Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

AcTion:

January – May, 2021 Aceh Nutrition Journal


Original Article Pages: 100 - 110 p-issn 2527-3310; e-issn 2548-5741
DOI: http://dx.doi.org/10.30867/action.v6i1.426

Edukasi tentang 1000 hari pertama kehidupan dalam meningkatkan


pengetahuan dan sikap calon pengantin laki-laki
Educational on First 1000 days of life during preconceptions improving
knowledge and attitudes of became fathers

Betty Yosephin Simanjuntak1*, Anang Wahyudi2

Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan


Abstract
1

Kemenkes Bengkulu, Indonesia.


E-mail: patricknmom@yahoo.co.id
2 Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan The preconception period is the ideal time to optimize the health of women
Kemenkes Bengkulu, Indonesia. before becoming a mother. The prevalence of stunting is still above 25%,
E-mail: adekshafa_sm@yahoo.co.id which will affect the next life cycle. The objective of this study was to assess
the knowledge and attitudes of fathers through educational nutrition
*Korespondensi:
Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan during preconceptions. It was designed as a quasi-experimental study.
Kemenkes Bengkulu, Jl. Indragiri No.3 There were a total of 60 participants in the leaflet group and 60
Padang Harapan, Kota Bengkulu, Provinsi participants in pocketbooks with incidental sampling technique. Education
Bengkulu, Indonesia. of first thousands of days of life which contain chronic energy deficiency
E-mail: patricknmom@yahoo.co.id
(CED), anaemia, initiation of breastfeeding, exclusive breastfeeding,
Riwayat Artikel: weaning food and stunting topics was given by officer of Religious Affairs
Diterima tanggal 25 September 2020; Office for three days. Data were collected using a structured questionnaire
Direvisi tanggal 27 Maret 2021; Disetujui through interviews. Data analysis was used pair t-test, Wilcoxon and Mc
tanggal 20 April 2021; Dipublikasi tanggal
27 Mei 2021. Nemar test. Results, after getting education using pocketbook, increasing
knowledge especially at CED and weaning food (p= 0,006), anaemia, early
Penerbit: initiation of breastfeeding and stunting (p= 0,000), exclusive breastfeeding
(p= 0,035). Increasing in attitudes significantly after using pocketbooks
especially (p < 0,05) on CED, anaemia and initiation of breastfeeding,
exclusive breastfeeding, and stunting topics. In conclusion, the increase in
© The Author(s). 2021 Open Access men's knowledge in the leaflet group, especially anaemia and initiation of
Artikel ini telah breastfeeding while in the pocketbook group all of the topics increased
dilakukan distribusi significantly.
berdasarkan atas
ketentuan Lisensi Internasional Creative Keywords: Attitude, education of first thousand days of life, knowledge,
Commons Attribution 4.0 preconceptions

Abstrak
Masa prakonsepsi merupakan waktu yang ideal untuk mengoptimalkan
kesehatan calon ibu. Saat ini prevalensi stunting masih di atas 25%, yang
dapat mempengaruhi kehidupan selanjutnya. Penelitian bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan dan sikap calon pengantin (catin) laki laki
setelah mendapatkan edukasi 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
Desain penelitian menggunakan quasi eksperimen, dengan sampel
berjumlah 60 catin laki-laki kelompok buku saku dan 60 di kelompok
leaflet dengan teknik insidental sampling. Edukasi 1000 HPK dengan
materi KEK, anemia, IMD, ASI eksklusif, MP-ASI dan stunting yang
diberikan selama 3 hari oleh petugas KUA yang telah dilatih sebelumnya.
Pengetahuan dan sikap calon pengantin dikumpulkan sebelum dan
sesudah edukasi melalui wawancara menggunakan kuesioner terstruktur.
Analisis data menggunakan Pair t-test, uji Wilcoxon dan Mc Nemar. Hasil,
terdapat peningkatan pengetahuan setelah mendapatkan edukasi 1000
HPK menggunakan buku saku materi KEK dan MP-ASI (p= 0,006), anemia,
IMD dan stunting pada anak (p= 0,000), ASI eksklusif (p= 0,035). Serta
edukasi tersebut dapat meningkatkan sikap (p < 0,05) pada materi KEK,
anemia dan IMD, ASI eksklusif serta stunting pada anak. Kesimpulan,
Aceh. Nutri. J. 2021; 6(1) http://ejournal.poltekkesaceh.ac.id/index.php/an
Aceh. Nutri. J. Vol: 6, No: 1, 2021 101

peningkatan pengetahuan catin laki laki pada kelompok leaflet khususnya


materi anemia dan IMD, sementara pada kelompok buku saku semua
materi meningkat secara signifikan.
Kata Kunci: Edukasi 1000 HPK, prakonsepsi, pengetahuan, sikap

