Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

P-ISSN 0853-8557, E-ISSN 2746-0185

ANALISIS ANGKUTAN SEDIMEN DASAR (BED LOAD)


PADA SALURAN IRIGASI MATARAM YOGYAKARTA

Anggi Hermawan1,*), Erwin Nur Afiato2


1,*)
Program Studi Teknik Sipil, Institut Teknologi Nasional Yogyakarta, Yogyakarta
Email: anggi@itny.ac.id
2
Program Studi Teknik Sipil, Institut Teknologi Nasional Yogyakarta, Yogyakarta
Email: erwin.nur@itny.ac.id

ABSTRACT
In the last decade, the problem that has occurred in the Yogyakarta Mataram irrigation channel
is sedimentation in the channel. This impacts reducing the cross-sectional discharge capacity of
the canal and resulting in the supply of irrigation discharged to agricultural areas to be not
optimal so that agricultural productivity in the Mataram Irrigation Area will also not be optimal.
The sediment transport (bedload) in an open channel can be approached using the empirical
equation, including the Einstein, Meyer - Peter Muller, and Frijlink equations. Sediment transport
events that occur in the channel are stated based on the magnitude of the flow shear stress
exceeding the sediment particles' critical shear stress. The quantity of sediment transport in the
channel is expressed in the logarithmic curve of the relationship between the Froude number (fr)
to the sediment transports (qb). The curve explains that the increase in the Froude number (fr)
that occurs on each section of the channel will be directly proportional to the rise in the quantity
of transport sediment (qb). The most significant sediment transport occurred at the Gambang and
Nambongan channel section site, predicting sediment transport of 3.57 m3/day and 3.67 m3/day,
respectively. Thus, the potential for sediment transport that will settle in the downstream area is
3.67 m3/day.
Keywords: sedimentation, sediment transport
PENDAHULUAN pemeliharaan saluran irigasi adalah
pengerukan endapan sedimen yang terdapat
Saluran irigasi Mataram mengairi 5200
pada ruas penampang saluran irigasi.
hektar areal pertanian. Intake saluran irigasi
Sedimentasi yang terjadi pada saluran irigasi
ini berada pada Sungai Progo dan mengalir
Mataram menjadi masalah yang perlu
sejauh kurang lebih 32 km hingga bertemu
ditangani karena dapat mengakibatkan
dengan Sungai Opak di sisi timur Kota
pengurangan kapasitas debit pada
Yogyakarta. Saluran irigasi Mataram
penampang saluran irigasi. Adanya
menjadi sumber air bagi aktivitas pertanian
pengurangan kapasitas debit dapat
masyarakat pada daerah yang dilalui.
memberikan dampak penurunan produksi
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum pertanian ataupun gagal panen.
No.12/PRT/M/2015 tentang Pedoman dan
Pada dasarnya, sangat sulit untuk mengamati
Pemeliharaan Jaringan Irigasi menjelaskan
pergerakan partikel sedimen di dalam
bahwa “Pemeliharaan jaringan irigasi adalah
saluran. Angkutan sedimen pada saluran
upaya menjaga dan mengamankan jaringan
terbuka dapat didekati dengan menggunakan
irigasi agar selalu dapat berfungsi dengan
persamaan empirik, diantaranya adalah
baik guna memperlancar pelaksanaan operasi
Persamaan Einstein, Meyer – Peter Muler
dan mempertahankan kelestariannya melalui
dan Frijlink. Beberapa perasamaan tersebut
kegiatan perawatan, perbaikan, pencegahan
banyak digunakan dalam memprediksi
dan pengamanan yang harus dilakukan
kuantitas angkutan sedimen dan besarnya
secara terus menerus”. Salah satu pekerjaan

