Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 20

MONOPOLI TRANSPORTASI HAJI OLEH PEMERINTAH

MONOPOLY OF HAJJ PILGRIM TRANSPORTATION BY THE


GOVERNMENT

Bq. Raehanun Ratnasari


Kasubag Perencanaan dan Keuangan Kanwil Provensi Nusa Tenggara Barat
Email : anungratna@yahoo.com
Naskah diterima : 19/09/2013; direvisi : 09/09/2013; disetujui : 20/10/2013

Abstract
Implementation of the Hajj is regulated in Law No. 13 of 2008 concerning the organization of the
pilgrimage. This law provide legal certainty for the citizens of the State of Indonesia (WNI) who
wish to perform the pilgrimage in the holy land of Mecca with a system setup and management
implementation. This monopoly is conducted by the Ministry of Religion is a form of monopoly by
law. On Presidential Decree number 70 of 2012 on the procurement of goods or services still relied
upon by the religious ministry of the republic of Indonesia in Hajj transportation procurement
by the government through a public tender process and the law, socio- legal approach empirical
through legislation. There are many factors which become obstacle in the implementation of the
transport Hajj like structure where the lack of specialized agencies authorized to manage funds
Hajj , the substance is not harmony factor . The lack of knowledge about the pilgrims in the
field of aviation technology that can interfere with the process of implementation transportation
pilgrims. Implementation of transport Hajj performed by the government based on a presidential
regulation on procurement of goods and services through a public tender process, but in terms of
implementation remain guided in Law No. 13 of 2008 concerning the organization of the Hajj
Keywords : Monopoly, Transportation, Pilgrimage

Abstrak
Penyelenggaraan ibadah haji ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008
tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji. Memberikan suatu kepastian hukum bagi Warga
Negara Indonesia (WNI) yang ingin menunaikan ibadah haji di tanah suci Makkah dengan
pengaturan suatu sistem dan manajemen penyelenggaraannya. Monopoli yang dilakukan
oleh Kementerian Agama adalah bentuk monopoli by law, Peraturan Presiden Nomor 70
Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa tetap dijadikan dasar oleh Kementerian Agama
Republik Indonesia dalam pengadaan transportasi haji oleh pemerintah melalui proses
pelelangan umum dan Undang-Undang tersebut, pendekatan sosio legal empiris melalui
peraturan perundang-undangan. Terdapat faktor-faktor yang menjadi kendala dalam
pelaksanaan transportasi haji seperti struktur di mana belum adanya lembaga khusus
yang berwenang untuk mengelolah dana haji, faktor substansi adalah belum harmonisnya.
Minimnya pengetahaun jamaah haji tentang teknologi di bidang penerbangan yang dapat
menganggau proses pelaksanaan transportasi jamaah haji. Pelaksanaan transportasi haji
oleh pemerintah dilakukan berdasarkan Peraturan Presiden tentang Pengadaan Barang
dan Jasa melalui proses pelelangan umum, akan tetapi dalam hal pelaksanaannya tetap
berpedoman pada Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah
Haji.
Kata Kunci : Monopoli, Transportasi, Ibadah Haji.

Kajian Hukum dan Keadilan 464 IUS


Bq. Raehanun Ratnasari | Monopoli Transportasi Haji Oleh Pemerintah .........................................
PENDAHULUAN nirbala yang berarti bahwa penyelengga-
Ibadah Haji adalah rukun Islam kelima raan ibadah haji di lakukan secara terbuka
setelah syahadat, salat, zakat dan puasa yang dan dapat di pertanggung jawabkan secara
wajib dilaksanakan oleh setiap orang Islam etik dan hukum dengan prinsip tidak men-
yang memenuhi syarat istitaah, baik secara cari keuntungan. Dan terakhir “asas keadi-
finansial, fisik, maupun mental dan meru- lan” yang telah di jalankan oleh pemerintah
pakan ibadah yang hanya wajib di lakukan Indonesia yaitu penyelenggaraan ibadah
sekali seumur hidup. Ibadah haji adalah haji yang berpegang pada kebenaran, tidak
bentuk ritual tahunan yang dilaksanakan berat sebelah, tidak memihak dan tidak
kaum muslim sedunia dengan berkunjung sewenang-wenang dalam penyelenggaraan
dan melaksanakan beberapa kegiatan di ibadah haji.2
beberapa tempat di Arab Saudi pada suatu Adapun penyelenggaraan ibadah haji ini
waktu yang dikenal sebagai musim haji diatur dalam Undang-Undang No. 13 Ta-
(bulan Dzulhijjah). Hal ini berbeda den- hun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah
gan ibadah umrah yang bisa dilaksanakan Haji. Maka dengan adanya Undang-Undang
sewaktu-waktu. No. 13 Tahun 2008 memberikan suatu
Keutamaan ibadah haji bagi seorang kepastian hukum bagi Warga Negara Indo-
dapat pula dilihat dari hadist Rasulullah: nesia (WNI) yang ingin menunaikan ibadah
”satu umrah ke umrah yang lain menjadi haji di tanah suci Makah dengan mengatur
penebus dosa yang dilakukan diantara ked- suatu sistem dan manajemen penyelengga-
uanya, dan haji mabrur tidak ada ganja- raan haji agar berjalan dengan aman, tertib,
rannya kecuali surga”. 1 Begitu besar keuta- lancar dengan menjunjung tinggi semangat
maan ibadah ini sehingga tidak heran apa- keadilan, transparansi dan akuntabilitas.
bila umat muslim tidak segan-segan menge- Kepastian hukum tersebut termasuk di-
luarkan biaya dan berusaha sekuat tenaga dalamnya adalah tersedianya transportasi
untuk melaksanakannya. haji yang memadai dalam penyelenggaraan
Dalam upaya meningkatkan penyeleng- ibadah haji. Namun seringkali dalam prak-
garaan Ibadah Haji, pemerintah Indonesia tik terjadi persaingan monopoli dan per-
mengacu pada tiga asas sebagai dasar dari saingan usaha tidak sehat.
penyelenggaraan Ibadah Haji. Pertama Meskipun persaingan usaha sebenar­
adalah “asas profesionalisme” yang telah nya merupakan urusan antar pelaku usa-
di laksanakan oleh pemerintah Indonesia ha, di mana pemerintah tidak perlu ikut
yaitu dengan pengelolaan ibadah haji yang campur, namun untuk dapat terciptanya
di kelola secara profesional dengan jalan aturan main dalam persaingan usaha, maka
mempertimbangkan dan memilih calon pe- pemerintah perlu ikut campur tangan un-
nyelenggara haji sesuai dengan kemapuan tuk melindungi konsumen. Karena bila hal
dan keahlian yang dimiliki oleh setiap in- ini tidak dilakukan maka tidak menutup
dividu tersebut. Kedua “asas akuntabili- kemungkinan akan terjadi persengkongko-
tas dengan prinsip nirlaba” yang telah di lan (kolusi) antar pelaku bisnis yang akan
jalankan oleh pemerintah Indonesia yaitu menjadikan inefisiensi ekonomi, yang pada
penyelenggaraan ibadah haji yang di kelola akhirnya konsumenlah yang akan menang-
secara akuntabel dengan mengedepankan gung beban yaitu membeli barang atau jasa
kepentingan jamaah haji dengan prinsip dengan harga dan kualitas yang kurang me-
madai.
1
Hadist Rasulullah HR. Malik, Al-Bukhari, Muslim,
At-Tirmidzi, An-Nasa-i dan Ibnu Majah). Lihat Shahih 2
Achmad Nidjam dan Alatief Hanan, Manajemen
at-Targhiib No. 1096. ) Haji, Knowledge Workes, Jakarta, 2001, hlm.2

