Penelitian G Izi Dan M Ak An An: (The Journal of Nutrition and Food Research)

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

P en el G izi M akan 2021, 44(2):105-113 ISSN 02159717

e-ISSN 2338-8358
P E N E L IT IA N G IZ I D A N M A K A N A N
(T h e J o u rn a l o f N u tritio n a n d F o o d R e s ea rch )

P E N G A R U H K A R A K T E R IS T IK K E L U A R G A D A N S T A T U S G IZ I A N A K D E N G A N
P E R K E M B A N G A N K O G N IT IF A N A K U S IA P R A S E K O L A H D I K O T A B O G O R
(E F F E C T O F F A M IL Y C H A R A C T E R IS T IC S A N D N U T R IT IO N A L S T A T U S O F C H IL D R E N W IT H
C O G N IT IV E D E V E L O P M E N T O N P R E S C H O O L A G E C H IL D R E N IN B O G O R C IT Y )

Dwi Anggraeni Puspitasari1, Lilik Kustiyah2, Cesilia Meti Dwiriani3 , Yekti Widodo4

Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Jl. Raya Darmaga Bogor Indonesia
1,2,3
4
Pusat Penelitian dan Pengembangan Upaya Kesehatan Masyarakat Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Kementerian Kesehatan RI. Jl. Percetakan Negara no 29 Jakarta Indonesia
E-mail: 2981dwi@gmail.com

Diterima: 26-10-2021 Direvisi: 24-12-2021 Disetujui: 30-12-2021

ABSTRACT
T h e in cid en ce o f stu nting a n d d e lays in co gn itive a b ilitie s is a p ro b le m th a t still o ccu rs in In d on e sia . T h is stu dy
a im s to a n a lyze th e e ffe ct o f fa m ily cha ra cte ristics a n d sub ject ch ara cte ristics o n co gn itive a b ilitie s in p re scho o l
ch ild ren in th e city o f B o g or. T h is stu d y u ses a case -co n tro l d e sig n o n so m e o f th e d a ta fro m th e C h ild
D e ve lo p m e n t C o h ort (T K A ) stud y lo ca te d in th e city o f B o g o r. T h e case g ro u p is p re sch oo l ch ild ren w ith
d e laye d cog n itive d e ve lo pm e n t a n d th e con tro l g ro u p is p re sch oo l ch ild ren w ith n o rm a l co gn itive d e ve lop m e n t.
T h e n u m b e r o f su bje cts in th is stu dy w a s 8 4 ch ild ren , co nsisting o f 4 2 ch ild ren in th e ca se g ro u p a n d 4 2
ch ild ren in th e co ntro l g ro up . T h e va ria b le s a n alyze d in clud e d fa m ily cha ra cte ristics (p a re nta l e d u ca tio n ,
p a re nta l o ccu pa tion , a n d fa m ily size ), sub ject ch ara cte ristics (g e nd e r, a n thro p o m e try a t b irth, n u tritio na l sta tu s
a t b irth), h e a lth sta tu s, a n d th e p a re ntin g e n viron m e n t, a n d ch ild ren 's cog n itive d e ve lo pm e n t. T h e re sults o f th e
a n a lysis sh ow th a t th e in cre a se in h e igh t o f ch ild ren 0 -4 ye ars h a s a n e ffe ct o n th e co gn itive d e ve lo pm e n t o f
p re sch oo l ch ild ren . C h ild re n w ith h e igh t g a in th a t is n o t in a cco rd an ce w ith W H O sta nd a rds a re a t risk o f 4 .1
tim e s e xpe rien cin g d e layed co gn itive d e ve lo pm e n t. In a n e ffo rt to incre ase th e g ro w th a n d co gn itive
d e ve lo pm e n t o f ch ild ren , a cce ss to e d u ca tio n a n d th e p ro visio n o f a g o o d n u rtu ring e n viro nm e n t m u st b e
in cre a se d . F u lfillin g th e n u trition a l n e ed s o f p resch o o l ch ild ren th a t a re a p p rop riate so th at childre n 's h e ig h t
g ro w th is o p tim a l a n d p ro vid in g g o o d p sycho social p a ren ting ca n o p tim ize th e ir co gn itive d e ve lo pm e n t. In
a d d itio n, th e p ro visio n o f stim u la tion a cco rd in g to th e ch ild 's a g e is n e e de d to sup p o rt m o re o p tim a l g ro w th a n d
d e ve lo pm e n t o f ch ild ren .

K e y w o rd : p re sch oo l ch ild ren , fa m ily ch ara cte ristics, co gn itive d e ve lop m e n t