20 Teknisia, Volume XXVI, No 1, Mei 2021


P-ISSN 0853-8557, E-ISSN 2746-0185

laju sedimentasi (sediment yield) yang terjadi lapangan dimana pengukuran dan
pada saluran terbuka pengambilan data langsung dilaksanakan di
lapangan pada saluran yang dipersempit dan
Beberapa kajian yang telah dilakukan
saluran diperlebar berdasarkan metode
sebelumnya terkait potensi angkutan sedimen
pengambilan data point integrated sampling.
pada saluran terbuka diantaranya adalah
Sedangkan kecepatan aliran diukur dengan
Suryawan (2008) yang mengkaji tentang
menggunakan alat Propeller Currentmeter
kuantitas angkutan sedimen pada saluran
dan konsentrasi sedimen suspensi diukur
terbuka berdasarkan ketidakseragaman
dengan menggunakan alat Opcon. Dari hasil
material. Penelitian dilakukan di
penelitian menunjukan bahwa konsentrasi
laboratorium dengan menggunakan flume
sedimen suspensi semakin besar ketika
sepanjang 10 m dan lebar 0,6 m serta
mendekati dasar saluran dan konsentrasi
pengaturan kemiringan disesuaikan dengan
sedimen suspensi rata-rata vertikal
kondisi batas tertentu. Pengujian hidrolika
cenderung semakin besar ke area tengah
pada flume dilakukan berdasarkan 3 jenis
penampang saluran.
material dasar dengan variasi debit dan
kemiringan saluran. Hasil dari pengujian Maini (2016) melakukan penelitian tentang
laboratorium menunjukan bahwa angkutan distribusi konsentrasi sedimen suspensi pada
sedimen dasar sangat dipengaruhi oleh belokan saluran terbuka tampang trapesium
distribusi ukuran material dasar asli dan dengan studi kasus pada saluran irigasi
distribusi ukuran angkutan sedimen dasar. Mataram Yogyakarta. Penelitian dilakukan
Hal tersebut disebabkan pengaruh ukuran dengan metode eksperimen langsung di
relatif butiran lebih besar daripada pengaruh lapangan pada 3 lokasi belokan saluran
ukuran abslolut butiran, oleh karena itu terbuka dengan sudut dan jari-jari belokan
proporsi setiap ukuran fraksi butiran tidak yang bervariasi dengan bentuk penampang
seragam sangat penting peranannya pada trapesium. Kecepatan aliran diukur dengan
penentuan angkutan sedimen dasar pada menggunakan alat Propeller Currentmeter
saluran dan sungai alam. dan konsentrasi sedimen suspensi diukur
dengan menggunakan alat Opcon. Hasil
Putra et al. (2016) mengkaji tentang analisis
penelitian menunjukan bahwa konsentrasi
sedimentasi pada saluran utama Bendung
sedimen suspensi rata – rata tampang pada
Jangkok. Penelitian dilakukan dengan
inner bank cenderung lebih besar daripada di
metode pengukuran langsung di lapangan
outer bank. Nilai konsentrasi sedimen
dan analisis laboratorium yang meliputi
suspensi berdasarkan pengukuran kecepatan
pengujian berat jenis sampel sedimen dasar,
rata-rata vertikal yang diperoleh pada inner
gradasi butiran, dan pengujian konsentrasi
bank sebesar 0,27 dan pada outer bank
kandungan sedimen suspended load.
sebesar 0,86.
Sedangkan perhitungan kuantitas angkutan
sedimen dilakukan dengan persamaan Berdasarkan latar belakang tersebut
Meyer–Peter Muler (M.P.M) dan Einstein. diperlukan penelitian ini yang bertujuan
Berdasarkan persamaan metode M.P.M., untuk memperhitungkan kuantitas angkutan
angkutan sedimen pada saluran utama sedimen yang terjadi pada saluran irigasi
Bendung Jangkok diperoleh sebesar 5,984 utama Mataram Yogyakarta yang berpotensi
x10-3 m3/hari. Sedangkan berdasarkan menjadi sedimentasi pada ruas penampang
persamaan Einstein diperoleh sebesar 6,843 saluran yang dapat mengganggu kinerja dari
x10-2 m3/hari. saluran irigasi Mataram.
Afiato (2016) mengkaji tentang distribusi Angkutan Sedimen pada Saluran Irigasi
kecepatan aliran dan konsentrasi sedimen
Angkutan sedimen pada saluran terbuka
pada aliran tidak seragam pada saluran irigasi
sangat erat kaitannya dengan kondisi Daerah
Mataram Yogyakarta. Penelitian dilakukan
Aliran Sungai (DAS). Perilaku manusia juga
dengan metode eksperimen langsung di