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 465


Jurnal IUS | Vol I | Nomor 3 | Desember 2013 | hlm, 464~483

Pada tanggal 5 Maret 1999 telah diundan- maah haji, di atur dalam Pasal 7 huruf e UU
gkan Undang-undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2008, yaitu: “Jamaah Haji
No.5 Tahun 1999 tentang Larangan Prak- berhak memperoleh pembinaan, pelayanan
tek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak dan perlindungan dalam menjalankan Iba-
Sehat (Undang-undang Anti Monopoli). dah Haji, berupa pelayanan dan perlindun-
gan dalam hal transportasi.”
Pasal 3 Undang-undang tersebut me­
nyatakan bahwa tujuan pembentukan Adapun pelaksaan transportasi diatur
Undang-undang ini adalah untuk : 3 lebih lanjut dalam Pasal 33 sampai 35 UU
No. 34 Tahun 2009, yaitu:
a. Menjaga kepentingan umum dan mening-
katkan efisiensi ekonomi nasional sebagai “ Pada Pasal 33 ayat (1) UU No. 13 Ta-
salah satu upaya untuk meningkatkan ke- hun 2008 disebutkan bahwa Pelayanan
sejahteraan rakyat; Transportasi Jamaah Haji ke Arab Saudi
dan pemulangannya ke tempat embar-
b. Mewujudkan iklim usaha yang kondusif
kasi asal di Indonesia menjadi tanggung
melalui persaingan usaha yang sehat
jawab Menteri dan berkoordinasi dengan
­sehingga menjamain adanya kepastian ke-
menteri yang ruang lingkup tugas dan
sempatan berusaha yang sama bagi pelaku
tanggung jawabnya di bidang perhubun-
usaha besar, pelaku usaha menengah dan
gan.”
pelaku usaha kecil;
Hal tersebut dapat dilihat dalam Pasal
c. Mencegah praktek monopoli atau praktek
34 dan 35 Undang-Undang No. 13 Tahun
usaha tidak sehat yang ditimbulkan oleh
2008, yaitu:
pelaku usaha;
Pasal 34 menyebutkan Penunjukan
d. Terciptanya efektifitas dan efisiensi dalam
pelaksana Transportasi Jamaah Haji di-
kegiatan usaha
lakukan oleh Menteri dengan memperhati-
Sehubungan dengan lahirnya Undang- kan aspek kemananan, keselamatan, kenya-
Undang No.5 tahun 1999 maka Indonesia manan dan efisiensi. Pasal 35 menyebutkan
harus menata kembali kerangka pereko- Transportasi Jamaah Haji dari Daerah asal
nomiannya, yang selama 32 tahun terpola ke embarkasi dan dari debarkasi ke daerah
seperti yang diinginkan oleh Pemerintah asal menjadi tanggung jawab pemerintah
Orde Baru, di mana perekonomian Indo- Daerah.
nesia bergantung sepenuhnya pada kebi-
Dalam hal ini harus tetap diperhatikan
jakan penguasa pada saat itu. Dari sistem
suatu perlindungan terhadap jamaah haji
perekonomian yang monopolistik harus
sesuai dengan yang telah ditentukan oleh
diubah menjadi sistem perekonomian yang
Undang-Undang No. 13 Tahun 2008, yai-
mengikuti arus persaingan atau ekonomi
tu perlindungan mulai dari sebelum pem-
pasar bebas sesuai dengan arus globalisasi
berangkatan, pemberangkatan dan kembali
perekonomian dunia, di mana pada tahun
ke tanah air. Secara gramatikal ”perlindun-
2003 akan muncul era perdagangan bebas.
gan” berasal dari kata ”lindung” yang berar-
Terkait dengan pemberian pelayanan ti mendapatkan dirinya di bawah sesuatu
dan perlindungan jamaah haji dalam hal supaya jangan kelihatan. Arti perlindungan
transportasi yang digunakan baik pada saat adalah segala upaya yang dilakukan untuk
pemberangkatan maupun pemulangan ja- melindungi subyek tertentu, juga dapat di-

3
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 ten-
tang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat.

466 IUS Kajian Hukum dan Keadilan


Bq. Raehanun Ratnasari | Monopoli Transportasi Haji Oleh Pemerintah .........................................
artikan sebagai tempat berlindung dari se- dan menghindari praktek persaingan usa-
gala sesuatu yang mengancam.4 ha yang tidak sehat. Ditegaskannya bahwa
monopoli pengadaan angkutan jamaah
Selain persoalan mengenai perlindungan
haji oleh Garuda melalui penunjukan lang-
jamaah haji selaku konsumen tersebut juga
sung oleh Menteri Agama merugikan calon
terdapat berbabagi persoalan diantaranya
­jamaah haji.
Kementerian Agama seharusnya meng­
hentikan penunjukan langsung pelaksanaa Penunjukan langsung tanpa proses le-
transportasi jamaah haji mulai penyeleng- lang umum, tarif penerbangan yang ha-
garaan haji tahun 2012/1433 H., terutama rus dibayar jamaah berpotensi lebih mahal
dalam proses pengadaan pesawat haji ha- karena tidak adanya harga pembanding atas
rus sesuai dengan mekanisme pelelangan pengajuan kontrak penawaran transpor-
umum dan mengacu pada Peraturan Pres- tasi udara yang selama ini ditunjuk Men-
iden No. 54 tahun 2010 sebagaimana telah teri Agama. Jika proses pengadaan pesawat
diubah dengan Peraturan Presiden No. 70 peng­ angkut calon jamaah haji dilakukan
Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang/ melalui proses lelang terbuka, harga, dan
Jasa Pemerintah. pelayanan penerbangan haji akan menjadi
lebih kompetitif. Jangka waktu proses pen-
Kondisi tersebut sebagaimana yang ter-
gadaan pesawat haji yang terlalu singkat se-
cantum dalam laporan KPK ke Komisi VIII
tiap tahun, antara 3-4 bulan dijadikan alasan
yang menemukan sejumlah permasalahan
untuk penunjukan langsung oleh Menteri
dalam pengadaan pesawat haji selama ini.5
Agama. Selain itu, Pasal 34 Undang-Undang
Selain pengadaan pesawat haji yang tidak
No 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
melalui proses lelang umum, dalam laporan
Haji yang memberikan keleluasaan kepada
KPK itu juga ditemukan tidak ada perkiraan
Menteri Agama untuk menunjuk pelaksana
biaya haji yang seharusnya dibuat oleh pa-
transportasi jamaah haji juga dijadikan alat
nitia pengadaan transportasi udara Ditjen
untuk melegitimasi penunjukan langsung
Penyelenggaraan Haji dan Umroh (PHU).
pelaksana transportasi jamaah haji meski
Selama ini pelayanan pemberangkatan haji
Pasal ini bertentangan dengan peraturan
dimonopoli oleh PT Garuda Indonesia. Hal
perundang-undangan yang lainnya.
ini bertentangan dengan Undang-Undang
No 1 tahun 2009 tentang Penerbangan Berdasarkan uraian di atas dapat dili-
yang secara tegas melarang praktik monop- hat bahwa, transportasi haji yang dilaku-
oli dalam penyelenggaraan penerbangan. kan oleh pemerintah merupakan suatu
Di sisi lain, penunjukan langsung untuk tindakan monopoli sehingga menimbulkan
pengadaan pesawat haji ini juga bertentan- tingginya biaya haji di Indonesia, Peraturan
gan dengan Perpres No 70 tahun 2012 ten- Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang
tang Pengadaan Barang/jasa Pemerintah. Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dapat
Berdasarkan Pasal 2 dan Pasal 3 Undang- dijadikan dasar keberlakuan suatu kebi-
Undang No 1 tahun 2009, penyelenggaran jakan dalam pelaksanaan transportasi haji,
penerbangan di antaranya berdasarkan asas sehingga perlu dicermati. Faktor-faktor apa
keadilan, keterbukaan dan anti monop- yang menjadi kendala dalam pelaksanaan
oli untuk mewujudkan penyelenggaraan transportasi haji serta solusinya. Dari po-
penerbangan yang tertib, teratur, selamat, kok permasalahn tersebut dimaksudkan
aman, nyaman, dengan harga yang wajar, agar tulisan ini tidak menyimpang dari
pokok permasalahan yang dikaji yaitu mo-
4
Marwan Mas, Pengantar Ilmu Hukum, Ghalia In- nopoli haji oleh pemerintah, pelaksanaan
donesia, Jakarta, 2004, hlm. 74
5
Varia Keadilan, Transparansi Penyelenggaraan Iba- perlindungan hukum konsumen terhadap
dah Haji, Jakarta, 2002, hlm. 5

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 467


Jurnal IUS | Vol I | Nomor 3 | Desember 2013 | hlm, 464~483

transportasi haji berdasarkan peraturan kewajibannya agar dapat melaksanakan


perundang-undangan yang berlaku serta ibadah haji sesuai dengan tuntunan syariah
dasar pemberlakuan kebijakan dalam ten- dan pelaksanaannya dapat berjalan dengan
der transportasi haji. aman dan nyaman.
Kajian ini menggunakan pendekatan Pemerintah berkewajiban untuk terus
Hukum normatif empiris , di mana kajian meningkatkan kualitas pelayanan penye-
hukum normative empiris yaitu yang di- lenggaraan haji dalam berbagai bidang ter-
lakukan terhadap asas-asas hukum, kaedah- masuk di dalamnya transportasi udara yang
kaedah hukum dalam arti nilai (norm), per- akan mengangkut jamah haji dari Indone-
aturan hukum konkrit dan sistem hukum6, sia ke Arab Saudi dan dari Arab Saudi ke
yang berhubungan dengan materi yang Indonesia.
diteliti berkaitan dengan monopoli trans-
Transportasi udara haji merupakan
portasi haji oleh pemerintah. Serta
salah satu tonggak penyangga yang sangat
mengkaji pelaksanaan atau implemen- berpengaruh dalam suksesnya penyelengga-
tasi ketentuan hukum positif dan kontrak raan haji. Salah satu tolok ukur keberhasi-
secara faktual pada setiap peristiwa hukum lan penyelenggaraan haji adalah seluruh
tertentu. Pengkajian tersebut bertujuan jam’ah haji yang telah melunasi dapat dib-
umtuk memastikan apakah hasil penerapan erangkatkan dan dipulangkan dengan sela-
pada peristiwa hukum in concreto itu se­ mat, aman dan nyaman, selain itu juga ket-
suai atau tidak dengan ketentuan undang-­ ersediaan fasilitas penunjang bagi Jamaah
undang atau kontrak. seperti pelayanan kesehetan, penginapan
dan juga ketersediaan transportasi, yang
PEMBAHASAN memadai.

