Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Jurnal Warta Rimba E-ISSN : 2579-6287

Volume 7. Nomor 2.
Juni 2019

PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU (HHBK) BAMBU OLEH


MASYARAKAT TERASING (SUKU LAUJE)DI DESA ANGGASAN
KECAMATAN DONDO KABUPATEN TOLITOLI

Muh. Tang1, Adam Malik2, Abdul Hapid2.


Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Tadulako
Jl. Soekarno-Hatta Km. 9 Palu, Sulawesi Tengah 94118
1
Mahasiswa Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako
Korespondensi : Muh.tang2011@gmail.com
2
Staf Pengajar Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako

ABSTRACT
Indonesia is a country that is blessed by God with a wealth of natural resources that supports the
lives of its people, ranging from marine wealth to innumerable forest resources. The only
problem that arises is the resource management of the wealth to be something useful. The
purpose of this study was to determine the utilization of non-bamboo forest products made by
the Lauje tribe in the Anggasan Village, Dondo District, Tolitoli Regency. This research was
conducted in Anggasan Village, Dondo District, Tolitoli Regency, Central Sulawesi Province,
for 3 months starting from March to May 2016. The method used in this research was the
method of extracting information from the results of questionnaires and respondents so that it
was hoped that this research could develop an object or real conditions in the field. The results
of the study of the utilization of non-wood forest products (NTFPs) of bamboo by the isolated
community (Lauje tribe) in Anggasan Village, Dondo District, ToliToli Regency are as
handicrafts in the form of Patapi / sisiru (tatapi), hats (songko), chopsticks (chopsticks), aya
(pagero) ), as a Nampang / place of water in the form of a place of water (sasauang) and a long
place of water (bandal) and as materials / ingredients for building houses in the form of a house
wall (bombonge), the floor of a house (basal) and a chicken coop (saloko). Utilization of
bamboo by the community isolated Lauje tribe in Anggasan Village, Dondo District, Tolitoli
Regency, is categorized as medium.
Keywords: Non-Timber Forest Products, Lauje Tribe, Anggasan Village, Tolitoli Regency

PENDAHULUAN Sedangkan manfaat tidak nyata adalah


manfaat yang diperoleh dari hutan yang tidak
Latar belakang dapat dinilai oleh sistem pasar secara
Hutan merupakan modal pembangunan langsung atau berbentuk inmaterial/tidak
nasional yang memiliki manfaat ekologi, dapat diraba, seperti keindahan alam, iklim
ekonomi dan sosial budaya. Dalam UU mikro, hidrologis, dan lain-lain (Karisma,
Nomor 41 tahun 1999 dijelaskan bahwa Hutan 2010).Untuk itu hutan harus diurus dan
adalah suatu kesatuan ekosistem berupa dikelola, dilindungi dan dimanfaatkan secara
hamparan lahan berisi sumber daya alam berkesinambungan bagi kesejahteraan
hayati yang didominasi pepohonan yang masyarakat Indonesia, baik generasi sekarang
mempunyai tiga fungsi, yaitu: a. fungsi maupun yang akan datang (Kendek dkk,
konservasi, b. fungsi lindung, dan c.fungsi 2013).
produksi (Ardhana dan Syaifuddin, 2013). Menurut Peraturan Menteri Kehutanan
Hutan merupakan sumber daya alam Nomor : P.35/Menhut-II/2007, hasil hutan
yang memiliki banyak manfaat bagi bukan kayu yang selanjutnya disingkat HHBK
kehidupan manusia. Manfaat-manfaat tersebut adalah hasil hutan hayati baik nabati maupun
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu manfaat hewani beserta produk turunan dan budidaya
nyata (tangible) dan tidak nyata (intangible). kecuali kayu yang berasal dari hutan.
Manfaat nyata adalah manfaat hutan yang Sedangkan menurut Suhesti dan Hadinoto
berbentuk material atau dapat diraba yang (2015), hasil hutan bukan kayu (HHBK)
berupa kayu, rotan, getah, dan lain-lain. merupakan bagian dari ekosistem hutan yang
19
Jurnal Warta Rimba E-ISSN : 2579-6287
Volume 7. Nomor 2.
Juni 2019

