Professional Documents
Culture Documents
Fadjar Goembira (201-210)
Fadjar Goembira (201-210)
Fadjar Goembira (201-210)
Abstract
This study was aimed to analyze indoor PM2,5, CO, and CO2 concentrations due to utilization of
biomass stove, and to calculate fuel consumption efficiency of some biomass fuels. Both briquette and
non-briquette biomass fuels from coconut shell and firewood were used in this study. Water boiling
test (WBT) method was conducted to simulate cooking process. The measurement of PM2,5 was done
by using low volume sampler, while gas analyzer was utilized for measuring CO and CO2.
Measurement results show that the concentrations of those three pollutants were still in compliance
with national indoor air quality standard based on the Minister of Health Regulation No. 1077/2011,
when the briquette fuels were used in the biomass stove. On the other hand, the use of non-briquette
fuels resulted in higher air pollutant concentrations than the indoor air quality standard, particularly
for PM2,5 and CO parameters. The comparison between coconut shell and firewood briquettes showed
that pollutant concentrations from both biomass fuels were not significantly different, although the
firewood briquettes exhibited slightly lower pollutant concentrations. Furthermore, the measurement
of fuel consumption efficiency indicated that briquette fuels had higher efficiency than that of non-
briquette ones. In this study, the highest fuel consumption efficiency was identified for firewood
briquette utilization. From these lines of evidence, it can be concluded that the use of biomass
briquette can reduce indoor air pollution and increase fuel consumption efficiency that more or less
will contribute to the increase of natural resource utilization, particularly related to the management
of a watershed.
Keywords: biomass, biomass cook stove, air pollution concentration, fuel consumption efficiency
201
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Universitas Riau
Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Secara Terpadu 2017
dalam ruangan akibat penggunaan kompor sebesar 6.788,8 kal/g. Kalor merupakan
biomassa dengan bahan bakar briket dan non kuantitas atau jumlah panas baik yang
briket. Selain itu, perlu diketahui tingkat diserap maupun dilepaskan oleh suatu
efisiensi pembakaran dan efisiensi penggunaan benda [5]. Pengujian nilai kalor
bahan bakar dari kedua jenis bahan bakar menggunakan alat bomb kalorimeter
tersebut dengan menggunakan kompor seperti pada Gambar 2.
biomassa.
2. METODOLOGI PENELITIAN
Tahapan penelitian yang dilakukan
pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Studi Literatur
Studi literatur bertujuan untuk memberikan
dasar teori yang berhubungan dengan
pelaksanaan penelitian tugas akhir. Studi
literatur penelitian tugas akhir ini
membahas jenis dan sumber pencemar
udara dalam ruangan, kompor biomassa dan Gambar 2. Bomb Calorimeter
bahan bakar, metode pengambilan sampel
PM2,5, CO dan CO2 di dalam ruangan, 3. Pengambilan Data Primer
metode analisis kuantitatif, analisis A. Pengukuran PM2,5
perbandingan polutan yang dihasilkan Pengambilan data dilakukan selama 1 jam
antara bahan bakar biomassa briket dan no sebelum penggunaan kompor biomassa
briket, serta efisiensi pembakaran dan sebagai data background dan selama waktu
efisiensi penggunaan bahan bakar yang pengukuran efisiensi kompor biomassa
terjadi akibat penggunaan kompor biomassa untuk masing-masing perlakuan bahan
dengan bahan bakar briket dan non briket. bakar. Alat yang digunakan pada sampling
PM2,5 yaitu Low Volume Air Sampler
2. Pengumpulan Data Sekunder (LVS) yang menggunakan filter fiber glass
Data sekunder yang dibutuhkan pada dengan metode gravimetri. Laju aliran
penelitian ini merupakan gambaran umum udara untuk sampling PM2,5 sebesar 3,5
mengenai kompor biomassa dan jenis L/menit.
bahan bakar yang digunakan pada
penelitian ini. Kompor biomassa yang
digunakan adalah kompor biomassa yang
diciptakan oleh Sawir dengan bahan bakar
yang digunakan pada penelitian ini adalah
tempurung kelapa dan kayu bakar dalam
bentuk briket dan non briket.
202
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Universitas Riau
Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Secara Terpadu 2017
Catat waktu ketika air mulai mendidih fcd = konsumsi rata-rata bahan
setiap menit sampai temperatur air bakar kering (g);
mencapai titik didih. Hentikan Pcf = massa panci berisi air setelah
pengujian. Titik didih tidak harus 100 pengujian (g).
0
C, tetapi mengikuti formula sebagai P = massa panci kosong (g)
berikut;
(3.1) 4. Analisis Data Konsentrasi PM2,5, CO dan
CO2
Keterangan: Setelah dilakukan pengukuran PM2,5, CO dan
tD = titik didih (0C) CO2 data konsentrasi dianalisis sehingga
h = ketinggian lokasi dari permukaan diperoleh gambaran konsentrasi PM2,5, CO
laut (meter); dan CO2 dari penggunaan kompor biomassa.
