ID Hubungan Pelaksanaan Fungsi Perawatan Ke

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 11

HUBUNGAN PELAKSANAAN FUNGSI PERAWATAN KESEHATAN KELUARGA

DENGAN STATUS GIZI BALITA

Indah Sintia Sari1, Agrina2, Siti Rahmalia3

Program Studi Ilmu Keperawatan


Universitas Riau
Kampus Binawidya Pekanbaru, 28293, Indonesia indahsintia19@yahoo.com

Abstract

The aim of this research was to know the relationship between the implementation of family health care
function to nutritional status of children aged under five years in Padang Bulan village, Pekanbaru. This
research was quantitative research design with descriptive cross sectional correlational approach. The total
of sample were 82 mothers who have children and conducted by accidental sampling. The instrument used
weight scale (Kg) ang height scale (Cm) which interpreted by standard of WHO-NCHS (2005) as the
variable of nutritional status. The instrument used the questionnaire to measure the function of family health
care which had been tested the validity and reliability. This research used univariate analyse to determine
the distribution of frequencies and bivariate analyse Kolmogorof Smirnov. The result of this study showed
that most of children had good nutritional status and most of mothers had implemented the family health
care functions excellently. It showed, there is a relationship of the implementation of family health care
functions to nutritional status of children aged under five years (p value= 0,014). Based on this result, it is
recommended to each mother to improve the nutritional status of children aged by doing the function of
health family care well.

Keyword: the implementation of family health care function, nutritional status the children aged under five
years Organization), dan Bank Dunia pada tahun 2012
disebutkan bahwa pada tahun 2012 sekitar 6,6 juta
anak meninggal sebelum mencapai usia lima
PENDAHULUAN tahun.
Pemenuhan gizi yang cukup merupakan Penyebab utama kematian di kalangan anak balita
dasar dari pembangunan kesehatan. Menurut UU termasuk pneumonia, masalah gizi, prematuritas,
no. 36 tahun 2009 tujuan pembangunan kesehatan asfiksia, diare, dan malaria. Secara global, WHO
adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, mengatakan sekitar 45% kematian balita karena
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar kekurangan gizi dan Indonesia termasuk di antara
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang 36 negara di dunia yang memberi 90% kontribusi
setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi masalah gizi dunia. UNICEF (2012) melaporkan
pembangunan sumber daya manusia yang Indonesia berada di peringkat kelima dunia untuk
produktif secara sosial dan ekonomis. Salah satu negara dengan jumlah anak yang terhambat
indikator pencapaian pembangunan kesehatan pertumbuhannya paling besar dengan perkiraan
berdasarkan MDG’s (Millenium Development sebanyak 7,7 juta balita.
Goals) yang ke empat adalah menurunkan angka Riset Kesehatan Dasar (2013) mencatat
kematian anak dengan pencapaian target pada bahwa prevalensi anak dengan gizi kurang di
Tahun 2015 yaitu mengurangi dua per tiga tingkat Indonesia pada Tahun 2013 sebanyak 12,1%,
kematian anakanak usia di bawah lima tahun. diantaranya balita sangat kurus sebanyak 5,3% dan
Laporan bersama UNICEF (United Nations kurus sebanyak 6,8%. Menurut WHO (2010)
Children’s Fund), WHO (World masalah kesehatan gizi masyarakat sudah dianggap
Health serius bila prevalensi gizi kurang antara 10-14%
dan dianggap kritis bila ≥15%. Prevalensi anak Pertumbuhan dan perkembangan yang baik sangat
balita gizi kurang secara nasional pada tahun 2013 diperlukan pada masa emas ini, agar mereka dapat
masih 12,1%, yang artinya masalah gizi kurang di tumbuh menjadi manusia yang berkualitas
Indonesia masih merupakan masalah kesehatan sehingga masa ini merupakan periode yang sangat
masyarakat yang serius. Masalah ini tersebar di 33 kritis dalam menentukan pertumbuhan dan
propinsi, dimana terdapat 16 propinsi yang masuk perkembangan balita (Almatsier, Soetardjo, &
kategori serius, dan 4 propinsi termasuk kategori Soekatri, 2011).
kritis, yaitu Kalimantan Barat, Maluku, Aceh dan Balita merupakan salah satu golongan atau
Riau (Riskesdas, 2013). kelompok penduduk yang rawan terhadap
Profil kesehatan provinsi Riau memperoleh kekurangan gizi, masalah gizi masih didominasi
data cakupan balita BGM (Balita Bawah Garis oleh keadaan kurang gizi seperti anemia besi,
Merah) dari hasil penimbangan pada balita di 12 gangguan akibat kurang yodium, kurang vitamin A
kabupaten atau kota di provinsi Riau Tahun 2011 dan kurang protein (KEP) (Febry & Marendra,
diperoleh sebanyak 17,8% balita. Tahun 2011 2008). Dampak yang terjadi apabila gizi balita
tercatat 927 anak atau 1,7% dari 55.540 anak yang tidak terpenuhi akan berpengaruh terhadap tumbuh
di timbang di kota Pekanbaru adalah anak dengan kembang balita selanjutnya, menghambat
status gizi buruk (Dinas Kesehatan Propinsi Riau, perkembangan kognitif, dan meningkatan resiko
2013). kematian (Sedioetama, 2009). Balita yang
Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru (2012) kekurangan gizi tidak mampu membentuk antibodi
mendapatkan data bahwa dari 20 Puskesmas yang (daya tahan) terhadap penyakit infeksi sebagai
ada di Pekanbaru, Puskesmas Senapelan akibatnya anak-anak sering kali terkena penyakit
mempunyai prevalensi balita BGM (balita di sehingga mengganggu pertumbuhannya (Adriani &
bawah garis merah) yang mengalami peningkatan Wirjaatmadi, 2012).