memiliki peranan yang beragam, baik masyarakat secara luas dan membutuhkan
terhadap lingkungan alam maupun terhadap modal kecil sampai menengah. Dengan
kehidupan manusia. HHBK yang sudah biasa demikian pemanfaatannya dapat
dimanfaatkan dan dikomersilkan diantaranya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
adalah cendana, gaharu, sagu, rotan, aren, usaha pemanfaatannya dapat dilakukan oleh
sukun, bambu, sutera alam, jernang, banyak kalangan masyarakat. 4. Teknologi
kemenyan, kayu putih, aneka tanaman obat, yang digunakan untuk memanfaatkan dan
minyak atsiri dan madu. mengolah HHBK adalah teknologi sederhana
Secara ekologis HHBK tidak memiliki sampai menengah. 5. Bagian yang
perbedaan fungsi dengan hasil hutan kayu, dimanfaatkan, yaitu: daun, kulit, getah, bunga,
karena sebagian besar HHBK merupakan biji, kayu, batang, buah, dan akar cabutan.
bagian dari pohon. Istilah Hasil Hutan Non Dengan demikian pemanfaatan HHBK tidak
Kayu semula disebut Hasil Hutan Ikutan menimbulkan kerusakan ekosistem hutan
merupakan hasil hutan yang berasal dari (Sihombing, 2011).
bagian pohon atau tumbuh-tumbuhan yang Bambu termasuk jenis rumput-rumputan
memiliki sifat khusus yang dapat menjadi dari suku Gramineae. Bambu tumbuh
suatu barang yang diperlukan oleh menyerupai pohon berkayu, batangnya
masyarakat, dijual sebagai komoditi ekspor berbentuk bulu berongga. Tanaman bambu
atau sebagai bahan baku untuk suatu industri memiliki cabang-cabang (ranting) dan daun
(Salaka dkk, 2012). buluh yang menonjol (Maharaja, 2013).
Pemanfaatan sumberdaya hutan Bambu dapat berkembang biak di daerah
khususnya kayu masih mendominasi. Namun tropis dan sub tropis dengan preferensi iklim
demikian, HHBK juga tidak dapat diabaikan yang disukai adalah wilayah yang memiliki
begitu saja karena HHBK menjadi salah satu hujan lebat. Tanaman bambu di Indonesia
peluang yang tepat untuk dikembangkan dan ditemukan mulai dari dataran rendah sampai
tentu saja dapat mengurangi tingkat pegunungan. Pada umumnya ditemukan di
ketergantungan masyarakat terhadap hasil tempat-tempat terbuka dan daerahnya bebas
hutan kayu (Jafar, 2013). Palmolina (2014) dari genangan air (Rahmawati, 2009).
menambahkan, beberapa tahun terakhir Meskipun bambu memegang peranan
keberadaan Hasil HutanBukan Kayu (HHBK) penting dalam kehidupan masyarakat
dipandang penting untuk terusdikembangkan Indonesia, budidaya secara perkebunan masih
mengingat produktivitas kayu darihutan alam belum banyak dilakukan oleh masyarakat.
semakin menurun. Perubahan paradigma Dengan demikian ketersediaan bambu untuk
dalam pengelolaan hutan kini cenderung memenuhi kebutuhan yang ada masih
kepada pengelolaan kawasan (ekosistem) menggantungkan diri dengan pada hasil hutan
hutan secara utuhdan menuntut diversifikasi atau pekarangan. Selain itu pemanfaatan
hasil hutan selain kayu.HHBK dalam bambu masih sangat terbatas pada keperluan-
pemanfaatannya memiliki keunggulan keperluan tradisional.
dibanding hasil kayu, sehingga HHBK Sehubungan dengan hal tersebut di atas,
memiliki prospek yang besar dalam maka perlu dilakukan penelitian yang terkait
pengembangannya. Adapun keunggulan dengan peran serta masyarakat dalam
HHBK dibandingkan dengan hasil kayu pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (Bambu)
adalah sebagai berikut: 1. Pemanfaatan di Desa Anggasan Kecamatan Dondo
HHBK tidak menimbulkan kerusakan yang Kabupaten Tolitoli.
besar terhadap hutan dibandingkan dengan Rumusan Masalah
pemanfaatan kayu. Karena pemanenannya Berdasarkan latar belakang yang telah
tidak dilakukan dengan menebang pohon, dikemukakan maka dirumuskan pokok
tetapi dengan penyadapan, pemetikan, permasalahan adalah bagaimana pemanfaatan
pemangkasan, pemungutan, perabutan dll. 2. hasil hutan bukan kayu (HHBK) bambu oleh
Beberapa HHBK memiliki nilai ekonomi masyarakat terasing (Suku Lauje) di Desa
yang besar per satuan volume (gaharu). 3. Anggasan Kec. Dondo Kab. Tolitoli.
Pemanfaatan HHBK dilakukan oleh

