Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

DAYA TERIMA JAJANAN LOKAL PUTU KACANG HIJAU DENGAN

PENAMBAHAN TEPUNG KACANG GUDE (Cajanus cajan (L.) Millsp.)

Acceptability of Snack Local Putu Green Bean with the Addition of Gude Bean Flour
(Cajanus cajan (L.) Millsp)

Rezky Fitrawan1, Sirajuddin2, Sukmawati2


1
Alumni Sarjana Terapan Gizi Politeknik Kesehatan, Makassar
2
Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan Kemenkes, Makassar

*)rezkyfitrawan@poltekkes-mks.ac.id/082187426202)

ABSTRACT

National primary health research results in 2013 showed that the nutritional status of
school-age children aged 5-12 years with a thin prevalence was 11.2% and the short
prevalence was 30.7%. The development of local food of gude nuts as an alternative
source of protein in making local snacks putu green beans is expected to overcome the
problem of PEM nutrition in school-age children. This study aims to determine the
acceptability of local putu green beans with the addition of 100 grams, 150 grams and
200 grams of gude bean flour based on aspects of color, texture, aroma and taste. The
research design was pre-experimental with one shoot group design. Receipt was
assessed based on the hedonic test of 35 rather trained panelists. Data is collected and
divided according to each criteria, namely likes and dislikes. All data were processed
using the SPSS 16.0 program and tested using the Kruskal-wallis test and continue with
Mann-Whitney test. Data is presented in tables and narratives. The results of the
research on putu bean products produced by the addition of gude peanut flour 100
grams, 150 grams and 200 grams each amounted to 29 pieces, 32 pieces and 35 pieces
with the same weight of 19 grams / piece. The results obtained from the Kruskal-wallis
test showed that there was an effect of the addition of gude bean flour to the
acceptability of putu green bean local snacks based on texture aspects (p = 0.010).
Mann-Whitney's further test results showed that the group of 100 grams of addition
product had a different texture with the product group adding 150 grams (p = 0.013)
and the addition of 100 grams had a different texture with the 200 gram addition
product group (p = 0.006). It is recommended in making local snacks putu kacang
using 200 gude peanut flour addition concentration because of the texture, aroma and
taste aspects are preferred. It is recommended that laboratory testing of nutrients be
carried out on putu kacang and conduct local snacks testing for school children
.
Keywords : Acceptability, Gude Peanut Flour, Local Snacks, PEM

ABSTRAK

Hasil riset kesehatan dasar tahun 2013 secara nasional menunjukkan bahwa status gizi
anak usia sekolah umur 5-12 tahun dengan prevalensi kurus adalah 11,2% dan
prevalensi pendek adalah 30,7%. Pengembangan pangan lokal kacang gude sebagai
alternatif sumber protein dalam pembuatan jajanan lokal putu kacang hijau diharapkan
dapat mengatasi masalah gizi KEP pada anak usia sekolah. Penelitian ini bertujuan

1
untuk mengetahui daya terima jajanan lokal putu kacang hijau dengan penambahan
tepung kacang gude 100 gram, 150 gram dan 200 gram berdasar aspek warna, tekstur,
aroma dan rasa. Desain penelitian adalah pra eksperimental dengan rancangan one
shoot group design. Daya terima dinilai berdasarkan uji hedonik terhadap 35 panelis
agak terlatih. Data dikumpulkan dan dibagi menurut kriteria masing-masing yaitu suka
dan tidak suka. Semua data diolah menggunakan program SPSS 16.0 dan diuji
menggunakan uji Kruskal-wallis dengan uji lanjut Mann-Whitney. Data disajikan dalam
bentuk tabel dan narasi. Hasil penelitian produk putu kacang yang dihasilkan dengan
penambahan tepung kacang gude 100 gram, 150 gram dan 200 gram masing-masing
sebanyak 29 keping, 32 keping dan 35 keping dengan berat yang sama yaitu 19
gram/keping. Hasil penelitian yang diperoleh dari uji kruskal-wallis menunjukkan
terdapat pengaruh penambahan tepung kacang gude terhadap daya terima jajanan lokal
putu kacang hijau berdasar aspek tekstur (p=0,010). Hasil uji lanjut mann-whitney
menunjukkan bahwa kelompok produk penambahan 100 gram memiliki tekstur yang
berbeda dengan kelompok produk penambahan 150 gram (p=0,013) dan penambahan
100 gram memiliki tekstur yang berbeda dengan kelompok produk penambahan 200
gram (p=0,006). Disarankan dalam pembuatan jajanan lokal putu kacang menggunakan
konsentrasi penambahan tepung kacang gude 200 gram karena dari aspek tekstur, aroma
dan rasa lebih disukai. Sebaiknya dilakukan pengujian laboratorium terhadap zat gizi
pada putu kacang dan melakukan pengujian jajanan lokal kepada anak sekolah.

