Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 5

PENETAPAN KADAR ABU PADA KACANG HIJAU, TEMPE, DAN

DAGING AYAM DENGAN METODE GRAVIMETRI

Lista Triyuliana Bahtiar1, Nadira Jasmine1, Riska Nurhaliza1, Alyfia Rahmah Putri1,
Siti Nur Fauziah1, Anisa Dewi Mentari2, Hamidatun2
1
Kelompok 4 Praktikum AZG, Program Studi Gizi, Fakultas Teknologi Pangan dan Kesehatan, Universitas Sahid
Jakarta, 12870 Jakarta, Indonesia
2
Dosen Praktikum AZG, Program Studi Gizi, Fakultas Teknologi Pangan dan Kesehatan, Universitas Sahid Jakarta,
12870 Jakarta, Indonesia

ABSTRACT

Background: Ash content is one of the most important chemical laboratory test methods in the food industry to
determine food quality and resistance to damage that may occur in foodstuffs. Determination of ash content in green
beans, tempeh, and dried chicken meat has a role to determine the mineral content of each food ingredient. Objective:
The purpose of this study is to analyze the ash content of a material which shows the total minerals contained in each
food ingredient. Methods: In this study, the dry ashing method (gravimetric) refers to SNI 01-3923-1995, SNI
3144:2009, and SNI 3924:2009. Determination of the ash content of foodstuffs was carried out by dry ashing using a
furnace at a temperature of about 550oC and left for 18 hours, then the remaining combustion products are weighed.
The time and place of the research is Friday, March 25, 2022 at 13.34 WIB at the Food Laboratory of Sahid
University, Jakarta. Results: The results of the determination of the ash content showed that the ash content obtained in
the tempe sample was greater than the SNI quality requirements. The code 1 green beans sample is 3.50%, code 2
green beans is 3.45%, tempeh code 3 is 2.44%, tempeh code 4 is 2.41%, code 5 chicken meat is 7.35%, and code 6
chicken is 5.48%. Conclusion: The results of the analysis of the determination of the ash content in green beans,
tempeh, and chicken meat indicate that the quality requirements of the ash content in SNI tempeh are smaller than the
results of the calculation of the ash content of the ash content determination process. This shows that there are several
influencing factors, including work procedures and duplo or triple treatments that are not carried out so that the results
obtained are not accurate.

Keyword: ash content, chicken meat, gravimetry, green beans, tempeh, temperature

ABSTRAK

Latar belakang: Kadar abu merupakan salah satu metode uji laboratorium kimia yang sangat penting dalam industri
pangan untuk menentukan kualitas dan ketahanan pangan terhadap kerusakan yang mungkin terjadi pada bahan pangan.
Penentuan kadar abu pada kacang hijau, tempe, dan daging ayam yang telah dikeringkan mempunyai peranan untuk
mengetahui kandungan mineral pada masing-masing bahan pangan. Tujuan: Tujuan dari penelitian kali ini untuk
menganalisis  kadar abu dari suatu bahan yang menunjukkan total mineral yang terkandung pada setiap bahan pangan.
Metode: Pada penelitian kali ini menggunakan metode pengabuan kering (gravimetri) yang mengacu pada SNI 01-
3923-1995, SNI 3144:2009, dan SNI 3924:2009. Penentuan kadar abu bahan pangan dilakukan dengan pengabuan
kering dengan menggunakan tanur pada suhu sekitar 550oC dan biarkan selama 18 jam,  kemudian zat hasil pembakaran
yang tertinggal ditimbang. Waktu dan tempat pelaksanaan penelitian yaitu Jumat, 25 Maret 2022 pukul 13.34 WIB di
Laboratorium Pangan Universitas Sahid, Jakarta. Hasil: Hasil penentuan kadar abu menunjukan bahwa kadar abu yang
diperoleh pada sampel tempe lebih besar dibanding syarat mutu SNI tersebut. Pada sampel kacang hijau kode 1 sebesar
3.50%, kacang hijau kode 2 sebesar 3,45%, tempe kode 3 sebesar 2.44%, tempe kode 4 sebesar 2.41%, daging ayam
kode 5 sebesar 7.35%, dan daging ayam kode 6 sebesar 5.48%. Kesimpulan: Hasil analisis penetapan kadar abu pada
kacang hijau, tempe dan daging ayam menunjukkan bahwa syarat mutu kadar abu pada SNI tempe lebih kecil
dibanding hasil perhitungan kadar abu dari proses penetapan kadar abu. Hal ini menunjukan bahwa ada beberapa faktor
yang memengaruhi, di antaranya prosedur kerja dan perlakuan duplo atau triplo yang tidak dilakukan sehingga hasil
yang didapat tidak akurat.