1.
Pelaksanaan Transportasi Haji oleh Transportasi jamaah haji dari Indone-
Pemerintah sia ke Arab Saudi dan dari Arab Saudi ke
Indonesia menggunakan sistem charter
Penyelenggaraan ibadah haji merupakan dengan memperhatikan aspek kemanan,
tugas nasional dan merupakan rangkaian keselamatan, kenyamanan, dan efisiensi.
kegiatan yang beragam, serta melibatkan Pelaksana Transportasi Udara merupakan
banyak pihak dan orang, mengelolah dana wewenang Menteri Agama setelah berkoor-
masyarakat, dilaksanakan dalam rentang dinasi dengan menteri yang ruang lingkup
waktu yang panjang di dalam negeri dan tugas dan tanggung jawabnya di bidang per-
Arab Saudi, sehingga memerlukan kerjasa- hubungan udara. Hal tersebut sebagaimana
ma yang erat dan koordinasi yang dekat, yang tercantum dalam Pasal 33 Ayat (1)
manajemen yang baik dan penanganan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008
yang cermat serta dukungan sumber daya tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji yang
manusia yang handal dan amanah. berbunyi : “Pelayanan Transportasi Jamaah
Dalam rangka mewujudkan akuntabili- Haji ke Arab Saudi dan pemulangannya ke
tas publik, penyelenggaraan haji harus di- tempat embarkasi asal Indonesia m ­ enjadi
laksanakan dengan mengedepankan prin- tanggung jawab Menteri dan Berkoor­
sip efektifitas, efisiensi, keadilan dan pro- dinasi dengan menteri yang ruang lingkup
fesionalitas. Penyelenggaraan ibadah haji tugas dan tanggung jawabnya di bidang
­
harus dikelolah dengan mengutamakan ke- ­perhubungan “.
pentingan jama’ah sesuai dengan hak dan Berkaitan dengan hal tersebut dan dalam
6
Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum, Liber- rangka melaksanakan Peraturan Pemerin-
ty, Yogyakarta, 2004,hlm. 29.

468 IUS Kajian Hukum dan Keadilan


Bq. Raehanun Ratnasari | Monopoli Transportasi Haji Oleh Pemerintah .........................................
tah Nomor 79 Tahun 2012 tentang Pelak- b. Polonia, Medan (MES)
sanaan Undang-Undang Nomor 13 Tahun
c. Hang Nadim, Batam (BTH)
2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji
dan Peraturan Menteri Agama Republik d. Minangkabau, Padang (PDG)
Indonesia Nomor 14 tahun 2012 tentang e. SMBadarudinII,Palembang(PLM)
penyelenggaraan ibadah haji reguler, maka
pemerintah mengeluarkan kerangka acuan f. Soekarno Hatta, Jakarta (CGK)
penyediaan transportasi udara jamaah haji g. Adi Sumarmo, Solo (SOC)
Indonesia Tahun 1434/2013 M yang bertu-
h. Juanda, Surabaya (SUB)
juan untuk melaksanakan pengang­kutan ja-
maah haji Indonesia yang berkualitas, pro- i. Sepingan, Balikpapan (BPN)
fesional, terakreditasi secara internasional, j. Syamsuddin Noor, Banjarmasin
bertanggung jawab penuh dan mengede- (BDJ)
pankan prinsip kepastian, keselamatan,
keamanan dan kenyamanan bagi ­ jamaah k.
Sultan Hasanuddin, Makasar
haji Indonesia. Selain tujuan tersebut agar (UPG)
tersedianya perusahaan penerbangan yang l. Bandara Internasional Lombok,
memenuhi standar dan persyaratan yang Lombok (LOP)
ditetapkan bagi penyediaan transportasi
2) Bandar Udara Tujuan di Arab Saudi
udara.
a. King Abdul Aziz International Air-
Dalam pelaksanaan kegiatan transportasi port, Jedah (JED)
udara bagi jamaah haji, maka pemerintah
melalui Kementerian Agama melakukan b. Amir Muhammad Bin Abdul Aziz,
koordinasi dengan Kementerian lain Madinah (MED)
dalam hal ini Menteri Perhubungan. 2. Tahapan kedua adalah menentukan
Adapun langkah-langkah koordinasi yang ­Jumlah Jamaah haji
dipersiapkan oleh Kementerian Agama
bersama Kementerian perhubungan adalah Ketentuan mengenai jumlah jamaah
sebagai berikut : haji yang akan diberangkatkan melalui
embarkasi/debarkasi di Indonesia adalah
1. Menentukan Bandar Udara Embarkasi tidak boleh melebihi quota yang telah
dan Debarkasi ditentukan oleh pemerintah Arab Saudi.
Untuk tahun 2013 ini,7 jumlah jamaah haji
1) Bandar Udara Embarkasi/Debarkasi
yang akan diangkut termasuk petugas kloter
di Indonesia antara lain :
sebanyak ± 196.345 (mengacu pada kuota
a. Iskandar Muda, Banda Aceh (BTJ) tahun 2012) dengan rincian sebagai berikut:

No. Embarkasi Jumlah


1. Iskandar Muda, Banda Aceh (BTJ) ± 3.984 orang
2. Polonia, Medan ± 8.324 orang
3. Hang Nadim, Batam ± 9.877 orang
4. Minangkabau, Padang ± 7.454 orang
5. SM Badaruddin II Soekarno Hatta, Jakarta ± 7.368 orang

7
Wawancara dengan Cepty Supriatna, Sekretaris
Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah pada Kement-
erian Agama Republik Indonesia, tanggal 2-4 April 2013

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 469


Jurnal IUS | Vol I | Nomor 3 | Desember 2013 | hlm, 464~483

6. Jakarta-Pd Gede ± 22.152 orang


7. Jakarta-Bekasi ± 38.045 orang
8. Adi Sumarmo, Solo ± 33. 454 orang
9. Juanda, Surabaya ± 35. 904 orang
10. Sepinggan, Balikpapan ± 5.342 orang
11. Syamsuddin Noor, Banjarmasin ± 4.969 orang
12. Sultan Hasanudin, Makasar ± 14.978 orang
13. Bandara Internasional Lombok ± 4.494 orang
Sumber : Data Kementerian Agama Republik Indonesia
3. Tahap Ketiga Adalah Menentukan Masa publik Indonesia mengatakan sebagai beri-
Operasional Transportasi Udara Haji kut :
Tahapan ini memuat ketentuan 1. Kaitannya dengan penyediaan trans-
mengenai rute penerbangan dari embarkasi portasi haji maka pemerintah dalam
setempat ke Jeddah dan/atau Madinah hal ini diwakili oleh Kementerian
Arab Saudi pergi-pulang, rencana Agama menyusun kerangka acuan
perjalanan haji, masa operasi penerbangan penyedia transprotasi udara yang
haji Fase I (pemberangkatan) paling lama berisi pola kegaiatan, persyaratan ad-
30 hari, masa operasi penerbangan haji ministrasi, persyaratan teknis, dan
Fase II (pemulangan) paling lama 30 hari, persyaratan penunjang.
jadual pemberangkatan dan pemulangan 2. Kementerian Agama berkoordinasi
ditetapkan oleh Kementerian Agama dengan Kementerian Perhubu­ ngan
RI berdasarkan Rencana Perjalanan un­tuk mengundang perusahaan
Haji (RPH) dengan mengacu pada hari/ ­pe­ner­bangan Nasional dan Arab
tanggal Wukuf menurut kalender Ummul Saudi (perusahaan) untuk berpar-
Qura’ Arab Saudi tahun 1434/2013 M., tisipasi dalam pengangkutan udara
Pelaksanaan pengangkutan jamaah haji ­jamaah haji Indonesia
Indonesia tahun 1434 H/ 2013 M sesuai
dengan fase, bandara asal dan bandara 3. Bagi Perusahaan perbangan yang
tujuan, jadual penerbangan (flight schedule) berminat dapat memasukan penawa­
disusun secara berurutan sesuai dengan ran dengan memenuhi atau meny-
nomor kloter dengan mengacu pada alokasi iapkan dokumen sesuai dengan per-
slot di bandar Udara Arab Saudi dan syaratan yang telah ditetapkan.
mempertimbangkan masa tinggal jema’ah Adapun persyaratan-persyaratan yang
haji di Arab Saudi pada setiap kloter tidak harus dipenuhi oleh perusahaan penerban-
lebih dari 41 hari, memuat pelaksanaan gan adalah sebagai berikut :9
jadual penerbangan atau flight schedulle
dimungkinkan untuk pengaturan kloter 1. Persyaratan Administrasi
khusus jamaah haji Indonesia. a. Memiliki izin usaha angkutan udara
Menurut Edayanti8 selaku Kepala Seksi niaga yang diterbitkan oleh Kement-
Transportasi Udara pada Subdit Transpor- erian Perhubungan RI atau Otoritas
tasi dan Perlindungan Jamaah, Direktorat Penerbangan Arab Saudi (GACA)
Pelayanan Haji, Kementerian Agama Re- b.
Memiliki sertifikat pengoperasian
pesawat udara (AOC) 121 atau 129
8
Wawancara dengan Edayanti, Kepala Seksi Trans-
portasi Udara pada Subdit Transportasi dan Perlindun-
gan Jamaah, Direktorat Pelayanan Haji, Ditjen PHU, Ke-
menterian Agama Republik Indonesia Tanggal 10-4 2013 9
Kerangka Acuan Penyediaan Transportasi Udara
di kantor Kementerian Agama Republik Indonesia Jamaah Haji Indonesia, 2013

