1 SM

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

UPAYA UNITED NATIONS CHILDREN’S FUND (UNICEF) DALAM

MENANGANI MASALAH PERNIKAHAN ANAK DI BANGLADESH TAHUN


2016-2019

Oleh: Regina Elisha Hutabarat


Email: Elisharegina9@gmail.com
Pembimbing: Irwan Iskandar, S.IP., MA
Bibliografi: 9 Buku, 10 Jurnal, 19 Situs Web, 4 Berita, 19 Data Primer
Jurusan Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Riau
Kampus Bina Widya Jl. HR. Soebrantas Km. 12,5 Simp. Baru Pekanbaru 28294
Telp/Fax. (0761) – 63277, 23430

Abstract

This research is done to understand how a group, in this case UNICEF, involves
in ending child marriage in Bangladesh. Bangladesh is one of the highest rate of child
marrige country in the world, influenced by poverty and lack of education. Child
marriage is followed by some big risks, young pregnancy, abuse at home, lost access of
education, and abandoned by society because of social pressure. Child marriage
especially happens to girl that is seen as burden n the family, because they can not do
hard job.
This research is based on international organisation theory, in group level
analysis to understand the role of one group to another in certain issue. The datas are
collected by using qualitative methodology, most of the datas are published by official
website of UNICEF, UNFPA, and Bangladesh government, books, and journals that
talking about child marriage in Bangladesh.
The result of this research showed that UNICEF is trying to end child marriage
in Bangladesh in so many ways, including to work along with the government of
Bangladesh in the making of National Action Plan to end child marriage in Bangladesh
through identification, exploration, data collecting, and NAP as the result.UNICEf also
work together with UNFPA in global programme to end child marriage, the result of
this programme are social programmes, the making of Kishori Centre, the existence of
gender promoters to increase public awareness of gender equality, social support, and
public service to end child marriage in Bangadesh.

Keywords: UNICEF, Bangladesh, child marriage, UNFPA, gender equality

JOM FISIP Vol. 9: Edisi I Januari-Juni 2022 Page 1


PENDAHULUAN tahap awal akan direalisasikan di 12
negara dengan prevalensi paling tinggi:
Pernikahan anak merupakan Bangladesh, Burkina Faso, Ethiopia,
tindakan ilegal di Bangladesh sejak Ghana, India, Mozambique, Nepal,
tahun 1929, dimana usia minimum Niger, Sierra Leone, Uganda, Yemen
untuk menikah yang telah ditetapkan and Zambia. Dalam hal pendanaan,
adalah 18 tahun untuk wanita dan 21 alokasi bantuan dari UNICEF untuk
tahun untuk pria.1 Meski demikian, Bangladesh merupakan yang tertinggi
Bangladesh justru menduduki peringkat dibandingkan 11 negara lainnya,
kedua di dunia dalam hal pernikahan walaupun secara akumulatif angkanya
anak di bawah usia 15 tahun, dengan masih sedikit di bawah India
persentase mencapai angka 32 persen. (US$2.963.000).3
Bangladesh menempati posisi sebagai Berdasarkan penjabaran di atas
negara tertinggi ketiga (66 persen) dapat disimpulkan bahwa permasalahan
dalam kasus pernikahan anak di bawah pernikahan anak di Bangladesh
usia 18 tahun, posisi ini hanya kalah merupakan misi yang masih jauh dari
dari Niger dan Chad. Dengan begitu, kata tuntas, karenanya butuh upaya
dapat dikatakan bahwa pernikahan anak komprehensif dan multisektor agar
ini merupakan permasalahan yang tujuan pembangunan berkelanjutan
sangat serius yang harus dihadapi dapat terwujud pada tahun 2030. Oleh
pemerintah Bangladesh. karena itulah, maka penulis tertarik
Penghapusan pernikahan anak untuk mengkaji penelitian ini dengan
adalah prioritas pembangunan utama judul “Upaya UNICEF dalam
dan target dalam mewujudkan Menangani Masalah Pernikahan
pembangunan berkelanjutan (SDGs), Anak di Bangladesh Tahun 2016-
yaitu mencapai kesetaraan gender dan 2019”
pemberdayaan perempuan dengan
menghapus pernikahan anak pada tahun
KERANGKA TEORI
2030. Pada tanggal 15 Maret 2016,
UNICEF bekerja sama dengan UNFPA a. Perspektif Pluralisme
meluncurkan Global Programme to
Accelerate Action to End Child Berbeda dengan paham
tradisional –realisme— yang melihat
Marriage (GPECM), yang dilaksanakan
dalam tiga fase selama 15 tahun. Ini negara sebagai aktor rasional,
pluralisme justru memandang negara
adalah program pertama yang dipimpin
oleh PBB yang dirancang untuk bukan aktor rasional. Pluralis melihat
mengurangi tingkat pernikahan anak bahwa kebijakan luar negeri suatu
dalam skala besar. 2 GPECM adalah negara adalah hasil dari perselisihan,
rencana ambisius dan kompleks yang tawar-menawar, dan kompromi diantara
berbagai aktor yang berbeda, sehingga
mengurangi optimalisasi tujuan yang
1
Human Rights Watch, “Bangladesh: Girls
Damaged by Child Marriage,”
https://www.hrw.org/news/2015/06/09/banglade 3
UNICEF, (2021), “ UNFPA-UNICEF Global
sh-girls-damaged-child-marriage (diakses pada Programme to End Child Marriage,”
20 Januari 2021). https://www.unicef.org/protection/unfpa-unicef-
2
International Center for Research on Women, global-programme-end-child-marriage (diakses
(2013b), Op.cit hlm. 2. pada 24 Januari 2021).

