Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 23

JURNAL PSIKOLOGI

2002, NO. 2, 89 - 111

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI


DENGAN KEWIRAUSAHAAN
PADA MAHASISWA
Ahmad Ifham
Avin F. Helmi
Universitas Gadjah Mada

ABSTRACTS

Bomer Pasaribu (CLDS, 2002), predicted that educated unemployee in


Indonesia is 40 million by December 2002. One solution to decrease educated
unemployee is being an entrepreneur. Chandra says that a person can be an
entrepreneur if he have an optimum emotional intelligence.
The research examines there is a positive relationship between emotional
intelligence and intrapreneurship at college students. Intrapreneurship at
college students is when college students organization use the talents of their
creative members to develop innovative products and services for the
organizations. Very simple put, intrapreneurhip at college students is
entrepreneurship practiced by people within established organizations. The
research subject is college students.
Data is collected by using scale scale A is Emotional Intelligence Scale
according to Patton, Cooper, and Sawaf Theory (2000), consists of (1) emotional
literacy, (2) emotional fitness, (3) emotional depth, and (4) emotional alchemy.
Scale B is Entrepreneurship Scale according to Peter Ferdinand Drucker
(1985), consists of (1) able to see a business chance, (2) have a self confidence
and able to behave good to their own and environment, (3) leadership behavior,
(4) have inisiative, creativity, and innovation, (5) able to be a hard worker, (6)
have a wide vision and good optimism, (7) dare to take a calculated risk, (8)
have a sensitivity of critic and comment.
The results shows that correlation coefficient level (r) concluded from the
two variables is 0,632 with significance level (p) = 0,000 (p < 0,01), so the
research hypothesis can be accepted. Emotional Intelligence gives 39,9%
effective contribution for Entrepreneurship at college students.
Keywords: entrepreneurship, emotional intelligence

ISSN : 0215 - 8884


90 AHMAD IFHAM

bagi para sarjana tersebut. Pemikiran yang


kreatif dan inovatif dari para sarjana harus
lebih banyak dikembangkan guna
Krisis ekonomi yang terjadi di menciptakan lapangan pekerjaan baru.
Indonesia telah banyak menyentuh semua Sampai pada saat ini dunia wirausaha
sisi kehidupan masyarakat dari lapisan atas belum merupakan sebuah lapangan yang
hingga ke lapisan bawah. Banyak sekali diminati dan dinanti bagi para sarjana yang
masyarakat yang sudah kesulitan untuk sedang putus asa mencari pekerjaan. Pada
mendapatkan penghasilan untuk digunakan dasarnya dunia wirausaha merupakan
sebagai biaya hidup sehari-hari. Kesulitan pilihan yang cukup rasional dalam situasi
tersebut dikarenakan mereka sudah tidak dan kondisi yang tidak mampu diandalkan,
punya lahan lagi untuk berusaha baik itu tetapi kelihataannya terdapat sebuah
karena di-PHK atau usaha yang biasanya persepsi yang memunculksn image yang
diandalkan mengalami kebangkrutan seba- buruk pada dunia wirausaha. Image buruk
gai imbas dari krisis ekonomi yang ini sebenarnya berupa keyakinan-keya-
melanda. Keadaan itu semakin diperparah kinan subjektif yang tidak mengandung
karena kurangnya kemampuan untuk kebenaran objektif. Berdasar kerangka
membuka lahan usaha baru yang lebih pemikiran Banfe (1991), prasangka buruk
prospektif dan mampu digunakan untuk ini disebut sebagai mitos, dan mitos ini
mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari harus segera dihilangkan.
(Hidayat, 2000).
Menurut Baumassepe (2001), sangat
Sejak pertengahan 1998, terjadi pening- masuk akal bagi mahasiswa (dengan
katan yang cukup signifikan pada jumlah atribut-atribut yang dimilikinya) untuk
pengangguran karena tutupnya perusahaan- berpola pikir sebagai seorang wirausa-
perusahaan di Indonesia. Lembaga kajian hawan. Saatnya mahasiswa kembali
ketenagakerjaan CLDS (Center of Labor ditantang untuk menjadi agent of change di
and Development Studies) memperkirakan bidang ekonomi maupun di berbagai
bahwa angka pengangguran akan terus bidang kehidupan yang lain, misalnya
meningkat 1 juta sampai 2,5 juta per tahun dengan ikut dalam kegiatan kemahasiswaan
selama 2002-2004. Untuk tahun 2002, di dalam maupun di luar kampus yang
dengan asumsi pertumbuhan ekonomi 3,3 bersifat non profit atau sosial. Tinggal
persen, angka pengangguran diperkirakan bagaimana mahasiswa mempersiapkan
akan mencapai jumlah 42 juta orang. Lebih bekal untuk maju ke medan perang
memprihatinkan lagi, terjadinya pembeng- tersebut.
kakan pengangguran terdidik lulusan
perguruan tinggi, yakni dari 1,8 juta orang Kewirausahaan merupakan alternatif
di tahun 2001 menjadi 1,9 juta pada tahun pilihan yang paling tepat bagi mahasiswa
2002; 2,41 juta pada tahun 2003, dan untuk mengembangkan potensinya.
mencapai 2,56 juta pada tahun 2004 Kewirausahaan mahasiswa pada penelitian
(Pasaribu, 2002). ini adalah kewirausahaan mahasiswa di
dalam organisasi kemahasiswaan (intrapre-
Sementara itu, pemerintah sudah tidak neurship). Sebenarnya mahasiswa telah
mampu menyediakan lapangan pekerjaan melakukan kegiatan atau perilaku

ISSN : 0215 - 8884


HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN KEWIRAUSAHAAN PADA MAHASISWA 91

wirausaha. Perilaku kewirausahaan ini bisa oriented, bukan no action, dream only
dilihat dari kegiatan wirausaha mahasiswa dalam kondisi apapun sehingga diperlukan
baik di luar maupun kewirausahaan di kesanggupan berpikir secara detil terhadap
dalam organisasi (intrapreneurship). hal-hal penting. Bila kemudian muncul
Mahasiswa juga telah melakukan perilaku resiko, dia siap menanggung resiko apapun
kewirausahaan sesuai dengan ciri-ciri dan atas aktivitasnya, namun secepat itu pula,
sifat seorang wirausahawan. Di dalam dia akan berbenah diri dan melangkah maju
organisasi maupun dalam melaksanakan untuk lebih baik (Chandra, 2001). Tentu,
kegiatan kemahasiswaan, mahasiswa telah perilaku kewirausahaan yang telah
membuktikan diri sebagai seorang dilakukan oleh mahasiswa dalam berbagai
wirausaha, misalnya saat dia harus kegiatannya membutuhkan kecerdasan
memutuskan sesuatu untuk kegiatannya, emosi yang optimal.
mengadakan kegiatan seminar atau Dari berbagai pendapat dan studi
workshop, memutuskan untuk mendirikan pendahuluan yang penulis kutip tersebut di
unit kegiatan tertentu, tentunya dengan atas, dapatlah diambil kesimpulan bahwa
segala resiko yang harus ditanggungnya. kecerdasan emosi sangatlah penting dan
Hal ini senada dengan pendapat berpengaruh besar pada terwujudnya
Baumassepe (2001) bahwa mahasiswa kewirausahaan mahasiswa pada organisasi
mempunyai sifat rela berkorban dan berani kemahasiswaan (intrapreneurship),
mengambil resiko terhadap cita-cita yang sehingga penulis meneliti apakah ada
diperjuangkannya. Dan terakhir adalah hubungan positif antara kecerdasan emosi
berpengetahuan dan berpandangan luas. dan kewirausahaan pada mahasiswa.
Jelas mahasiswa adalah golongan Hubungan yang positif berarti bahwa
intelektual, karena lahir dari tempat-tempat semakin tinggi tingkat kecerdasan emosi
yang menjadi sumber pengetahuan mahasiswa, maka semakin tinggi pula
(perguruan tinggi). Dengan bekal penge- tingkat kewirausahaannya. Sebaliknya,
tahuan dan ilmu yang dimiliki setidaknya semakin rendah tingkat kecerdasan emosi
menjadi embrio untuk lahir menjadi mahasiswa, maka semakin rendah pula
seorang wirausahaan sejati. tingkat kewirausahaannya.
Di sisi lain, Chandra (2001) menyata-
kan bahwa wirausahawan perlu mengem- KEWIRAUSAHAAN
bangkan kecerdasan emosi sehingga
wirausahawan akan mampu melihat Drucker (1985) mengartikan kewirau-
peluang usaha yang ada di sekitarnya. sahaan sebagai semangat, kemampuan,
Wirausahawan yang cerdas emosinya sikap, perilaku individu dalam menangani
tentunya juga memiliki intuisi yang tajam. usaha/kegiatan yang mengarah pada upaya
Wirausahawan dapat menangkap sesuatu mencari, menciptakan, menerapkan cara
yang tidak dilihat orang lain. Walaupun kerja, teknologi, dan produk baru dengan
data tidak lengkap, ia biasanya dapat meningkatkan efisiensi dalam rangka
mengambil konklusi yang tepat. memberikan pelayanan yang lebih baik dan
atau memperoleh keuntungan yang lebih
Sebagai wirausahawan, mahasiswa juga besar. Untuk memperoleh keuntungan
harus merupakan orang yang action diperlukan kreativitas dan penemuan hal-