Hermawan – Analisis Angkutan Sedimen Dasar (bed load) … 21


P-ISSN 0853-8557, E-ISSN 2746-0185

menjadi pemicu utama terhadap terjadinya dijelaskan pada Gambar 1 (Hassanzadeh,


erosi pada lahan dan berdampak terhadap 2012).
terjadinya sedimentasi. Permasalahan
Tegangan geser aliran (𝜏0 ) merupakan
sedimentasi di Indonesia lebih didominasi
tegangan yang ditimbulkan akibat adanya
oleh aliran air yang mengangkut tanah hasil
gaya pergerakan aliran, dimana gaya yang
erosi dan mengendap di dalam waduk,
terjadi merupakan kecepatan geser aliran
sungai, saluran irigasi, di atas tanah
(𝒖∗ ) yang dinyatakan dengan persamaan (1).
pertanian, muara sungai dan lain sebagainya
(Suparman, 2011). Peningkatan besarnya 𝑢∗ = √𝑔 . 𝑅 . 𝑆 (1)
jumlah sedimen (sediment yield) juga
disebabkan oleh besarnya frekuensi aliran dengan,
puncak sebagai respon terhadap permukaan g = percepatan gravitasi,
dasar saluran yang tidak tahan atau rentan R = radius hidraulik penampang saluran,
terjadinya erosi (Stanley, 1997). Erosi S = kemiringan dasar saluran.
semakin besar terjadi pada saat hujan pada
awal musim setelah musim kemarau. Hal Tegangan geser aliran (𝜏0 ) dinyatakan
tersebut disebabkan oleh peningkatan curah dengan persamaan (2).
hujan yang dapat mengerosi lapisan 𝜏0 = 𝜌𝑤 . 𝑢∗ 2 (2)
permukaan tanah dan menjadi aliran
permukaan (run off). (Carter et al., 1976) dengan,
𝜏0 = tegangan geser aliran (N/m2),
Persamaan Awal Gerak Partikel Butiran 𝜌𝑤 = berat jenis air (kg/m3),
Sedimen 𝑢∗ = kecepatan geser aliran (m/det).
Angkutan sedimen pada dasar saluran sangat Awal gerak butiran sedimen dipengaruhi
dipengaruhi oleh awal gerak butiran partikel oleh besarnya nilai tegangan geser aliran
sedimen pada saat tegangan kritis nya (𝜏0 ) yang terjadi pada ruas penampang
terlampaui. Ketika tegangan geser belum aliran dan tegangan geser kritik (𝜏𝑐 ). Partikel
melampaui nilai tegangan kritis, maka sedimen akan bergerak apabila:
material dasar akan diam atau tak bergerak. 1) 𝜏0 < 𝜏𝑐 , maka butiran sedimen dalam
Sangat sulit untuk mengukur gerakan partikel kondisi tak bergerak atau diam,
pada dasar saluran, hal tersebut disebabkan 2) 𝜏0 = 𝜏𝑐 , maka butiran mulai bergerak,
karena gerakan partikel sedimen merupakan 3) 𝜏0 > 𝜏𝑐 , maka butiran sedimen
fenomena yang acak dalam ruang dan waktu bergerak.
(Simons et al., 2004).
Nilai tegangan geser kritik dinyatakan pada
persamaan (3).
𝜏𝑐
𝜏𝑐 ∗ = (𝜌𝑠 − 𝜌𝑤 ) 𝐷𝑠
(3)

dengan,
𝜏𝑐 ∗ = parameter tegangan geser,
𝐷𝑠 = diameter ukuran butiran (m),
Gambar 1. Parameter awal gerak partikel
𝜌𝑠 = berat jenis butiran sedimen (kg/m3).
butiran sedimen
Nilai parameter tegangan geser (𝝉𝒄 ∗ )
Faktor – faktor yang berkaitan dengan awal
gerak butiran sedimen adalah kecepatan ditentukan melalui kurva diagram pergerakan
aliran, diameter ukuran butiran, gaya angkat partikel butiran sedimen Shields yang
yang lebih besar dari gaya berat butiran, dan didasarkan terhadap nilai Reynolds Number
gaya geser kritis. Gaya – gaya yang bekerja (Re). Bilangan Reynold merupakan faktor tak
pada partikel sedimen non-kohesiv

22 Teknisia, Volume XXVI, No 1, Mei 2021


P-ISSN 0853-8557, E-ISSN 2746-0185

berdimensi yang dinyatakan dengan 𝑞𝑏 = total sedimen dasar per meter lebar
persamaan (4). saluran (kg/m.det),
𝑢∗ .𝐷𝑠 Φ ∗ = intensitas angkutan sedimen,
𝑅𝑒 = (4) 𝜌𝑤 = rapat massa air (kg/m3),
𝜐
𝜌𝑆 = rapat massa sedimen (kg/m3),
dengan, g = percepatan gravitasi (m/s2),
𝑅𝑒 = bilangan Reynolds, D35 = diamter butiran sedimen (m).
𝑢∗ = kecepatan geser (m/dt), Nilai parameter intensitas angkutan sedimen
𝐷𝑠 = diameter ukuran butiran sedimen (m), (Φ ∗) ditentukan berdasarkan nilai parameter
𝜐 = viskositas (m2/det). intensitas aliran atau tegangan geser aliran
Persamaan Angkutan Sedimen (ψ*) yang dinyatakan dalam kurva hubungan
intensitas angkutan sedimen (Φ ∗) dan
Einstein (1950) menurunkan persamaan
intensitas aliran atau tegangan geser aliran
angkutan sedimen berdasarkan teori statistik
(ψ*) pada Gambar 2. Nilai parameter
dan hasil pengamatan eksperimental di
intensitas aliran ditentukan melalui
laboratorium dimana pergerakan partikel
Persamaan (6).
sedimen yang terjadi pada dasar aliran
disebabkan oleh adanya gaya angkat (uplift (𝜌𝑠 −𝜌𝑤 ) 𝑑
𝜓∗ =
𝜌𝑤
. 𝜇 .𝑅ℎ .𝑆
(6)
force) yang lebih besar daripada berat massa
partikel sedimen di dalam air. Debit angkutan
dengan,
sedimen dasar (qb) dinyatakan dalam
persamaan (5). d = diameter butiran sedimen (mm),
Rh = radius hidraulik penampang saluran
𝜌𝑠− 𝜌𝑤
𝑞𝑏 = Φ ∗ 𝑥 √[ ] 𝑥 𝑔 𝑥 𝐷 𝑥 𝜌𝑠 (5) (m),
𝜌𝑤
S = kemiringan dasar saluran,
dengan, 𝜇 = parameter kondisi dasar saluran.

