Professional Documents
Culture Documents
Analisis Angkutan Sedimen Dasar (Bed Load) Pada Saluran Irigasi Mataram Yogyakarta
Analisis Angkutan Sedimen Dasar (Bed Load) Pada Saluran Irigasi Mataram Yogyakarta
ABSTRACT
In the last decade, the problem that has occurred in the Yogyakarta Mataram irrigation channel
is sedimentation in the channel. This impacts reducing the cross-sectional discharge capacity of
the canal and resulting in the supply of irrigation discharged to agricultural areas to be not
optimal so that agricultural productivity in the Mataram Irrigation Area will also not be optimal.
The sediment transport (bedload) in an open channel can be approached using the empirical
equation, including the Einstein, Meyer - Peter Muller, and Frijlink equations. Sediment transport
events that occur in the channel are stated based on the magnitude of the flow shear stress
exceeding the sediment particles' critical shear stress. The quantity of sediment transport in the
channel is expressed in the logarithmic curve of the relationship between the Froude number (fr)
to the sediment transports (qb). The curve explains that the increase in the Froude number (fr)
that occurs on each section of the channel will be directly proportional to the rise in the quantity
of transport sediment (qb). The most significant sediment transport occurred at the Gambang and
Nambongan channel section site, predicting sediment transport of 3.57 m3/day and 3.67 m3/day,
respectively. Thus, the potential for sediment transport that will settle in the downstream area is
3.67 m3/day.
Keywords: sedimentation, sediment transport
PENDAHULUAN pemeliharaan saluran irigasi adalah
pengerukan endapan sedimen yang terdapat
Saluran irigasi Mataram mengairi 5200
pada ruas penampang saluran irigasi.
hektar areal pertanian. Intake saluran irigasi
Sedimentasi yang terjadi pada saluran irigasi
ini berada pada Sungai Progo dan mengalir
Mataram menjadi masalah yang perlu
sejauh kurang lebih 32 km hingga bertemu
ditangani karena dapat mengakibatkan
dengan Sungai Opak di sisi timur Kota
pengurangan kapasitas debit pada
Yogyakarta. Saluran irigasi Mataram
penampang saluran irigasi. Adanya
menjadi sumber air bagi aktivitas pertanian
pengurangan kapasitas debit dapat
masyarakat pada daerah yang dilalui.
memberikan dampak penurunan produksi
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum pertanian ataupun gagal panen.
No.12/PRT/M/2015 tentang Pedoman dan
Pada dasarnya, sangat sulit untuk mengamati
Pemeliharaan Jaringan Irigasi menjelaskan
pergerakan partikel sedimen di dalam
bahwa “Pemeliharaan jaringan irigasi adalah
saluran. Angkutan sedimen pada saluran
upaya menjaga dan mengamankan jaringan
terbuka dapat didekati dengan menggunakan
irigasi agar selalu dapat berfungsi dengan
persamaan empirik, diantaranya adalah
baik guna memperlancar pelaksanaan operasi
Persamaan Einstein, Meyer – Peter Muler
dan mempertahankan kelestariannya melalui
dan Frijlink. Beberapa perasamaan tersebut
kegiatan perawatan, perbaikan, pencegahan
banyak digunakan dalam memprediksi
dan pengamanan yang harus dilakukan
kuantitas angkutan sedimen dan besarnya
secara terus menerus”. Salah satu pekerjaan
laju sedimentasi (sediment yield) yang terjadi lapangan dimana pengukuran dan
pada saluran terbuka pengambilan data langsung dilaksanakan di
lapangan pada saluran yang dipersempit dan
Beberapa kajian yang telah dilakukan
saluran diperlebar berdasarkan metode
sebelumnya terkait potensi angkutan sedimen
pengambilan data point integrated sampling.
