Professional Documents
Culture Documents
Edukasi Tentang 1000 Hari Pertama Kehidupan Dalam Meningkatkan Pengetahuan Dan Sikap Calon Pengantin Laki-Laki
Edukasi Tentang 1000 Hari Pertama Kehidupan Dalam Meningkatkan Pengetahuan Dan Sikap Calon Pengantin Laki-Laki
Abstrak
Masa prakonsepsi merupakan waktu yang ideal untuk mengoptimalkan
kesehatan calon ibu. Saat ini prevalensi stunting masih di atas 25%, yang
dapat mempengaruhi kehidupan selanjutnya. Penelitian bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan dan sikap calon pengantin (catin) laki laki
setelah mendapatkan edukasi 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
Desain penelitian menggunakan quasi eksperimen, dengan sampel
berjumlah 60 catin laki-laki kelompok buku saku dan 60 di kelompok
leaflet dengan teknik insidental sampling. Edukasi 1000 HPK dengan
materi KEK, anemia, IMD, ASI eksklusif, MP-ASI dan stunting yang
diberikan selama 3 hari oleh petugas KUA yang telah dilatih sebelumnya.
Pengetahuan dan sikap calon pengantin dikumpulkan sebelum dan
sesudah edukasi melalui wawancara menggunakan kuesioner terstruktur.
Analisis data menggunakan Pair t-test, uji Wilcoxon dan Mc Nemar. Hasil,
terdapat peningkatan pengetahuan setelah mendapatkan edukasi 1000
HPK menggunakan buku saku materi KEK dan MP-ASI (p= 0,006), anemia,
IMD dan stunting pada anak (p= 0,000), ASI eksklusif (p= 0,035). Serta
edukasi tersebut dapat meningkatkan sikap (p < 0,05) pada materi KEK,
anemia dan IMD, ASI eksklusif serta stunting pada anak. Kesimpulan,
Aceh. Nutri. J. 2021; 6(1) http://ejournal.poltekkesaceh.ac.id/index.php/an
Aceh. Nutri. J. Vol: 6, No: 1, 2021 101
emosional kepada ibu, yang dapat meningkatkan perlakuan 6,23, sedangkan rata rata skor
praktik menyusui ibu (Maycock et al., 2013). pengetahuan kelompok intervensi setelah
Sementara itu petugas KUA dan catin perlakuan 8,29, maka total subyek adalah 60
merupakan potensi strategis untuk dilakukan catin pada masing masing kelompok intervensi.
edukasi gizi sebelum kehamilan. Sebagai calon Cara pengambilan sampel dengan insidental
keluarga baru, pengantin laki-laki memegang yaitu catin laki laki yang ada saat penelitian.
peran penting melalui dukungan para calon Kriteria eksklusi sampel yaitu catin laki-laki
bapak kepada istrinya sejak sebelum kehamilan dengan bukan pernikahan pertama. Kriteria
hingga 2 tahun umur anak sehingga dapat inklusi sampel:
mencegah stunting (Ito et al., 2013). Masih 1. Calon pengantin telah mendaftar di KUA.
jarangnya penelitian yang melibatkan petugas 2. Calon pengantin bersedia mengikuti edukasi
KUA dan masih minim penelitian dengan subjek selama 3 hari.
catin laki laki yang mendorong peneliti untuk 3. Calon pengantin bersedia mengikuti penelitian
menganalisis perubahan pengetahuan dan sikap hingga selesai, dengan menandatangani
catin laki laki setelah diberikan edukasi 1000 informed consent.
HPK oleh petugas KUA. 4. Calon pengantin bertempat tinggal di lokasi
KUA.
kepada catin laki-laki di luar KUA terpilih dan dengan uji pair t-test. Uji Wilcoxon digunakan
diuji validitas kuesioner. Pengetahuan catin laki- untuk menganalisis sikap catin yang tidak
laki dikumpulkan menggunakan kuesioner berdistribusi normal.
berisikan butir pertanyaan yang disusun
berdasarkan materi edukasi, yang masing-
masing berisikan 10 pertanyaan, sehingga total Hasil dan Pembahasan
butir pertanyaan berjumlah 60 butir.