ISSN : 0215 - 8884


92 AHMAD IFHAM

hal baru. Kewirausahaan adalah proses g. Details (terperinci), yakni menguasai


yang mempunyai resiko tinggi untuk rincian yang bersifat kritis.
menghasilkan nilai tambah produk yang h. Destiny (nasib), yakni bertanggung
bermanfaat bagi masyarakat dan menda- jawab atas nasib sendiri yang hendak
tangkan kemakmuran bagi wirausahawan. dicapainya.
Intrapreneurship adalah ketika suatu i. Dollars (uang), yakni kaya bukan
organisasi/perusahaan menggunakan motivator utama, uang lebih berarti
kemampuan/bakat anggota (karyawannya) sebagai ukuran sukses.
yang kreatif untuk mengembangkan produk
inovatif dan servisnya untuk organisasi/
j. Distributif (distribusi), yakni mendistri-
busikan kepemilikan usahanya kepada
perusahaan. Intrapreneurship adalah
karyawan kunci yang merupakan faktor
entrepreneurship dalam organisasi.
penting bagi kesuksesan usahanya.
Ciri-ciri Tingkah Laku, Karakteristik, Pada penelitian ini, peneliti menggu-
dan Sifat Seorang Wirausaha nakan ciri perilaku yang merupakan aspek
kewirausahaan yang dikemukakan oleh
Suhadi (1985) mengemukakan karak- Drucker (1985), yaitu:
teristik wirausaha ialah percaya pada
a. Mampu mengindera peluang usaha,
kemampuan diri sendiri, mampu mengha-
yakni kemampuan melihat dan meman-
dapi persoalan dengan baik, berpandangan
faatkan peluang untuk mengadakan
luas jauh ke depan, mempunyai keuletan
langkah-langkah perubahan menuju
mental, lincah dalam berusaha, berupaya
masa depan yang lebih baik.
mengembangkan sayap, berani mengambil
resiko, berguru kepada pengalaman. b. Memiliki rasa percaya diri dan mampu
bersikap positif terhadap diri dan
Ada beberapa sifat-sifat penting lingkungannya, yakni berkeyakinan
seorang wirausaha sebagaimana dikemuka- bahwa usaha yang dikelolanya akan
kan oleh Bygrave (1994), yaitu: berhasil.
a. Dream (mimpi), yakni memiliki visi c. Berperilaku memimpin, yaitu mampu
masa depan dan kemampuan mencapai mengarahkan, menggerakkan orang
visi tersebut. lain, dan bertanggungjawab untuk
b. Decisiveness (ketegasan), yakni tidak meningkatkan usaha.
menangguhkan waktu dan membuat d. Memiliki inisiatif, kreatif, dan inovatif,
keputusan dengan cepat. yaitu mempunyai prakarsa untuk
c. Doers (pelaku), yakni melaksanakan menciptakan produk/metode baru yang
secepat mungkin. lebih baik mutu atau jumlahnya, agar
d. Determination (ketetapan hati), yakni mampu bersaing.
komitmen total, pantang menyerah. e. Mampu bekerja keras, yaitu bekerja
e. Dedication (dedikasi), yakni berdedi- penuh energik, tekun, tabah melakukan
kasi total, tidak kenal lelah. kegiatan untuk mencapai tujuan tanpa
mengenal putus asa.
f. Devotion (kesetiaan), yakni mencintai
apa yang dikerjakan.

ISSN : 0215 - 8884


HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN KEWIRAUSAHAAN PADA MAHASISWA 93

f. Berpandangan luas dengan visi ke juga mempengaruhi prestasi kerja individu.


depan yang baik, yaitu berorientasi ke Masih banyak lagi faktor psikis yang
masa depan dan dapat memperkirakan mempengaruhi prestasi kerja, namun tidak
hal-hal yang dapat terjadi sehingga penulis jelaskan semuanya. Selain faktor
langkah yang diambil sudah dapat dari dalam individu tidak kurang penting-
diperhitungkan. nya pula adalah faktor dari luar individu
g. Berani mengambil resiko yang diperhi- (eksternal). Faktor dari luar ini meliputi
tungkan, yaitu suka pada tantangan dan lingkungan fisik, lingkungan sosial,
berani mengambil resiko walau dalam fasilitas kerja, latihan dan pengembangan,
situasi dan kondisi yang tidak menentu. pendidikan, dan pengalaman kerja.
Resiko yang dipilih tentunya dengan
perhitungan yang matang. Proses Entrepreneurship
h. Tanggap terhadap saran dan kritik, Proses kewirausahaan tidaklah seseder-
yaitu peduli dan peka terhadap kritik hana dan semudah yang digambarkan
sebagai dorongan untuk berbuat lebih dalam definisi. Tantangan terbesar adalah
baik. pada tahap memulai yaitu mendirikan
usaha dan menjaga keberlangsungan
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi hidupnya pada tiga tahun pertama (Banfe,
Kualitas Kewirausahaan 1991). Pada masa ini, semua yang indah-
indah yang melekat dalam gambaran
Secara garis besar ada dua faktor yang wirausaha yang sukses belum lagi diraih.
mempengaruhi kualitas kewirausahaan, Proses pendirian menuntut kepercayaan diri
yaitu faktor dari dalam individu dan faktor yang tinggi dan determinasi diri yang kuat.
dari luar individu. Faktor dari dalam Tekanan sosial psikologis pada tahap ini
individu dapat dipilahkan pula menjadi juga sangat besar. Semua itu memerlukan
dua, yaitu faktor fisik dan faktor psikis. kematangan pribadi pada wirausaha, agar
Faktor fisik mempunyai peranan penting, mampu melewati saat-saat kritis ini dengan
terutama taraf kesehatan fisik. Taraf baik (Hidayat, 2000).
kesehatan fisik ini menentukan prestasi
kerja, karena dalam bekerja terdapat Proses kewirausahaan selanjutnya juga
aktivitas yang harus ditunjang oleh fisik tidak kalah beratnya. Tantangan persaingan
yang sehat dan prima (As’ad, 1982). dan perubahan pada masyarakat senantiasa
menghantui kelancaran usaha. Menurut
Faktor psikis mempunyai peran andil Hidayat (2000), hal itu menciptakan
yang besar dalam menentukan prestasi berbagai tekanan psikologis yang berat,
kerja individu. Salah satu faktor yang terus menuntut wirausaha untuk mampu
sering diteliti adalah kepribadian. Mills dan menghadapinya dengan baik. Kemampuan
Bohannon (dalam Pranantyo, 1985) mem- dalam membangun jaringan, berkomu-
buktikan bahwa karakteristik kepribadian nikasi dan meyakinkan orang lain,
individu akan mempengaruhi prestasi kecermatan dalam membaca peluang usaha
kerjanya. Lebih lanjut dijelaskan, bahwa adalah di antara kapasitas-kapasitas pribadi
selain itu, faktor inisiatif minat, sikap yang dibutuhkan dari si wirausaha. Motif
positif, serta aspirasi terhadap pekerjaan berprestasi yang tinggi dan determinasi diri

ISSN : 0215 - 8884


94 AHMAD IFHAM

yang disertai kemampuan komunikasi dan Dalam sebuah organisasi terdapat 2


kemampuan interpersonal lainnya, serta proses strategi simultan yang berbeda,
kemampuan manajerial sangat memegang strategi awal disusun oleh manajemen
peranan pada tahap ini. Tahap ini terasa senior yang dinamakan induced strategy,
lebih mudah daripada tahap sebelumnya, dan konsep yang lebih mengacu pada
karena wirausaha mulai mendapatkan kewirausahaan disebut sebagai autonomous
feedback dalam bentuk income dan peneri- strategy (Burgelman, 2002). Keduanya
maan masyarakat yang memadai. Semakin digabungkan menghasilkan arah strategi
besar feedback yang didapatkan,semakin dari perusahaan (organisasi). Penguasaan
kuat kecenderungan individu untuk terus inovasi ini dipromosikan dan diimplemen-
mengelola, mengembangkan dan melem- tasikan oleh seorang fasilitator dalam
bagakan usahanya. berbagai wilayah dalam perusahaan
(organisasi).
Proses Intrapreneurship
Kewirausahaan pada Mahasiswa
Proses intrapreneurship ini meliputi
proses inovator mengajukan ide untuk Kewirausahaan pada mahasiswa
dipertimbangkan atau diperhatikan, merupakan sebuah fenomena menarik yang
dilanjutkan dengan mengembangkan ide muncul pada diri mahasiswa yang tidak
untuk membuat produk-produk baru bisa lepas dari peran serta dan keberadaan
(Bradfuller.com, 2002). Proses ini meliputi: perguruan tinggi dan sistem pendidikan
tinggi di Indonesia. Pada saat ini,
1) Kreativitas dan inovasi pendidikan tinggi di Indonesia dinilai
Kreativitas dan inovasi kadang diper- belum mampu memberikan kemampuan
tentangkan di antara keduanya. Beberapa untuk membentuk kepribadian yang
orang menyatakan bahwa keduanya adalah mandiri, kreatif, demokratis, dan inovatif.
sinonim, tapi kenyataannya memang beda. Kecenderungan yang ada saat ini justru
Kreativitas proses individu dan mengacu pendidikan tinggi malah mempersempit
pada penurunan ide-ide baru. Ide dapat ruang gerak dan kreasi mahasiswa. Kritik
muncul kapan saja. Kadang muncul pada tersebut diungkapkan oleh Dirjen
saat yang tidak terduga, misalnya sebelum Pendidikan Tinggi (Dikti) Depdiknas
tidur atau pada saat mandi. Hal ini terjadi Satryo Soemantri Brodjonegoro, Kamis
karena (a) fenomena ini merupakan (25/4), dalam kuliah umum bertema
permasalahan atau pengetahuan yang tidak "Kesiapan Dunia Pendidikan Tinggi
diketahui pada waktu sebelumnya, (b) Menyongsong Kompetisi Global" di
biasanya muncul saat kondisi tubuh rileks, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia
(c) kondisi ini merupakan status yang (STIESIA) Surabaya (Kompas, 2002).
berbeda dari kesadaran (bradfuller.com, Selama ini, demikian Satryo, cara mengajar
2002). dosen di perguruan tinggi kurang mampu
mendidik mahasiswa untuk kreatif,
2) Penguasaan inovasi khususnya dalam keseharian dan kewira-
usahaan, padahal kewirausahaan sangat
besar peranannya dalam era persaingan