Kata kunci : Daya Terima, Jajanan Lokal, Tepung Kacang Gude, KEP

PENDAHULUAN
Anak sekolah merupakan aset negara sebagai sumber daya manusia untuk
keberhasilan pembangunan bangsa. Anak sekolah dasar merupakan salah satu kelompok
rentan gizi. Hal ini dikarenakan anak-anak sedang dalam masa pertumbuhan dan
perkembangan tulang, gigi, otot dan darah sehingga memerlukan zat gizi makronutrien
seperti energi, protein, lemak dan zat gizi lain (Hapsari, 2013)
Riset Kesehatan Dasar (2013) secara nasional, prevalesi kurus pada anak umur
5-12 tahun adalah 11,2% dan prevalensi pendek adalah 30,7%. Dari data PSG (2017),
berdasarkan provinsi, prevalensi kurus anak sekolah umur 5-12 tahun Sulawesi Selatan
adalah 9,4%. Data tersebut menunjukkan bahwa penanganan kasus malnutrisi di
Indonesia masih belum optimal.
Adanya hubungan yang signifikan antara asupan energi dan protein dengan
status gizi. Anak yang asupan energinya kurang mempunyai peluang 9,4 kali menderita
kurus dibandingkan dengan anak yang asupan energinya cukup. Begitu juga dengan
asupan protein, anak yang asupan proteinnya kurang, memiliki peluang 11,5 kali lipat
menderita kurus dibandingkan dengan anak yang asupan proteinnya cukup (Gusliandra,
2013).

2
Aneka kacang lokal merupakan salah satu sumber protein nabati yang murah
dengan ketersediaan melimpah. Salah satu jenis kacang lokal yang berpotensi
dikembangkan adalah kacang gude (Cajanus cajan (L.) Millsp). Kabupaten Jeneponto
merupakan tempat dimana kacang gude sangat mudah ditemukan karena menjadi salah
satu tanaman perkebunan biasa di konsumsi sebagai sayuran yang di campur dengan
daun kelor (Saswini et al, 2015).
Penelitian pada 6 sekolah di Kabupaten Jeneponto Kecamatan Bontoramba pada
anak kelas 4-5 didapatkan 87,8% anak yang suka mengonsumsi kacang gude, hanya
saja jumlah kacang gude yang dikonsumsi sangat sedikit, hal tersebut terkait dengan
pengolahan kacang gude dalam bentuk sayur yang pada umumnya anak-anak tidak
suka. Selain itu dilakukan analisis produk yang disukai oleh anak-anak dan
kemungkinan kesukaan produk tersebut jika dibuat dari bahan kacang gude, hasil yang
didapatkan adalah 51,7% anak-anak suka jika dibuat dalam produk biskuit/kue kering
(Saswini et al, 2015).
Hasil Penelitian Okpala & Okoli (2011), protein cookies dari 100% kacang gude
berkisar antara 12,97% lebih tinggi dari cookies 100% cocoyan tepung yaitu berkisar
6,40% sejalan dengan penelitian tersebut penelitian yang dilakukan oleh Ohiokpehai
(2009), Cookies dari campuran tepung kacang gude dapat membantu untuk memerangi
kekurangan gizi protein di negara-negara dimana kekurangan gizi protein menimbulkan
ancaman. Intervensi kacang gude yang dilakukan selama 5 bulan pada anak sekolah
secara signifikan dapat menurunkan underweight dan kekurangan energi di Suba
District, Kenya.
Pengolahan kacang gude dalam bentuk jajanan bisa menjadi salah satu alternatif
dalam upaya mengatasi malnutrisi dengan mempertimbangkan dari aspek zat gizi,
manfaatnya bagi kesehatan dan daya terima. Makanan jajanan merupakan faktor yang
penting bagi tumbuh kembang anak, karena jajanan menyumbangkan energi dan zat gizi
yang diperlukan untuk pertumbuhan anak, sehingga jajanan yang berkualitas baik akan
mempengaruhi kualitas makanan anak (Murphy & Allen, 2007).
Indonesia sendiri khususnya Provinsi Sulawesi Selatan merupakan daerah
dengan potensi pangan yang berlimpah dengan aneka ragam jajanan tradisionalnya,
namun kebanyakan kandungan gizi makanan jajanan tradisional tidak lengkap dan lebih
dominan zat gizi seperti karbohidrat. Maka dari itu perlu dilakukan suatu modifikasi

