08 Naskah Publikasi

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

STUDI PENGARUH KONFIGURASI BAFFLE BLOCKS TERHADAP PEREDAMAN

ENERGI PADA KONSTRUKSI BENDUNG


Muhammad Triyono Pratama Bahar1, Ruzardi2
1
Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam
Indonesia.
Email: 15511183@students.uii.ac.id
2
Dosen Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perancanaan, Universitas Islam
Indonesia.
Email: ruzardi@uii.ac.id

Abstract A weir is a transverse river structure which has the function of changing the
characteristic of the river, heightens the water elevation and deflects the water so it can be utilized. The
events that can cause the collapse of a weir construction are the scouring downstream of the weir, so its
need energy damper construction that can reduce the flow momentum, one of that is the form of baffle
blocks. Therefore, baffle block installation research is carried out with variations in distance and form
of the baffle blocks so the most optimal baffle blocks in reducing flow momentum can be obtained. This
research was conducted in Civil Engineering Hydraulics Laboratory Faculty of Civil Engineering and
Planning Islamic University of Indonesia by using a circulating flume and baffle blocks model that made
using concrete mixtures. The baffle blocks model consists of two form, which are square and rhomb form
which have dimensions of 10 cm x 10 cm x 7 cm. Then a research was conducted using 4 variations of
baffle blocks in each form, variations in parallel and by turns and the number of different baffle blocks.
Furthermore in addition to the variations there is also research by using groundsill on the weir
downstream. The test results show that the biggest decrease in the number of Froude and loss of energy
occurs in the baffle blocks variation 5 that is 29.2703% and 0.0534 m. If compared with using groundsill,
the biggest decrease is, 31.7423% and 0.0633 m.

Key words : Weir construction, Baffle blocks, Froude number, Groundsill. scour

1. PENDAHULUAN pada hilir bendung, gerusan ini dapat


Bendung merupakan bangunan melintang terjadi karena adanya limpasan air pada
sungai yang memiliki fungsi mengubah puncak bendung, ataupun adanya aliran air
karakteristik sungai, mempertinggi elevasi dibawah bendung yang dapat
muka air sungai dan membelokkan air agar mengakibatkan adanya proses degredasi
dapat mengalir ke saluran dan dapat dan mengganggu keseimbangan konstruksi
digunakan untuk keperluan irigasi serta bendung.
kebutuhan lainnya. Konstruksi bendung
memiliki bagian-bagian tertentu. Dimana Usaha untuk mengurangi terjadinya proses
setiap bagian ini menopang seluruh degradasi dengan cara menambahkan
konstruksi bendung. Setiap bagian bangunan peredam energi seperti blok
memiliki detail dan fungsi yang khusus. penghalang (baffle blocks), bangunan ini
Bagian-bagian inilah yang akan bekerja bersifat mereduksi momentum aliran yang
agar operasional suatu bendung dapat akan menurunkan kecepatan aliran setelah
berjalan dengan baik. terjadi loncatan air.

Salah satu kejadian yang dapat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium


menyebabkan runtuhnya suatu konstruksi Hidraulika Teknik Sipil Fakultas Teknik
bendung adalah dengan adanya gerusan Sipil dan Perencanaan Universitas Islam
Indonesia dengan pemasangan baffle Rahadian (2008). Penelitian ini bertujuan
blocks yang disusun dengan variasi bentuk, untuk meredam loncatan air (Lj) yang
jarak dan posisi secara longitudinal dan terjadi pada kolam olak USBR II. Kolam
lateral, sehingga didapatkan variasi sususn olak USBR II dimana peredaman energy
baffle blocks yang paling optimal dalam terjadi karena gesekan diantara molekul-
mereduksi momentum aliran. molekul air didalam kolam dan dibantu
oleh perlengkapan yang dibuat berupa gigi
2. TINJAUAN PUSTAKA pemencar aliran dipinggir udik dasar kolam
Salah satu bagian dari bangunan bendung dan ambang bergerigi di pinggi hilirnya.
adalah bangunan peredam energi, dimana
bangunan ini berfungsi untuk meredam 3. LANDASAN TEORI
energi akibat loncatan air setelah melalui 3.1 Bendung
pelimpah. Terdapat tiga jenis peredam Bendung merupakan bangunan melintang
energi, yaitu olakan datar, loncatan dan bak sungai atau sudetan yang sengaja dibentuk
pusaran. Menurut Sidharta (1997) dengan kelengkapan yang dibangun di buat
dijelaskan bahwa jenis olakan datar terdiri untuk meninggikan elevasi muka air
dari 4 tipe yaitu tipe I,II,III dan IV. Setiap sehingga air dapat disadap dan dialirkan
jenis dan tipe kolam olak memiliki secara gravitasi sesuai dengan kebutuhan
karakteristik yang berbeda. Pemilihan jenis dan untuk mengendalikan aliran, angkutan
dan tipe peredam energi akan berpengaruh sedimen dan geometri sungai sehingga air
kepada efektifias dan efisiensi peredaman. dapat dmanfaatkan secara efektif,efisien,
optimal dan aman. (Mawardi, 2010).
Jurnal “Pengaruh Variasi Kemiringan
Tubuh Hilir Bendung dan Penempatan Berdasarkan Standar Nasional Indonesia
Baffle blocks pada Kolam Olak Tipe Solid 03-2401-1991 tentang pedoman
Roller Bucket Terhadap Loncatan Hidrolis perencanaan hidrologi dan hidraulik untuk
dan Peredam Energi” oleh Adiputra (2013). bangunan di sungai adalah bangunan ini
Tujuan dari penelitian ini untuk dapat didesain dan dibangun sebagai
mengetahui pengaruh kemirigan tubuh hilir bangunan tetap. Bendung gerak, atau
bendung dan penempatan baffle blocks kombinasinya, dan harus dapat berfungsi
terhadap loncatan hidrolis dan peredam untuk mengendalikan aliran dan angkutan
energi. muatan di sungai sedemikian sehingga
dengan menaikkan muka airnya, air dapat
Jurnal “Studi Gerusan di Hilir Bendung dimanfaatkan secara efisien sesuai dengan
Kolam Olak Tipe Vlughter dengan kebutuhanya.
Perlindungan Groundsill” oleh Daning
(2018). Tujuan dari penelitian ini untuk Bendung dapat diklasifikasikan
mengetahui karakteristik aliran, gerusan berdasarkan tipe strukturnya, yaitu:
yang terjadi, pola gerusan dan pengaruh 1 Bendung tetap, merupakan jenis
waktu terhadap kedalaman gerusan yang bendung yang tinggi pembendungnya
terjadi dihilir bendung akibat penambahan tidak dapat diubah, sehingga muka air di
kolam olak tipe vlughter dan groundsill. hulu bendung tidak dapat diatur sesuai
dengan yang dikehendaki. Pada
Jurnal “Baffle blocks Bentuk Balok bendung tetap elevasi muka air dihulu
Sebagai Peredam Energi Pada Kolam bendung berubah sesuai dengan debit
