Professional Documents
Culture Documents
ID Hubungan Pelaksanaan Fungsi Perawatan Ke
ID Hubungan Pelaksanaan Fungsi Perawatan Ke
ID Hubungan Pelaksanaan Fungsi Perawatan Ke
Abstract
The aim of this research was to know the relationship between the implementation of family health care
function to nutritional status of children aged under five years in Padang Bulan village, Pekanbaru. This
research was quantitative research design with descriptive cross sectional correlational approach. The total
of sample were 82 mothers who have children and conducted by accidental sampling. The instrument used
weight scale (Kg) ang height scale (Cm) which interpreted by standard of WHO-NCHS (2005) as the
variable of nutritional status. The instrument used the questionnaire to measure the function of family health
care which had been tested the validity and reliability. This research used univariate analyse to determine
the distribution of frequencies and bivariate analyse Kolmogorof Smirnov. The result of this study showed
that most of children had good nutritional status and most of mothers had implemented the family health
care functions excellently. It showed, there is a relationship of the implementation of family health care
functions to nutritional status of children aged under five years (p value= 0,014). Based on this result, it is
recommended to each mother to improve the nutritional status of children aged by doing the function of
health family care well.
Keyword: the implementation of family health care function, nutritional status the children aged under five
years Organization), dan Bank Dunia pada tahun 2012
disebutkan bahwa pada tahun 2012 sekitar 6,6 juta
anak meninggal sebelum mencapai usia lima
PENDAHULUAN tahun.
Pemenuhan gizi yang cukup merupakan Penyebab utama kematian di kalangan anak balita
dasar dari pembangunan kesehatan. Menurut UU termasuk pneumonia, masalah gizi, prematuritas,
no. 36 tahun 2009 tujuan pembangunan kesehatan asfiksia, diare, dan malaria. Secara global, WHO
adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, mengatakan sekitar 45% kematian balita karena
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar kekurangan gizi dan Indonesia termasuk di antara
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang 36 negara di dunia yang memberi 90% kontribusi
setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi masalah gizi dunia. UNICEF (2012) melaporkan
pembangunan sumber daya manusia yang Indonesia berada di peringkat kelima dunia untuk
produktif secara sosial dan ekonomis. Salah satu negara dengan jumlah anak yang terhambat
indikator pencapaian pembangunan kesehatan pertumbuhannya paling besar dengan perkiraan
berdasarkan MDG’s (Millenium Development sebanyak 7,7 juta balita.
Goals) yang ke empat adalah menurunkan angka Riset Kesehatan Dasar (2013) mencatat
kematian anak dengan pencapaian target pada bahwa prevalensi anak dengan gizi kurang di
Tahun 2015 yaitu mengurangi dua per tiga tingkat Indonesia pada Tahun 2013 sebanyak 12,1%,
kematian anakanak usia di bawah lima tahun. diantaranya balita sangat kurus sebanyak 5,3% dan
Laporan bersama UNICEF (United Nations kurus sebanyak 6,8%. Menurut WHO (2010)
Children’s Fund), WHO (World masalah kesehatan gizi masyarakat sudah dianggap
Health serius bila prevalensi gizi kurang antara 10-14%
dan dianggap kritis bila ≥15%. Prevalensi anak Pertumbuhan dan perkembangan yang baik sangat
balita gizi kurang secara nasional pada tahun 2013 diperlukan pada masa emas ini, agar mereka dapat
masih 12,1%, yang artinya masalah gizi kurang di tumbuh menjadi manusia yang berkualitas
Indonesia masih merupakan masalah kesehatan sehingga masa ini merupakan periode yang sangat
masyarakat yang serius. Masalah ini tersebar di 33 kritis dalam menentukan pertumbuhan dan
propinsi, dimana terdapat 16 propinsi yang masuk perkembangan balita (Almatsier, Soetardjo, &
kategori serius, dan 4 propinsi termasuk kategori Soekatri, 2011).