20
Jurnal Warta Rimba E-ISSN : 2579-6287
Volume 7. Nomor 2.
Juni 2019

Tujuan dan Kegunaan dengan mengunakan kuisioner (panduan


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk pertanyaan) atau angket yang bersifat tertutup.
mengetahui pemanfaatan hasil hutan bukan Selain menggunakan kuisioner,
kayu bambu yang dilakukan oleh masyarakat pengumpulan data dalam penelitian ini juga
terasing Suku Lauje di Desa Anggasan dilakukan melalui wawancara mendalam
Kecamatan Dondo Kabupaten Tolitoli. (indepth interview), yang diharapkan dapat
Kegunaan dari penelitian ini diharapkan memberikan informasi yang lebih mendalam
dapat menambah pengetahuan Mahasiswa, sehingga dapat menunjang dari hasil
masyarakat pembaca serta sebagai bahan kuisioner.
informasi dan masukan bagi instansi terkait, Dalam pengumpulan data dengan
dalam mengenal, melestarikan budaya suku- menggunakan kuisioner dan wawancara
suku primitif, memajukan SDM suku-suku mendalam (indepth interview) dimana jumlah
Primitif dan mendorong kesejahteraan responden diambil dari 20 responden atau 20
masyarakat suku primitif yang ada di orang dari jumlah KK yang ada. Jumlah KK
Indonesia, Kuhususnya masyarakat Suku dalam Suku Lauje di Desa Anggasan
Lauje dalam memanfaatkan HHBK bambu sebanyak 20 KK dengan pertimbangan bahwa
yang ada di Sulawesi Tengah. membandingkan seberapa besar masyarakat
yang memanfaatkan hasil hutan bukan kayu
MATERI DAN METODE PENELITIAN (HHBK) bambu dan seberapa besar yang
tidak memanfaatkan hasil hutan bukan kayu
Waktu dan Tempat (HHBK) bambu di desa anggasang.
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Analisis Data
Anggasan Kecamatan Dondo Kabupaten Data penelitian dianalisis secara
Tolitoli Provinsi Sulawesi Tengah, selama 3 deskriptif. Menurut Faisal (2008)dalamHakim
bulan mulai dari bulan Mei sampai dengan (2016), penelitian deskriptif (descriptive
bulan Agustus 2016. research) yang biasa disebut juga dengan
Bahan dan Alat penelitian taksonomik (taxonomic research),
Bahan yang digunakan dalam penelitian dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi
ini adalah : mengenai suatu fenomenal sosial, dengan
Lembar pertanyaan (Kuisioner) yang jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang
digunakan sebagai pengumpulan data atau berkenaan dengan masalah dan unit yang di
angket, panduan wawancara (interview guide) teliti
yang digunakan untuk wawancara langsung Untuk mengukur tingkat keikutsertaan
dari Lapangan; masyarakat terhadap pemanfaatan hasil hutan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini bukan kayu (HHBK) bamboo dilakukan
yaitu: kriteria yang digunakan menganalisis
1. Alat tulis menulis, digunakan sebagai alat efektifitas dalam pelaksanaan kegiatan
mencatat hal – hal yang dianggap penelitian. Tiap-tiap indikator diukur skala
penting dalam proses penulisan; intensitasnya yang terdiri atas 3 kategori
2. Kamera sebagai alat dokumentasi yang meliputi, nilai 1 (kurang baik), nilai 3 (cukup),
dapat digunakn untuk pengambilan dan nilai 5 (baik).
gambar selama kegiatan penelitian. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan
Materi dan Metode Penelitian melalui penggalian informasi dari hasil
Metode yang digunakan dalam penelitian kuisioner dan responden kunci (key informan).
ini adalah metode penggalian informasi dari Sehingga diharapkan penelitian ini dapat
hasil kuisioner dan responden sehingga menggambarkan suatu objek atau kondisi riil
diharapkan penelitian ini dapat secara sistematis, faktual dan akurat
mengembangkan suatu objek atau kondisi ril berdasarkan fakta yang ada di lapangan.
yang ada dilapangan. Untuk melakukan penskalaan dengan
Teknik pengumpulan data metode ini, setiap responden akan diminta
Teknik pengumpulan data pada untuk menyatakan jawabannya terhadap
penelitian ini dilakukan melalui wawancra pertanyaan-pertanyaan di dalam kuisioner