Catin laki laki berada pada rentang umur 20-40
Pengetahuan dikategorikan menjadi 2 yaitu
tahun baik pada kelompok buku saku maupun
rendah jika menjawab benar ≤ 6 pertanyaan dan
leaflet dengan umur termuda 18 tahun dan tertua
tinggi jika menjawab benar > 6 pertanyaan
32 tahun pada kelompok leaflet sedangkan pada
masing masing materi.
kelompok buku saku, usia termuda berusia 22
Pertanyaan sikap catin terdiri dari
tahun dan tertua 49 tahun.
pernyataan positif diberikan skor 1-4 yang terdiri
Mayoritas pendidikan catin laki-laki adalah
dari sangat setuju skor 4, setuju skor 3, tidak
pendidikan menengah dan sebagian besar
setuju skor 2, dan sangat tidak setuju skor 1.
pekerjaan catin laki-laki bekerja sebagai swasta
Sedangkan pernyataan negatif diberikan skor 1-4
baik pada kelompok buku saku maupun leaflet.
dengan sangat tidak setuju skor 4, tidak setuju
Penelitian mengelompokkan suku atas 2 yaitu
skor 3, setuju skor 2, dan sangat setuju skor 1.
suku asli Bengkulu (Rejang, Serawai, Melayu,)
Jumlah butir pertanyaan masing-masing materi
dan suku luar Bengkulu (Jawa, Batak, Sunda,
edukasi sebanyak 10 butir, sehingga total
Betawi dan Minang). Secara umum karakteristik
pertanyaan sikap sebanyak 60 butir.
responden (umur, pendidikan, serta pekerjaan
Analisis data dalam penelitian ini
catin laki-laki terlihat tidak ada perbedaan
terdapat beberapa uji yang digunakan secara
(homogen) antara kelompok leaflet dan buku
statistik. Untuk data pengetahuan
saku yang ditandai dari masing-masing nilai p >
menggunakan uji McNemar dikarenakan uji
0,05 pada kesumua variable karakeristik studi
kenormalan datanya tidak berdistribusi
ini. Hasil tersebut sebagaimana disajikan pada
normal. Sementara data sikap catin laki
Tabel 1.
lakiyang berdistibusi normal dilanjutkan
Selanjutnya, hasil penelitian sebagaimana MP-ASI dan masalah stunting. Gerakan 1000
disajikan pada Tabel 2 terlihat, tidak terdapat HPK menekankan pentingnya kemitraan dengan
perbedaan proporsi pengetahuan catin laki-laki berbagai pihak atau pemangku kepentingan
sebelum mendapatkan edukasi 1000 HPK pada untuk mengatasi masalah gizi. Penelitian ini
kedua kelompok perlakuan ditunjukkan dengan bekerja sama dengan pihak Departemen Agama
nilai p > 0,05. Komponen pengetahuan yang Propinsi Bengkulu. Kegiatan penelitian ini
diukur yaitu KEK, anemia, IMD, ASI eksklusif, dengan sasaran catin di enam Kelurahan Kota
104 Edukasi 1000 HPK pada calon pengantin laki-laki… Simanjuntak & Wahyudi
Bengkulu yaitu Gading Cempaka, Selebar, Muara sudah dibekali materi akan melakukan edukasi
Bangkahulu, Ratu Agung, Teluk Segara dan kepada catin dengan didampingi oleh tim
Singaran Pati. Selanjutnya petugas KUA yang peneliti.
Tabel 2. Perbandingan pengetahuan calon pengantin laki-laki sebelum mendapat edukasi 1000 HPK
media leaflet dan buku saku
Leaflet Buku Saku
Pengetahuan Catin Laki Laki
n % n %
Kurang Energi Kronis pada Ibu Hamil 15 25,0 14 23,0 0,833
Rendah 45 75,0 46 77,0
Tinggi
Anemia Gizi Besi Pada ibu Hamil
Rendah 42 70,0 32 53,0 0,444
Tinggi 28 30,0 28 47,0
Inisiasi Menyusu Dini
Rendah 40 67,0 34 57,0 0,259
Tinggi 20 33,0 26 43,0
ASI Eksklusif
Rendah 29 48,0 21 35,0 0,139
Tinggi 31 52,0 39 65,0
Makanan Pendamping ASI
Rendah 20 33,0 15 25,0 0,315
Tinggi 40 67,0 45 75,0
Stunting
Rendah 22 37,0 23 38,0 0.850
Tinggi 38 63,0 37 62,0
Stunting muncul sebagai risiko malnutrisi mampu memilih jenis makanan yang tepat
jangka panjang diawali dari masa prakonsepsi untuk dikonsumsi bagi dirinya dan janin baik
hingga 1000 HPK. Salah satu periode status gizi dalam rangka pemenuhan kebutuhan gizi.