Kata kunci: daging ayam, gravimetri, kadar abu, kacang hijau, suhu, tempe
PENDAHULUAN melindungi kandungan bahan yang bersifat
volatil dan bahan berlemak hingga kandungan
Kadar abu adalah campuran dari asam hilang dan pemanasan pada suhu 800oC
komponen-komponen anorganik atau mineral yang bertujuan mencegah perubahan suhu
yang terdapat pada suatu bahan pangan. Abu pada bahan maupun cawan secara tiba-tiba
adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran agar tidak memecahkan krus yang mudah
suatu bahan organik. Bahan pangan tersusun pecah.
atas 96% bahan anorganik dan air, sedangkan
sisanya merupakan unsur-unsur mineral. Berdasarkan paparan di atas,
diperlukan sebuah praktikum untuk melatih
Kadar abu yang dihasilkan dapat mahasiswa agar terampil dan paham dalam
menunjukkan total mineral dalam suatu bahan menganalisis kadar abu suatu bahan pangan.
pangan. Bahan-bahan organik dalam proses Praktikum ini bertujuan untuk menetapkan
pembakaran akan terbakar, tetapi komponen dan mempelajari analisis kadar abu
anorganik tidak akan terbakar, oleh karena itu menggunakan metode pengabuan kering
disebut sebagai kadar abu [1]. dengan bahan pangan kacang hijau, tempe,
dan daging ayam.
Mineral merupakan salah satu zat gizi
mikro yang memiliki peran penting dalam METODE
pemeliharaan fungsi tubuh pada tingkat sel,
jaringan, organ, hingga fungsi tubuh secara 2.1. Waktu dan Tempat
keseluruhan. Pemenuhan kebutuhan mineral Praktikum ini dilaksanakan pada hari
pada manusia dapat diperoleh dengan cara Jumat tanggal 25 Maret 2022 pada pukul
mengonsumsi bahan pangan baik yang 13.34 WIB di Laboratorium Pangan
berasal dari tumbuhan (mineral nabati) Universitas Sahid Jakarta.
maupun hewan (mineral hewani) [2].
Kandungan mineral dalam bahan pangan 2.2 Alat dan Bahan
merupakan salah satu parameter awal untuk Pada percobaan penetapan kadar abu
menilai kualitas suatu bahan pangan yang pada kacang hijau, tempe, dan daging ayam.
dapat diketahui dari hasil kadar abu. Alat yang digunakan adalah timbangan
analitik, cawan lebur, tungku muffle, dan
Kadar abu merupakan salah satu desikator. Bahan yang digunakan adalah
metode uji laboratorium kimia yang sangat kacang hijau yang telah dikeringkan, tempe
penting dalam industri pangan untuk yang telah dikeringkan, dan daging ayam
menentukan kualitas dan ketahanan pangan yang telah dikeringkan.
terhadap kerusakan yang mungkin terjadi
pada bahan pangan. Penentuan kadar abu 2.3 Prosedur Percobaan
pada kacang hijau, tempe, dan daging ayam Prosedur pada praktikum penetapan
yang telah dikeringkan mempunyai peranan kadar abu pada kacang hijau, tempe, dan
untuk mengetahui kandungan mineral pada daging menggunakan metode pengabuan
masing-masing bahan pangan. kering (gravimetri) SNI 01-3923-1995, SNI
3144:2009, dan SNI 3924:2009. Prosedurnya
Penetapan kadar abu pada bahan yaitu langkah pertama menyiapkan sampel,
pangan akan dilakukan menggunakan metode pemberian kode pada cawan lebur,
pengabuan kering. Metode pengabuan kering menimbang sampel, lalu memasukkan cawan
merupakan proses pengabuan secara yang berisi sampel ke dalam tungku waffle
langsung, yaitu dengan mengoksidasi semua dengan temperature 550°C selama 18 jam,
zat organik dengan suhu tinggi kemudian lalu mematikan dan menurunkan suhu tungku
menimbang zat yang tertinggal setelah proses waffle menjadi 250°C, memasukkan cawan
pembakaran tersebut. Metode pengabuan lebur ke dalam desikator selama 30 menit,
dilakukan melalui dua tahap, yaitu pemanasan langkah terakhir yaitu menimbang cawan
pada suhu 300°C yang bertujuan untuk lebur.
Kadar abu ditentukan berdasarkan