21
Jurnal Warta Rimba E-ISSN : 2579-6287
Volume 7. Nomor 2.
Juni 2019

dalam 3 kategori jawaban yang telah penskalaan1-3-5 di atas, maka akan diperoleh
disediakan, yaitu sebagai berikut: suatu kesimpulan akhir yang dapat
1) Tidak memanfaatka bambu mendeskripsikan pemahaman dan respon
2) Memanfaatkan dalam jumlah yang kecil masyarakat dalam pemanfaatan hasil hutan
3) Memanfaatkan bambu sebagai mata bukan kayu (HHBK) Bambu di Desa
pencaharian Anggasan.
Tabel 1. Distribusi jawaban responden
mengenai respon masyarakat HASIL DAN PEMBAHASAN
terhadap pemanfaatan hasil hutan
bukan kayu (HHBK) bambu Hasil
Pemanfaatan Bambu
Kategori Responden Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu
Indikator Tidak Memanfaatkan Memanfaatkan (HHBK) bambu oleh masyarakat terasing
Pertanyaan Memanfaatkan Dalam jumlah sebagai sumber (Suku Lauje) di Desa Anggasan Kecamatan
Kecil mata
pencaharian Dondo Kabupaten Toli-Toli adalah sebagai
kerajinan tangan, nampang/tempat air dan
Dari distribusi jawaban responden pada bahan material/ramuan bangunan rumah.
kuisioner, akan ditentukan skor atau bobot 1. Kerajinan Tangan
dari masing-masing jawaban sesuai dengan Pemanfaatan berupa kerajinan tangan
kategori jawaban yang setuju ataupun antara lain: Patapi/sisiru (tatapi), topi
jawaban yang tidak setuju. Dimana, jika (songko), sumpit (sumpitan), aya
jawaban yang diberikan responden (pagero). Hasil kerajinan tangan ini
mempunyai sikap positif atau setuju selain di manfaatkan sendiri sebagian
(favorable) maka harus diberi skor atau bobot besar untuk di jual sebagai sumber
nilai yang lebih tinggi dari pada jawaban pendapatan.
responden yang mempunyai sikap negatif atau 2. Nampang/Tempat Air.
tidak setuju (tidak favorable). Untuk lebih Pemanfaatan nampang/tempa air antara
jelas dilihat pada tabel berikut: lain: tempat air (sasauang) dan tempat air
Tabel 2. Nilai Skoring Untuk Setiap Kategori panjang (bandal).
Responden 3. Bahan Material/Ramuan Bangunan
No Kategori Skor Jumlah Nilai skor
responden Respon akhir(skor Rumah
x jumlah Pemanfaatan bahan material/ramuan
responden)
rumah antara lain: dinding rumah
1 Tidak 1
memanfatkan (bombonge), lantai rumah (basal)
2 Memanfaatkan 3 dankandang ayam (saloko).
(kecil) Intensitas Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan
3 Memanfatkan 5
(mata
Kayu (HHBK) bambu
pencaharian) Dari hasil penilitian di lapangan
Dengan demikian, maka skor ideal untuk responden yang memilih memanfaatkan
mengetahui seberapa besar tingkat sebagai sumber mata pencaharian 13 orang
pemanfatan dan respon masyarakat desa responden (65%), yang memilih
Anggasan terhadap pemanfatan hasil hutan memanfaatkan dalam jumlah kecil 4 orang
bukan kayu (HHBK) bambu responden (20%) dan yang tidak
Tabel 3. Skor Ideal Tingkat Pemahaman memanfaatkan 3 orang responden (15%).
/Respon Unuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Pemanfaatan
HHBK
Nilai skor akhir Nilai
total
Skor
ter
Nilai Kategori Gambar 1.
(TM+ tinggi
MJK+
MSMP)
TM MJK MSMP

