Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

HUMANIS

Journal of Arts and Humanities


p-ISSN: 2528-5076, e-ISSN: 2302-920X
Terakreditasi Sinta-4, SK No: 23/E/KPT/2019
Vol 25.3 Agustus 2021: 345-351

Geguritan Ni Sumala: Suatu Kajian Filologis

Luh Gede Krismayanti, I Wayan Suteja, I Gde Nala Antara


Universitas Udayana, Denpasar, Bali, Indonesia
Email korespondensi: luhgdkrismayanti@gmail.com , wynsuteja80@yahoo.com ,
nala.antara62@gmail.com

Info Artikel Abstract


This study aims to obtain the text of Geguritan Ni Sumala which
Masuk: 7 Januari 2021 approaaches the original. The data supply phase uses the
Revisi: 2 Februari 2021 observation method and simak method helped by note taking
Diterima: 14 Februari 2021 technique. Next, in data analysis phase using comparative
descriptive method, transliteration uses standard transliteration
method, following by a comparation of three texts through text
Keywords: geguritan, text criticism, text edition using the legger method, the translation
criticism, text edition, uses combination literal translation and idiomatic translation.
translation In the stage of presenting the result of data analysis using
formal and informal method by deductive-inductive tecnique
also assisted by exposure, tables, and themes. The text edition is
complemented by criticism apparatus which is presented
separately and translation is also presented separately with the
source text. The result of this study are, from the three of GNS
manuscripts that have been compared through text criticism
there are some copy/write errors from each text such as
substitution, adition, omission, lakuna, interpolation,
ditography, transposition, and corrupt. By correcting the copy
error presented Geguritan Ni Sumala text which assumed to be
correct based on the evidence three of contained manuscripts.
Abstrak
Kata kunci: geguritan, kritik Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan teks Geguritan
teks, edisi teks, terjemahan Ni Sumala yang mendekati aslinya. Tahap penyediaan data
menggunakan metode observasi dan metode simak dibantu
teknik catat. Selanjutnya, tahap analisis data menggunakan
Corresponding Author: Luh metode deskriptif komparatif, transliterasi dengan metode
Gede Krismayanti transliterasi standar, dilanjutkan dengan perbandingan ketiga
Email: teks melalui kritik teks, edisi teks menggunakan metode
luhgdkrismayanti@gmail.com landasan (legger), terjemahan menggunakan metode kombinasi
terjemahan harfiah dan terjemahan idiomatis, disertai teknik
DOI: terjemahan terpisah. Tahap penyajian hasil analisis data
https://doi.org/10.24843/JH.20 menggunakan metode formal dan informal dengan teknik
21.v25.i03.p11 deduktif-induktif juga dibantu teknik paparan, tabel, dan stema.
Edisi teks dilengkapi dengan aparat kritik yang disajikan
terpisah dan terjemahan juga disajikan secara terpisah dengan
teks sumbernya. Hasil dari penelitian ini yaitu, dari ketiga
naskah GNS yang telah dibandingkan melalui kritik teks
terdapat beberapa kesalahan salin/tulis dari masing-masing
teks berupa substitusi, adisi, omisi, lakuna, interpolasi,
ditografi, transposisi, dan korup. Setelah memperbaiki
kesalahan salin/tulis disajikan teks Geguritan Ni Sumala yang
diasumsikan mendekati aslinya berdasarkan bukti dari ketiga
naskah.