Fase simmering dilakukan pengujian Perhitungan konsentrasi PM2,5
selama 45 menit dengan
mempertahankan titik didih air;
(3.6)
Matikan kompor dengan memasukan Keterangan:
pasir ke dalam ruang pembakaran, C = konsentrasi partikel tersuspensi
kemudian pisahkan abu yang terbakar (µg/Nm3)
dengan bahan bakar yang belum Ws = berat filter fiber glass setelah
terbakar; sampling (g)
Matikan Alat Ukur. Wo = berat filter fiber glass sebelum
C. Pengukuran Efisiensi Bahan Bakar sampling (g)
Briket 106 = konversi dari g menjadi µg
Efisiensi pembakaran merupakan Kemudian konsentrasi yang diperoleh tersebut
perbandingan antara jumlah total energi dikonversi ke persamaan model konversi
untuk memanaskan air (kal) dengan nilai Canter untuk mendapatkan konsentrasi yang
kalor dari berat briket yang digunakan setara dengan konsentrasi gas emisi di udara
(kal). Efisiensi briket dipengaruhi oleh dengan waktu pencuplikan atau pengukuran
jumlah energi, nilai kalor dan temperatur selama 8 jam. Berikut adalah persamaan
[5]. konversi Canter untuk CO dan CO2 [6]:
204
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Universitas Riau
Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Secara Terpadu 2017
205
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Universitas Riau
Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Secara Terpadu 2017
206
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Universitas Riau
Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Secara Terpadu 2017
207
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Universitas Riau
Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Secara Terpadu 2017
bahan bakar briket di bawah nilai 0,02 yaitu dibandingkan briket tempurung kelapa. Sesuai
dengan nilai 0,0119 untuk briket tempurung dengan penelitian yang dilakukan oleh Jalal
kelapa dan 0,0095 untuk briket kayu bakar. [14] bahwa semakin besar nilai kalor briket,
Sedangkan pada bahan bakar tempurung maka semakin cepat waktu yang dibutuhkan
kelapa dan kayu bakar non briket diperoleh untuk mendidihkan satu liter air.
nilai rasio yang lebih tinggi yaitu sebesar
Sedangkan nilai efisiensi jauh lebih kecil pada
0,0260 dan 0,0320 untuk masing-masingnya.
fase simmering disebabkan karena pengujian
C. Efisiensi Pembakaran Bahan Bakar dilakukan dengan waktu yang lebih lama yaitu
45 menit sehingga bahan bakar yang
Efisiensi merupakan perbandingan antara
digunakan untuk mempertahankan titik didih
jumlah total energi untuk memanaskan air
tersebut lebih besar. Selain itu dengan
(kal) dengan nilai kalor dari berat briket yang
mempertahankan suhu air mendidih maka
digunakan (kal). Efisiensi pembakaran
rentang suhu awal pengujian dan akhir tidak
dipengaruhi oleh jumlah energi, nilai kalor dan
besar, hal ini juga mempengaruhi pada
temperatur [5]. Berdasarkan hasil pengujian,
perhitungan nilai efisiensi pembakaran bahan
nilai kalor yang dimiliki oleh briket kayu bakar
bakar.
sebesar 6.788,8 kal/g sedangkan nilai kalor
briket tempurung kelapa sebesar 2.857,7 kal/g. Briket merupakan bahan bakar yang
Bahan baku yang memiliki nilai kalor yang mengalami proses pengarangan terlebih
tinggi akan menghasilkan bakar briket arang dahulu. Proses pengarangan akan
yang kadar karbon terikatnya tinggi pula [9]. mempengaruhi kualitas briket, yaitu nilai
Menurut Winarni [13], semakin tinggi kadar kalornya yang akan mempengaruhi nilai
karbon terikat akan semakin tinggi pula nilai efisiensi pembakaran. Dimana semakin baik
kalornya, karena setiap ada reaksi oksidasi proses pengarangan maka semakin baik nilai
akan menghasilkan kalori. Efisiensi bahan kalor yang dimiliki briket sehingga akan
bakar briket tempurung kelapa dan briket kayu menghasilkan bahan bakar yang optimum [15].
bakar pada tiap fase dapat dilihat pada Gambar Nilai kalor yang tinggi akan membuat
12. berikut. pembakaran menjadi lebih efisien dan dapat
menghemat kebutuhan briket yang digunakan
[16].
D. Efisiensi Penggunaan Bahan Bakar
Laju spesifik konsumsi bahan bakar
menggunakan briket kayu bakar diperoleh nilai
sebesar 0,019 g/g pada fase cold start, nilai ini
lebih rendah dari nilai laju spesifik briket
tempurung kelapa yaitu 0,094 g/g. Kemudian
pada fase hot start nilai laju spesifik briket
kayu bakar lebih rendah daripada
Gambar 12 Efisiensi Pembakaran Bahan Bakar menggunakan briket tempurung kelapa dengan
Briket
nilai berturut-turut sebesar 0,017 g/g dan 0,080
Berdasarkan hasil perhitungan efisiensi g/g. Begitupun untuk fase simmering
pembakaran diketahui bahwa nilai efisiensi menggunakan briket kayu bakar memilki nilai
tertinggi terjadi pada bahan bakar briket kayu laju spesifik yang lebih rendah daripada
bakar yaitu sebesar 61,68 % pada fase cold menggunakan briket tempurung kelapa dengan
start dan 65,51 % pada fase hot start nilai sebesar 0,129 g/g dan 0,154 g/g. Bahan
sedangkan pada bahan bakar briket tempurung bakar dengan nilai laju konsumsi yang rendah
kelapa didapatkan efisiensi sebesar 26,78 % lebih baik karena dapat menghemat
pada fase cold start dan 30,04 % pada fase hot penggunaan bahan bakar. Hal ini menunjukan
start. Perbedaan nilai efisiensi pada kedua bahwa penggunaan bahan bakar briket kayu
bahan bakar ini disebabkan karena waktu bakar lebih hemat bahan bakar dibandingkan
pengujian pada bahan bakar briket kayu bakar briket tempurung kelapa.
yang lebih singkat untuk mendidihkan air. Hal
ini disebabkan karena nilai kalor yang
terkandung pada briket kayu bakar lebih tinggi
208
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Universitas Riau
Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Secara Terpadu 2017
210
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Universitas Riau