ABSTRAK
Kejadian stun ting dan keterlambatan kemampuan kognitif merupakan masalah yang masih terjadi di Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh karakteristik keluarga dan karakteristik subjek terhadap
kemampuan kognitif pada anak usia prasekolah di Kota Bogor. Penelitian ini menggunakan desain kasus
kontrol pada sebagian data studi Kohor Tumbuh Kembang Anak (TKA) yang berlokasi di Kota Bogor.
Kelompok kasus adalah anak prasekolah yang mengalami gangguan perkembangan kognitif terlambat dan
kelompok kontrol yakni anak prasekolah dengan perkembangan kognitif normal. Jumlah subjek pada
penelitian ini adalah 84 anak terdiri dari kelompok kasus 42 anak dan kelompok kontrol 42 anak. Variabel yang
dianalisis meliputi karakteristik keluarga (pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, dan besar keluarga),
karakteristik subjek (jenis kelamin, antropometeri saat lahir, status gizi saat lahir) status kesehatan, dan
lingkungan pengasuhan, dan perkembangan kognitif anak. Hasil analisis menunjukkan bahwa pertambahan
tinggi badan anak 0-4 tahun berpengaruh terhadap perkembangan kognitif anak prasekolah. Anak dengan
pertambahan tinggi yang tidak sesuai dengan standar WHO berisiko 4,1 kali mengalami perkembanan kognitif
yang terlambat. Sebagai upaya untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan kogntiif anak maka
akses terhadap pendidikan dan pemberian lingkungan pengasuhan yang baik harus ditingkatkan. Pemenuhan
kebutuhan gizi anak prasekolah yang sesuai agar pertumbuhan tinggi badan anak optimal dan dengan
pemberian pola asuh psikososial yang baik dapat mengoptimalkan perkembangan kognitifnya. Selain itu,
pemberian stimulasi yang sesuai dengan usia anak diperlukan untuk mendukung pertumbuhan dan
perkembangan anak yang lebih optimal. [P e n e l G izi M a ka n 2 0 2 1, 4 4 (2 ):1 0 5 -11 3 ]

K a ta k u n c i: anak prasekolah, karakteristik keluarga, perkembangan kognitif

105
Penelitian Gizi dan Makanan, Desember 2021 Vol. 44 (2): 105-113

I
PENDAHULUAN oleh banyak faktor, diantaranya yaitu faktor
genetik, sosial ekonomi keluarga, status gizi,
ndonesia termasuk dalam urutan kedua
status kesehatan, dan lingkungan pengasuhan.
dengan prevalensi balita pendek (stunting )
Hasil penelitian Suryaputri et al. menunjukkan
tertinggi di regional Asia Tenggara1. Hasil
bahwa kemampuan kognitif anak (IQ)
Riset Kesehatan Dasar tahun 2018
dipengaruhi oleh usia anak dan tingkat
menunjukkan bahwa prevalensi stunting secara
pendidikan ibu. Hasil penelitian tersebut
nasional mencapai 30,8 persen2. Hal ini
menyimpulkan bahwa akses terhadap
menjadikan kejadian stunting di Indonesia
pendidikan serta adanya stimulasi oleh keluarga
sebagai masalah kesehatan dengan kategori
dan lingkungan perlu ditingkatkan untuk
tinggi karena persentase stunting yang sudah
mendukung peningkatan kognitif anak yang
melebihi 30 persen3.
optimal10.
S tu nting merupakan masalah gizi yang
Pada umumnya, penelitian yang ada dan
disebabkan oleh banyak faktor. Stunting dapat
sebelumnya meneliti aspek pertumbuhan linier
dipengaruhi oleh faktor langsung, faktor tidak
panjang badan dan perkembangan sampai usia
langsung, Faktor langsung yang dapat
3 tahun. Namun, belum banyak penelitian di
memengaruhi kejadian stuntin g adalah
Indonesia dengan desain kasus-kontrol yang
rendahnya asupan zat gizi dan status kesehatan
menggunakan data kohor terkait status gizi
(morbiditas) pada anak.. Faktor tidak langsung
anak sejak lahir terhadap pertumbuhan dan
tersebut selanjutnya dipengaruhi oleh faktor
perkembangan kognitif hingga usia prasekolah.
yang ada di dalam keluarga meliputi status
Berdasarkan hasil penelitian tersebut,
pendidikan, kondisi sosial dan
maka penelitian ini penting dilakukan untuk
ekonomiGangguan gizi stunting berdampak
mengkaji faktor-faktor yang memengaruhi
terhambatnya perkembangan otak,
pertumbuhan dan perkembangan kognitif pada
pertumbuhan fisik dan gangguan organ,
anak prasekolah di Kota Bogor.
sehingga jangka panjang akan berdampak
kinerja kognitif dan pendidikan rendah,
M ETODE
pertumbuhan fisik pendek, serta terjadi
gangguan metabolik seperti hipertensi, Penelitian ini menggunakan desain
diabetes4. penelitian kasus kontrol, dimana kelompok
Faktor yang ada dalam keluarga atau kasus yakni anak prasekolah yang mengalami
karakteristik keluarga telah banyak diteliti dan gangguan perkembangan kognitif terlambat dan
diduga berhubungan dengan kejadian stunting. kelompok kontrol yakni anak prasekolah dengan
Aditianti et al. menunjukkan bahwa stunting perkembangan kognitif normal. Menggunakan
pada anak di Indonesia dipengaruhi oleh kondisi sebagian data dari penelitian Studi Kohor
pendidikan ayah, pendidikan ibu, tinggi badan Tumbuh Kembang Anak (TKA) yang berlokasi di
ibu, dan lokasi persalinan5. Laksono et al. juga Kota Bogor yang telah dilaksanakan oleh Badan
menunjukkan bahwa usia ibu, status pekerjaan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
ibu, dan pendidikan ibu sebagai faktor prediktor Kementerian Kesehatan RI. Pengamatan
kejadian stunting pada anak6. penelitian ini dilakukan pada tiap tahun periode
S tu nting diduga memiliki dampak terhadap usia (setiap setahun sekali) yaitu tahun ke 1, 2,
kemampuan kognitif anak. Hal ini didukung oleh 3, dan 4 tahun pengamatan (baselin e data
beberapa penelitian yang menunjukkan terdapat tahun 2012 sampai dengan 2018).
hubungan antara kejadian stunting dengan Penentuan sampel dilakukan dengan
kemampuan kognitif anak7,8. Hasil penelitian menggunakan metode kasus kontrol retrospektif
Pusparini menunjukkan bahwa anak dengan dengan melakukan m atching usia dan jenis
status gizi pendek pada usia 3 tahun berisiko 3 kelamin pada kelompok kasus dan kontrol.
kali lebih tinggi mengalami perkembangan Subjek yang menjadi kelompok kontrol yaitu
kognitif yang terlambat7. Hasil penelitian lain anak dengan perkembangan kognitif normal,
oleh Kang et al. Juga menunjukkan bahwa anak sedangkan kelompok kasus yaitu anak dengan
stunting berisiko mengalami keterlambatan perkembangan kognitif terlambat.
kemampuan belajar atau kognitif dibandingkan Jumlah subjek pada penelitian ini adalah
anak yang tidak stunting8. 84 anak terdiri dari kelompok kasus 42 anak
Kemampuan kognitif merupakan salah satu dan kelompok kontrol 42 anak. Kriteria inklusi
faktor penting untuk mendukung peningkatan sebagai berikut: 1) mengikuti studi kohor TKA
kualitas hidup manusia. Kemampuan kognitif mulai tahun 2012-2018, 2) memiliki data subjek
dapat didefinisikan sebagai kemampuan berpikir lengkap (antropometri, status kesehatan, pola
manusia termasuk didalamnya perhatian, daya asuh psikososial, perkembangan kognitif), dan 3)
ingat, penalaran, kreativitas dan bahasa8. memiliki data karakteristik keluarga lengkap.
Kemampuan kognitif anak dapat dipengaruhi