345
Geguritan Ni Sumala: Suatu Kajian Filologis | 346

PENDAHULUAN Geguritan Ni Sumala. Dua buah naskah


Kesusastraan masih sangat tersimpan di Kantor Dokumentasi
berkembang pesat dalam kehidupan Budaya Bali termasuk satu salinan
masyarakat Bali hingga saat ini. Menurut naskah dalam huruf Latin. Satu naskah
Tinggen (1982: 72), secara garis besar lontar beserta satu salinan naskah huruf
kesusastraan Bali dapat digolongkan Latin ditemukan di UPTD Gedong Kirtya
menjadi dua yakni Kesusastraan Bali Singaraja serta satu buah naskah lontar
Tradisional atau yang lebih dikenal yang tersimpan di Pusat Kajian Lontar
dengan Kesusastraan Bali Purwa dan Universitas Udayana.
Kesusastraan Bali Modern atau yang Berbagai varian naskah dari
lebih dikenal dengan Kesusastraan Bali Geguritan Ni Sumala memerlukan suatu
Anyar sesuai dengan khazanah pengkajian khusus untuk memurnikan
kesusastraan Bali. teks ke bentuk mendekati aslinya.
Geguritan di Bali juga bervariasi Diperlukan ilmu filologi sebagai kajian
dalam menggunakan jumlah pupuh di yang tepat untuk permasalahan ini.
dalam karya sastranya, ada yang Baried (1985: 1) menyatakan pengkajian
memakai satu jenis pupuh. Contohnya terhadap teks-teks atau yang disebut
Geguritan Linggar Petak hanya kajian filologi bertujuan untuk
menggunakan pupuh Ginada dan menemukan bentuk asli atau semula
Geguritan Sewagati hanya menggunakan dengan cara menyisihkan kesalahan-
pupuh Sinom. Sebagian besar geguritan kesalahan yang dapat ditemukan dalam
juga menggunakan dua jenis pupuh atau teks.
lebih. Salah satu geguritan yang Melihat dari penelitian sebelumnya
menggunakan dua pupuh adalah yang berjudul “Geguritan Ni Sumala
Geguritan Ni Sumala. Satu Kajian Sosiologi Sastra” oleh I
Ni Sumala dalam bentuk karya sastra Ketut Nuarca pada tahun 2017. Terlihat
geguritan merupakan salah satu warisan jelas perbedaan penelitian jika dilihat dari
leluhur yang masih dijumpai keberadaan variasi naskah dan isi teks yang akan
naskah dan teksnya hingga saat ini. digunakan. Penelitian ini sangat berbeda
Adapun bahasa yang digunakan dalam karena bertujuan untuk mengupas tidak
karya sastra ini adalah Bahasa Bali Kawi. hanya melalui isi tetapi melihat dari
Dilihat dari aturan padalingsa, geguritan varian teks dan naskah secara lebih rinci.
ini menggunakan dua jenis pupuh yakni Kajian yang digunakan dalam
Pupuh Ginada sejumlah 187 bait dan meneliti Geguritan Ni Sumala berupa
Pupuh Adri sebanyak 33 bait. Sesuai kajian filologis. Berdasarkan
dengan judulnya, tokoh utama dalam pengetahuan penulis, belum ada teks dan
geguritan ini bernama Ni Sumala. terjemahan dari Geguritan Ni Sumala
Ni Sumala sebagai bagian dari yang berdasarkan edisi teks secara kritik.
geguritan Bali memiliki varian teks Teks Geguritan Ni Sumala akan diteliti
dalam bentuk manuskrip yang tersebar di lebih lanjut dengan judul “Geguritan Ni
Pulau Bali. Banyaknya temuan naskah Sumala Kajian Filologis”.
yang tersebar di masyarakat dan instansi
pemerintah, memperkuat potensi METODE DAN TEORI
penyebaran penyimpanan naskah Penggunaan metode penelitian dalam
Geguritan Ni Sumala di wilayah Bali. kajian ini secara garis besar dapat dibagi
Berkaitan dengan penelitian ini, menjadi tiga tahap (Galang Nova: 2020,
penulis menemukan lima buah naskah 403) yang akan dipaparkan berikut ini.
347 | Luh Gede Krismayanti, I Wayan Suteja, I Gde Nala Antara Vol 25.3 Agustus 2021

