Professional Documents
Culture Documents
Humanis: Journal of Arts and Humanities
Humanis: Journal of Arts and Humanities
345
Geguritan Ni Sumala: Suatu Kajian Filologis | 346
bahwa naskah A secara umum memiliki adalah kata inggih pada naskah A
kualitas yang lebih unggul dibandingkan diangkat dalam edisi teks.
dengan naskah GNS yang lain. Hal ini 3. Gempalan, C = Kesalahan salin/tulis
terlihat dari jumlah kesalahan salin tulis pertama pada bait kedua dan baris ketiga
pada naskah A lebih sedikit dari dua adalah kata gempalan pada naskah C.
naskah lainnya yakni B dan C. Yang Karena kata tersebut dianggap salah,
menjadi landasan dalam edisi teks adalah maka kata gagempalan pada naskah A
naskah A. diangkat dalam edisi teks.
2) 27.1.1. (lakuna), A,C; 7.(2-2).
Edisi Teks dan Terjemahan Geguritan Pancoran besi punika, B.
Ni Sumala Keterangan:
GNS merupakan salah satu hasil 27 = bait
karya sastra Bali tradisional dalam 1 = baris/larik
bentuk geguritan yang ditulis 7 = barik/larik
menggunakan aksara Bali dan 1. (lakuna), A,C. = Kesalahan salin/tulis
menggunakan bahasa Bali Kawi. Sebagai pertama pada bait ke-27 baris pertama
dasar penyusunan edisi teks, alih aksara adalah pada naskah A dan C (terjadi
dan ejaan merupakan salah satu aspek lakuna). Hal ini menyebabkan kata yang
yang penting dalam kajian ini. Adapun tertulis pada naskah B diangkat dalam
pedoman yang digunakan dalam edisi teks.
transliterasi dari aksara Bali ke aksara (2-2). Pancoran besi punika, B. =
latin adalah sesuai dengan pendapat Acri Kesalahan salin/tulis kedua pada bait ke-
dan Griffiths (2014: 371-372) 27 baris ketujuh adalah frase pancoran
dikombinasikan dengan pendapat Damais besi punika pada naskah B. Karena frase
(1995: 125). tersebut dianggap salah, maka frase yang
Ejaan yang dipakai dalam diangkat dalam edisi teks adalah besi
penyusunan edisi teks adalah pancoran punika sesuai dengan naskah A
menggunakan Pedoman Ejaan Bahasa dan C.
Bali dengan Huruf Latin dan Huruf Bali Selanjutnya, terjemahan teks GNS ke
yang disusun oleh I Nengah Tinggen, dalam bahasa Indonesia tidak semata-
diterbitkan oleh Lembaga Bahasa mata menggunakan terjemahan harfiah,
Nasional di Singaraja pada tahun 1972. namun diimbangi dengan kata bahasa
Pedoman lain yang digunakan berkaitan Indonesia yang sepadan pula (Larson,
dengan aksara Bali adalah Pedoman 2005: 39). Hambatan dalam mencari
Pasang Aksara Bali yang diterbitkan oleh padanan yang sesuai juga menyebabkan
Dinas Kebudayan Provinsi Bali pada terjemahan agak janggal sehingga akan
tahun 2005 di Denpasar. ditambahkan kata-kata yang tidak ada
Adapun cara membaca catatan kaki dalam teks untuk kelancaran terjemahan
yang terdapat dalam edisi teks GNS (Sardjono, 1986: 17)
melalui beberapa contoh seperti di bawah Cara penyajian terjemahan dapat
ini: dibedakan menjadi tiga jenis yakni: 1)
1) 2.3.1. Inggiḥ, C. 2. Gempalan, C. secara interlinear yaitu teks terjemahan
Keterangan: ditempatkan di bawah teks aslinya; 2)
2 = bait secara berdampingan yaitu teks
3 = baris/larik terjemahan ditempatkan disamping di
1. Inggiḥ, C = Kesalahan salin/tulis samping kanan teks asli; 3) teks
pertama pada bait kedua dan baris ketiga terjemahan yang ditempatkan dalam
subbab terpisah. Dari ketiga cara
Geguritan Ni Sumala: Suatu Kajian Filologis | 350