100%

Dari hasil pengelolaan data yang


menggunakan analisis deskriptif dengan

22
Jurnal Warta Rimba E-ISSN : 2579-6287
Volume 7. Nomor 2.
Juni 2019

Identitas Responden
Gambar 1 Responden dalam penelitian ini adalah
100 masyarakat Suku Lauje yang memanfaatkan
50
hasil hutan bukan kayu (HHBK) bambu di
65
15 20
Desa Anggasan Kecamatan Dondo Kabupaten
0 Tolitoli.
TM MJK MSMP
Persentase % Identitas responden meliputi jenis
Gambar 1. Respon masyarakat terhadap kelamin, umur dan jumlah tanggungan
pemanfaatan Hasil Hutan Bukan keluarga. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
Kayu (HHBK) Bambu pada Tabel 5.
Tabel 5. Identitas Responden
1. TM (Tidak Memanfaatkan) No Identitas Jumlah
2. MJK (Memanfaatkan Jumlah Kecil) Responden Responden
3. MSMP (Memanfaatkan Sebagai Sumber 1 Jenis Kelamin
Mata Pencaharian) - Laki-Laki 19 Orang
- Perempuan 1 Orang
Responden yang memilih memanfaatkan 2 Umur
sebagai kebutuhan utama karena tidak ada - 35-58 20 Orang
pekerjaan lain yang mereka dapat lakukan 3 Jumlah Tanggungan
selain memanfaatkan bambu sebagai kerajinan Keluarga
tangan dan respoden yang memanfaatkan - 1-7 15 Orang
- >7 5 Orang
dalam jumlah kecil, memanfaatkan bambu
Berdasarkan tabel 5 di atas, dari 20
sebagai kerajinan tangan hanya untuk
responden yang ada, yang berjenis kelamin
digunakan untuk keperluan sendiri, karena
laki-laki berjumlah 19 orang dan jenis
mereka menganggap mempunyai pekerjaan
kelamin perempuan berjumlah 1 orang. Pada
yang berpenghasilan lebih besar di banding
umumnya responden berusia antara 35-58
memanfaatkan bambu sebagai kerajinan
tahun. Ini berarti sebagian besar responden
tangan sedangkan responden tidak
berada pada usia produktif dan
memanfaatkan bambu sebagai kerajinan
memungkinkan melakukan usaha
tangan, bertani dan berkebun di anggap
pemanfaatan bambu di daerah tersebut.
sebagai pekerjaan yang berpenghasilan besar
Menurut tingkat jumlah tanggungan keluarga,
dibandingkan dengan memanfaatkan bambu
terdapat 15 orang responden memiliki
sebagai kerajinan tangan.
tanggungan keluarga antara 1-7 dan 5 orang
Dari hasil tabulasi data yang diperoleh
responden >7.
dari kuisioner dan wawancara maka diperoleh
1. 1. Jenis Kelamin
respon masyarakat terhadap pemanfaatan hasil
Dalam komposisi jenis kelamin
hutan bukan kayu (Bambu) yang tertera pada
responden. Dari 19 orang responden berjenis
Tabel 4.
kelamin laki-laki dan berjenis kelamin
Tabel 4. Respon masyarakat terhadap
perempuan hanya 1 orang responden.
pemanfaatan hasil hutan bukan kayu
2. 2. Umur
(hhbk) bambu
Pemanfaatan Nilai skor akhir Nilai Skor Nilai Kategori
Umur berkorelasi positif dengan
HHBK total
(TM+
ter
tinggi
produktivitas kerja (umur produktif)
MJK+
MSMP) (Sulistiani, 2014). Umur merupakan faktor
TM MJK MSMP
yang mempengaruhi tingkat pemanfaatan
100%
3 12 65 80 100 80% sumberdaya hutan. Hal ini dipengaruhi oleh
perbedaan kondisi tubuh manusia pada
Sumber: Data primer setelah diolah 2016 masing-masing usia (Karisma, 2010).
Berdasarkan Tabel 4 di atas menunjukan Conthesa (2015) menambahkan bahwa umur
bahwa responden Desa Anggasan Kecamatan merupakan salah satu faktor sosial yang
Dondo Kabupaten Tolitoli dalam pemanfaatan diduga dapat mempengaruhi aktivitas
Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) bambu seseorang dalam memenuhi kebutuhan sehari-
tergolong dalam kategori sedang. hari serta kematangan dalam bertindak.