Melalui tahap penyajian data, mempermudah dalam memahami teks-


diawali dengan mengumpulkan data teks penting dan kuno yang tersebar di
melalui metode observasi dibantu teknik Nusantara maupun dunia, para filolog
catat serta saat berbagai variasi naskah harus melakukan kritik teks secara
sudah ditemukan dilanjutkan dengan mendalam dan melakukan usaha
metode simak yakni membaca teks transliterasi. (Ikram, 2019: 41).
Geguritan Ni Sumala secara berulang- Sasaran kerja dari objek kajian
ulang. (Sudaryanto, 2015 : 204) filologi adalah naskah. Media berupa
Selanjutnya, tahap analisis data naskah ini menggunakan tulisan tangan
menggunakan metode deskriptif juga diimbangi dengan teks sebagai objek
komparatif yakni membandingkan tiga dari kajian filologi itu sendiri. Teks
varian dari naskah Geguritan Ni Sumala sebagai kandungan dari naskah
disertai informasi mengenai keadaan merupakan jalan bagi seorang filolog
secara fisik dan non fisik dari naskah untuk menemukan berbagai infomasi
yang akan diteliti (Ratna, 2012: 53). yang terkandung di dalam naskah.
Langkah berikutnya mengadakan (Baried, 1994 : 6)
transliterasi dengan metode transliterasi Menurut Robson (1994: 12), tugas
standar, dilanjutkan dengan perbandingan pertama dari seorang filolog adalah
ketiga teks melalui kritik teks, edisi teks mencari bahan mentah berwujud naskah.
menggunakan metode landasan (legger). Selanjutnya, ditentukan metode yang bisa
Terakhir, untuk proses terjemahan digunakan dalam mengkaji setiap varian
menggunakan metode kombinasi teks. Penyajian dan interpretasi tersebut
terjemahan harfiah dan terjemahan harus ditempatkan dalam satu bagian
idiomatis, disertai teknik terjemahan yang disebut edisi teks.
terpisah. Kritik teks juga memegang peranan
Tahap penyajian hasil analisis data penting dalam kajian filologi. Dalam
menggunakan metode formal dan usaha menemukan teks dalam bentuk
informal dengan teknik deduktif induktif. aslinya, permasalahan muncul karena
Penyajian edisi teks juga dibantu teknik sifat keterbukaan teks tersebut sehingga
paparan, tabel, dan stema. memberikan peluang kebebasan yang
Adapun sumber data yang digunakan cukup besar kepada para penyalin agar
dalam penelitian ini berupa 3 buah bisa menjadi pengarang kedua.
naskah Geguritan Ni Sumala yakni Munculnya perubahan yang disengaja
Naskah Geguritan Ni Sumala Koleksi maupun tidak bergantung pada faktor
Kantor Dokumentasi Kebudayaan zaman teks itu diciptakan ataupun
Provinsi Bali (Naskah A), Naskah disalin. (Ikram, 2019: 50)
Geguritan Ni Sumala Koleksi Kantor Batasan Filologi Tradisional
Dokumentasi Kebudayaan Provinsi Bali memiliki kecenderungan untuk berusaha
(Naskah A), Naskah Geguritan Ni menemukan bentuk awal teks atau
Sumala Koleksi Gedong Kirtya Singaraja sekurang-kurangnya melakukan
(Naskah B), Naskah Geguritan Ni rekontruksi teks agar mendekati bentuk
Sumala oleksi Kantor Dokumentasi aslinya. Berbanding terbalik dengan
Kebudayaan Provinsi Bali (Naskah C), Filologi Modern yang lebih bertujuan
Kata filologi berarti „cinta ilmu dan untuk menemukan makna kreativitas
sastra‟ memiliki arti yang sangat luas. penyalin yang tampak dalam versi teks
Namun pada masa sekarang maknya yang ditemukan.
dipersempit menjadi studi yang berkaitan Berdasarkan uraian di atas, maka
dengan sastra dan naskah lama. Untuk dalam penelitian terhadap teks Geguritan
Geguritan Ni Sumala: Suatu Kajian Filologis | 348