JOM FISIP Vol. 9: Edisi I Januari-Juni 2022 Page 2


ingin dicapai. Terakhir, pluralisme tidak politik, kelompok birokrasi, pressure
hanya memfokuskan kajiannya pada isu group dan individu dominan.5
keamanan tradisional saja namun juga
keamanan non tradisional diantaranya
mengenai isu sosial, ekonomi, dan c. Teori Peran Organisasi
masalah lingkungan. Penganut pluralis Internasional
menolak dominasi isu militer dan
keamanan tradisional dalam hubungan Penulis menggunakan teori
internasional. Mereka meyakini bahwa peran Organisasi Internasional dalam
HI memiliki agenda yang sangat luas penelitian ini. Organisasi internasional
dan bervariasi. 4 (OI) menurut Clive Archer adalah
Sama halnya dengan tulisan ini, struktur formal yang berkesinambungan
penulis juga menekankan bahwa negara yang dibentuk berdasarkan kesepakatan
bukanlah satu-satunya aktor yang dapat antara anggota-anggotanya, dari dua
menyelesaikan permasalahan atau lebih negara berdaulat untuk
pernikahan anak di Bangladesh, karena mencapai tujuan bersama dari para
praktiknya pemerintah tidak cukup anggotanya.
berhasil untuk menuntaskan Selanjutnya, OI dapat dibedakan
permasalahan yang berlangsung turun lagi berdasarkan tujuan dan
temurun ini. Karena itulah, penulis aktivitasnya, ada yang menuju pada
kemudian melihat bagaimana upaya hubungan kerjasama para anggotannya,
organisasi internasional, dalam hal ini menurunkan tingkat konflik atau
adalah UNICEF, untuk menyelesaikan menghasilkan konfrontasi antar
permasalahan pernikahan anak disana. anggota. Dan yang terakhir adalah
Lebih jauh, penulis juga membahas isu klasifikasi OI berdasarkan strukturnya,
keamanan non tradisional disini (yaitu sehingga dapat dilihat bagaimana suatu
isu sosial), yang juga menjadi perhatian OI memperlakukan anggotanya. Selain
utama bagi penganut. itu, struktur juga dapat melihat tingkat
kemandirian institusi dari anggotannya
b. Tingkat Analisa Kelompok yang berupa pemerintahan dan melihat
Penelitian ini menggunakan keseimbangan antara elemen
tingkat analisa kelompok untuk pemerintahan dan yang bukan
menjelaskan keterlibatan kelompok pemerintahan. 6
tertentu yang berkaitan langsung dengan
perumusan kebijakan luar negeri. HASIL DAN PEMBAHASAN
Adanya tekanan dari kelompok ini
menjadi pertimbangan dalam proses a. Keterlibatan UNICEF di
kebijakan luar negeri, sehingga menjadi Bangladesh Terkait Upaya
sorotan merespon dinamika politik. Mengakhiri Pernikahan Anak
Kelompok ini dapat terdiri dari elit Perdana Menteri Bangladesh,
Sheikh Hasina, berkomitmen untuk