Pendahuluan tubuh ibu dan pola makan memengaruhi


keturunan pertama dan kedua (Gardiner et al.,
Dukungan berbagai lintas sektor sangat 2008).
dibutuhkan untuk mempercepat perbaikan gizi Calon pengantin (catin) merupakan salah
khususnya stunting saat ini. Bila ditelusuri lebih satu kelompok sasaran yang masih jarang
jauh 30% disumbangkan oleh sektor kesehatan disentuh khususnya peningkatan pengetahuan
malahan sektor di luar bidang kesehatan dan sikap calon ayah terkait 1000 HPK, yang
berkontribusi lebih tinggi yakni sebesar 70% berkontribusi penting dalam program
dalam penanggulangan masalah stunting ini. percepatan pencegahan stunting. 1000 HPK
Sektor kesehatan menuangkan berbagai kegiatan harus mendapat dukungan penuh dari para
penyediaan vitamin, makanan tambahan, dan suami. Dalam rangka pencegahan stunting
lainnya (Kemenko Kesra, 2013). Berbeda dengan khususnya intervensi sensitif gizi sangat perlu
intervensi sensitif yang dilakukan oleh sektor mengubah perilaku catin. Perubahan perilaku
non–kesehatan untuk mencegah dan mengurangi menjadi perilaku sehat diawali peningkatan
masalah gizi secara tidak langsung seperti pengetahuan catin tentang makanan sehat dan
penyediaan sarana air bersih, ketahanan pangan, bergizi pada seluruh daur kehidupan, dimulai
jaminan kesehatan, pengentasan kemiskinan dari sebelum kehamilan (Sun, 2008; Maycock et
(UNICEF Bhutan, 2012). al., 2013).
1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) Secara nasional dari data SSGBI 2019,
sering disebut periode emas (golden period) prevalensi stunting telah menunjukkan
didasarkan pada kenyataan bahwa pada masa penurunan meskipun tidak terlalu signifikan.
janin sampai anak usia dua tahun terjadi proses Lebih lanjut pada tahun 2019 menurun dari
tumbuh kembang yang sangat cepat dan tidak 30,8% menjadi 27,6%. Permasalahan stunting di
terjadi pada kelompok usia lain. Dampak buruk Propinsi Bengkulu masih tinggi (26,8%),
jangka pendek yang ditimbulkan oleh sehingga perlu dilakukan pemberian edukasi
kekurangan gizi masa ini adalah terganggunya 1000 HPK khususnya kepada calon pengantin
perkembangan otak, kecerdasan, gangguan laki laki di KUA sebagai titik awal dalam
pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme persiapan pembentukan keluarga (Kemenkes RI,
dalam tubuh. Menurunnya kemampuan kognitif 2019).
dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan Edukasi yang ditujukan kepada calon ayah
tubuh sehingga mudah sakit, dan risiko tinggi untuk menambah pengetahuan sehingga
untuk munculnya penyakit degeneratif mengurangi kecemasannya serta meningkatan
merupakan dampak kekurangan gizi jangka kemampuannya untuk mengatasi masalah terkait
panjang (WHO, 2014). Kesemuanya itu akan kesehatan bayi dan ibunya (Maycock et al., 2013).
menurunkan kualitas sumber daya manusia Seorang calon ayah yang memadai
Indonesia, produktifitas, dan daya saing bangsa. pengetahuannya akan mempengaruhi bersikap
Stunting muncul sebagai risiko malnutrisi positif terhadap IMD, durasi menyusui, dan
jangka panjang diawali dari masa prakonsepsi menyusui secara eksklusif. Mereka akan
hingga 1000 HPK. Status gizi masa pranikah atau memberikan pertimbangan, dukungan sosial,
masa prakonsepsi sering terlupakan. Alternatif pengasuhan anak dalam keluarga. Peran
untuk memperhatikan gizi prakonsepsi dukungan ayah dalam IMD menjadi sangat
merupakan suatu strategi untuk mempersiapkan penting dan merupakan sarana yang baik ketika
status gizi calon ibu sehingga tercapainya keluarga mempromosikan menyusui (Gupta et al., 2019).
yang sehat dan keturunan yang berkualitas. Untuk Intervensi peningkatan pengetahuan yang
itu untuk menghindari malnutri pada wanita usia dilakukan pada catin laki laki bertujuan untuk
subur ini memerlukan perencanaan dan meningkatkan pengetahuan menyusui, sikap
penanganan yang tepat untuk mempersiapkan positif, dan keterlibatan catin laki-laki dalam
keturunan yang berkualitas. Selain itu komposisi memberikan dukungan penuh, fisik dan
102 Edukasi 1000 HPK pada calon pengantin laki-laki… Simanjuntak & Wahyudi

emosional kepada ibu, yang dapat meningkatkan perlakuan 6,23, sedangkan rata rata skor
praktik menyusui ibu (Maycock et al., 2013). pengetahuan kelompok intervensi setelah
Sementara itu petugas KUA dan catin perlakuan 8,29, maka total subyek adalah 60
merupakan potensi strategis untuk dilakukan catin pada masing masing kelompok intervensi.
edukasi gizi sebelum kehamilan. Sebagai calon Cara pengambilan sampel dengan insidental
keluarga baru, pengantin laki-laki memegang yaitu catin laki laki yang ada saat penelitian.
peran penting melalui dukungan para calon Kriteria eksklusi sampel yaitu catin laki-laki
bapak kepada istrinya sejak sebelum kehamilan dengan bukan pernikahan pertama. Kriteria
hingga 2 tahun umur anak sehingga dapat inklusi sampel:
mencegah stunting (Ito et al., 2013). Masih 1. Calon pengantin telah mendaftar di KUA.
jarangnya penelitian yang melibatkan petugas 2. Calon pengantin bersedia mengikuti edukasi
KUA dan masih minim penelitian dengan subjek selama 3 hari.
catin laki laki yang mendorong peneliti untuk 3. Calon pengantin bersedia mengikuti penelitian
menganalisis perubahan pengetahuan dan sikap hingga selesai, dengan menandatangani
catin laki laki setelah diberikan edukasi 1000 informed consent.
HPK oleh petugas KUA. 4. Calon pengantin bertempat tinggal di lokasi
KUA.