ISSN : 0215 - 8884


HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN KEWIRAUSAHAAN PADA MAHASISWA 95

bebas untuk menunjang pemasaran hasil yang diterapkan pada orang dalam
produksi (Kompas, 2002). Ia penyelenggaraan organisasi atau kegiatan
mencontohkan, kewirausahaan yang selama kemahasiswaan.
ini digalakkan di Indonesia adalah sejenis
multi level marketing (MLM) meskipun Intrapreneurship pada Mahasiswa
menghasilkan pendapatan yang besar, tipe
ini cenderung tidak produktif dan membuat Sebelum membahas tentang kewira-
ketergantungan, bahkan hanya meng- usahaan (intrapreneurship) pada maha-
untungkan negara produsen karena siswa, terlebih dahulu peneliti mengungkap
Indonesia hanya sebagai negara pemasar. tentang karakteristik dari organisasi
mahasiswa.
Sampai saat ini, dunia wirausaha tidak
cukup menarik untuk para sarjana baru. Ada beberapa karakteristik organisasi
Padahal dunia wirausaha adalah pilihan mahasiswa, yaitu:
yang paling rasional dalam segala kondisi a. Nonprofit.
perekonomian, apalagi dalam situasi krisis. b. Lebih menonjolkan kebersamaan dari-
Di dalam struktur kognitif mereka seolah- pada profesionalisme.
olah terdapat prasangka yang buruk
c. Panitia (pelaksana organisasi) cende-
terhadap dunia wirausaha, yang membuat
rung ada permakluman jika berbuat
mereka menjauh dari kemungkinan untuk
salah.
memilih wirausaha sebagai alternatif karir
masa depan mereka. Prasangka buruk ini d. Minim dana.
sebenarnya berupa keyakinan-keyakinan Ada tiga pondasi dari intrapreneurship
subjektif yang tidak mengandung kebe- (chrisfoxinc.com, 2002) yang juga pada
naran objektif. Berdasarkan pada kerangka umumnya harus dimiliki oleh mahasiswa
pemikiran yang digunakan Banfe (1991), jika organisasi mahasiswa ingin maju dan
prasangka buruk ini disebut sebagai mitos berkembang, yaitu:
yang harus dihapuskan dari kesadaran
a. Inovasi, mampu melihat sesuatu dalam
kolektif angkatan kerja sarjana, karena
cara pandang yang baru, bisa
dampak dari mitos-mitos negatif ini
memunculkan ide-ide baru.
sungguh besar.
b. Mampu memperhitungkan resiko yaitu
Kewirausahaan pada penelitian ini
kemampuan untuk memperhitungkan
mengungkap tentang kewirausahaan dalam
kesempatan dan kemungkinan gagal
organisasi kemahasiswaan (intrapreneur-
dengan belajar dari pengalaman.
ship). Sebenarnya pengertian kewira-
usahaan (intrepreneurship), komponen, c. Kreativitas, kemampuan untuk menyu-
ciri, sifat, dan tingkah laku intrepreneur- sun banyak kemungkinan di masa yang
ship sama persis dengan entrepreneurship. akan datang dengan proaktif berkreasi.
Hanya saja bedanya, intrapreneurship Organisasi akan lebih maju dan optimal
merupakan kewirausahaan di dalam jika mahasiswa profesional (dalam arti
menjalankan suatu organisasi mengedepankan kesungguhan), kreatif,
(chrisfoxinc.com, 2002). Intrapreneurship inovatif, dan memiliki komitmen yang
pada mahasiswa berarti entrepreneurship tinggi terhadap organisasinya. Implikasi-

ISSN : 0215 - 8884


96 AHMAD IFHAM

nya, mahasiswa menjalankan organisasi Salovey (Goleman, 1999) menempat-


tersebut tanpa mengedepankan pamrih kan kecerdasan pribadi Gardner dalam
secara finansial. definisi dasar tentang kecerdasan emosi
yang dicetuskannya, seraya memperluas
KECERDASAN EMOSI kemampuan ini menjadi lima wilayah
utama, antara lain :
Goleman (1999), mengatakan bahwa
koordinasi suasana hati adalah inti dari a. Mengenali emosi diri.
hubungan sosial yang baik. Apabila b. Mengelola emosi.
seseorang pandai menyesuaikan diri c. Memotivasi diri sendiri.
dengan suasana hati individu yang lain atau d. Mengenali emosi orang lain.
dapat berempati, orang tersebut akan
memiliki tingkat emosionalitas yang baik e. Membina hubungan.
dan akan lebih mudah menyesuaikan diri Penelitian ini menggunakan Teori
dalam pergaulan sosial serta lingkungan- Kecerdasan Emosi dari dari Patton, Cooper
nya. Lebih lanjut Goleman mengatakan dan Sawaf (2000) yang digunakan sebagai
bahwa kecerdasan emosional adalah pedoman pembuatan alat ukur. Patton,
kemampuan lebih yang dimiliki seseorang Cooper, dan Sawaf menyebutkan ada
dalam memotivasi diri, ketahanan dalam empat aspek kecerdasan emosi, antara lain :
menghadapi kegagalan, mengendalikan a. Kesadaran emosi (emotional literacy),
emosi dan menunda kepuasan, serta yang bertujuan membangun rasa
mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan percaya diri pribadi melalui pengenalan
emosional tersebut seseorang dapat emosi yang dialami dan kejujuran
menempatkan emosinya pada porsi yang terhadap emosi yang dirasakan.
tepat, memilah kepuasan dan mengatur Kesadaran emosi yang baik terhadap
suasana hati. diri sendiri dan orang lain, sekaligus
Patton (1998) memberi definisi menge- kemampuan untuk mengelola emosi
nai kecerdasan emosi adalah kemampuan yang sudah dikenalnya, membuat
untuk menggunakan emosi secara efektif seseorang dapat menyalurkan energi
untuk mencapai tujuan, membangun emosinya ke reaksi yang tepat dan
hubungan produktif, dan meraih keber- konstruktif.
hasilan. Goleman juga menyatakan bahwa b. Kebugaran emosi (emotional fitness)
kecerdasan emosi bukan merupakan lawan yang bertujuan mempertegas antusias-
kecerdasan intelektual yang biasa dikenal me dan ketangguhan untuk menghadapi
dengan IQ, namun keduanya berinteraksi tantangan dan perubahan. Hal ini
secara dinamis. Pada kenyataannya perlu mencakup kemampuan untuk memper-
diakui bahwa kecerdasan emosional cayai orang lain serta mengelola
memiliki peran yang sangat penting untuk konflik dan mengatasi kekecewaan
mencapai kesuksesan di sekolah, tempat dengan cara yang paling konstruktif.
kerja, dan dalam berkomunikasi di c. Kedalaman emosi (emotional depth),
lingkungan masyarakat (Goleman, 1999).
yaitu mencakup komitmen untuk
menyelaraskan hidup dan kerja dengan

ISSN : 0215 - 8884


HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN KEWIRAUSAHAAN PADA MAHASISWA 97

potensi serta bakat unik yang dimiliki. langsung yaitu melalui perantara
Komitmen yang berupa rasa tanggung misalnya media massa baik cetak
jawab ini, pada gilirannya memiliki maupun elektronik serta informasi yang
potensi untuk memperbesar pengaruh canggih lewat jasa satelit.
tanpa perlu menggunakan kewenangan
untuk memaksakan otoritas. Ciri-ciri Kecerdasan Emosi Tinggi
d. Alkimia emosi (emotional alchemy), Ciri-ciri kecerdasan emosi tinggi
yaitu kemampuan kreatif untuk (Dapsari, 2001) yaitu:
mengalir bersama masalah-masalah
dan tekanan-tekanan tanpa larut di a. Optimal dan selalu positif pada saat
dalamnya. Hal ini mencakup menangani situasi-situasi dalam hidup-
ketrampilan bersaing dengan lebih peka nya, seperti saat menangani peristiwa
terhadap kemungkinan solusi yang dalam hidupnya dan menangani
masih bersembunyi dan peluang yang tekanan masalah-masalah pribadi yang
masih terbuka untuk mengevaluasi dihadapi.
masa lalu, menghadapi masa kini, dan b. Terampil dalam membina emosinya, di
mempertahankan masa depan. mana orang tersebut terampil di dalam
mengenali kesadaran emosi diri dan
Faktor-faktor yang Mempengaruhi ekspresi emosi, juga kesadaran emosi
Kecerdasan Emosi terhadap orang lain.
Menurut Goleman (1999), ada 2 faktor c. Optimal pada kecakapan kecerdasan
yang mempengaruhi kecerdasan emosi, emosi, di mana hal ini meliputi
faktor tersebut terbagi menjadi faktor kecakapan intensionalitas, kreativitas,
internal dan faktor eksternal. Berikut ini ketangguhan, hubungan antarpribadi
penjelasan masing-masing faktor: dan ketidakpuasan konstruktif.
d. Optimal pada nilai-nilai belas kasihan
1. Faktor internal. Faktor internal
atau empati, intuisi, radius keperca-
merupakan faktor yang timbul dari
yaan, daya pribadi, dan integritas.
dalam individu yang dipengaruhi oleh
keadaan otak emosional seseorang, otak e. Optimal pada kesehatan secara umum,
emosional dipengaruhi oleh keadaan kualitas hidup, relationship quotient
amigdala, neokorteks, sistem limbik, dan kinerja optimal.
lobus prefrontal dan hal-hal lain yang
berada pada otak emosional. Hubungan antara Kecerdasan Emosi
2. Faktor eksternal dimaksudkan sebagai dan Kewirausahaan pada Mahasiswa
faktor yang datang dari luar individu Kewirausahaan pada mahasiswa tentu-
dan mempengaruhi individu untuk atau nya mencakup sikap dan perilaku yang
mengubah sikap. Pengaruh luar yang bercirikan tingkah laku kewirausahaan
bersifat individu dapat secara yang dimunculkan oleh mahasiswa, baik
perorangan, secara kelompok, antara dalam menghadapi tugas-tugas akademis,
individu mempengaruhi kelompok atau tugas-tugas organisasi mahasiswa, maupun
sebaliknya, juga dapat bersifat tidak berbagai bidang kehidupan, termasuk