kritis, yaitu Kalimantan Barat, Maluku, Aceh dan Balita merupakan salah satu golongan atau
Riau (Riskesdas, 2013). kelompok penduduk yang rawan terhadap
Profil kesehatan provinsi Riau memperoleh kekurangan gizi, masalah gizi masih didominasi
data cakupan balita BGM (Balita Bawah Garis oleh keadaan kurang gizi seperti anemia besi,
Merah) dari hasil penimbangan pada balita di 12 gangguan akibat kurang yodium, kurang vitamin A
kabupaten atau kota di provinsi Riau Tahun 2011 dan kurang protein (KEP) (Febry & Marendra,
diperoleh sebanyak 17,8% balita. Tahun 2011 2008). Dampak yang terjadi apabila gizi balita
tercatat 927 anak atau 1,7% dari 55.540 anak yang tidak terpenuhi akan berpengaruh terhadap tumbuh
di timbang di kota Pekanbaru adalah anak dengan kembang balita selanjutnya, menghambat
status gizi buruk (Dinas Kesehatan Propinsi Riau, perkembangan kognitif, dan meningkatan resiko
2013). kematian (Sedioetama, 2009). Balita yang
Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru (2012) kekurangan gizi tidak mampu membentuk antibodi
mendapatkan data bahwa dari 20 Puskesmas yang (daya tahan) terhadap penyakit infeksi sebagai
ada di Pekanbaru, Puskesmas Senapelan akibatnya anak-anak sering kali terkena penyakit
mempunyai prevalensi balita BGM (balita di sehingga mengganggu pertumbuhannya (Adriani &
bawah garis merah) yang mengalami peningkatan Wirjaatmadi, 2012).
dalam tiga tahun terakhir. Tahun 2010 tercatat Gizi memiliki berbagai faktor penyebab
1,15% naik menjadi 1,67% pada tahun 2011 dan jika ditelusuri dari pokok masalah dan tidak
kembali melonjak menjadi 2,56% pada tahun 2012 langsung bersumber pada keluarga. Faktor
dari 3140 balita yang ditimbang. penyebab tersebut adalah adekuat atau tidaknya
Masalah gizi pada hakikatnya merupakan persediaan bahan makanan, memadai atau tidaknya
masalah kesehatan masyarakat yang pola asuh, tersedia atau tidaknya sanitasi/air bersih
penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan dan akses atau tidaknya terhadap pelayanan
pendekatan pelayanan medis dan pelayanaan kesehatan dasar tergantung pada kemampuan
kesehatan saja. Penyebab dari masalah gizi keluarga secara sosial ekonomi, pengetahuan dan
multifaktor sehingga harus melibatkan berbagai keterampilan (Adisasmito, 2007).
sektor yang terkait. Masalah gizi sering berkaitan Ali (2010) menyampaikan bahwa keluarga
dengan masalah kekurangan pangan namun sebagai kelompok individu dapat menimbulkan,
pemecahannya tidak selalu berupa peningkatan mencegah, mengabaikan atau memperbaiki
produksi dan pengadaan pangan. Masalah gizi masalah kesehatan dalam kelompoknya sendiri.
muncul juga diakibatkan masalah ketahanan Peran keluarga dalam memelihara dan
pangan ditingkat rumah tangga yaitu kemampuan memperbaiki status gizi anggota keluarga dapat
rumah tangga memperoleh makanan untuk semua dilakukan melalui pelaksanaan fungsi-fungsi
anggota keluarga, serta bagaimana keluarga keluarga yaitu fungsi afektif (kasih sayang), fungsi
mengolah, menyajikan serta memenuhi kebutuhan sosialisasi, fungsi reproduksi, fungsi ekonomi dan
gizi keluarga agar mendapatkan gizi seimbang fungsi perawatan kesehatan. Fungsi keluarga yang
(Sediaoetama, 2009). paling relevan dari ke lima fungsi tersebut dengan
Gizi seimbang adalah zat-zat gizi yang kesehatan adalah fungsi perawatan kesehatan
dapat menghasilkan energi yang diperlukan oleh keluarga (Friedman, 2010).