Gambar 1. Grafik parameter angkutan sedimen (Einstein, 1950)


Meyer-Petter Muller (1948) menurunkan adanya kemiringan energi. Massa angkutan
persamaan angkutan sedimen dimana prinsip sedimen (𝑔′𝑠𝑏 ) dinyatakan dalam bobot
dari pergerakan sedimen didasarkan akibat terendam dalam satuan (kg/s/m) yang

Hermawan – Analisis Angkutan Sedimen Dasar (bed load) … 23


P-ISSN 0853-8557, E-ISSN 2746-0185

dinyatakan pada persamaan (7). Sedangkan persamaan Chezy yang dinyatakan dalam
debit angkutan sedimen (qsb) dinyatakan pada persamaan (12) dan (13).
persamaan (8).
12h
(𝑔′𝑠𝑏 )2/3 𝜌 . 𝑅ℎ . 𝜇 . 𝑆 C = 18 log
0,25 𝜌1/3 = − 0,047 k (12)
(𝜌𝑠 − 𝜌) (𝜌𝑠 − 𝜌)𝑑
12 h
(7) Cd 90 = 18 log
𝑔′𝑠𝑏 d 90 (13)
𝑞𝑠𝑏 = (8)
(𝜌𝑠 − 𝜌) . 𝑔 dengan,
dengan, k = ketinggian kekasaran hidraulik dasar
𝑞𝑠𝑏 = total sedimen dasar per meter lebar saluran (m),
saluran (m3/det/m), d90 = diameter ukuran butiran (mm).
𝜇 = faktor kekasaran dasar saluran (ripple
factor), Tinggi kekasaran hidraulik saluran (k)
𝜌𝑤 = rapat massa air (kg/m3), ditentukan melalui persamaan (14).
𝜌𝑆 = rapat massa sedimen (kg/m3), 𝑢𝑧 = 5.75 𝑢∗ log (
33 ℎ
) (14)
g = percepatan gravitasi (m/s2), 𝑘𝑠
d = diamter butiran sedimen (mm), dengan,
Rh = radius hidraulik penampang saluran
(m), uz = kecepatan aliran (m/det),
S = kemiringan dasar saluran. h = kedalaman aliran (m),
u* = kecepatan geser aliran (m/det),
Frijlink (1952) (dalam Istiarto, 2014) ks = ketinggian kekasaran hidraulik dasar
menurunkan persamaan dalam saluran (m).
memperhitungkan kuantitas angkutan
sedimen dasar (bed load) yang dinyatakan METODE PENELITIAN
pada persamaan (9). Untuk mendapatkan kuantitas angkutan
𝑞𝑠𝑏 sedimen proses analisis diawali dengan tahap
Φ∗ = pengumpulan data. Data yang diperlukan
𝑑𝑚 √𝑔 . 𝜇 . 𝑅ℎ . 𝑆0 untuk menghitung kuantitas angkutan
𝜌𝑠 − 𝜌 𝑑𝑚
= 5 exp [−0,27 ( ) ] (9) sedimen adalah data profil aliran pada ruas
𝜌 𝜇 . 𝑅ℎ .𝑆0
penampang, penampang saluran dan data
Dimana nilai Φ∗ merupakan parameter ukuran butiran sedimen. Langkah
intensitas angkutan sedimen yang memiliki selanjutnya adalah melakukan analisis data
hubungan empiris terhadap parameter untuk mendapatkan ukuran butiran sedimen
intensitas aliran / tegangan geser aliran (𝜓 ′ ) melaui data sedimen.
yang dinyatakan pada persamaan (10).
Kontrol Kestabilan Dasar Saluran
∗ (𝜌𝑠 − 𝜌).𝑑50
ψ = (10) Kestabilan dasar saluran merupakan kondisi
𝜇 . 𝑅ℎ .𝑆0
keseimbangan partikel sedimen terhadap
Parameter kondisi dasar saluran ( 𝜇 ) gaya-gaya yang bekerja pada aliran. Gerakan
dinyatakan sebagai rasio kekasaran dasar partikel sedimen ditentukan melalui
dengan kekasaran pada partikel butiran persamaan awal gerak partikel sedimen
sedimen yang dinyatakan dalam persamaan seperti yang telah dituliskan pada persamaan
(11). (2) dan persamaan (3). Prinsip dari awal
3/2
𝐶 gerak partikel sedimen adalah bahwa partikel
𝜇= ( ) (11)
𝐶𝑑90 sedimen akan bergerak dan menyebabkan
Nilai parameter kekasaran dasar (C) dan terjadinya angkutan sedimen apabila kondisi
friction factor (𝐶𝑑90 ) ditentukan dengan tegangan geser aliran (𝜏0 ) melampaui dari
tegangan geser kritik partikel (𝜏𝑐 ).