ISSN : 0215 - 8884


98 AHMAD IFHAM

bidang usaha atau bisnis. Sebagai sese- menjelaskan bahwa orang dewasa rata-rata
orang yang memiliki jiwa entrepreneur, hanya menggunakan 10% kecerdasannya
tentunya mahasiswa mampu menggunakan selama hidup. Hal ini sejalan dengan
potensi emosinya secara optimal. Sejalan pendapat Sternberg (Cooper dan Sawaf,
dengan hal tersebut, Chandra (2001) 2000) yang menyinggung bahwa orang
mengemukakan pentingnya peranan emosi sering menghitung IQ, namun IQ bukanlah
bisnis bagi entrepreneur. Apalagi, dalam yang terpenting. Disebutkan olehnya
mengatasi tantangan persaingan bisnis di bahwa tidak boleh menyingkirkan fakta
Milenium ketiga ini. Karena, emosi ini bahwa hal-hal yang paling penting adalah
mampu memicu munculnya kreativitas dan kecerdasan emosi.
inovasi seseorang. Emosi juga bisa Pendapat ini sejalan dengan pendapat
mengaktifkan nilai-nilai etika, mendorong Goleman (2000) yang menyatakan bahwa
atau mempercepat penalaran seseorang meskipun telah begitu ditekankan baik di
dalam berbisnis. Emosi juga berperan di sekolah-sekolah maupun dalam ujian-ujian
dalam membangun kepercayaan dan penerimaan, IQ saja ternyata tidak cukup
keakraban. Bahkan tak hanya itu, emosi untuk menerangkan kinerja orang
juga akan memotivasi seseorang, dan sesungguhnya dalam pekerjaan dan hidup.
membuat seseorang nyata dan hidup. Ketika skor IQ dikorelasikan dengan
Ananda (2000) menyebutkan bahwa tingkat kinerja orang dalam karir mereka,
kecerdasan emosi memiliki komponen taksiran tertinggi untuk besarnya selisih IQ
yang sangat kompleks dan terkait dengan terhadap kinerja adalah 25%. Dalam
kemampuan seseorang dalam mengguna- analisis yang seksama, angka yang tepat
kan kemampuan dan potensi emosionalnya mungkin tidak lebih dari 10%, bahkan bisa
dalam kehidupan sehari-hari, termasuk hanya 4%.
dalam kualitas kerja. Hal ini selaras dengan Goleman (2000) juga berpendapat
pendapat Albin (Ananda, 2000) yang bahwa IQ saja tidak mampu menerangkan
menyatakan bahwa semua manusia tanpa 75% keberhasilan-keberhasilan dalam
terkecuali, dianugerahi kemampuan emo- pekerjaan, atau bahkan sampai 96%.
sional yang unik, sehingga semua dapat Ternyata IQ tidak menentukan apakah
belajar untuk menerimanya. seseorang berhasil atau gagal. Sebagai
Cooper dan Sawaf (2000) menyebutkan contoh, sebuah pengkajian terhadap para
bahwa faktor yang paling menentukan lulusan Universitas Harvard dalam bidang
keberhasilan seseorang dalam bekerja hukum, kedokteran, dan bisnis menemukan
adalah faktor kecerdasan emosi. Ditam- bahwa skor-skor pada ujian masuk sebagai
bahkan oleh mereka bahwa intelektual pengganti uji IQ mempunyai korelasi nol
cerdas seringkali bukanlah orang yang (0) atau negatif dengan sukses karir mereka
paling berhasil dalam bisnis maupun pada akhirnya.
kehidupan. IQ kemungkinan berhubungan Sementara itu, Chandra (2001) juga
hanya dengan 4% dari keberhasilan di berpendapat bahwa banyak orang yang
dunia nyata. Lebih dari 90% keberhasilan sukses menjadi entrepreneur meski nilai
berhubungan dengan bentuk-bentuk akademisnya sedang-sedang saja. Hal ini
kecerdasan lain. Lebih lanjut mereka disebabkan, mereka yang lulus dengan nilai

ISSN : 0215 - 8884


HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN KEWIRAUSAHAAN PADA MAHASISWA 99

yang sedang itu sebagian besar memiliki (2001) juga berpendapat bahwa emosi
kecerdasan emosi yang optimal. Lantaran adalah sesuatu yang punya makna penting
kecerdasan emosi yang optimal inilah yang bagi suatu perusahaan atau organisasi.
justru mendorongnya untuk menjadi Menurutnya, emosi adalah pengorganisasi
entrepreneur yang kreatif. yang hebat dalam bidang pikiran dan
Sementara itu, Chandra (2001) perbuatan. Meskipun demikian, emosi tidak
berpendapat bahwa entrepreneur (wirausa- dapat dipisahkan dari penalaran dan
hawan) yang memiliki kecerdasan emosi rasionalitas.
yang optimal, akan lebih berpeluang Demikianlah hubungan antara kecer-
mencapai puncak keberhasilannya. Sosok dasan emosi dan kewirausahaan. Sama
semacam ini sangat diperlukan dalam halnya dengan entrepreneurship, kecer-
membangun masyarakat entrepreneur dasan emosi ini memiliki hubungan yang
Indonesia. Entrepreneur yang memiliki sama dengan intrapreneurship pada
kecerdasan emosi optimal, akan tetap mahasiswa dalam memicu kretivitas dan
menganggap, bahwa krisis itu adalah inovasi mahasiswa selama berwirausaha
sebuah peluang. dalam organisasi kemahasiswaan.
Itulah sebabnya mengapa entrepreneur
itu harus tetap jeli dalam memanfaatkan METODE
emosinya. Sebaliknya, jika seseorang
secara intelektual cerdas, kerap kali justru Subjek Penelitian
bukanlah seorang entrepreneur yang Penelitian ini melibatkan mahasiswa
berhasil dalam dunia bisnis dan kehidupan sebagai responden dari berbagai perguruan
pribadinya. Seorang entrepreneur harus tinggi di Yogjakarta.
yakin, bahwa di dalam dunia bisnis saat ini
maupun di masa mendatang, kecerdasan Pengumpulan Data
emosi akan tetap lebih berperan (Chandra, Pengumpulan data dalam penelitian ini
2001). menggunakan skala sebagai alat ukur untuk
Maka dengan memiliki kecerdasan memperoleh data yang diperlukan. Skala
emosi yang optimal, seseorang akan lebih yang digunakan menggunakan model skala
bisa mentransformasikan situasi sulit dan Likert dengan lima alternatif respon.
bahkan menjadi semakin peka akan adanya Validitas pengukuran yang digunakan
peluang entrepreneur dalam situasi apapun. dalam penelitian ini adalah content validity
Kalau seseorang memiliki kecerdasan atau validitas isi. Sebelum alat ukur
emosi yang optimal, Chandra (2001) yakin digunakan untuk tujuan penelitian, peneliti
bahwa seseorang tersebut akan mampu melakukan uji coba terlebih dahulu untuk
mengatasi berbagai konflik. menentukan butir yang sahih sekaligus
Emosi akan memicu kreativitas dan menggugurkan butir yang tidak sahih.
inovasi. Emosi juga berperan di dalam Penentuan butir yang sahih dan tidak sahih
membangun kepercayaan dan keakraban dengan menggunakan analisis daya beda
bahkan tidak hanya itu, emosi juga akan atau daya diskriminasi butir.
memotivasi kita. Hammond dalam Chandra

