Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 29

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/294892829

Pengaruh Sikap Dan Moral Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada
Industri Perbankan Di Surabaya

Article · January 2008

CITATIONS READS

12 2,411

2 authors, including:

Kautsar Riza Salman


Universitas Hayam Wuruk Perbanas
34 PUBLICATIONS   68 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Kautsar Riza Salman on 05 March 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PENGARUH SIKAP DAN MORAL WAJIB PAJAK
TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK PADA
INDUSTRI PERBANKAN DI SURABAYA

Kautsar Riza Salman


Mochammad Farid
(STIE Perbanas Surabaya)

ABSTRACT

This research was conducted to provide the empirical evidence for the
influence of individual tax payers toward their compliance. Individual tax payers
include tax payers’ moral and their attitude. This research is a type of survey
research by using questionnaire as the instrument. The samples used in this
research includes the banks belong to Perbanas in (The Association of
Commercial Banks) in Surabaya.
The findings show as the following: (1) tax payers’ moral does not
influence significantly on the tax payers’ compliance; and (2) tax payers’ attitude
influences significantly on the tax payers compliance. Based on the results above,
it can be concluded that the constructs of tax policy and tax payers’ attitude have
significant influence on the tax payers’ compliance. In addition, it also shows that
the constructs of tax regulation, tax administration, tax services, and tax payers’
morality do not have significant influence on the tax payers’ compliance.

Key Words: tax payers’ moral, tax payers’ attitude, tax payers’ compliance.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Penelitian
Adanya fenomena yang masih memprihatinkan berkaitan dengan faktor
kepatuhan wajib pajak di Indonesia yaitu masih rendahnya tingkat kepatuhan
wajib pajak. Banyak faktor yang menyebabkan kepatuhan wajib pajak yang
rendah, diantaranya meliputi: tingkat kerumitan suatu peraturan, besarnya jumlah
pajak yang harus dibayar, risiko deteksi, biaya untuk negosiasi, berat atau
ringannya sanksi perpajakan dan juga moral masyarakat.
Salah satu aspek atau indikator untuk menilai tingkat kepatuhan wajib pajak
adalah jumlah wajib pajak yang terdaftar. Berikut data mengenai jumlah wajib
pajak yang terdaftar dan efektif mulai dari tahun 2002 sampai dengan 2007.

Tabel 1. Jumlah Wajib Pajak Terdaftar dan Efektif


URAIAN 2006 2007
WP BADAN
1. Terdaftar 1.337.637 1.358.022
2. Efektif 1.137.752 1.268.739

WP ORANG PRIBADI
1. Terdaftar 3.330.821 5.336.214
2. Efektif 2.876.911 5.144.748

TOTAL WP BADAN & OP


1. Terdaftar 4.668.458 6.694.236
2. Efektif 4.014.663 6.413.487
Sumber: Direktorat DJP, 2008

Indikator lainnya dapat dilihat dari sisi pertumbuhan wajib pajak (Tjaraka,
2007:11). Berikut ini adalah data mengenai pertumbuhan jumlah wajib pajak
badan dan orang pribadi yaitu:
Tabel 2. Pertumbuhan Jumlah Wajib Pajak Badan dan OP Terdaftar dan Efektif
Total 2003 2004 2005 2006
WP
1. 13.22% 11.20% 9.40% 10.98%
Terdaftar
2. 13.09% 12.18% 10.05% 11.73%
Efektif
Sumber: Hasil Pengolahan Data Portal DJP dalam Tjaraka (2007:11)

Tjaraka (2007:16) mengungkapkan bahwa kepatuhan wajib pajak dipengaruhi


oleh banyak faktor, diantaranya kondisi sistem administrasi perpajakan suatu
negara, pelayanan pada wajib pajak, penegakan hukum perpajakan, pemeriksaan
pajak dan tarif pajak. Beberapa faktor tersebut perlu mendapat perhatian dan
perbaikan secara berkesinambungan agar tercapainya peningkatan dalam hal
kepatuhan wajib pajak dapat terealisir.
Kepatuhan wajib pajak sangat dipengaruhi oleh moralitas dari wajib pajak.
Hal ini disebabkan karena membayar pajak adalah suatu aktivitas yang tidak lepas
dari kondisi behavior wajib pajak itu sendiri. Aspek moral dalam bidang
perpajakan menyangkut dua hal yaitu (1) kewajiban moral dari wajib pajak dalam
menjalankan kewajiban perpajakannya sebagai warga negara yang baik dan (2)
menyangkut kesadaran moral wajib pajak atas alokasi penerimaan pajak oleh
pemerintah (Thurman et al., 1984; Troutman, 1993). Kedua peneliti tersebut telah
menemukan bukti empiris mengenai hubungan yang signifikan antara moralitas
wajib pajak dengan kepatuhan wajib pajak sebagaimana.
Hubungan antara sikap wajib dengan kepatuhan wajib pajak telah diteliti oleh
Troutman (1993). Bukti empiris menunjukkan hubungan yang signifikan antara
sikap dan kepatuhan wajib pajak. Variabel sikap wajib pajak sendiri merupakan
pernyataan atau pertimbangan evaluatif, baik yang menguntungkan atau tak
menguntungkan mengenai obyek, orang atau peristiwa. Sikap wajib pajak dapat
dikaitkan dengan sikap wajib pajak terhadap peraturan pajak, sikap wajib pajak
terhadap kebijakan pajak, dan sikap wajib pajak terhadap sistem administrasi
pajak. Namun hasil temuan berbeda dikemukakan oleh Hardika (2006) yang
menunjukkan bahwa sikap wajib pajak tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap kepatuhan wajib pajak.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Hardika
(2006). Sampel di fokuskan pada kepatuhan wajib pajak pada wajib pajak badan
usaha perbankan karena sektor jasa keuangan tersebut termasuk salah satu sektor
yang memberikan kontribusi terbesar pada penerimaan pajak selain sektor
telekomunikasi dan sektor manufaktur. Demikian juga potensi penerimaan pajak
yang cukup besar bisa digali dari sektor perbankan.

Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang studi tersebut, permasalahan yang
dapat diangkat dalam kaitannya dengan faktor-faktor yang mempengaruhi
kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya adalah sebagai
berikut:
1. Apakah moral wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak?
2. Apakah sikap wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian dalam latar belakang studi dan rumusan masalah yang
diangkat, maka tujuan studi ini dapat disusun sebagai berikut:
1. Untuk menjelaskan pengaruh moral wajib pajak terhadap kepatuhan wajib
pajak pada wajib pajak perbankan di Surabaya.
2. Untuk menjelaskan pengaruh sikap wajib pajak terhadap kepatuhan wajib
pajak pada wajib pajak perbankan di Surabaya.

Manfaat Penelitian
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan studi,
maka diharapkan studi ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Kontribusi Teori
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pandangan atau wawasan baru
mengenai riset di bidang perpajakan terutama berkaitan dengan teori
kepatuhan wajib pajak dan faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib
pajak.
2. Kontribusi Empiris
Penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan pengaruh sikap dam moral wajib
pajak terhadap kepatuhan wajib pajak dalam rangka melaksanakan pemenuhan
kewajiban perpajakannya, dan seberapa besar pengaruh dari masing-masing
faktor tersebut terhadap kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan
pemenuhan kewajiba perpajakannya.
3. Kontribusi Kebijakan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kebijakan bagi
pemerintah sebagai dasar pengambilan keputusan atau kebijakan di bidang
perpajakan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak perbankan dalam
melaksanakan pemenuhan kewajiban perpajakannya.
TINJAUAN PUSTAKA
Kepatuhan Pajak
Budiatmanto (1999) dalam Tjahjono (2006) menjelaskan bahwa kepatuhan
wajib pajak adalah perilaku wajib pajak dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya sesuai dengan peraturan yang berlaku (Budiatmanto, 1999 dalam
Tjahjono, 2006:29). Kepatuhan wajib pajak adalah tingkah laku wajib pajak yang
memasukkan dan melaporkan pada waktunya informasi yang diperlukan, mengisi
secara benar jumlah pajak yang terutang, dan membayar pajak pada waktunya,
tanpa ada tindakan pemaksaan (Kiryanto, 1999)
Hardika (2006:54) menjelaskan adanya beberapa teori yang terkait dengan
kepatuhan wajib pajak. Berikut ini akan dijelaskan masing-masing:
a. Prospect Theory
Prospect theory merupakan salah satu teori yang terkait dengan kepatuhan
wajib pajak. Teori ini menjelaskan bagaimana keputusan secara dramatis
dipengaruhi oleh cara-cara atau batasan-batasan yang dihadapi. Batasan-
batasan ini menjadi hal yang penting bagi pengambilan keputusan disebabkan
oleh tiga hal: (1) apakah pengeluaran digambarkan sebagai kerugian yang
tidak terkompensasi atau sebagai biaya, (2) apakah tingkat referensi
ditentukan oleh hal-hal spesifik dimana keputusan tersebut dibuat atau hal-hal
yang relatif lebih komprehensif, seperti total aktiva atau total biaya tahunan,
dan (3) apakah poin utamanya adalah keuntungan atau kerugian.
b. Deterrence Theory
Deterrence theory merupakan salah satu teori yang terkait dengan kepatuhan
wajib pajak. Teori ini didasarkan pada paradigma manfaat. Teori ini
menggambarkan suatu model yang memperhitungkan biaya dan manfaat
potensial yang akan diperoleh dari suatu tindakan yang dipilih. Sanksi legal
merupakan kerugian potensial yang timbul akibat dari tindakan illegal yang
telah dilakukan. Persepsi seseorang terhadap kepastian hukum akan
mempengaruhi komitmennya terhadap tindakan illegal. Seseorang akan
berusaha untuk menghindari segala bentuk kerugian potensial akibat tindakan
melanggar aturan.
c. Cognitive Structures
Asumsi yang tidak ditetapkan dalam penelitian sebelumnya, bahwa sikap
patuh terhadap pajak mempengaruhi perilaku wajib pajak melalui niat dan niat
akhirnya mempengaruhi perilaku membayar pajak. Fishbein dan Ajzen dengan
Theory of Reasoned Action mengidentifikasi tiga aspek utama dari hubungan
sikap-perilaku. Pertama, yang terkait dengan paralelisme antara sikap dan
perilaku, dimana terjadi hubungan yang kuat antara sikap dan perilaku. Hal ini
diperoleh dari adanya hubungan yang kuat antara elemen target dan tindakan
(target and action) dari sikap dan perilaku tersebut. Kedua, berkenaan dengan
sikap sebagai pengarah perilaku, maka sikap akan mempengaruhi tindakan
sebagai lawan dari sikap mempengaruhi obyek. Ketiga, keseluruhan dari
kriteria perilaku merupakan suatu faktor.
d. Agency Theory
Agency theory terkait dengan situasi dimana seorang individu yang bekerja
sebagai agen bagi individu lain (principle) dan memberikan hasil kepada
principle-nya. Meskipun analisa hubungan antara agent-principle kebanyakan
menyangkut hubungan antara management-owner dan labor-management,
namun penerapan terkait dengan pajak penghasilan dapat menggambarkan
hubungan antara tax preparers, tax payers, and the government.

HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis 1
Theory of moral reasoning dapat digunakan untuk menjelaskan pengaruh dari
moral wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak. Teori ini menyatakan bahwa
keputusan moral dapat dipengaruhi adanya sanksi pajak pada tingkatan moral
reasoning yang rendah, peer expectation (pengharapan akan adanya keadilan)
pada tingkatan moderat, dan issue keadilan (fairness ) pada tingkatan yang
tertinggi. Wajib pajak yang lebih menggunakan prinsip moral dalam pengambilan
keputusan pembayaran pajak akan lebih patuh dibandingkan dengan wajib pajak
lainnya.
Aspek moral dalam bidang perpajakan menyangkut dua hal, yaitu (1)
kewajiban perpajakan merupakan kewajiban moral yang harus ditunaikan oleh
setiap wajib pajak, dan (2) menyangkut kesadaran moral terkait dengan alokasi
atau distribusi dari penerimaan pajak (Thurman et.al. 1984; Troutman, 1993).
Wajib pajak yang mempunyai kesadaran moral yang baik sebagai warga negara
dalam melaksanakan kewajiban pajaknya berbeda dengan warga negara yang
tidak mempunyai kesadaran moral. Dengan demikian diharapkan dengan aspek
moralitas dari wajib pajak akan meningkatkan kecenderungan dari wajib pajak
dalam memenuhi kewajiban pajaknya.
Studi Hardika (2006) menemukan bukti empiris bahwa moral wajib pajak
berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Bukti empiris
tersebut mendukung temuan sebelumnya dari Troutman (1993) yang menemukan
bahwa wajib pajak dengan alasan moral relatif lebih patuh dibanding wajib pajak
lain tanpa alasan moral. Dengan demikian beberapa bukti empiris tersebut sejalan
dengan theory of moral reasoning dalam menjelaskan pengaruh dari moral wajib
pajak terhadap kepatuhan wajib pajak.
Berdasarkan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,
dan pengembangan hipotesis maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut:
H1: Moral wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak

Hipotesis 2
Teori ekuitas (equity theory) menjelaskan mengenai hubungan antara sikap
wajib pajak dengan kepatuhan wajib pajak. Teori ini menekankan pada aspek
keadilan. Apabila wajib pajak memandang bahwa hak dan kewajibannya
sebanding dalam artian bahwa adanya keseimbangan antara kewajibannya sebagai
wajib pajak dan hak-hak yang dapat diperolehnya maka wajib pajak cenderung
lebih patuh dalam menjalankan kewajiban pajaknya. Teori ini juga menyangkut
keadilan dalam hubungannya dengan perlakuan terhadap setiap wajib pajak.
Apabila wajib pajak merasa bahwa keadilan pajak telah diterapkan kepada semua
wajib pajak dengan tidak membedakan perlakuan antara wajib pajak badan
dengan perorangan, wajib pajak besar dengan wajib pajak kecil dalam artian
bahwa semua wajib pajak diperlakukan secara adil maka setiap wajib pajak
cenderung untuk menjalankan kewajiban pajaknya dengan baik atau dengan kata
lain menimbulkan kepatuhan dalam diri wajib pajak.
Troutman (1993) menemukan adanya pengaruh yang signifikan dari sikap
wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak. Sikap wajib pajak terhadap peraturan
pajak, kebijakan pajak, dan administrasi pajak dapat mempengaruhi bagaimana
kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Namun,
Hardika (2006) memberikan bukti empiris yang berbeda yaitu sikap wajib pajak
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Hal ini
disebabkan karena beberapa hal antara lain: kondisi masyarakat WP dan fiskus
yang belum siap dengan self assesment system, sistem administrasi perpajakan
yang belum sepenuhnya siap mendukung pelaksanaan self asessment system, serta
kebijaksanaan perpajakan yang seringkali mengalami perubahan.
Berdasarkan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,
dan pengembangan hipotesis maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut:
H2: Sikap wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji secara empirik pengaruh individu
wajib pajak (moral wajib pajak dan sikap wajib pajak) terhadap kepatuhan wajib
pajak. Penelitian ini merupakan jenis penelitian explanatory research karena
menjelaskan hubungan kausalitas dari variabel-variabel yang diteliti yakni moral
wajib pajak dan sikap wajib pajak dan kepatuhan wajib pajak. Studi ini
merupakan confirmatory study karena ditujukan untuk menguji hipotesis atau
menjawab masalah/research questions. Penelitian ini merupakan penelitian survey
dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian.
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Studi ini mempunyai 2 (dua) jenis variabel penelitian, yaitu variabel eksogen
dan variabel endogen. Variabel eksogen dalam penelitian ini adalah moral wajib
pajak dan sikap wajib pajak. Sedangkan variabel endogen meliputi kepatuhan
wajib pajak. Studi ini juga mengklasifikasikan variabel penelitian menjadi dua
yaitu variabel bentukan atau konstruk (latent variable) dan variabel terukur atau
manifest atau indikator (observed variable). Variabel laten atau konstruk tidak
diukur secara langsung namun dibentuk melalui beberapa indikator-indikator.
Variabel bentukan dalam penelitian ini yang merupakan indikator meliputi: moral
wajib pajak, sikap wajib pajak dan kepatuhan wajib pajak. Sedangkan variabel
terukur adalah variabel yang datanya harus dicari melalui instrumen-instrumen
survey.
Definisi operasional dari hubungan kausalitas antara variabel dengan
komponen lingkungan dan individu, dapat digambarkan uraian sebagai berikut:
1. Moral wajib pajak (X1)
Moral wajib pajak merupakan motivasi intrinsik untuk membayar pajak yang
timbul dari kewajiban moral untuk membayar pajak atau kepercayaan dalam
memberikan kontribusi kepada masyarakat dengan membayar pajak
(Cummings et al , 2005:3). Variabel moral wajib pajak diukur dengan
menggunakan indikator kewajiban moral wajib pajak dan kesadaran moral
wajib pajak atas alokasi penerimaan pajak (Thurman et.al. 1984; Troutman,
1993; Hardika, 2006).
2. Sikap wajib pajak (X2)
Sikap wajib pajak merupakan pernyataan atau pertimbangan evaluatif dari
wajib pajak, baik yang menguntungkan atau tak menguntungkan mengenai
obyek, orang atau peristiwa (Hardika: 2006:77). Variabel sikap wajib pajak
terdiri dari sikap wajib pajak terhadap lingkungan wajib pajak yang meliputi:
sikap wajib pajak terhadap peraturan pajak, sikap wajib pajak terhadap
kebijakan pajak, sikap wajib pajak terhadap administrasi pajak dan sikap wajib
pajak terhadap pelayanan pajak. Sikap wajib pajak terhadap peraturan pajak
meliputi sikap wajib pajak terhadap kompleksitas peraturan pajak, kesulitan
peraturan pajak, frekuensi perubahan peraturan dan keadilan pajak. Sikap
wajib pajak terhadap kebijakan pajak meliputi sikap wajib pajak terhadap
sanksi administrasi dan pidana, sikap wajib pajak terhadap besarnya tarif pajak
dan banyaknya jenis tarif pajak. Sikap wajib pajak terhadap sistem
administrasi pajak berkaitan dengan instruksi yang ada dalam pengisian
formulir pajak dan tingkat kesulitan dalam formulir pajak(Troutman, 1993;
Hardika, 2006).
3. Kepatuhan wajib pajak (Y)
Kepatuhan wajib pajak merupakan suatu keadaan dimana wajib pajak
memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya
(Nurmantu: 2003, 148). Komponen variabel kepatuhan wajib pajak meliputi
kepatuhan mendaftarkan diri, kepatuhan membayar/menyetor kewajiban
pajaknya, dan kepatuhan melaporkan kewajiban pajaknya (Nurmantu, 2003;
dan Hardika, 2006).

Populasi, Sampel dan Unit Analisis


Populasi dalam penelitian ini adalah wajib pajak badan yang bergerak dalam
industri perbankan di Indonesia. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik
purposive sampling, dengan kriteria sebagai berikut: (1) wajib pajak badan yang
bergerak dalam industri perbankan yang tergabung dalam Perbanas daerah Jawa
Timur; (2) tempat kedudukan wajib pajak badan bank sebagai kantor wilayah atau
minimal kantor cabang utama; dan (3) berlokasi di Surabaya. Berdasarkan data
dari Perbanas Daerah Jatim per tanggal 22 Januari 2008 jumlah sampel berjumlah
57 bank yang terdiri dari 49 bank umum nasional, 5 bank BUMN, dan 3 anggota
kehormatan.
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer. Responden
dalam penelitian ini adalah kepala kantor wilayah, kepala cabang utama, manajer,
kepala bagian, kepala seksi, atau staf yang bertanggung jawab menangani urusan
pajak perusahaan. Setiap responden diminta untuk menjawab kuesioner sebagai
representative organisasi dimana mereka bekerja. Jadi responden diproxy-kan
sebagai wakil perusahaan.