24 Teknisia, Volume XXVI, No 1, Mei 2021


P-ISSN 0853-8557, E-ISSN 2746-0185

Sedangkan kondisi sebaliknya dapat Data Sedimen


dinyatakan sebagai peristiwa sedimentasi
Data ukuran butiran sedimen dalam
pada ruas saluran yang ditinjau.
memperhitungkan angkutan sedimen
Perhitungan Kuantitas Angkutan merupakan data sekunder yang diperoleh
Sedimen melalui data penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Afiato (2016). Sampel
Kuantitas angkutan sedimen dasar (bed load)
sedimen diambil di beberapa titik lokasi
ditentukan melalui pendekatan empirik
penampang saluran yang telah dilakukan
dengan menggunakan persamaan Einstein,
pengujian analisis saringan. Data
Meyer-Peter Muller, dan Frijlink. Dari ketiga
representasi ukuran butiran sedimen pada
persamaan tersebut dapat dijadikan sebagai
salah satu lokasi penampang saluran
dasar dalam memprediksi besarnya debit
disajikan pada Gambar 3.
angkutan sedimen pada ruas penamapang
yang ditinjau.

Gambar 3. Kurva distribusi ukuran butiran sedimen dasar saluran

Data Profil Aliran dan Penampang HASIL DAN PEMBAHASAN


Saluran Kontrol Kestabilan Dasar
Data profil aliran dan penampang saluran Angkutan sedimen yang terjadi pada ruas
merupakan data sekunder yang diperoleh penampang saluran dibuktikan dengan
berdasarkan data penelitian sebelumnya yang kondisi kestabilan partikel sedimen dasar
dilakukan oleh Afiato (2016). Data profil dan saluran. Dengan prinsip bahwa material
penampang saluran menjelaskan tentang partikel butiran di dalam air mulai bergerak
dimensi profil aliran dan dimensi penampang akibat tegangan geser aliran (𝝉𝟎 ) yang
melintang saluran pada masing-masing melampaui nilai tegangan kritiknya (𝝉𝒄 ).
lokasi pengukuran. Penampang saluran Istiarto (2014) menjelaskan bahwa apabila
irigasi yang ditinjau berbentuk trapesium gaya-gaya aliran berada di bawah nilai
dengan profil dimensi penampang pada kritisnya, maka butir sedimen dalam kondisi
masing-masing lokasi dapat dilihat pada tidak bergerak disebut sebagai rigid bed.
Tabel 1. Kondisi ini memungkinkan terjadinya
pengendapan atau sedimentasi pada ruas
saluran. Sedangkan apabila gaya aliran

Hermawan – Analisis Angkutan Sedimen Dasar (bed load) … 25


P-ISSN 0853-8557, E-ISSN 2746-0185

melebihi nilai kritisnya, maka butir sedimen (u*) yang ditentukan melalui persamaan (1).
akan bergerak dan dasar saluran dalam Sedangkan nilai tegangan geser kritik (𝝉𝒄 )
kondisi bergerak atau disebut sebagai ditentukan berdasarkan persamaan (3)
erodible bed. Kondisi ini memungkinkan dimana nilai parameter tegangan geser kritik
terjadinya erosi pada dasar saluran yang (𝝉𝒄∗ ) ditentukan melalui Diagram Shields
ditinjau. Kontrol kestabilan dasar atau yang didasarkan terhadap Reynold Number
partikel butiran terhadap tegangan geser (Re). Hasil dari analisa kestabilan material
aliran (𝝉𝟎 ) ditentukan melalui persamaan dasar pada masing-masing lokasi penampang
(2) dimana tegangan geser aliran (𝝉𝟎 ) saluran dapat dilihat pada Tabel 2.
merupakan fungsi dari kecepatan geser aliran

Tabel 1. Data profil aliran dan penampang saluran


Kedalaman Kemiringan Kemiringan Panjang
Lebar Luas Radius
Bentuk Aliran Dasar Dinding Keliling
Lokasi Dasar Penampang Hidraulik
Penampang Pengukuran Saluran Saluran Basah
b (m) h (m) So n m A (m2) P (m) R (m)
Gambang Trapesium 7,2 0,68 0,00025 1 2 5,27 9,99 0,53
Nambongan Trapesium 8,7 0,53 0,0004 1 2 4,56 10,81 0,42
Mayangan Trapesium 7,8 0,75 0,00007 1 2 3,05 9,40 0,32
Donokitri Trapesium 6,87 0,59 0,0001 1 2 5,22 9,74 0,54
Trini Trapesium 6,32 0,55 0,0002 1 2 4,08 8,78 0,46
Kutuasem Trapesium 6,3 0,37 0,00015 1 2 2,47 7,88 0,31

