Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN BEBAN KERJA DENGAN

GEJALA SICK BUILDING SYNDROME PADA KARYAWAN PT. INFOMEDIA


NUSANTARA TAHUN 2020

Aulia Nursyafitri Chotimah, Cahya Arbitera, Dyah Utari, Acim Heri Iswanto

Program Studi Kesehatan Masyarakat Program Sarjana, Fakultas Ilmu Kesehatan,


Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta
Kampus I Jl Rs Fatmawati No. 1 Pondok Labu Jakarta Selatan 12450
Kampus II Jl Raya Limo Depok 16515, Indonesia
Email : Upnvj@upn.ac.id

Abstract

Over the past few years, the term Sick Building Syndrome has become more common but not
everyone is clear about what it really is. Sick Building Syndrome is described as a situation
where more than 20% of building occupants complain about air quality or have persistent
symptoms. Elsewhere, such as in major cities in Indonesia, the possibility of Sick Building
Syndrome is high because there are many building constructions without considering health
factors. Poor air circulation in the office room causes a dangerous working environment that
makes employees increasingly sick as time goes by. This study aimed to determine the
relationship between individual employee characteristics and workload with Sick Building
Syndrome symptoms on employees of PT. Infomedia Nusantara in 2020. Sample selection
technique by total sampling and a sample size of 72 respondents using cross sectional method.
Data collection using questionnaire aids. The results of data collection will be analyzed
univariate and bivariate. The results revealed that there were a relationship between age (p =
0.029), psychosocial condition (p = 0041), and occupational stress (p = 0.021) with Sick
Building Syndrome symptoms. Whereas no relationship was found for other variables such as
gender, work period, disease history, and workload. Suggestions that can be undertaken are to
implement medical check-up programs periodically, make the work environment ideal and
conducive, and provide them with health clinics.

Keywords: Sick Building Syndrome, individual characteristics, employee, office

PENDAHULUAN dalam gedung perkantoran, kondisi ini


Sick Building Syndrome merupakan dikenalkan pertama kali oleh Kedokteran
kondisi kesehatan dimana penghuni yang Okupasi pada tahun 1980 yang disebut
berada dalam gedung mengalami dengan Sick Building Syndrome (Yulianti,
sekumpulan keluhan yang diakibatkan dari Ikhsan and Wiyono, 2012). Selama
lingkungan kerja yang terkait kualitas beberapa tahun terakhir, istilah Sick
udara di dalam ruangan, paparan polutan Building Syndrome telah menjadi lebih
dalam ruangan, dan minimnya aliran udara umum namun tidak semua orang jelas dan

1
paham tentang apa sebenarnya hal itu. Sick mempengaruhi seseorang terpapar polutan
Building Syndrome digambarkan sebagai dalam ruangan yang bisa menimbulkan
situasi dimana lebih dari 20% penghuni gejala kesehatan yakni Sick Building
bangunan mengeluh tentang kualitas udara Syndrome (Kesjaor Kemenkes, 2017).
atau memiliki gejala persisten seperti iritasi Seseorang dikatakan mengalami Sick
mata dan hidung, lelah dan pusing dan Building Syndrome ketika merasakan
biasa terjadi di perkantoran (Tackle sick keluhan minimal 2 atau lebih dari
building syndrome seriously - The Star kumpulan gejala tersebut, dan gejala yang
Malaysia, 2020). Di tempat lain, utamanya dirasakan bersamaan dalam satu waktu
di kota-kota besar di Indonesia, Sick selama saat berada di dalam ruangan dan
Building Syndrome mungkin akan banyak perlahan hilang saat beranjak
terjadi dikarenakan banyak pembangunan meninggalkan ruangan atau gedung
gedung tanpa mempertimbangkan faktor tersebut (Aditama and Andarini, 2002).
kesehatan (Novka, 2020). Gejala Sick Building Syndrome yang dapat
WHO memperhitungkan hampir dirasakan yakni masalah mata, hidung
400-500 juta orang terutama pada negara tersumbat dan bersin, tenggorokan kering,
berkembang mengalami persoalan batuk, kulit wajah kering atau kemerahan,
kontaminasi polutan di dalam ruangan dan gatal pada telinga dan kulit kepala,
diantisipasi setiap tahun kiranya 2,8 juta kemerahan atau gatal pada kulit tangan,
kematian yang diakibatkan polusi dalam kelelahan, sakit kepala, pusing, mual atau
ruangan. Hal ini dikarenakan sebagian vertigo, dan masalah dengan konsentrasi
besar manusia (80%-90%) menghabiskan (Amouei et al., 2019). Penelitian yang
waktu dan melakukan aktivitas di dalam dilaksanakan oleh Ikatan Ahli Kesehatan
ruangan yang mungkin saja terpapar oleh Masyarakat Indonesia pada 18 perkantoran
polutan di udara (WHO, 2009; Widuri, di Jakarta terhadap 350 karyawan (Juli–
2019). Di Indonesia, terdapat 34,24% dari Desember 2008) menunjukkan penyusutan
jumlah 120,8 juta angkatan kerja yang status kesehatan akibat terpapar polutan
bekerja pada sektor formal, salah satunya radikal bebas, terdapat 50% pekerja yang
yaitu perkantoran. Kantor merupakan bekerja pada perkantoran tersebut
tempat kerja yang memiliki faktor risiko cenderung mengalami gejala Sick Building
dan potensi bahaya ringan-sedang yang Syndrome (Siswanto, 2014).
berasal dari bahaya fisik, kimia, biologi, Kemudian sebuah penelitian di
psikososial, dengan rata-rata bekerja Malaysia yang dilakukan pada staf di
selama 8 jam sehari, hal ini akan Universitas Putra Malaysia menunjukkan