Ni Sumala menggunakan teori filologi diasumsikan mengalami beberapa kali


tradisional yang dilakukan dengan cara penyalinan. Proses penyalinan naskah
melakukan kritik teks terhadap naskah GNS tentunya disertai dengan perubahan
yang ditemukan agar mendekati teks salin atau tulis oleh penyalinnya. Selain
aslinya dan menyajikan teks tersebut itu, jenis maupun jumlah kesalahan salin
sehingga dapat terhindar dari kesalahan. atau tulis antara naskah satu dengan yang
lain tidak sama.
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan kritik teks di atas
dengan cara membandingkan ketiga
Kritik Teks Geguritan Ni Sumala varian naskah GNS, maka diketahui
Salah satu langkah dalam melakukan bahwa jenis dan jumlah kesalahan
suntingan naskah adalah melalui kritik salin/tulis yang dimiliki ketiga naskah
teks untuk berusaha mengembalikan teks GNS tidak sama. Naskah A memiliki
ke bentuk aslinya sesuai dengan yang kesalahan salin/tulis sebanyak (37),
diciptakan. (Baried, 1985: 97) naskah B sebanyak (102), serta naskah C
Melalui penelitian ini, ketiga naskah sebanyak (52) kesalahan salin/tulis.
GNS akan dibandingkan, karena penulis Adapun uraian kesalahan salin/tulis
menyadari bahwa naskah-naskah dapat seperti berikut ini:

No. JENIS KESALAHAN SALIN/TULIS NASKAH


A B C
1. Subsitusi 19 34 24
2. Adisi 5 24 5
3. Omisi 3 16 8
4. Lakuna 5 10 5
5. Interpolasi 1 12 2
6. Ditografi 1 0 1
7. Transposisi 2 5 2
8. Korup 1 1 5
JUMLAH 37 102 52

Berdasarkan perbandingan naskah jumlah bait dari ketiga naskah. Naskah A


melalui kritik teks di atas, maka ketiga dan C memiliki jumlah bait yang sama
naskah (A, B dan C) diklasifikasikan sebanyak 220 bait, sedangkan jumlah bait
menjadi dua kelompok. Kelompok naskah B adalah sebanyak 205 bait. Jika
pertama adalah naskah A dan C dilihat dari kandungan isi cerita, naskah
sedangkan kelompok kedua hanya A dan C memiliki persamaan cerita dari
naskah B. Pengelompokan didasarkan bagian awal hingga akhir. Pada naskah B
atas pertimbangan bahwa naskah A dan awal cerita tidaklah sama dengan kedua
C memiliki jumlah varian atau kesalahan naskah lainnya. Ada kemungkinan bahwa
salin/tulis lebih kecil dibandingkan naskah A dan C tidak disalin dari naskah
dengan naskah B. B begitu pula sebaliknya.
Perbandingan juga dapat dilihat dari Hasil kritik teks di atas menunjukkan
349 | Luh Gede Krismayanti, I Wayan Suteja, I Gde Nala Antara Vol 25.3 Agustus 2021