Lebar Muka Air


(B)

n
H m

Lebar Dasar Saluran


(b)

Gambar 4. Profil penampang saluran


Berdasarkan hasil analisis kestabilan dasar mendekati dasar saluran dan konsentrasi
saluran yang ditampilkan pada Tabel 2, dapat sedimen suspensi rata-rata vertikal
dilihat bahwa nilai tegangan geser aliran (𝜏0 ) cenderung semakin besar ke area tengah
pada masing-masing ruas penampang saluran penampang saluran. Sedangkan pada area
yang ditinjau lebih besar dibandingkan belokan konsentrasi sedimen suspensi rata-
dengan nilai tegangan geser kritik (𝜏𝑐 ). rata tampang pada inner bank cenderung
Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa lebih besar daripada di outer bank (Maini,
terjadi angkutan sedimen pada masing- 2016).
masing ruas penampang saluran irigasi yang
Kuantitas Angkutan Sedimen
berdampak terhadap terjadinya erosi pada
dasar saluran. Afiato (2016) menjelaskan Kuantitas angkutan sedimen yang terjadi
bahwa hasil pengukuran konsentrasi sedimen pada setiap ruas penampang didekati melalui
layang pada saluran irigasi Mataram pendekatan teoritik. Faktor parameter tinggi
Yogyakarta menunjukkan konsentrasi kekasaran dasar hidrolik (ks) ditentukan
sedimen suspensi akan semakin besar apabila melalui persamaan (14). Nilai koefisien

26 Teknisia, Volume XXVI, No 1, Mei 2021


P-ISSN 0853-8557, E-ISSN 2746-0185

kekasaran dasar (C) dan friction factor ruas penampang. Parameter kekasaran dasar
(𝐶𝑑90 ) ditentukan menggunakan persamaan (𝜇) pada ruas penampang saluran ditentukan
(12) dan (13) untuk masing-masing lokasi melalui persamaan (11).
Tabel 2. Kontrol kestabilan partikel butiran dasar saluran
Parameter Awal Lokasi Penampang Saluran
No
Gerak Butiran Gambang Nambongan Mayangan Donokitri Trini Kutuasem
1 𝑢∗ (𝑚/𝑑𝑒𝑡) 0,04 0,043 0,016 0,025 0,033 0,023
2 𝜏0 (𝑁⁄𝑚2 ) 1,29 1,855 0,246 0,628 1,079 0,520
3 𝑅𝑒 7,19 2,584 0,941 1,629 1,971 1,368
4 𝜏𝑐 (𝑁⁄𝑚2 ) 0,12 0,049 0,088 0,085 0,059 0,088
𝝉𝟎 > 𝝉𝒄 𝝉𝟎 > 𝝉𝒄 𝝉𝟎 > 𝝉𝒄 𝝉𝟎 > 𝝉𝒄 𝝉𝟎 > 𝝉𝒄 𝝉𝟎 > 𝝉𝒄
Kontrol Partikel Partikel Partikel
5 Partikel Partikel Partikel
Kestabilan Bergerak / Bergerak / Bergerak /
Bergerak / Bergerak / Bergerak /
Erodible Erodible Erodible
Erodible Bed Erodible Bed Erodible Bed
Bed Bed Bed