pada saluran terbuka diantaranya adalah
Sedangkan kecepatan aliran diukur dengan
Suryawan (2008) yang mengkaji tentang
menggunakan alat Propeller Currentmeter
kuantitas angkutan sedimen pada saluran
dan konsentrasi sedimen suspensi diukur
terbuka berdasarkan ketidakseragaman
dengan menggunakan alat Opcon. Dari hasil
material. Penelitian dilakukan di
penelitian menunjukan bahwa konsentrasi
laboratorium dengan menggunakan flume
sedimen suspensi semakin besar ketika
sepanjang 10 m dan lebar 0,6 m serta
mendekati dasar saluran dan konsentrasi
pengaturan kemiringan disesuaikan dengan
sedimen suspensi rata-rata vertikal
kondisi batas tertentu. Pengujian hidrolika
cenderung semakin besar ke area tengah
pada flume dilakukan berdasarkan 3 jenis
penampang saluran.
material dasar dengan variasi debit dan
kemiringan saluran. Hasil dari pengujian Maini (2016) melakukan penelitian tentang
laboratorium menunjukan bahwa angkutan distribusi konsentrasi sedimen suspensi pada
sedimen dasar sangat dipengaruhi oleh belokan saluran terbuka tampang trapesium
distribusi ukuran material dasar asli dan dengan studi kasus pada saluran irigasi
distribusi ukuran angkutan sedimen dasar. Mataram Yogyakarta. Penelitian dilakukan
Hal tersebut disebabkan pengaruh ukuran dengan metode eksperimen langsung di
relatif butiran lebih besar daripada pengaruh lapangan pada 3 lokasi belokan saluran
ukuran abslolut butiran, oleh karena itu terbuka dengan sudut dan jari-jari belokan
proporsi setiap ukuran fraksi butiran tidak yang bervariasi dengan bentuk penampang
seragam sangat penting peranannya pada trapesium. Kecepatan aliran diukur dengan
penentuan angkutan sedimen dasar pada menggunakan alat Propeller Currentmeter
saluran dan sungai alam. dan konsentrasi sedimen suspensi diukur
dengan menggunakan alat Opcon. Hasil
Putra et al. (2016) mengkaji tentang analisis
penelitian menunjukan bahwa konsentrasi
sedimentasi pada saluran utama Bendung
sedimen suspensi rata – rata tampang pada
Jangkok. Penelitian dilakukan dengan
inner bank cenderung lebih besar daripada di
metode pengukuran langsung di lapangan
outer bank. Nilai konsentrasi sedimen
dan analisis laboratorium yang meliputi
suspensi berdasarkan pengukuran kecepatan
pengujian berat jenis sampel sedimen dasar,
rata-rata vertikal yang diperoleh pada inner
gradasi butiran, dan pengujian konsentrasi
bank sebesar 0,27 dan pada outer bank
kandungan sedimen suspended load.
sebesar 0,86.
Sedangkan perhitungan kuantitas angkutan
sedimen dilakukan dengan persamaan Berdasarkan latar belakang tersebut
Meyer–Peter Muler (M.P.M) dan Einstein. diperlukan penelitian ini yang bertujuan
Berdasarkan persamaan metode M.P.M., untuk memperhitungkan kuantitas angkutan
angkutan sedimen pada saluran utama sedimen yang terjadi pada saluran irigasi
Bendung Jangkok diperoleh sebesar 5,984 utama Mataram Yogyakarta yang berpotensi
x10-3 m3/hari. Sedangkan berdasarkan menjadi sedimentasi pada ruas penampang
persamaan Einstein diperoleh sebesar 6,843 saluran yang dapat mengganggu kinerja dari
x10-2 m3/hari. saluran irigasi Mataram.