tubuh untuk melakukan aktivitas seperti Fungsi perawatan kesehatan keluarga
karbohidrat, lemak dan protein. Gizi seimbang adalah cara-cara tertentu yang dipunyai keluarga
dibutuhkan pada setiap tahap tumbuh kembang untuk mengatasi masalah kesehatan dengan baik
terutama pada kelompok balita. Masa balita adalah yaitu kesanggupan untuk melaksanakan
masa emas atau ”golden age periode”. pemeliharaan atau tugas kesehatan tertentu (Setiadi
2008). Fungsi utama keluarga yaitu untuk kebersihannya. Dalam pengobatan keluarga yang
mempertahankan keadaan kesehatan anggota sakit, masih banyak keluarga yang tidak
keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia,
fungsi tersebut dikembangkan menjadi tugas karena pengetahuan dalam keluarganya masih
kesehatan keluarga. Tugas kesehatan tersebut kurang, namun sebagian juga dari keluarga ada
meliputi kemampuan keluarga untuk mengenal yang memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
kesehatan keluarga, memutuskan tindakan paling mudah dijangkau yaitu Puskesmas dan
kesehatan yang tepat bagi keluarga, merawat memanfaatkan Posyandu sebagai tempat untuk
anggota keluarga yang mengalami gangguan menimbang dan diperiksa bila anaknya sakit.
kesehatan, memodifikasi lingkungan keluarga Hasil pengukuran status gizi balita dari 10
untuk menjamin kesehatan, dan memanfaatkan keluarga berdasarkan indeks BB/TB diperoleh 6
fasilitas pelayanan kesehatan (Setiadi, 2008). balitanya memiliki status gizi normal sedangkan 4
Penelitian terkait peran keluarga terhadap balita memiliki status gizi kurang (kurus).
status gizi balita dilakukan oleh Kurniawati Penanggung jawab Posyandu di Kelurahan Padang
(2011) diperoleh hasil bahwa tingkat pengetahuan Bulan menyatakan bahwa wilayah ini merupakan
ibu yang rendah tentang gizi beresiko tiga kali wilayah dengan balita terbanyak dan masih
lebih besar terhadap buruknya status gizi balita. ditemukan balita dengan gizi kurang yang
Penelitian Setyobudi, Astuti, dan Bachyar (2005) mengalami peningkatan dalam kurun waktu tiga
diperoleh hasil bahwa perawatan anak dengan tahun terakhir ini. Berdasarkan penjabaran di atas
PMT memberikan pengaruh yang signifikan terhadap keluarga inilah peneliti ingin melihat
terhadap peningkatan statu gizi anak balita apakah ada hubungan pelaksanaan fungsi
kurang. perawatan kesehatan keluarga dengan status gizi
Penelitian oleh Hidayat dan Noviati balita.
(2011) diperoleh kesimpulan bahwa balita yang
tumbuh di lingkungan tidak sehat berpeluang satu TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
kali lebih besar akan mengalami status gizi buruk Untuk mengetahui hubungan pelaksanaan
dibandingkan dengan balita yang normal atau fungsi perawatan kesehatan keluarga dengan status
berstatus gizi baik. Penelitian terkait juga gizi balita dan hasil penelitian dapat memberikan
dilakukan oleh Hidayat dan Jahari (2011) bahwa suatu bentuk pemahaman dan pengetahuan bagi
perilaku ibu balita yang memanfaatkan pelayanan keluarga mengenai pentingnya fungsi perawatan
kesehatan memiliki status gizi yang lebih baik kesehatan keluarga terhadap status gizi pada balita.
dibandingkan dengan keluarga balita yang tidak
memanfaatkan pelayanan kesehatan. Penelitian METODE PENELITIAN
yang dilakukan oleh Redho (2011) tentang Desain Penelitian: Penelitian ini menggunakan
gambaran tugas kesehatan keluarga pada balita desain penelitian deskriptik korelasi dengan
dengan masalah status gizi diperoleh hasil dari 52 pendekatan cross sectional.
responden yang memiliki balita dengan gizi Sampel: Sampel dalam penelitian ini diambil
buruk, sebanyak 67,7% memiliki fungsi dengan teknik accidental sampling yaitu siapa saja
perawatan kesehatan keluarga yang baik. yang peneliti temui yang sesuai dengan kriteria
Studi pendahuluan yang sudah dilakukan sampel yang diinginkan peneliti saat penelitian.