bahwa naskah A secara umum memiliki adalah kata inggih pada naskah A
kualitas yang lebih unggul dibandingkan diangkat dalam edisi teks.
dengan naskah GNS yang lain. Hal ini 3. Gempalan, C = Kesalahan salin/tulis
terlihat dari jumlah kesalahan salin tulis pertama pada bait kedua dan baris ketiga
pada naskah A lebih sedikit dari dua adalah kata gempalan pada naskah C.
naskah lainnya yakni B dan C. Yang Karena kata tersebut dianggap salah,
menjadi landasan dalam edisi teks adalah maka kata gagempalan pada naskah A
naskah A. diangkat dalam edisi teks.
2) 27.1.1. (lakuna), A,C; 7.(2-2).
Edisi Teks dan Terjemahan Geguritan Pancoran besi punika, B.
Ni Sumala Keterangan:
GNS merupakan salah satu hasil 27 = bait
karya sastra Bali tradisional dalam 1 = baris/larik
bentuk geguritan yang ditulis 7 = barik/larik
menggunakan aksara Bali dan 1. (lakuna), A,C. = Kesalahan salin/tulis
menggunakan bahasa Bali Kawi. Sebagai pertama pada bait ke-27 baris pertama
dasar penyusunan edisi teks, alih aksara adalah pada naskah A dan C (terjadi
dan ejaan merupakan salah satu aspek lakuna). Hal ini menyebabkan kata yang
yang penting dalam kajian ini. Adapun tertulis pada naskah B diangkat dalam
pedoman yang digunakan dalam edisi teks.
transliterasi dari aksara Bali ke aksara (2-2). Pancoran besi punika, B. =
latin adalah sesuai dengan pendapat Acri Kesalahan salin/tulis kedua pada bait ke-
dan Griffiths (2014: 371-372) 27 baris ketujuh adalah frase pancoran
dikombinasikan dengan pendapat Damais besi punika pada naskah B. Karena frase
(1995: 125). tersebut dianggap salah, maka frase yang
Ejaan yang dipakai dalam diangkat dalam edisi teks adalah besi
penyusunan edisi teks adalah pancoran punika sesuai dengan naskah A
menggunakan Pedoman Ejaan Bahasa dan C.
Bali dengan Huruf Latin dan Huruf Bali Selanjutnya, terjemahan teks GNS ke
yang disusun oleh I Nengah Tinggen, dalam bahasa Indonesia tidak semata-
diterbitkan oleh Lembaga Bahasa mata menggunakan terjemahan harfiah,
Nasional di Singaraja pada tahun 1972. namun diimbangi dengan kata bahasa
Pedoman lain yang digunakan berkaitan Indonesia yang sepadan pula (Larson,
dengan aksara Bali adalah Pedoman 2005: 39). Hambatan dalam mencari
Pasang Aksara Bali yang diterbitkan oleh padanan yang sesuai juga menyebabkan
Dinas Kebudayan Provinsi Bali pada terjemahan agak janggal sehingga akan
tahun 2005 di Denpasar. ditambahkan kata-kata yang tidak ada
Adapun cara membaca catatan kaki dalam teks untuk kelancaran terjemahan
yang terdapat dalam edisi teks GNS (Sardjono, 1986: 17)
melalui beberapa contoh seperti di bawah Cara penyajian terjemahan dapat
ini: dibedakan menjadi tiga jenis yakni: 1)
1) 2.3.1. Inggiḥ, C. 2. Gempalan, C. secara interlinear yaitu teks terjemahan
Keterangan: ditempatkan di bawah teks aslinya; 2)
2 = bait secara berdampingan yaitu teks
3 = baris/larik terjemahan ditempatkan disamping di
1. Inggiḥ, C = Kesalahan salin/tulis samping kanan teks asli; 3) teks
pertama pada bait kedua dan baris ketiga terjemahan yang ditempatkan dalam
subbab terpisah. Dari ketiga cara
Geguritan Ni Sumala: Suatu Kajian Filologis | 350