2
faktor penyebab Sick Building Syndrome tingginya prevalensi Sick Building
yaitu faktor lingkungan fisik yaitu suhu Syndrome dikaitkan dengan beban kerja
dan kelembaban serta paling banyak terjadi yang tinggi dan 88,5% dari pegawai
pada karyawan wanita dikarenakan wanita terkadang yang mengalami peningkatan
lebih banyak menunjukkan ketidakpuasan beban kerja akan berisiko mengalami
terhadap kenyaman suhu ruangan gejala Sick Building Syndrome
dibandingkan dengan pria (Rohizan and (Vafaeenasab et al., 2015).
Abidin, 2015). Di Jakarta, pertumbuhan pesat
Dalam penelitian lain, faktor gedung bertingkat yang umumnya
karakteristik individu selain usia yang digunakan untuk perkantoran terus
dapat menjadi faktor timbulnya gejala Sick meningkat. Menurut data The Skyscraper
Building Syndrome diantaranya adalah Center, jumlah gedung perkantoran saat ini
masa kerja, yang ditunjukkan dari mencapai 382 gedung (Ridwansah, 2019).
penelitian yang dilakukan Ikmala (2018) Salah satu perusahaan yang berada dalam
dimana sebagian besar karyawan dengan gedung perkantoran bertingkat yakni PT.
masa kerja > 3 tahun menderita Sick Infomedia Nusantara yang bertempat di
Building Syndrome (Ikmala, 2018). Faktor gedung Citywalk Sudirman dimana gedung
karakteristik individu lainnya yang diduga ini merupakan gedung bertingkat tanpa
dapat memicu munculnya keluhan Sick konsep bangunan hijau. Karyawan setiap
Building Syndrome adalah kondisi harinya melakukan pekerjaan yang
psikososial dan riwayat penyakit yaitu monoton, hal ini menjadi penyebab
riwayat alergi. Sebagian besar pekerja gangguan psikis yang berdampak dalam
yang mempunyai riwayat alergi lebih pengembangan Sick Building Syndrome.
memiliki kemungkinan untuk mengalami
gejala Sick Building Syndrome (Murniati, METODE
2018). Selain itu, terdapat juga faktor Penelitian ini dilaksanakan di PT.
pekerjaan yaitu beban kerja dan stres kerja Infomedia Nusantara. PT. Infomedia
yang dapat memunculkan keluhan Sick Nusantara berlokasi di Gedung Citywalk
Building Syndrome. Beban kerja yang Sudirman Jalan K.H. Mas Mansyur,
tinggi berkaitan erat dengan kondisi Tanahabang, Kota Jakarta Pusat. Penelitian
psikososial dan tingkat stress yang dilangsungkan pada bulan Maret 2020
dihadapi seseorang (Runeson-Broberg and sampai Juni 2020. Teknik pengambilan
Norbäck, 2013). Menurut penelitian sampel yang digunakan dalam penelitian
Vafaeenasab et al. (2015), memperlihatkan ini adalah total sampling sebanyak 72