ISSN : 0215 - 8884


100 AHMAD IFHAM

Teknik konsistensi internal yang digu- ANALISIS HASIL


nakan adalah korelasi product moment dari
Hipotesis penelitian yang diajukan
Pearson. Menurut Coakes dan Steed (1996)
dalam penelitian ini akan diuji dengan
koefisien korelasi yang dihasilkan oleh
menggunakan metode statistik. Metode
korelasi product moment dari Pearson
analisis data yang digunakan untuk
merupakan hasil korelasi antara skor
menguji hipotesis penelitian tersebut adalah
sebuah butir dengan penjumlahan skor total
teknik analisis korelasi product moment
dari butir-butir lain yang menyusun skala
dari Pearson, karena data yang diperoleh
tersebut. Dengan demikian, koefisien kore-
merupakan data interval. Sebelum dilaku-
lasi yang dihasilkan oleh korelasi product
kan analisis korelasi product moment dari
moment dari Pearson sudah terbebas dari
Pearson terlebih dahulu akan dilakukan uji
spurious overlap. Artinya tidak terjadi
normalitas dan uji linearitas dengan
overestimasi koefisien korelasi antara skor
menggunakan uji statistik nonparametrik.
butir dengan skor total skala yang disebab-
Perhitungan-perhitungan statistik tersebut
kan oleh pengaruh sumbangan skor setiap
di atas akan dilakukan dengan komputer
butir dalam ikut menentukan besarnya skor
menggunakan program atau software
total skala tersebut (Azwar, 1997).
Statistical Product and Service Solution
Penelitian ini menggunakan batasan (SPSS) 10.0.1 for Windows.
daya diskriminasi butir terendah 0,30.
Perhitungan daya diskriminasi butir-butir DISKUSI
dalam Skala Kecerdasan Emosi dan Skala
Kewirausahaan pada Mahasiswa dilakukan Deskripsi Data Penelitian
dengan menggunakan teknik konsistensi Berdasarkan analisis data penelitian,
internal korelasi product moment dari didapatkan deskripsi data setiap variabel
Pearson. Perhitungan konsistensi internal penelitian (Tabel 1).
tersebut dilakukan dengan komputer meng-
Penelitian ini juga menentukan kategori
gunakan program Statistical Product and
skor masing-masing variabel penelitian.
Service Solution (SPSS) 10.0.1 for
Lima kategori skor tersebut adalah sangat
Windows.
rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat
Perhitungan reliabilitas alat ukur pene- tinggi. Kategorisasi ini menggunakan
litian berupa Skala Kecerdasan Emosi dan angka satuan standar deviasi dan rerata
Skala Kewirausahaan dilakukan dengan hipotetik (mH) masing-masing variabel
menggunakan teknik reliabilitas Alpha dari penelitian. Norma untuk kategorisasi lima
Cronbach. Perhitungan reliabilitas Alpha skor dapat dilihat pada tabel 2.
dari Cronbach tersebut dilakukan dengan
komputer menggunakan program
Statistical Product and Service Solution
(SPSS) 10.0.1 for Windows.
Tabel 1. Deskripsi Data Penelitian
Variabel Skor Hipotetik Skor Empirik
X Min X Max Rerata X Min x Max Rerata

ISSN : 0215 - 8884


HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN KEWIRAUSAHAAN PADA MAHASISWA 103

KE 38 190 114 99 186 141,9


KW 46 230 138 122 220 178,75
Keterangan: KE : Kecerdasan Emosi; KW : Kewirausahaan.

Tabel 2. Norma Untuk Kategorisasi Lima Skor


Norma Kategorisasi Kategori
x ≤ -1,5 SD + mH Sangat Rendah
- 1,5 SD + mH < x ≤ - 0,5 SD + mH Rendah
- 0,5 SD + mH < x ≤ + 0,5 SD + mH Sedang
+ 0,5 SD + mH < x ≤ +1,5 SD + mH Tinggi
x > +1,5 SD + mH Sangat Tinggi

Dalam penelitian ini norma kategorisasi Tabel 4. Norma Kategorisasi Skor Setiap
skor di atas digunakan. Norma kategorisasi Variabel Penelitian Skala Kewirausahaan
skor setiap variabel penelitian dapat dilihat
Norma Kategorisasi Kategori
pada tabel berikut:
x ≤ 112,0146 Sangat Rendah
Tabel 3. Norma Kategorisasi Skor Setiap 112,0146< x ≤ 129,3382 Rendah
Variabel Penelitian Skala Kecerdasan 129,3382< x ≤ 146,6618 Sedang
Emosi 146,6618< x ≤ 163,9854 Tinggi
x > 163,9854 Sangat Tinggi
Norma Kategorisasi Kategori
x ≤ 90,2853 Sangat Rendah
Berpedoman pada norma tersebut,
90,2853< x ≤ 106,0951 Rendah
peneliti melakukan kategorisasi skor tiap-
106,0951< x ≤ 121,9049 Sedang
tiap subjek penelitian pada masing-masing
121,9049< x ≤ 137,7147 Tinggi variabel penelitian, yaitu:
x > 137,7147 Sangat Tinggi

Tabel 5. Kategorisasi Skor Subjek Penelitian


Kategori
Variabel Sangat Sangat Σ
Rendah Sedang Tinggi
Rendah Tinggi
KE - 3 9 22 66 100
KW - 1 3 9 87 100

Tabel 6. Kategorisasi Skor Subjek Penelitian Dalam Persentase


Kategori
Variabel Sangat Sangat Σ
Rendah Sedang Tinggi
Rendah Tinggi
KE - 3 9 22 66 100
KW - 1 3 9 87 100

ISSN : 0215 - 8884


104 AHMAD IFHAM

Keterangan:
KE : Kecerdasan Emosi.
KW : Kewirausahaan.

Hasil Uji Normalitas Analisis data menunjukkan bahwa nilai


z variabel kecerdasan emosi adalah sebesar
Uji normalitas berguna untuk menge-
1,124 dengan p = 0,159. Sementara itu,
tahui apakah bentuk sebaran data empirik
nilai z variabel kewirausahaan 0,953
mengikuti bentuk sebaran data normal
dengan p = 0,324. Berdasarkan hasil
teoritik. Uji normalitas menggunakan
analisis ini, maka dapat dikatakan bahwa
teknik statistik one sample Kolmogorov-
sebaran kedua data variabel penelitian
Smirnov. Kaidah yang digunakan yaitu jika
tersebut adalah normal.
p > 0,05 maka sebaran data tersebut
normal, sedangkan jika p < 0,05 maka
sebaran data tersebut tidak normal.

Tabel 7. Hasil Uji Normalitas

Variabel Nilai z Nilai p Hitung p Keterangan


KE 1,124 0,159 >0,05 Normal
KW 0,953 0,324 >0,05 Normal

Hasil Uji Linearitas linear jika p < 0,05. Hubungan antara


kedua variabel penelitian dikatakan tidak
Uji linearitas merupakan pengujian
linear jika p > 0,05.
garis regresi antara variabel bebas dan
variabel tergantung. Uji linearitas berguna Analisis data untuk variabel kecerdasan
untuk melihat apakah sebuah garis lurus emosi dan variabel kewirausahaan
dapat ditarik dari sebaran data variabel- menghasilkan nilai F sebesar 2,546 dengan
variabel penelitian. Garis lurus tersebut p = 0,001. Hasil analisis ini menunjukkan
menunjukkan hubungan linear antara bahwa hubungan variabel-variabel di atas
variabel-variabel penelitian. Hubungan adalah linear.
antara kedua variabel penelitian dikatakan

Tabel 8. Hasil Uji Linearitas

Variabel Nilai F Nilai p Hitung P Keterangan


Var KE*Var KW 2,546 0,001 <0,05 Linear

Hasil Uji Hipotesis Penelitian korelasi (r) sebesar 0,632 dengan taraf
signifikansi p = 0,000 (p < 0,01). Hasil
Hasil analisis korelasi product moment
analisis ini menunjukkan bahwa terdapat
dari Pearson antara kecerdasan emosi dan
hubungan positif yang sangat signifikan
kewirausahaan menghasilkan koefisien
antara antara kecerdasan emosi dengan

ISSN : 0215 - 8884


HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN KEWIRAUSAHAAN PADA MAHASISWA 103

kewirausahaan. Semakin tinggi kecerdasan diketahui melalui hitungan dengan rumus


emosi mahasiswa, maka akan semakin sebagai berikut:
tinggi pula kewirausahaan mahasiswa.
Semakin rendah kecerdasan emosi
mahasiswa, maka akan semakin rendah
pula kewirausahaan mahasiswa. Dengan βx × Σxy
demikian dapat dikatakan bahwa hipotesis SR% = × 100%
JK × Reg
penelitian ini diterima.
Sumbangan Efektif masing-masing
Perhitungan koefisien determinasi
Aspek Kecerdasan Emosi terhadap
hubungan antara kecerdasan emosi dan
Variabel Kewirausahaan pada Mahasiswa
kewirausahaan menghasilkan nilai
dapat diketahui dengan hitungan sebagai
koefisien determinasi sebesar 0,399. Hal ini
berikut:
menunjukkan bahwa kecerdasan emosi
memberikan sumbangan efektif pengaruh SR% X R 2
sebesar 39,9% terhadap kewirausahaan SE% = %
SR% Total
pada mahasiswa.
Hasil selengkapnya dari Sumbangan
Sumbangan Relatif (SR) masing- Relatif masing-masing aspek kecerdasan
masing aspek kecerdasan emosi terhadap emosi terhadap kewirausahaan pada
kewirausahaan pada mahasiswa dapat mahasiswa dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 9. Deskripsi SR (%) dan SE (%) Aspek Kecerdasan Emosi terhadap Kewirausahaan
pada Mahasiswa
Sumbangan Efektif (%)
masing-masing aspek
Cross Sumbangan
Aspek Beta Jk Regresi R2 terhadap:
Product Relatif (%)
Kewira- Kecerdasan
usahaan Emosi
Kesadaran
Emosi 0,605948 3394 29710,75 6,92203 39,9 5,985750546 15,00188107
Kebugaran
Emosi 2,322013 3217 29710,75 25,14213 39,9 21,74138543 54,48968781
Kedalaman
Emosi 0,80138 5276,75 29710,75 14,23284 39,9 12,30769786 30,84636055
Alkimia
Emosi -0,00885 5236,75 29710,75 -0,15592 39,9 -0,134833839 -0,337929422
Total 46,14108 39,9 100

Hasil uji hipotesis penelitian menunjuk- positif antara antara kecerdasan emosi dan
kan diterimanya hipotesis yang diajukan kewirausahaan pada mahasiswa. Taraf
oleh peneliti, yakni adanya hubungan koefisien korelasi (r) yang dihasilkan dari

