Professional Documents
Culture Documents
2846 8169 1 SM
2846 8169 1 SM
2846 8169 1 SM
Hardiani Alvia 1
Hening Widowati 2
Agil Lepiyanto3
1,2,3
Pendidikan Biologi FKIP, Universitas Muhammadiyah Metro
E-mail: 1hardianialvia.bio@gmail.com
83
ALVIA, H., WIDOWATI, H., & LEPIYANTO, A. PENGEMBANGAN..
sendiri (mandiri) dengan bantuan atau Hadits, Fiqih, dan Aswaja. Materi
bimbingan yang minimal dari pendidik Ekologi adalah materi pada peserta
(Prastowo, 2012). Berdasarkan “21st didik SMA kelas X semester genap
Century Partnership Learning dengan Kompetensi Dasar (KD) 3.10
Framework” dalam BSNP (2010), salah yaitu menganalisis komponen-
satu kompetensi dan keahlian yang komponen ekosistem dan interaksi antar
wajib dimiliki oleh Sumber Daya komponen tersebut. Pemilihan materi
Manusia (SDM) abad 21 yaitu ini didasari karena banyaknya
kemampuan berpikir kritis dan permasalahan-permasalahan otentik
kemampuan pemecahan masalah dalam ekosistem yang dapat dijadikan
(Critical-Thinking and Problem-Solving sumber belajar dan pembelajaran,
Skills). Berdasarkan hasil wawancara terlebih letak sekolah yang dekat
dengan guru dan peserta didik kelas X dengan ekosistem sawah membuat
MIA MA Ma’arif 9 Kotagajah pada peneliti tergugah untuk
tanggal 12 Januari 2019 dan 11 Mei mengembangkan modul untuk materi
2019 diperoleh informasi bahwasanya Ekologi agar lebih kontekstual.
terdapat beberapa masalah terkait Lingkungan sekitar merupakan
kelengkapan materi dan kemenarikan gambaran dari suatu ekosistem,
bahan ajar yang digunakan. MA Ma’arif sehingga pemilihan materi ekologi
9 Kotagajah merupakan sekolah yang dirasa tepat dan mudah untuk
sudah menerapkan kurikulum 2013. diterapkan dengan model problem
Menurut Atmono, dkk (2018:429) solving.
bahan ajar pada kurikulum 2013 harus Dirumuskanlah permasalahan
mencerminkan 4 kompetensi inti yaitu yaitu, Bagaimanakah mengembangkan
meliputi sikap spiritual, sikap sosial, modul pembelajaran biologi SMA
pengetahuan, dan keterampilan. berbasis problem solving dengan
Kompetensi sikap spiritual yang mengintegrasikan nilai-nilai Islam pada
merupakan salah satu kompetensi yang materi Ekologi? Hal ini bermaksud
diperhatikan dalam kurikulum 2013 untuk mengembangkan sebuah bahan
juga menjadi alasan pengintegrasian ajar yang menarik, lengkap, dapat
nilai-nilai spiritual Islam pada modul. digunakan untuk belajar secara mandiri,
Menilik latar belakang sekolah tersebut melatih peserta didik untuk mampu
yang merupakan sekolah berbasis Islam, memecahkan masalah, dan membentuk
berdasarkan wawancara diperoleh peserta didik yang unggul dalam
informasi bahwa dalam pembelajaran spiritual.
biologi peserta didik belum dibiasakan Tujuan penelitian
untuk mengaitkan materi biologi dengan pengembangan ini adalah untuk
nilai-nilai Islam. Bahan ajar biologi menghasilkan produk berupa bahan ajar
yang digunakan pun belum terintegrasi modul pembelajaran biologi SMA
nilai Islam. Materi tentang keIslaman berbasis problem solving dengan
biasanya diperoleh dari mata pelajaran mengintegrasikan nilai-nilai Islam pada
Bahasa Arab, Aqidah, Qur’an dan materi Ekologi yang layak untuk
digunakan sebagai bahan ajar kelas X Tahap ini terdiri dari dua langkah yaitu
MIA MA Ma’arif 9 Kotagajah, dengan validasi ahli/praktisi dan uji coba
harapan dapat mengatasi permasalahan pengembangan produk.