3
orang karyawan. Data yang peneliti ≤1 tahun 24 33.3
4 Riwayat Memiliki 47 65.3
kumpulkan dan disertakan pada penelitian penyakit
Tidak 25 34.7
ini adalah primer dan data sekunder. memiliki
5 Kondisi Buruk 39 54.2
Pengumpulan data primer diperoleh dari psikososial
pengisian kuesioner kepada responden Baik 33 45.8
Sumber : penelitian, 2020
sedangkan data sekunder diperoleh berupa
Berdasarkan hasil penelitian yang tertera
profil PT. Infomedia Nusantara dan data
pada tabel diatas, karakteristik individu
atau dokumen pendukung lainnya. Data
terdiri dari variabel umur yang mempunyai
dianalisis menggunakan uji Chi-Square.
kategori paling banyak pada umur ≤30
tahun yaitu 49 responden (68,1%). Jenis
HASIL
kelamin sebagian besar adalah perempuan
Analisis yang dilakukan terhadap tiap
yaitu 50 responden (69,4%). Masa kerja,
variabel dari hasil penelitian. Pada
dalam penelitian menunjukkan bahwa
umumnya dalam analisa ini hanya
kategori masa kerja > 1 tahun lebih banyak
menghasilkan distribusi dan presentase
yaitu sebesar 48 responden (66,7%).
variabel independen dan variabel
Responden yang mempunyai riwayat
dependen.
penyakit yaitu 47 responden (65,3%), serta
Tabel 1 Distribusi Responden Gejala yang tidak mempunyai riwayat penyakit
Sick Building Syndrome yaitu 25 responden (34,7%). Selanjutnya,
Pekerja
Gejala SBS kondisi psikososial menunjukkan hasil
N %
Ya 18 25.0 sebagian besar pada kategori buruk yaitu
Tidak 54 75.0 39 orang (54,2%) dibandingkan dengan
Total 72 100.0
Sumber : Hasil Penelitian, 2020
kondisi psikososial pada kategori baik
yaitu 33 responden (45,8%).
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
bahwa karyawan PT. Infomedia Nusantara Tabel 3 Distribusi Responden
yang mengalami gejala Sick Building Berdasarkan Faktor Pekerjaan
No Variabel Kategori (n) (%)
Syndrome terdapat 18 orang (25%). 1 Beban kerja Tinggi 36 50.0
Rendah 36 50.0
2 Stres kerja Tinggi 37 51.4
Tabel 2 Distribusi Responden Rendah 35 48.6
Berdasarkan Karakteristik Individu Sumber : Penelitian,2020
No Variabel Kategori (n) (%)
1 Umur ≤30 tahun 49 68.1 Berdasarkan hasil uji pengukuran,
>30 tahun 23 31.9
2 Jenis kelamin Perempuan 50 69.4 responden yang terdapat pada kategori
Laki-laki 22 30.6
3 Masa kerja >1 tahun 48 66.7
beban kerja tinggi ataupun beban kerja

4
rendah berjumlah sama yaitu sebanyak 36 sebanyak 37 responden (51,4) berada pada
responden (50,0%). Kemudian untuk kategori stres kerja tinggi.
variabel stres kerja menunjukkan bahwa

Tabel 4 Hubungan Umur, Jenis Kelamin, Riwayat Penyakit, Masa Kerja, Kondisi
Psikososial, Beban Kerja, dan Stres Kerja dengan Gejala Sick Building Syndrome
Gejala SBS
Total
Variabel Ya Tidak OR (95% CI) P Value
(n)
n % n %
Umur
<30 tahun 8 16,3 41 83,7 49 0,254 (0,083 – 0,777) 0,029
>30 tahun 10 43,5 13 56,5 23
Jenis Kelamin
Perempuan 13 26,0 37 74,0 50 1,195 (0,367 – 3,890) 1,000
Laki-laki 5 22,7 17 77,3 22
Riwayat Penyakit
Memiliki 15 31,9 32 68,1 47 3,438 (0,888 - 13,303) 0,116
Tidak Memiliki 3 12,0 22 88,0 25

Masa Kerja
>1 tahun 15 31,2 33 68,8 48 3,182 (0,821 – 12,335) 0,149
<1 tahun 3 12,5 21 87,5 24
Kondisi Psikososial
Buruk 14 35,9 25 64,1 39 4,060 (1,183 – 13,935) 0,041
Baik 4 12,1 29 87,9 33
Beban Kerja
Tinggi 12 33,3 24 66,7 36 2,500 (0,818 – 7,642) 0,174
Rendah 6 16,7 30 83,3 36
Stres Kerja
Tinggi 14 37,8 23 62,2 37 4,717 (1,372 – 16,223) 0,021
Rendah 4 11,4 31 88,6 35
Sumber : Penelitian, 2020