5
J. David Singer, “The Level-of-Analysis
Problem in International Relations”, World
Politics, 14 (1), 1961, hlm. 77-92
4 6
Ibid. Ibid, hlm. 63-64.

JOM FISIP Vol. 9: Edisi I Januari-Juni 2022 Page 3


mengakhiri pernikahan anak di bawah pernikahan anak, sebab anak perempuan
usia 15 tahun di tahun 2021 dan yang menikah di bawah usia 18 tahun
dilanjutkan dengan mengakhiri memiliki risiko lebih besar untuk
pernikahan anak di bawah usia 18 tahun mengalami masalah kesehatan seksual. 9
untuk semua anak perempuan di tahun Kemudian, Kasus pernikahan
2041.7 Hal ini dituangkan ke dalam anak melibatkan banyak aspek yang
National Action Plan pertama di luas dalam penyelesaiannya, oleh
Bangladesh dalam upaya mengakhiri karena itu semua kementerian didalam
pernikahan anak yang menjadi fokus pemeritahan Bangladesh dilibatkan
politik pemerintahan Bangladesh, dalam upaya mengakhiri pernikahan
pembuatan NAP ini dibantu oleh anak, setiap projek, program, dan
UNICEF untuk memahami situasi dan operasi yang berkaitan dengan kasus
kondisi pernikahan anak secara nasional pernikahan anak akan dieksplorasi
di Bangladesh. Situasi pernikahan anak secara luas untuk kemudian dapat
di Bangladesh pada saat ini menempati dicegah dari berbagai aspek sosial dan
peringkat ke-4 perempuan dengan usia politik di dalam pemerintahan
muda yang melahirkan anak di dunia, Bangladesh. Sebab mayoritas
dengan jumlah pernikahan anak pernikahan anak di Bangladesh terjadi
perempuan di bawah usia 18 tahun karena permasalahan ekonomi yang
sebesar 3, 8 juta.8 membuat keluarga berupaya
mengurangi beban finansial dengan
Dalam pembuatan National Action menikahkan anak perempuan mereka
Plan tersebut, pemerintah Bangladesh dan mendapatkan dowry sebagai
dibantu oleh UNICEF untuk bayaran. 10
menganalisis, mengalokasi dana, dan
pembentukan metodologi program. Pengumpulan informasi dan data
Hasil Kerjasama tersebut adalah 57 valid terkait kasus pernikahan anak
projek dan 7 program pengembangan secara nasional di Bangladesh untuk
yang berkaitan dengan upaya mengawasi situasi pernikahan anak.
mengakhiri pernikahan anak di Data tersebut kemudian akan dianalisis
Bangladesh, semua projek dan program untuk mendapatkan mekanisme
tersebut disarankan untuk dilakukan penyelesaian masalah paling efektif dan
dalam beberapa tahapan yang sudah efisien dalam mengakhiri pernikahan
dianalisis bersama UNICEF, yaitu anak. Hasil dari pengumpulan data
identifikasi, eksplorasi, pengumpulan terkait pernikahan anak dari tahun
data, dan pengakuan NAP. 2013-2019 yang kemudian dianalisis
Setiap penanganan kasus menghasilkan informasi global
pernikahan anak harus diawali dengan mengenai pernikahan anak,
identifikasi korban, terutama untuk menunjukkan bahwa publikasi terbesar
mengenali anak perempuan dengan mengenai pernikahan anak terjadi pada
risiko tinggi untuk menjadi korban tahun 2016,2017, dan 2018, dengan
mayoritas publikasi melakukan
7
UNICEF, “Scoping Analysis of National Budg
et Allocation for Ending Child Marriage in Ban 9
UNICEF, “Gender Action Plam 2014-2017.”
gladesh,” 2017, www.Unicef.org.bd (diakses 10
Rife Kalamar dan Hindin, “A Review of
pada 12 September 2021). Impact Evaluations of Intervention Aimed at
8
Ibid. Child Marriage,” 2016.