23
Jurnal Warta Rimba E-ISSN : 2579-6287
Volume 7. Nomor 2.
Juni 2019

3. Jumlah Tanggungan Keluarga Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu


Jumlah tanggungan keluarga adalah (HHBK) berupa tanaman bambu oleh
banyaknya orang yang berada didalam rumah masyarakat terasing sangat beragam sesuai
tangga yang terdiri dari istri dan anak yang dengan fungsi dan penggunaannya, dapat kita
tinggal bersamaan (Faisal, 2015). Sedangkan lihat dengan beragam alat yang digunakan
menurut Kalman (2016), tanggungan keluarga oleh suku terasing yang ada di Indonesia. Alat
adalah semua orang yang biaya hidupnya berburu dari bambu berupa sumpit, anak
ditanggung oleh kepala keluarganya. panah, pancang, tombak dan pisau bambu
Masyarakat Suku Lauje yang menjadi yang banyak digunakan oleh suku-suku
responden penelitian ini memiliki jumlah pedalaman. Alat lainya berupa tempat air
anggota keluarga yang bervariasi. Dari 15 (sasauang), koteka, sisiru, seruling, dan lain-
orang responden rata-rata memiki jumlah lain. Pemanfaatan hasil hutan oleh masarakat
tanggungan keluarga 1-7 orang dan 5 orang terasing beriorentasi terhadap kesadaran dan
responden memiliki jumlah tanggungan kepatutan akan hukum adat dan budaya yang
keluarga >7 orang. berlaku. Masyarakat suku Lauje menghargai
Pembahasan hutan sebagai sesuatu yang agung (Ruh) yang
Suku lauje merupakan suku terasing yang tenang yang memberi hidup bagi mereka, bila
tinggal di pedalaman hutan Desa Anggasan dihargai dia kan menghargai kita, bila dijaga
Kecamatan Dondo Kabupaten Tolitoli dia akan menjaga kita, olehnya mengambil
Provinsi Sulawesi Tengah yang pada dasarnya apa yang ada di hutan harus sesuai apa yang
merupakan kelompok suku lauje yang tinggal kita butuhkan, dapat pula dikatakan suku lauje
dan bermukim di pegunungan Kecamatan memanfaatkan sumber daya hutan secara
Palasa Kabupaten Parigi Moutong, namun lestari.
seiring perkembanganya banyak kelompok Dari hasil penelitian yang dilakukan
suku Lauje yang berpindah hingga ke didapatkan beragam respon masyarakat sesuai
kabupaten Tolitoli. Lauje adalah suku bangsa dengan pembagian yang sudah ditentukan
yang antara lain berdiam di wilayah terlebih dahulu. Masyarakat yang tidak
kecamatan Palasa, Kabupaten Parigi memanfaatkan (TM), masyarakat yang
Moutong, Provinsi Sulawesi Tengah. memanfaatkan dalam jumlah kecil (MJK), dan
Mata pencaharian pokok suku Lauje masyarakat yang memanfaatkan sebagai
adalah bercocok tanam di ladang yang masih kebutuhan utama (MSMP).
berpindah-pindah, dengan tanaman utama Demikian didapatkan TM sebanyak 3
padi dan jagung. Selain itu mereka juga orang dari total keseluruhan responden, atau
menanam sayur-sayuran. Akhir-akhir ini sebesar15% masyarakat yang tidak
mereka sudah mulai menanam cengkeh dan menggunakan bambu, masyarakat suku lauje
bawang putih. Suku Lauje di daerah pantai yang tidak memanfaatkan bambu dikarenakan
juga menanam singkong, ubi jalar, pisang, sudah ada masyarakat yang mengenal
pepaya, mangga liar, dan sayur-mayur di kemajuan dan keadaan diluar daerah.
sekitar pekarangan. Jenis mata pencaharian Masyarakat yang mengenal kemajuan tersebut
sambilan lain adalah mencari rotan, damar, adalah masyarakat yang sudah sering keluar
kemiri, membuat kerajinan tangan dari hutan (ke Kota dan ke Desa) terdekat untuk
bambu, berburu, dan beternak. Pada musim berbelanja kebutuhan pokok mereka, atau
paceklik mereka biasanya makan ubi jalar masyarakat yang lebih sering berinteraksi
(unggayu), ubi hutan atau gadung (ondot) dengan keadaan diluar, dapat pula dilihat
yang tumbuh liar di hutan. dengan adanya bangunan rumah yang sudah
Suku Lauje membangun rumah mereka terbuat dari ramuan kayu dan beratapkan
di tengah ladang/kebun, dibangun dari bahan seng. Masyarakat yang tidak memanfaatkan
kayu yang mudah dijumpai di hutan sekitar bambu juga sudah memanfaatkan
kebun atau bahkan dari kayu yang ditebang kebutuhannya dengan alat-alat yang moderen
dari bekas pembukaan lahan kebun mereka seperti plastik.
serta berdindingkan sulaman bambu dan Masyarakat yang memanfaatkan dalam
berlantai bambu. jumlah kecil (MJK) sebanyak 4 orang atau