3
pangan dengan penambahan tepung kacang gude pada jajanan untuk meningkatkan nilai
gizinya. Salah satu jajanan lokal yang terkenal di Sulawesi Selatan adalah Putu Kacang
Hijau. Putu kacang hijau merupakan kuliner tradisional masyarakat bugis makassar, kue
ini umumnya terbuat dari kacang ijo yang disangrai dan dihaluskan bersama dengan
gula pasir, kemudian ditekan hingga padat menjadi satu.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya terima jajanan lokal putu kacang
hijau dengan penambahan tepung kacang gude.

METODE
Desain, tempat, dan waktu
Penelitian ini merupakan penelitian Pra Eksperimental. Desain penelitian yang
digunakan adalah One Shoot Group Design. Penelitian dilakukan di Laboratorium
Teknologi Pangan dan Kuliner Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Makassar pada bulan
Februari - Mei 2018.
Jumlah dan cara pengambilan subjek
Populasi yang digunakan pada penelitian ini yakni mahasiswa Jurusan Gizi
Poltekkes Kemenkes Makassar. Subjek yakni mahasiswa Jurusan Gizi Poltekkes
Kemenkes Makassar semester 4-8. Jumlah subjek yakni 35 orang. Cara pengambilan
subjek yakni panelis agak terlatih yaitu 35 orang sudah terlatih untuk mengetahui sifat
sensorik : panelis terdiri dari mahasiswa Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Makassar
semester 4-8; panelis terdiri 35 orang; panelis memahami atribut yang akan dinilai;
panelis dalam keadaan sehat.
Jenis dan cara pengumpulan data
Jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data
yang diperoleh dan formulir yang diisi oleh panelis. Formulir ini berisi empat aspek
penilaian yaitu warna, tekstur, aroma dan rasa.
Data putu kacang hijau dikumpulkan dengan cara membuat putu kacang hijau
dengan penambahan tepung kacang gude berdasarkan diagram alir pembuatan putu
kacang hijau, baik penambahan 100 gram,150gram dan 200 gram. Data daya terima
pada panelis agak terlatih dikumpulkan dengan menggunakan formulir penelis meliputi
aspek warna, rasa, aroma, dan tekstur.

4
Pengolahan dan analisis data
Data hasil dikelompokkan kemudian diolah dengan menggunakan program
komputer yaitu Microsoft Excel dan Statistical Product and Service Solutions (SPSS),
Data hasil uji organoleptik yaitu uji hedonik (uji kesukaan) terhadap daya terima
ditabulasi dalam bentuk tabel kemudian dianalisis dengan menggunakan program
komputer SPSS yaitu uji Kruskal-Wallis dengan uji lanjut Mann-Whitney. Data yang
telah dianalisis disajikan dalam bentuk tabel disertai narasi.