Pengembangan Instrumen Penelitian


Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yang berisi daftar
pertanyaan/pernyataan yang berhubungan dengan tujuan penelitian. Instrumen
penelitian ini diadopsi dari studi yang dilakukan oleh Hardika (2006) yang berisi
pernyataan yang sistematis untuk menunjukkan sikap responden terhadap
pernyataan dalam kuesioner. Instrumen pengukuran dari seluruh variabel
dikembangkan dengan menggunakan skala Likert yang dimodifikasi, yaitu mulai
dari skala 1 sampai dengan skala 4 mulai Sangat Tidak Setuju (STS) sampai
dengan Sangat Setuju (SS). Penggunaan skala yang dimodifikasi ini diharapkan
dapat menghindari kecenderungan responden memilih angka yang di tengah.

Analisis Data
Dalam penelitian ini, analisis data menggunakan pendekatan Partial Least
Square (PLS) dengan solfware SmartPLS. PLS adalah model persamaan
struktural (SEM) yang berbasis komponen atau varian (variance). Menurut
Ghozali (2006) PLS merupakan pendekatan alternatif yang bergeser dari
pendekatan SEM berbasis covariance menjadi berbasis varian. SEM yang
berbasis kovarian umumnya menguji kausalitas/teori sedangkan PLS lebih bersifat
predictive model. Alasan studi ini menggunakan teknik analisis PLS adalah: (1)
sampel yang relatif kecil 40 responden wajib pajak badan perbankan, (2) konstruk
diukur secara tidak langsung melalui indikator atau variabel manifest, dan (3)
penelitian ini menggunakan konstruk dengan indikator formatif dan indikator
refleksif.

Analisis Faktor
Analisis faktor dilakukan untuk menguji apakah model sudah memenuhi
convergent validity yaitu apakah loading factor indikator untuk masing-masing
konstruk sudah memenuhi convergent validity. Convergent validity mengukur
konsistensi dari multiple indicator. Nilai loading factor atau lambda value (λ)
serta nilai signifikansinya menunjukkan kecocokan atau unidimensionalitas dari
indikator-indikator pembentuk konstruk. Loading factor di atas 0,7 sangat
direkomendasikan namun demikian loading factor 0,50 – 0,60 masih dapat
ditolerir sepanjang model masih dalam tahap pengembangan (Ghozali, 2006:97).

Menilai Outer Model


Outer model atau measurement model mendefinisikan bagaimana setiap blok
indikator berhubungan dengan variabel latennya. Menilai outer model dilakukan
dengan melihat cross loading factor, discriminant validity dan composite
realibility dari konstruk.
a. Cross loading factor berguna untuk menilai apakah setiap konstruk memiliki
discriminant validity yang memadai yaitu dengan cara membandingkan
korelasi indikator suatu konstruk dengan korelasi indikator tersebut dengan
konstruk lainnya. Jika korelasi indikator konstruk memiliki nilai lebih tinggi
dibandingkan dengan korelasi indikator tersebut terhadap konstruk lain, maka
dikatakan konstruk memiliki discriminant validity yang tinggi.
b. Masing-masing loading factor dilihat tingkat signifikansinya.
c. Menilai reliabilitas konstruk dengan melihat nilai composite reliability. Suatu
konstruk dianggap reliabel jika nilai composite reliability di atas 0,60
(Nunnaly, 1966 dalam Ghozali, 2006: 133).
d. Discriminant validity diperoleh dengan membandingkan nilai akar Average
Variance Exctracted (AVE) dengan nilai korelasi antar konstruk. Jika nilai
akar AVE lebih tinggi daripada nilai korelasi antar konstruk yang lain, maka
dapat dikatakan bahwa konstruk memiliki discriminant validity yang tinggi.

Menilai Inner Model


Inner model atau structural model menggambarkan hubungan antar variabel
laten berdasarkan pada subtantive theory. Menilai inner model adalah
mengevaluasi hubungan antar konstruk laten seperti yang terdapat di dalam
hipotesis penelitian. Menilai inner model yaitu dengan memberikan nilai koefisien
hubungan antar konstruk, tingkat signifikansi dan nilai R-squarenya.
Untuk menguji hipotesis penelitian yang diajukan dapat melihat dari besarnya
t-statistik. Batas untuk menolak atau menerima hipotesis yang diajukan adalah
1,96. Apabila nilai t statistik > 1,96 maka hipotesis yang diajukan diterima,
sebaliknya apabila nilai t statistik < 1.96 maka hipotesis penelitian ditolak atau
dengan kata lain kita menerima hipotesis nol.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Deskripsi Responden
Responden dalam penelitian ini adalah wajib pajak perbankan yang tergabung
sebagai anggota Perbanas Jawa Timur. Jumlah kuesioner yang dikirimkan adalah
sebanyak 57 kuesioner dengan rincian untuk masing-masing bank diberikan 1
(satu) kuesioner. Pengiriman kuesioner dilakukan secara langsung mulai bulan
Mei 2008 sampai dengan Juni 2008 yang ditujukan kepada direktur, pemimpin
kantor wilayah, pemimpin cabang bank-bank anggota Perbanas Daerah Jawa
Timur. Kuesioner yang kembali adalah sebanyak 42 kuesioner dengan response
rate sebesar 73,68%. Kuesioner yang kembali dan dapat digunakan adalah
sebanyak 40 kuesioner atau 70,18%.
Uji Validitas: Discriminant Validity dengan AVE
Uji validitas dilakukan dengan membandingkan nilai akar Average
Variance Exctracted (AVE) dengan nilai korelasi antar konstruk. Jika nilai akar
AVE lebih tinggi daripada nilai korelasi antar konstruk yang lain, maka konstruk
memiliki discriminant validity yang tinggi.