HASIL kehilangan berat setelah pembakaran dengan
syarat titik akhir pembakaran dihentikan
Sampel yang digunakan pada sebelum terjadi dekomposisi dari abu tersebut
penetapan kadar abu metode gravimetri ini [5]
. Kadar abu dari suatu bahan menunjukan
adalah kacang hijau, tempe, dan daging ayam. total mineral dalam bahan tersebut oleh sebab
Berikut adalah tabel hasil perhitungan kadar itu penetapan kadar abu bermanfaat untuk
mengetahui besarnya mineral dalam suatu
abu pada masing-masing bahan.
bahan pangan. Selain itu, dengan mengetahui
Tabel 1 Hasil perhitungan kadar abu pada sampel kadar abu dapat mengetahui kualitas dari
Berat Berat suatu bahan pangan. Semakin tinggi nilai
Berat cawan dan cawan dan Kadar kadar abu, maka kualitas bahan pangan
Sampe
l
sampel sampel sampel abu tersebut semakin buruk dan semakin rendah
(g) sebelum(g sesudah(g) (%) nilai kadar abu, maka semakin baik kualitas
)
bahan pangan tersebut.
1 47.2931 5.0038 47.4650 3.50
2 45.8303 5.0137 46.0033 3.45 Penentuan kadar abu total dapat
digunakan untuk berbagai tujuan yaitu untuk
3 46.8837 5.0019 47.0056 2.44 menentukan baik atau tidaknya suatu proses
4 47.2202 5.0459 47.3419 2.41 pengolahan dan mengetahui jenis bahan yang
digunakan. Kandungan abu juga dapat dipakai
5 46.7860 5.0038 47.1536 7.35
untuk menentukan atau membedakan buah
6 47.6047 2.8878 47.7629 5.48 asli atau sintesis sebagai parameter nilai
bahan pada makanan. Adanya kandungan abu
Rumus kadar abu (%): yang tidak larut dalam asam yang cukup
c−a tinggi menunjukkan adanya pasir atau kotoran
%= x 100 % lain [6].
b−a
Keterangan: Pada praktikum kali ini dilakukan
a = berat cawan kosong (g) penentuan kadar abu bahan mentah yaitu
b = berat cawan dan sampel awal (g) kacang hijau, tempe, dan daging ayam.
c = berat cawan dan sampel akhir (g)
Metode yang digunakan adalah metode
penetapan kadar abu pengabuan kering
PEMBAHASAN
(gravimetri) SNI 01-3923-1995, SNI
Abu adalah zat anorganik sisa hasil 3144:2009, dan SNI 3924:2009. Prinsip
pembakaran suatu bahan pangan. Kandungan penetapan kadar abu adalah mendestruksi
abu dan komposisinya tergantung pada komponen organik sampel dengan suhu tinggi
macam bahan dan cara pengabuannya. di dalam suatu tanur, tanpa terjadi nyala api
Sebagian besar bahan makanan, yaitu sekitar hingga terbentuk abu berwarna putih keabuan
96% terdiri dari bahan organik dan air. dan berat tetap tercapai. Oksigen yang
Sisanya merupakan bahan anorganik berupa terdapat di dalam udara bertindak akan
mineral yang disebut dengan abu [3]. Kadar sebagai oksidator di mana air dan bahan-
abu dari suatu bahan menunjukan total bahan organik akan hilang dalam pembakaran
mineral dalam bahan tersebut. Menurut De suhu tinggi. Residu yang tertinggal adalah
man (1997), pembakaran yang dilakukan pada mineral dalam bentuk abu putih.
suhu 600oC akan merusak senyawa organik
Proses pengukuran kadar abu kacang
dan meninggalkan mineral pada sampel yang
hijau, tempe, dan daging ayam dengan
diuji kadar abunya, namun jika pembakaran
metode abu pengabuan kering (gravimetri)
dilakukan pada suhu lebih dari 600oC akan
SNI 01-3923-1995, SNI 3144:2009, dan SNI
menghilangkan nitrogen dan natrium klorida
3924:2009 dimulai dengan menyiapkan
pada bahan yang dianalisis.
sampel yang terdiri dari kacang hijau, tempe,
dan daging ayam yang telah dikeringkan.
Kemudian cawan lebur yang digunakan penggerak udara, kelembapan, udara, tekanan,
diberikan kode 1 - 6. Cawan 1 dan 2 untuk atmosfer, penguapan air, dan lama
sampel kacang hijau, cawan 3 dan 4 untuk pengeringan.
sampel tempe, dan cawan 5 dan 6 untuk
sampel daging ayam. Sebelum menimbang KESIMPULAN
