Professional Documents
Culture Documents
Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Bambu Oleh Masyarakat Terasing (Suku Lauje) Di Desa Anggasan Kecamatan Dondo Kabupaten Tolitoli
Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Bambu Oleh Masyarakat Terasing (Suku Lauje) Di Desa Anggasan Kecamatan Dondo Kabupaten Tolitoli
Volume 7. Nomor 2.
Juni 2019
ABSTRACT
Indonesia is a country that is blessed by God with a wealth of natural resources that supports the
lives of its people, ranging from marine wealth to innumerable forest resources. The only
problem that arises is the resource management of the wealth to be something useful. The
purpose of this study was to determine the utilization of non-bamboo forest products made by
the Lauje tribe in the Anggasan Village, Dondo District, Tolitoli Regency. This research was
conducted in Anggasan Village, Dondo District, Tolitoli Regency, Central Sulawesi Province,
for 3 months starting from March to May 2016. The method used in this research was the
method of extracting information from the results of questionnaires and respondents so that it
was hoped that this research could develop an object or real conditions in the field. The results
of the study of the utilization of non-wood forest products (NTFPs) of bamboo by the isolated
community (Lauje tribe) in Anggasan Village, Dondo District, ToliToli Regency are as
handicrafts in the form of Patapi / sisiru (tatapi), hats (songko), chopsticks (chopsticks), aya
(pagero) ), as a Nampang / place of water in the form of a place of water (sasauang) and a long
place of water (bandal) and as materials / ingredients for building houses in the form of a house
wall (bombonge), the floor of a house (basal) and a chicken coop (saloko). Utilization of
bamboo by the community isolated Lauje tribe in Anggasan Village, Dondo District, Tolitoli
Regency, is categorized as medium.
Keywords: Non-Timber Forest Products, Lauje Tribe, Anggasan Village, Tolitoli Regency
memiliki peranan yang beragam, baik masyarakat secara luas dan membutuhkan
terhadap lingkungan alam maupun terhadap modal kecil sampai menengah. Dengan
kehidupan manusia. HHBK yang sudah biasa demikian pemanfaatannya dapat
dimanfaatkan dan dikomersilkan diantaranya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
adalah cendana, gaharu, sagu, rotan, aren, usaha pemanfaatannya dapat dilakukan oleh
sukun, bambu, sutera alam, jernang, banyak kalangan masyarakat. 4. Teknologi
kemenyan, kayu putih, aneka tanaman obat, yang digunakan untuk memanfaatkan dan
minyak atsiri dan madu. mengolah HHBK adalah teknologi sederhana
Secara ekologis HHBK tidak memiliki sampai menengah. 5. Bagian yang
perbedaan fungsi dengan hasil hutan kayu, dimanfaatkan, yaitu: daun, kulit, getah, bunga,
karena sebagian besar HHBK merupakan biji, kayu, batang, buah, dan akar cabutan.
bagian dari pohon. Istilah Hasil Hutan Non Dengan demikian pemanfaatan HHBK tidak
Kayu semula disebut Hasil Hutan Ikutan menimbulkan kerusakan ekosistem hutan
merupakan hasil hutan yang berasal dari (Sihombing, 2011).
bagian pohon atau tumbuh-tumbuhan yang Bambu termasuk jenis rumput-rumputan
memiliki sifat khusus yang dapat menjadi dari suku Gramineae. Bambu tumbuh
suatu barang yang diperlukan oleh menyerupai pohon berkayu, batangnya
masyarakat, dijual sebagai komoditi ekspor berbentuk bulu berongga. Tanaman bambu
atau sebagai bahan baku untuk suatu industri memiliki cabang-cabang (ranting) dan daun
(Salaka dkk, 2012). buluh yang menonjol (Maharaja, 2013).
Pemanfaatan sumberdaya hutan Bambu dapat berkembang biak di daerah
khususnya kayu masih mendominasi. Namun tropis dan sub tropis dengan preferensi iklim
demikian, HHBK juga tidak dapat diabaikan yang disukai adalah wilayah yang memiliki
begitu saja karena HHBK menjadi salah satu hujan lebat. Tanaman bambu di Indonesia
peluang yang tepat untuk dikembangkan dan ditemukan mulai dari dataran rendah sampai
tentu saja dapat mengurangi tingkat pegunungan. Pada umumnya ditemukan di
ketergantungan masyarakat terhadap hasil tempat-tempat terbuka dan daerahnya bebas
hutan kayu (Jafar, 2013). Palmolina (2014) dari genangan air (Rahmawati, 2009).
menambahkan, beberapa tahun terakhir Meskipun bambu memegang peranan
keberadaan Hasil HutanBukan Kayu (HHBK) penting dalam kehidupan masyarakat
dipandang penting untuk terusdikembangkan Indonesia, budidaya secara perkebunan masih
mengingat produktivitas kayu darihutan alam belum banyak dilakukan oleh masyarakat.