Olakan Bendung Tipe USBR-II” oleh sungai yang sedang melimpas. Bendung
tetap biasanya dibangun pada daerah
hulu sungai. Pada daerah hulu sungai pengelompokan-pengelompokan berikut
kebanyakan tebing-tebing sungai yang ini dalam perencanaan kolam (KP 04,
elative lebih curam dari pada di daerah 1986)
hilir. 1 Untuk Fr ≤ 1,7 tidak diperlukan kolam
olak, pada saluran tanah bagian hilir
2 Bendung gerak, merupakan jenis harus dilindungi dari bahaya erosi,
bendung yang tinggi pembendungnya saluran pasangan batu atau beton tidak
dapat diatur atau diubah sesuai dengan memerlukan lindungan khusus
kebutuhan. Pada bendung gerak elevasi 2 Bila 1,7 < Fr < 2,5 maka kolam olak
muka air di hulu bendung dapat diperlukan untuk meredam energi
dikendalikan naik atau turun sesuai secara efektif. Pada umumnya kolam
yang dibutuhkan dengan membuka atau olak dengan ambang ujung mampu
menutup pintu air. Bendung gerak bekerja dengan baik. Untuk penurunan
biasanya dibangun di hilir sungai atau muka air ΔZ < 1,5 m dapat dipakai
muara. bangunan terjun tegak.
3 Jika 2,5 < Fr ≤ 4,5 maka akan timbul
Aliran di atas bendung di sungai dapat situasi yang paling sulit dalam memilih
menunjukan berbagai perilaku di sebelah kolam olak yang tepat. Loncatan air
bendung akibat kedalaman air yang tidak terbentuk dengan baik dan
menyajikan kemungkinan-kemungkinan menimbulkan gelombang sampai jarak
yang terjadi dari pola aliran di atas yang jauh di saluran. Cara
bendung. mengatasinya adalah mengusahakan
agar kolam olak untuk bilangan Froude
ini mampu menimbulkan olakan
(turbulensi) yang tinggi dengan blok
halangnya atau menambah intensitas
pusaran dengan pemasangan blok depan
kolam. Blok ini harus berukuran besar
(USBR tipe IV). Tetapi pada
prakteknya akan lebih baik untuk tidak
merencanakan kolam olak jika 2,5 < Fr
< 4,5. Sebaiknya geometrinya diubah
Gambar 1 Loncatan Air untuk memperbesar atau memperkecil
(sumber: kp-02) bilangan Froude dan memakai kolam
dari kategori lain.
Kolam olak adalah suatu konstruksi 4 Jika Fr ≥ 4,5 ini akan merupakan kolam
yang berfungsi sebagai peredam energi mini pendek. Tipe ini, termasuk kolam
yang terkandung dalam aliran dengan olak USBR tipe III yang dilegkapi
memanfaatkan loncatan hidraulis dari dengan blok depan dan blok
suatu aliran yang berkecepatan tinggi. penghalang. Kolam loncat air yang
Dalam perencanaan kolam olak tergantung sama dengan tangga di bagian ujungnya
pada energi yang masuk yang dinyatakan akan jauh lebih Panjang dan mungkin
dengan bilangan Froude, dan tergantung harus digunakan dengan pasangan batu.
juga pada bahan konstruksi yang
digunakan untuk kolam olak. Berdasarkan 3.2. Aliran Subkritis, Kritis, dan
bilangan Froude, dapat dibuat Superkritis
Parameter yang dapat menentukan ketiga A1V1 = A2V2
jenis aliran tersebut adalah hubungan
antara gaya gravitasi dan gaya inersia, yang 3.4. Hukum Konservasi Energi
dinyatakan dengan bilangan Froude (Fr).
Hukum Bernoulli menyatakan bahwa
Untuk berbentuk persegi, bilangan Froude
didefinisikan sebagai berikut: jumlah energi air dari setiap aliran yang
melalui suatu penampang saluran, dapat
Fr = (3.1) dinyatakan sebagai jumlah fungsi air,
×
tinggi tekanan dan tinggi kecepatan.
Dengan
V = kecepatan aliran (m/s)
h = kedalaman aliran (m)
g = percepatan gravitasi (m/s2 )
√(g.h) = kecepatan gelombang dangkal

