dapat balik (irreversible). Tanah gambut
terbentuk dari akumulasi sisa-sisa tanaman purba yang mati dan sebagian
mengalami perombakan, mengandung minimal 12-18% C-Organik dengan
ketebalan minimal 50 cm, tanah gambut juga terbentuk dari hasil dekomposisi
bahan-bahan organik dalam keadaan anaerob (Hakim et al., 1986). Tanah
gambut juga bersifat masam, kemasaman gambut ini dipengaruhi oleh
kandungan asam asam organik yang terdapat pada koloid gambut. Tanah
gambut yang telah mengalami kekeringan, koloidnya akan rusak dan tidak bisa
mendukung ketahanan tanah gambut tersebut. Hal ini dikarenakan, tanah akan
memiliki sifat seperti pasir yang tidak dapat menahan air, dimana koloid
berperan penting dalam mengikat air. Selain itu, hara makro dan mikro pada
tanah gambut sangat sedikit tersedia, tingkat kemasaman yang tinggi dengan
nilai pH 4-5, serta rendahnya kejenuhan basa berkisar 60%. Tanah gambut
memiliki kadar air yang tinggi karena selalu tergenang, hal ini menyebabkan
bobot volume menjadi rendah, tanah menjadi lembek dan daya menahan
bebannya juga rendah.
Lahan gambut dapat menyimpan karbon sebesar 3.000 t ha -1.
Keragaman simpanan karbon dalam gambut ditentukan oleh kedalaman
gambut, kematangan gambut, bobot isi, kadar abu, dan vegetasi di atasnya
(Dariah et al., 2013). Simpanan karbon bersifat labil, adanya konversi lahan
gambut alami menjadi areal budidaya tanaman pertaniandapat menurunkan
kualitas gambut dan dapat merusak sifat fisik dan kimia gambut, penurunan
cadangan karbon, dan pelepasan gas-gas rumah kaca ke atmosfer (Hooijer et
al., 2014).
3.3.2.5. Pemberian Perlakuan Pupuk Urea dan Pupuk Dasar SP-36 dan
KCl
Pupuk Urea dilakukan dengan cara ditabur di atas permukaan tanah. Pupuk
Urea di berikan sebanyak 3 kali: 1/3 dosis di berikan saat awal tanam, 1/3 dosis
di berikan 4 mst, 1/3 dosis di berikan 7 mst.
Pemberian pupuk dasar dilakukan dengan cara ditabur diatas permukaan.
Pupuk SP-36 135 kg/ha (0,84375 g SP-36/tanaman) dan KCl 100 kg/ha (0,625 g
KCl/tanaman) dilakukan 1 kali saat awal tanam.
0.16
0.144
rata-rata nilai emisi gas N2O pada tanaman padi
0.14
0.13
0.121 0.119
0.12 0.114
0.11 0.111
0.105 0.106
0.1
U0 (0 kg/ha)
U2 (250 kg/ha)
0.06
0.04
0.02
0
D0 (0 ton/ha) D1 (10 ton/ha) D2 (15 ton/ha)
Dosis Pupuk
Gambar 4.1. Perbandingan rata-rata nilai emisi gas N2O pada tanaman padi yang
diberi perlakuan dosis kapur dolomit dan pupuk urea.