paling menentukan adalah status gizi masa Pengetahuan gizi merupakan salah satu faktor
pranikah atau masa prakonsepsi. Gizi protektif pada saat prakonsepsi atau masa
prakonsepsi merupakan suatu cara untuk kehamilan (McMillan et al., 2009).
memperhatikan status gizi dan optimalisasi Peningkatan pengetahuan calon ayah
kesehatan calon pengantin demi tercapainya sangat diperlukan sebagai upaya mengatasi
keluarga yang sehat dan keturunan yang berbagai kesulitan yang menghambat praktik
berkualitas (De Weerd et al., 2003). menyusui serta menghadapi pandangan yang
Perencanaan dan penanganan terhadap salah tentang praktik pemberian ASI. Bila
semua aspek terutama kesehatan dan status gizi pengetahuan ayah memadai akan memberikan
wanita usia subur perlu dipersiapkan sedini dukungan kepada ibu ketika proses menyusui.
mungkin sehingga diperoleh outcome Bahkan ayah yang mendukung pemberian ASI
kehamilan (keturunan) yang berkualitas pada bayi hingga 2 tahun dimiliki oleh ayah
(Gardiner et al., 2008). Pengetahuan merupakan dengan tingkat pengetahuan yang lebih baik
faktor yang sangat berpengaruh terhadap (Maycock et al., 2013). Sebuah program yang
pengambilan keputusan. Beberapa hasil memberikan edukasi kepada ayah tentang
penelitian menunjukkan bahwa tingkat berbagai manfaat menyusui diperoleh hasil
pengetahuan gizi yang baik secara konsisten sebanyak 69% bayi masih disusui secara
terwujud menjadi perilaku pemilihan konsumsi eksklusif oleh ibunya (Hunter & Cattelona, 2014).
makanan selama masa kehamilan, menyusui dan Hasil penelitian juga memperlihatkan bahwa
masa selanjutnya. Pemilihan bahan makanan ayah/suami yang belum mendapatkan program
untuk memenuhi asupan gizi didasari oleh edukasi memperlihatkan kurang terlibat secara
pengetahuan gizi yang baik. Para catin yang maksimal dalam menyukseskan menyusui
memiliki pengetahuan gizi yang baik akan (Hunter & Cattelona, 2014).
Aceh. Nutri. J. Vol: 6, No: 1, 2021 105
Dalam hubungannya dengan peran ayah diberikan pada ayah untuk mempersiapkan
yang relatif baru, perlu dipersiapkan melalui dirinya agar dapat membantu dan mendukung
edukasi. Peran baru ini penting mulai dari ibu dalam proses menyusui. Selain itu ayah
mendampingi ibu ketika pertama kali menyusui, membutuhkan edukasi sehingga ayah memilki
membuat keputusan tentang pola pemberian pemahaman menghadapi mitos dan
makan bayi, mempengaruhi durasi menyusui meminimalisasi pemahaman yang salah tentang
hingga berperan memutuskan penggunaan susu menyusui serta dapat membantu ibu ketika
formula. Edukasi 1000 HPK yang diberikan menghadi kesulitan dalam menyusui
kepada calon ayah merupakan kesempatan yang (Destriatania et al., 2012).
Tabel 3. Perubahan pengetahuan catin laki-laki tentang 1000 HPK menggunakan media leaflet dan
buku saku
Intervensi
Pengetahuan Catin Laki Sebelum Leaflet Buku Saku
Laki Edukasi Sesudah Edukasi Sesudah Edukasi
Rendah Tinggi Nilai p* Rendah Tinggi Nilai p*
Kurang Energi Kronis Rendah 7 8 1,000 3 11 0,006
pada Ibu Hamil Tinggi 8 37 1 45
Anemia Gizi Besi pada Rendah 27 15 0,019 7 25 0,000
Ibu Hamil Tinggi 4 14 2 26
Inisiasi Menyusu Dini Rendah 21 19 0,003 8 18 0,000
Tinggi 4 16 0 34
ASI Eksklusif Rendah 16 13 0,623 4 17 0,035
Tinggi 7 24 6 33
Makanan Pendamping Rendah 11 9 0,146 4 11 0,006
ASI Tinggi 3 37 1 44
Stunting Pada Anak Rendah 10 12 0,356 6 17 0,000
Tinggi 7 31 1 36
*Non-Parametrik melalui uji Wilcoxon
Hasil analisis data (Tabel 3), menggunakan Demikian pula, studi intervensi terkait dengan
uji Mcnemar, diperoleh pada kelompok leaflet pendidikan tentang menyusui pada ayah di Italia
diperoleh bahwa tidak berbeda secara nyata (n= 280) meningkat keberhasilan ASI eksklusif
pengetahuan catin laki-laki sebelum dan sesudah dan dilanjutkan hingga 12 bulan (Pisacane et al.,
intervensi khususnya materi KEK (1,000), ASI 2005).