24
Jurnal Warta Rimba E-ISSN : 2579-6287
Volume 7. Nomor 2.
Juni 2019

sebesar 20% dari total responden. Masyarakat DAFTAR PUSTAKA


yang memanfaatkan dalam jumlah kecil
seperti yang sudah dinyatakan dalam hasil Ardhana A., Syaifuddin. 2013. Kajian
diatas adalah masyarakat yang memanfaatkan Pemasaran Hasil Hutan Non Kayu Dari
bambu sebagai kerajinan tangan hanya untuk Hutan Rakyat Pola Agroforestry Di Desa
digunakan keperluan sendiri. Masyarakat Kertak Empat Kabupaten Banjar (Study
yang memanfaatkan bambu dalam jumlah Marketing Of Non-Timber Forest
kecil ini mempunyai pekerjaan lain yang Products From People Forest
berpenghasilan lebih besar, kebanyakan Agroforestry Pattern in Kertak Empat
mereka menggantungkan hidupnya dengan Village Banjar Of District). Jurnal Hutan
bercocok tanam dan memanfaatkan hasil tropis Vol. 1 No. 2, Juli 2013.
hutan lainya yang bisa dijual langsung, seperti Conthesa O.A. 2015. Aksesibilitas
rotan, madu hutan, getah damar dan gaharu. Masyarakat Desa Miau Baru Terhadap
Masyarakat yang memanfaatkan sebagai Sumberdaya Hutan Di IUPHHK-HA PT
sumber mata pencaharian (MSMP) sebanyak Gunung Gajah Abadi Kalimantan Timur
13 orang atau sebesar 65% dari total Dan Kontribusinya Terhadap
keseluruhan respondem. Model masyarakat Pendapatan Masyarakat. Skripsi. Bogor :
ini terlihat mendominasi disebabkan sebagian Departemen Manajemen Hutan Fakultas
besar masyarakat Suku Lauje memanfaatkan Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
bambu sebagai bahan dalam pembuatan Faisal. 2015. Tingkat Pemahaman
kerajinan yang bisa mereka jual atau ditukar Masyarakat Tentang Reboisasi Dan
dengan kebutuhan sehari-hari mereka. Bambu Penghijauan Di Desa Avolua Kecamatan
juga merupakan bahan/alat yang lebih banyak Parigi Utara Kabupaten Parigi
digunakan dalam pembuatan rumah dan Moutong. Skripsi. Palu : Jurusan
rumah kebun oleh masyarakat Suku Lauje. Kehutanan Fakultas Kehutanan,
Nilai tumbuhan bambu bagi masyarakat Suku Universitas Tadulako. [Tidak
Lauje merupakan sesuatu yang mudah dipublikasikan].
diambil/didapatkan dan tersedia cukup banyak Hakim A. 2016. Persepsi Masyarakat
di hutan sehingga mereka menganggap bambu Terhadap Pengelolaan Hutan Tanaman
sebagai sesuatu yang sangat bernilai tinggi. Karet Di Kabupaten Donggala. Skripsi.
Palu : Program Studi Kehutanan Jurusan
KESIMPULAN Kehutanan Fakultas Kehutanan,
Universitas Tadulako. [Tidak
Berdasarkan hasil penelitian dapat dipublikasikan].
diambil kesimpulan sebagai berikut. Jafar I. 2013. Pengetahuan Masyarakat
1. Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu Dalam Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan
(HHBK) bambu oleh masyarakat terasing Kayu (HHBK) Di Kawasan Cagar Alam
(Suku Lauje) di Desa Anggasan Gunung Sibela. Skripsi. Bogor :
Kecamatan Dondo Kabupaten Toli-Toli Departemen Manajemen Hutan Fakultas
adalah sebagai kerajinan tangan berupa Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Patapi/sisiru (tatapi), topi (songko), Kalman. 2016. Pengaruh Sikap Terhadap
sumpit (sumpitan), aya (pagero), sebagai Partisipasi Masyarakat Dalam
Nampang/tempat air berupa tempat air Pelaksanaan Konservasi Hutan
(sasauang) dan tempat air panjang Mangrove Di Kelurahan Kabonga Besar
(bandal) dan sebagai bahan material Kecamatan Banawa Kabupaten
/ramuan bangunan rumah berupa dinding Donggala. Skripsi. Palu : Jurusan
rumah (bombonge), lantai rumah (basal) Kehutanan Fakultas Kehutanan,
dankandang ayam (saloko). Universitas Tadulako. [Tidak
2. Pemanfaatan bambu oleh masyarakat dipublikasikan].
terasing suku Lauje di Desa Anggasan Karisma B.M. 2010. Studi Pemanfaatan
Kecamatan Dondo Kabupaten Tolitoli, Sumberdaya Hutan Oleh Masyarakat
dikategorikan sedang. Desa Sekitar Hutan Dan Tata Kelolanya