JOM FISIP Vol. 9: Edisi I Januari-Juni 2022 Page 4


pendekatan dari sudut pandang hak dan menargetkan semua komunitas
asasi manusia, kesehatan anak, untuk melakukan perubahan dalam
pemberdayaan perempuan, dan menghadapi kebiasaan pernikahan anak.
11
pemberdayaan anak muda. Dalam hal ini, UNFPA dan UNICEF
mengadopsi beberapa dasar hak asasi
Setelah beberapa tahapan manusia untuk mengaplikasikan
sebelumnya dilakukan, maka dilakukan kesetaraan gender.13
pengajuan untuk menjadi NAP dalam Pada tahun 2016, dilakukan
mengakhiri pernikahan anak, proses ini program perlindungan sosial nasional,
membuat setiap bagian dari NAP adalah dimana pemerintah Bangladesh bekerja
hasil dari analisis dan pertimbangan sama dengan kantor nasional untuk
yang benar-benar memiliki dampak menginvestasikan Projek Pemberdayaan
terhadap masyarakat. Setelah menjadi Remaja yang dibawa oleh Program
NAP maka dilakukan analisis lebih jauh Global UNICEF. Projek ini dilakukan di
untuk menentukan alokasi dana dan daerah, bertujuan untuk menciptakan
sumber dana untuk mengakhiri lingkungan dengan komunitas yang
pernikahan anak. mendukung pencegahan pernikahan
anak. Program ini memobilisasi
b. Global Programme to Accelerate komunitas untuk menyebarkan
Action to End Child Marriage informasi dan memberikan bantuan
(GPECM) UNICEF-UNFPA kepada orang tua dan anggota
Bangladesh merupakan salah satu komunitas terkait aktivitas yang
dari 12 negara12 yang menjadi target dilakukan, yaitu penyediaan safe space
program global UNICEF untuk untuk anak perempuan, dukungan
mengakhiri pernikahan anak, bekerja pendidikan (literasi dasar dan
sama dengan UNFPA dan Kementerian komunikasi), pelatihan kompetensi
Perempuan dan Anak di Bangladesh, sosial (kemampuan untuk bertahan
program ini bertujuan untuk hidup sehari-hari dan pendidikan
memastikan anak perempuan bebas seksual).14 Pada akhir tahun 2016,
menikmati waktu mereka tanpa perlu hampir 150.000 perempuan menerima
dibayangi oleh pernikahan yang tidak projek pemberdayaan perempuan di
mereka inginkan, merasakan transisi Bangladesh, dengan pemerintah
kehidupan yang sehat dan aman, dan Bangladesh sepakat untuk menyebarkan
bisa menentukan sendiri pilihan yang 5.000 projek pemberdayaan baru secara
akan mereka ambil dalam kehidupan nasional menggunakan dana sendiri,
Program Global ini bergantung dengan berkaca pada projek
pada pengaruh dari infrastruktur yang
sudah tersedia untuk membangun
kapasitas partner regional,
13
UNFPA-UNICEF, “Global Programme to Acc
elerate Action to End Child Marriage, Progress
meningkatkan komitmen pemerintah Report,” 2016, Juni2017, hlm. 5, www.unicef.or
g (diakses pada 20 September 2021).
11
Siddiqi, Manahil, dan Margaret E. Greene, “ 14
Buchmann. N, “Power vs Money: Alternative
Mapping the Field: A Systematic Scooping Approaches to Reducing Child Marriage in
Study of Child marriage Research, 2000-2019,” Bangladesh, a Randomized Control Trial,” 2017
Washington D.C: Greene Works. , hlm. 6, https://www.povertyactionlab.org/sites/
12
Bangladesh, Burkina Faso, Ethiopia, Ghana, default/files/publications/100_child-marriage-ba
India, Mozambique, Nepal, Niger, Sierra Leone, ngladesh-Apr2017.pdf ( diakses pada 20 Sep-
Uganda, Yemen and Zambia. tember 2021).