HASIL
Hasil produk putu kacang yang dihasilkan dengan penambahan tepung kacang
gude 100 gram, 150 gram dan 200 gram masing-masing sebanyak 29 keping, 32 keping
dan 35 keping dengan berat yang sama yaitu 19 gram perkeping.
Berdasarkan hasil uji organoleptik penilaian panelis terhadap daya terima putu
kacang hijau penambahan tepung kacang gude yang paling banyak disukai panelis
berdasar aspek warna adalah penambahan 100 gram. Sedangkan berdasar aspek aroma,
tekstur dan rasa yang disukai panelis adalah penambahan 200 gram. Data hasil uji
organoleptik dianalisis menggunakan uji Kruskal Wallis dengan derajat kepercayaan
95% dan dilakukan uji lanjut yaitu Mann Whitney. Pada aspek warma, aroma dan rasa
menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan pada ketiga kelompok produk
sehingga tidak dilakukan uji lanjut Mann Whitney, sedangkan aspek tekstur
menunjukkan perbedaan siginfikan pada kelompok produk tertentu yaitu penambahan
150 gram (p=0,013) dan penambahan 100 gram memiliki tekstur yang berbeda dengan
kelompok produk penambahan 200 gram (p=0,006).
Kandungan gizi ketiga kelompok produk putu kacang dianalisis dengan
menggunakan aplikasi komputer Microsoft Excel 2010 data berasal dari Daftar
Komposisi Bahan Makanan.

PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, daya terima pada aspek warna
terhadap jajanan lokal putu kacang hijau penambahan kacang gude yang paling disukai
panelis adalah konsentrasi dengan penambahan 100 gram. Warna putu kacang hijau
penambahan kacang gude tidak memberi perbedaan yang signifikan terhadap daya

5
terima panelis. Semakin tinggi penambahan tepung kacang gude maka warna putu
kacang akan lebih dominan berwarna kecokelatan, warna kecokelatan juga dipengaruhi
oleh warna alami dari kacang gude itu sendiri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
semakin tinggi konsentrasi penambahan tepung kacang gude masih belum memberi
pengaruh daya terima panelis terhadap aspek warna yang meningkat.
Penelitian yang dilakukan oleh Nisa tahun 2016 perbandingan tepung sukun
(Artocarpus communis) dengan tepung kacang hijau (Vigna radiata L) dan suhu
pemanggangan terhadap karakteristik cookies, bahwa perbandingan tepung sukun
dengan tepung kacang hijau (3:1) dengan nilai rata-rata warna 4,596 menghasilkan
warna yang berbeda nyata terhadap cookies sukun kacang hijau. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin rendah penambahan tepung kacang hijau pada cookies, maka warna
cookies semakin disukai panelis.
Berdasarkan aspek tekstur dari hasil penilaian terhadap putu kacang hijau
penambahan kacang gude menunjukkan bahwa panelis lebih dapat menerima dengan
konsentrasi penambahan 200 gram, hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak
penambahan tepung kacang gude maka tekstur putu kacang semakin disukai panelis dan
tingkat daya terima panelis menjadi meningkat.
Penelitian yang dilakukan oleh Nisa tahun 2016 perbandingan tepung sukun
(Artocarpus communis) dengan tepung kacang hijau (Vigna radiata L) dan suhu
pemanggangan terhadap karakteristik cookies, bahwa penambahan tepung kacang hijau
yang meningkat menghasilkan tekstur yang berbeda nyata terhadap cookies sukun
kacang hijau. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak penambahan tepung kacang
hijau maka tekstur cookies semakin disukai panelis.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Fatimah tahun 2013 tentang uji
daya terima dan nilai gizi biskuit yang dimodifikasi dengan tepung kacang merah.
Hasil uji daya terima terhadap tekstur menunjukkan bahwa tekstur biskuit dengan
penambahan tepung kacang merah 10% sangat disukai oleh panelis. Biskuit dengan
penambahan 10% menghasilkan tekstur biskuit yang renyah bila dibandingkan biskuit
dengan penambahan 17,5% dan 25%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
konsentrasi penambahan tepung kacang merah memberi pengaruh daya terima terhadap
aspek tekstur yang menurun.
Berdasarkan uji daya terima panelis yang telah dilakukan dengan menggunakan