Berdasarkan gambar 4.1. Tanaman padi dengan emisi gas tertinggi pada
fase vegetatif dengan nilai 0,144 mg/m2/hari diproleh pada perlakuan dosis kapur
dolomit 15 ton/ha dan pupuk Urea 250 kg/ha (D2U2). Sedangkan hasil tanaman
padi dengan dosis perlakuan emisi gas dinitrogen oksida yang terendah yaitu
pada perlakuan kapur dolomit 0 ton/ha dan pupuk Urea 0 kg/ha (D0U0) dengan
nilai 0,105 mg/m2/hari. Hal ini disebabkan karena pada saat tanaman memasuki
fase vegetatif dimulai pada saat perkecambahan biji sampai primordia, pada awal
fase pertumbuhan ini N2O cenderung rendah karena hasil fotosintesis banyak
dimanfaatkan oleh tanaman untuk pertumbuhan awal sehingga eksudat yang
dihasilkan lebih sedikit. Peningkatan emisi N2O ditentukan oleh proses
denitrifikasi pada kondisi tanah anaerobic, yaitu reduksi NO 3 oleh
mikroorganisme menjadi N2O dan N2 dan proses nitrifikasi pada kondisi tanah
aerobic di mana terjadinya oksidasi NH4 oleh mikroorganisme menjadi NO2, lalu
diubah menjadi NO3. Dalam hal ini proses pelepasan N2O dari tanah ke udara
yang dipengaruhi oleh proses difusi dalam tanah dan kapasitas tanah untuk
konsumsi N juga menentukan emisi N2O di tanah sawah (Wihardjaka,2004)
0.12 0.119
0.118
0.116 0.116 D0 ( 0 Ton/ ha )
0.116
D1 ( 10 Ton/ha )
0.114 0.114 D2 (15 Ton/ha )
0.114 0.113 0.113
0.112
0.112
0.11
0.108
0.106
U0 (0 kg/ha) U1 (125 kg/ha) U2 (250 kg/ha)
Dosis Pupuk
Gambar 4.2. Perbandingan rata-rata nilai emisi gas N2O pada tanaman padi yang
diberi perlakuan dosis kapur dolomit dan pupuk urea.
Berdasarkan gambar 4.2. Tanaman padi dengan emisi gas tertinggi pada
fase primordia dengan nilai 0,122 mg/m2/hari diperoleh pada perlakuan dosis
kapur dolomit 0 ton/ha dan pupuk Urea 0 kg/ha (D 0U0). Sedangkan hasil tanaman
padi dengan dosis perlakuan emisi gas dinitrogen oksida yang terendah yaitu
pada perlakuan kapur dolomit 0 ton/ha dan pupuk Urea 0 kg/ha (D1U1) dengan
nilai 0,112 mg/m2/hari. Hal ini disebabkan karena pada saat tanaman memasuki
fase Primordia, produksi eksudat akar tanaman padi lebih aktif terjadi saat awal
fase pertumbuhan reproduktif terutama pada saat primordia bunga. Translokasi
hasil fotosintesis dari daun ke akar lebih optimal pada primordia bunga dan
sebagian besar akan ditranslokasikan ke dalam butir-butir gabah pada fase
pertumbuhan reproduktif Yoshida dalam Wihardjaka.,(2010). Eksudat akar
tersebut digunakan mikroba sebagai sumber energi atau substrat dalam
melakukan aktivitasnya, antara lain berupa bahan organik dan nitrat Sehingga
membuat emisi N2O yang dihasilkan akan menurun.
4.2.3. Emisi Dinitrogen Oksida N2O Pada Fase Generatif
Pada pola emisi gas dinitrogen oksida N2O pada fase generatif cendrung
menurun dibandingkan emisi gas dinitrogen oksida fase vegetatif dan fase
primordia pada tanaman padi. Hasil emisi gas dinitrogen oksida N2O.
0.126
0.125 0.125
rata-rata nilai emis gas N2O pada tanaman padi
0.124 0.124
0.124
0.122 0.122
0.122
0.12
0.119 U0 (0 kg/ha)
U1 (125 kg/ha)
0.118 0.118
0.118 U2 (250 kg/ha)
0.116
0.114
D0 (0 ton/ha) D1(10 ton/ha) D2(15ton/ha)
Dosis Pupuk
0.121
0.12
0.12
0.119 0.1190.119
0.119
padi
0.118
0.117 0.117 U0(0 kg/ha)
0.117
0.116 0.1160.116 U1(125kg/ha)
0.116
U2( 250kg/ha)
0.115
0.114
D0 D1 D2
Dosis pupuk
Gambar 4.4. grafik fluks emisi gas dinitrogen oksida N2O pada fase produksi .