semakin menurun. Perubahan paradigma Dengan demikian ketersediaan bambu untuk
dalam pengelolaan hutan kini cenderung memenuhi kebutuhan yang ada masih
kepada pengelolaan kawasan (ekosistem) menggantungkan diri dengan pada hasil hutan
hutan secara utuhdan menuntut diversifikasi atau pekarangan. Selain itu pemanfaatan
hasil hutan selain kayu.HHBK dalam bambu masih sangat terbatas pada keperluan-
pemanfaatannya memiliki keunggulan keperluan tradisional.
dibanding hasil kayu, sehingga HHBK Sehubungan dengan hal tersebut di atas,
memiliki prospek yang besar dalam maka perlu dilakukan penelitian yang terkait
pengembangannya. Adapun keunggulan dengan peran serta masyarakat dalam
HHBK dibandingkan dengan hasil kayu pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (Bambu)
adalah sebagai berikut: 1. Pemanfaatan di Desa Anggasan Kecamatan Dondo
HHBK tidak menimbulkan kerusakan yang Kabupaten Tolitoli.
besar terhadap hutan dibandingkan dengan Rumusan Masalah
pemanfaatan kayu. Karena pemanenannya Berdasarkan latar belakang yang telah
tidak dilakukan dengan menebang pohon, dikemukakan maka dirumuskan pokok
tetapi dengan penyadapan, pemetikan, permasalahan adalah bagaimana pemanfaatan
pemangkasan, pemungutan, perabutan dll. 2. hasil hutan bukan kayu (HHBK) bambu oleh
Beberapa HHBK memiliki nilai ekonomi masyarakat terasing (Suku Lauje) di Desa
yang besar per satuan volume (gaharu). 3. Anggasan Kec. Dondo Kab. Tolitoli.
Pemanfaatan HHBK dilakukan oleh
20
Jurnal Warta Rimba E-ISSN : 2579-6287
Volume 7. Nomor 2.
Juni 2019
21
Jurnal Warta Rimba E-ISSN : 2579-6287
Volume 7. Nomor 2.
Juni 2019
dalam 3 kategori jawaban yang telah penskalaan1-3-5 di atas, maka akan diperoleh
disediakan, yaitu sebagai berikut: suatu kesimpulan akhir yang dapat
1) Tidak memanfaatka bambu mendeskripsikan pemahaman dan respon
2) Memanfaatkan dalam jumlah yang kecil masyarakat dalam pemanfaatan hasil hutan
3) Memanfaatkan bambu sebagai mata bukan kayu (HHBK) Bambu di Desa
pencaharian Anggasan.
Tabel 1. Distribusi jawaban responden
mengenai respon masyarakat HASIL DAN PEMBAHASAN
terhadap pemanfaatan hasil hutan
bukan kayu (HHBK) bambu Hasil
Pemanfaatan Bambu
Kategori Responden Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu
Indikator Tidak Memanfaatkan Memanfaatkan (HHBK) bambu oleh masyarakat terasing
Pertanyaan Memanfaatkan Dalam jumlah sebagai sumber (Suku Lauje) di Desa Anggasan Kecamatan
Kecil mata
pencaharian Dondo Kabupaten Toli-Toli adalah sebagai
kerajinan tangan, nampang/tempat air dan
Dari distribusi jawaban responden pada bahan material/ramuan bangunan rumah.
kuisioner, akan ditentukan skor atau bobot 1. Kerajinan Tangan
dari masing-masing jawaban sesuai dengan Pemanfaatan berupa kerajinan tangan
kategori jawaban yang setuju ataupun antara lain: Patapi/sisiru (tatapi), topi
jawaban yang tidak setuju. Dimana, jika (songko), sumpit (sumpitan), aya
jawaban yang diberikan responden (pagero). Hasil kerajinan tangan ini
mempunyai sikap positif atau setuju selain di manfaatkan sendiri sebagian
(favorable) maka harus diberi skor atau bobot besar untuk di jual sebagai sumber
nilai yang lebih tinggi dari pada jawaban pendapatan.
responden yang mempunyai sikap negatif atau 2. Nampang/Tempat Air.
tidak setuju (tidak favorable). Untuk lebih Pemanfaatan nampang/tempa air antara
jelas dilihat pada tabel berikut: lain: tempat air (sasauang) dan tempat air
Tabel 2. Nilai Skoring Untuk Setiap Kategori panjang (bandal).
Responden 3. Bahan Material/Ramuan Bangunan
No Kategori Skor Jumlah Nilai skor
responden Respon akhir(skor Rumah
x jumlah Pemanfaatan bahan material/ramuan
responden)
rumah antara lain: dinding rumah
1 Tidak 1
memanfatkan (bombonge), lantai rumah (basal)
2 Memanfaatkan 3 dankandang ayam (saloko).
(kecil) Intensitas Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan
3 Memanfatkan 5
(mata
Kayu (HHBK) bambu
pencaharian) Dari hasil penilitian di lapangan
Dengan demikian, maka skor ideal untuk responden yang memilih memanfaatkan
mengetahui seberapa besar tingkat sebagai sumber mata pencaharian 13 orang
pemanfatan dan respon masyarakat desa responden (65%), yang memilih
Anggasan terhadap pemanfatan hasil hutan memanfaatkan dalam jumlah kecil 4 orang
bukan kayu (HHBK) bambu responden (20%) dan yang tidak
Tabel 3. Skor Ideal Tingkat Pemahaman memanfaatkan 3 orang responden (15%).