6
pengujian organoleptik terhadap aspek aroma dari hasil penilaian terhadap putu kacang
hijau penambahan kacang gude menunjukkan bahwa panelis lebih menyukai dan bisa
diterima terhadap konsentrasi penambahan 100 gram dan 200 gram. Munculnya
perbedaan aroma pada putu kacang hijau penambahan kacang gude menghasilkan
penilaian yang berbeda dari panelis. Hal ini disebabkan karena bahan-bahan yang
digunakan dalam pembuatan putu kacang yaitu seperti tepung kacang hijau, tepung
kacang gude dan tepung gula pasir masing-masing mempunyai aroma yang khas. Putu
kacang dengan penambahan sebesar 100 gram dan 200 gram memiliki aroma yang
disukai panelis, dimana aroma kacang gude sangat menonjol dengan dipadukan aroma
manisnya gula dan aroma khas kacang hijau.
Penelitian yang dilakukan oleh Saswini et al tahun 2015 yaitu pengembangan
pangan lokal kacang gude (Cajanus cajan) sebagai alternatif PMT-AS dengan sumber
protein dan zat besi dalam pembuatan kue tradisional baruasa di Kabupaten Jeneponto.
Daya terima panelis terhadap aspek aroma yang paling disukai adalah formula dengan
subtitusi tepung kacang gude (F4) penambahan 100% dengan skor mutu kesukaan
panelis tertinggi sebesar 3,72. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi
penambahan tepung kacang gude memberi pengaruh daya terima panelis terhadap aspek
aroma yang meningkat.
Penelitian yang dilakukan oleh Annisaa’ tahun 2015 menunjukkan hasil tingkat
kesukaan kue kering terhadap aroma komplementasi tepung jagung dan tepung kacang
merah adalah semakin tinggi konsentrasi penambahan tepung kacang merah semakin
tidak disukai oleh panelis.
Berdasarkan aspek rasa dari hasil penilaian terhadap putu kacang hijau dengan
penambahan kacang gude menunjukkan bahwa panelis lebih menerima terhadap
konsentrasi penambahan 200 gram. Hal tersebut disebabkan karena jumlah persentase
kacang gude lebih banyak, yang menunjukkan bahwa rasa yang dihasilkan oleh kacang
gude memiliki rasa khas yang banyak disukai panelis. Berbeda dengan konsentrasi
penambahan 150 gram dan 100 gram yang semakin rendah tambahan tepung kacang
gude semakin mempengaruhi daya terima panelis yang menurun.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Saswini, et al tahun 2015 yaitu
pengembangan pangan lokal kacang gude (Cajanus cajan) sebagai alternatif PMT-AS
dengan sumber protein dan zat besi dalam pembuatan kue tradisional baruasa di

7
Kabupaten Jeneponto. Daya terima panelis terhadap aspek rasa yang paling disukai
adalah formula dengan subtitusi tepung kacang gude (F4) penambahan 100% dengan
skor mutu kesukaan panelis tertinggi sebesar 3,72. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
banyak penambahan tepung kacang gude maka semakin mempengaruhi daya terima
panelis yang meningkat.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Fatimah tahun 2015 tentang uji
daya terima dan nilai gizi biskuit yang dimodifikasi dengan tepung kacang merah
menunjukkan bahwa rasa biskuit dengan penambahan tepung kacang merah 10%
disukai oleh panelis karena memiliki presentase tertinggi yaitu 88,9%. Sedangkan
biskuit dengan penambahan 25% memiliki presentase terendah yaitu 66,7%. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin banyak tepung kacang merah yang ditambahkan, maka
rasa biskuit yang dihasilkan semakin mempengaruhi daya terima panelis yang menurun.
Hasil analisis kandungan gizi protein menggunakan DKBM dengan perlakuan
penambahan tepung kacang gude sebesar 200 gram dalam tiap 100 gram (± 5 keping
putu kacang) memberikan sumbangan protein sebesar 13,85 gram. Dalam hal ini,
protein merupakan suatu zat gizi yang amat penting bagi tubuh, karena zat ini
disamping berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga sebagai zat pembangun dan
pengatur.
Menurut Hardinsyah dan Tambunan (2004), angka kebutuhan gizi rata-rata yang
dianjurkan bagi anak sekolah 7-12 tahun yaitu protein sebesar 45-50 gram per orang per
hari. Berpedoman pada program PMT-AS tahun 2011, makanan tambahan setidaknya
mampu menyediakan 10% dari total kebutuhan protein sesuai dengan usia anak sekolah
tersebut. Dengan kata lain kandungan gizi pada setiap makanan tambahan setidaknya
mengandung protein sebesar 4,5-5 gram.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa dalam tiap 100 gram putu
kacang dengan penambahan tepung kacang gude 200 gram telah mampu menyediakan
protein 26% dari total kebutuhan protein. Dengan demikian, maka putu kacang tersebut
telah sesuai dengan standar yang disyaratkan oleh program PMT-AS tahun 2011
sebagai makanan tambahan anak sekolah.
Protein memegang peranan penting dalam berbagai proses biologi, salah satunya
yaitu proteksi imun. Antibodi merupakan protein yang sangat spesifik dan sensitif dapat
mengenal kemudian bergabung dengan benda asing seperti virus, bakteri, dan sel dari