Berdasarkan gambar 4.4. yang diatas menunjukkan bahwa tanaman padi pada
fase produksi dengan D1U0 merupakan tanaman dengan emisi gas N2O yang tertinggi
dengan dosis perlakuan kapur dolomit 10 ton/kg dan pupuk urea dengan dosis 0 kg/ha
dengan nilai 0,120 mg/m2/hari /hari. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya aktivitas
bakteri nitrifiksasi dan denitrifiksasi akibat pengairan tergenang kering secara
bergantian. Pemupukan dan pengairan adalah dua faktor yang paling penting dari
proses nitrifiksasi dan denitrifiksasi dalam tanah. Kedua proses tersebut akan
menghasilkan emisi GRK dalam bentuk N2O. Distribusi dan jumlah air yang masuk
kedalam tanah akan berpengaruh langsung terhadap proses denitrifiksasi, (Martin et
al., 2010). Karena hal tersebut menentukan kondisi tanah apakah keadaan aerob atau
anerob. Nitrifiksasi dianggap merugikan karena proses nitrifiksasi akan menurunkan
efisiensi pemupukan N dan sebagai awal penyebab pencemaran nitrat pada air tanah
dan perairan serta emisi gas rumah kaca (Andari,2012). Kondisi tanah yang anaerob
(tergenang) yang diikuti oleh aerob (drainase) dapat menurunkan emisi CH 4 tapi dapat
meningkatkan emisi N2O.
Hasil dari penelitian diatas dilihat pada perlakuan terendah pada perlakuan
D2U1 dan D2U2 memperoleh nilai yang sama yaitu 0,16 mg/m2/hari . Hal ini
disebabkan……
0.144
0.13
0.121 0.122 0.1240.1240.125 0.1250.1220.122
0.119 0.120.1190.119
0.114 0.1160.119 0.1160.1130.113 0.1140.1120.114
0.1190.1180.118 0.1190.1170.116 0.1170.1160.116
0.110.111
0.105 0.106
D0 D1 D2 D0 D1 D2 D0 D1 D2 D0 D1 D2
Vegetatif Primordia Generatif Produksi
Gambar 4.5.Emisi Gas Dinitrogen Oksida N2O Selama Fase Pertumbuhan Tanaman Padi.
Berdasarkan gambar 4.6. Dinamika emisi gas dinitrogen oksida N 2O sangat
bervariasi selama fase pertumbuhan tanaman padi. Hasil pola fluks N 2O menunjukan
bahwa pola pertumbuhan tanaman padi menghasilkan emisi yang tertinggi di awal
pertumbuhan saat fase vegetatif dan cenderung turun selama pertumbuhan hingga
mencapai fase pemasakan. Penurunan emisi gas dinitrogen oksida N 2O selama
pertumbuhan tanaman padi di pengaruhi oleh tingkat dekomposisi tanah gambut yang
telah di beri perlakuan kapur dolomit dan pupuk Urea, dan emisi yang tertinggi gas
dinitrogen oksida N2O yang dikeluarkan oleh tanaman padi yaitu terdapat pada fase
vegetatif dengan perlakuan kapur dolomit 15 ton/ha dengan kombinasi dosis pupuk
Urea 250 kg/ha dengan nilai 0,14 mg/m2/hari /hari.
Faktor pemupukan dengan dosis tinggi meningkatkan resiko pembentukan
emisi gas dinitrogen oksida (N2O). Menurut Andari (2015), sumber utama emisi gas
N2O adalah pemakaian pupuk N (Urea) yang tidak tepat sasaran untuk kebutuhan
tanaman, hal ini dapat diartikan pula bahwa proses pembentukan N2O akan dihambat
apabila pupuk Urea yang diberikan tepat pada waktunya.
Pada tabel 4.3. dapat dilihat bahwa pH airpada setiap fase emisi gas dinitrogen
oksida mengalami penurunan dan kenaikan yang cukup signifikan. Pada fase
vegetatif, dapat dilihat bahwa nilai pH yang tertinggi yaitu pada perlakuan
D3U2sebesar 5,59. Pada fase primordia, nilai pH yang tertinggi yaitu pada perlakuan
D1U2 sebesar 5,47. Pada fase generatif, dapat dilihat bahwa nilai ph yang tertinggi
yaitu pada perlakuan D2U2 sebesar 4,50. Pada fase produksi dapat di lihat bahwa nilai
pH air yang tertinggi yaitu pada perlakuan D1U2 sebesar 5,03.