sampel, cawan lebur kosong + tutup cawan
ditimbang dan dicatat. Masing-masing sampel Hasil analisis penetapan kadar abu  
ditimbang sebanyak ± 5 gram. Tungku muffle pada kacang hijau, tempe dan daging ayam 
dinyalakan dengan menekan tombol on dan dengan metode analisis pengabuan kering
dimasukkan semua cawan lebur yang berisi (gravimetri) didapat kacang hijau kode 1
sampel ke dalam tungku. Tungku ditutup dan sebesar 3.50%, kacang hijau kode 2 sebesar
diatur pada suhu 550°C dan dibiarkan selama 3,45%, tempe kode 3 sebesar 2.44 %, tempe
18 jam. Setelah 18 jam, Tungku muffle kode 4 sebesar 2.41%, daging ayam kode 5
dimatikan dan didiamkan hingga suhunya sebesar 7.35% dan daging ayam kode 6
turun setidaknya hingga 250°C. Masing- sebesar 5.48%. syarat mutu kadar abu pada
masing cawan lebur dikeluarkan dari tungku SNI tempe lebih kecil dibanding hasil
menggunakan penjepit lalu diletakkan sesuai perhitungan kadar abu dari proses penetapan
kode. Cawan lebur dimasukan ke dalam kadar abu. Hal ini menunjukan bahwa ada
desikator dan ditunggu selama 30 menit agar beberapa faktor yang memengaruhi, di
cawan lebur dingin sebelum ditimbang. antaranya dalam metode pengabuan kering
Masing-masing cawan lebur ditimbang dan (gravimetri), prosedur kerja masing-masing
dicatat berat sebagai berat setelah pengabuan. berbeda dan perlakuan duplo atau triplo yang
tidak dilakukan sehingga hasil yang didapat
Hasil pengukuran penentuan kadar abu kurang akurat. Luas permukaan, kecepatan
kacang hijau, tempe dan daging ayam dengan pengerak udara, kelembapan, udara, tekanan,
metode pengabuan kering (gravimetri) adalah atmosfer, penguapan air, dan lama
pada sampel kacang hijau kode 1 sebesar pengeringan juga berpengaruh terhadap kadar
3.50%, kacang hijau kode 2 sebesar 3,45%, abu bahan tersebut.
tempe kode 3 sebesar 2.44%, tempe kode 4 Saran yang diberikan untuk praktikum
sebesar 2.41%, daging ayam kode 5 sebesar ini adalah sebaiknya prosedur kerja dilakukan
7.35%, dan daging ayam kode 6 sebesar sesuai dengan prosedur standar dan saat
5.48%. Menurut SNI tempe 3144:2009 kadar melakukan pengabuan dilakukan duplo atau
abu maksimal sebesar 1.5% dengan mineral triplo agar hasil perhitungan kadar abu dapat
yang terkandung adalah kadmium (Cd) akurat dan tidak melebihi batas SNI.
maksimal 0.2 mg/kg, timbal (Pb) maksimal
0.25 mg/kg, timah (Sn) maksimal 40 mg/kg, DAFTAR PUSTAKA
merkuri (Hg) maksimal 0.03 mg/kg, dan
cemaran arsen (As) maksimal 0.25 mg/kg. 1. Winarno FG. 1991. Pangan Gizi, Teknologi dan
Konsumen. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.
Sehingga kadar abu yang diperoleh pada 2. Almatsier S. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta
sampel tempe lebih besar dibanding syarat (ID): Gramedia Pustaka Utama.
mutu SNI tersebut. Hasil kadar abu yang lebih 3. Winarno FG. 1991. Pangan Gizi, Teknologi dan
dari pada nilai maksimum syarat mutu dapat Konsumen. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.
terjadi karena beberapa faktor, pada prosedur 4. De man, John M. 1997. Kimia Makanan. Bandung
kerja yang digunakan berbeda dengan (ID): ITB.
5. Amelia MR. 2014. Analisis Kadar Lemak Metode
prosedur kerja pada SNI, kemudian dalam Soxhlet (AOAC 2005). Departemen Gizi
proses penetapan kadar abu tidak dilakukan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia. Bogor
duplo atau triplo sehingga hasil yang didapat (ID): Institut Pertanian Bogor.
kurang akurat. Proses pengeringan juga 6. Irawati. 2008. Modul Pengujian Mutu 1. Cianjur
dipengaruhi oleh luas permukaan, kecepatan (ID): Diploma IV PDP PTK Vedca.
LAMPIRAN