penyajian tersebut, terjemahan teks GNS Kebudayaan Provinsi Bali dengan


akan ditempatkan menggunakan cara ke- menerapkan metode landasan (legger)
3 dengan menyajikan seluruh teks dengan anggapan bahwa materi ini
sumber terlebih dahulu disusul dengan memiliki penyaksi terbanyak. Menurut
teks terjemahan pada subbab berikutnya. Simpen (2005: 4), tidak menutup
Proses penerjemahan ditunjang oleh kemungkinan penyaksi yang berjumlah
Kamus Bali-Indonesia edisi ke-3 oleh sedikit juga bisa menjadi bahan dalam
Balai Bahasa Bali (2016) dan Kamus edisi teks jika memenuhi syarat misalnya
Jawa Kuno-Indonesia P.J. Zoetmulder dalam geguritan sesuai dengan aturan
bekerja sama dengan S.O. Robson (1995) terikat berupa guru wilangan atau guru
dingdong.
SIMPULAN Langkah terakhir dalam penelitian
Geguritan Ni Sumala dalam bentuk ini adalah menyajikan terjemahan yang
karya sastra geguritan yang didahului oleh teks sumber pada subbab
menggunakan Bahasa Kawi Bali. Dilihat sebelumnya dengan menggunakan bahasa
dari aturan padalingsa, geguritan ini Indonesia. Melalui variasi teks yang telah
menggunakan dua jenis pupuh yakni dikaji, dijumpai berbagai bahasa arkais
sejumlah 187 bait Pupuh Ginada dan 33 khususnya bahasa Bali yang layak untuk
bait Pupuh Adri. Berkaitan dengan dijadikan sebagai bahan penelitian
penelitian ini, penulis mengunakan tiga berikutnya.
buah naskah Geguritan Ni Sumala yang
berasal dari tiga tempat penyimpanan DAFTAR PUSTAKA
naskah berbeda di Bali.
Adapun perbedaan terhadap ketiga Acri, A., & Griffiths, A. (2014). “The
naskah GNS dapat dilihat dari perspektif Romanisation of Indic Script used
kritik teks. Kesalahan salin/tulis yang in Ancient Indonesia”, Journal of
ditemukan pada masing-masing naskah the Humanities and Social Sciences
berbeda dari segi jenis ataupun jumlah of Southeast Asia, Vol. 170, No. 2-
kesalahan salin/tulis. Naskah A memiliki 3.
kesalahan salin/tulis seperti: Substitusi
(19), Adisi (5), Omisi (3), Lakuna (5), Baried, S. B. (1985). Pengantar Teori
Interpolasi (1), Ditografi (1), Transposisi Filologi. Jakarta: Pusat Pembinaan
(2), Korup (1) dengan total keseluruhan dan Pengembangan Bahasa.
sebanyak 37. Jika ditinjau dari naskah B,
adapun rincian kesalahan salin/tulis Baried, S. B. (1994). Pengantar Teori
adalah: Substitusi (34), Adisi (24), Omisi Filologi. Jakarta: Pusat
(16), Lakuna (10), Interpolasi (12), Yogyakarta: Pusat Pengembangan
Transposisi (5), Korup (1). Secara dan Publikasi Seksi Filologi,
keseluruhan, jumlah kesalahan salin/tulis Fakultas Sastra Universitas Gadjah
pada naskah B adalah sebanyak 102. Mada.
Naskah C memiliki 52 kesalahan
salin/tulis dengan penjabaran: Substitusi Damais, L. C. (1995). Epigrafi dan
(24), Adisi (5), Omisi (8), Lakuna (5), Sejarah Nusantara. Jakarta: Pusat
Interpolasi (2), Ditografi (1), Transposisi Penelitian Arkeologi Nasional.
(2), Korup (5).
Materi yang dipilih untuk edisi teks Galang Nova, I Putu. (2020). “Analisis
GNS adalah naskah A yakni naskah Ideologi pada Teks Mitos Baris
Geguritan Ni Sumala koleksi Dinas Cina di Desa Adat Renon”,
351 | Luh Gede Krismayanti, I Wayan Suteja, I Gde Nala Antara Vol 25.3 Agustus 2021

Humanis. Vol 24, No. 4.

Ikram, Achadiati. (2019). Pengantar


Penelitian Filologi. Jakarta:
Masyarakat Pernaskahan Nusantara
(Manassa).

Larson, M. L. (2005). Penerjemahan


Berdasar Makna: Pedoman untuk
Pemadanan Antarbahasa. Jakarta:
ARCAN.

Nuarca, Ketut. (2017). Geguritan Ni


Sumala Satu Kajian Sosiologi
Sastra. Denpasar: Universitas
Udayana.

Ratna, N. K. (2012). Penelitian Sastra:


Teori, Metode, dan Teknik.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Robson, S. O. (1978). Bahasa dan


Sastra: Pengkajian Sastra-Sastra
Tradisional Indonesia. Jakarta:
Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.

Sardjono, Partini. (1986). Kakawin Gajah


Mada Sebuah Karya Sastra
Kakawin Abad ke-20: Suntingan
Naskah serta Telaah Struktur,
Tokoh dan Hubungan Antarteks.
Bandung: Binacipta.

Simpen, A. B. Wayan. (2005). Pedoman


Pasang Aksara Bali. Denpasar:
Dinas Kebudayaan Provinsi Bali.

Sudaryanto, D. P. (2015). Metode dan


Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta:
Duta Wacana University.

Tinggen, I. N. (1972). Pedoman Ejaan


Bahasa Bali dengan Huruf Latin
dan Huruf Bali. Singaraja:
Lembaga Bahasa Nasional.

You might also like