Pada fase produksi, dapat di lihat bahwa nilai pH air yang mengalami peningkatan
dengan nilai rata-rata sebesar 4,98 dikarenakan kenaikan pH juga dipengaruhi oleh
bahan-bahan yang terdapat dalam amelioran (Wahyudi, 2009). Tidak semua unsur
hara mampu tersedia pada pH yang sama, untuk itu nilai pH cenderung
mempengaruhi ketersediaan unsur hara tertentu. Salah satu contohnya adalah unsur N
yang dapat menurun apabila pH terlalu tinggi, sedangkan unsur P dapat meningkat.
Tentunya hal ini juga mempengaruhi ketersediaan hara yang akan diserap digunakan
pada bagian atas tanaman seperti daun (Subandi et al., 2015).
Berdasarkan tabel 4.4. di atas dapat dilihat bahwa nilai EC air pada fase
vegetatifyang tertinggi di dapat pada perlakuan D1U0 dengan nilai 0,28 dS/m. Pada
fase vegetatif diperoleh nilai rata-rata yaitu sebesar 0,19dS/m. Pada fase primordia
EC air mengalami penurunan yang sangat terlihat jelas, pada fase ini diperoleh nilai
rata-rata yaitu sebesar 0,12 dS/m, pada fase generatif dan fase produksi dapat
diperoleh dengan nilai rata- rata 0,10 dS/m. Dikarenakan tingkat salinitas ini
tergolong “Non Salin” yang berarti garam terlarut sangat rendah. Dalam kondisi ini
pengaruh kadar garam terlarut terhadap tanaman dapat diabaikan. Secara umum
tanaman dapat terhambat proses pertumbuhannya apabila garam terlarut terlalu
tinggi. Plasmolisis dapat terjadi pada bagian tanaman yang tergenang air dan
menyebabkan cairan dalam sel tanaman itu keluar dari tanaman, akhirnya tanaman
mengalami dehidrasi (Thohiron dan Prasetyo, 2012).
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan yaitu sebagai
berikut:
1. Emisi gas dinitrogen oksida mengalami fluktasi dimana terjadinya
peningkatan awal pertumbuhan pada fase vegetatif tanaman padi dan
mengalami penurunan pada fase primordia hingga pada fase produksi tanaman
padi.
2. Tanaman padi dengan dosis perlakuan kapur dolomit 15 ton/ha dan pupuk
Urea 250 kg/ha (D2U2) merupakan tanaman padi dengan emisi gas tertinggi
pada fase vegetatif dengan nilai 0,14 mg/m2/hari .
3. Nilai pH air yang tertinggi dapat dilihat yaitu pada perlakuan D3U2 sebesar
5,59 dan Nilai pH air yang terendah dengan nilai rata-rata sebesar 4,98
dikarenakan kenaikan pH juga dipengaruhi oleh bahan-bahan yang terdapat
dalam ameliorant
4. Nilai EC air pada fase vegetatif yang tertinggi di dapat pada perlakuan D1U0
dengan nilai 0,28 dS/m.
5.2. Saran
Berdasrkan penelitian, untuk menekan emisi gas N2O yang dihasilkan pada
tanaman padi di tanah gambut sebaiknya dilakukan pemberian dosis pupuk Urea
yang tepat agar sesuai dengan kebutuhan tanaman dan penambahan bahan bahan
penghambat proses nitrifiksasi dan denitrifiksasi yang mampu meminimalkan
kehilangan unsur hara N di udara. Harapanya penelitian mengenai emisi gas N 2O
di tanah gambut perlu dilakukan secara berkelanjutan sertaadanya penambahan
parameter yang akan diamati.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, F., dan Subiksa,I.G.M. 2008. Lahan Gambut: Potensi untuk Pertanian dan
Aspek Lingkungan. Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Centre
(ICRAF), Bogor, Indonesia.
Ardjakusuma, S., Nuraini, dan Somantri, E. 2001. “Teknik Penyiapan Lahan Gambut
Bongkor untuk Tanaman Hortikultura”, Buletin Teknik Pertanian 6 (1): 3–6.