dalam tiga tahun terakhir. Tahun 2010 tercatat Gizi memiliki berbagai faktor penyebab
1,15% naik menjadi 1,67% pada tahun 2011 dan jika ditelusuri dari pokok masalah dan tidak
kembali melonjak menjadi 2,56% pada tahun 2012 langsung bersumber pada keluarga. Faktor
dari 3140 balita yang ditimbang. penyebab tersebut adalah adekuat atau tidaknya
Masalah gizi pada hakikatnya merupakan persediaan bahan makanan, memadai atau tidaknya
masalah kesehatan masyarakat yang pola asuh, tersedia atau tidaknya sanitasi/air bersih
penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan dan akses atau tidaknya terhadap pelayanan
pendekatan pelayanan medis dan pelayanaan kesehatan dasar tergantung pada kemampuan
kesehatan saja. Penyebab dari masalah gizi keluarga secara sosial ekonomi, pengetahuan dan
multifaktor sehingga harus melibatkan berbagai keterampilan (Adisasmito, 2007).
sektor yang terkait. Masalah gizi sering berkaitan Ali (2010) menyampaikan bahwa keluarga
dengan masalah kekurangan pangan namun sebagai kelompok individu dapat menimbulkan,
pemecahannya tidak selalu berupa peningkatan mencegah, mengabaikan atau memperbaiki
produksi dan pengadaan pangan. Masalah gizi masalah kesehatan dalam kelompoknya sendiri.
muncul juga diakibatkan masalah ketahanan Peran keluarga dalam memelihara dan
pangan ditingkat rumah tangga yaitu kemampuan memperbaiki status gizi anggota keluarga dapat
rumah tangga memperoleh makanan untuk semua dilakukan melalui pelaksanaan fungsi-fungsi
anggota keluarga, serta bagaimana keluarga keluarga yaitu fungsi afektif (kasih sayang), fungsi
mengolah, menyajikan serta memenuhi kebutuhan sosialisasi, fungsi reproduksi, fungsi ekonomi dan
gizi keluarga agar mendapatkan gizi seimbang fungsi perawatan kesehatan. Fungsi keluarga yang
(Sediaoetama, 2009). paling relevan dari ke lima fungsi tersebut dengan
Gizi seimbang adalah zat-zat gizi yang kesehatan adalah fungsi perawatan kesehatan
dapat menghasilkan energi yang diperlukan oleh keluarga (Friedman, 2010).
tubuh untuk melakukan aktivitas seperti Fungsi perawatan kesehatan keluarga
karbohidrat, lemak dan protein. Gizi seimbang adalah cara-cara tertentu yang dipunyai keluarga
dibutuhkan pada setiap tahap tumbuh kembang untuk mengatasi masalah kesehatan dengan baik
terutama pada kelompok balita. Masa balita adalah yaitu kesanggupan untuk melaksanakan
masa emas atau ”golden age periode”. pemeliharaan atau tugas kesehatan tertentu (Setiadi
2008). Fungsi utama keluarga yaitu untuk kebersihannya. Dalam pengobatan keluarga yang
mempertahankan keadaan kesehatan anggota sakit, masih banyak keluarga yang tidak
keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia,
fungsi tersebut dikembangkan menjadi tugas karena pengetahuan dalam keluarganya masih
kesehatan keluarga. Tugas kesehatan tersebut kurang, namun sebagian juga dari keluarga ada
meliputi kemampuan keluarga untuk mengenal yang memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
kesehatan keluarga, memutuskan tindakan paling mudah dijangkau yaitu Puskesmas dan
kesehatan yang tepat bagi keluarga, merawat memanfaatkan Posyandu sebagai tempat untuk
anggota keluarga yang mengalami gangguan menimbang dan diperiksa bila anaknya sakit.
kesehatan, memodifikasi lingkungan keluarga Hasil pengukuran status gizi balita dari 10
untuk menjamin kesehatan, dan memanfaatkan keluarga berdasarkan indeks BB/TB diperoleh 6
fasilitas pelayanan kesehatan (Setiadi, 2008). balitanya memiliki status gizi normal sedangkan 4
Penelitian terkait peran keluarga terhadap balita memiliki status gizi kurang (kurus).
status gizi balita dilakukan oleh Kurniawati Penanggung jawab Posyandu di Kelurahan Padang
(2011) diperoleh hasil bahwa tingkat pengetahuan Bulan menyatakan bahwa wilayah ini merupakan
ibu yang rendah tentang gizi beresiko tiga kali wilayah dengan balita terbanyak dan masih
lebih besar terhadap buruknya status gizi balita. ditemukan balita dengan gizi kurang yang
Penelitian Setyobudi, Astuti, dan Bachyar (2005) mengalami peningkatan dalam kurun waktu tiga
diperoleh hasil bahwa perawatan anak dengan tahun terakhir ini. Berdasarkan penjabaran di atas
PMT memberikan pengaruh yang signifikan terhadap keluarga inilah peneliti ingin melihat
terhadap peningkatan statu gizi anak balita apakah ada hubungan pelaksanaan fungsi
kurang. perawatan kesehatan keluarga dengan status gizi
Penelitian oleh Hidayat dan Noviati balita.