Tabel 1. Korelasi Antar Konstruk


Sikap Moral Kepatuhan
WP WP WP
Sikap WP 0.668
Moral WP 0.596 0.780
Kepatuhan 0.655 0.513 0.000

Sumber: Output SmartPLS

Tabel 2. Average Variance Exctracted


Average variance extracted
(AVE)
Sikap WP 0.446
Moral WP 0.608
Kepatuhan 0.000
Sumber: Output SmartPLS

Nilai akar dari AVE konstruk Sikap Wajib Pajak sebesar 0,668 lebih besar
dibandingkan dengan korelasi antara konstruk Sikap Wajib Pajak dengan konstruk
lainnya. Nilai akar dari AVE untuk konstruk Moral Wajib Pajak sebesar 0,780
lebih besar dibandingkan dengan angka korelasi antara konstruk tersebut dengan
konstruk lainnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa masing-masing konstruk
memiliki nilai akar AVE yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai korelasi
antar konstruk yang lain sehingga konstruk dapat dikatakan mempunyai
discriminant validity yang tinggi.
Composite Reliability
Pengujian terhadap outer model dapat dilakukan dengan melihat nilai
composite reliability dari konstruk.

Tabel 3. Composite Reliability


Composite
Reliability
Sikap WP 0.786
Moral WP 0.740
Kepatuhan ?
Sumber: Output SmartPLS

Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa masing-masing konstruk


memiliki nilai composite reliability yang sangat baik dengan nilai di atas 0,6.
Konstruk Sikap Wajib Pajak dengan nilai 0.786, dan konstruk Moral Wajib Pajak
0.740. Jadi dapat disimpulkan bahwa semua konstruk mempunyai composite
reliability yang tinggi.

Menilai Hasil Inner Model atau Hubungan Antar Konstruk


Menilai inner model dalam studi ini dilakukan dengan mengevaluasi
hubungan antara konstruk laten
Tabel 4. Nilai R-Square

R-square
Sikap WP 0.442
Moral WP 0.248
Kepatuhan 0.335

Sumber: Output Smart PLS


Model dalam studi ini memberikan nilai R-square sebesar 0.335 yang
berarti bahwa variabilitas Kepatuhan Wajib Pajak yang dapat dijelaskan oleh
Konstruk Sikap dan Moral Wajib Pajak. Pengaruh yang paling besar adalah
variabel Sikap Wajib Pajak yaitu sebesar 44.2% sedangkan konstruk Moral Wajib
Pajak sebesar 24.8%. Faktor-faktor di luar model analisis yang mempengaruhi
variabilitas Kepatuhan Wajib Pajak adalah sebesar 66.5%.

Uji Hipotesis
Hipotesis penelitian yang diajukan akan diuji dengan melihat besarnya
nilai t-statistik.
Tabel 5. Estimasi Parameter dan Uji Signifikansi Path
original T-
sample mean of Standard Statistic
estimate subsamples deviation
Sikap WP -> Kepatuhan 0.442 0.461 0.167 2.646
Moral WP -> Kepatuhan 0.248 0.212 0.147 1.683
Sumber: Output SmartPLS
Pengaruh Moral Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Hipotesis pertama menyatakan bahwa moral wajib pajak berpengaruh
terhadap kepatuhan wajib pajak. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa nilai
parameter variabel Moral Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak adalah
sebesar 0,248 dengan nilai t-statistik sebesar 1.683 yang berada sedikit di bawah
nilai kritis sebesar 1,96. Dengan demikian hipotesis kelima tidak dapat diterima
atau kita menerima hipotesis nol atau dengan kata lain tidak terdapat pengaruh
yang signifikan dari variabel Moral Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.

Pengaruh Sikap Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak


Hipotesis kedua menyatakan bahwa sikap wajib pajak berpengaruh terhadap
kepatuhan wajib pajak. Hasil perhitungan terhadap koefisien parameter antara
Sikap Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak menunjukkan adanya
pengaruh sebesar 0,442, dengan nilai t-statistik sebesar 2.646 dan signifikan pada
0,05. Dengan demikian hipotesis keenam dapat diterima atau dengan kata lain kita
menolak hipotesis nol yang menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan dari
variabel laten Sikap Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.