106
Pengaruh karakteristik keluarga dan status gizi anak... (Puspitasi DA; dkk )

Variabel penelitian terdiri dari karakteristik H A S IL


subjek (jenis kelamin, antropometri, status
K ara kteristik K elua rga dan S ubjek
kesehatan, status gizi, dan lingkungan
pengasuhan), karakteristik keluarga (pendidikan Karakteristik keluarga dan karakteristik
orangtua, pekerjaan orangtua, dan jumlah subjek disajikan pada Tabel 1. Hasil analisis
anggota keluarga), dan perkembangan kognitif terhadap karakteristik keluarga menunjukkan
sampel. bahwa sebagian besar ayah dan ibu (78,6% dan
Data jenis kelamin, pendidikan orangtua, 69%) berpendidikan tinggi. Sebagian besar
status pekerjaan orangtua, dan jumlah anggota ayah (57,1%) memiliki pekerjaan tidak tetap dan
keluarga didapatkan dengan melakukan sebagian besar ibu (81%) tidak bekerja (ibu
wawancara langsung. Data antropometri rumah tangga). Selain itu, lebih dari separuh
didapatkan dengan cara pengukuran keluarga ( 78,6%) termasuk keluarga kecil.
antropometri langsung. Data status gizi Hasil analisis terhadap karakteristik subjek
didapatkan dengan melakukan perhitungan nilai menunjukkan bahwa proporsi subjek
z-score. Status gizi yang dianalisis meliputi perempuan ( 45,8%) lebih banyak daripada laki-
status gizi berdasarkan nilai z-score BB/U, TB/U laki. Hasil pengukuran antropometri pada saat
dan BB/TB. Data status kesehatan didapatkan lahir menunjukkan bahwa sebagian besar
melalui pemeriksaan kesehatan yang dilakukan subjek memiliki berat badan lahir ≥ 3000 graml
oleh dokter. Data lingkungan pengasuhan (90,5%) dan panjang badan lahir ≥ 48 cm
psikososial didapatkan dengan menggunakan (78,6%). Sebagian besar anak memiliki status
kuisioner Home Observation for Measurement gizi lahir yang normal berdasarkan z-score BB/U,
of the Environment (HOME) Inventory untuk TB/U, dan BB/TB. Terdapat sekitar (21,4%)
kelompok bayi/anak usia 0-3 tahun dan 3-5 anak dikategorikan stunting berdasarkan Status
tahun. Data perkembangan kognitif diukur gizi TB/U tahun ke 4. Hampir seluruh subjek
dengan tiga test perkembangan, yaitu Bayley III, tidak sakit selama satu bulan terakhir ( 83,3%)
Wechsler Preschool and Primary Scale of dan memiliki pola asuh psikososial dengan
Intelligence (WPPSI), dan Wechsler Intelligence kategori baik (88,1%).
Scalefor Children (WISC). Sampel yang berusia
3-42 bulan dilakukan test perkembangan K ejad ian S tun tin g dan P erkem ban gan K og nitif
dengan test Bayley III. Sampel anak yang S ub je k
berusia 48-72 bulan dilakukan perkembangan Kejadian stuntin g dan perkembangan
dengan test WPPSI. Pada saat usia sampel 43– kognitif sampel disajikan pada Tabel 2. Kejadian
47 bulan tidak dilakukan test perkembangan, stunting pada subjek dianalisis berdasarkan nilai
tetapi ditunggu sampai sampel berusia 48 bulan z-score tinggi badan/panjang badan menurut
atau lebih, dan dilakukan test dengan WPPSI. umur. Hasil analisis menunjukkan bahwa lebih
Analisis terdiri dari univariat, bivariat dan dari seperlima subjek mengalami stuntin g di
multivariat. Analisis bivariat dilakukan untuk tahun ke-2, 3, dan 4. Kejadian stunting tertinggi
mengetahui hubungan antara variabel terjadi pada tahun ke-2 dengan persentase
dependent dengan variabel independent sebesar 38,1persen.
dengan analisis chi-square. Analisis multivariat Hasil analisis pada perkembangan kognitif
dengan uji regresi logistik dilakukan untuk subjek menunjukkan bahwa pada tahun ke-1
menganalisis faktor peubah yang paling (71,4 %) dan ke-3 (95,2%) Sebagian besar
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan subjek mengalami perkembangan yang
perkembangan dengan menggunakan uji terlambat. Namun pada tahun ke-2, lebih dari
regresi logistik sederhana dengan kriteria uji separuh subjek (85,7%) memiliki perkembangan
bermakna bila nilai p ≤ 0,05. yang normal berdasarkan hasil pengukuran
Komisi Etik Penelitian Kesehatan (KEPK), baile y.
Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI tahun
2018 dengan nomer LB.02.01/2/KE.076/2018.