(2011) diperoleh kesimpulan bahwa balita yang
tumbuh di lingkungan tidak sehat berpeluang satu TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
kali lebih besar akan mengalami status gizi buruk Untuk mengetahui hubungan pelaksanaan
dibandingkan dengan balita yang normal atau fungsi perawatan kesehatan keluarga dengan status
berstatus gizi baik. Penelitian terkait juga gizi balita dan hasil penelitian dapat memberikan
dilakukan oleh Hidayat dan Jahari (2011) bahwa suatu bentuk pemahaman dan pengetahuan bagi
perilaku ibu balita yang memanfaatkan pelayanan keluarga mengenai pentingnya fungsi perawatan
kesehatan memiliki status gizi yang lebih baik kesehatan keluarga terhadap status gizi pada balita.
dibandingkan dengan keluarga balita yang tidak
memanfaatkan pelayanan kesehatan. Penelitian METODE PENELITIAN
yang dilakukan oleh Redho (2011) tentang Desain Penelitian: Penelitian ini menggunakan
gambaran tugas kesehatan keluarga pada balita desain penelitian deskriptik korelasi dengan
dengan masalah status gizi diperoleh hasil dari 52 pendekatan cross sectional.
responden yang memiliki balita dengan gizi Sampel: Sampel dalam penelitian ini diambil
buruk, sebanyak 67,7% memiliki fungsi dengan teknik accidental sampling yaitu siapa saja
perawatan kesehatan keluarga yang baik. yang peneliti temui yang sesuai dengan kriteria
Studi pendahuluan yang sudah dilakukan sampel yang diinginkan peneliti saat penelitian.
peneliti di wilayah kerja Puskesmas Senapelan Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini
khususnya kelurahan Padang Bulan pada tanggal adalah 82 responden yaitu ibu dan balita di
19 Desember 2014 kepada 10 orang ibu melalui Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Senapelan.
wawancara dan observasi mengenai pelaksanaan Instrumen: Instrumen yang digunakan adalah
fungsi perawatan kesehatan pada keluarga timbangan (Kg) dan meteran (Cm) untuk
tersebut belum sangat diperhatikan bagi pengukuran pertumbuhan serta kuesioner untuk
keluarganya, seperti dalam kebiasaan mencuci pelaksanaan fungsi perawatan kesehatan keluarga.
tangan sebelum makan, kebiasaan makan, tidak Analisa Data: Analisa data secara univariat dan
tahu makanmakanan bergizi dan cara bivariat menggunakan uji Kolmogorof Smirnov
memodifikasikan sajian makanan serta
lingkungan yang masih kurang diperhatikan
HASIL PENELITIAN 36-59 bulan 17 20,7
Tabel 1
Distribusi frekuensi karakteristik responden Tabel 2 menunjukkan bahwa jenis kelamin
berdasarkan pekerjaan KK, pendidikan ibu, umur, balita sebagian besar laki-laki sebanyak 43 anak
pekerjaan ibu,dan jumlah anak (n=82) (52,4), dan umur balita sebagian besar berada pada
No. Karakteristik n % rentang 12-36 bulan sebanyak 65 anak (79,3%).
responden
1. Pekerjaan KK 2. Gambaran status gizi balita
Tidak bekerja 13 15,9 Tabel 3
Swasta 16 19,5
PNS
Distribusi frekuensi gambaran status gizi balita
15 18,3
Pedagang 38 46,3
(n=82)
No Status Gizi n %
No. Karakteristik n %
Balita
responden
1. 2. Baik 55 67,1%
2. Pendidikan ibu Perguruan
3. Kurang 18 22,0%
tinggi 10 12,2
SMA Buruk 9 11,0%
42 51,2
SMP 24 29,3 Jumlah 82 100%
SD 6 7,3
Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian
3. Umur ibu besar balita memiliki status gizi baik yaitu
<20 tahun 10 12,2 sebanyak 55 anak (67,1%).
20-35 tahun 54 65,9 >35 tahun
3. Gambaran pelaksanaan fungsi perawatan
18 22,0
kesehatan keluarga
4. Pekerjaan ibu
Tabel 4
Bekerja 27 32,9
Distribusi frekuensi gambaran pelaksanaan
Tidak bekerja 55 67,1
fungsi perawatan kesehatan keluarga (n=82)
5. Jumlah anak No Pelaksanaan fungsi n % perawatan
<4 37 45,1 kesehatan keluarga
>4 45 54,9 1 Kurang 38 46,3%
2 Baik 44 53,7%
Tabel 1 menunujukkan bahwa sebagian Jumlah 82 100%
besar pekerjaan KK adalah pedagang sebanyak 38
orang (46,3%), pendidikan terakhir ibu sebagian Tabel 4 menunjukkan sebagian besar
besar SMA sebanyak 42 orang (51,2%), umur ibu Pelaksanaan fungsi perawatan kesehatan
sebagian besar berada pada rentang 20-35 tahun keluarga sebagian besar baik sebanyak 44
sebanyak 54 orang (65,4%), pekerjaan ibu orang (53,7%).
sebagian besar tidak bekerja sebanyak 53 orang
(67,1), jumlah anak sebagian besar >4 sebanyak 45 4. Hubungan pelaksanaan fungsi perawatan
orang (54,9). kesehatan keluarga dengan status gizi
balita Tabel 5
Tabel 2 Hubungan pelaksanaan fungsi perawatan
Distribusi frekuensi karakteristik responden kesehatan keluarga dengan status gizi balita
berdasarkan jenis kelamin dan umur balita (n=82)

No. Karakteristik balita n %


6. Jenis kelamin balita
Laki-laki 43 52,4
Perempuan 39 47,6
7. r Umur balita
12-36 bulan 65 79,3
keluarga yang berkecukupan atau yang
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari memiliki status ekonomi baik.