470 IUS Kajian Hukum dan Keadilan


Bq. Raehanun Ratnasari | Monopoli Transportasi Haji Oleh Pemerintah .........................................
c. Memiliki pengalaman penyelengga- j. Menyampaikan copy sertifikat In-
raan penerbangan dari dan ke Arab ternasional Standart Organizatian
Saudi, yang dibuktikan dengan izin (ISO)
rute yang diterbitkan oleh Kement- 2. Persyarataan Administrasi perusahaan
erian Perhubungan atau otoritas Pen- penerbangan pelaksana transportasi da-
erbangan Saudi (GACA); rat jamaah haji, meliputi :10
d. Memiliki unit kerja/struktur organ-
a. Perusahaan penerbangan menyam-
isasi khusus yang menangani opera-
paikan surat dukungan penyediaan
sional penyelenggaraan transportasi
angkutan darat untuk jamaah haji
udara haji.
dari asrama haji ke bandara embar-
e. Memiliki dan menyampaikan reko- kasi dan rute sebaliknya.
mendasi dari Kementerian Per-
b. Perusahaan penerbangan menyam-
hubungan RI dan Izin mendarat
paikan surat dukungan penyediaan
(landing permit) untuk keperluan
angkutan darat untuk bagasi jamaah
penerbangan haji dan Pemerintah
haji dari asrama haji ke bandara em-
Arab Saudi yang diserahkan kepada
barkasi dan rute sebaliknya.
Kementerian Agama menjelang op-
erasional haji. 3. Persyaratan Teknis
f. Memiliki standar operasional dan Adapun Persyaratan teknis dalam pe-
prosedur (SOP) untuk menyeleng- nyelenggaraan ibadah haji meliputi:
garakan angkutan udara jamaah haji
sesuai dengan lingkup kegiatan yang 1. Perusahaan penerbangan mampu me-
diatur dalam persyaratan dan pada layani jamaah haji minimal 20.000
saatnya akan dipresentasikan dengan orang yang ditunjukkan dengan pen-
mengikutsertakan pihak ketiga. guasaan armada yang cukup. Embar-
kasi yang akan dilayani, jumlah jamaah
g. Memiliki dukungan pihak ketiga haji yang akan diangkut, rotasi diagram
yang berkaitan dengan penyeleng- pesawat untuk pelaksanaan angkutan
garaan angkutan udara jamaah haji haji.
khususnya dukungan penyewaan
pesawat (wet lease) transportasi da- 2. Pesawat udara yang dioperasikan mini-
rat dari embarkasi ke Bandar Udara mal produksi tahun 1995 keatas kecuali
dan sebaliknya, katering dan ground Boeing 747 minimal 1991.
handling di bandara asal dan tujuan 3. Pesawat udara yang akan dioperasi-
serta di bandara alaternatif (terma- kan harus memenuhi standar kelay-
suk city check-in di Arab Saudi) yang akan udara sesuai dengan peraturan
dibuktikan dengan letter of intens penerbangan sipil negara asal pesawat
(surat pernyataan dukungan). didaftar, yang dibuktikan dengan surat
h. Menyampaikan jaminan penawaran kelayakan udara atau Certificate of Air
yang sah dan masih berlaku untuk (C of A) dan bukti perawatan berkala
penyelenggaraan transportasi udara 4. Jenis peswat yang diajukan untuk
jamaah haji sebesar 3 % dari total masing-masing embarkasi sekurang-
nilai penawaran yang disampaikan. kurangnya memiliki konfigurasi tem-
i. Menyampaikan copy sertifikat stan- pat duduk sebagai berikut :
dar IATA Operasional Safety Audit
(IOASA)
10
Ibid, hlm. 8

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 471


Jurnal IUS | Vol I | Nomor 3 | Desember 2013 | hlm, 464~483

No Nama Embarkasi Jenis Peswat Kapasitas


1 Banda Aceh Boeing 767 ER/ Airbus 330 325 seat
2 Medan Boeing 747-400/boeing 777 450/455 seat
3 Batam Boeing 767ER/Airbus 330 360 Seat
4 Padang Boeing 767ER/Airbus 330 360 Seat
5 Palembang Boeing 767ER/Airbus 330 360 Seat
6 Jakarta Boeing 747-400/ boeing 777 450/ 455 seat
7 Solo Airbus 340/330/ boeing 777 375 seat
8 Surabaya Boeing 747-400/ boeing 777 450 seat
9 Banjarmasin Boeing 767ER/Airbus 330 325 seat
10 Balikpapan Boeing 767ER/Airbus 330 360 Seat
11 Makasar Boeing 767ER/ Airbus 330 360 Seat
12 Mataram Boeing 767ER/Airbus 330 325 Seat
Sumber : Kementerian Agama Republik Indonesia

5. Menyampaikan data pesawat dan yang akan digunakan untuk angkutan


­dokumen penyewaan pesawat sesuai udara haji.
dengan jenis dan kapasitas pesawat 11.Perusahaan penerbangan yang men-
dari negara asal peswat disewa. gajukan permohonan untuk ikut
6. Perusahaan penerbangan wajib mema- menyelenggarakan angkutan udara
tuhi jadual kloter yang telah ditetapkan, haji sekurang-kurangnya telah melak-
apabila terjadi permasalahan terkait sanakan penerbangan Indonesia-arab
dengan ketidaksiapan operasi pesawat Saudi secara aktif dan berkesinambun-
maka wajib untuk menyiapkan pesawat gan waktu minimum 1 (satu) tahun ter-
untuk pelaksanaan kontrak kahir yang dibuktikan dengan flight log
7. Konfigurasi tempat duduk dengan jarak 12.Perusahaan penerbangan wajib me-
sekurang-kurangnya 29 inci dan dapat nyampaikan Rencana Kesiapan Pe-
diatur penyetelan tempat duduk sawat untuk masing-masing embar-
8. Diutamakan pesawat yang digunakan kasi/debarkasi dan dilengkapi dengan
adalah milik sendiri/dikuasi sepanjang rincian rencana operasi termasuk ket-
tidak mengganggua penerbangan reg- ersediaan SDM teknis dan Operasional
ulre pesawat udara maupun pendukungnya
yang mendukung penyelenggaraan an-
9. Pesawat yang dipergunakan adalah gkutan haji
pesawat yang dimiliki/dikuasai secara
khusus di charter dan tidak dipergu- 13.Awak kabin (cabin crew) sekurang-
nakan untuk penerbangan reguler atau kurangnya 80 % (delapan puluh per­
penerbangan lainnya selama periode sen)berasaldariwarganegaraIndonesia
penyelenggaraan angkutan udara haji yang beragama islam dan mampu
serta memiliki identitas perusahaan memberikan pelayanan yang optimal,
penerbangan pelaksana angkutan memberikan kemudahan kepada
udara haji. jamaah haji dan bekerjasama dengan
petugas kloter dalam pemanfaatan
10.Perusahaan penerbangan harus mem- fasilitas penerbangan serta bersikap
punyai kemampuan dan/atau pengala- ramah dan sopan yang dibuktikan
man mengeporasikan jenis pesawat dengan surat pernyataan memenuhi
persyaratan dimaksud.

472 IUS Kajian Hukum dan Keadilan


Bq. Raehanun Ratnasari | Monopoli Transportasi Haji Oleh Pemerintah .........................................
Berdasarkan pemaparan penulis terse- oli bagi negara untuk menguasai bumi dan
but, maka penyedian transportasi haji air dan kekayaan alam yang terkandung
yang dilakukan oleh pemerintah bukanlah di dalamnya serta cabang-cabang produksi
merupakan tindakan monopoli melainkan yang menguasai hajat hidup orang banyak
sebuah bentuk kewenangan penuh yang di- termasuk permasalah pemberangkatan haji
berikan oleh Undang-Undang Nomor 13 Ta- yang dilakukan oleh pemerintah.
hun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah
Dengan demikian menurut UUD 1945
Haji kepada Kementerian Agama. Selain
dan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2008
hal tersebut, di dalam udang-undang penye-
tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji, pada
lenggaraanhaji belum mengatur mekanisme
Pasal 34 yang menyebutkan :
penunjukkan langsung mengenai transpor-
tasi udara sehingga untuk memberikan asas “Penunjukan pelaksana transportasi
keterbukaan kepada semua maskapai pen- j­amaah haji dilakukan oleh menteri den-
erbangan, maka pemerintah yang diwakili gan memperhatikan aspek keamanan,
oleh Kementerian Agama mengacu kepada keselematan, kenyamanan dan efisiensi,
Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 serta sektor yang menguasai hajat hidup
tentang Pengadaan Barang/jasa untuk men- orang banyak seperti perlistrikan, air
gakomodir kepentingan dari pihak-pihak minum, kereta api dan sektor-sektor lain
lain. yang karena sifatnya yang memberikan
palayanan untuk masyarakat dilegitima-
Hal ini terbukti pada tahun 2013 Kemen-
si untuk dimonopoli dan tidak diharam-
terian Agama mengundang 9 maskapai un-
kan.
tuk mengambil dokumen ke­rangka acuan
penyedia transportasi udara tetapi hanya Mahalnya biaya angkutan haji disebab-
7 maskapai yang mengambil dokumen kan karena pesawat yang digunakan un-
kerangka acuan pe­ nyediaan transportasi tuk mengangkut jamaah haji adalah meng-
udara dan yang mendengar penjelasan ke- gunakan pesawat charter. Berdasarkan
menterian agama serta yang memasukkan penjelasan dari Abdurrazak Alfakfir11 Ke-
penawaran hanya 4 maskapai yaitu, Ga- pala Sub. Bagian Tata Usaha Direktorat Peb-
ruda Indonesia, Saudi Airlines, Avia Star gelolaan Dana Haji Direktorat Penyelengga-
dan Air Asia. Akan tetapi diantara keem- raan Haji dan Umrah menjelaskan bahwa
pat maskapai tersebut hanya dua maskapai Biaya angkutan haji merupakan bagian
penerbangan yang memenuhi persyaratan dari komponen Biaya Penyelenggara Ibadah
administrasi dan teknis yaitu maskapai Ga- Haji (BPIH). Adapun Biaya Penyelenggara
ruda Airlines dan Saudi Arabia Airlines un- Ibadah Haji tahun 2013 ditetapkan sebesar
tuk pengangkutan Jamaah haji tahun 2013 . 3.527 US dolar atau Rp. 33.859.200,- den-
gan asumsi 1 US dolar setara Rp.9.600,-
Kaitannya dengan hal tersebut, maka
penulis menganalisis tindakan atau perbua- BPIH 2013 meliputi untuk biaya pener-
tan monopoli terhadap pengangkutan pe- bangan rata-rata 2.163 US dolar, biaya pe-
sawat haji dikategorikan ke dalam bentuk mondokan di Makkah dan Madinah USD
monopoli secara hukum sebagai mana yang 959, serta biaya living allowance jamaah
penulis kemukakan sebelumnya. Di mana haji selama di Arab Saudi sebesar USD 405.
Monopoly By Law merupakan monopoli
berdasarkan Perintah Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia 1945 Pas- 11
Wawancara dengan Abdurrazak Al Fakhir, Kepa-
al 33 juga membenarkan adanya monopoli la Sub. Bagian Tata Usaha Direktorat Pengelolaan dana
haji Ditjen PHU Kementerian Agama Republik Indonesia
jenis ini, yaitu dengan memberikan monop- Tanggal 10-4 2013 di kantor Kementerian Agama Repu-
blik Indonesia