Metode Pengembangan buku saku dan leaflet


berisikan materi Kurang Energi Kronis, anemia gizi
Penelitian ini telah mendapatkan persetujuan besi, inisiasi menyusui dini, ASI eksklusif, makanan
dari Komisi Etik Penelitian No.245/V/2019 pendamping ASI, dan stunting pada balita. Sebelum
Komisi Bioetik Fakultas Kedokteran Universitas digunakan buku saku dan Leaflet dikonsultasikan
Islam Sultan Agung Semarang. kepada para pakar guna mendapatkan masukan
Penelitian ini menggunakan desain quasy tentang isi media, bahasa yang digunakan, dan tata
experiment dengan dua kelompok perlakuan, letak. Kemudian dilanjutkan ujicoba ke catin laki
yaitu catin yang diberikan edukasi menggunakan laki di luar KUA terpilih.
Leaflet tanpa pendampingan dan catin yang Pengumpulan data meliputi pengetahuan
diberikan edukasi menggunakan media buku dan sikap catin laki laki tentang 1000 HPK
saku 1000 HPK dengan pendampingan selama 3 sebelum dan sesudah mendapatkan edukasi.
hari oleh petugas KUA. Penelitian ini dilakukan di Selain itu dikumpulkan juga data umur,
6 (enam) KUA Kota Bengkulu. KUA yang dipilih pendidikan, status pekerjaan, dan suku catin laki-
adalah KUA yang paling banyak memiliki catin laki. Data dikumpulkan dengan teknik
yang terdaftar setiap bulannya yaitu Gading wawancara langsung dengan menggunakan
Cempaka, Selebar, Muara Bangkahulu, Ratu kuesioner terstruktur.
Agung, Teluk Segara, dan Singaran Pati. Edukasi diberikan selama tiga hari, dengan
Penentuan kelompok intervensi ditentukan mengundang pasangan catin datang ke KUA.
secara acak (lotre). KUA yang menjadi kelompok Sebelum mendapatkan edukasi, kedua kelompok
buku saku adalah Gading Cempaka, Muara intervensi terlebih dahulu dikumpulkan data
Bangkahulu dan Selebar sedangkan KUA yang pengetahuan dan sikap kuesioner sikap dan
menjadi kelompok Leaflet adalah Ratu Agung, pengetahuan catin laki laki menggunakan
Teluk Sagara dan Singaran Pati. kuesioner sebanyak 60 butir pertanyaan. Pada
Populasi penelitian adalah catin laki laki hari yang sama setelah pengisian kuesioner awal
yang sudah terdaftar di KUA. Perhitungan besar (pretest), catin juga mendapatkan 2 materi yaitu
subyek menggunakan rumus: kekurangan energi kronis, anemia gizi ibu hamil.
Pada hari kedua, catin mendapatkan materi IMD
2𝛿 2 [𝑧1−𝛼/2 + 𝑧1−𝛽 ]2 dan ASI Eksklusif dan mengisi kuesioner post (30
𝑛=
(𝜇1 − 𝜇2)2 butir). Hari ketiga catin mendapatkan materi
Pemberian MP-ASI dan stunting serta mengisi
Perhitungan sampel menggunakan Z= 95% kuesioner post (30 butir).
dan β= 80%, hasil penelitian sebelumnya Kuesioner pengetahuan dan sikap
diperoleh bahwa rata rata skor pengetahuan dikembangkan peneliti berdasarkan materi
kelompok intervensi sebelum diberikan edukasi yang kemudian diuji dan dicobakan
Aceh. Nutri. J. Vol: 6, No: 1, 2021 103

kepada catin laki-laki di luar KUA terpilih dan dengan uji pair t-test. Uji Wilcoxon digunakan
diuji validitas kuesioner. Pengetahuan catin laki- untuk menganalisis sikap catin yang tidak
laki dikumpulkan menggunakan kuesioner berdistribusi normal.
berisikan butir pertanyaan yang disusun
berdasarkan materi edukasi, yang masing-
masing berisikan 10 pertanyaan, sehingga total Hasil dan Pembahasan
butir pertanyaan berjumlah 60 butir.
Catin laki laki berada pada rentang umur 20-40
Pengetahuan dikategorikan menjadi 2 yaitu
tahun baik pada kelompok buku saku maupun
rendah jika menjawab benar ≤ 6 pertanyaan dan
leaflet dengan umur termuda 18 tahun dan tertua
tinggi jika menjawab benar > 6 pertanyaan
32 tahun pada kelompok leaflet sedangkan pada
masing masing materi.
kelompok buku saku, usia termuda berusia 22
Pertanyaan sikap catin terdiri dari
tahun dan tertua 49 tahun.
pernyataan positif diberikan skor 1-4 yang terdiri
Mayoritas pendidikan catin laki-laki adalah
dari sangat setuju skor 4, setuju skor 3, tidak
pendidikan menengah dan sebagian besar
setuju skor 2, dan sangat tidak setuju skor 1.
pekerjaan catin laki-laki bekerja sebagai swasta
Sedangkan pernyataan negatif diberikan skor 1-4
baik pada kelompok buku saku maupun leaflet.
dengan sangat tidak setuju skor 4, tidak setuju
Penelitian mengelompokkan suku atas 2 yaitu
skor 3, setuju skor 2, dan sangat setuju skor 1.
suku asli Bengkulu (Rejang, Serawai, Melayu,)
Jumlah butir pertanyaan masing-masing materi
dan suku luar Bengkulu (Jawa, Batak, Sunda,
edukasi sebanyak 10 butir, sehingga total
Betawi dan Minang). Secara umum karakteristik
pertanyaan sikap sebanyak 60 butir.
responden (umur, pendidikan, serta pekerjaan
Analisis data dalam penelitian ini
catin laki-laki terlihat tidak ada perbedaan
terdapat beberapa uji yang digunakan secara
(homogen) antara kelompok leaflet dan buku
statistik. Untuk data pengetahuan
saku yang ditandai dari masing-masing nilai p >
menggunakan uji McNemar dikarenakan uji
0,05 pada kesumua variable karakeristik studi
kenormalan datanya tidak berdistribusi
ini. Hasil tersebut sebagaimana disajikan pada
normal. Sementara data sikap catin laki
Tabel 1.
lakiyang berdistibusi normal dilanjutkan

Tabel 1. Perbandingan karakteristik calon pengantin laki-laki pada kedua kelompok