Kuantitas angkutan sedimen diperhitungkan ini sangat dimungkinkan pada masing-


dengan menggunakan persamaan Einstein, masing ruas yang ditinjau memliki dimensi
Meyer-Peter Muller, dan Frijlink. penampang dan karakteristik aliran maupun
Berdasarkan perhitungan menggunakan butiran sedimen yang berbeda. Interpretasi
persamaan-persamaan tersebut dihasilkan hasil perhitungan angkutan sedimen
kuantitas angkutan sedimen yang bervariasi. dilakukan dengan membuat kurva hubungan
Kuantitas angkutan sedimen hasil antara debit angkutan sedimen (qb) terhadap
perhitungan dinyatakan dalam satuan debit bilangan froude (fr) yang ditampilkan pada
angkutan partikel sedimen pada setiap ruas Gambar 8. Bilangan froude / froude number
penampang yang ditinjau. Hasil perhitungan (fr) merupakan faktor tak berdimensi yang
kuantitas angkutan sedimen pada masing- mengukur resistensi dari sebuah objek yang
masing persamaan kemudian digunakan bergerak dalam saluran air, dimana bilangan
sebagai interpretasi nilai kuantitas angkutan froude (fr) merupakan rasio antara kecepatan
sedimen yang terjadi pada saluran irigasi aliran terhadap ketinggian muka air pada
Mataram Yogyakarta. Hasil perhitungan saluran.
disajikan pada Tabel 3. Hubungan bilangan froude / froude number
(fr) terhadap kuantitas angkutan sedimen
Berdasarkan hasil perhitungan kuantitas
(qb) dinyatakan pada kurva logaritmik yang
angkutan sedimen yang ditampilkan pada
disajikan pada Gambar 5. Kurva logaritmik
Tabel 3, maka dapat dilakukan analisa
yang menghubungkan antara bilangan froude
kuantitas angkutan sedimen yang terjadi pada
(fr) dengan kuantitas angkutan sedimen
masing-masing ruas penampang saluran.
merupakan interpretasi karakteristik
Dari 3 persamaan yang digunakan, kuantitas
angkutan sedimen yang terjadi pada ruas
angkutan sedimen menunjukan nilai yang
penampang saluran irigasi Mataram
bervariasi dan dapat dilihat bahwa angkutan
Yogyakarta. Laju angkutan sedimen yang
sedimen terjadi paling besar pada ruas
melebihi keseimbangan dapat menimbulkan
saluran Gambang dan Nambongan dengan
beberapa masalah diantaranya adalah dapat
nilai berturut – turut adalah 3,57 m3/hari dan
mengurangi kapasitas aliran pada saluran
3,67 m3/hari. Kedua lokasi tersebut berada di
pada bangunan irigasi, menghambat
daerah hulu dari keempat lokasi tinjauan
operasional bangunan irigasi, dan
lainnya. Meskipun demikian nilai angkutan
mengurangi kapasitas tampung waduk
sedimen yang diperoleh berdasarkan
(Kironoto, 2007)
pendekatan teoritik ini sangat bervariasi. Hal

Hermawan – Analisis Angkutan Sedimen Dasar (bed load) … 27


P-ISSN 0853-8557, E-ISSN 2746-0185

Tabel 3. Hasil analisa kuantitas angkutan sedimen dasar (bed load) pada ruas
Lokasi
No Parameter
Gambang Nambongan Mayangan Donokitri Trini Kutuasem
1 Tinggi Kekasaran Dasar Saluran, m (k) 0,007 0,010 0,011 0,010 0,013 0,013
>d50, >d50, >d50, >d50, >d50, >d50,
Bedform / Bedform / Bedform / Bedform / Bedform / Bedform /
2 Kondisi Dasar Saluran
Dasar tidak Dasar tidak Dasar tidak Dasar tidak Dasar tidak Dasar tidak
rata rata rata rata rata rata
3 Koefisien Kekasaran Dasar (𝐶) m1/2/s 31,63 31,63 31,63 31,63 31,63 31,63
4 Friction Factor (𝐶𝑑90 ) m1/2/s 54,52 77,52 76,23 64,52 81,33 77,87
5 Rasio Koefisien Kekasaran Dasar (𝜇) 0,44 0,26 0,27 0,34 0,24 0,26
6 Froude Number (Fr) 0,29 0,37 0,15 0,18 0,26 0,21
7 Debit angkutan sedimen (qb) m3/hari
7a) Einstein 3,53 3,67 0,03 0,87 1,33 0,27
7b) Meyer-Peter Muller (M.P.M) 2,54 2,77 0,03 0,72 0,70 0,19
7c) Frijlink 3,57 3,28 0,02 0,77 1,01 0,18

4.00

Einstein
3.50
MP-M

3.00 Frijlink

2.50
qb (m3/hari)

2.00
y = 10.977x2 + 10.872x - 1.9319
R² = 0.77
1.50
𝒖
𝒇𝒓 =
1.00 √𝒈𝒉

0.50

0.00

-0.50
1.25 0.25 0.05 0.01

Gambar 5. Hubungan antara bilangan froude (fr) terhadap debit angkutan sedimen (qb)

KESIMPULAN terbesar berada pada ruas saluran Gambang


dan Nambongan dengan nilai 3,57 m3/hari
Berdasarkan analisis angkutan sedimen
dan 3,67 m3/hari. Kondisi kestabilan dasar
masing-masing lokasi ruas saluran yang
kedua saluran tersebut mengalami
ditinjau dengan menggunakan 3 persamaan,
pergerakan material dasar / erodible bed
diperoleh hasil nilai kuantitas angkutan
(Istiarto, 2014), sehingga sangat
sedimen (qb) yang bervariasi, dengan nilai
memungkinkan terjadinya erosi dasar