Berdasarkan tabel analisis di atas, Untuk variabel jenis kelamin,


responden yang berumur ≤ 30 tahun yaitu responden perempuan yaitu sebanyak 50
sebanyak 49 responden dengan 8 responden dengan 13 responden (26%)
diantaranya (16,3%) mendapati gejala Sick menderita Sick Building Syndrome dan
Building Syndrome dan jumlah responden responden laki-laki yang mendapati gejala
yang berumur > 30 tahun yang mengalami Sick Building Syndrome sebanyak 5
gejala Sick Building Syndrome sebanyak responden (22,7%). Hasil uji statistik
10 responden (43,5%). Hasil uji statistik didapatkan p-value yang dihasilkan sebesar
didapatkan nilai p-value sebesar 0,029 1,000 dimana p-value lebih besar dari α (p
dimana p-value lebih kecil dari α (p < > 0,05), hasil ini menunjukkan bahwa tidak
0,05), hasil ini menunjukkan bahwa ada ada hubungan yang signifikan antara jenis
hubungan yang signifikan antara umur kelamin dengan gejala Sick Building
dengan gejala Sick Building Syndrome. Syndrome.
5
Sedangkan variabel riwayat penyakit, kondisi psikososial baik yang mendapati
responden yang memiliki riwayat penyakit kejadian. Sick Building Syndrome terdapat
yaitu sebanyak 47 responden dengan 15 4 responden (12,1%). Hasil uji statistik
responden (31,9%) mendapati kejadian dengan uji Chi Square pada taraf
Sick Building Syndrome dan jumlah kepercayaan 95% didapatkan p-value yang
responden yang tidak memiliki riwayat dihasilkan sebesar 0,041 dimana p-value
penyakit tetapi mengeluhkan Sick Building lebih kecil dari α (p < 0,05), hasil ini
Syndrome terdapat 3 responden (12%). menunjukkan bahwa ada hubungan yang
Hasil uji statistik didapatkan p-value bermakna antara kondisi psikososial
sebesar 0,116 dimana p-value lebih besar dengan gejala Sick Building Syndrome.
dari α (p > 0,05), hasil ini menunjukkan Sedangkan variabel beban kerja,
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan responden yang bekerja dengan beban
antara riwayat penyakit dengan gejala Sick kerja tinggi yaitu sebanyak 36 responden
Building Syndrome. dengan 12 responden (33,3%) mendapati
Hasil analisis bivariat tentang masa gejala Sick Building Syndrome. Jumlah
kerja, responden yang bekerja >1 tahun responden yang bekerja dengan beban
yaitu sebanyak 48 responden dengan 15 kerja rendah yang mendapati kejadian Sick
responden (31,2%) mendapati gejala Sick Building Syndrome terdapat 6 responden
Building Syndrome dan jumlah responden (16,7%) sedangkan yang tidak mendapati
yang bekerja ≤1 tahun yang mengalami kejadian Sick Building Syndrome terdapat
gejala Sick Building Syndrome sebanyak 3 30 responden (83,3%). Hasil uji statistik
responden (12,5%). Hasil uji statistik menggunakan uji Chi Square pada taraf
didapatkan p-value yang dihasilkan sebesar kepercayaan 95% didapatkan p-value yang
0,149 dimana p-value lebih besar dari α (p dihasilkan sebesar 0,174 dimana nilai p
> 0,05), hasil ini menunjukkan bahwa tidak lebih besar dari α (p > 0,05), hasil ini
ada hubungan yang signifikan antara masa menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
kerja dengan gejala Sick Building yang signifikan antara beban kerja dengan
Syndrome. gejala Sick Building Syndrome.
Berdasarkan tabel analisis di atas, Kemudian pada variabel stres kerja,
sebagian besar responden yang memiliki responden yang bekerja dengan stres kerja
kondisi psikososial buruk yaitu sebanyak tinggi yaitu sebanyak 37 responden dengan
39 responden dengan 14 responden 14 responden (37,8%) mengalami gejala
(35,9%) mendapati keluhan Sick Building Sick Building Syndrome. Jumlah responden
Syndrome. Jumlah responden dengan yang bekerja dengan stres kerja rendah

6
yang mendapati kejadian Sick Building pekerjaan, termasuk salah satunya yakni
Syndrome terdapat 4 responden (11,4%). mengalami gejala Sick Building Syndrome.
Hasil uji statistik dengan uji Chi Square Hal ini dikarenakan banyak karyawan yang
pada taraf kepercayaan 95% didapatkan p- berkategori umur <30 tahun sering
value yang dihasilkan sebesar 0,021 menghabiskan waktunya di dalam gedung
dimana p-value lebih kecil dari α (p < dengan banyak pekerjaan yang harus
0,05), hasil ini menunjukkan bahwa ada dilakukan sehingga lebih mudah terkena
hubungan yang signifikan antara stres kerja gejala Sick Building Syndrome.
dengan gejala Sick Building Syndrome.
Hubungan Jenis Kelamin Dengan
PEMBAHASAN Gejala Sick Building Syndrome
Hubungan Umur Dengan Gejala Sick Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Building Syndrome gejala Sick Building Syndrome lebih
Menurut hasil tabulasi silang, banyak dialami oleh karyawan perempuan
menunjukkan bahwa gejala Sick Building daripada jenis kelamin laki-laki. Hal ini
Syndrome lebih banyak terjadi pada terjadi karena karyawan baik laki-laki dan
kategori umur ≤30 tahun daripada kategori perempuan melakukan jenis pekerjaan
umur >30 tahun. Hal ini terjadi karena yang sama setiap harinya, tidak
karyawan dengan kategori umur ≤30 tahun membedakan berdasarkan jenis kelamin
yang merupakan usia muda lebih banyak untuk melakukan pekerjaan yang lebih
menangani pekerjaan serta permintaan berisiko. Kemudian juga, rasa lelah dan
pekerjaan untuk melakukan pekerjaan letih yang dapat memicu keluhan Sick
secara cepat dan mendapatkan hasil output Building Syndrome yang lain yang
yang terbaik, hal ini akan mempengaruhi dirasakan selepas aktivitas bekerja dapat
psikis dan fisik karyawan karena tuntutan terjadi dan dirasakan baik oleh karyawan
pekerjaan tersebut sehingga lebih mudah laki-laki maupun perempuan terlepas dari
mengeluhkan gejala Sick Building perbedaan fisik yang dimiliki oleh
Syndrome. keduanya.
Seperti halnya hasil penelitian Seperti halnya hasil penelitian
berikut yang menunjukkan keadaan yang berikut yang menunjukkan keadaan yang
sama dilakukan oleh Asri (2019) yang sama yaitu tidak terdapat hubungan antara
menyatakan bahwa umur muda lebih jenis kelamin dengan gejala Sick Building
memiliki tingkat risiko terhadap terjadinya Syndrome pada pegawai BPPSDM
penyakit yang berhubungan dengan Kesehatan RI, dimana responden wanita