107
Penelitian Gizi dan Makanan, Desember 2021 Vol. 44 (2): 105-113

T ab el 1
K ara kteristik K elu arg a D an K arak teris tik S u b jek A n a k U sia P rase ko lah
Kasus K o n tro l
K a ra k te ristik
n (% ) n (% )
K a ra k te ristik k e lu arg a
Pendidikan Ayah
Pendidikan rendah (< SMA) 18(42,9) 9(21,4)
Pendidikan tinggi (≥ SMA) 24(57,1) 33(78,6)
Pendidikan Ibu
Pendidikan rendah (< SMA) 22(52,4) 13(31)
Pendidikan tinggi (≥ SMA) 20(47,6) 29(69)
Status Kerja Ayah
Tidak tetap 24 (57,1) 19(45,2)
Tetap 18 (42,9) 23 (54,8)
Status Kerja Ibu
Bekerja 8 (19) 7 (16,7)
Tidak bekerja (ibu rumah 34 (81) 35 (83,3)
tangga)
Jumlah anggota keluarga (orang)
Besar (>4 orang) 9 (21,4) 19 (45,2)
Kecil (≤4 orang) 33 (78,6) 23 (45,8)
K a ra k te ristik s a m p e l
Jenis Kelamin
Laki-laki 19 (45,2) 19 (45,2)
Perempuan 23 (45,8) 23 (45,8)
Antropometri saat lahir
Berat lahir (< 3000 g) 4(9,5) 14 (33,3)
Berat lahir (≥ 3000 g) 30 (90,5) 28 (66,7)
Panjang badan lahir (≤ 48 cm) 9 (21,4) 9 (21,4)
Panjang badan lahir (>48 cm) 33 (78,6) 33 (78,6)
Status gizi BB/U saat lahir
Kurang 1 (2,4) 1 (2,4)
Normal 41 (97,6) 41 (97,6)
Status gizi PB/U saat lahir
Pendek 1 (2,4) 3 (7,1)
Normal 41 (97,6) 39 (92,9)
Status gizi BB/TB saat lahir
Kurus 0 (0) 4 (9,5)
Normal 42 (100) 38 (90,5)
Status gizi TB/U tahun ke 4
Kurus 9(21,4) 8 (19)
Normal 33(78,6) 34 (81)
Status kesehatan sakit saat ini
tahun ke-4
Ya 11(26.2) 7(16.7)
Tidak 31(73.8) 35(83.3)
Pola asuh psikososial tahun ke-4
Pengasuhan kurang 6(14.3) 5(11.9)
Pengasuhan baik 36(85.7) 37(88.1)
Ket: *n=84 sampel

108
Pengaruh karakteristik keluarga dan status gizi anak... (Puspitasi DA; dkk )

T ab el 2
K ejad ia n S tu n tin g D an P erk em b an g an K o g n itif S u b je k
Kasus K o n tro l
K a ra k te ristik
n (% ) n (% )
Status Gizi PB/U ke 0
Pendek 0 (0) 4 (9,5)
Normal 42 (100) 38 (90,5)
Status Gizi PB/U ke 1
Pendek 7 (16,7) 8 (19)
Normal 35 (83,3) 34 (81)
Status Gizi PB/U ke 2
Pendek 16 (38,1) 9 (21,4)
Normal 26 (61,9) 33 (78,6)
Status Gizi TB/U ke 3
Pendek 13 (31) 10 (23,8)
Normal 29 (69) 32 (76,2)
Status Gizi TB/U ke 4
Pendek 9(21,4) 8 (19)
Normal 33(78,6) 34 (81)
Perkembangan kognitif tahun ke-1
Perkembangan terlambat 30 (71,4) 18 (42,9)
Perkembangan normal 12 (28,6) 24 (57,1)
Perkembangan kognitif tahun ke-2
Perkembangan terlambat 32 (76,2) 6 (14,3)
Perkembangan normal 10 (23,8) 36 (85,7)
Perkembangan kognitif tahun ke-3
Perkembangan terlambat 40 (95,2) 12 (28,6)
Perkembangan normal 2 (4,8) 30 (71,4)
Ket.: *n=84 sampel