28 Teknisia, Volume XXVI, No 1, Mei 2021


P-ISSN 0853-8557, E-ISSN 2746-0185

saluran. Material hasil erosi ini nantinya Yogyakarta)”. Tesis. Universitas


akan menyebabkan terjadinya sedimentasi di Gadjah Mada.
bagian hilir yang kondisi kestabilan dasar Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak.
nya mengalami rigid bed (Istiarto, 2014). (2016). “Peta Daerah Irigasi Mataram
Berdasarkan nilai angkutan sedimen tersebut Van Der Weich”. Kementerian
dapat diestimasikan bahwa potensi Pekerjaan Umum. Jakarta.
sedimentasi yang akan terjadi di daerah hilir Carter, D.L. dan Agricultural Research
adalah sebesar 3,67 m3/hari. Sedangkan Service, U. S. Department of
variasi nilai kuantitas angkutan sedimen Aviculture. (1976). "Guidelines for
pada masing-masing lokasi sangat Sediment Control in Irrigation Return
dipengaruhi oleh karakteristik aliran, Flow". Journal of Environmental
geometri saluran, dan ukuran butiran Quality, Vol. 5, No. 2.
sedimen dasar. Dengan membandingkan Darly, B., Simons, et al. (2004).
froude number (fr) terhadap debit angkutan "Geomorphic, Hydrologic, Hydraulic
sedimen (qb) yang dinyatakan dengan kurva and Sediment Concepts Applied To
logaritmik hubungan terhadap kedua Alluvial Rivers". Colorado State
variabel tersebut, diperoleh karakteristik University. Colorado.
angkutan sedimen pada saluran irigasi Einstein, H.A. (1950). "The Bed Load
Mataram Yogyakarta. Kurva hubungan Function for Sediment Transportation
kedua variabel tersebut menjelaskan bahwa in Open Channel Flows". USDA Soil
peningkatan bilangan froude (fr) yang Conservation Service. Washington DC.
terjadi pada setiap ruas penampang saluran Hassanzadeh, Y. (2012). “Hydraulics of
akan berbanding lurus terhadap peningkatan Sediment Transport”. In Tech
kuantitas angkutan sedimen (qb). Dengan Publisher. Tabriz Iran.
demikian, berdasarkan penggunaan kurva Istiarto. (2014). “Bed Load Transport
logaritmik hubungan antara froude number Sediment”. Bahan Kuliah Magister
(fr) terhadap debit angkutan sedimen (qb) Teknik Pengelolaan Bencana Alam
dapat diperoleh karakteristik angkutan UGM. Yogyakarta.
sedimen pada ruas saluran irigasi Mataram Istiarto. (2014). “Awal Gerak Butir
Yogyakarta. Sedimen”. Bahan Kuliah Magister
Teknik Pengelolaan Bencana Alam
Ucapan Terimakasih
UGM. Yogyakarta.
Tulisan ini diolah dari sebagian data laporan Kironoto, B. A. (2007). “Pengaruh
tesis penelitian yang dilakukan sebelumnya Angkutan Sedimen Dasar (Bed Load)
oleh Afiato (2016) di Jurusan Teknik Sipil Terhadap Distribusi Kecepatan Gesek
dan Lingkungan Fakultas Teknik UGM. Arah Transversal Pada Aliran Seragam
Penulis juga mengucapkan terima kasih Saluran Terbuka”. Jurnal Teknik Sipil
yang sebesar-besarnya kepada Institut dan Lingkungan, Vol. 17, No. 2, pp.
Teknologi Nasional Yogyakarta (ITNY) atas 566-579.
pendanaan pada penelitian pemula Meyer-Peter, E., dan Muller, R. (1948).
berdasarkan Surat Perjanjian pelaksanaan "Formula for Bed-Load Transport".
penelitian nomor 16/ITNY/LPPMI/ IAHSR. Stockholm.
Pent.Int./PP/III/2020 Maini, M. (2016). “Distribusi Konsentrasi
Sedimen Suspensi pada Belokan
DAFTAR PUSTAKA Saluran Terbuka Tampang Trapesium
Afiato, E.N. (2016). “Distribusi Kecepatan (Studi Kasus Saluran Mataram
Aliran dan Konsentrasi Sedimen Yogyakarta)”. Tesis. Universitas
Suspensi pada Aliran Tidak Seragam Gadjah Mada.
(Studi Kasus Saluran Mataram Putra, I. B. G. et al. (2016). “Analisis
Sedimentasi pada Saluran Utama

Hermawan – Analisis Angkutan Sedimen Dasar (bed load) … 29


P-ISSN 0853-8557, E-ISSN 2746-0185

Bendung Jangkok”. Jurnal Spektrum


Sipil, Vol. 3, No. 2. pp. 208-214.
Suparman. (2011). “Sabo Untuk
Penanggulangan Bencana Akibat
Aliran Sedimen”. Yayasan Air Adhi
Eka & JICA (Japan International
Coorporation Agency). Jakarta.
Suryawan, W.A. (2008). “Kajian Angkutan
Sedimen Dasar pada Saluran dengan
Material Dasar Tidak Seragam”. Tesis.
Universitas Gadjah Mada.
Trimble, S. W. (1997). "Contribution
Contribution of Stream Channel
Erosion to Sediment Yield from an
Urbanizing Watershed". Journal
Science, Vol. 278.

30 Teknisia, Volume XXVI, No 1, Mei 2021

You might also like