Leaflet Buku Saku nilai p
Karakteristik Catin Laki laki
n % n %
Umur (Tahun) < 30 54 90,0 54 90,0 0,618
≥ 30 6 10,0 6 10,0
Pendidikan Rendah 3 5,0 9 15 1,000
Menengah 38 63 28 47
Tinggi 19 32 23 38
Pekerjaan Tidak Bekerja 2 3,0 1 1,7 0,974
Petani 1 1,7 1 1,7
Swasta 39 65 41 68
Wiraswasta 6 10 6 10
Honorer 5 8,3 3 5,0
PNS 7 12 8 14
Suku Suku Bengkulu 53 88,3 29 48,3 0,643
Suku Luar Bengkulu 7 11,7 31 51,7

Selanjutnya, hasil penelitian sebagaimana MP-ASI dan masalah stunting. Gerakan 1000
disajikan pada Tabel 2 terlihat, tidak terdapat HPK menekankan pentingnya kemitraan dengan
perbedaan proporsi pengetahuan catin laki-laki berbagai pihak atau pemangku kepentingan
sebelum mendapatkan edukasi 1000 HPK pada untuk mengatasi masalah gizi. Penelitian ini
kedua kelompok perlakuan ditunjukkan dengan bekerja sama dengan pihak Departemen Agama
nilai p > 0,05. Komponen pengetahuan yang Propinsi Bengkulu. Kegiatan penelitian ini
diukur yaitu KEK, anemia, IMD, ASI eksklusif, dengan sasaran catin di enam Kelurahan Kota
104 Edukasi 1000 HPK pada calon pengantin laki-laki… Simanjuntak & Wahyudi

Bengkulu yaitu Gading Cempaka, Selebar, Muara sudah dibekali materi akan melakukan edukasi
Bangkahulu, Ratu Agung, Teluk Segara dan kepada catin dengan didampingi oleh tim
Singaran Pati. Selanjutnya petugas KUA yang peneliti.

Tabel 2. Perbandingan pengetahuan calon pengantin laki-laki sebelum mendapat edukasi 1000 HPK
media leaflet dan buku saku
Leaflet Buku Saku
Pengetahuan Catin Laki Laki
n % n %
Kurang Energi Kronis pada Ibu Hamil 15 25,0 14 23,0 0,833
Rendah 45 75,0 46 77,0
Tinggi
Anemia Gizi Besi Pada ibu Hamil
Rendah 42 70,0 32 53,0 0,444
Tinggi 28 30,0 28 47,0
Inisiasi Menyusu Dini
Rendah 40 67,0 34 57,0 0,259
Tinggi 20 33,0 26 43,0
ASI Eksklusif
Rendah 29 48,0 21 35,0 0,139
Tinggi 31 52,0 39 65,0
Makanan Pendamping ASI
Rendah 20 33,0 15 25,0 0,315
Tinggi 40 67,0 45 75,0
Stunting
Rendah 22 37,0 23 38,0 0.850
Tinggi 38 63,0 37 62,0

Stunting muncul sebagai risiko malnutrisi mampu memilih jenis makanan yang tepat
jangka panjang diawali dari masa prakonsepsi untuk dikonsumsi bagi dirinya dan janin baik
hingga 1000 HPK. Salah satu periode status gizi dalam rangka pemenuhan kebutuhan gizi.
paling menentukan adalah status gizi masa Pengetahuan gizi merupakan salah satu faktor
pranikah atau masa prakonsepsi. Gizi protektif pada saat prakonsepsi atau masa
prakonsepsi merupakan suatu cara untuk kehamilan (McMillan et al., 2009).
memperhatikan status gizi dan optimalisasi Peningkatan pengetahuan calon ayah
kesehatan calon pengantin demi tercapainya sangat diperlukan sebagai upaya mengatasi
keluarga yang sehat dan keturunan yang berbagai kesulitan yang menghambat praktik
berkualitas (De Weerd et al., 2003). menyusui serta menghadapi pandangan yang
Perencanaan dan penanganan terhadap salah tentang praktik pemberian ASI. Bila
semua aspek terutama kesehatan dan status gizi pengetahuan ayah memadai akan memberikan
wanita usia subur perlu dipersiapkan sedini dukungan kepada ibu ketika proses menyusui.
mungkin sehingga diperoleh outcome Bahkan ayah yang mendukung pemberian ASI
kehamilan (keturunan) yang berkualitas pada bayi hingga 2 tahun dimiliki oleh ayah
(Gardiner et al., 2008). Pengetahuan merupakan dengan tingkat pengetahuan yang lebih baik
faktor yang sangat berpengaruh terhadap (Maycock et al., 2013). Sebuah program yang
pengambilan keputusan. Beberapa hasil memberikan edukasi kepada ayah tentang
penelitian menunjukkan bahwa tingkat berbagai manfaat menyusui diperoleh hasil
pengetahuan gizi yang baik secara konsisten sebanyak 69% bayi masih disusui secara
terwujud menjadi perilaku pemilihan konsumsi eksklusif oleh ibunya (Hunter & Cattelona, 2014).
makanan selama masa kehamilan, menyusui dan Hasil penelitian juga memperlihatkan bahwa
masa selanjutnya. Pemilihan bahan makanan ayah/suami yang belum mendapatkan program
untuk memenuhi asupan gizi didasari oleh edukasi memperlihatkan kurang terlibat secara
pengetahuan gizi yang baik. Para catin yang maksimal dalam menyukseskan menyusui
memiliki pengetahuan gizi yang baik akan (Hunter & Cattelona, 2014).
Aceh. Nutri. J. Vol: 6, No: 1, 2021 105

Dalam hubungannya dengan peran ayah diberikan pada ayah untuk mempersiapkan
yang relatif baru, perlu dipersiapkan melalui dirinya agar dapat membantu dan mendukung
edukasi. Peran baru ini penting mulai dari ibu dalam proses menyusui. Selain itu ayah
mendampingi ibu ketika pertama kali menyusui, membutuhkan edukasi sehingga ayah memilki
membuat keputusan tentang pola pemberian pemahaman menghadapi mitos dan
makan bayi, mempengaruhi durasi menyusui meminimalisasi pemahaman yang salah tentang
hingga berperan memutuskan penggunaan susu menyusui serta dapat membantu ibu ketika
formula. Edukasi 1000 HPK yang diberikan menghadi kesulitan dalam menyusui
kepada calon ayah merupakan kesempatan yang (Destriatania et al., 2012).