ISSN : 0215 - 8884


104 AHMAD IFHAM

hubungan 2 variabel tersebut sebesar 0,632 kemampuan. Kemampuan ini akan berpe-
dengan taraf signifikansi p = 0,000 (p < ngaruh terhadap pembentukan kewirausa-
0,01). Hal ini berarti bahwa semakin tinggi haan seseorang, yaitu: (a) Kesadaran diri
kecerdasan emosi mahasiswa, semakin emosional, (b) Mengelola emosi, (c)
tinggi pula kewirausahaan mahasiswa. Memanfaatkan emosi secara produktif, (d)
Sebaliknya, semakin rendah kecerdasan Empati: membaca emosi, (e) Membina
emosi mahasiswa, semakin rendah pula hubungan. Kemampuan ini sejalan dengan
kewirausahaan pada mahasiswa. keterampilan yang dimiliki oleh wirausa-
Hasil penelitian ini menunjukkan bah- hawan, yaitu: (a) Keterampilan berpikir
wa kecerdasan emosi memiliki hubungan kreatif. Pemikiran kreatif ini didukung oleh
positif dengan kewirausahaan. Kecerdasan 2 hal, yaitu pengerahan daya imajinasi dan
emosi berpengaruh terhadap kewirausahaan proses berpikir ilmiah. (b) Keterampilan
mahasiswa dengan sumbangan efektif dalam pembuatan keputusan. (c) Keteram-
sebesar 39,9%. Masing-masing aspek pilan dalam kepemimpinan. Beberapa hal
kecerdasan emosi memiliki sumbangan yang perlu digarisbawahi dalam usaha
efektif terhadap kewirausahaan pada melatih keterampilan untuk memimpin diri
mahasiswa dengan urutan sebagai berikut. sendiri yaitu dengan jalan sebagai berikut:
Pertama, aspek kebugaran emosi membe- mengenal diri sendiri, melatih kemauan,
rikan sumbangan efektif sebesar 21,741%. melatih disiplin diri sendiri, (d)
Kedua, aspek kedalaman emosi memberi- Keterampilan manajerial, (e) Keterampilan
kan sumbangan efektif sebesar 12,308%. dalam bergaul antarmanusia (human
Ketiga, aspek kesadaran emosi memberi- relations).
kan sumbangan efektif sebesar 5,986%, Selain itu, Cooper dan Sawaf (2000)
dan keempat, aspek alkimia emosi juga menyebutkan bahwa faktor yang
memberikan sumbangan efektif sebesar – paling menentukan keberhasilan seseorang
0,135%. dalam bekerja adalah faktor kecerdasan
Sementara itu, Ananda (2000) menye- emosi. Ditambahkan oleh mereka bahwa
butkan bahwa kecerdasan emosi memiliki intelektual cerdas seringkali bukanlah
komponen yang sangat kompleks dan orang yang paling berhasil dalam bisnis
terkait dengan kemampuan seseorang maupun kehidupan. IQ kemungkinan
dalam menggunakan kemampuan dan berhubungan hanya dengan 4% dari
potensi emosionalnya dalam kehidupan keberhasilan di dunia nyata. Lebih dari
sehari-hari. Hal ini selaras dengan pendapat 90% keberhasilan kemungkinan berhu-
Albin (Ananda, 2000) yang menyatakan bungan dengan bentuk-bentuk kecerdasan
bahwa semua manusia tanpa terkecuali, lain. Lebih lanjut mereka menjelaskan
dianugerahi kemampuan emosional yang bahwa orang dewasa rata-rata hanya
unik, sehingga semua dapat belajar untuk menggunakan 10% kecerdasannya selama
menalari dan menerimanya. Begitu juga hidup. Hal ini sejalan dengan pendapat
dengan mahasiswa. Sternberg (Cooper dan Sawaf, 2000) yang
menyinggung bahwa orang sering
Menurut Goleman (1999), seseorang menghitung IQ, namun IQ bukanlah yang
yang memiliki kecerdasan emosi yang terpenting. Disebutkan olehnya bahwa
tinggi tentunya akan memiliki berbagai

ISSN : 0215 - 8884


HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN KEWIRAUSAHAAN PADA MAHASISWA 105

tidak boleh menyingkirkan fakta bahwa dari optimalisasi potensi mahasiswa, opti-
hal-hal yang paling penting adalah malisasi kreasi dan inovasinya. Chandra
kecerdasan emosi. (2001) juga berpendapat bahwa banyak
Mahasiswa, dengan berbagai kegiatan orang yang sukses menjadi entrepreneur
yang dilakukannya, membutuhkan berbagai meski nilai akademisnya sedang-sedang
kemampuan yang tidak hanya melulu saja. Hal ini disebabkan, mereka yang lulus
membutuhkan IQ saja, tetapi lebih pada dengan nilai yang sedang itu sebagian besar
kemampuan emosional yang tinggi karena memiliki kecerdasan emosi yang optimal.
tentunya kegiatan kemahasiswaan ini tidak Lantaran kecerdasan emosi yang optimal
lepas dari kinerja hubungan dengan orang inilah yang justru mendorongnya untuk
lain. Goleman (2000) menyatakan bahwa menjadi entrepreneur yang kreatif.
meskipun telah begitu ditekankan baik di Contohnya adalah Bill Gates, seorang super
sekolah-sekolah maupun dalam ujian-ujian milyader di Amerika Serikat. Dia adalah
penerimaan, IQ saja ternyata tidak cukup pemilik perusahaan perangkat lunak
untuk menerangkan kinerja orang sesung- Microsoft. Saat Bill Gates kuliah di
guhnya dalam pekerjaan dan hidup. Ketika Harvard Business School, ia merasa tidak
skor IQ dikorelasikan dengan tingkat mendapat pengetahuan apa-apa. Akhirnya
kinerja orang dalam karir mereka, taksiran ia putuskan berhenti kuliah. Namun, meski
tertinggi untuk besarnya selisih IQ terhadap droop out dari Harvard, Bill dikenal
kinerja adalah 25%. Dalam analisis yang sebagai penyumbang dana terbesar bagi
seksama, angka yang tepat mungkin tidak universitasnya. Hal yang sama juga terjadi
lebih dari 10%, bahkan bisa hanya 4%. pada Steven K. Scout. Saat ini dia dikenal
sebagai milyader di Amerika Serikat.
Goleman (2000) juga berpendapat Ketika masih di sekolah, Steven tidak
bahwa IQ saja tidak mampu menerangkan pintar. Namun, sekarang Steven berhasil
75% keberhasilan-keberhasilan dalam menjadi pengusaha yang bergerak di
pekerjaan, atau bahkan sampai 96%. bidang bisnis pemasaran nomor satu di
Ternyata IQ tidak menentukan apakah Amerika Serikat.
seseorang berhasil atau gagal. Sebagai
contoh, sebuah pengkajian terhadap para Goleman (2000) berpendapat bahwa
lulusan Universitas Harvard dalam bidang aturan bekerja kini tengah berubah. Orang
hukum, kedokteran, dan bisnis menemukan dinilai berdasarkan tolok ukur baru, tidak
bahwa skor-skor pada ujian masuk sebagai hanya didasarkan pada tingkat kepandaian,
pengganti uji IQ mempunyai korelasi nol atau berdasarkan pelatihan dan penga-
(0) atau negatif dengan sukses karir mereka laman, tetapi juga berdasarkan seberapa
pada akhirnya. baik orang mengelola diri sendiri dan
berhubungan dengan orang lain. Tolok
Mahasiswa yang memiliki kemampuan ukur ini semakin banyak diterapkan dalam
kecerdasan emosi yang optimal belum memilih siapa yang akan dipekerjakan dan
tentu memiliki nilai akademis yang tinggi, siapa yang tidak, siapa terpaksa diberhen-
meski tidak selamanya mahasiswa yang tikan dan siapa yang dapat dipertahankan,
memiliki nilai akademik rendah akan siapa yang harus dimutasikan dan siapa
memiliki tingkat kewirausahaan yang yang harus dipromosikan. Aturan-aturan
tinggi. Kesuksesan mahasiswa tergantung