Afiato (2016) mengkaji tentang distribusi Angkutan Sedimen pada Saluran Irigasi
kecepatan aliran dan konsentrasi sedimen
Angkutan sedimen pada saluran terbuka
pada aliran tidak seragam pada saluran irigasi
sangat erat kaitannya dengan kondisi Daerah
Mataram Yogyakarta. Penelitian dilakukan
Aliran Sungai (DAS). Perilaku manusia juga
dengan metode eksperimen langsung di
dengan,
𝜏𝑐 ∗ = parameter tegangan geser,
𝐷𝑠 = diameter ukuran butiran (m),
Gambar 1. Parameter awal gerak partikel
𝜌𝑠 = berat jenis butiran sedimen (kg/m3).
butiran sedimen
Nilai parameter tegangan geser (𝝉𝒄 ∗ )
Faktor – faktor yang berkaitan dengan awal
gerak butiran sedimen adalah kecepatan ditentukan melalui kurva diagram pergerakan
aliran, diameter ukuran butiran, gaya angkat partikel butiran sedimen Shields yang
yang lebih besar dari gaya berat butiran, dan didasarkan terhadap nilai Reynolds Number
gaya geser kritis. Gaya – gaya yang bekerja (Re). Bilangan Reynold merupakan faktor tak
pada partikel sedimen non-kohesiv
berdimensi yang dinyatakan dengan 𝑞𝑏 = total sedimen dasar per meter lebar
persamaan (4). saluran (kg/m.det),
𝑢∗ .𝐷𝑠 Φ ∗ = intensitas angkutan sedimen,
𝑅𝑒 = (4) 𝜌𝑤 = rapat massa air (kg/m3),
𝜐
𝜌𝑆 = rapat massa sedimen (kg/m3),
dengan, g = percepatan gravitasi (m/s2),
𝑅𝑒 = bilangan Reynolds, D35 = diamter butiran sedimen (m).
𝑢∗ = kecepatan geser (m/dt), Nilai parameter intensitas angkutan sedimen
𝐷𝑠 = diameter ukuran butiran sedimen (m), (Φ ∗) ditentukan berdasarkan nilai parameter
𝜐 = viskositas (m2/det). intensitas aliran atau tegangan geser aliran
Persamaan Angkutan Sedimen (ψ*) yang dinyatakan dalam kurva hubungan
intensitas angkutan sedimen (Φ ∗) dan
Einstein (1950) menurunkan persamaan
intensitas aliran atau tegangan geser aliran
angkutan sedimen berdasarkan teori statistik
(ψ*) pada Gambar 2. Nilai parameter
dan hasil pengamatan eksperimental di
intensitas aliran ditentukan melalui
laboratorium dimana pergerakan partikel
Persamaan (6).
sedimen yang terjadi pada dasar aliran
disebabkan oleh adanya gaya angkat (uplift (𝜌𝑠 −𝜌𝑤 ) 𝑑
𝜓∗ =
𝜌𝑤
. 𝜇 .𝑅ℎ .𝑆
(6)
force) yang lebih besar daripada berat massa
partikel sedimen di dalam air. Debit angkutan
dengan,
sedimen dasar (qb) dinyatakan dalam
persamaan (5). d = diameter butiran sedimen (mm),
Rh = radius hidraulik penampang saluran
𝜌𝑠− 𝜌𝑤
𝑞𝑏 = Φ ∗ 𝑥 √[ ] 𝑥 𝑔 𝑥 𝐷 𝑥 𝜌𝑠 (5) (m),
𝜌𝑤
S = kemiringan dasar saluran,
dengan, 𝜇 = parameter kondisi dasar saluran.
dinyatakan pada persamaan (7). Sedangkan persamaan Chezy yang dinyatakan dalam
debit angkutan sedimen (qsb) dinyatakan pada persamaan (12) dan (13).
persamaan (8).
12h
(𝑔′𝑠𝑏 )2/3 𝜌 . 𝑅ℎ . 𝜇 . 𝑆 C = 18 log
0,25 𝜌1/3 = − 0,047 k (12)
(𝜌𝑠 − 𝜌) (𝜌𝑠 − 𝜌)𝑑
12 h
(7) Cd 90 = 18 log
𝑔′𝑠𝑏 d 90 (13)
𝑞𝑠𝑏 = (8)
(𝜌𝑠 − 𝜌) . 𝑔 dengan,
dengan, k = ketinggian kekasaran hidraulik dasar
𝑞𝑠𝑏 = total sedimen dasar per meter lebar saluran (m),
saluran (m3/det/m), d90 = diameter ukuran butiran (mm).