Tabel 3. Perubahan pengetahuan catin laki-laki tentang 1000 HPK menggunakan media leaflet dan
buku saku
Intervensi
Pengetahuan Catin Laki Sebelum Leaflet Buku Saku
Laki Edukasi Sesudah Edukasi Sesudah Edukasi
Rendah Tinggi Nilai p* Rendah Tinggi Nilai p*
Kurang Energi Kronis Rendah 7 8 1,000 3 11 0,006
pada Ibu Hamil Tinggi 8 37 1 45
Anemia Gizi Besi pada Rendah 27 15 0,019 7 25 0,000
Ibu Hamil Tinggi 4 14 2 26
Inisiasi Menyusu Dini Rendah 21 19 0,003 8 18 0,000
Tinggi 4 16 0 34
ASI Eksklusif Rendah 16 13 0,623 4 17 0,035
Tinggi 7 24 6 33
Makanan Pendamping Rendah 11 9 0,146 4 11 0,006
ASI Tinggi 3 37 1 44
Stunting Pada Anak Rendah 10 12 0,356 6 17 0,000
Tinggi 7 31 1 36
*Non-Parametrik melalui uji Wilcoxon

Hasil analisis data (Tabel 3), menggunakan Demikian pula, studi intervensi terkait dengan
uji Mcnemar, diperoleh pada kelompok leaflet pendidikan tentang menyusui pada ayah di Italia
diperoleh bahwa tidak berbeda secara nyata (n= 280) meningkat keberhasilan ASI eksklusif
pengetahuan catin laki-laki sebelum dan sesudah dan dilanjutkan hingga 12 bulan (Pisacane et al.,
intervensi khususnya materi KEK (1,000), ASI 2005).
eksklusif (0,263), MP-ASI (0,146), stunting pada Menggunakan buku Saku Calon Pengantin
anak (0,329). Untuk materi anemia dan IMD dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat
terlihat peningkatan pengetahuan catin laki-laki khususnya catin laki-laki. Buku ini merupakan
sesudah mendapatkan edukasi 1000 HPK, sumber informasi yang berikan 7 materi 1000
masing-masing nilai p= 0,019 dan p= 0,003. HPK yang dapat dijadikan bahan diskusi dan
Sementara pada kelompok yang penyampaian komunikasi bagi calon suami dan istri.
materi menggunakan buku saku, seluruh materi Proses menyusui bayi memerlukan
mengalami peningkatan pengetahuan (Tabel 3). keterlihatan dan kerjasama ibu, ayah dan bayi.
Studi epidemiologis yang mengkaji peran Ibu yang memberikan ASI, bayi yang diberikan
ayah dalam keberhasilan ibu menyusui ASI dan suami/keluarga mendukung proses
menunjukkan bahwa pentingnya ayah dalam tersebut. Namun, para suami dan keluarga yang
mendukung keberhasilan ASI eksklusif dan kurang ikut terlibat dalam proses menyusui ini
inisiasi menyusu dini. Sebuah studi di Amerika uji dan cenderung menyerahkan segala urusan
coba acak terkontrol (n = 59) menjelaskan menyusui sebagai tugas ibu semata serta ayah
bahwa kegiatan pendidikan kesehatan yang merasa tidak perlu ikut campur dalam proses
diberikan kepada suami berkontribusi tersebut. Keterlibatan seorang suami dalam
meningkatkan persentase inisiasi menyusu dini pelaksanaan IMD ini akan memotivasi ibu
dari 41% menjadi 74% (Wolfberg et al., 2004). untuk menyusu. Ibu memiliki dukungan dan
106 Edukasi 1000 HPK pada calon pengantin laki-laki… Simanjuntak & Wahyudi