7
lebih tinggi presentasenya menderita Sick sehingga dapat menjadi faktor tidak
Building Syndrome dibanding pria munculnya respon alergi terhadap kondisi
(Saffanah and Pulungan, 2017). Pekerja ruang kerja, serta kondisi kesehatan
perempuan lebih memiliki risiko karyawan yang pada saat dilakukan
mengalami keluhan Sick Building penelitian dalam keadaan sehat maka hal
Syndrome karena tingkat stres yang ini mempengaruhi responden dalam
berhubungan dengan Sick Building mengalami keluhan berkaitan Sick
Syndrome pada perempuan (Lisyastuti, Building Syndrome.
2010). Hasil penelitian ini sejalan dengan
Terdapat penelitian lain yang penelitian Dwiputri (2016) terhadap
menyatakan bahwa keluhan lesu dan pekerja di PT. Pelita Air Service, yang
perasaan tidak nyaman yang merupakan diketahui hasil p menunjukkan tidak
salah satu hal yang bisa menimbulkan ditemui hubungan yang signifikan antara
keluhan Sick Building Syndrome paling riwayat penyakit dengan keluhan Sick
umum dapat terjadi terhadap perempuan Building Syndrome. Hal ini disebabkan
ataupun laki-laki. Sehingga tidak ditemui tingkat kelembaban ruangan pada PT.
pengaruh antara jenis kelamin dengan Pelita Air Service sebagian besar sudah
gejala Sick Building Syndrome (Jafari et memenuhi standar yang ditetapkan
al., 2015). sehingga banyak responden yang memiliki
riwayat penyakit tidak mengeluhkan
Hubungan Riwayat Penyakit Dengan kambuh.
Gejala Sick Building Syndrome
Berdasarkan hasil penelitian Hubungan Masa Kerja Dengan Gejala
menujukkan tidak ada pengaruh yang Sick Building Syndrome
bermakna antara riwayat penyakit dengan Masa kerja menjadi salah satu faktor
gejala Sick Building Syndrome. Tidak yang dapat mempengaruhi munculnya
didapati hubungan antara riwayat penyakit keluhan Sick Building Syndrome karena
dengan gejala Sick Building Syndrome karyawan biasanya akan menghabiskan
walaupun mayoritas karyawan memiliki waktu kerjanya di dalam gedung dengan
riwayat penyakit terjadi karena adanya melakukan pekerjaan yang cukup banyak
faktor lain yang dapat mempengaruhi dan serta berlebih, juga didukung oleh
riwayat penyakit itu sendiri, seperti kondisi dengan kondisi ruangan yang tidak
ruang kerja, lingkungan kerja dan tata memadai akan berpengaruh pada karyawan
ruang kerja yang sudah mendukung tersebut (Rani, 2011). Risiko keluhan Sick