Pembahasan Temuan
Dalam pembahasan ini dilakukan kajian guna menjawab rumusan masalah
yang diajukan dan selanjutnya berdasarkan hasil uji signifikansi akan dibahas
mengenai diterima atau ditolaknya hipotesis penelitian sesuai dengan dukungan
data yang ada.
Pengaruh Moral Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
1. Berdasarkan estimasi parameter model structural, nilai koefisien jalur moral
wajib pajak tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib
pajak. Berdasarakan hasil analisis nilai koefisien jalur tersebut, maka hasil
studi ini tidak mampu menjawab menjawab rumusan masalah yang
menyatakan : apakah moral wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan
wajib pajak. Dengan demikian hipotesis pertama yang menyatakan bahwa
moral wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak tidak terbukti.
2. Hasil studi ini tidak mendukung pandangan secara teoritik dan empirik dari
hasil studi terdahulu tentang pengaruh moral wajib pajak terhadap kepatuhan
wajib pajak sebagaimana yang telah dilakukan oleh Troutman (1993);
Thurman et al. (1984); dan Cumming et. al. (2005); dan Hardika (2006). Hasil
studi ini menemukan bukti empirik bahwa moral wajib pajak tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.
3. Hasil studi ini juga menunjukkan bahwa dari ketiga indikator hanya dua
indikator yang memiliki loading factor yang cukup kuat untuk membentuk
moral wajib pajak yaitu kewajiban moral wajib pajak dan alokasi penerimaan
pajak untuk kesejahteraan rakyat.
4. Sesuai dengan theory of moral reasoning yang menunjukkan tahapan
perkembangan moral, maka kondisi masyarakat wajib pajak perbankan di
Surabaya masih berada pada tingkatan moral reasoning yang rendah sampai
pada tingkatan moderat. Kondisi ini didukung dengan hasil studi yang
menunjukkan bahwa keputusan moral wajib pajak terutama dipengaruhi oleh
perlakuan terhadap pengenaan sanksi dan pengharapan akan adanya keadilan
dalam pengenaan pajak. Pada tahapan perkembangan moral yang rendah
terdapat kecenderungan wajib pajak untuk melakukan kecurangan yang lebih
besar dibandingkan dengan wajib pajak yang berada pada tingkatan
perkembangan moral yang lebih tinggi.
5. Dalam kondisi masyarakat wajib pajak yang demikian maka untuk
meningkatkan kepatuhan wajib pajak di lakukan dengan menerapkan sanksi
pajak yang tegas, baik kepada wajib pajak maupun aparat pajak berupa baik
sanksi legal, sanksi sosial, maupun rasa bersalah. Wajib pajak dengan alasan
moral, relatif lebih patuh dibandingkan dengan wajib pajak lain tanpa alasan
moral. Hal ini sejalan dengan teori paksaan yang menjelaskan bahwa unsur
paksaan dari kekuasaan yang bersifat legal dari penguasa dan unsur sanksi
merupakan faktor yang menyebabkan orang mematuhi hukum. Hasil studi ini
dapat disimpulkan bahwa moral wajib pajak tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.

Pengaruh Sikap Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak


1. Berdasarkan estimasi parameter model structural maka dilihat bahwa nilai
koefisien jalur sikap wajib pajak berpengaruh secara signifikan terhadap
kepatuhan wajib pajak. Berdasarkan hasil analisis nilai koefisien jalur tersebut,
mampu menjawab rumusan masalah yang menyatakan : apakah sikap wajib
pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Dengan demikian
hipótesis kedua yang menyatakan sikap wajib pajak berpengaruh secara
signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak terbukti.
2. Hasil studi ini mampu mendukung pandangan teoritik maupun empirik hasil
studi terdahulu yang dilakukan Troutman (1993). Hasil riset tersebut
menemukan adanya hubungan yang signifikan antara sikap wajib pajak dan
kepatuhan wajib pajak. Sikap wajib pajak terhadap peraturan pajak, kebijakan
pajak, administrasi pajak dan pelayanan pajak dapat mempengaruhi
bagaimana kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.
3. Sikap wajib pajak dalam studi ini dibentuk oleh beberapa indikator
diantaranya meliputi sikap wajib pajak terhadap peraturan pajak, sikap wajib
pajak terhadap kebijaksanaan pajak, sikap wajib pajak terhadap administrasi
pajak dan sikap wajib terhadap pelayanan pajak. Hasil studi ini menunjukkan
bahwa hanya indikator sikap wajib pajak terhadap kebijaksanaan pajak yang
dikonfirmasi tidak cukup kuat untuk membentuk konstruk sikap wajib pajak.
4. Kontribusi terbesar diberikan oleh indikator sikap wajib pajak terhadap
administrasi pajak yang memiliki loading factor yang sangat kuat. Jawaban
responden yang setuju dan sangat setuju dengan sistem administrasi
perpajakan yang ada menunjukkan sikap wajib pajak yang sependapat bahwa
sistem administrasi perpajakan yang baik dapat menngkatkan kepatuhan wajib
pajak.
5. Kontribusi kedua diberikan oleh indikator sikap4 yang berkaitan dengan sikap
wajib pajak terhadap pelayanan pajak. Responden menunjukkan sikap yang
mendukung pelayanan yang sederhana dan mudah karena dapat meningkatkan
kepatuhan dari wajib pajak. Kontribusi ketiga diberikan oleh indikator sikap
wajib pajak terhadap peraturan pajak. Responden menunjukkan sikap yang
mendukung undang-undang dan peraturan pajak yang ditetapkan. Temuan ini
mengindikasikan bahwa undang-undang dan peraturan pajak sesuai dengan
keinginan masyarakat, sehingga masyarakat menunjukkan sikap yang
mendukung pelaksanaan undang-undang dan peraturan tersebut.
6. Kontribusi paling lemah diberikan oleh indikator sikap wajib pajak terhadap
kebijakan pajak. Hal ini dapat dimaklumi karena kebijakan pajak yang
dimaksudkan dalam studi ini hanya berkaitan dengan sanksi pajak dan tarif
pajak. Responden dalam hal ini cenderung memandang bahwa tarif pajak yang
dikenakan prosentasenya terlalu tinggi. Hal ini dapat mendorong
ketidakpatuhan dari wajib pajak. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa
sikap wajib pajak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan
wajib pajak.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan analisis studi baik yang telah dibuktikan berdasarkan pengujian
kuantitatif maupun kualitatif, maka dapat disusun kesiimpulan dan saran sebagai
berikut :