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 473


Jurnal IUS | Vol I | Nomor 3 | Desember 2013 | hlm, 464~483

Jika dibandingkan dengan BPIH tahun c. Naqobah (Angkutan antar perkotaan


1433/2012 M, maka besaran rata-rata BPIH Haji), Jeddah, Madinah dan Armina.
tahun 1434 H/2013 M dalam dolar mengal- 4. Pelayanan jamaah di Arab Saudi :
ami penurunan sebesar USD 90 dari USD
3.617 menjadi USD 3.527. a. Sewa hotel transito Jeddah, makan dan
city tour;\
Kementerian Agama dan DPR berhasil
b. Sewa rumah cadangan di Makkah
menawar biaya tiket sehingga turun rata-
rata USD 40 per jamaah diseluruh embar- c. Konsumsi masa kedatangan dan kepu-
kasi. Biaya tiket turun karena terjadi tawar langan di Bandara Jeddah
menawar antara pemerintah dan pihak d. Konsumsi selama di Arafah dan Mina
maskapai. Yang dibayar oleh jamaah haji
hanya terdiri dari 4 (empat) item, yaitu: e. Konsumsi selama di Madinah
Tiket penerbangan, Pemondokan Makkah, f. Konsumsi jamaah tersesat dan sakit
Pemondokan Madinah dan Living Cost. Itu-
g. Transportasi dan pemondokan ke Ban-
pun untuk Living Cost dikembalikan lagi
dara
kepada jamaah yang bersangkutan di Em-
barkasi. Untuk komponen selebihnya dibe- h. Transportasi dari pemondokan ke Mas-
bankan kepada hasil optimalisasi atau nilai jidil Haram
manfaat setoran awal BPIH. i. Pelayanan bongkar muat barang
Optimalisasi atau nilai manfaat setoran 5. Pelayanan jamaah di dalam Negeri
awal Biaya Penyelenggara Ibadah Haji digu-
a. Biaya penerbitan paspor jamaah haji
nakan untuk:
b. Penyelesaian paspor dan pemvisaan
1. Biaya selisih harga sewa pemondokan ja-
maah di Makkah. c. Penyelenggaraan bimbingan dan
­manasik haji
2. Biaya selisih harga sewa pemobdokan di
Madinah. d. Passenger service charge

3. General service fee jamaah haji: e. Asuransi haji

a. Pelayanan Muasasah Thawwafah Ala- f. Pencetakan buku paket manasik haji


dilla di Madinah dan Maktab Wukala g. Penyediaan gelang identitas
Al-Muwahad di Makkah
h. Akomodasi
b. Perkemahan di Armina.
i. Konsumsi di Asrama Haji.

No Embarkasi Jumlah Propinsi


1. Aceh USD3,253 Propinsi Aceh
2. Medan USD3,263 Propinsi Sumatera Utara
Riau, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Propinsi
3. Batam USD3,357
Jambi
4. Padang USD3,329 Sumatera Barat, Bengkulu, Propinsi Jambi
5. Palembang USD3,381 Sumatera Selatan dan Propinsi Bangka Belitung
6. Jakarta USD3,552 DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Lampung
7 Solo USD3,542 Jawa Tengah dan D.I Yogyakarta
8. Surabaya USD3,619 Jawa Timur, Bali, dan NTT

474 IUS Kajian Hukum dan Keadilan


Bq. Raehanun Ratnasari | Monopoli Transportasi Haji Oleh Pemerintah .........................................

Banjarmasin USD3,733 Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah


Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah dan Sulawesi
10 Balikpapan USD3,744
Utara
Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi
11. Makasar USD3,807
Barat, Gorontalo, Maluku, Papua dan Papua Barat
12. Lombok USD3,782 NTB
sumber : Kementerian Agama Republik Indonesia

2. Dasar Kebijakan Dalam Pelaksanaan atau Departemen/lembaga tersebut, dapat


Transportasi Haji diberlakukan sepanjang diperintahkan oleh
Peraturan Perundang-Undangan yang lebih
Dengan hirarki peraturan perundang- tinggi.
undagan sebagaimana telah diuraikan di
atas, maka berdasarkan ketentuan Pasal 7 Dari ketentuan-ketentuan tersebut,
ayat (4) Undang-Undang Nomor 12 tahun dapat dilihat bahwa Menteri Agama se-
2011 tentang Pembentukan Peraturan Pe- cara yuridis formal memiliki landasan kuat
rundang-Undangan, memberikan kekuatan dalam melaksanakan kewenangan kon-
mengikat secara hukum dari suatu produk stitusionalnya, dan dalam melaksanakan
peraturan yang dikeluarkan oleh lembaga kewenangan konstitusionalnya tersebut,
negara dan/atau departemen/lembaga. De­ berwenang u ­ntuk menentukan arah dan
mikian halnya dengan Peraturan Perun- kebijakan dalam penyelenggaraan ibadah
­
dang-Undangan yang dikeluarkan oleh Ke- haji.
menterian Agama selaku pusat regulator di
Berdasarkan ketentuan Pasal 7 ayat (1)
bidang Penyelenggaraan Ibadah Haji, mem-
tersebut, memang tidak ditentukan jenis
punyai kekuatan hukum mengikat baik
Peraturan Menteri. Namun, apabila men-
secara internal maupun eksternal.12 Hal
gacu pada ketentuan Pasal 7 ayat (4), maka
ter­sebut juga dipertegas dalam Pasal-Pasal
dimungkinkan adanya jenis Peraturan Pe-
yang memerintahkan tindak lanjut pelak-
rundang-Undagan diluar yang disebutkan
sanaan Undang-Undang Nomor 13 Tahun
dalam Pasal 7 ayat (1) tersebut, sepanjang
2008 ditetapkan melalui Peraturan Pemer-
diperintahkan oleh Peraturan perundang-
intah, Perpres, Permenag dan Perda.
undagan yang lebih tinggi.
Meskipun demikian peraturan-peraturan
Berdasarkan ketentuan Pasal 7 ayat (4)
yang dikeluarkan Menteri Agama tersebut
UU No.12 tahun 2011, maka peraturan men-
tidak dapat dimasukkan dalam kategori
teri dan juga jenis peraturan perundang-
sebagaimana dimaksud dalam tata urutan
undagan lainnya diakui keberadaannya
Perundang-Undangan sebagaimana diatur
dan mempunyai kekuatan hukum mengikat
dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun
sepanjang diperintahkan oleh peraturan
2011 tentang Pembentukan Peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi.
Perundang-Undangan. Peraturan Menteri
­Dengan demikian, fungsi Peraturan Men-
Agama memiliki dasar hukum pada Pasal
teri atau jenis peraturan perundang-unda-
7 ayat (4) UU NO.12 tahun 2011 yang
gan lainnya merupakan peraturan pelaksa-
mensyaratkan bahwa peraturan yang
naan yang diperintahkan oleh peraturan pe-
dikeluarkan oleh Lembaga Negara dan/
rundang-undagan yang lebih tinggi. ­Materi
muatan peraturan perundang-undagan ad-
12
Ranggawidjaja, Rosjidi, Pengantar Ilmu Perun- lah lebih spesifik, lebih rinci, dan lebih tek-
dang-Undangan Indonesia, Mandar Maju, Bandung,
1998. hlm..89 nis, serta sudah tentu lebih konkrit.