8
Building Syndrome tersebut dipengaruhi melakukan kinerja dengan sempurna
oleh hal lain seperti karyawan dengan menyebabkan karyawan mudah lelah
masa kerja lebih lama (>1 tahun) lebih secara fisik dan psikis serta mengganggu
beradaptasi di lingkungan kerja dan lebih kondisi psikososial akibat dari pekerjaan
banyak memiliki pengalaman dalam tersebut sehingga meningkatkan
melakukan pekerjaan di lingkungan kerentanan karyawan terhadap timbulnya
kerjanya. Semakin banyak pengalaman gejala Sick Building Syndrome lainnya.
maka karyawan akan terbiasa dalam Sama halnya dengan penelitian oleh
membagi kesibukan dan waktu untuk Ratodi, Zubaidah dan Marlinae (2017)
beristirahat maka tingkat strespun dapat yang menunjukkan hasil terdapat
terkendali sehingga keluhan terkait Sick hubungan yang signifikan antara kondisi
Building Syndrome berkurang. psikososial dengan gejala Sick Building
Namun teori lain menyatakan Syndrome. Terganggunya psikososial ini
semakin lama karyawan bekerja dalam dapat menurunkan kinerja karyawan dan
suatu tempat, akan semakin besar pula meningkatnya tingkat absensi
risiko mereka terpengaruhi berbagai faktor (Realyvasquez et al., 2016). Kemudian
lingkungan kerja fisik ataupun kimia dan disebutkan bahwa faktor kerentanan
juga polutan dalam ruangan yang dapat individu berpengaruh pada munculnya
memunculkan keluhan kesehatan atau gejala. Faktor psikososial karena pekerjaan
penyakit akibat kerja, salah satunya Sick juga mempengaruhi munculnya gejala Sick
Building Syndrome yang dapat berakibat Building Syndrome. Hal ini terbentuk
pada rendahnya tingkat produktivitas kerja melalui gabungan antara beban kerja yang
seorang karyawan (Ridwan, Nopiyanti and dirasakan setiap individu dengan
Susanto, 2018). lingkungan sosial yang menghasilkan
gejala fisiologis maupun psikologis
Hubungan Kondisi Psikososial Dengan (Wiwien, 2012).
Gejala Sick Building Syndrome
Berdasarkan hasil penelitian Hubungan Beban Kerja Dengan Gejala
menunjukkan bahwa terdapat hubungan Sick Building Syndrome
yang bermakna antara kondisi psikososial Tidak didapati hubungan antara
dengan dengan gejala Sick Building beban kerja dengan gejala Sick Building
Syndrome. Hal ini disebabkan banyaknya Syndrome terjadi karena ada faktor lain
pekerjaan yang harus dilakukan oleh terkait dengan lingkungan kerja yang
karyawan, serta permintaan untuk mempengaruhi beban kerja tersebut,

9
diartikan pula bahwa karyawan dengan Perpaduan tuntutan pekerjaan serta
beban kerja tinggi tidak bekerja dibawah masalah terkait pekerjaan di tempat kerja
faktor pendukung yang dapat yang mereka pikirkan serta masalah lain
memunculkan gejala Sick Building diluar pekerjaan akan mempengaruhi
Syndrome yang lain. tingkat stres seseorang. Keadaan ini akan
Karyawan yang memiliki persepsi mengganggu kenyamanan para karyawan
yang rendah mereka merasa beban kerja sehingga menghambat saat bekerja dan
sebagai tantangan dalam bekerja sehingga menyebabkan masalah yang lebih serius
karyawan lebih bersemangat dalam terhadap kesehatan karyawan sehingga
bekerja, sebaliknya jika persepsi terhadap lebih mudah mengalami keluhan terkait
beban kerja tinggi, beban kerja dianggap dengan gejala Sick Building Syndrome.
sebagai tekanan dalam bekerja kerja Hasil ini sama dengan penelitian oleh
sehingga dapat berpengaruh pada kinerja Sari dan Wahyuni (2016) dimana
dan berdampak pada masalah kesehatan menyimpulkan bahwa adanya hubungan
karyawan itu sendiri. antara Sick Building Syndrome dengan
Hasil ini sejalan dengan penelitian masalah kesehatan mental di kalangan
oleh Rahardjo (2019) dimana tidak pekerja yang disebabkan oleh stres yang
terdapat hubungan antara beban kerja didapat di tempat kerja seperti beban kerja
dengan Sick Building Syndrome. dikatakan berlebih, kurangnya dukungan sosial, serta
pada penelitian ini, hal tersebut dapat lamanya waktu kerja. Stres kerja yang
terjadi karena terdapat faktor lain yang bisa timbul pada seseorang dapat dikarenakan
mempengaruhi beban kerja selain dari kaitannya dengan karyawan yang memiliki
sudut pandang responden tersebut masa kerja yang sudah lama cenderung
(Rahardjo, 2019). memiliki pengalaman kerja yang lebih baik
sehingga mereka memiliki tanggung jawab
Hubungan Stres Kerja Dengan Gejala pekerjaan yang lebih besar sehingga dapat
Sick Building Syndrome memicu stress kerja dan masalah
Berdasarkan hasil dari penelitian, psikososial lainnya (Dwiputri, 2016).
sebagian besar responden bekerja dengan
tingkat stres kerja tinggi. Stres kerja tinggi KESIMPULAN
dapat mempengaruhi kinerja karyawan Berdasarkan hasil penelitian tentang
dalam bekerja. Tiap individu memiliki Hubungan Karakteristik Individu dan
kemampuan penanganan yang berbeda Beban Kerja dengan Gejala Sick Building
terkait stres yang mereka rasakan. Syndrome pada Karyawan PT. Infomedia