eksklusif (0,263), MP-ASI (0,146), stunting pada Menggunakan buku Saku Calon Pengantin
anak (0,329). Untuk materi anemia dan IMD dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat
terlihat peningkatan pengetahuan catin laki-laki khususnya catin laki-laki. Buku ini merupakan
sesudah mendapatkan edukasi 1000 HPK, sumber informasi yang berikan 7 materi 1000
masing-masing nilai p= 0,019 dan p= 0,003. HPK yang dapat dijadikan bahan diskusi dan
Sementara pada kelompok yang penyampaian komunikasi bagi calon suami dan istri.
materi menggunakan buku saku, seluruh materi Proses menyusui bayi memerlukan
mengalami peningkatan pengetahuan (Tabel 3). keterlihatan dan kerjasama ibu, ayah dan bayi.
Studi epidemiologis yang mengkaji peran Ibu yang memberikan ASI, bayi yang diberikan
ayah dalam keberhasilan ibu menyusui ASI dan suami/keluarga mendukung proses
menunjukkan bahwa pentingnya ayah dalam tersebut. Namun, para suami dan keluarga yang
mendukung keberhasilan ASI eksklusif dan kurang ikut terlibat dalam proses menyusui ini
inisiasi menyusu dini. Sebuah studi di Amerika uji dan cenderung menyerahkan segala urusan
coba acak terkontrol (n = 59) menjelaskan menyusui sebagai tugas ibu semata serta ayah
bahwa kegiatan pendidikan kesehatan yang merasa tidak perlu ikut campur dalam proses
diberikan kepada suami berkontribusi tersebut. Keterlibatan seorang suami dalam
meningkatkan persentase inisiasi menyusu dini pelaksanaan IMD ini akan memotivasi ibu
dari 41% menjadi 74% (Wolfberg et al., 2004). untuk menyusu. Ibu memiliki dukungan dan
106 Edukasi 1000 HPK pada calon pengantin laki-laki… Simanjuntak & Wahyudi
motivasi semakin optimis dapat berhasil suami akan bahaya pemberian makanan prelaktal
menyusui, dan berdampak pada produksi ASI (Mattar et al., 2007). Hal ini sangat
(Sirajuddin et al., 2013). Ibu yang mendapatkan membahayakan bayi karena ketidaksiapan
dukungan suami/keluarga dalam tahapan saluran pencernaan bayi untuk mencerna
persalinan memberi dampak terhadap sikap makanan dan minuman selain ASI. Di samping itu,
yang positif untuk memutuskan melaksanakan makanan prelaktal dapat mengganggu sekresi ASI,
IMD. serta mengurangi kemampuan bayi menghisap
Penting menyampaikan informasi IMD (Lailatussu et al., 2018).
kepada suami dan keluarga ketika ibu masih hamil Partisipasi calon ayah/suami dalam
(sebelum melahirkan), sehingga seluruh keluarga pemberian makanan bayi harus dipersiapkan
dapat memberikan dukungan ibu penuh dengan sejak awal pernikahan sehingga ayah bersikap
menciptakan suasana yang kondusif, nyaman dan mendukung ibu untuk menyusui (Destriatania et
penuh kesabaran. Studi yang dilakukan di Ghana al., 2012). Bentuk dukungan dari seorang ayah
menemukan bahwa penundaan inisiasi menyusu terlihat pada keikutsertaan dan keterlibatan aktif
dini dapat meningkatkan kematian bayi. Bayi baru dalam pengambilan keputusan terhadap
lahir yang diberikan kesempatan menyusu dini pemberian makanan bayi serta bersikap positif.