H ubu nga n K arakteristik K elu arga dan usia 4-6 tahun (95% CI=0.127-0.858; nilai
K ara kteristik S ub jek den gan P erkem b ang an p=0.021). Selain itu, Status gizi lahir
K og nitif berdasarkan BB/PB memiliki risiko 2.1 kali
Hasil analisis menunjukkan bahwa terhadap perkembangan kognitif yang
terdapat hubungan yang signifikan antara terlambat pada anak prasekolah tahun ke-4
pendidikan orangtua, jumlah anggota keluarga (95% CI=1.672-2.651; nilai p=0.040).
dan status gizi lahir berdasarkan BB/PB
dengan perkembangan kognitif anak pada F aktor R isiko P erkem ban gan K og nitif
tahun ke-4 (p<0,05). Namun pada variabel Hasil analisis multivariat menggunakan
status pekerjaan, status kesehatan dan regresi logistik disajikan pada Tabel 4.
lingkungan pengasuhan psikosial tidak Pertambahan tinggi badan anak 0-4 tahun
menunjukaan hubungan yang signifikan berpengaruh terhadap perkembangan kognitif
dengan perkembangan kognitif anak pada anak prasekolah. Anak dengan pertambahan
tahun ke-4 (Tabel 3 ). tinggi yang tidak sesuai dengan standar WHO
Pendidikan ayah yang rendah memiliki berisiko 4,1 kali mengalami perkembanan
risiko 2.7 kali lebih besar mengalami kognitif yang terlambat. Hal ini berarti bahwa
keterlambatan perkembangan kognitif tahun pemenuhan kebutuhan gizi yang baik,
ke-4 pada anak prasekolah (95% CI=1.056- sehingga mengalami pertambahan tinggi
7.164; nilai p=0.035). Pendidikan ibu yang badan yang baik akan berpengaruh terhadap
rendah memiliki risiko 2.4 kali lebih besar perkembangan kognitif yang normal. Variabel
terhadap keterlambatan kognitif anak pendidikan orangtua dan jumlah anggota
prasekolah ditahun ke-4 (95% CI=1.006-5.984; keluarga tidak berkontribusi besar terhadap
nilai p=0.046). Jumlah anggota keluarga yang perkembangan kognitif anak prasekolah pada
besar memiliki risiko 0.33 kali lebih besar lingkup studi penelitian ini.
terhadap keterlambatan perkembangan kognitif

109
Penelitian Gizi dan Makanan, Desember 2021 Vol. 44 (2): 105-113

T ab el 3
H u b u n g an karakteristik kelu arg a d an kara kteristik su b jek d en g an p erk em b an g an
ko g n itif an ak u sia p rase ko lah
P erkem b a n g an ko g n itif OR p -valu e
K arak teris tik tah u n ke 4 (C I 95% )
(K asu s) (K o n tro l)
Pendidikan Ayah
Pendidikan rendah 18(42,9) 9(21,4) 2,750 0,035*
Pendidikan tinggi 24(57,1) 33(78,6) (1,056-7,164)
Pendidikan Ibu
Pendidikan rendah 22(52,4) 13(31) 2,454 0,046*
Pendidikan tinggi 20(47,6) 29(69) (1,006-5,984)
Status Kerja Ayah
Tidak tetap 24 (57,1) 19(45,2) 1,614 0,275
Tetap 18 (42,9)) 23 (54,8) (0,682-3,821)
Status Kerja Ibu
Bekerja 8 (19) 7(16,7) 1.176 0,776
Tidak bekerja (IRT) 34 (81) 35(83,3) (0,384-3,601)
Jumlah Anggota Keluarga
Keluarga besar 9(21,4) 19(45,2) 0,330 0,021*
Kelarga kecil 33 (78,6) 23 (54,8) (0,127-0,858)
Status gizi lahir BB/PB
Kurang 0 (0) 4 (9,5) 2,105 0,040*
Baik 42 (100) 38 (90,5) (1,672-2,651)
Status gizi lahir BB/U
Kurang 1 (2,4) 1 (2,4) 1,00 1,00
Normal 41 (97,6) 41 (97,6) 90,060-16,534)
Status gizi lahir PB/U
Pendek 1 (2,4) 3 (7,1) 0,317 0,306
Normal 41 (97,6) 39 (92,9) (0,032-3,179)
Status Gizi BB/U 4
Status gizi kurang 2(4,8) 4(9,5) 0,475 0,397
Status gizi normal 40 (95,2) 38 (90,5) (0,082-2,746)
Status gizi BB/TB 4
Kurang 2 (4,8) 2 (4,8) 1,00 1.00
Normal 40 (95,2) 40 (95,2) (0,134-7,451)
Status Gizi TB/U 4
Pendek 9 (21,4) 8 (19) 1,159 0,786
Normal 33 (78,6) 34 (81) (0,399-3,366)
Status kesehatan tahun ke-4
Ya (sakit) 11(26.2) 7(16.7) 2,024 0,314
Tidak (sakit) 31(73.8) 5(83.3) (1,628-2,517)
Pertambahan berat badan 0-4
tahun
< Pertambahan dari 32(65.5) 23(58.2) 3.600 0.005*
median WHO (1.464-8.854)
≥ Pertambahan dari median 10(34.5) 19(41.8)
WHO
Pertambahan tinggi badan 0-4
tahun
< Pertambahan dari 34(75.9) 20 (37) 5.000 0.001*
median WHO (1.817-13.753)
≥ Pertambahan dari median 7(24.1) 22 (63)
WHO
Pola asuh psikososial tahun ke-
4
Pengasuhan kurang (skor 6(14.3) 5(11.9) 1,233 0,746
<30) (0,346-4,402)
Pengasuhan baik( skor ≥ 30) 36(85.7) 37(88.1)