10
Nusantara Tahun 2020 didapatkan hasil uji bagi para karyawannya serta
chi-square pada variabel umur diperoleh p- mengurangi stresor di tempat kerja agar
value sebesar 0,029, kondisi psikososial tidak menimbulkan gangguan fisik dan
dengan p-value 0,041, dan stres kerja psikis yang berkaitan dengan pekerjaan.
dengan p-value 0,021, yang berarti p-value b. Perlu diadakan dan diterapkan program
ketiga variabel < 0.05. Dari nilai tersebut medical check up, seperti melaksanakan
disimpulkan bahwa ada hubungan yang pemeriksaan kesehatan secara berkala
bermakna antara umur, kondisi psikososial, agar jika ada gangguan kesehatan yang
dan stres kerja dengan gejala Sick Building terjadi pada pekerja dapat diketahui
Syndrome. Sementara tidak ditemukannya sejak dini.
hubungan yang bermakna antara jenis c. Disarankan untuk menyediakannya
kelamin, masa kerja, riwayat penyakit, dan klinik kesehatan sebagai tempat yang
beban kerja karena p-value > 0,05. dibutuhkan jika ada karyawan yang
mengeluhkan sakit.
SARAN
Bagi Pekerja Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Untuk pekerja selalu menjaga kesehatan a. Untuk peneliti selanjutnya, diharapkan
tubuh, dan diharapkan dapat mengontrol dapat meneliti variabel variabel lain
waktu antara waktu bekerja dan waktu seperti variabel lingkungan kerja fisik,
beristirahat. kimia, dan biologi yang lebih beragam
b. Memanfaatkan waktu istirahat untuk di dalam ruangan untuk mendeteksi
melepas lelah sejenak karena telah sumber kontaminan dalam ruangan
bekerja serta melakukan relaksasi yang diduga berhubungan dengan
dengan keluar ruangan sejenak untuk munculnya keluhan Sick Building
menghirup udara segar dan melakukan Syndrome yang tidak diteliti pada
peregangan otot-otot tubuh agar tidak penelitian ini.
mudah merasa kelelahan dan b. Disarankan bagi peneliti selanjutnya
mengalami gejala Sick Building untuk melakukan analisis lebih lanjut
Syndrome. untuk melihat hubungan sebab akibat.

Bagi Manajemen Perusahan DAFTAR PUSTAKA


a. Perlu komitmen dari manajemen Aditama, T. Y. and Andarini, S. L. 2002,
‘Sick Building Syndrome’, Medical
perusahaan untuk menjadikan
Journal of Indonesia, 11(2), pp. 124–
lingkungan kerja ideal dan kondusif 131. doi: 10.13181/mji.v11i2.61.

11
Syndrome pada Petugas Administrasi
Amouei, A. et al. 2019, ‘Evaluating The Rumah Sakit Swasta X’, Jurnal Ilmu
Relationships Between Air Pollution Kesehatan Masyarakat, 7(3), pp.
and Environmental Parameters With 148–154.
Sick Building Syndrome in Schools
of Nothern Iran’, Indoor and Built Novka 2020, Para Pekerja Kantoran
Environment, 0(0), pp. 1–9. doi: Waspadai ‘Sick Building Syndrome’,
10.1177/1420326X19842302. Klasika Kompas. Available at:
klasika.kompas.id/baca/para-pekerja-
Asri, A. N. 2019, Hubungan Lingkungan kantoran-waspadai-sick-building-
Kerja dengan Gejala Sick Building syndrome/ (Accessed: 4 July 2020).
Syndrome pada Pegawai BPJS Rahardjo, P. A. 2019, Hubungan Indoor
Kesehatan Kota Depok Tahun 2019. Air Quality Dengan Gejala Sick
Skripsi. Universitas Pembangunan Building Syndrome Pada Karyawan
Nasional Veteran Jakarta. PT. Pertamina Hulu Energi WMO
Tahun 2019. Skripsi. Universitas
Dwiputri, S. T. 2016, Analisis Determinan Pembangunan Nasional Veteran
Keluhan Sick Building Syndrome Jakarta.
(SBS) Pada Pekerja Gedung PT
Pelita Air Service Tahun 2016. Rani, A. P. 2011, Analisis Faktor yang
Skripsi. Universitas Islam Negeri Berhubungan Dengan Sick Building
Syarif Hidayatullah Jakarta. Syndrome (SBS) Pada Pegawai
Kantor Dinas Perindustrian dan
Ikmala, R. 2018, Pengaruh Karakteristik Perdagangan Provinsi Jawa Tengah.
Individu, Antibodi, Lingkungan Skripsi. Universitas Negeri
Kerja Terhadap Kejadian Kejadian Semarang.
Sick Building Syndrome (SBS) (Studi
pada Karyawan di PT. Telkom Ratodi, M., Zubaidah, T. and Marlinae, L.
Jember). Tesis. Universitas Jember. 2017, ‘Predicting The Sick Building
Syndrome (SBS) Occurrence Among
Jafari, M. J. et al. 2015), ‘Association of Pharmacist Assistant in Banjarmasin
Sick Building Syndrome with Indoor South Kalimantan’, Health Science
Air Parameters’, Tanaffos, 14(1), pp. Journal of Indonesia, 8(2), pp. 118–
55–62. 123. doi:
10.22435/hsji.v8i2.6427.118-123.
Kesjaor Kemenkes 2017, ‘K3
Perkantoran’. Realyvasquez, A. et al. 2016, ‘Structural
Model for the Effects of
Lisyastuti, E. 2010, Jumlah Koloni Environmental Elements on the
Mikroorganisme Udara Dalam Psychological Characteristics and
Ruang dan Hubungannya Dengan Performance of the Employees of
Kejadian Sick Building Syndrome Manufacturing Systems’,
(SBS) Pada Pekerja Balai Besar International Journal of
Teknologi Kekuatan Struktur Environmental Research and Public
(B2TKS) BPPT di Kawasan Health, 13(1).
Puspiptek Serpong Tahun 2010.
Skripsi. Universitas Indonesia. Ridwan, A. M., Nopiyanti, E. and Susanto,
A. J. 2018, ‘Analisis Gejala Sick
Murniati, N. 2018, ‘Hubungan Suhu dan Building Syndrome Pada Pegawai di
Kelembaban dengan Sick Building Unit OK Rumah Sakit Marinir