ISSN : 0215 - 8884


106 AHMAD IFHAM

baru tersebut memperkirakan siapa yang dalam bidang bisnis, 80 % ditentukan oleh
paling mungkin menjadi bintang di tempat kecerdasan emosinya.
kerja dan siapa yang paling cenderung Penelitian ini menggunakan responden
terpuruk. Tidak peduli bidang apa yang penelitian mahasiswa dari berbagai
sedang ditekuni. Aturan tersebut mengukur perguruan tinggi di Jogjakarta dengan
bakat-bakat yang sangat penting dalam beberapa kriteria, pertama, mereka telah
kaitannya dengan nilai jual untuk pekerjaan menginjak minimal semester tiga,
di masa mendatang alasannya waktu dua semester sebelumnya
Goleman memperkuat pendapatnya dianggap sudah cukup bagi mahasiswa
dengan menunjukkan hasil analisis yang untuk melakukan adaptasi, orientasi, dan
dibuat oleh para pakar dalam bidang yang interaksi terhadap dunia kampus dan
berbeda-beda pada hampir 500 organisasi, lingkungan sekitar tempat tinggalnya.
jawatan pemerintah, dan organisasi nirlaba Kedua, belum menikah. Ketiga, belum
di seluruh dunia secara sendiri-sendiri terikat kerja (ikatan dinas), asumsinya
membuktikan betapa tingginya pengaruh mereka secara dinamis masih mengikuti
kecerdasan emosi dalam keberhasilan berbagai kegiatan yang diadakan di kampus
pekerjaan. Keagan (dalam Goleman, 2000), atau di luar kampus. Dan keempat,
Vice President untuk pengembangan mahasiswa yang berusia maksimal berusia
eksekutif di Citibank, mengatakan bahwa 25 tahun (masa remaja akhir). Dari kriteria
kecerdasan emosi harus menjadi alasan yang disebutkan di atas akan terlihat bahwa
mendasar dalam setiap pelatihan masa mahasiswa adalah masa optimal
manajemen individu untuk mengoptimalkan semua
Maka dengan memiliki kecerdasan potensinya. Usia mahasiswa adalah usia
emosi yang optimal, seseorang akan lebih remaja yang penuh semangat dan gejolak,
bisa mentransformasikan situasi sulit dan banyak minat yang diingini, kegiatan yang
bahkan menjadi semakin peka akan adanya dilakukan masih multi alternatif, dan
peluang wirausahawan dalam situasi banyak yang mewadahinya.
apapun. Kalau seseorang memiliki kecer- Hasil penelitian ini juga menunjukkan
dasan emosi yang optimal, Chandra (2001) bahwa tingkat kecerdasan emosi dan
yakin bahwa seseorang tersebut akan kewirausahaan pada mahasiswa tergolong
mampu mengatasi berbagai konflik tinggi. Berbagai mitos-mitos negatif
Chandra (2001) juga berpendapat kewirausahaan harus dihapuskan dari
bahwa seseorang yang benar-benar kesadaran kolektif angkatan kerja sarjana,
mengoptimalkan EI, akan lebih jeli dalam karena dampak dari mitos-mitos negatif ini
melihat sebuah peluang. Ia akan lebih sungguh besar (Hidayat, 2000). Mitos-
cekatan dalam bertindak dan lebih punya mitos tersebut harus segera dihilangkan.
inisiatif. Maka ia pun akan lebih siap dalam Kemandirian dan penerimaan diri harus
melakukan negosiasi bisnis. Lebih mampu segera ditanamkan pada diri mahasiswa.
melakukan strategi bisnisnya, memiliki Dari penerimaan diri inilah dorongan
kepekaan, daya cipta, dan komitmen yang kewirausahaan tumbuh. Dengan peneri-
tinggi. Bahkan, ada pakar yang meng- maan yang menyeluruh, seseorang tidak
ungkapkan bahwa keberhasilan seseorang akan peduli pada anggapan masyarakat

ISSN : 0215 - 8884


HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN KEWIRAUSAHAAN PADA MAHASISWA 107

bahwa wirausaha itu profesi yang rendah, emosi sebagian besar subjek termasuk
tidak layak dilakukan oleh sarjana tamatan dalam kategori tinggi sebanyak 22 subjek
perguruan tinggi ternama. Dia tidak akan (22%), kategori sangat tinggi sebanyak 66
terdorong untuk segera menunjukkan orang (66%) dan mereka juga memiliki
keberhasilan usahanya, semata-mata agar tingkat kewirausahaan yang termasuk
tidak kalah gengsi dengan temannya yang dalam kategori sangat tinggi sebanyak 87
bekerja di sebuah bank ternama. Dengan orang (87%), untuk itu segeralah mulai dari
penerimaan diri, seseorang akan terdorong sekarang, mulai dari sedikit atau banyak,
untuk mengaktualisasikan segala yang mulai dari diri sendiri untuk segera
dimiliki, dalam intensitas komitmen yang berwirausaha, bukan saatnya lagi untuk
sangat penuh. Setelah lulus sebagai sarjana, terus-terusan bergantung kepada kedua
dia memiliki dorongan untuk menggali orang tua, baik secara mental maupun
nilai tambah dari ilmu pengetahuan, finansial. Sudah saatnya untuk mandiri.
teknologi dan seni yang dikuasai sebagai Mahasiswa memiliki potensi tinggi
sebuah perwujudan potensi diri. untuk berwirausaha. Mahasiswa bisa meng-
optimalkan potensi kreasi dan inovasinya
KESIMPULAN dengan mengikuti berbagai kegiatan
Kesimpulan dari penelitian ini menun- kemahasiswaan agar kegiatan kemahasis-
jukkan bahwa kecerdasan emosi berko- waan di kampus bisa berkembang dengan
relasi positif dengan kewirausahaan pada baik, mahasiswa bisa mengembangkan diri,
mahasiswa. Variabel Kecerdasan Emosi dan mengelola diri. Mahasiswa juga bisa
memberikan sumbangan efektif pengaruh beraktualisasi diri sebagai fungsi dari
terhadap Variabel Kewirausahaan pada individu yang memasuki fase remaja akhir
Mahasiswa sebesar 39,9%. Sumbangan atau dewasa awal. Mahasiswa haruslah
efektif masing-masing aspek kecerdasan mulai berani berwirausaha dengan
emosi terhadap kewirausahaan pada berjualan barang maupun jasa, berkreasi
mahasiswa berdasarkan urutan terbesar membuat kerajinan tangan, membuka
adalah pertama, aspek kebugaran emosi usaha baru, mengembangkan kreasi dan
memberikan sumbangan efektif sebesar inovasi dalam organisasi kemahasiswaan.
21,741%. Kedua, aspek kedalaman emosi
memberikan sumbangan efektif sebesar DAFTAR PUSTAKA
12,308%. Ketiga, aspek kesadaran emosi Ananda, R.R. Woro Oyi. 2000. Hubungan
memberikan sumbangan efektif sebesar Antara Kecerdasan Emosi dengan Etos
5,986%, dan keempat, aspek alkimia emosi Kerja. Skripsi. Tidak diterbitkan.
memberikan sumbangan efektif sebesar – Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.
0,135% terhadap aspek kewirausahaan
pada mahasiswa. Andayani, Budi. 1993. Persepsi Terhadap
Kegiatan dengan Indeks Prestasi pada
Mahasiswa. Laporan Penelitian. Tidak
SARAN diterbitkan. Yogyakarta: Fakultas
Secara umum hasil penelitian ini Psikologi UGM.
menunjukkan bahwa tingkat kecerdasan

ISSN : 0215 - 8884


108 AHMAD IFHAM

As’ad, Moh. 1982. Psikologi Industri. Chandra, Purdi E., 2001. Menjadi Entre-
Yogyakarta : Liberty. preneur Sukses. Jakarta: PT Gramedia
Atmaja, Makfudin Wirya. 2002. Dari Widiasarana Indonesia.
Manajemen ke Wirausaha (entrepre- Coakes, S.J. & Steed, L.G. 1996. SPSS for
neur) dan ke Intrausaha (intrapreneur). Windows (Analysis Without anguish).
Majalah Manajemen, No. 169. Singapore: John Wiley & Sons.
September 2002. Jakarta: PT Pustaka Cole, L. 1948. Psychology of Adolescence.
Binaman Pressindo. 3th Edition. New York: Rinehart &
Aziz, Amin M. 1978. Kewiraswastaan dan Company, Inc.
Perkembangan Ekonomi Indonesia. Cooper, R.K. dan Sawaf, A. 2000.
Prisma. No. 9, Oktober, Th. VII. Excecutive EQ: Kecerdasan Emosional
Azwar, Saifuddin. 1995. Sikap Manusia: dalam Kepemimpinan Organisasi.
Teori dan Penmgukurannya. Terjemahan. Jakarta : PT Gramedia
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Pustaka Utama.
___. 1997. Reliabilitas dan Validitas. Corens, R. 1994. Body Signs, Body
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Language, Speaking without Words,
___. 1999. Metode Penelitian. Yogyakarta: Communicating with Gestures and
Pustaka Pelajar. Movement. Makalah dalam Two Days
Workshop on Body Language.
___. 2000. Penyusunan Skala Psikologi.
Yogyakarta: LIP.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dapsari, Indri. 2001. Perbedaan Kecer-
Banfe, C. 1991. Entrepreneur-from Zero to
dasan Emosi pada Mahasiswa Eksakta
Hero. New York: Van Nostrand
dan Non Eksakta di UGM. Skripsi.
Reinhold.
Tidak diterbitkan. Yogyakarta:
Baumassepe, Andi Nur. 2001. Berwira- Fakultas Psikologi UGM.
usaha Sejak Mahasiswa. Makalah.
De Jong, S. 1976. Salah Satu Sikap Hidup
Tidak diterbitkan. Yogyakarta: STIE
Orang Jawa. Yogyakarta : Yayasan
YKPN.
Kanisius.
___. 2001. Wirausahawan: Agen Peru-
Drucker, Peter F. 1985. Innovation and
bahan Ekonomi (Bagian 2). Makalah.
Entrepreneurship. New York: Harper
Tidak diterbitkan. Yogyakarta: STIE
& Row.
YKPN.
Ekman, P., Friensen, W.V., dan Ancoli.
Bygrave, William D,.1994. Portable MBA
1980. Facial Sign of Emotional
Entrepreneurship. US: John Wiley &
Experience. Journal of Personality and
Sons, Inc.
Social Psychology, 64, 615-622
Cahyono, Tri B. 1983. Teori dan Praktek
Goleman, Daniel. 1999. Emotional Intelli-
Kewiraswastaan: Tinjauan Psikologi
gence (terjemahan). Jakarta: PT.
Industri. Yogyakarta: Liberty.
Gramedia Pustaka Utama.
Carman, J & Lussier, R.N. 1996. Small
____. 2000. Working with Emotional
Busssiness Management: A Rearning
Intelligence: Kecerdasan Emosi untuk
Approach.US : Irwin, Inc.