44 orang responden yang melakukan Hasil penelitian yang telah
pelaksanaan fungsi perawatan kesehatan dilakukan terhadap 82 responden
keluarga dengan baik memiliki status gizi menunjukkan bahwa sebagian besar
balita yang buruk sebanyak 2 orang (4,5%) pendidikan terakhir ibu di Kelurahan
dan gizi kurang sebanyak 7 orang (15,9%) Padang Bulan Kecamatan Senapelan
dan gizi baik sebanyak 35 orang (79,5%). adalah SMA yaitu sebanyak 42 orang
Sedangkan dari 38 orang responden yang (51,2%). Tingkat pendidikan dalam
melakukan pelaksanaan fungsi perawatan keluarga khususnya ibu dapat menjadi
kesehatan keluarga yang kurang memiliki faktor yang mempengaruhi status gizi
balita dengan status gizi buruk sebanyak 7 anak dalam keluarga. Semakin tinggi
orang (18,4%), gizi kurang sebanyak 11 pendidikan orang tua maka
orang (28,9%) dan gizi baik sebanyak 20 pengetahuannya tentang gizi akan lebih
orang (52,6%). Hasil uji statistik dengan baik dari yang berpendidikan rendah.
Kolmogorof- smirnov menunjukkan ada Penelitian yang dilakukan oleh
hubungan pelaksanaan fungsi perawatan Kurniawati (2011) diperoleh hasil bahwa
kesehatan keluarga dengan status gizi balita ada hubungan antara tingkat pengetahuan
(p value 0,014). ibu tentang gizi dengan status gizi balita.
Penelitian menunjukkan bahwa dari
PEMBAHASAN 82 responden sebagian besar umur ibu
1. Karakteristik Responden berada pada rentang usia 20-35 tahun
yaitu sebanyak 54 orang (65,9%).
a. Karakteristik keluarga
Semakin bertambahnya umur, maka
Penelitian yang telah dilakukan pada 82
tingkat pengetahuan yang dimilikinya
orang responden di Kelurahan Padang
akan semakin baik. Menurut Erikson
Bulan Kecamatan Senapelan didapatkan
(dalam Perry & Potter, 2005) pada
hasil bahwa sebagian besar pekerjaan
rentang usia 20-35 tahun atau dewasa
Kepala Keluarga (KK) adalah sebagai
muda dimana akan ada keinginan untuk
pedagang yaitu sebanyak 47 orang
merawat orang lain ataupun membimbing
(46,3%). Penelitian yang dilakukan oleh
orang lain untuk menjadi lebih baik,
Devi (2011) diperoleh hasil bahwa faktor
sehingga hal ini dapat menerapkan
yang paling dominan berhubungan
perilaku yang positif dalam hal
dengan status gizi adalah jenis pekerjaan
pemberian makanan pada anak untuk
ayah dan jenis pekerjaan ibu.
memenuhi status gizinya. Penelitian yang
Menurut Fatimah, Ike dan Windi (2008)
dilakukan oleh Himawan (2006)
pekerjaan berhubungan dengan status
menyakan bahwa terdapat hubungan
sosial ekonomi. Kondisi status sosial
antara umur ibu dengan status gizi balita
ekonomi dapat digunakan sebagai alat
(OR=13,923).
ukur untuk menilai tingkat pemenuhan
Nursalam (2008) menyatakan bahwa semakin
kebutuhan dasar. Status ekonomi yang
cukup usia seseorang, tingkat kematangan dan
rendah mempengaruhi pola keluarga, dan
kekuatan seseorang akan lebih matang dalam
akan mempengaruhi kualitas konsumsi
kehidupan sehari-hari. Tingkat kematangan dalam
makanan, karena hal ini berkaitan dengan
berfikir ini juga dipengaruhi oleh pengalaman
daya beli keluarga. Studi tentang
dalam kehidupan sehari-hari. Keluarga dengan
Negative Deviance di Indonesia oleh
pengetahuan yang baik, akan lebih mudah
Wigati (2009) menyatakan bahwa
mengenal dan memahami masalah yang ada baik
realitasnya tidak semua masalah gizi
yang bersifat potensial maupun yang beresiko
diderita oleh keluarga yang memiliki
mengancam kesehatan keluarga (Friedman, 2010).
status ekonomi rendah, namun juga dari
Hasil penelitian menunjukkan bahwa status
pekerjaan sebagian besar ibu adalah tidak bekerja
yaitu sebanyak 53 orang (67,1%). Pekerjaan adalah 2009) atau disebut dengan masa emas
aktifitas yang dilakukan seseorang setiap hari “golden age periode” (Kemenkes RI,
dalam menjalani kehidupannya. Penelitian yang 2012). Pertumbuhan dan perkembangan
dilakukan sarah (2008) menyatakan bahwa yang baik sangat diperlukan pada masa
terdapat hubungan antara status pekerjaan ibu emas ini, agar mereka dapat tumbuh
dengan status gizi balita. Menurut Berg (1986, menjadi manusia yang berkualitas
dalam sarah, 2008) status pekerjaan mempengaruhi sehingga masa ini merupakan periode
keadaan gizi keluarga. Ibu yang tidak bekerja yang sangat kritis dalam menentukan
mempunyai waktu dari pagi hingga sore untuk pertumbuhan dan perkembangan balita
memperhatikan makanan anak yang sesuai dengan (Almatsier, Soetardjo, & Soekatri, 2011).