12
Cilandak Jakarta Selatan’, Jurnal 2020/01/29/tackle-sick-building-
Kesehatan Masyarakat, 2(1), pp. syndrome-seriously/ (Accessed: 4
116–133. July 2020).

Ridwansah, D. 2019, Pertumbuhan Vafaeenasab, M. R. et al. 2015,


Gedung Tinggi di Jakarta Terus ‘Assessment of Sick Building
Meningkat, Jawapos. Syndrome and Its Associating
Factors Among Nurses in The
Rohizan, N. A. and Abidin, E. Z. 2015, Educational Hospitals of Shahid
‘Assessment on Physical Factors of Sadoughi University of Medical
Thermal Comfort, Sick Building Sciences Yazd, Iran’, Global Journal
Syndrome Symptoms and Perception Health Science, 7(2), pp. 247–253.
of Comfort Among Occupants in a doi: 10.5539/gjhs.v7n2p247.
Public Research University
Laboratory Building’, International Widuri, S. R. 2019, ‘Hubungan Suhu dan
Journal of Public Health and Kelembapan Dengan Keluhan Sick
Clinical Sciences, 2(3), pp. 59–70. Building Syndrome Pada Karyawan
di Kampus 4 Universitas Ahmad
Runeson-Broberg, R. and Norbäck, D. Dahlan Yogyakarta’, Bachelor
2013, ‘Sick Building Syndrome Thesis Universitas Ahmad Dahlan.
(SBS) and Sick House Syndrome
(SHS) in Relation to Psychosocial Yulianti, D., Ikhsan, M. and Wiyono, W.
Stress at Work in The Swedish H. 2012, ‘Sick Building Syndrome’,
Workforce’, International Archieves Departemen Pulmonologi dan Ilmu
of Occupational and Environment Kedokteran Respirasi, Fakultas
Health, 86(8), pp. 915–922. Kedokteran Universitas Indonesia-
RS Persahabatan, Jakarta,
Saffanah, S. and Pulungan, R. M. 2017, Indonesia, 39(1), pp. 21–24.
‘Faktor Risiko Gejala Sick Building
Syndrome Pada Pegawai BPPSDM Wiwien 2012, ‘Gejala-gejala Sick Building
Kesehatan RI’, Jurnal Ilmu Syndrome’, Jurnal Fakultas
Kesehatan, 3(1), pp. 8–15. doi: Kedokteran Universitas Indonesia.
10.33757/jik.v3i1.161.

Sari, O. S. and Wahyuni, D. 2016, ‘Faktor-


faktor yang Berhubungan Dengan
Kejadian Sick Building Syndrome
Pada Karyawan di Gedung
Sampoerna Strategic PT Sampoerna
Land Jakarta Tahun 2015’, Artikel
Ilmu Kesehatan, 8(1), pp. 26–30.

Siswanto, A. 2014, ‘Indoor Air Quality’,


UPT Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

The Star Malaysia 2020, Tackle sick


building syndrome seriously.
Available at:
www.thestarmy.com/opinion/letters/

13

You might also like