Ket. Uji Chi Square *p-value signifikan jika <0.05 n=84 sampel

110
Pengaruh karakteristik keluarga dan status gizi anak... (Puspitasi DA; dkk )

T ab el 4
F akto r R isik o P erk em b an g a n K o g n itif P ad a A n ak P rase ko lah
F a k to r R is ik o O R (9 5 % C I) N ila i
P e rk e m b a n g an k o g nitif p -v a lu e
Pendidikan ibu 0,539 (0,185-1,573) 0,488
Pendidikan ayah 0,551 (0,178-1,708) 0,153
Jumlah anggota keluarga 2,503 (0,903-6,940) 0,102
Pertambahan tinggi badan 0-4 tahun 4,158(1,464-8,854) 0,008
Ket: Uji Regresi Logistik *) p value <0.05

BAHASAN berperanan penting dalam pemberian


pengasuhan psikososial anak.
S tu nting merupakan masalah gizi yang
Selain lingkungan pengasuhan psikososial,
masih terjadi di Indonesia dan tergolong ke
Zikria juga menyebutkan bahwa proporsi
dalam masalah kesehatan masyarakat dengan
kejadian stunting berhubungan signifikan
persentase melebihi 30 persen. Kejadian
dengan praktik pengasuhan ibu terhadap
stunting pada anak dapat dipengaruhi oleh
kesehatan dan sanitasi lingkungan12. Hal ini
banyak faktor, beberapa faktor diantaranya
juga didukung oleh Vilcins et al. yang
adalah karakteristik yang ada pada keluarga
menyebutkan bahwa kondisi lingkungan
dan subjek.
pengasuhan dapat memengaruhi kejadian
Hasil penelitian Torlesse et al.
stuntin g pada anak. Kondisi lingkungan yang
menunjukkan bahwa pendidikan ibu
tidak mendukung seperti rendahnya sanitasi
merupakan salah satu faktor risiko dari
lingkungan, lantai rumah yang kotor, kualitas
kejadian stunting pada anak. Proporsi stunting
bahan bakar memasak yang rendah dan
tertinggi disebutkan terjadi pada ibu yang tidak
rendahnya tempat pembuangan limbah
menempuh sekolah dasar dan pada ibu yang
rumahan berisiko terhadap peningkatan
berhasil menamatkan sekolah dasar11. Aditianti
kejadian stunting pada anak13.
et al. Juga menunjukkan bahwa balita dari ibu
S tun tin g merupakan parameter yang
yang berpendidikan tidak tamat SD berisiko
dianggap paling sensitif dibandingkan
1.44 kali lebih tinggi menjadi stunting
parameter status gizi lainnya. Hal ini
dibandingkan balita dari orang tua yang
dikarenakan stuntin g merupakan interaksi yang
berpendidikan tinggi (tamat perguruan
kompleks antara nutritio nal ecolo gy internal
tinggi)4.
dan eksternal. N utrition al E cology adalah
Pendidikan ibu diduga berhubungan
kumpulan hubungan yang ada antara status
dengan pengetahuan gizi yang dimiliki ibu
gizi, variabel biologis yang mewakili sistem
sehingga dapat berdampak terhadap
kompleks yang terdiri dari proses yang terlibat
pemenuhan asupan gizi anak yang lebih baik.
dalam konsumsi, pencernaan, penyerapan,
Ibu dengan pendidikan tinggi diduga memilki
metabolisme, dan pemanfaatan fungsional
kemampuan yang lebih baik dalam memahami
nutrisi, dan lingkungan atau lingkungannya14.
informasi dan pengetahuan terkait gizi
Komponen nutritio nal ecolo gy eksternal
sehingga anak dapat berisiko mengalami
meliputi paparan pola makan, sistem pangan,
stunting dibandingkan ibu yang berpendidikan
lingkungan hidup (ketinggian di atas
rendah.
permukaan laut, kontaminasi, habitat stres dan
pola asuh psikososial merupakan salah
berbahaya), kondisi fisik, ekonomi, sosial,
satu faktor risiko kejadian stunting. Praktik
perilaku dan konteks kesehatan masyarakat15.
pengasuhan anak oleh ibu pada penelitian ini
Pengaruh lingkungan eksternal (misalnya,
menggunakan stimulasi psikososial melalui
demografi, pedesaan dibandingkan perkotaan,
pengukuran H om e O bservation for
praktik budaya termasuk memberi makan bayi,
M ea surm ent of the E nvironm e nt (H om e )
praktik menyusui dan sanitasi) telah lama
inven tory..
diketahui terkait dengan stunting , dan baru-
Zikria et al. dalam hasil penelitiannya
baru ini diperkuat sebagai faktor penentu
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
utama stunting di pengaturan prevalensi
signifikan antara praktik pemberian stimuasi
tinggi14,16.
psikososial dengan kejadian stuntin g 12.
Hasil analisis juga menunjukkan bahwa
Kejadian stunting memiliki proporsi yang lebih
perkembangan kognitif anak berhubungan
tinggi pada anak yang mendapat pengasuhan
signifikan dengan pendidikan ayah, pendidikan
psikososial yang rendah. Hasil penelitian
ibu, jumlah anggota keluarga, dan status gizi
tersebut juga menunjukkan bahwa ibu