Menurut Triatmodjo (2012), penggolongan


jenis lairan dari hasil perhitungan dengan
menggunkan persamaan di atas adalah
sebagai berikut:
1. Aliran subkritis, terjadi apabila Fr < 1
2. Aliran super kritis, terjadi apabila Fr > Gambar 3 Kontinuitas aliran dalam
1, dan suatu pias
3. Aliran kritis, terjadi apabila Fr = 1
Menurut prinsip kekekalan energi, jumlah
3.3. Hukum Konservasi Massa fungsi energi pada penampang 1 di hulu
akan sama dengan jumlah fungsi energi
Menurut Triadmodjo (2013), apabila zat pada penampang 2 di hilir dan fungsi hf
tak kompresibel mengalir secara kontiniu diantara kedua penampang tersebut.
melalui pipa atau saluran terbuka, dengan
tampang aliran konstan ataupun tidak 𝑣 𝑣
𝑧 +ℎ + = 𝑧 +ℎ + +ℎ
konstan, maka volume zat cair yang lewat 2𝑔 2𝑔
tiap satuan waktu adalah sama di semua
tampang. Kondisi seperti ini dapat disebut dimana :
dengan hokum kontinuitas aliran zat cair. z = fungsi titik diatas garis referensi
h = fungsi tekanan di suatu titik
v = kecepatan aliran
T g = gaya gravitasi bumi
A hf = kehilangan energi primer
Potongan
1 3 2 3.5. Gerusan
Gambar 2 Kontinuitas aliran dalam
Gerusan merupakan suatu fenomena alam
suatu pias
yang disebabkan oleh erosi yang
disebabkan oleh aliran air pada dasar dan
Q = konstan, atau tebisng sungai. Neil (1937) dalam Fitria, N
(2014) mengatakan gerusan adalah
Q1 = Q2 penurunan dasar sungai yang disebabkan
terjadinya erosi di bawah elevasi Menurut Wiyono H.S dkk, 2006,
permukaan alami atau datum yang parameter yang mempengaruhi pada
diasumsikan. Gerusan adalah suatu proses gerusan, meliputi:
keadaan sungai semakin dalam karena 1. Kondisi fluida, yaitu:
interaksi antara aliran dengan material a. Kerapatan (ρ)
dasar sungai (legono, 1990). Perubahan b. Kekentalan / viskositas kinematis (υ)
c. Gravitasi (g)
pola aliran yang melewati suatu
d. Kecepatan (V)
penampang sungai sehingga partikel-
e. Kedalaman aliran (d0)
partikel dasar sungai akan terangkut dan 2. Kondisi dasar sungai, yaitu:
ditransportasikan dari daerah asalnya a. Diameter butiran sedimen (Ds)
selapis demi selapis dan hal ini terjadi terus b. Kerapatan massa (ρs)
menerus sampai menjadi keseimbangan c. Distribusi butiran
dasar sungai yang baru. d. Bentuk butiran
Raudkivi dan Eltema (1982) dalam
Abdurrosyid, J. dkk (2009) mengatakan 4. METODOLOGI PENELITIAN
bahwa gerusan dapat dibedakan menjadi
Penilitian ini dilakukan dengan
tiga tipe yaitu gerusan secara umum
memberikan variasi susunan perletakan
(general scour) yang diakibatkan adanya
baffle blocks. Dalam memudahkan
energi dari aliran, gerusan terlokalisir
pengambilan data maka dari setiap variasi
(localized scour / constriction scour) yang
akan dibuat sebuah notasi, antara lain
diakibatkan oleh penyempitan alur sungai ,
sebagai berikut.
dan gerusan local (local scour) yang terjadi
karena pola aliran lokal di sekitar bangunan
sungai.
Ketiga tipe ini dapat terjadi bersamaan
namun pada lokasi yang berbeda. Gerusan
terlokalisir dan gerusan lokal selanjutnya
dapat dibedakan menjadi dua kondisi,
yaitu:
1. Kondisi gerusan dengan air jernih (clear