/Respon Unuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Pemanfaatan
HHBK
Nilai skor akhir Nilai
total
Skor
ter
Nilai Kategori Gambar 1.
(TM+ tinggi
MJK+
MSMP)
TM MJK MSMP
100%
22
Jurnal Warta Rimba E-ISSN : 2579-6287
Volume 7. Nomor 2.
Juni 2019
Identitas Responden
Gambar 1 Responden dalam penelitian ini adalah
100 masyarakat Suku Lauje yang memanfaatkan
50
hasil hutan bukan kayu (HHBK) bambu di
65
15 20
Desa Anggasan Kecamatan Dondo Kabupaten
0 Tolitoli.
TM MJK MSMP
Persentase % Identitas responden meliputi jenis
Gambar 1. Respon masyarakat terhadap kelamin, umur dan jumlah tanggungan
pemanfaatan Hasil Hutan Bukan keluarga. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
Kayu (HHBK) Bambu pada Tabel 5.
Tabel 5. Identitas Responden
1. TM (Tidak Memanfaatkan) No Identitas Jumlah
2. MJK (Memanfaatkan Jumlah Kecil) Responden Responden
3. MSMP (Memanfaatkan Sebagai Sumber 1 Jenis Kelamin
Mata Pencaharian) - Laki-Laki 19 Orang
- Perempuan 1 Orang
Responden yang memilih memanfaatkan 2 Umur
sebagai kebutuhan utama karena tidak ada - 35-58 20 Orang
pekerjaan lain yang mereka dapat lakukan 3 Jumlah Tanggungan
selain memanfaatkan bambu sebagai kerajinan Keluarga
tangan dan respoden yang memanfaatkan - 1-7 15 Orang
- >7 5 Orang
dalam jumlah kecil, memanfaatkan bambu
Berdasarkan tabel 5 di atas, dari 20
sebagai kerajinan tangan hanya untuk
responden yang ada, yang berjenis kelamin
digunakan untuk keperluan sendiri, karena
laki-laki berjumlah 19 orang dan jenis
mereka menganggap mempunyai pekerjaan
kelamin perempuan berjumlah 1 orang. Pada
yang berpenghasilan lebih besar di banding
umumnya responden berusia antara 35-58
memanfaatkan bambu sebagai kerajinan
tahun. Ini berarti sebagian besar responden
tangan sedangkan responden tidak
berada pada usia produktif dan
memanfaatkan bambu sebagai kerajinan
memungkinkan melakukan usaha
tangan, bertani dan berkebun di anggap
pemanfaatan bambu di daerah tersebut.
sebagai pekerjaan yang berpenghasilan besar
Menurut tingkat jumlah tanggungan keluarga,
dibandingkan dengan memanfaatkan bambu
terdapat 15 orang responden memiliki
sebagai kerajinan tangan.
tanggungan keluarga antara 1-7 dan 5 orang
Dari hasil tabulasi data yang diperoleh
responden >7.
dari kuisioner dan wawancara maka diperoleh
1. 1. Jenis Kelamin
respon masyarakat terhadap pemanfaatan hasil
Dalam komposisi jenis kelamin
hutan bukan kayu (Bambu) yang tertera pada
responden. Dari 19 orang responden berjenis
Tabel 4.
kelamin laki-laki dan berjenis kelamin
Tabel 4. Respon masyarakat terhadap
perempuan hanya 1 orang responden.
pemanfaatan hasil hutan bukan kayu
2. 2. Umur
(hhbk) bambu
Pemanfaatan Nilai skor akhir Nilai Skor Nilai Kategori
Umur berkorelasi positif dengan
HHBK total
(TM+
ter
tinggi
produktivitas kerja (umur produktif)
MJK+
MSMP) (Sulistiani, 2014). Umur merupakan faktor
TM MJK MSMP
yang mempengaruhi tingkat pemanfaatan
100%
3 12 65 80 100 80% sumberdaya hutan. Hal ini dipengaruhi oleh
perbedaan kondisi tubuh manusia pada
Sumber: Data primer setelah diolah 2016 masing-masing usia (Karisma, 2010).
Berdasarkan Tabel 4 di atas menunjukan Conthesa (2015) menambahkan bahwa umur
bahwa responden Desa Anggasan Kecamatan merupakan salah satu faktor sosial yang
Dondo Kabupaten Tolitoli dalam pemanfaatan diduga dapat mempengaruhi aktivitas
Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) bambu seseorang dalam memenuhi kebutuhan sehari-
tergolong dalam kategori sedang. hari serta kematangan dalam bertindak.
23
Jurnal Warta Rimba E-ISSN : 2579-6287
Volume 7. Nomor 2.
Juni 2019
24
Jurnal Warta Rimba E-ISSN : 2579-6287
Volume 7. Nomor 2.
Juni 2019
25
Jurnal Warta Rimba E-ISSN : 2579-6287
Volume 7. Nomor 2.
Juni 2019
26