a. Perhitungan Kadar Abu Cawan 1 (Kacang Hijau) d. Perhitungan Kadar Abu Cawan 4
(Tempe)
47.4680−47.2931
%= x 100 % 47.3419−47.2202
522.969−47.2931 %= x 100 %
522.661−47.2202
% = 3.50% % = 2.41%
b. Perhitungan Kadar Abu Cawan 2 (Kacang Hijau) e. Perhitungan Kadar Abu Cawan 5
46.0033−45.8303 (Daging Ayam)
%= x 100 %
508.440−45.8303 47.1536−46.7860
%= x 100 %
% = 3.45% 517.898−46.7860

c. Perhitungan Kadar Abu Cawan 3 (Tempe) % = 7.35%


470.056−46.8837 f. Perhitungan Kadar Abu Cawan 6
%= x 100 %
518.856−46.8837 (Daging Ayam)

% = 2.44% 47.7629−47.6047
%= x 100 %
504.925−47.6047

% = 5.48%

PEMBAGIAN KERJA
Nama NIM Tugas TTD
Lista Triyuliana 2020350022 Metode, waktu dan tempat,
Bahtiar alat dan bahan, dan prosedur
percobaan.

Nadira Jasmine 2020350037 Pendahuluan dan hasil.

Riska Nurhaliza 2020350057 Abstrak dan editor.

Alyfia Rahmah 2020350058 Hasil, pembahasan, dan


Putri kesimpulan.

Siti Nur Fauziah 2020350069 Hasil dan editor.

You might also like