water source), terjadi ketika material
dasar di hulu bangunan dalam keadaan
diam (tidak ada gerakan material dasar).
2. Kondisi gerusan dengan air tidak jernih
(live bed scour), terjadi disertai adanya
angkutan sedimen dari material dasar,
terjadi ketika kondisi aliran dalam
saluran menyebabkan material dasar
bergerak
Tabel 1 Variasi Susunan Baffle blocks 2. Menghidupkan mesin pompa air agar
kolam penampungan pertama terisi
penuh.
3. Mengalirkan air dengan memutar tuas.
4. Mengatur bukaan tuas agar
mendapatkan aliran yang diinginkan,
lalu menghitung debit aliran
menggunakan metode volumetrik
dengan mengukur volume air yang
tumpah pada kolam penampung dan
waktu penampungannya.
5. Setelah aliran air, kemudian mengamati
beberapa parameter karakteristik aliran,
parameter untuk karakteristik aliran
adalah sebagai berikut.
a. Tinggi kedalaman air di hulu (h1).
b. Tinggi kedalaman air di tengah (h2).
c. Tinggi kedalam air di hilir (h3).
6. Kemudian menutup tuas agar aliran air
berhenti.
7. Percobaan poin ke-2 sampai ke-5
dilakukan secara berulang dengan
merubah putaran tuas, hingga
mendapatkan jumlah putaran sesuai
dengan debit yang dinginkan.
8. Pengujian selanjutnya dengan
menggunakan perlindung baffle blocks.
Pengujian ini dilakukan berkali-kali
dengan susunan yang berbeda sesuai
dengan variasi penelitian.
9. Untuk pengujian menggunakan baffle
blocks yang pertama dilakukan adalah
memasang baffle blocks sesuai dengan
Penelitan ini menggunakan data primer variasi bentuk dan konfigurasi yang
yang berasal dari percobaan yang sudah ditentukan dengan menggunakan
dilakukan di Laboratorium Hidrolika lem, lalu di tunggu selama 30 menit
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan hingga lem mengeras.
Universitas Islam Indonesia. Berikut 10.Selanjutnya hidupkan mesin pompa dan
langkah-langkah dalam pengambilan data putar tuas sesuai dengan pengujian
pada penelitian ini. sebelumnya.
1. Mengatur sudut aliran hidrolic flume 11.Setelah air mengalir amati karakteristik
dan mengukur dimensi saluran dan aliran. Ketika aliran sudah terlihat stabil
kolam penampungan akhir. maka selanjutnya akan dilakukan
pengamatan terhadap tinggi muka air Langkah-langkah dalam menganalisis data
dan waktu penampungan di kolam adalah sebagai berikut.
penampungan akhir. 1 Menghitung debit dari setiap pengujian.
12. Pengamatan waktu penampungan Perhitungan bedit dilakukan dengan
dilakukan setiap penambahan 3 cm parameter volume tampungan (Vol) dan
tinggi muka air. waktu penampungan (t).
13. Selama melakukan pengamatan di 2 Menghitung kecepatan aliran rata-rata
kolam penampungan, dilakukan juga dari hasil perhitungan debit yang sudah
pengamatan tinggi aliran air pada didapatkan.
hidrolic flume. tinggi aliran yang 3 Menghitung angka Froude dan Reynold
diamati sebagai berikut: untuk mengetahui karakteristik aliran
a. Tinggi kedalaman air di hulu (h1). dari setiap pengujian.
b. Tinggi kedalaman air di setiap baris 4 Menghitung peredaman energi akibat
baffle blocks (b). perlindungan baffle blocks yang terjadi