JOM FISIP Vol. 9: Edisi I Januari-Juni 2022 Page 5


pemberdayaan yang dikembangkan oleh pemasukan tambahan. 18 Kondisi
UNICEF.15 perekonomian yang tidak stabil menjadi
Program Pendekatan Insentif Cash faktor umum munculnya berbagai
(penyediaan minyak goreng) merupakan tindakan kriminal, masyarakat yang
program lain yang diberlakukan di tidak sejahtera akan melakukan
Bangladesh untuk menekan angka tindakan ilegal demi dapat bertahan
pernikahan anak dan mendukung hidup. Hal yang ironis dari kasus ini
kehadiran anak di sekolah.16 adalah kenyataan bahwa anak
Kishori Resource Centres adalah perempuan dinikahkan karena orang tua
bentuk pelayanan terhadap anak tidak memiliki uang untuk membiayai
perempuan dan terletak di 72 sekolah kehidupan anak tersebut, namun orang
dasar di Bangladesh. Pusat Kishori tua memiliki cukup uang untuk
dibuat untuk melihat perkembangan membayar Kazi dan melakukan
kesetaraan gender di Bangladesh dalam pemalsuan data agar anaknya dapat
periode waktu yang signifikan, lulus registrasi pernikahan. Masyarakat
membutuhkan waktu selama 12 bulan tidak sadar dengan risiko pernikahan
untuk mengajarkan kurikulum gender anak yang akan membuat anak-anak
awareness dan isu terkait budaya di kehilangan kesempatan untuk
Bangladesh, program ini sedang dalam mengembangkan kemampuan
masa pembekuan dikarenakan intelektual dan sosial mereka, anak akan
kehadiran Covid-19 sejak awal tahun kehilangan kesempatan untuk
2020.17 berekspresi dan belajar sesuai dengan
keinginan mereka sendiri. 19 Kehilangan
c. Kendala UNICEF dalam anak yang dapat belajar dan berkespresi,
Membantu Bangladesh sama dengan kehilangan generasi
Menanggulangi Kasus dengan pondasi kuat untuk berkembang
Pernikahan Anak dan bersaing dengan perubahan zaman.
Pemalsuan usia anak yang sering
dilakukan oleh orang tua dan keluarga Stigma buruk masyarakat
pengantin pasangan, dibantu oleh Bangladesh terhadap posisi perempuan
pegawai pencatat registrasi pernikahan di dalam struktur sosial berperan besar
yang disebut dengan Kazi, tindakan dalam mempertahankan praktik
kriminal ini dilakukan Kazi juga pernikahan anak, anak laki-laki
dilatarbelakangi oleh rendahnya dianggap memiliki nilai lebih tinggi
pendapatan mereka sehingga mencari daripada anak perempuan karena
berbagai cara lain untuk mendapatkan 18
Herz, B.K. dan G.B. Sperling, “What Works
in Girls’ Education: Evidence and Policies from
the Developing World,” Council on Foreign Rel
ations, 2004, https://books.google.nl/books?hl=e
15
UNFPA-UNICEF, Op.Cit. hlm. 32. n&lr=&id=7a0W_bqvzA0C&oi=fnd&pg=PR5
16
Iffat Idris, “Intervention to Reduce Forced Ma &dq=invest+on+girls+science+education&ots=
rriage,” K4D (Knowledge, evidence, and learnin UdGSuMkUVd&sig=eYM9Vf5w9MWHehQnI
g for development), 15 November 2019, hlm. 4. knJTMngDEQ#v=onepage&q&f=fals ( diakses
17
Billah, Masuma, Eashita, Haque, Surojit Kun pada 20 September 2021).
du, Saddam Hossain, Momoe Makino, dan 19
Action Aid, “Education Action 25”, 15 Agust
Sajeda Amin, “Midline Report: Accelerating Ac us 2011, http://www.actionaid.org/sites/files/acti
tion to End Child Marriage in Bangladesh,” Dha onaid/education_action_25_-_english_0.pdf,
ka, Population Council, 2020, hlm. 7. (diakses pada 28 September 2021).