25
Jurnal Warta Rimba E-ISSN : 2579-6287
Volume 7. Nomor 2.
Juni 2019

(Kasus Di Desa Malasari Kecamatan Jurnal Kehutanan Vol. 10 No.2, Juli


Nanggung Kabupaten Bogor Propinsi 2015.
Jawa Barat). Skripsi. Bogor : Sulistiani S.N. 2014. Kajian Pemanfaatan
Departemen Manajemen Hutan Fakultas Sumberdaya Hutan Di Taman Nasional
Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Gunung Halimun Salak Oleh Masyarakat
Kendek C.N., Tasirin J.S., Kainde R.P., Sekitar. Skripsi.Bogor : Departemen
Kalangi J.I. 2013. Pemanfaatan Hasil Konservasi Sumberdaya Hutan dan
Hutan Bukan Kayu Oleh Masyarakat Ekowisata Fakultas Kehutanan, Institut
Sekitar Hutan Desa Minanga III Pertanian Bogor.
Kabupaten Minahasa Tenggara. COCOS
Vol. 3 No. 5, 2013.
Maharaja H. 2013. Pemanfaatan Bambu Di
Desa Tiga Panah Kabupaten Karo.
Skripsi. Medan : Program Studi
Kehutanan Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara.
Republik Indonesia. 2007. Peraturan Menteri
Kehutanan Nomor : P.35 / Menhut-
II/2007 tentang Hasil Hutan Bukan
Kayu. Jakarta.
Palmolina M. 2014. Peranan Hasil Hutan
Bukan Kayu Dalam Pembangunan Hutan
Kemasyarakatan Di Perbukitan Menoreh
(Kasus Di Desa Hargorejo, Kokap,
Kulon Progo, D.I. Yogyakarta). Jurnal
Ilmu Kehutanan Vol. 8 No. 2, 2014.
Rahmawati R. 2009. Peningkatan Nilai
Estetika Anyaman Bambu Melalui
Finishing Teknik Batik. Skripsi. Bogor :
Departemen Hasil Hutan Fakultas
Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Salaka F.J., Nugroho B., Nurrochmat D.R.
2012. Strategi Kebijakan Pemasaran
Hasil Hutan Bukan KayuDi Kabupaten
Seram Bagian Barat, Provinsi
Maluku(Marketing Policy Strategy for
Non Timber Forest Products in West
Seram Regency, Maluku Province).
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan
Vol. 9 No. 1, April 2012.
Sihombing J.A. 2011. Pemanfaatan Hasil
Hutan Bukan Kayu (HHBK) Oleh
Masyarakat Desa Sekitar Hutan Di
IUPHHK-HA PT. Ratah Timber
Samarinda, Kalimantan Timur. Skripsi.
Bogor : Departemen Manajemen Hutan
Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian
Bogor.
Suhesti E., Hadinoto. 2015. Hasil Hutan
Bukan Kayu Madu Sialang Di Kabupaten
Kampar (Studi Kasus : Kecamatan
Kampar Kiri Tengah). Wahana Forestra :

26

You might also like