motivasi semakin optimis dapat berhasil suami akan bahaya pemberian makanan prelaktal
menyusui, dan berdampak pada produksi ASI (Mattar et al., 2007). Hal ini sangat
(Sirajuddin et al., 2013). Ibu yang mendapatkan membahayakan bayi karena ketidaksiapan
dukungan suami/keluarga dalam tahapan saluran pencernaan bayi untuk mencerna
persalinan memberi dampak terhadap sikap makanan dan minuman selain ASI. Di samping itu,
yang positif untuk memutuskan melaksanakan makanan prelaktal dapat mengganggu sekresi ASI,
IMD. serta mengurangi kemampuan bayi menghisap
Penting menyampaikan informasi IMD (Lailatussu et al., 2018).
kepada suami dan keluarga ketika ibu masih hamil Partisipasi calon ayah/suami dalam
(sebelum melahirkan), sehingga seluruh keluarga pemberian makanan bayi harus dipersiapkan
dapat memberikan dukungan ibu penuh dengan sejak awal pernikahan sehingga ayah bersikap
menciptakan suasana yang kondusif, nyaman dan mendukung ibu untuk menyusui (Destriatania et
penuh kesabaran. Studi yang dilakukan di Ghana al., 2012). Bentuk dukungan dari seorang ayah
menemukan bahwa penundaan inisiasi menyusu terlihat pada keikutsertaan dan keterlibatan aktif
dini dapat meningkatkan kematian bayi. Bayi baru dalam pengambilan keputusan terhadap
lahir yang diberikan kesempatan menyusu dini pemberian makanan bayi serta bersikap positif.
justru dapat menyelamatkan nyawa bayi di bawah Tentu saja diperlukan pengetahuan yang
28 hari sebesar 22% (Edmond et al., 2006). berpengaruh kuat terhadap inisiasi dan durasi
Praktik IMD di Indonesia masih rendah menyusui (Sung et al., 2012). Ayah bayi harus
dikarenakan tingkat pendidikan, sikap, dan dilibatkan dalam semua diskusi mengenai jenis
motivasi ibu menyusu yang masih kurang. Hal ini makanan, penerimaan bayi terhadap makanan
mungkin dipengaruhi oleh perilaku ibu, cara pertamanya baik ketika konsultasi dengan dokter,
melahirkan, berat lahir, status sosial ekonomi, kelas prenatal, atau di ruang bersalin (Ito et al.,
budaya, tindakan bidan, serta dukungan keluarga 2013).
terutama dukungan ayah bayi (Sirajuddin et al., Pada penelitian Simanjuntak et al. (2018),
2013; Rempel & Rempel, 2011). Namun, hanya keterkaitan pemberian MP ASI dini dengan
sejumlah faktor risiko yang sebenarnya bisa status gizi bayi terutama TB/U dan BB/TB. Ibu
dimodifikasi baik dalam jangka pendek maupun yang tidak melakukan IMD kepada anaknya
menengah. Salah satu faktor yang berpotensi lebih berisiko mengalami stunting dibanding
dimodifikasi dalam inisiasi menyusu dini adalah bayi yang mendapatkan IMD. Hal tersebut
dukungan suami/ayah bayi untuk menyusui . tentunya diperkuat oleh pendapat Kong & Lee
Menyusui mempunyai hubungan positif (2004), yaitu pemberian MP ASI tidak sesuai
dengan kesehatan bayi termasuk pertumbuhan umur bayi umumnya disebabkan ketidaktahuan
dan perkembangan bayi dan kesehatan ibu. orang tua.
Sekitar 80% ketidakberhasilan pemberian ASI Lebih lanjut, hasil studi terkait sikap catin
eksklusif diawali sejak 3 hari pertama paska laki-laki baik yang diintervensi menggunakan
persalinan, telah diberikan makanan atau media leaflet maupun melalui buku saku terkait
minuman kepada bayinya (makanan prelaktal). dengan 1000 HPK disajikan pada Tabel 4,
Makanan prelaktal adalah makanan atau sedangkan setelah dilakukan intervensi terlihat
minuman yang diberikan kepada bayi sebelum ASI adanya perubahan skor sikap sebagaimana
keluar. Biasanya karena ketidaktauan ibu atau disajikan pada Tabel 5.

Tabel 4. Skor sikap catin laki-laki kelompok leaflet dan kelompok buku saku sebelum mendapat edukasi
1000 HPK
Leaflet Buku Saku
Materi Nilai p*
Rata-rata ± SD Rata-rata ± SD
Kurang Energi Kronis Ibu Hamil 30,77 ± 3,60 30,20 ± 4,53 0,594
Anemia Gizi Besi Ibu Hamil 30,80 ± 3,22 29,85 ± 3,11 0,710
Inisiasi Menyusu Dini 31,45 ± 3,86 32,15 ± 4,01 0,505
ASI Eksklusif 28,67 ± 3,90 29,93 ± 4,93 0,070
Makanan Pendamping ASI 29,20 ± 2,61 29,83 ± 2,90 0,137
Stunting Pada Anak 28,42 ± 2,62 29,10 ± 3,35 0,122
* Hasil uji T-Independent
Aceh. Nutri. J. Vol: 6, No: 1, 2021 107

Tabel 4 memperlihatkan bahwa skor sikap Selanjutnya, hasil analisis uji T-Dependen
catin laki-laki sebelum mendapatkan edukasi (berpasangan), memperlihatkan bahwa sikap
1000 HPK, diketahui bahwa pada kedua catin laki-laki pada kelompok intervensi melalui
kelompok tidak terdapat perbedaan yang buku saku memiliki skor sikap yang lebih baik
signifikan (homogen) pada semua komponen (meningkat) setelah mendapatkan edukasi 1000
materi seperti KEK, anemia, IMD, MP-ASI dan HPK pada semua materi (p < 0,05), kecuali pada
stunting. Hal ini ditunjukkan berdasarkan hasil materi MP-ASI yang tidak memperlihatkan
analisis uji statistik T-Independent dengan peningkatan skor sikap secara signifikan setelah
perolehan nilai p > 0,05 pada semua materi dilakukan intervensi pada calon pengantin laki-
edukasi diantara kedua kelompok intervensi. laki (p= 0,382).

Tabel 5. Skor sikap catin laki-laki sebelum dan sesudah edukasi 1000 HPK pada kelompok leaflet dan
buku saku
Intervensi
Sikap Calon Penagntin (Catin)
Leaflet Buku Saku
Laki Laki
Rerata ± SD Nilai p* Rerata ± SD Nilai p*
Kurang Energi Kronis Sebelum 30,77 ± 3,60 0,169 30,20 ± 4,53 0,006
pada Ibu Hamil Sesudah 29,70 ± 3,07 31,87 ± 3,99
Anemia Gizi Besi pada Sebelum 30,80 ± 3,22 0,024 29,85 ± 3,11 0,000
Ibu Hamil Sesudah 30,77 ± 2,64 31,53 ± 3,11
Inisiasi Menyusu Dini Sebelum 31,45 ± 3,86 0,031 32,15 ± 4,01 0,000
Sesudah 31,42 ± 3,54 32,77 ± 6,06
ASI Eksklusif Sebelum 28,67 ± 3,90 0,939 29,93 ± 4,93 0,003
Sesudah 29.25 ± 3,82 31,77 ± 4,23
Makanan Pendamping Sebelum 29,20 ± 2,61 0,008 29,83 ± 2,91 0,382
ASI Sesudah 29,45 ± 2,51 30,20 ± 2,69
Stunting pada Anak Sebelum 28,42 ± 2,62 0,152 29,10 ± 3,35 0,000
Sesudah 28,85 ± 2,57 30,32 ± 3,65
*Hasil uji T-Dependent