peneliti di wilayah kerja Puskesmas Senapelan Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini
khususnya kelurahan Padang Bulan pada tanggal adalah 82 responden yaitu ibu dan balita di
19 Desember 2014 kepada 10 orang ibu melalui Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Senapelan.
wawancara dan observasi mengenai pelaksanaan Instrumen: Instrumen yang digunakan adalah
fungsi perawatan kesehatan pada keluarga timbangan (Kg) dan meteran (Cm) untuk
tersebut belum sangat diperhatikan bagi pengukuran pertumbuhan serta kuesioner untuk
keluarganya, seperti dalam kebiasaan mencuci pelaksanaan fungsi perawatan kesehatan keluarga.
tangan sebelum makan, kebiasaan makan, tidak Analisa Data: Analisa data secara univariat dan
tahu makanmakanan bergizi dan cara bivariat menggunakan uji Kolmogorof Smirnov
memodifikasikan sajian makanan serta
lingkungan yang masih kurang diperhatikan
HASIL PENELITIAN 36-59 bulan 17 20,7
Tabel 1
Distribusi frekuensi karakteristik responden Tabel 2 menunjukkan bahwa jenis kelamin
berdasarkan pekerjaan KK, pendidikan ibu, umur, balita sebagian besar laki-laki sebanyak 43 anak
pekerjaan ibu,dan jumlah anak (n=82) (52,4), dan umur balita sebagian besar berada pada
No. Karakteristik n % rentang 12-36 bulan sebanyak 65 anak (79,3%).
responden
1. Pekerjaan KK 2. Gambaran status gizi balita
Tidak bekerja 13 15,9 Tabel 3
Swasta 16 19,5
PNS
Distribusi frekuensi gambaran status gizi balita
15 18,3
Pedagang 38 46,3
(n=82)
No Status Gizi n %
No. Karakteristik n %
Balita
responden
1. 2. Baik 55 67,1%
2. Pendidikan ibu Perguruan
3. Kurang 18 22,0%
tinggi 10 12,2
SMA Buruk 9 11,0%
42 51,2
SMP 24 29,3 Jumlah 82 100%
SD 6 7,3
Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian
3. Umur ibu besar balita memiliki status gizi baik yaitu
<20 tahun 10 12,2 sebanyak 55 anak (67,1%).
20-35 tahun 54 65,9 >35 tahun
3. Gambaran pelaksanaan fungsi perawatan
18 22,0
kesehatan keluarga
4. Pekerjaan ibu
Tabel 4
Bekerja 27 32,9
Distribusi frekuensi gambaran pelaksanaan
Tidak bekerja 55 67,1
fungsi perawatan kesehatan keluarga (n=82)
5. Jumlah anak No Pelaksanaan fungsi n % perawatan
<4 37 45,1 kesehatan keluarga
>4 45 54,9 1 Kurang 38 46,3%
2 Baik 44 53,7%
Tabel 1 menunujukkan bahwa sebagian Jumlah 82 100%
besar pekerjaan KK adalah pedagang sebanyak 38
orang (46,3%), pendidikan terakhir ibu sebagian Tabel 4 menunjukkan sebagian besar
besar SMA sebanyak 42 orang (51,2%), umur ibu Pelaksanaan fungsi perawatan kesehatan
sebagian besar berada pada rentang 20-35 tahun keluarga sebagian besar baik sebanyak 44
sebanyak 54 orang (65,4%), pekerjaan ibu orang (53,7%).
sebagian besar tidak bekerja sebanyak 53 orang
(67,1), jumlah anak sebagian besar >4 sebanyak 45 4. Hubungan pelaksanaan fungsi perawatan
orang (54,9). kesehatan keluarga dengan status gizi
balita Tabel 5
Tabel 2 Hubungan pelaksanaan fungsi perawatan
Distribusi frekuensi karakteristik responden kesehatan keluarga dengan status gizi balita
berdasarkan jenis kelamin dan umur balita (n=82)