kebutuhan dan kecukupan serta memiliki perhatian 2. Gambaran status gizi balita
yang cukup dalam pengasuhan anak dan keluarga. Berdasarkan hasil penelitian dari 82
Berdasarkan penelitian kepada 82 responden responden diperoleh gambaran status gizi
diketahui bahwa sebagian besar jumlah anak yang balita sebagian besar adalah gizi baik yaitu
dimiliki ibu adalah ≥4 yaitu sebanyak 45 orang sebanyak 55 anak (67,1%). Status gizi
(54,9%). Penelitian menurut Suheni (2011) merupakan salah satu indikator
tentang hubungan karakteristik ibu dengan status pertumbuhan balita. Masa balita mengalami
gizi balita menunjukkan ada hubungan yang proses pertumbuhan yang pesat dimana
signifikan pada paritas ibu dengan status gizi memerlukan perhatian dari orang tua dan
balita. Jumlah anak ini dikaitkan dengan lingkungannya. Penelitian yang dilakukan
pengalaman ibu dalam merawat bayinya dan oleh Palupi (2014) menyatakan bahwa
memenuhi akan kebutuhan gizi pada anaknya. pendidikan ibu, pekerjaan, pendapatan,
Dimana ibu yang sudah pernah mempunyai anak pengetahuan dan penyakit infeksi
sebelumnya akan lebih mengetahui cara perawatan merupakan faktor-faktor yang yang
anak karena pengalaman merawat anak mempengaruhi status gizi baik dan gizi
sebelumnya. kurang pada balita.
b. Karakteristik balita Proverawati dan Wati (2011) menyatakan
Penelitian yang dilakukan pada 82 anak bahwa faktor-faktor yang secara tidak langsung
balita di Kelurahan Padang Bulan mendorong terjadinya gangguan gizi terutama
Kecamatan Senapelan didapatkan hasil pada anak balita adalah pengetahuan, persepsi,
bahwa sebagian besar responden kebiasaan atau pantangan, kesukaan jenis
berjenis kelamin laki-laki, yaitu makanan tertentu, jarak kelahiran yang terlalu
sebanyak 43 orang anak (52,4%) rapat, sosial ekonomi dan penyakit infeksi.
sedangkan responden dengan jenis 3. Gambaran pelaksanaan fungsi perawatan
kelamin perempuan berjumlah 39 orang kesehatan keluarga
responden (47,6%). Perbedaan proporsi Gambaran pelaksanaan fungsi perawatan
ini dikarenakan responden laki-laki kesehatan keluarga sebagian besar pelaksanaan
lebih banyak dijumpai dari pada fungsi perawatan kesehatan keluarga adalah
perempuan, sehingga kesempatan balita baik yaitu sebanyak 44 orang (53,7%). Fungsi
laki-laki dijadikan sebagai responden perawatan kesehatan keluarga adalah cara-cara
lebih besar dibandingkan balita laki- tertentu yang dipunyai keluarga untuk
laki. mengatasi masalah kesehatan dengan baik yaitu
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesanggupan untuk melaksanakan pemeliharaan
distribusi frekuensi responden yang atau tugas kesehatan tertentu (Setiadi, 2008).
terbanyak memiliki rentang umur 12-36 Hasil penelitian Khodariah (2009) tentang
bulan yaitu sebanyak 65 orang (79,3%). hubungan pelaksanaan fungsi perawatan
Rentang usia anak balita adalah 12-60 kesehatan keluarga pada keluarga yang
bulan. Masa lima tahun pertama ini mempunyai anak usia 0-4 tahun dengan
merupakan masa penting dalam proses frekuensi kejadian ISPA di desa Tanggung
tumbuh kembang anak (Center on the Kecamatan Tanggungharjo Kabupaten
Developing Child Harvard University,
Grobongan diperoleh hasil bahwa pelaksanaan Jika pengetahuan gizi rendah maka
fungsi perawatan kesehatan keluarga pada kemampuan mengenal masalah juga tidak
keluarga sebagian besar kurang baik sebanyak akan berlangsung dengan baik. Hasil
45 orang (56,3%), frekuensi kejadian ISPA kuesioner pada 82 responden diperoleh
sebagian besar cukup baik 26 orang (32,5%), bahwa sebagian besar ibu memiliki
dan baik 9 orang (11,3%), sehingga dapat pengetahuan mengenal gizi balita dengan
disimpulkan bahwa ada hubungan pelaksanaan baik. Penelitian yang dilakukan oleh
fungsi perawatan kesehatan keluarga pada Kurniawati (2011) diperoleh hasil bahwa
keluarga yang mempunyai anak usia 0-4 Tahun tingkat pengetahuan ibu yang rendah tentang
dengan frekuensi kejadian ISPA dengan nilai p gizi beresiko tiga kali lebih besar terhadap
Value = 0,030. Penelitian lain mengenai fungsi buruknya status gizi balita.
keluarga juga dilakukan oleh Redho (2013) Kondisi kurang gizi pada balita juga
mengenai gambaran tugas kesehatan keluarga dapat timbul karena ketidakmampuan
pada balita dengan masalah status gizi di keluarga mengambil keputusan tindakan
wilayah kerja Puskesmas Sail Kecamatan Sail kesehatan yang sesuai. Hasil kuesioner
Kota Pekanbaru kepada 31 responden diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan keluarga
hasil bahwa gambaran tugas kesehatan keluarga mengambil keputusan memiliki kategori
yang mengalami masalah gizi adalah dalam baik. Hasil penelitian Devi (2012) diperoleh
kategori baik. hasil bahwa kemampuan keluarga
Penelitian yang dilakukan oleh Hapsari mengambil keputusan tindakan kesehatan
(2012) mengenai hubungan antara yang sesuai berpengaruh terhadap status gizi
pelaksanaan fungsi perawatan kesehatan batita (p=0,043) dan keluarga batita dengan
keluarga dengan kejadian diare pada bayi kemampuan tidak baik dalam mengambil
usia 6-12 bulan di Kelurahan Tandang keputusan mempunyai resiko 2,1 kali lebih
wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu tinggi untuk mempunyai batita berstatus gizi
Kota Semarang diperoleh hasil bahwa buruk dan kurang dibandingkan dengan
pelaksanaan fungsi perawatan kesehatan keluarga batita yang mampu mengambil
keluarga sebagian besar kurang baik keputusan dengan baik.