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 475


Jurnal IUS | Vol I | Nomor 3 | Desember 2013 | hlm, 464~483

Peraturan pelaksanaan yang saat ini 2000 dan Nomor 1652.A/MENKES-


masih berlaku adalah sebagai berikut : KESOS/SKB/XI/2000 tentang Calon
Haji Wanita Hamil untuk Melaksanakan
a. Keputusan Menteri Agama Nomor 371
Ibadah Haji
Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Ibadah Haji dan Umrah k. Keputusan Bersama Menteri Agama den-
gan Menteri Perhubungan Nomor 383
b. Keputusan Menteri Agama Nomor 396
Tahun 2004 dan Nomor KM.67 Tahun
Tahun 2003 tentang Perubahan Atas
2004 tentang Persyaratan Embarkasi dan
Keputusan Menteri Agama Nomor 371
Debarkasi Haji
Tahun 2002 tentang Penyelenggaraan
Ibadah Haji dan Umrah l. Peraturan Bersama Menteri Agama
dengan Menteri Hukum dan HAM No-
c. Keputusan Menteri Agama Nomor
mor Tahun 2009 dan Nomor M. HH-02.
534 Tahun 1999 tentang Penetapan
HM.03.03 Tahun 2009 tentang Pener-
Bank-Bank Penerima Setoran Biaya
bitan Paspor Biasa bagi Jamaah Haji.
Penyelenggaraan Ibadah Haji
Berdasarkan pemaparan tersebut di
d. Peraturan Menteri Agama Nomor 15
atas, maka penulis menganalisis bahwa
Tahun 2006 tentang Pendaftaran Haji
Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012
e. Peraturan Menteri Agama Nomor 01 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Tahun 2008 tentang Perubahan atas hanya mengatur tentang pengadaan barang/
Peraturan Menteri Agama Nomor 15 jasa yang dilakukan oleh pemerintah
Tahun 2006 tentang Pendaftaran Haji berdasarkan sumber dana dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
f. Peraturan Menteri Agama Nomor 11 Sedangkan untuk penyelenggaraan ibadah
tahun 2010 tentang Kriteria Penggunaan haji, sumber dana yang digunakan berasal
Sisa Kuota Haji Nasional dari BPIH bukan berasal dari APBN, BPIH
g. Peraturan Menteri Agama Nomor 6 tidak mempunyai pagu anggaran.
Tahun 2010 tentang Prosedur dan Per- Kedudukan Peraturan Presiden N­ omor
syaratan Pendaftaran Haji 70 Tahun 2012 berdasarkan Asas Perun-
h. Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan dang-Undangan Lex Superior Derogat Lex
Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan ­Imperoir berada di bawah undang-undang,
Haji Nomor D/377 Tahun 2002 tentang maka undang-undang yang menjadi acuan
Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan dalam penyelenggaraan ibadah haji adalah
Ibadah Haji dan Umrah Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008
tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji
i. KeputusanDirektoratJenderal Bimbingan ­termasuk dalam hal pengadaan barang/jasa
Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan oleh Kementerian Agama Republik Indo­
Haji Nomor D/348 Tahun 2003 tentang nesia.
Perubahan atas Keputusan Direktur Jen-
deral Bimbingan Masyarakat Islam dan 3. Faktor-Faktor Yang Menjadi Kendala
Penyelenggaraan Haji Nomor D/377 Ta- Dalam Pelaksanaan Transportasi Haji
hun 2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan Dan Solusinya
Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah 1. Faktor Struktur (Kelembagaan)
j. Keputusan Bersama Menteri Agama Salah satu masalah yang menonjol
dengan Menteri Kesehatan dan dalam perubahan UU Nomor 13 Tahun
Kesejahteraan Sosial Nomor 548 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah

476 IUS Kajian Hukum dan Keadilan


Bq. Raehanun Ratnasari | Monopoli Transportasi Haji Oleh Pemerintah .........................................
Haji adalah masalah yang terkait dengan ­ onopolistik- hanya Garuda dan Garuda
m
persoalan kelembagaan.” diinginkan bahwa lagi dan dari luar maskapai Saudi Arabia.
pengelolaan haji kedepan adalah sebuah
­
Menurut Abdul Hakim14, perusahaan-
pengelolaan yang betul-betul profesional.
perusahaan nasional ini yang ingin kita
Hal yang diinginkan ada sebuah kelem- dorong agar untuk bisa memberikan kon-
bagaan baru yang langsung bertanggung tribusi dalam pelayanan angkutan udara se-
jawab kepada Presiden. Perubahan UU No- hingga ada kompetisi pelayanan. Selain itu
mor 13 Tahun 2008 berimplikasi adanya persoalan transportasi selama pelaksanaan
lembaga baru, karena terdapat dana sekitar ritual di Mekah dan Madinah, termasuk saat
Rp 44 triliun berupa dana setoran awal para Armina-kita tidak ingin ada keterlambatan
calon haji (calhaj)-yang merupakan sesuatu jamaah untuk sampai ke Arafah. Bagaima-
amanat dan tanggung jawab besar se­hingga pun kita ingin kerangka aturan yang bisa
harus dikelola dengan profesional yang memberikan jaminan kelancaran dan ke-
bisa menguntungkan jamaah. Misalnya, nyamanan dalam memberikan pelayanan
pengembangan dalam bentuk tabungan haji untuk transportasi pada wilayah-wilayah
sebagaimana yang dimiliki Malaysia. saat penting itu.
Ditekankan lagi bahwa hal-hal yang pal- Berikutnya masalah pemondokan, polan-
ing signifikan perubahan UU Haji adalah ya sewa pertahun, itukan tidak efisien tidak
terkait masalah kelembagaan, masalah efektif. ”Kenapa pemerintah tidak berfikir
keuangan dan masalah pelayanan.13 Dalam seperti negara lain”, punya pemondokan
persoalan pelayanan, berkaitan dengan ma- dalam jangka yang agak panjang. Ataupun
salah transportasi. dan pemondokan adalah jika dibutuhkan misalnya dalam pola in-
komponen terbesar dalam pembiayaan haji. vestasi, uang itu kan ada 44 trilyun, kenapa
mengadakan kerjasama misalnya dengan
Dalam soal pemondokan polanya di-
pemerintah Arab Saudi. Dengan lembaga
ubah, tidak hanya sekedar mengandalkan
baru nanti berharap, supaya agar nanti jelas
penyewaan pertahun, bisa diusahakan
di mana fungsi pemerintah, di mana fungsi
jangka waktu lebih lama termasuk mem-
lembaga dan diharapkan bahwa lembaga ini
berikan jaminan kenyamanan.Orang yang
hanya berfungsi sebagai operator pelaksana
beribadah menginginkan pemondokan
penyelenggaraan haji, kemudian regulator
dan fasilitas lainnya sesuai dengan standar
ada pada pemerintah. Intinya ada keputu-
pelayanan minimal, dengan menambahkan,
san yang tegas antara fungsi regulator, op-
pada saat di Mekah diberikan jaminan bisa
erator dan pengawasan, sehingga fungsi
ibadah harian terutama lima waktu bisa
menejemen itu bisa berjalan dengan baik.
lebih mudah.
2. Faktor Substansi
Pola pengaturan seperti itu harus ada
yang memberikan jaminan, kemudian Selain faktor struktur (kelembagaan)
transportasi udara ataupun tran­ sportasi sebagaimana yang telah penulis uraikan di
selama di Arab Saudi, juga harus ada atas, maka terdapat juga faktor substansi
­pengaturan yang bisa memberikan jaminan yang menjadi kendala dalam pelaksanaan
bahwa transportasinya bisa mendukung transportasi haji di Indonesia.
dalam melaksanakan ibadah ini misalnya
Kaitannya dengan hal tersebut, Pada ke-
dalam pengangkutan udara yang masih
tentuan Pasal 34 ayat (1) Undang-Undang

13
Parlementaria, Penyelenggaraan Ibadah Haji, Cet 14
Abdul Hakim, Pelaksanaan Transportasi di Indone-
I. Bidang penerbitan DPR RI, Jakarta, 2012, hlm. 129 sia, Gramedia : Jakarta, 2007. hlm. 71

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 477


Jurnal IUS | Vol I | Nomor 3 | Desember 2013 | hlm, 464~483

Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyeleng- Metode penunjukan sebagaimana yang


garaan ibadah haji menyebutkan bahwa : diamanatkan dalam Pasal 34 Undang-­
Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang
“Penunjukan pelaksana Transportasi
Penyelenggaraan Ibadah Haji kaitannya
­
Jamaah Haji dilakukan oleh Menteri
­
dengan pengadaan pelaksana transpotasi
­dengan memperhatikan aspek keamanan,
haji, menurut analisis penulis, tidak digu-
keselamatan, kenyamanan, dan efisiensi.”
nakan oleh Kementerian Agama karena
Berdasarkan bunyi Pasal 34 ayat (1) proses penunjukan pelaksana transportasi
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008
­ haji sudah melalui proses yang diikuti oleh
tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji be­berapa maskapai penerbangan baik Nasi-
secara tidak langsung memberikan ke-
­ onal maupun internasional, bukan dilaku-
wenangan ekslusif kepada Menteri Agama kan dengan langsung melakukan penunju-
untuk melakukan penunjukan terhadap kan terhadap satu maskapai penerbangan.
pelaksana transportasi jamaah haji. Keten-
Kaitannya dengan hal tersebut menurut
tuan ini dalam praktik dapat menimbulkan
penulis ada perberdaan penafsiran terhadap
interpretasi yang berbeda-beda dikalangan
substansi antara Undang-Undang Nomor
pengambil kebijakan.
13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Dengan berpedoman pada ketentuan Ibadah haji dengan ketentuan Peraturan
Pasal ini, Menteri Agama memiliki ke- Presiden Nomor 54 Tahun 2010 sebagaima-
wenangan penuh dalam melakukan penun- na telah dirubah dengan Peraturan Presiden
jukan pelaksana transportasi jamaah haji Nomor 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan
melalui proses seleksi umum bukan me- Barang/Jasa Pemerintah.
lalu proses penunjukan sebagaimana yang
Sedangkan di dalam ketentuan Per-
di amanatkan oleh Undang-Undang No-
aturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2012
mor 13 tahun 2008 tentang Penyeleng-
­Tentang Pelaksanaan Undang-Undang No-
garan Ibadah Haji. Dalam pelaksanaannya,
mor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggara-
­pengadaan transportasi oleh Kementerian
an ­Ibadah Haji yang menyebutkan bahwa:
Agama dilakukan melalui proses seleksi
umum dengan melibatkan maskapai pener- Ketentuan Pasal 21 menyebutkan :
bangan Nasional (Garuda Airlines, Batavia
(1) Pelayanan Transportasi Jamaah Haji
Airlines, Air Asia Airlines) maupun mas-
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
kapai Internasional (Saudi Arabia Airlines)
huruf g dilakukan oleh pelaksana trans-
yang memenuhi persyaratan baik secara
portasi Jamaah Haji berdasarkan pene-
administrasi maupun secara teknis yang di-
tapan Menteri dengan mempertim-
tentukan oleh Kementerian Perhubungan.
bangkan efisiensi, kualitas pelayanan,
Hal ini sebagaimana yang tercantum dalam
kepastian pelayanan, keselamatan dan
ketentuan Pasal 1 angka 27 Peraturan Pres-
keamanan, serta kepentingan nasional.
iden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Pen-
gadaan Barang/Jasa oleh Pemerintah, yang (2)Penetapan pelaksana transportasi
menyebutkan : ­Jamaah Haji sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dituangkan dalam per-
“Seleksi umum adalah Metode pemilihan janjian yang paling sedikit memuat:
Penyedia Jasa Konsultansi untuk peker-
jaan yang dapat diikuti oleh semua Pe- a. Hak dan kewajiban para pihak;
nyedia Jasa Konsultansi yang memenuhi b. Spesifikasi alat angkut;
syarat.”
c. Kapasitas penumpang;

478 IUS Kajian Hukum dan Keadilan


Bq. Raehanun Ratnasari | Monopoli Transportasi Haji Oleh Pemerintah .........................................
d. Biaya angkutan; dan luruhnya dibebankan pada APBN/
e. Jangka waktu. APBD.