c. Tinggi kedalam air di hilir (h3). di hilir bendung.
14. setelah mendapatkan data diatas, 5 Membuat grafik perbandingan
kemudian baffle blocks yang sudah peredaman energi dari perbedaan
dipasang dicabut kembali tanpa susunan baffle blocks.
menutup tuas.
15. Kemudian amati aliran yang terjadi 5. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
ketika baffle blocks telah dilepas dan 5.1. Analisis
melakukan pengamatan sama dengan Data yang diperoleh harus dianalisis untuk
percobaan poin ke-11 sampai ke-13. medapatkan hasil sesuai dengan yang
16. Setelah mendapatkan semua data diatas dibutuhkan dalam penelitian. penjabaran
tutup tuas dan matikan mesin pompa, analisis data akan disajikan satu sample
kemudian kuras air didalam kolam perhitungan saja dan perhitungan yang
penampungan agar dapat digunakan sama akan direkap didalam tabel. Beberapa
kembali untuk pengujian berikutnya. sampel perhitungan yang akan diuraikan
17. Kemudian hitung debit aliran (Q), adalah sebagai berikut.
kecepatan aliran (V) dan Froude
number (Fr) dari hasil pengamatan. 1. Luas aliran air (A)
18. Percobaan poin ke-9 sampai ke-15 2. Debit Aliran (Q).
dilakukan secara berulang dengan 3. Kecepatan aliran pada saluran (V).
merubah konfigurasi dan bentuk baffle 4. Angka Froude (Fr).
blocks, hingga mendapatkan semua 5. Persentase penurunan angka Froude
perhitungan yang dilakukan dan 6. Kehilangan energi
perbandingan peredaman energi dari
setiap konfigurasi dan bentuk baffle
blocks.
Data yang sudah diperoleh dari hsail
penelitian selanjutnya akan dianalisis
untuk mendapatkan suatu kesimpulan.
Baf. blocks
Var. 2 10.8704 0.0131
Berikut merupakan tabel hasil perhitungan Tanpa bb
kecepatan aliran dan angka Froude
Baf. blocks
berdasarkan data yang dihasilkan pada Var. 3 18.5684 0.0380
percobaan di laboratorium Tanpa bb
Tabel 2 Hasil Perhitungan Baf. blocks
Kec. Var. 4 15.1482 0.0151
Fr di Tanpa bb
Variasi Keterangan (V) Baf. blocks
hilir Var. 5 29.2703 0.0534
(m/s)
Tanpa bb
Baf. blocks 0.2610 0.4811
Var. 1 Baf. blocks
Tanpa bb 0.2829 0.5398 Var. 6 21.5584 0.0360
Tanpa bb
Baf. blocks 0.2610 0.4811
Var. 2 Baf. blocks
Tanpa bb 0.2829 0.5398 Var. 7 18.0724 0.0517
Tanpa bb
Baf. blocks 0.2373 0.4170
Var. 3 Baf. blocks
Tanpa bb 0.2731 0.5121 Var. 8 24.8040 0.0313
Tanpa bb
Baf. blocks 0.2526 0.4580
Var. 4 Baf. blocks
Tanpa bb 0.2829 0.5398 Var. 9 31.7423 0.0633
Tanpa bb
Baf. blocks 0.1957 0.3125
Var. 5
Tanpa bb 0.2475 0.4418 5.2. Pembahasan
Baf. blocks 0.2237 0.3818
Var. 6 Karakteristik aliran yang di tinjau dalam
Tanpa bb 0.2640 0.4867
penelitian ini adalah karakteristik dibagian
Baf. blocks 0.2303 0.3987 hilir bendung. Dari percobaan pengamatan
Var. 7
Tanpa bb 0.2640 0.4867 ini akan dibahas karakteristik aliran
Baf. blocks 0.2610 0.4811 berdasarkan angka Froude (Fr) ditinjau dari
Var. 8 penurunan angka Froude yang diakibatkan
Tanpa bb 0.3168 0.6398 oleh penambahan baffle blocks. Perubahan
Baf. blocks 0.2447 0.4367 nilai karakteristik tersebut disebabkan oleh
Var. 9
Tanpa bb 0.3168 0.6398 perubahan luas dan kecepatan aliran.