8
organisme lain. Oleh karena itu protein sangat dibutuhkan oleh anak usia sekolah karena
memiliki banyak aktivitas baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan.

KESIMPULAN
Daya terima panelis terhadap aspek warna, aroma dan rasa putu kacang hijau
dengan penambahan tepung kacang gude adalah sama untuk ketiga kelompok produk.
Sedangkan daya terima panelis terhadap aspek tekstur putu kacang hijau dengan
penambahan tepung kacang gude adalah tidak sama untuk ketiga kelompok produk
dimana penambahan tepung kacang gude 150 gram dan 200 gram masing-masing
menunjukkan adanya beda nyata terhadap penambahan tepung kacang gude100 gram.

SARAN
Penelitian selanjutnya diharapkan agar Pembuatan putu kacang sebaiknya
menggunakan penambahan tepung kacang gude 200 gram karena dari segi rasa, tekstur
dan aroma adalah yang paling disukai. Selain itu diharapkan agar dapat melakukan uji
daya simpan dan analisis laboratorium putu kacang terhadap zat gizi serta mampu
melakukan pengujian jajanan lokal kepada anak sekolah untuk melihat peningkatan
asupan anak sekolah selama mengkonsumsi jajanan lokal putu kacang.

UCAPAN TERIMA KASIH


1. Agustian Ipa, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar.
2. Nadimin, selaku Ketua Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar.
3. Sirajuddin, selaku Ketua Prodi Sarjana Terapan Gizi Politeknik Kesehatan
Kemenkes Makassar dan sebagai Pembimbing Utama yang telah banyak membantu
dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Sukmawati, selaku Pembimbing Pendamping yang telah banyak membantu dalam
penyelesaian skripsi ini.
5. Chaerunnimah, selaku Penguji yang telah banyak membantu dalam penyelesaian
skripsi ini.
6. Seluruh staf dosen dan staf administrasi Jurusan Gizi Politeknik Kemenkes
Makassar yang telah memberikan bantuan moril bagi penulis, baik dalam proses
pendidikan maupun dalam penyusunan skripsi ini.

9
7. Panelis yang telah berpartisipasi pada penelitian ini.
8. Sahabat-sahabatku yang telah menemani dalam suka maupun duka, yang
memberikan cinta dan kebanggaan hidup yang tidak bisa penulis ungkapkan dengan
kata-kata.
9. Teristimewa dari lubuk hati yang dalam, penulis menghaturkan terima kasih kepada
keluargaku khususnya Ayah dan Bunda tercinta atas segala doa dan pengorbanan
yang diberikan, baik moril maupun materil.

DAFTAR PUSTAKA
Hapsari, Rachmawati Nila. (2013). Kontribusi Makanan Jajanan Terhadap Tingkat
Kecukupan Asupan Energi dan Protein Pada Anak Sekolah yang Mendapat
PMT-AS di SD Negeri Plalan 1 Kota Surakarta. Jurnal Publikasi. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.Surakarta

Riskesdas. (2013). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. Laporan Nasional


2013, 1–384. https://doi.org/ diakses 09 September 2017

PSG. (2017). Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) 2016. Biro Komunikasi Dan
Pelayanan Masyarakat, 140. Retrieved from
http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20170203/0319612/inilah-
hasil-pemantauan-status-gizi-psg-2016/ diakses 10 Oktober 2017