JOM FISIP Vol. 9: Edisi I Januari-Juni 2022 Page 6


mereka dilihat sebagai sosok yang kuat mengimplementasikan kesetaraan
dan mampu membantu orang tua gender di lingkungan sosial, namun
dengan kemampuan fisik mereka, pada kenyataannya, pemerintah tidak
mengingat bahwa pendapatan utama memberikan dukungan yang konsisten
masyarakat Bangladesh didapatkan dari terhadap bantuan NGO. Sebagai contoh,
sektor agrikultur.20 Perempuan tidak pemerintah Bangladesh menurunkan
dianggap bernilai karena mereka tidak usia minimal pernikahan untuk anak
cukup kuat untuk membantu orang tua perempuan dengan izin orang tua, yaitu
dalam mencari pendapatan, mereka juga usia 16 tahun, hal ini akan mempersulit
dianggap akan meninggalkan keluarga NGO dalam meyakinkan orang tua
ketika mereka menikah. Oleh karena untuk tidak menikahkan anak mereka di
itu, banyak orang tua segera usia muda ketika pemerintah bahkan
menikahkan anak perempuan mereka di memberikan mereka kekuasaan untuk
usia muda untuk mempercepat proses menikahkan anak tersebut.21
anak perempuan meninggalkan rumah Permasalahan sesungguhnya tidak
dan menjadi tanggung jawab suami terletak pada izin orang tua, tapi apakah
mereka. anak tersebut ‘bersedia’ untuk
Anak perempuan yang mengalami dinikahkan, sebab dalam kasus
pelecehan dianggap sebagai aib dalam pernikahan anak di Bangladesh, orang
keluarga sehingga ketika terjadi tua menjadi pihak yang melepaskan
kekerasan atau pelecehan terhadap tanggung jawab mereka terhadap anak
perempuan, jalan yang diambil oleh dengan cara memaksa mereka untuk
keluarga perempuan adalah menikahkan menikah dan meninggalkan rumah.
anak tersebut sebelum usianya lebih tua Permasalahan demikan harus diatasi
dan tidak ada lagi yang oleh pemerintah Bangladesh dengan
menginginkannya sebagai pasangan. bersikap konsisten dalam mengambil
Untuk dapat menghapus stigma buruk keputusan untuk mengakhiri pernikahan
seperti ini, pemerintah Bangladesh anak di negaranya.
harus bekerja keras dalam waktu lama
dan tanpa henti, sebab pendekatan yang PENUTUP
mendadak dan masif akan cenderung Dalam membantu pemerintah
direspon dengan penolakan oleh Bangladesh mengakhiri masalah
masyarakat yang pada umumnya pernikahan anak, UNICEF juga
memiliki informasi minim terkait berupaya melakukan beberapa program
bahaya dari pernikahan anak dan yang tergabung dalam Global
diskriminasi gender. Programme to Accelarate Action to End
NGO bergerak secara independen Child Marriage in Bangladesh, projek
untuk melawan pernikahan anak di ini terdiri atas banyak komponen
Bangladesh, menyebarkan nilai-nilai program di dalam sektor pendidikan
kesetaraan gender dan bagaimana anak yang dimasukkan ke dalam kurikulum
perempuan dan laki-laki adalah sama pembelajaran anak-anak di sekolah.
baiknya. Sebagai pihak yang bergerak Program tersebut meliputi Projek
sendiri, NGO membutuhkan dukungan Pemberdayaan Remaja, program
pemerintah untuk dapat Pendekatan Insentif Cash (penyediaan