(3)Pelayanan Transportasi Jamaah Haji Berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (1) Peraturan Pemerintah Nomor 54 Ta-
meliputi moda transportasi udara hun 2010 sebagaimana telah dirubah den-
dan moda transportasi darat.u gan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun
2012 t­entang Pengadaan Barang/Jasa oleh
Ketentuan Pasal 22 Berbunyi : Pemerintah bahwa ruang lingkung pem­
(1)Menteri menetapkan moda trans- berlakuan Peraturan Presiden tersebut
portasi udara untuk pengangkutan adalah semua pembiayaan atau sebagian
Jamaah Haji. pembiayaan ­ pengadaan barang/jasa yang
bersumber pada APBN/APBD, sedang-
(2)Moda transportasi udara se­
kan penyele­nggaran transportasi haji biaya
bagaimana dimaksud dalam Pasal
atau anggarannya bersumber dari BPIH
21 ayat (3) harus memenuhi per-
(Biaya ­Penyelenggara Ibadah Haji), Khu-
syaratan standar kelayakudaraan,
sus m­ asalah transportasi haji yang dilak-
persyaratan administratif, kapa-
sanakan oleh Kementerian Agama tidak
sitas pesawat, dan standar teknis
menggunakan Peraturan Presiden Nomo
lainnya.
54 Tahun 2010 sebagaimana yang telah di-
(3)Persyaratan standar kelayakuda- rubah dengan Peraturan Presiden Nomor
raan, persyaratan administratif, 70 Tahun 2012 tentang ­Pengadaan Barang/
kapasitas pesawat, dan standar Jasa oleh Pemerintah, bahwa biaya peny-
teknis lainnya sebagaimana di- elenggaraan ibadah haji yang digunakan
maksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Kementerian Agama dalam Pelaksa-
oleh menteri yang menyeleng- naan transportasi haji bukan bersumber
garakan urusan pemerintahan di dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara
bidang perhubungan. dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
Sedangkan didalam ketentuan Pasal tetapi melainkan biaya tersebut bersumber
2 ayat (1) Peraturan Presiden Nomor dari BPIH (Biaya Penyelenggara Ibadah
54 Tahun 2012 sebagaimana yang Haji). Hal tersebut sebagaima yang tertuang
telah dirubah dengan Peraturan Pres- dalam ketentuan Pasal 21 ayat (1) dan ayat
iden Nomor 70 Tahun 2012 tentang (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008
Pengadaan Barang/Jasa oleh Pemer- tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji, yang
intah menyebutkan bahwa : menyebutkan bahwa :

Ruang lingkup Peraturan Presiden 1. Besaran BPIH ditetapkan oleh


ini meliputi: Presiden atas usul Menteri setelah
mendapat persetujuan
a. Pengadaan Barang/Jasa di lingkun-
gan K/L/D/I yang pembiayaannya 2. BPIH sebagaimana dimaksud pada
baik sebagian atau seluruhnya ber- ayat (1) digunakan untuk keperluan
sumber dari APBN/APBD. biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji.
b. Pengadaan Barang/Jasa untuk Berdasarkan ketentuan Pasal 21 ayat (1)
­investasi di lingkungan Bank Indo- dan (2) tersebut, menurut penulis bahwa
nesia, Badan Hukum Milik Negara Kementerian Agama diberikan kewenangan
dan Badan Usaha Milik Negara/ penuh untuk menyusun besaran Biaya Pe-
Badan Usaha Milik Daerah yang nyelenggara Ibadah Haji setelah mendapat
pembiayaannya sebagian atau se- persetujuan DPR, dan BPIH tersebut digu-

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 479


Jurnal IUS | Vol I | Nomor 3 | Desember 2013 | hlm, 464~483

nakan untuk keperluan biaya penyelengga- luarkan sinyal frekuensi yang dapat meng-
raan ibadah haji termasuk untuk keperluan ganggu sistem dalam pesawat terbang telah
biaya penyediaan transportasi haji. diberitahukan terlebih dahulu sebelumnya
kepada pengguna jasa penerbangan.
3. Faktor Kultur
Ketika pesawat terbang masih berada
Faktor penghambat selanjutnya dalam
pada fase kritis seperti saat menjelang take
pelaksanaan transportasi haji adalah ­faktor
off dan landing, jaringan akan menciptakan
kultur. Kaitannya dengan hal itu, maka,
tenaga yang dihasilkan oleh telepon seluler
menurut analisis penulis bahwa ­ faktor
pada tingkat tertentu karena jarak masih
ini menjadi salah satu penentu dalam
memadai untuk tetap tersambung dengan
­keberhasilan pelaksanaan transportasi haji.
jaringannya. Mengingat fase kritis ini cu-
­Misal­nya kaitannya dengan kebiasaan yang
kup tinggi kontribusinya terhadap berbagai
umumnya di lakukan oleh para jamaah haji
kecelakaan pesawat udara, sehingga sangat
atau organ pelaksana dalam hal ini kemen-
wajar seandainya awak kabin selalu tetap
terian perhubungan sebagai mitra Kemen-
melarang penggunaan telepon seluler pada
terian Agama dalam hal penyediaan trans-
saat penumpang boarding atau sesudah pe-
portasi haji yang memiliki keterbatasan ke-
sawat landing.
mampuan dan keterbatasan pengetahuan di
bidang teknologi penerbangan. Peringatan ini disebabkan karena seba-
gian penumpang pesawat jamaah haji ma-
Berkaitan dengan hal tersebut, dewasa
sih sangat sering memanfaatkan waktu un-
ini peradaban manusia dihadirkan dengan
tuk menggunakan telepon seluler saat mulai
adanya fenomena baru yang mampu me­
duduk di kursi dalam pesawat, ataupun cen-
ngubah hampir setiap kehidupan manusia,
derung buru-buru menghidupkan telefon
yaitu perkembangan teknologi penerba­
selulernya ketika pesawat baru saja landing
ngan, di mana setiap orang dapat pergi ke
meski pesawat yang ditumpanginya masih
manapun dengan mudah dan cepat tanpa
bergerak untuk approxing menuju tempat
harus banyak menyita waktu. Munculnya
parkir pesawat. Hal demikian bukan saja
fenomena baru dalam dunia transportasi,
dilakukan oleh jamaah haji melainkan juga
yaitu transportasi udara dengan menggu-
dilakukan oleh pelaksana kebijakan, sering
nakan pesawat terbang telah mengubah
kali pelaksana kebijakan kurang melakukan
perilaku manusia dalam berinteraksi den-
sosialisasi yang terkait dengan penggunaan
gan manusia lain, baik secara individu mau-
pesawat seluler yang berimplikasi terhadap
pun kelompok.
gangguan sistem penerbangan.
Pesawat terbang memberikan kemudah-
Hal tersebutlah yang menjadi kendala
an bagi setiap orang untuk melakukan per-
dalam pelaksanaan transportasi haji. Se-
jalanan kemanapun sesuai dengan keingi-
hingga diharapkan kedepannya kendala-
nannya walau jarak yang ditempuh bermil-
kendala tersebut tidak menjadi lagi faktor
mil jauhnya, karena dengan menggunakan
penghambat dalam proses pelaksanaan
pesawat terbang jarak bukanlah sebagai
transportasi haji.
suatu halangan.
Selain faktor-faktor penghambat pelak-
Kemudahan dalam kemajuan teknologi
sanaan ibadah haji sebagaimana yang telah
tersebut menjadikan manusia lengah bah-
diungkapkan tersebut, maka terdapat be-
kan tidak menghiraukan larangan-larangan
berapa faktor penghambat lainnya baik
yang telah diberitahukan terlebih dahulu,
pada saat berada di Indonesia maupun ke-
larangan penggunaan alat komunikasi tele-
tika berada di Arab Saudi.
pon seluler dan alat elektronik yang menge-