justru dapat menyelamatkan nyawa bayi di bawah Tentu saja diperlukan pengetahuan yang
28 hari sebesar 22% (Edmond et al., 2006). berpengaruh kuat terhadap inisiasi dan durasi
Praktik IMD di Indonesia masih rendah menyusui (Sung et al., 2012). Ayah bayi harus
dikarenakan tingkat pendidikan, sikap, dan dilibatkan dalam semua diskusi mengenai jenis
motivasi ibu menyusu yang masih kurang. Hal ini makanan, penerimaan bayi terhadap makanan
mungkin dipengaruhi oleh perilaku ibu, cara pertamanya baik ketika konsultasi dengan dokter,
melahirkan, berat lahir, status sosial ekonomi, kelas prenatal, atau di ruang bersalin (Ito et al.,
budaya, tindakan bidan, serta dukungan keluarga 2013).
terutama dukungan ayah bayi (Sirajuddin et al., Pada penelitian Simanjuntak et al. (2018),
2013; Rempel & Rempel, 2011). Namun, hanya keterkaitan pemberian MP ASI dini dengan
sejumlah faktor risiko yang sebenarnya bisa status gizi bayi terutama TB/U dan BB/TB. Ibu
dimodifikasi baik dalam jangka pendek maupun yang tidak melakukan IMD kepada anaknya
menengah. Salah satu faktor yang berpotensi lebih berisiko mengalami stunting dibanding
dimodifikasi dalam inisiasi menyusu dini adalah bayi yang mendapatkan IMD. Hal tersebut
dukungan suami/ayah bayi untuk menyusui . tentunya diperkuat oleh pendapat Kong & Lee
Menyusui mempunyai hubungan positif (2004), yaitu pemberian MP ASI tidak sesuai
dengan kesehatan bayi termasuk pertumbuhan umur bayi umumnya disebabkan ketidaktahuan
dan perkembangan bayi dan kesehatan ibu. orang tua.
Sekitar 80% ketidakberhasilan pemberian ASI Lebih lanjut, hasil studi terkait sikap catin
eksklusif diawali sejak 3 hari pertama paska laki-laki baik yang diintervensi menggunakan
persalinan, telah diberikan makanan atau media leaflet maupun melalui buku saku terkait
minuman kepada bayinya (makanan prelaktal). dengan 1000 HPK disajikan pada Tabel 4,
Makanan prelaktal adalah makanan atau sedangkan setelah dilakukan intervensi terlihat
minuman yang diberikan kepada bayi sebelum ASI adanya perubahan skor sikap sebagaimana
keluar. Biasanya karena ketidaktauan ibu atau disajikan pada Tabel 5.
Tabel 4. Skor sikap catin laki-laki kelompok leaflet dan kelompok buku saku sebelum mendapat edukasi
1000 HPK
Leaflet Buku Saku
Materi Nilai p*
Rata-rata ± SD Rata-rata ± SD
Kurang Energi Kronis Ibu Hamil 30,77 ± 3,60 30,20 ± 4,53 0,594
Anemia Gizi Besi Ibu Hamil 30,80 ± 3,22 29,85 ± 3,11 0,710
Inisiasi Menyusu Dini 31,45 ± 3,86 32,15 ± 4,01 0,505
ASI Eksklusif 28,67 ± 3,90 29,93 ± 4,93 0,070
Makanan Pendamping ASI 29,20 ± 2,61 29,83 ± 2,90 0,137
Stunting Pada Anak 28,42 ± 2,62 29,10 ± 3,35 0,122
* Hasil uji T-Independent
Aceh. Nutri. J. Vol: 6, No: 1, 2021 107
Tabel 4 memperlihatkan bahwa skor sikap Selanjutnya, hasil analisis uji T-Dependen
catin laki-laki sebelum mendapatkan edukasi (berpasangan), memperlihatkan bahwa sikap
1000 HPK, diketahui bahwa pada kedua catin laki-laki pada kelompok intervensi melalui
kelompok tidak terdapat perbedaan yang buku saku memiliki skor sikap yang lebih baik
signifikan (homogen) pada semua komponen (meningkat) setelah mendapatkan edukasi 1000
materi seperti KEK, anemia, IMD, MP-ASI dan HPK pada semua materi (p < 0,05), kecuali pada
stunting. Hal ini ditunjukkan berdasarkan hasil materi MP-ASI yang tidak memperlihatkan
analisis uji statistik T-Independent dengan peningkatan skor sikap secara signifikan setelah
perolehan nilai p > 0,05 pada semua materi dilakukan intervensi pada calon pengantin laki-
edukasi diantara kedua kelompok intervensi. laki (p= 0,382).