Seorang catin laki laki sebaiknya diberi merasa penting peran ayah dapat berpartisipasi
informasi oleh petugas KUA untuk menunda dalam pemberian makan bayi. Dalam hal ini,
kehamilan ketika pengukuran LILA istrinya kesetaraan dalam menyusui adalah aspek baru
masih di bawah 23,5 cm. Pemahaman catin laki- dalam sikap menyusui. Lebih rinci terlihat bahwa
laki terkait ukuran LILA dapat mencegah risiko ayah menginginkannya terlibat dalam memilih
stunting pada anak balita. Pemahaman yang pengolahan makanan dan berperan aktif dalam
mencukupi dan dapat merespon positif informasi memberi makan bayi. Para ayah dalam pemberian
pada akhirnya dapat mengambil keputusan yang makanan bayi yang baru lahir anak pertama
baik untuk ibu dan keluarga. Penggunaan mereka sering sekali pengambilan keputusan
berbagai macam media dan metode yang tepat bersama orang tua (nenek) bukan suami
sangat penting untuk mendukung perubahan (Mitchell-Box & Braun, 2013).
pengetahuan yang berkelanjutan sehingga terjadi Ayah memiliki peran yang berpengaruh
perubahan perilaku yang menetap. dalam menyusui. Hasil ini menunjukkan bahwa
Petugas KUA, selain sebagai penyampai ayah memainkan peran penting dalam hasil
pesan edukasi 1000 HPK juga diharapkan menyusui ibu pertama kali. Dukungan ini
mampu menjadi teladan bagi pasangan calon menghilangkan stres sehingga ibu dapat menyusui
pengantin. Hal lain diharapkan menjadi program dengan sukses. Berdasarkan beberapa studi,
unggulan dari petugas agama yang telah dilatih direkomendasikan bahwa program promosi/
sebagai subjek yang akan menyampaikan pesan edukasi menyusui kepada ayah sebelum
1000 HPK kepada calon pengantin laki-laki. kehamilan sehingga ayah sering kali terbuka,
Temuan penelitian Sung et al. (2012), berkontribusi, dan bersedia untuk belajar dan
memperlihatkan bahwa orang tua (ibu dan ayah) berpartisipasi dalam kunjungan prenatal, kelas
memiliki sikap positif pemberian ASI dikarenakan antenatal, serta dalam proses persalinan.
108 Edukasi 1000 HPK pada calon pengantin laki-laki… Simanjuntak & Wahyudi

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa, Ucapan terimakasih juga disampaikan


pengetahuan ayah tentang manfaat menyusui, kepada Kantor Urusan Agama (KUA) Kota
serta cara mengatasi hambatan, akan berdampak Bengkulu yang telah memberikan ijin dan
positif sehingga persentase ibu yang memilih kesempatan untuk dilakukan penelitian ini.
untuk menyusui lebih banyak. Selanjutnya kepada para calon pengantin laki-
Keterlibatan ayah telah terbukti memiliki laki yang telah meluangkan waktu dan
efek pada perilaku kesehatan ibu selama kesempatan untuk ikut berperan sebagai subjek
kehamilan, sehingga secara tidak langsung dalam penelitian ini.
mempengaruhi output kehamilan. Sebuah
penelitian yang menggunakan desain intervensi
terkontrol secara acak menunjukkan bahwa Daftar Rujukan
edukasi menyusui kepada calon ayah di kelas
intervensi dua jam aktif menyusui berhasil De Weerd, S., Steegers, E. A. P., Heinen, M. M., Van
meningkatkan inisiasi menyusu. Dukungan ayah Den Eertwegh, S., Vehof, R. M. E. J., &
pada kelompok intervensi terlihat nyata pada Steegers-Theunissen, R. P. M. (2003).
partisipasi aktif dalam pengambilan keputusan Preconception nutritional intake and
ketika dihadapkan pada akan memberikan lifestyle factors: First results of an
makanan pada bayinya serta bersikap positif explorative study. European Journal of
dikarenakan pemahaman ayah sudah memadai. Obstetrics and Gynecology and Reproductive
Hasil penelitian juga memperlihatkan bahwa Biology, 111(2), 167–172.
suami yang belum mendapatkan program https://doi.org/https://doi.org/10.1016/
edukasi memperlihatkan kurang terlibat secara S0301-2115(03)00290-2
maksimal dalam menyukseskan menyusui. Destriatania, S., Februhartanty, J., & Fatmah.
Penelitian ini belum melibatkan masyarakat (2012). Sikap ayah dan jumlah anak serta
di sekitar calon pengantin seperti orang tua, tokoh praktik air susu ibu eksklusif. Kesmas:
masyarakat dan tenaga kesehatan, pemuka adat Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional,
sehingga dapat berkontribusi terhadap 8(5), 229–234.
pengambilan keputusan terutama bila ditemukan https://doi.org/http://dx.doi.org/10.2110
kehamilan berisiko antara lain calon pengantin 9/kesmas.v8i5.389
yang terdeteksi KEK. Edmond, K. M., Zandoh, C., Quigley, M. A.,
Amenga-Etego, S., Owusu-Agyei, S., &
Kirkwood, B. R. (2006). Delayed
breastfeeding initiation increases risk of
Kesimpulan neonatal mortality. Pediatrics, 117(3),
Edukasi 1000 HPK yang diberikan oleh petugas e380–e386.
KUA dengan menggunakan buku saku kepada https://doi.org/https://doi.org/10.1542/
catin laki laki dapat meningkatkan pengetahuan peds.2005-1496
dan skor sikap yang lebih tinggi dibanding Gardiner, P. M., Nelson, L., Shellhaas, C. S., Dunlop,
edukasi yang menggunakan leaflet. Edukasi A. L., Long, R., Andrist, S., & Jack, B. W.
leaflet dapat meningkatkan pengetahuan (2008). The clinical content of
terutama materi anemia gizi dan IMD. preconception care: nutrition and dietary
Disarankan, edukasi yang diberikan oleh supplements. American Journal of
petugas KUA diharapkan berkelanjutan melalui Obstetrics and Gynecology, 199(6), S345–
tanggung jawab yang menetap dan terus S356.
menerus memberikan edukasi 1000 HPK kepada https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j
catin sehingga prevalensi stunting dapat turun. .ajog.2008.10.049
Gupta, A., Suri, S., Dadhich, J. P., Trejos, M., &
Nalubanga, B. (2019). The world
Ucapan Terima Kasih breastfeeding trends initiative:
Implementation of the global strategy for
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Badan infant and young child feeding in 84
Penelitian Kesehatan (Balitbangkes) melalui countries. Journal of Public Health Policy,
pendanaan penelitian ini hingga selesai. 40(1), 35–65.
Aceh. Nutri. J. Vol: 6, No: 1, 2021 109