𝜇 = faktor kekasaran dasar saluran (ripple
factor), Tinggi kekasaran hidraulik saluran (k)
𝜌𝑤 = rapat massa air (kg/m3), ditentukan melalui persamaan (14).
𝜌𝑆 = rapat massa sedimen (kg/m3), 𝑢𝑧 = 5.75 𝑢∗ log (
33 ℎ
) (14)
g = percepatan gravitasi (m/s2), 𝑘𝑠
d = diamter butiran sedimen (mm), dengan,
Rh = radius hidraulik penampang saluran
(m), uz = kecepatan aliran (m/det),
S = kemiringan dasar saluran. h = kedalaman aliran (m),
u* = kecepatan geser aliran (m/det),
Frijlink (1952) (dalam Istiarto, 2014) ks = ketinggian kekasaran hidraulik dasar
menurunkan persamaan dalam saluran (m).
memperhitungkan kuantitas angkutan
sedimen dasar (bed load) yang dinyatakan METODE PENELITIAN
pada persamaan (9). Untuk mendapatkan kuantitas angkutan
𝑞𝑠𝑏 sedimen proses analisis diawali dengan tahap
Φ∗ = pengumpulan data. Data yang diperlukan
𝑑𝑚 √𝑔 . 𝜇 . 𝑅ℎ . 𝑆0 untuk menghitung kuantitas angkutan
𝜌𝑠 − 𝜌 𝑑𝑚
= 5 exp [−0,27 ( ) ] (9) sedimen adalah data profil aliran pada ruas
𝜌 𝜇 . 𝑅ℎ .𝑆0
penampang, penampang saluran dan data
Dimana nilai Φ∗ merupakan parameter ukuran butiran sedimen. Langkah
intensitas angkutan sedimen yang memiliki selanjutnya adalah melakukan analisis data
hubungan empiris terhadap parameter untuk mendapatkan ukuran butiran sedimen
intensitas aliran / tegangan geser aliran (𝜓 ′ ) melaui data sedimen.
yang dinyatakan pada persamaan (10).
Kontrol Kestabilan Dasar Saluran
∗ (𝜌𝑠 − 𝜌).𝑑50
ψ = (10) Kestabilan dasar saluran merupakan kondisi
𝜇 . 𝑅ℎ .𝑆0
keseimbangan partikel sedimen terhadap
Parameter kondisi dasar saluran ( 𝜇 ) gaya-gaya yang bekerja pada aliran. Gerakan
dinyatakan sebagai rasio kekasaran dasar partikel sedimen ditentukan melalui
dengan kekasaran pada partikel butiran persamaan awal gerak partikel sedimen
sedimen yang dinyatakan dalam persamaan seperti yang telah dituliskan pada persamaan
(11). (2) dan persamaan (3). Prinsip dari awal
3/2
𝐶 gerak partikel sedimen adalah bahwa partikel
𝜇= ( ) (11)
𝐶𝑑90 sedimen akan bergerak dan menyebabkan
Nilai parameter kekasaran dasar (C) dan terjadinya angkutan sedimen apabila kondisi
friction factor (𝐶𝑑90 ) ditentukan dengan tegangan geser aliran (𝜏0 ) melampaui dari
tegangan geser kritik partikel (𝜏𝑐 ).
melebihi nilai kritisnya, maka butir sedimen (u*) yang ditentukan melalui persamaan (1).
akan bergerak dan dasar saluran dalam Sedangkan nilai tegangan geser kritik (𝝉𝒄 )
kondisi bergerak atau disebut sebagai ditentukan berdasarkan persamaan (3)
erodible bed. Kondisi ini memungkinkan dimana nilai parameter tegangan geser kritik
terjadinya erosi pada dasar saluran yang (𝝉𝒄∗ ) ditentukan melalui Diagram Shields
ditinjau. Kontrol kestabilan dasar atau yang didasarkan terhadap Reynold Number
partikel butiran terhadap tegangan geser (Re). Hasil dari analisa kestabilan material
aliran (𝝉𝟎 ) ditentukan melalui persamaan dasar pada masing-masing lokasi penampang
(2) dimana tegangan geser aliran (𝝉𝟎 ) saluran dapat dilihat pada Tabel 2.