111
Penelitian Gizi dan Makanan, Desember 2021 Vol. 44 (2): 105-113

berdasarkan BB/PB. Analisis multivariat intervensi dini yang diberikan. Perkembangan


menunjukkan bahwa pertambahan tinggi badan anak banyak ditentukan dipengaruhi oleh
anak 0-4 tahun berpengaruh terhadap psikososial (misalnya tingkat stimulasi di rumah,
terhadap perkembangan kognitif anak kualitas interaksi ibu-anak). Perlu adanya
prasekolah. Hal ini menunjukkan bahwa stimulasi pada anak usia dini yang nantinya
variabel pendidikan orangtua, jumlah anggota memberikan manfaat berkelanjutan untuk hasil
keluarga, dan status gizi berdasarkan BB/PB emosional dan perhatian anak-anak yang
tidak berpengaruh signifikan terhadap stuntin g. Anak yang menerima stimulasi
perkembangan kognitif pada sampel penelitian psikososial pada usia dini dilaporkan memiliki
ini. kecemasan yang lebih sedikit, lebih sedikit
Perkembangan kognitif pada anak gejala depresi, dan perasaan harga diri yang
merupakan salah faktor penting untuk lebih baik daripada anak stunting yang tidak
mendukung kualitas sumberdaya manusuai di terstimulasi.
periode dewasa nantinya. Kemampuan kognitif Beberapa keterbatasan dalam penelitian
diduga dapat mempengaruhi keterampilan yakni ketersediaan data yang tidak lengkap,
adaptasi, prestasi akademik dan pekerjaan. seperti: variabel konsumsi makan anak.
Perkembangan kognitif anak dapat dipengaruhi
oleh banyak faktor. K E S IM P U L A N
Pendidikan orangtua diduga memiliki
Pertambahan panjang badan anak
pengaruh terhadap kemampuan kognitif anak,
prasekolah usia 0-4 tahun berpengaruh
meskipun dalam penelitian ini bukan
terhadap perkembangan kognitif pada anak
merupakan faktor risiko perkembangan kognitif
usia prasekolah. Pertambahan tinggi badan
pada sampel. Jeong et al. menunjukkan bahwa
yang rendah dapat disebabkan oleh
tingkat pendidikan orangtua berhubungan
kekurangan asupan zat gizi termasuk beberapa
dengan skor perkembangan anak. Orangtua
jenis zat gizi yang berfungsi untuk mendukung
yang berpendidikan dapat menyediakan
fungsi otak yang optimal seperti asam lemak,
berbagai dukungan untuk membantu
zat gizi mikro, dan zat besi.
meningkatkan kemampuan belajar anak seperti
penyediaan buku-buku dan interaksi stimulasi
SARAN
sosial. Dukungan belajar tersebut relatif lebih
tinggi ditemukan di negara-negara dengan Sebagai upaya untuk meningkatkan
pendapatan menengah dibandingkan pada perkembangan kognitif anak, maka perlu
negara dengan pendapatan rendah17. pemenuhan kebutuhan gizi calon ibu yang
Penelitian Suryaputri et al. juga menunjukkan bisa dimulai sejak remaja. Pemenuhan
bahwa kemampuan kognitif anak (IQ)
dipengaruhi tingkat pendidikan ibu10. Ibu yang
kebutuhan gizi anak prasekolah yang
memililki berpendidikan lebih rendah dari SMU sesuai agar pertumbuhan tinggi badan
berisiko 2,81 kali memiliki anak dengan IQ di anak optimal dan dengan pemberian pola
bawah rata-rata dibandingkan anak yang asuh psikososial yang baik dapat
memiliki ibu berpendidikan minimal SMU dan mengoptimalkan perkembangan kognitif
lebih tinggi. nya. Perlu edukasi kepada orangtua
Keluarga menjadi lingkungan pertama dan tentang pentingnya memberikan stimulasi
bertanggung jawab atas kegiatan sehari-hari pada anak agar perkembangan kognitifnya
anak. Ayah, Ibu dan saudara-saudaranya baik.
dapat mengisi usia emas anak hingga usia 5
tahun. Keluarga memberikan stimulasi sebagai
U C A P A N T E R IM A K A S IH
lingkungan pertama. Anak yang banyak
mendapat stimulasi terarah lebih cepat Penulis menyampaikan terima kasih
berkembang dibandingkan anak yang tidak kepada pihak PPSDM Kementerian Kesehatan
mendapatkan stimulasi. Anak yang menginjak RI yang telah memberikan kesempatan dan
usia 4 tahun akan memiliki sistem koneksi beasiswa untuk melanjutkan studi magister di
neu ron dasar yang telah terhubung dengan Institut Pertanian Bogor.
baik dan jaringannya yang mulai meluas. Hal
ini yang dapat memperkuat koneksi antara
R U JU K A N
pusat-pusat pendengaran dan penglihatan,
antara daerah pendengaran dan motorik18. 1. Association of Southeast Asian Nations
Stimulus atau rangsangan psikososial (ASEAN), United Nations Children’s Fund
bermanfaat bagi pertumbuhan dan (UNICEF), W orld H ealth O rganiza tio n
perkembangan anak sebagai bagian dari (W H O ). R egiona l R epo rt on N utrition