Berdasarkan perhitungan yang sudah


Tabel 3 Perhitungan penurunan Fr dan dilakukan dapat dilihat hasil perhitungan
Hf berupa persentase penurunan angka Froude
Kehilang
Varias Penuruna yang dapat dilihat pada Tabel 5.80.
Keterangan an energi Persentase penurunan angka froude dan
i n Fr (%)
(Hf) (m) kehilangan energi terbesar yang di
akibatkan oleh baffle blocks terdapat di
Baf. blocks
Var. 1 10.8704 0.0206 susunan baffle blocks variasi 5 yaitu
Tanpa bb
sebesar 29.2703 % dan kehilangan energi diberikan dalam penelitian selanjutnya
sebesar 0.0534 m. adalah sebagai berikut.
1. Untuk penelitian selanjutnya, variasi
Pada pengujian ini dilakukan juga baffle blocks di hilir bendung dicoba
pengujian menggunakan groundsill dengan variasi yang lain, baik dari
dengan tinggi ambang yang sama dan bentuk dan susunannya dan
menghasilkan penurunan angka froude dibandingkan antara beberapa
pengaman yang digunakan.
dan kehilangan energi sebesar
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan
31.7423% dan 0.0633 m.
dengan penambahan agregat sedimen di
hilir bendung dan diperhatikan pola
6. KESIMPULAN DAN SARAN
gerusan yang terjadi.
6.1 Kesimpulan
3. Perlu diperhatikan penentuan debit pada
Berdasarkan pengujian dan analisis data
alat circulating flume, pada alat ini
yang telah dilakukan, makan dapat diambil
belum bisa menetukan debit yang sama
kesimpulan sebagai berikut
pada setiap pengujiannya, diperlukan
1. Susunan variasi baffle blocks yang
percobaan yang lebih untuk
memiliki penurunan angka froude dan
mendapatkan besar debit yang
kehilangan energi terbesar yaitu pada
dikeluarkan sama pada setiap
percobaan variasi 5 dengan besar
pengujian.
penurunan angka froude 29.2703% dan
kehilangan energi sebesar 0.0534 m.
2. Susunan dengan bentuk belah ketupat
DAFTAR PUSTAKA
disusun sejajar merupakan bentuk
susunan baffle blocks yang paling
Abdurrosyid, J dkk (2009). Studi Gerusan
efektif dalam meredam energi.
dan Perlindungannya di Hilir KOlam
3. Jika dibandingkan dengan bentuk
Olakan Bendung Tipe USBR-I. Jurnal
kovensional yaitu groudsill penurunan
Teknik Sipil Universitas
angka froude dan kehilangan energi
Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
lebih besar dibandingkan dengan
Adi Daning (2018). Studi Gerusan di Hilir
susunan baffle blocks dengan nilai
Bendung Kolam Olak Tipe Vlughter
penurunan angka froude 31.7423% dan
dengan Perlindungan Groundsill.
kehilangan energi sebesar 0.0633 m.
Skripsi thesis, Universitas Islam
4. Bangunan peredam energi kovensional
Indonesia. Yogyakarta
lebih efektif dibandingkan dengan
Adiputra, Pembra Juned (2013). Pengaruh
menggunakan baffle blocks.
Variasi Kemiringan Tubuh Hilir
Bendung Dan Penempatan Baffle blocks
6.2 Saran
Pada Kolam Olak Tipe Solid Roller
Berdasarkan pengalaman yang didapatkan
Bucket Terhadap Loncatan Hidrolis
selama proses pengujian dan penelitian di
Dan Peredaman Energi. Skripsi thesis,
Laboratorium Hidrolika Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Sipil dan Perencanaan Universitas Islam
Badan Standarisasi Nasional (1991). SNI
Indonesia, adapun saran yang dapat
03-2401-1991 Pedoman Perencanaan
Hidrologi dan Hidraulika untuk Standar Perencanaan Irigasi (1986).
Bangunan di Sungai. Bandung. Kriteria Perencanaan Bendung Irigasi
Fitriana, N. (2014). Analisi Gerusan di (KP 04). Galang Persada. Bandung.
Hilir Bedung Tipe Vlughter (Uji Model Suripin dan Sri Sangkawati. Buku Ajar
Laboratorium). Tugas Akhir. Hidraulika. Fakultas Teknik Universitas
Universitas Sriwijaya. Palembang. Diponegoro. Semarang.
Irwan Aristya Rahadian(2008). Baffle Triatmodjo, Bambang (2012). Hidraulika I.
blocks Bentuk Balok Sebagai Peredam Beta Offset. Yogyakarta.
Energi Pada Kolam Olakan Bendung Triatmodjo, Bambang (2013). Hidraulika
Tipe USBR-II. Skripsi thesis, II. Beta Offset. Yogyakarta.
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Wiyono H.S, dkk (2006). Perbandingan
Legono, D., 1990, Gerusan pada Bangunan Beberapa Formula Perhitungan Gerusan
Sungai, PAU Ilmu-Ilmu Teknik UGM, di Sekitar Pilar (Kajian Laboratorium).
Yogyakarta. Jurnal Teknik Sipil Institut Teknologi
Mawardi (2010). Desain Hidraulik Bandung. Bandung.
Bendung Tetap untuk Irigasi Teknis.
Alfabet. Bandung.
Sidharta, dkk. (1997) Irigasi dan Bangunan
Air. Penerbit Gunadarma.
Standar Perencanaan Irigasi (1986).
Kriteria Perencanaan Bendung Irigasi
(KP 02). Galang Persada. Bandung.

You might also like