BB Litbang SDLP. 2011. Peta Lahan Gambut Indonesia. Edisi Desember 2011.Balai
Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian.Jakarta
Cicerone, R.J. 1987. Changes in Stratospheric Ozone. Sciences 237 : 35-42. R.J.
1989. Analysis of Sources and Sink of Atmospheric Nitrous Oxide (N2O).
J. Geophys. Res. 94: 1825–1827.
Dariah, A., Susanti, E dan Agus., F. 2011. Simpanan Karbon dan Emisi CO2 Lahan
Gambut. Pengelolaan Lahan Gambut Berkelanjutan. Bogor: Balai Penelitian
Tanah.
Darpita, S.D.K., Starinda E.A. dan Ardhiani, C., 2011. Profil Hidrolisis Urea pada
Berbagai Jenis Tanah. Jurnal Saintifika, [online], 3 (1), 55-60.
Forster, P., Ramaswamy, V., dan Artaxo 2007. “Changes in Atmospheric
Constituents and in Radiative Forcing” dalam Solomon, S., Qin, D., Manning,
M., Chen, Z., Marquis, M., Averyt, K.B., Tignor, M., dan Miller, H.L. (ed.),
Climate Change 2007: The Physical Science Basis, Cambridge: Cambridge
University Press. Harsono
Hartatik, W., I G.M. Subiksa, dan Ai Dariah. 2011. Sifat kimia dan fisika lahan
gambut. Hlm. 45-56. Dalam Neneng L. Nurida, A. Mulyani, dan F. Agus
(Eds.). Pengelolaan Lahan Gambut Berkelanjutan. Balai Penelitian Tanah.
Bogor
Hayatsu, M., Tago, K. dan Saito, M., 2008. Various Players in The Nitrogen Cycle:
Diversity and Functions of The Microorganisms Involved in Nitrification and
Denitrification. Soil Science and Plant Nutrition. 54, 33–45.
Hutabarat, Lusida. 2001. Emisi Nitrous Oksida (N2O) Pada Berbagai Tipe
Penggunaan Lahan di Kuamang Kuning, Provinsi Jambi. Skripsi.
Fakulktas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian
Bogor.
Hooijer, A., S.E. Page, J. Jauhiainen, W. Lee, Idris, dan G. Anshari. 2014. Subsidence and
carbon loss in drained tropical peatlands. Biogeosciences 9:1053-1071.
Nugroho, W.S., 2015. Penetapan Standar Warna Daun Sebagai Upaya Identifikasi
Status Hara (N) Tanaman Padi (Oryza sativaL.) pada Tanah Regosol.Planta
Tropika Journal of Agro Science [online], 3 (1), 8-15.
Nariratih, I., Damanik, M.M.B. dan Sitanggang, G., 2013. Ketersediaan Nitrogen
pada Tiga Jenis Tanah Akibat Pemberian Tiga Bahan Organik dan
Serapannya pada Tanaman Jagung.Jurnal Online Agroekoteknologi [online], 1
(3), 479-487.
Noor, M., Masganti, dan F. Agus. 2015. Pembentukan dan karakteristik gambut
Indonesia. Dalam Agus et al. (Eds.). Lahan Gambut Indonesia: Pembentukan,
Karakteristik, dan Potensi Mendukung Ketahanan Pangan. IAARD Press.
Hlm 7-32.
Radjaguguk, dan Bostang. 2000. “Perubahan Sifat Sifat Fisik Dan Kimia Tanah
Gambut Untuk Pertanian.” Ilmu Tanah Dan Lingkungan 2(1):1–15.
Rahmayuni, E. dan Rosneti, H., 2017. Kajian Beberapa Sifat Fisika Tanah pada Tiga
Penggunaan Lahan di Bukit Batabuh. Jurnal Agrosains dan Teknologi
[online], 2 (1), 1-11.
Riwandi, Prasetyo, Hasanudin dan Cahyadinata, I., 2017. Bahan Ajar Kesuburan
Tanah dan Pemupukan. Bengkulu: Yayasan Saahabat Alam Rafflesi.