112
Pengaruh karakteristik keluarga dan status gizi anak... (Puspitasi DA; dkk )

S ecurity in A S E A N . Bangkok: UNICEF; 11.Torlesse H, Cronin AA, Sebayang SK,


2016. Nandy R. Determinants of stunting in
2. Indonesia, Badan Penelitian dan Indonesian children: Evidence from a cross-
Pengembangan Kesehatan, Kementerian sectional survey indicate a prominent role
Kesehatan RI. R iset K eseh ata n D asar for the water, sanitation and hygiene sector
R iskesdas 2018 . Jakarta: Badan Penelitian in stunting reduction. B M C P ub lic H ealth.
dan Pengembangan Kesehatan, Kemenkes 2016;16(1):1–11. doi: http://dx.doi.org/10.
RI, 2018. 1186/s12889-016-3339-8
3. De Onis M, Borghi E, Arimond M, Webb P, 12. Zikria W, Masrul M, El Sinta Bustami L. The
Croft T, Saha K, et al. Prevalence Association Between Mother’s Care
thresholds for wasting, overweight and Practices With Stunting Incident In Children
stunting in children under 5 years. P ub lic Age 12-35 Months In Air Dingin Primary
H ealth N utr. 2019;22(1):175–9. Health Center Padang 2018. J M id w ife ry.
4. Achadi E, Kusharisupeni, Atmarita, Untoro 2018;3(2):176.
R. Status gizi ibu hamil dan penyakit tidak 13. Vilcins D, Sly PD, Jagals P. Environmental
menular pada dewasa. J K eseh at M asy risk factors associated with child stunting: A
N as . 2012;7(4):147-153. systematic review of the literature. A nn
5. Aditianti, Sudikno, Raswanti1 I, Izwardy D, G lob H eal. 2018;84(4):551–62.
Irianto S. Prevalensi dan faktor risiko 14. Kismul H, Acharya P, Mapatano MA, Hatløy
stunting pada balita 24-59 bulan di A. Determinants of childhood stunting in the
Indonesia : analisis data Riset Kesehatan Democratic Republic of Congo: Further
Dasar 2018. P en el G izi M akan . analysis of Demographic and Health Survey
2020;43(2):51–64. 2013-14. B M C P ub lic H ealth . 2017;18(1):1–
6. Laksono AD, Ibad M, Mursita A, Kusrini I, 14.
Wulandari RD. Characteristics of Mother as 15. Raiten DJ, Combs GF. Nutritional ecology:
Predictors of Stunting in Toddler. P akistan J understanding the intersection of
N utr. 2019;18(12):1101–6. climate/environmental change, food
7. Pusparini. Status gizi ibu sebagai faktor systems and health. A gric Im pro v N utr.
risiko panjang bayi lahir rendah serta 2019;68–80.
dampaknya terhadap pertumbuhan linier 16. Rakotomanana H, Gates GE, Hildebrand D,
dan perkembangan kognitif anak usia tiga Stoecker BJ. Determinants of stunting in
tahun. D isertasi. Bogor: Institut Pertanian children under 5 years in Madagascar.
Bogor; 2017. M ate rn C hild N utr. 2017;13(4).
8. Kang Y, Aguayo VM, Campbell RK, West 17. Jeong J, McCoy D, Fink G. Pathways
KP. Association between stunting and early between paternal and maternal education,
childhood development among children caregivers’ support for learning, and early
aged 36–59 months in South Asia. Matern child development in 44 low- and middle-
C hild N utr. 2018;14(August):1–11. income countries. E arly C hild R es Q .
9. Richland L, Frausel R, Begolli K. Cognitive 2017;41(4):136–48.
Development. In: Miller H, editor. The 18. Khodijah. P en gem ba nga n K og nitif A na k
SAGE Encyclopedia of Theory in U sia D in i. Medan: Perdana Mulya Sarana,
Psychology. Thousand Oaks: SAGE 2016.
Publications Inc, 2016. p. 143–146. 19. Gandhi M, Ashorn P, Maleta K, Teivaanmaki
10. Suryaputri IY, Rosha BC, Puspitasari DA, T, Duan X, Cheung YB. 2011. Height gain
Widodo Y. Determinan Kemampuan during early childhood is an important
Kognitif Anak Usia 4-6 Tahun: Analisis predictor of schooling and mathematics
Studi Kohor Tumbuh Kembang Anak di ability outcome. A cta P ed ia trica . 100:113-
Bogor, Indonesia. Bul Penelit Kesehat. 1118. doi :10. 1111/j.1651-2227.2011.
2020;48(3):209–18. 02254.x.

113

You might also like