Gusliandra, Ardina. (2013). Faktor Resiko Status Gizi Kurus pada Anak Usia 6-12
Tahun di Kelurahan Korong Gadang Kecamatan Kuranji Padang. Karya Tulis
Ilmiah. Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang. Padang

Saswini, Andi Ade Ula, Veni Hadju, M. M. (2015). Pengembangan Pangan Lokal
Kacang Gude (Cajanus cajan) sebagai Alternatif PMT-AS dengan Sumber
Protein dan Zat Besi dalam Pembuatan Kue Tradisional Baruasa di Kabupaten
Jeneponto. Jurnal Publikasi. Universitas Hasanuddin Makassar. Makassar

Okpala L C., & Okoli E C. (2011). Nutritional evaluation of cookies produced from
pigeonpea, cocoyam and sorghum flour blends. African Journal of
Biotechnology Vol.10(3), pp. 433-438, 17 January, 2011. ISSN 1684-5315.
Academic Journal.

Ohiokpehai Omo et al. (2009). The Effects of Soybean (Glycine Max) and Pigeon Pea
(Cajanus Cajan) Food Mixtures On The Nutritional Status Of School Children
In Suba District, Kenya. Journal of Food, Agriculture & Environment Vol.7 (2) :
59-63.

Murphy, SP., Constance Gewa,C., Grillenberger, M.,Bwibo,NO., Neumann, CG.


(2007). Designing Snacks to Address Micronutrient Deficiencies in Rural
Kenyan Schoolchildren.J. Nutr. 137 : 1093-1096.

10
Nisa, Risa Ulfatun. (2016). Perbandingan Tepung Sukun (Artocarpus communis)
dengan Tepung Kacang Hijau (Vigna radiata L) dan Suhu Pemanggangan
Terhadap Karakteristik Cookies. Universitas Pasundan. Bandung

Fatimah, Petti Siti. (2013). Uji Daya Terima dan Nilai Gizi Biskuit yang Dimodifikasi
dengan Tepung Kacang Merah. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara. Medan

Annisaa’, L.F, Diana Nur Afifah. (2015). Kadar Protein, Nilai Cerna Protein In Vitro
dan Tingkat Kesukaan Kue Kering Komplementasi Tepung Jagung dan Tepung
Kacang Merah Sebagai Makanan Tambahan Anak Gizi Kurang. http://ejournal-
sl.undip.ac.id/index.php/jnc diakses 03 Juli 2018.

Hardinsyah dan Tambunan, V.(2004). Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak dan
Serat Makanan. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. LIPI. Jakarta

11
LAMPIRAN
Tabel 1
Distribusi Daya Terima Jajanan Lokal Putu Kacang Hijau Penambahan Tepung Kacang
Gude

Warna Tekstur Aroma Rasa


Penambahan Suka Suka Suka Suka
n % n % n % N %
100 gram 32 91,4 19 54,3 18 51,4 22 62,9
150 gram 26 74,3 26 74,3 17 48,6 23 65,7
200 gram 24 68,6 27 77,1 18 51,4 26 74,3
p = 0,077 p = 0,010 p = 0,694 p = 0,570
Sumber : Data Primer, 2018

Tabel 2
Nilai Gizi Per Keping Putu Kacang Hijau dengan Penambahan Tepung Kacang Gude
(Cajanus cajan)

% AKG Kelompok Umur


Putu Kacang
Nilai Gizi Penambahan Tepung 10-12
7-9 10-12 Tahun
Kacang Gude 200 gram Tahun
Tahun (Perempuan)
(Laki-laki)
Energi (kkal) 70,78 1850 2100 2000
Protein (g) 2,77 49 56 60
Lemak (g) 0,14 72 70 67
Karbohidrat (g) 15,06 254 289 275
Fe (mg) 0,75 10 13 20
Ca (mg) 17,66 1000 1200 1200
P (mg) 48,36 500 1200 1200
Vitamin A (mg) 11,21 500 600 600
Vitamin B1 (mg) 0,06 0,9 1,1 1,0
Vitamin C (mg) 0,43 45 50 50
Serat (g) 2,68 26 30 28
Air (mL) 2,05 1900 1800 1800
Sumber : DKBM dan AKG, 2013

12

You might also like