Sabiham, S., Wahyunto, Nugroho, Subiksa dan Sukarman, 2008. Laporan Tahunan
2008. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan
Pertanian, Bogor.
Utomo, M., Sudarsono, Rusman, B., Sabrina, T., Lumbanraja, J. dan Wawan. 2016.
Ilmu Tanah Dasar-Dasar Pengelolaan. Jakarta : Prenada Media Group.
Wirdjaksa., 2010. Microbial metabolism in rice soil. Dalam : Soil and Rice. International Rice
Research Institute. Los Banos, Philippines. 445-463.
Widjaja Adhi IPG., Nugroho K, Suriadikarta DA., dan Karama AS. 1992. Sumber
Daya Lahan Rawa: Potensi, keterbatasan dan pemanfaatan. Di dalam:
Partoharjono S dan Syam M. Risalah Pertemuan Nasional Pengembangan
Pertanian Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak ; Cisarua, 3-4 Mar 1992.
Bogor: Puslitbangtan. 19-38.
Yanti, S.E,F., Masrul, E. dan Hannum, H.,2014. Pengaruh Berbagai Dosis dan Cara
Aplikasi Pupuk Urea terhadap Produksi Tanaman Sawi (Brassica juncea L.)
pada Tanah Inceptisol Marelan. Jurnal Agroekoteknologi [online], 2 (2), 770-
780.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Bagan Penelitian
1 2 3 4
D1U1 (2) D1U1 (2) D1U1 (2) D1U1 (2)
D2U2 (1) D2U2 (1) D2U2 (1) D2U2 (1)
D0U0 (2) D0U0 (2) D0U0 (2) D0U0 (2)
D0U2 (3) D0U2 (3) D0U2 (3) D0U2 (3)
D1U0 (1) D1U0 (1) D1U0 (1) D1U0 (1)
D2U1 (1) D2U1 (1) D2U1 (1) D2U1 (1)
D0U1 (3) D0U1 (3) D0U1 (3) D0U1 (3)
D2U0 (2) D2U0 (2) D2U0 (2) D2U0 (2)
D1U2 (2) D1U2 (2) D1U2 (2) D1U2 (2)
D1U0 (3) D1U0 (3) D1U0 (3) D1U0 (3)
D0U2 (1) D0U2 (1) D0U2 (1) D0U2 (1)
D1U1 (1) D1U1 (1) D1U1 (1) D1U1 (1)
D2U1 (2) D2U1 (2) D2U1 (2) D2U1 (2)
D0U0 (3) D0U0 (3) D0U0 (3) D0U0 (3)
D1U2 (3) D1U2 (3) D1U2 (3) D1U2 (3)
D2U0 (1) D2U0 (1) D2U0 (1) D2U0 (1)
D2U2 (2) D2U2 (2) D2U2 (2) D2U2 (2)
D0U1 (2) D0U1 (2) D0U1 (2) D0U1 (2)
D0U0 (1) D0U0 (1) D0U0 (1) D0U0 (1)
D1U1 (3) D1U1 (3) D1U1 (3) D1U1 (3)
D2U1 (3) D2U1 (3) D2U1 (3) D2U1 (3)
D0U1 (1) D0U1 (1) D0U1 (1) D0U1 (1)
D2U0 (3) D2U0 (3) D2U0 (3) D2U0 (3)
D0U2 (2) D0U2 (2) D0U2 (2) D0U2 (2)
D1U2 (1) D1U2 (1) D1U2 (1) D1U2 (1)
D1U0 (2) D1U0 (2) D1U0 (2) D1U0 (2)
D2U2 (3) D2U2 (3) D2U2 (3) D2U2 (3)
Keterangan :
D = Kapur Dolomit
D0= 0 Ton ha-1
D1= 10 Ton ha-1( 25 gram dolomit per pot)
D2= 15 Ton ha-1(37,5 gram dolomit per pot)
U = Pupuk Urea
U0= 0 Kg ha-1
U1= 125Kg ha-1 ( 0,78125 gram Urea per tanaman )
U2= 250 Kg ha-17( 1,5625 gram Urea per tanaman )
Lampiran7.Foto Penelitian