merupakan fungsi dari kecepatan geser aliran
n
H m
kekasaran dasar (C) dan friction factor ruas penampang. Parameter kekasaran dasar
(𝐶𝑑90 ) ditentukan menggunakan persamaan (𝜇) pada ruas penampang saluran ditentukan
(12) dan (13) untuk masing-masing lokasi melalui persamaan (11).
Tabel 2. Kontrol kestabilan partikel butiran dasar saluran
Parameter Awal Lokasi Penampang Saluran
No
Gerak Butiran Gambang Nambongan Mayangan Donokitri Trini Kutuasem
1 𝑢∗ (𝑚/𝑑𝑒𝑡) 0,04 0,043 0,016 0,025 0,033 0,023
2 𝜏0 (𝑁⁄𝑚2 ) 1,29 1,855 0,246 0,628 1,079 0,520
3 𝑅𝑒 7,19 2,584 0,941 1,629 1,971 1,368
4 𝜏𝑐 (𝑁⁄𝑚2 ) 0,12 0,049 0,088 0,085 0,059 0,088
𝝉𝟎 > 𝝉𝒄 𝝉𝟎 > 𝝉𝒄 𝝉𝟎 > 𝝉𝒄 𝝉𝟎 > 𝝉𝒄 𝝉𝟎 > 𝝉𝒄 𝝉𝟎 > 𝝉𝒄
Kontrol Partikel Partikel Partikel
5 Partikel Partikel Partikel
Kestabilan Bergerak / Bergerak / Bergerak /
Bergerak / Bergerak / Bergerak /
Erodible Erodible Erodible
Erodible Bed Erodible Bed Erodible Bed
Bed Bed Bed
Tabel 3. Hasil analisa kuantitas angkutan sedimen dasar (bed load) pada ruas
Lokasi
No Parameter
Gambang Nambongan Mayangan Donokitri Trini Kutuasem
1 Tinggi Kekasaran Dasar Saluran, m (k) 0,007 0,010 0,011 0,010 0,013 0,013
>d50, >d50, >d50, >d50, >d50, >d50,
Bedform / Bedform / Bedform / Bedform / Bedform / Bedform /
2 Kondisi Dasar Saluran
Dasar tidak Dasar tidak Dasar tidak Dasar tidak Dasar tidak Dasar tidak
rata rata rata rata rata rata
3 Koefisien Kekasaran Dasar (𝐶) m1/2/s 31,63 31,63 31,63 31,63 31,63 31,63
4 Friction Factor (𝐶𝑑90 ) m1/2/s 54,52 77,52 76,23 64,52 81,33 77,87
5 Rasio Koefisien Kekasaran Dasar (𝜇) 0,44 0,26 0,27 0,34 0,24 0,26
6 Froude Number (Fr) 0,29 0,37 0,15 0,18 0,26 0,21
7 Debit angkutan sedimen (qb) m3/hari
7a) Einstein 3,53 3,67 0,03 0,87 1,33 0,27
7b) Meyer-Peter Muller (M.P.M) 2,54 2,77 0,03 0,72 0,70 0,19
7c) Frijlink 3,57 3,28 0,02 0,77 1,01 0,18
4.00
Einstein
3.50
MP-M
3.00 Frijlink
2.50
qb (m3/hari)
2.00
y = 10.977x2 + 10.872x - 1.9319
R² = 0.77
1.50
𝒖
𝒇𝒓 =
1.00 √𝒈𝒉
0.50
0.00
-0.50
1.25 0.25 0.05 0.01
Gambar 5. Hubungan antara bilangan froude (fr) terhadap debit angkutan sedimen (qb)