20 21
Shamnaz Arifin, Op.Cit, hlm. 12. Shamnaz Arifin, Op.Cit, hlm. 13.

JOM FISIP Vol. 9: Edisi I Januari-Juni 2022 Page 7


minyak goreng), Kishori Resource Terdapat kendala dan tantangan
Centres, Gender Promoters (GPs), dalam upaya UNICEF dan
bantuan finansial, dan bantuan pemerintahan Bangladesh untuk
pelayanan publik dalam akses mengakhiri pernikahan anak,
kesehatan, dukungan psikologi, shelter, permasalahan utama dalam
dan hukum. mengimplementasikan nilai-nilai
Program di atas dilakukan secara kesetaraan gender dan perlindungan
masif dan berkelanjutan di Bangladesh, anak terletak pada masalah internal
program yang dikembangkan oleh pemerintahan Bangladesh yang tidak
UNICEF tersebut akan diadopsi oleh dapat diselesaikan dengan bantuan dari
pemerintah Bangladesh untuk UNICEF, yaitu korupsi di dalam
dimasukkan ke kurikulum pendidikan pemerintahan, gender stereotype, dan
anak demi membentuk anak-anak yang inkonsistensi pemerintah Bangladesh
berpendidikan dan mengetahui hak dan dalam membantu NGO melawan
kesempatan mereka untuk berkembang pernikahan anak. Untuk dapat
sebagai makhluk sosial. Penyebaran menyelesaikan hal-hal tersebut,
informasi terkait kesetaraan gender, pemerintah Bangladesh harus dapat
bahaya pernikahan anak, pendidikan berkomitmen dan dengan aktif
seksual, kesempatan untuk melakukan berbagai upaya yang
mengekspresikan diri, kemampuan diperlukan untuk mengakhiri
untuk berpendapat dan mengambil pernikahan anak, di bawah wewenang
keputusan sendiri layaknya manusia pemerintahan.
yang memiliki hak. Permasalahan pernikahan anak di
Bangladesh menjadi pusat perhatian
Dalam menjalankan berbagai internasional sebab negara ini
upaya untuk melawan aktivitas merupakan negara dengan tingkat
pernikahan anak, pemerintah pernikahan anak di bawah usia 15 tahun
Bangladesh juga bekerja sama dengan tertinggi di dunia. Tingginya tingkat
aktor lain, dalam hal ini adalah USAID, pernikahan anak ini dipengaruhi oleh
World Vision, dan World Food diskriminasi gender terhadap
Programme, hal ini dilakukan sesuai perempuan, pengaruh stigma sosial
dengan pemenuhan nilai-nilai yang menempatkan perempuan di posisi
perlindungan hak perempuan dan anak rapuh dan tidak menguntungkan dalam
yang sudah diratifikasi Bangladesh di struktur sosial, rendahnya pendidikan,
dunia internasioal. Projek yang digarap dan kemiskinan. Menjadikan
dalam kerja sama ini adalah projek pernikahan anak sebagai tradisi
Nobo Jatra yang berarti ‘New berkelanjutan dari generasi ke generasi
Beginning’ untuk anak-anak di sebab anak-anak yang seharusnya
Bangladesh, program ini berlangsung membawa perubahan, dinikahkan sejak
dalam waktu 12 bulan untuk melihat usia muda dan dipaksa untuk menjalani
perkembangan kesadaran gender yang hidup yang sama dengan orangtua
ada di lingkungan masyarakat setelah mereka.
dilakukan pelatihan dan pengajaran
terkait kesetaraan gender dan
kemampuan dasar untuk bertahan
hidup.