dan memenuhi kebutuhan baik Uji coba dalam penelitian ini
kebutuhan kompetensi abad 21, dilakukan melalui 2 tahap, yaitu uji ahli
kebutuhan kurikulum maupun dan uji kelompok kecil. Uji ahli terbagi
kebutuhan sekolah. menjadi empat yaitu uji ahli desain, uji
ahli materi, uji ahli bahasa, dan uji ahli
METODE tafsir Al-Qur’an/Al-Hadits.
Jenis penelitian ini adalah Data diperoleh dari pemberian
penelitian dan pengembangan atau skor pada angket dengan skala skor
Research and Development (R&D) seperti pada Tabel 1, kemudian data
dengan model pengembangan 4D yang dianalisis dan ditetapkan kelayakannya
terdiri dari tahap Define (Pendefinisian), berdasarkan kriteria kelayakan seperti
Design (Perancangan), Develope pada Tabel 2.
(Pengembangan), dan Disseminate
(Penyebaran), namun dalam penelitian HASIL
dan pengembangan ini hanya dilakukan Berdasarkan Gambar 1 yang
sampai pada tahap Develope kemudian diimplementasikan dalam
(Pengembangan). kriteria kelayakan menurut Riduwan
Prosedur pengembangan dan Akdon (2015) maka kelayakan
diuraikan sebagai berikut: dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Define (Pendefinisian)
Tahap ini dilakukan analisis apa saja Tabel 1. Skala Skor Ahli dan Respons
yang dibutuhkan dalam pembelajaran Peserta
dan apa saja masalah yang terjadi pada No
Keterangan untuk Respon
Skor
pembelajaran. Tahap ini terdiri dari lima Ahli dan Peserta Didik
langkah yaitu analisis ujung depan, 1 Sangat Baik 5
analisis siswa, analisis konsep, analisis
2 Baik 4
tugas, dan analisis tujuan pembelajaran.
2. Design (Perancangan) 3 Sedang 3
Tahap ini dilakukan perancangan
kerangka modul yang dikembangkan. 4 Buruk 2
Tahap ini terdiri dari beberapa langkah
5 Buruk Sekali 1
yaitu pemilihan media, pemilihan
format, dan rancangan awal. Sumber: Ridwan & Akdon (2015:17)
3. Develope (Pengembangan)
Tahap ini merupakan tahap
mengembangkan kerangka modul yang
sebelumnya telah dirancang agar
dihasilkan sebuah modul yang
diharapkan sesuai dengan kebutuhan.
120%
96%
88% 92%
100% 85%
83%
80%
60%
40%
20%
0%
Ahli Desain Ahli Materi Ahli Bahasa Ahli Tafsir Peserta
Didik
Rata-rata 89%
Gambar 1. Rekapitulasi Hasil Data Validasi Ahli (Desain, Materi, Bahasa, Tafsir) serta
Uji Respons Peserta Didik)
1. Kelayakan modul dari aspek desain adalah 83% dengan kategori “Sangat Baik”.
2. Kelayakan modul dari aspek materi adalah 85% dengan kriteria “Sangat Baik”.
3. Kelayakan modul dari aspek bahasa adalah 88% dengan kriteria “Sangat Baik”.
4. Kelayakan modul dari aspek tafsir adalah 96% dengan kriteria “Sangat Baik”.
5. Kelayakan modul berdasarkan respons peserta didik adalah 92% dengan kriteria “Sangat Baik”.
6. Kelayakan modul berdasarkan semua aspek (desain, materi, bahasa, tafsir, dan respon peserta didik
setelah dirata-rata adalah 89% dengan kriteria “Sangat Baik.