480 IUS Kajian Hukum dan Keadilan


Bq. Raehanun Ratnasari | Monopoli Transportasi Haji Oleh Pemerintah .........................................
4. Faktor Penghambat di Indonesia telah dirubah dengan Peraturan Presiden
Nomor 74 Tahun 2012 tentang Pe­ngadaan
a. Masa operasionalnya yang panjang (30
Barang/Jasa Pemerintah terkait den-
hari penerbangan) yang menyebabkan
gan mekanisme pengadaan barang/jasa
masa tinggal jamaah lama di arab Saudi.
pemerintah.
b. Keterbatasan kuota yang didapat untuk
mengangkut 196.000 jamaah haji. 3) Solusi kaitannya dengan Faktor Kultur
(Budaya) maka perlu diberikan pelatihan
c. Keterbatasan kemampuan bandara dan bimbingan khusus kepada jamaah haji
dimasing-masing embarkasi sehingga dalam hal pengetahuan di bidang transpor-
menggunakan jenis dan kapasitas seat tasi khususnya transportasi udara dan yang
yang berbeda-beda untuk masing-ma- berkaitan dengan hal-hal yang tidak boleh
sing embarkasi. dilakukan ketika jamaah haji berada di
5. Hambatan di Arab Saudi dalam maupun di luar pesawat. Semua
ini bertujuan demi untuk keselamatan
a. Keterbatasan gate ­jamaah haji.
b. Keterbatasan fasilitas bandara
Berdasarkan uraian tersebut di atas,
Keterbatasan fasilitas bandara, kaitan- maka penulis melakukan analisis dengan
nya dengan laju lalu lintas penerbangan menggunakan teori legal System dari Law-
yang berimplikasi terhadap daya tam- rence M. Friedman yang mengungkapkan
pung bandara. bahwa Three Elements of Legal System atau
B. Solusi Atas Permasalahan dan Pelak­ tiga komponen dari system hukum. Ketiga
sanaan Transportasi Haji komponen yang dimaksud adalah (1) struk-
tur (structure), (2) substansi (substance), dan
Untuk mengatasi persoalan-persoalan (3) kultur (culture) atau ­budaya.15 Substansi
tersebut di atas, maka dapat diberikan solu- mencakup isi norma-norma hukum beserta
si sebagai berikut : perumusannya maupun cara menegakkan-
nya, yang berlaku bagi pelaksana hukum
1) Untuk mengatasi persoalan kelembagaan
maupun pencari keadilan. Kaitannya den-
(struktur) maka di pandang perlu untuk
gan hal tersebut, bahwa berdasarkan teori
segera membentuk badan khusus, untuk
Lawrence M. Friedman, faktor-faktor yang
menjamin dana haji. sebagaimana model-
menyebabkan terjadinya kendala-kendala
nya lembaga pemerintahan atau departe-
penyelenggaraan transportasi haji adalah
men. Misalnya bisa berbentuk badan
bisa dilihat dari aspek struktur yaitu belum
khusus sebagaimana BPJS, intinya badan
adanya badan khusus yang bertugas untuk
kelembagaan publik yang dibentuk oleh
mengelolah dana haji, sedangkan dari ­aspek
undang-undang haji ini.
substansinya, belum terjadi harmonisasi
2) Untuk mengatasi permasalahan substansi antara Undang-Undang N ­ omor 13 ­Tahun
(aturan) maka perlu diberikan penegasan 2008 tentang Penyelenggaraan ­ Ibadah
dan harmonisasi terkait dengan kewenan- Haji dengan Peraturan Presiden Nomor
gan Kementerian Agama dalam melaku- 54 Tahun 2010 sebagaimana telah dirubah
kan penunjukan terhadap Pelaksana dengan Peraturan Presiden Nomor 70 Ta-
Transportasi Jamaah Haji sebagaimana hun 2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa
yang diatur dalam Undang-Undang No- Pemerintah.
mor 13 tahun 2008 tentang Penyeleng­
garaan Ibadah haji dengan Peraturan Pres- 15
Lawrence M. Friedman, Sistem Hukum Perspektif
Ilmu Sosial (The Legal System : ASocial Science Pers-
iden Nomor 54 Tahun 2010 sebagaimana pektive), (M. Khozim, Pentj), Nusa Media, Bandung,
2009 hlm. 12 -18

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 481


Jurnal IUS | Vol I | Nomor 3 | Desember 2013 | hlm, 464~483

Sedangkan dari aspek kulturnya, minim- pada Undang-Undang Nomor 13 ­ tahun


nya pengetahuan dan pemahaman jamaah 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah
haji terhadap transportasi haji lebih ­khusus Haji, karena kewenangan untuk melakukan
pemahaman tentang hal-hal yang tidak penunjukkan diberikan kepada Kementerian
boleh dilakukan ketika berada di dalam
­ Agama dan Biaya Penyelenggaraan Ibadah
maupun luar pesawat. Oleh karena itu Haji termasuk pengadaan transportasi haji
dalam rangka untuk menegakkan kendala- bersumber dari BPIH bukan bersumber
kendala tersebut diperlukan penegakan dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara
terhadap aspek struktur, substansi dan kul- (APBN) dan Anggaran Pendapatan
tur. ­Substansi juga mencakup hukum yang Belanja Daerah, serta Faktor-faktor yang
­hidup di tengah masyarakat bukan hanya menyebabkan terjadinya kendala-kendala
pada aturan-aturan yang ada di dalam buku-­ penyelenggaraan transportasi haji adalah
buku h ­ukum/UU/putusan hakim. Struk- pertama, dari aspek struktur yaitu belum
tural mencakup wadah maupun bentuk dari adanya badan khusus yang bertugas untuk
system tatanan lembaga-lembaga formal, mengelolah dana haji, kedua dari aspek
hubungan antar lembaga-lembaga tersebut, substansinya, belum terjadi harmonisasi
hak-hak dan kewajibannya. ­Kultural men- antara Undang-Undang Nomor 13 Tahun
cakup nilai-nilai dalam masyarakat yang 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah
mendasari hukum yang berlaku. Haji dengan Peraturan Presiden Nomor
54 Tahun 2010 sebagaimana telah diubah
KESIMPULAN dengan Peraturan Presiden Nomor 70
Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pelaksanaan transportasi haji yang Pemerintah, ketiga aspek kulturnya, yaitu
dilakukan oleh pemerintah merupakan minimnya pengetahuan dan pemahaman
monopoli by law yaitu monopoli yang organ kelembagaan kaitannya dengan
dibolehkan dan diatur didalam Undang- sosialiasi tentang hal-hal yang tidak boleh
Undang Nomor 5 Tahun 1999, hal tersebut dilakukan ketika berada di dalam maupun
disebabkan karena pemerintah melalui luar pesawat.
Kementerian Agama sudah melakukan
penunjukan melalui proses pelelangan Pemerintah hendaknya memisah-
umum sebagaimana yang diamanatkan oleh kan kementerian yang berwenang atau
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008. bertindak sebagai operator dan regula-
tor. Kemenag sebagai regulator sedangkan
Pelaksanaan transportasi haji oleh operator dapat dibentuk badan tersendiri
­
pemerintah dilakukan melalui proses seleksi baik berupa kementerian urusan haji dan
umum berdasarkan Peraturan Presiden umrah maupun membentuk Badan Usaha
Nomor 54 Tahun 2010 sebagaimana telah Milik Negara (BUMN) tersendiri, dalam Pe-
dirubah dengan Peraturan Presiden Nomor nyelenggaraan Ibadah Haji perlu dilakukan
70 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang dan secara transparan, akuntabel dan melibat-
Jasa, akan tetapi dalam hal pelaksanaannya kan pengawas yang kredibel.
Kementerian Agama tetap berpedoman
Daftar Pustaka
Ari Siswanto, Hukum Persaingan Usaha,Ghalia Indonesia, Jakarta,
2002.
Ayuda D Prayoga DKK, Persaingan Usaha dan Hukum Yang
Mengaturnya, Jakarta: Proyek Elips, 2000.

482 IUS Kajian Hukum dan Keadilan


Bq. Raehanun Ratnasari | Monopoli Transportasi Haji Oleh Pemerintah .........................................
Bambang Sunggono., “Metodologi Penelitian Hukum”, Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2003
Ginting Elyta Ros, Hukum Anti Monopoli, PT Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2001.
Hartono Dimyati, Monopoli dan Oligopoli Suatu Tinjauan Hukum,
Seminar Nasional “Menyongsong Lahirnya Undang-
undang Persaingan Sehat/ Undang-undang Anti Monopoli “.
Kerjasama Universitas Semarang dengan Pusat Pengkajian
Hukum , Semarang, 18 juli 1998.
Iman Soepomo, Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan Kerja
(Perlindungan Buruh), Cetakan V, PT Pradnya Paramita,
Jakarta, 1982.
JJH. Bruggink, Refleksi Tentang Hukum, Cetakan II, PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung, 1999.
Kusuma Atmaja, Mochtar, Fungsi dan perkembangan Hukum Dalam
Pembangunan Nasional, Cetakan I, Bina Cipta, Bandung,
1975.
Marzuki Peter Mahmud, Telaah Filosofis terhadap Undang-undang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat dalam Kaitannya dengan Konstitusi Republik Indonesia
, Yuridika, Vol 16, No. 6, FH Unair Surabaya, 2001.
Mertokusumo, Sudikno, Bab-bab Tentang Penemuan Hukum, Cetakan
I, PT Citra Aditya Bakti, Yogyakarta, 1993.
Marwan Mas, Pengantar Ilmu Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta,
2004
Nasution, S., Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Tarsito,
Bandung, 1992.
Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum, Liberty, Yogyakarta, 2004.
Sjachran Basah, Perlindungan Hukum Atas Sikap Tindak Administratif
Negara, Cetakan I, Alumni, Bandung, 1992
Saleh Sohaimi Haji Muhammad, Arah Kebijakan Perlaksanaan Haji,
Departemen Wakaf, Zakat, dan Haji.2011

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 483

You might also like