sebanyak 85 (60,7%) dan baik sebanyak 55 Merawat balita adalah memenuhi
(39,3%). kebutuhan gizi sesuai kebutuhan dengan pola
4. Hubungan pelaksanaan fungsi perawatan makan yang benar dan memelihara kesehatannya.
kesehatan keluarga dengan status gizi Penelitian yang dilakukan menunjukkan
balita kemampuan ibu merawat balita sebagian besar
Hasil analisis untuk mengetahui masih kurang. Penelitian Setyobudi, Astuti, dan
hubungan pelaksanaan fungsi perawatan Bachyar (2005) diperoleh hasil bahwa perawatan
kesehatan keluarga dengan status gizi balita anak dengan PMT memberikan pengaruh yang
menggunakan uji Kolmogorof-smirnov signifikan terhadap peningkatan status gizi anak
diperoleh nilai p value= 0,014 sehingga balita kurang.
dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan Lingkungan rumah yang kurang bersih
antara pelaksanaan fungsi perawatan dapat menyebabkan timbulnya berbagai penyakit
kesehatan keluarga dengan status gizi balita. pada batita. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Hal ini berarti bahwa balita berstatus gizi kemampuan ibu memodifikasi lingkungan masih
kurang dapat diakibatkan oleh belum kurang. Penelitian oleh Hidayat dan Noviati (2011)
optimalnya keluarga sebagai sebuah sistem diperoleh kesimpulan bahwa balita yang tumbuh di
yang memiliki fungsi perawatan kesehatan lingkungan tidak sehat berpeluang satu kali lebih
keluarga dalam melaksanakan fungsi besar akan mengalami status gizi buruk
perawatan. dibandingkan dengan balita yang normal atau
Pengetahuan gizi sebagai dasar utama berstatus gizi baik.
bagi keluarga untuk mengenal gizi dalam Pemanfaatan pelayanan kesehatan bertujuan
keluarga akan mendorong keluarga untuk untuk meningkatkan derajat kesehatan. Hasil
mengenal masalah gizi yang dialami balita. penelitian menunjukkan bahwa kemampuan
keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan yang kelompoknya sendiri. Peran keluarga dalam
ada sebagian besar baik. Hal ini didukung oleh memelihara dan memperbaiki status gizi
penelitian yang dilakukan oleh Hidayat dan Jahari anggota keluarga dapat dilakukan melalui
(2011) bahwa perilaku ibu balita yang pelaksanaan fungsi perawatan kesehatan
memanfaatkan pelayanan kesehatan memiliki keluarga yang bertujuan untuk
status gizi yang lebih baik dibandingkan dengan meningkatkan status kesehatan keluarga
keluarga balita yang tidak memanfaatkan (Gusti, 2013).
pelayanan kesehatan. Penelitian Agrina & Reni
(2011) menyatakanan bahwa penting sekali PENUTUP
perawat puskesmas melakukan asuhan A. Kesimpulan
keperawatan pada keluarga dalam bentuk Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kunjungan rumah guna membantu keluarga karakteristik responden keluarga diperoleh
mengatasi masalah kesehatan yang ada di keluarga sebagian besar pekerjaan KK adalah sebagai
sehingga status kesehatan keluraga dapat pedagang sebanyak 46,3%, pendidikan
meningkat. terakhir ibu yang terbanyak adalah SMA
Berbagai faktor penyebab masalah gizi jika dengan presentase 51,2%, umur ibu berada
ditelusuri bersumber pada keluarga. dalam rentang usia 20-35 tahun sebanyak
Faktor tersebut adalah adekuat atau 65,9%, pekerjaan ibu sebagian besar tidak
tidaknya persediaan bahan makanan, bekerja yaitu sebanyak 67,1%, jumlah anak
memadai atau tidaknya pola asuh, tersedia sebagian besar ≥4 sebanyak 54,9%.
atau tidaknya sanitasi/air bersih dan akses Karakterisitik balita diperoleh jenis kelamin
terhadap pelayanan kesehatan yang tersedia terbanyak yaitu anak laki-laki sebanyak 52,4%
(Adisasmito, 2007). Penelitian oleh Agrina dan umur balita sebagian besar berada pada
dan Reni (2011 rentang 12-36 bulan yaitu sebanyak 79,3%.