ISSN : 0215 - 8884


HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN KEWIRAUSAHAAN PADA MAHASISWA 109

Mencapai Puncak Prestasi. Jakarta: and Readiness. New Jersey: Prentice


PT. Gramedia Pustaka Utama. Hall.
Hadi, S. 1984. Metodologi Riset (Jilid III). Karafir, P.Y. 1977. Pemupukan Modal
Yogyakarta: Andi Offset. Pedagang Kaki Lima. Seri Penerbitan
____. 1987. Metodologi Riset (Jilid II). Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial Universitas
Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Indonesia Bekerja Sama dengan Pusat
Fakultas Psikologi UGM. Latihan Ilmu Sosial Jakarta.
____. 1992. Metodologi Riset Jilid III. Kerlinger, F.N. 1973. Asas-asas Penelitian
Yogyakarta: Andi Offset. Behavioral. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
____. 2000. Metodologi Riset. Yogyakarta:
Andi Offset. Kimmel, D.C. 1974. Adulthood and Aging:
An Interdisciplinary, Developmental
Hartono, K.P. 1995. Kepekaan Mengar-
View. New York: John Wiley & Sons,
tikan dan Merespon Balik Emosi Dasar
Inc.
Manusia dalam Industri Jasa
Perhotelan. Skripsi. Tidak diterbitkan. Lambing, P & Kuehl, C,R. 2000.
Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM. Entrepreneurship 2nd Edition. New
Jersey: PrenticeHall
Hendrasari, Ratna, T. 1988. Motif untuk
Berprestasi dan Kualitas Kewira- Lindgren, H.C. 1972. Educational Psycho-
swastaan para Pedagang Kaki Lima di logy in The Classroom.5th edition. New
Kotamadya Yogyakarta. Intisari York: John Willey & Sons. Inc.
Skripsi. Tidak diterbitkan. Fakultas Mardiyanto, R. 1999. Penggunaan Mana-
Psikologi UGM. Yogyakarta. jemen Konflik Mahasiswa Ditinjau
Hidayat, Rahmat. 2000. Skema Kognitif dari Status Keikutsertaan dalam
Kewirausahaan Pada Mahasiswa. Mengikuti Pecinta Alam di UGM.
Laporan Penelitian (tidak diterbitkan). Skripsi. Tidak diterbitkan. Yogyakarta:
Yogyakarta: Fakultas Psikologi Fakultas Psikologi UGM.
Universitas Gadjah Mada. Markham, S.S. 1994. Pengalaman Emosi
Hurlock, E.B. 1973. Adolescent Develop- dan Kesehatan Mental. Anima. Vol. IX.
ment. 4th Edition. Tokyo: Mc Graw- No.36 3-20.
Hill Kogakusha, Ltd. McClelland, D. C. 1961. The Achieving
___. 1994. Psikologi Perkembangan: Suatu Society. Bombay: Vahil & Sons Private
Pendekatan Sepanjang Rentang Ltd.
Kehidupan. Edisi ke-5. (Terjemahan). Monks, F.J., Knoers, A.M.P., & Haditono,
Jakarta: Erlangga. S.R. 1984. Psikologi Perkembangan:
Joesoef, D. 1976. Pendidikan dan Pengem- Pengantar dalam Berbagai Bagiannya.
bangan Kewiraswastaan. Jakarta: Yogyakarta: Gadjah Mada University
CSIS. Press.
Kao, John J. 1989. Entrepreneurship, Oktasela, Daniel. 2001. Hubungan Antara
Creativity & Organization: Text, Cases Kecerdasan Emosi dengan Stress di
Tempat Kerja. Skripsi. Tidak

ISSN : 0215 - 8884


110 AHMAD IFHAM

diterbitkan. Yogyakarta: Fakultas (4th ed.). New York : Mc Graw Hill


Psikologi UGM. Book Co.
Patton, P. 1998. EQ (Kecerdasan Emo- Suhadi. 1985. Wiraswasta Sampah Satu
sional) di Tempat Kerja. Terjemahan. Alternatif Ekonomi Yang Perlu
Jakarta: Pustaka Delapratasa. Dijajagi. Yogyakarta: PT. Bina Ilmu.
Pranantyo, T. 1985. Hubungan antara Sumahamijaya, S. 1978. Mencari Makna
Kebutuhan Berprestasi dengan Prestasi Wiraswasta. Prisma. 9, Oktober, Th.
Kerja Wiraniaga di PT Widyadara VII.
Cabang Yogyakarta dan Denpasar. ____. 1980. Kewiraswastaan, dalam Sri
Intisari Skripsi. Tidak diterbitkan. Edi Swasono. Entrepreneurship Indo-
Fakultas Psikologi UGM. Yogyakarta. nesia (Bunga Rampai). Jakarta:
Prawitasari, J.E. Kecerdasan Emosi. Lembaga Penerbit UI.
Buletin Psikologi, Th. VI, No.1 Juni Suparno, Edi. 2002. "Employees Boom''
1998, Yogya : Fakultas Psikologi. dan Lonceng Kematian Pendidikan
Ranupandojo, H. 1982. Wiraswasta Indo- Tinggi. Data pada pendahuluan. Suara
nesia : Sebuah Renungan. Yogyakarta: Pembaruan. Berita tanggal 17 Mei
BPFE. 2002.
Roepke, J. 1978. Kewiraswastaan dan Suryo, D. 1986. Sektor Swasta dalam
Pengembangan Ekonomi Indonesia. Perspektif Sejarah. Prisma. 9, April.
Prisma. 9 Oktober, th. VII. Susiawan, Susilo. 1983. Hubungan Antara
Rosenfeld, R. and Servo, J. 1990. Konsep Diri dengan Kualitas
Innovation and Creativity at Work. Kewiraswastaan pada Pedagang Kaki
New York: John Willey & Sons Ltd. Lima di Kotamadya Yogyakarta.
Saphiro, L.E. 1997. Mengajarkan Emo- Skripsi. Tidak diterbitkan. Yogyakarta:
tional Intelligence pada Anak. Jakarta: Fakultas Psikologi UGM.
PT Gramedia Pustaka Utama Swasono, S.E. 1976. Entrepreneurship
Sharma, K.L. 1975. Entrepreneurial Indonesia. Jakarta : LPFE Universitas
Perfomance in Role Perspective. New Indonesia.
Delhi: Abhinar Publications. Tilaar, M. 1987. Menumbuhkan dan
Sholihin, A.I. 2002. Karakteristik Maha- Membina Sikap Wiraswasta yang
siswa. Makalah. Tidak diterbitkan. Tangguh dan Profesional. Makalah.
Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM. Tidak diterbitkan. Lembaga Pendi-
dikan Primagama bekerja sama dengan
Sigit, S. 1982. Marketing Praktis. Yogya-
Kadin Daerah Istimewa Yogyakarta.
karta : Amurrita.
Utomo, W. Dunia Kehidupan Mahasiswa
Soemanto, Wasty. 1999. Sekuncup Ide
Indonesia dalam Kumpulan Naskah
Operasional Pendidikan Wiraswasta.
Penataran Bimbingan dan Konseling
Jakarta: Bumi Aksara.
untuk Tenaga Pengajar Perguruan
Steinhoff, D. and Burgess, J.F. 1986. Small Tinggi se-Indonesia. Buku 20:
Business Management Fundamentals

ISSN : 0215 - 8884


HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN KEWIRAUSAHAAN PADA MAHASISWA 111

Psikologi Belajar. Jakarta: Departemen ____. (2002). Http://www.bradfuller.com/


Pendidikan dan Kebudayaan RI. Publucations/innovate.html
Walgito, B. 1994. Psikologi Sosial Suatu ____. (2002). Http://www.chrisfoxinc.com/
Pengantar. Yogyakarta: Andi Offset. Intrapreneurship.htm
Widada, S.T. 1991. Kemandirian Ditinjau ____. (2002) Http://www.kompas.com/
dari Status Keikutsertaan dan Motivasi kompas-cetak/0204/27/DIKBUD/
Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler pend09.htm.
Pecinta Alam pada Mahasiswa ____. (2002) Http://www.nakertrans.go.id/
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. berita_mass_media/B_Tenagakerja/20
Skripsi. Tidak diterbitkan. Yogyakarta: 02/mei/MM-TK020517c.htm
Fakultas Psikologi UGM.
____. (2002). Intrapreneurship. Makalah.
Wijandi, S. 1981. Pengantar Kewira- http://www.ima-india.com (Kamath,
usahaan. Bandung: Sinar Baru. P).
Wimbarti, S. 1998. Mengajarkan Kecer- ____. (1986). Kewiraswastaan. Makalah.
dasan Emosional pada Anak Suatu Untuk Peserta Kuliah Kerja Nyata
Pandangan Psikologis. Makalah (tidak (KKN) UGM Yogyakarta. Yogyakarta:
diterbitkan) Yogyakarta: Fakultas Kanwil Deperdag DIY.
Psikologi UGM.
___. (2002). Kondisi Tenaga Kerja di
Zajonc, R.B., Murphy, S.T. & Inglehart, M. Indonesia. Artikel. http:
1989. Feeling ang Facial Efference : //www.nakertrans.go.id (Pasaribu,
Implicatins of The VascularTheory of Bomer).
Emotion. Psychology Review. 96,3,
___. (2002). Mengenal Kecerdasan
395-410.
Emosional Remaja. Makalah. Jakarta:
____. (2001). Dunia Usaha Tidak http://www.e-psikologi.com/remaja/
Digubris.Dalam Kompas. Minggu 21 250402.htm (Mu’tadin, Zainun).
Oktober 2001
___. (2001). Modal Ventura kawan Bagi
____. (2002). Http://www.bogor.net/bcc/ UKM dan Koperasi. Dalam Koran
new_page_5.htm ciri kepribadian Tempo. Minggu 5 Agustus 2001.
kewirausahaan.

ISSN : 0215 - 8884

You might also like