Tabel 5. Skor sikap catin laki-laki sebelum dan sesudah edukasi 1000 HPK pada kelompok leaflet dan
buku saku
Intervensi
Sikap Calon Penagntin (Catin)
Leaflet Buku Saku
Laki Laki
Rerata ± SD Nilai p* Rerata ± SD Nilai p*
Kurang Energi Kronis Sebelum 30,77 ± 3,60 0,169 30,20 ± 4,53 0,006
pada Ibu Hamil Sesudah 29,70 ± 3,07 31,87 ± 3,99
Anemia Gizi Besi pada Sebelum 30,80 ± 3,22 0,024 29,85 ± 3,11 0,000
Ibu Hamil Sesudah 30,77 ± 2,64 31,53 ± 3,11
Inisiasi Menyusu Dini Sebelum 31,45 ± 3,86 0,031 32,15 ± 4,01 0,000
Sesudah 31,42 ± 3,54 32,77 ± 6,06
ASI Eksklusif Sebelum 28,67 ± 3,90 0,939 29,93 ± 4,93 0,003
Sesudah 29.25 ± 3,82 31,77 ± 4,23
Makanan Pendamping Sebelum 29,20 ± 2,61 0,008 29,83 ± 2,91 0,382
ASI Sesudah 29,45 ± 2,51 30,20 ± 2,69
Stunting pada Anak Sebelum 28,42 ± 2,62 0,152 29,10 ± 3,35 0,000
Sesudah 28,85 ± 2,57 30,32 ± 3,65
*Hasil uji T-Dependent
Seorang catin laki laki sebaiknya diberi merasa penting peran ayah dapat berpartisipasi
informasi oleh petugas KUA untuk menunda dalam pemberian makan bayi. Dalam hal ini,
kehamilan ketika pengukuran LILA istrinya kesetaraan dalam menyusui adalah aspek baru
masih di bawah 23,5 cm. Pemahaman catin laki- dalam sikap menyusui. Lebih rinci terlihat bahwa
laki terkait ukuran LILA dapat mencegah risiko ayah menginginkannya terlibat dalam memilih
stunting pada anak balita. Pemahaman yang pengolahan makanan dan berperan aktif dalam
mencukupi dan dapat merespon positif informasi memberi makan bayi. Para ayah dalam pemberian
pada akhirnya dapat mengambil keputusan yang makanan bayi yang baru lahir anak pertama
baik untuk ibu dan keluarga. Penggunaan mereka sering sekali pengambilan keputusan
berbagai macam media dan metode yang tepat bersama orang tua (nenek) bukan suami
sangat penting untuk mendukung perubahan (Mitchell-Box & Braun, 2013).
pengetahuan yang berkelanjutan sehingga terjadi Ayah memiliki peran yang berpengaruh
perubahan perilaku yang menetap. dalam menyusui. Hasil ini menunjukkan bahwa
Petugas KUA, selain sebagai penyampai ayah memainkan peran penting dalam hasil
pesan edukasi 1000 HPK juga diharapkan menyusui ibu pertama kali. Dukungan ini
mampu menjadi teladan bagi pasangan calon menghilangkan stres sehingga ibu dapat menyusui
pengantin. Hal lain diharapkan menjadi program dengan sukses. Berdasarkan beberapa studi,
unggulan dari petugas agama yang telah dilatih direkomendasikan bahwa program promosi/
sebagai subjek yang akan menyampaikan pesan edukasi menyusui kepada ayah sebelum
1000 HPK kepada calon pengantin laki-laki. kehamilan sehingga ayah sering kali terbuka,
Temuan penelitian Sung et al. (2012), berkontribusi, dan bersedia untuk belajar dan
memperlihatkan bahwa orang tua (ibu dan ayah) berpartisipasi dalam kunjungan prenatal, kelas
memiliki sikap positif pemberian ASI dikarenakan antenatal, serta dalam proses persalinan.
108 Edukasi 1000 HPK pada calon pengantin laki-laki… Simanjuntak & Wahyudi