Penelitian yang sama juga dilakukan Berdasarkan status gizi anak, balita yang
oleh Isro’I (2008) tentang hubungan antara memiliki status gizi baik sebanyak 55 anak
pelaksanaan fungsi keluarga dalam (67,1%) dan sebanyak 44 orang responden
perawatan kesehatan dengan status gizi (70,7%) memiliki pelaksanaan fungsi
pada balita di Desa Kebondowo Kecamatan perawatan kesehatan keluarga yang baik. Dari
Banyubiru Kabupaten Semarang. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji
penelitian didapatkan kesimpulan bahwa Kolmogorof-smirnov diperoleh p (0,014) < α
terdapat hubungan antara pelaksanaan (0,05) sehingga diperoleh kesimpulan ada
fungsi keluarga dalam perawatan kesehatan hubungan pelaksanaan fungsi perawatan
dengan status gizi balita dengan p value kesehatan keluarga dengan status gizi balita di
=0,002 . Penelitian lain yang mendukung Kelurahan Padang Bulan Kecamatan
pernyataan diatas yaitu penelitian yang Senapelan Kota Pekanbaru. Hal ini berarti
dilakukan oleh Devi (2012) tentang bahwa balita berstatus gizi kurang dapat
pengaruh pelaksanaan fungsi perawatan diakibatkan oleh belum optimalnya keluarga
kesehatan keluarga terhadap status gizi sebagai sebuah sistem yang memiliki fungsi
batita di Kabupaten Ciamis diperoleh hasil perawatan kesehatan keluarga dalam
Sebagian besar (68,3%) keluarga batita melaksanakan fungsi perawatan.
berstatus gizi buruk dan kurang mempunyai
B. Saran
fungsi keperawatan tidak baik dan keluarga
Saran yang dapat peneliti sampaikan adalah
batita dengan fungsi keperawatan tidak baik
sebagai berikut: 1. Bagi masyarakat
mempunyai resiko 3,73 kali lebih tinggi
Hasil penelitian ini dapat dijadikan
untuk mempunyai batita berstatus gizi
informasi bagi masyarakat, khususnya orang
buruk dan kurang (OR=3,73)
tua yang mempunyai anak balita dalam
Ali (2010) menyatakan bahwa
perawatan gizi balita dalam upaya
keluarga sebagai kelompok individu dapat
meningkatkan kesehatan keluarga terutama
menimbulkan, mencegah, mengabaikan
balita.
atau memperbaiki masalah kesehatan dalam
2. Bagi perkembangan ilmu keperawatan Adriani, M., & Wirjatmadi, B. (2012). Peranan
Hasil penelitian ini dapat digunakan gizi dalam siklus kehidupan. Jakarta:
sebagai pertimbangan dalam melakukan Kencana.
proses asuhan keperawatan yang tepat Agrina, & Reni, Z. (2011). Efektifitas asuhan
khususnya dalam perawatan dan keperawatan keluarga terhadap tingkat
memodifikasi lingkungan pada keluarga, kemandirian keluarga mengatasi masalah
khususnya pada keluarga yang memiliki kesehatan di keluarga. Diperoleh tanggal 26
balita. juli 2014 dari
3. Bagi Puskesmas http://repository.unri.ac.id/xmlui/bitstream/h
Hasil penelitian ini dapat digunakan andle/123456789/2890/isi10001.PDF?seque
sebagai bahan masukan bagi tenaga nce=2
kesehatan di wilayah kerja puskesmas Ali, Z. (2010). Pengantar keperawatan keluarga.
mengenai pelaksanaan fungsi perawatan Jakarta: EGC
kesehatan keluarga dengan status gizi balita Almatsier, S., Soetardjo, S., & Soekatri, M.,
dalam melaksanakan pengkajian dan asuhan (2011).
keperawatan. Gizi Seimbang dalam daur kehidupan.
Jakarta: Pustaka Utama.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Departemen Gizi Dan Kesehatan Masyarakat
Hasil penelitian ini menjadi dasar bagi
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
penelitian selanjutnya sebagai acuan untuk
Indonesia. (2011). Gizi dan kesehatan
melakukan penelitian lebih lanjut terkait
masyarakat. Jakarta: PT Raja Grafindo
faktor-faktor yang mempengaruhi
Persada.
pelaksanaan fungsi perawatan kesehatan
Devi, R. R. (2012). Pengaruh pelaksanaan fungsi
keluarga dengan status gizi balita dan
perawatan kesehatan keluarga terhadap
pengaruh pelaksanaan fungsi perawatan
status gizi balita di Kabupaten Ciamis
kesehatan keluarga terhadap status gizi
Jawa Barat 2012. Diperoleh tanggal 25
balita.
Desember 2013 dari
http://pustaka.unpad.ac.id/archives/118711/.
UCAPAN TERIMAKASIH
Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru. (2012). Balita
Terima kasih kepada Universitas Riau melalui dibawah garis merah Dinkes Kota
Lembaga Penelitian Universitas Riau yang telah Pekanbaru. Tidak dipublikasikan.
memberikan bantuan dana dalam menyelesaikan Dinas Kesehatan Provinsi Riau. (2011). Profil
skripsi ini. kesehatan Provinsi Riau. Tidak
1
Indah Sintia Sari: Mahasiswa Program Studi dipublikasikan.
Ilmu keperawatan Universitas Riau, Indonesia
2
Ns. Agrina, M. Kep, Sp. Kom. : Dosen Bidang Efendi, F. (2009). Keperawatan
Keilmuwan Keperawatan Komunitas Program kesehatan komunitas. Jakarta: Salemba
Studi Ilmu keperawatan Universitas Riau, Medika.
Indonesia Gusti, S. (2013). Buku ajar asuhan keperawatan
keluarga. Jakarta: Trans Info Media.
Siti Rahmalia Hairani Damanik, MNS: Dosen
3
Friedman, M. M. (2010). Buku ajar keperawatan
Bidang Keilmuwan Keperawatan Medikal Bedah
keluarga: riset,teori, praktek (5th ed).
Program Studi Ilmu keperawatan Universitas
Jakarta: EGC
Riau, Indonesia
Hardinsyah., Riyadi, H., & Napitupulu V. (2012).
Kecukupan energy, protein, lemak dan
DAFTAR PUSTAKA karbohidrat. Diperoleh pada tanggal 25
Desember 2013 dari
Adisasmito, W. (2007). Sistem kesehatan. Jakarta: http://hadiriyadiipb.files.wordpress.com/201
PT Raja Grafindo Persada. 3/03/angka-kecukupan-gizi-2012-
energiprotein-karbohidrat-lemak-serat.pdf.