Hunter, T., & Cattelona, G. (2014). Breastfeeding breastfeeding uptake in primiparas


initiation and duration in first-time experiencing material deprivation. British
mothers: exploring the impact of father Journal of Health Psychology, 14(2), 379–
involvement in the early post-partum 403.
period. Health Promotion Perspectives, https://doi.org/https://doi.org/10.1348/
4(2), 132–136. 135910708X336112
https://doi.org/10.5681/hpp.2014.017 Mitchell-Box, K. M., & Braun, K. L. (2013). Impact
Ito, J., Fujiwara, T., & Barr, R. G. (2013). Is paternal of male-partner-focused interventions on
infant care associated with breastfeeding? breastfeeding initiation, exclusivity, and
A population-based study in Japan. Journal continuation. Journal of Human Lactation,
of Human Lactation, 29(4), 491–499. 29(4), 473–479.
https://doi.org/https://doi.org/10.1177/ https://doi.org/https://doi.org/10.1177/
0890334413488680 0890334413491833
Kemenkes RI. (2019). Studi kasus gizi balita Pisacane, A., Continisio, G. I., Aldinucci, M.,
terintegrasi Susenas 2019. D’Amora, S., & Continisio, P. (2005). A
Kemenko Kesra. (2013). Pedoman Perencanaan controlled trial of the father’s role in
Program Gerakan Nasional Percepatan breastfeeding promotion. Pediatrics,
Perbaikan Gizi Dalam Rangka Seribu Hari 116(4), e494–e498.
Pertama Kehidupan. https://doi.org/https://doi.org/10.1542/
Kong, S. K. F., & Lee, D. T. F. (2004). Factors peds.2005-0479
influencing decision to breastfeed. Journal Rempel, L. A., & Rempel, J. K. (2011). The
of Advanced Nursing, 46(4), 369–379. breastfeeding team: The role of involved
https://doi.org/https://doi.org/10.1111/j fathers in the breastfeeding family. Journal
.1365-2648.2004.03003.x of Human Lactation, 27(2), 115–121.
Lailatussu, M., Meilani, N., Setiyawati, N., & https://doi.org/https://doi.org/10.1177/
Barasa, S. O. (2018). Family support as a 0890334410390045
factor influencing the provision of Simanjuntak, B. Y., Haya, M., Suryani, D., & Ahmad,
exclusive breastfeeding among adolescent C. A. (2018). Early Inititation of
mothers in Bantul, Yogyakarta. Kesmas: Breastfeeding and Vitamin A
Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, Supplementation with Nutritional Status of
12(3), 114–119. Children Aged 6-59 Months. Kesmas:
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.2110 National Public Health Journal, 12(3), 107–
9/kesmas.v12i3.1692 113.
Mattar, C. N., Chong, Y.-S., Chan, Y.-S., Chew, A., Sirajuddin, S., Abdullah, T., & Lumula, S. N. (2013).
Tan, P., Chan, Y.-H., & Rauff, M. H.-J. (2007). Determinan pelaksanaan inisiasi menyusu
Simple antenatal preparation to improve dini. Kesmas: National Public Health
breastfeeding practice: a randomized Journal, 8(3), 99.
controlled trial. Obstetrics & Gynecology, https://doi.org/http://dx.doi.org/10.2110
109(1), 73–79. 9/kesmas.v8i3.350
https://doi.org/10.1097/01.AOG.0000249 Sun, Y. C. (2008). Health concern, food choice
613.15466.26 motives, and attitudes toward healthy
Maycock, B., Binns, C. W., Dhaliwal, S., Tohotoa, J., eating: The mediating role of food choice
Hauck, Y., Burns, S., & Howat, P. (2013). motives. Appetite, 51(1), 42–49.
Education and support for fathers https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j
improves breastfeeding rates: A .appet.2007.11.004
randomized controlled trial. Journal of Sung, C. C., Liao, M. T., Lu, K.-C., & Wu, C.-C. (2012).
Human Lactation, 29(4), 484–490. Role of vitamin D in insulin resistance. Journal
https://doi.org/https://doi.org/10.1177/ of Biomedicine and Biotechnology, 2012, 1–11.
0890334413484387 https://doi.org/10.1155/2012/634195
McMillan, B., Conner, M., Green, J., Dyson, L., UNICEF. (2012). Annual Report 2012: Bhutan.
Renfrew, M., & Woolridge, M. (2009). Using WHO. (2014). WHA global nutrition targets 2025:
an extended theory of planned behaviour Stunting policy brief. In WHO/
to inform interventions aimed at increasing NMH/NHD/14.3: Vol. 14.3 (Issue
110 Edukasi 1000 HPK pada calon pengantin laki-laki… Simanjuntak & Wahyudi

WHO/NMH/NHD/14.3, pp. 1–10). of an educational intervention. American


Wolfberg, A. J., Michels, K. B., Shields, W., Journal of Obstetrics and Gynecology,
O’Campo, P., Bronner, Y., & Bienstock, J. 191(3), 708–712.
(2004). Dads as breastfeeding advocates: https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j
Results from a randomized controlled trial .ajog.2004.05.019

You might also like