JOM FISIP Vol. 9: Edisi I Januari-Juni 2022 Page 8


Referensi ews/2015/06/09/bangladesh-girls-
damaged-child-marriage (diakses
Action Aid, “Education Action 25”, 15 pada 20 Januari 2021).
Agustus 2011, http://www.action
aid.org/sites/files/actionaid/educat Iffat Idris, “Intervention to Reduce Forc
ion_action_25_-_english_0.pdf, ed Marriage,” K4D (Knowledge,
(diakses pada 28 September 2021) evidence, and learning for
development),
Bangladesh, Burkina Faso, Ethiopia, 15 November 2019, hlm. 4.
Ghana, India, Mozambique,
Nepal, Niger, Sierra Leone, International Center for Research on
Women, (2013b), Op.cit hlm. 2.
Billah, Masuma, Eashita, Haque, Surojit
Kundu, Saddam Hossain, Momoe J. David Singer, “The Level-of-Analysis
Makino, dan Sajeda Problem in International
Amin, “Midline Report: Accelerat Relations”, World Politics, 14 (1),
ing Action to End Child Marriage 1961, hlm. 77-92
in Bangladesh,” Dhaka, Populatio
n Council, 2020, hlm. 7. Rife Kalamar dan Hindin, “A Review of
Impact Evaluations of
Buchmann. N, “Power vs Money: Alter Intervention Aimed at Child
native Approaches to Reducing C Marriage,” 2016.
hild Marriage in
Bangladesh, a Randomized Contr Siddiqi, Manahil, dan Margaret E. Gree
ol Trial,” 2017, hlm. 6, https://w ne, “Mapping the Field:
ww.povertyactionlab.org/sites/def A Systematic Scooping Study of
ault/files/publications/100_child- Child marriage Research, 2000-
marriage-bangladesh-Apr2017.pdf 2019,” Washington D.C:
(diakses pada 20 September 2021) Greene Works.

Herz, B.K. dan G.B. Sperling, “What UNFPA-UNICEF, “Global Programme


Works in Girls’ Education: to Accelerate Action to End Child
Evidence and Policies from the Marriage, Progress Report,” 2016
Developing World,” Council on F , Juni2017, hlm. 5,
oreign Relations, 2004, https://boo www.unicef.org. (diakses pada
ks.google.nl/books?hl=en&lr=&id 20 September 2021).
=7a0W_bqvzA0C&oi=fnd&pg=P
R5&dq=invest+on+girls+science+ UNICEF, “Gender Action Plam 2014-
education&ots=UdGSuMkUVd& 2017.”
sig=eYM9Vf5w9MWHehQnIknJ
TMngDEQ#v=onepage&q&f=fals UNICEF, “Scoping Analysis of Nationa
(diakses pada 20 September l Budget Allocation for Ending Ch
2021). ild Marriage in Bangladesh,” 2017
, www.Unicef.org.bd (diakses
Human Rights Watch, “Bangladesh: pada 12 September 2021).
Girls Damaged by Child
Marriage,” https://www.hrw.org/n

JOM FISIP Vol. 9: Edisi I Januari-Juni 2022 Page 9


UNICEF, (2021), “ UNFPA-UNICEF
Global Programme to End Child
Marriage,” https://www.unicef.or
g/protection/unfpa-unicef-global-
programme-end-child-marriage
(diakses pada 24 Januari 2021).

JOM FISIP Vol. 9: Edisi I Januari-Juni 2022 Page 10

You might also like