Hapsari, P. (2012). Hubungan antara pelaksanaan Puskesmas Senapelan, (2013). Status gizi balita
fungsi perawatan kesehatan keluarga menurut jenis kelamin, kelurahan diwilayah
dengan kejadian Diare pada bayi usia 6-12 kerja Puskesmas Senapelan kota pekanbaru
bulan di Kelurahan Tandang wilayah kerja tahun 2013: hasil operasi timbang desember
Puskesmas Kedungmundu kota Semarang. 2013. Tidak dipublikasikan.
Diperoleh tanggal 28 Desember 2014 dari Redho, A., Agrina., & Wasisto, U. (2010).
http://digilib.unimus.ac.id/gdl.php?mod=bro Gambaran pelaksanaan tugas kesehatan
ws&op=jtptunimus-gdl-piengkanha-6581. keluarga pada balita dengan masalah status
Hidayat, A. A. A. (2008). Riset keperawatan dan gizi di wilayah kerja Puskesmas Sail
teknik penulisan ilmiah. Jakarta: Salemba Kecamatan Sail Kota Pekanbaru. Tidak
Medika. dipublikasikan.
Hidayat, T. S., & Jahari, A. B. (2011). Perilaku
pemanfaatan posyandu hubungannya Riset Kesehatan Dasar. (2013). Riset Kesehatan
dengan status gizi dan morbiditas balita. Dasar 2010. Diperolehpada tanggal 25
Buletin penelitian kesehatan Vol. 40, No. 1 Januari 2014 dari
Maret (2012). Diperoleh pada tanggal 25 http://www.riskesdas.litbang.depkes.go.id/d
Desember ownload/TabelRiskesdas2013.pdf.
2013 dari http://e- Sarah, M. (2008). Hubungan tingkat sosial
ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/BP ekonomi dan pola asuh dengan status gizi
K/.../616 anak balita di wilayah kerja Puskesmas
Hidayat, T. S., & Noviati, F. (2011). Hubungan Panati cerminKecamatan Tanjung Pura
sanitasi lingkungan, morbiditas dan status Kabupaten Langkai Tahun 2008. Diperoleh
gizi balita di Indonesia, PGM. Diperoleh pada tanggal 20 juli 2014 dari
tanggal 1 januari 2014 dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456
http://eejournal.litbang.depkes.go.id/index.ph 789/16930/7/cover.pdf
p/pgm Sediaoetama. (2009). Ilmu gizi untuk mahasiswa
/.../3066 dan profesi. Jakarta: Dian Rakjat
Kurniawati, E. (2011). Hubungan tingkat Setiadi. (2008). Konsep & proses keperawatan
pengetahuan ibu tentang gizi dengan status keluarga. Jakarta: Graha Ilmu.
gizi balita di Kelurahan Baledono, Setyobudi, S. I., Astuti, P., & Bachyar, B. (2005).
Purworejo 2011. Diperoleh tanggal 23 Pengaruh PMT- pemulihan dengan
Desember 2013 dari http://e- formulaWHO/modifikasi terhadap status gizi
journal.akbidpurworejo.ac.id/index.php/jkk5/ anak balita KEP di Kota Malang. Media gizi
article/view/ 70. & keluarga 29(1):1-8 diakses tanggal 25
Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan Desember 2013 dari
metodologi penelitian ilmu keperawatan. http://repository.ipb.ac.id/handle/
Jakarta: Salemba Medika. 123456789 /52158.
Palupi, R. D. Analisis faktor-faktor yang The Millenium Development Goals (MDGs)
memepengaruhi status gizi baik dan kurang Report. (2013). United Nation New York.
pada balita di Desa Dukuwaluh Kecamatan Who Terbaru. Diperoleh tanggal 25
Keruban Kabupaten Banyumas. Diperoleh Desember 2013 dari
pada tanggal 20 juli 2014 dari http://www.who.int/nutrition/publications/se
http://keperawatan.unsoed.ac.id/sites/default veremalnutrition/9789241598163_eng.pdf
/files/SKRIPSI%20Dyah%20Palupi_G1D00 Unicef Indonesia. (2012). Ringkasan kajian ibu
27%20%28Pdf%29.pdf dan anak. Diperoleh tanggal 25 desember
Proverawati, A., & Wati, E. K., (2011). Ilmu gizi 2013 dari
untuk keperawatan & gizi http://www.unicef.org/indonesia/id/A5
kesehatan.Yogyakarta: Nuha Medika. B_Ringkasan_Kajian_Kesehatan_REV.pdf.
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2010). Fundamental Welasih, B. D., & Wirjaatmadi, R. B. (2012).
of nursing, buku 1 ed. 7. Jakarta: EGC. Beberapa faktor yang berhubungan dengan
status gizi balita stunting di desa kembangan recommendations on total fat & fatty acids.
kecamatan kebomas kabupaten Gresik tahun Diperoleh pada tanggal 26 Desember 2013
2010.diperoleh tanggal 20 juli 2014 dari dari
journal.unair.ac.id/filterPDF/abstrak- http://www.who.int/entity/nutrition/topics/F
59574_tpjua.pdf FA_summary_rec_conclusion.pdf .
World Health Organization (WHO). (2008). WHO., Bakti husada., dan Ikatan Dokter Anak
Interim summary of conclusions and dietary Indonesia (IDAI). (2009). Baku saku
pelayanan kesehatan anak di Rumah Sakit:
Jakarta.

You might also like