Kesimpulan :
1. Moral wajib pajak tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan
wajib pajak. Terdapat 2 (dua) indikator yang mampu membentuk konstruk
moral wajib pajak dengan baik yaitu indikator kewajiban moral wajib pajak
dan alokasi penerimaan pajak untuk kesejahteraan rakyat. Sedangkan indikator
alokasi penerimaan pajak untuk pembangunan tidak cukup kuat untuk
membentuk konstruk moral wajib pajak. Moral wajib pajak disimpulkan
bukan merupakan komponen yang penting dalam meningkatkan kepatuhan
wajib pajak sektor perbankan. Faktor kepastian dan ketegasan hukum menjadi
faktor utama yang menyebabkan moral tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap kepatuhan wajib pajak. Hal ini disebabkan karena kondisi
masyarakat wajib pajak perbankan di Surabaya masih berada pada tingkatan
moral reasoning yang rendah sampai pada tingkatan moderat, yang masih
menekankan pertimbangan moralnya pada pengenaan sanksi. Oleh karena itu
diperlukan tindakan dalam bentuk sanksi yang tegas baik kepada wajib pajak
maupun pihak fiskus yang diwujudkan dalam bentuk sanksi legal, sanksi
sosial dan perasaan bersalah.
2. Sikap wajib pajak berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib
pajak. Hanya indikator sikap wajib pajak terhadap kebijakan pajak yang tidak
mampu membentuk konstruk dengan baik, sedangkan ketiga indikator lainnya
yaitu sikap wajib pajak terhadap peraturan pajak, sikap wajib pajak terhadap
administrasi pajak, dan sikap wajib pajak terhadap pelayanan pajak mampu
membentuk konstruk sikap wajib pajak dengan baik.
3. Dari sisi teori, terdapat integrasi teori perilaku, teori moral reasoning, dan teori
kepatuhan pajak. Temuan empiris dalam studi ini membawa implikasi secara
teoritik bahwa sikap wajib pajak memegang peranan penting dalam
peningkatan kepatuhan wajib pajak, sedangkan moral wajib pajak kurang
memiliki peranan dalam peningkatan kepatuhan WP. Teori paksaan,
deterrence theory, dan equity theory merupakan teori-teori yang mendukung
pendapat ini. Perilaku WP yang patuh akan dibentuk sikap yang baik dari
wajib pajak dalam memandang lingkungan pajaknya.
4. Dari beberapa kesimpulan terdahulu dapat disusun kesimpulan umum bahwa:
sikap wajib pajak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak
sedangkan moral wajib pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan
WP.

Saran
Penelitian dalam bidang perpajakan dan perilaku masih terbuka lebar di
masa yang akan datang. Hal tersebut dipicu oleh adanya kecenderungan
perubahan kondisi perekonomian dan masyarakat yang semakin cepat dan dinamis,
khususnya masyarakat wajib pajak. Karena keterbatasan yang ada dalam studi ini
maka disampaikan beberapa saran bagi kemajuan teori maupun praktik perpajakan
dan perilaku di bidang perpajakan.
Untuk pengembangan teori dan praktik perpajakan, maka dapat disarankan hal-hal
sbb:
1. Mengembangkan model penelitian yang lebih komprehensensif dengan
memperkaya isu-isu perilaku perpajakan yang bersifat kontemporer, misalnya
dengan menggunakan variabel perantara yang menghubungkan antara moral
dan sikap wajib pajak dengan kepatuhan wajib pajak seperti budaya nasional.
2. Penelitian berikutnya dapat dilakukan dengan mengambil sampel yang
berbeda dan memperluas obyek penelitian, seperti pada perbankan syariah dan
perusahaan manufaktur.
3. Perlu dilakukan pengembangan instrumen penelitian, yaitu disesuaikan
dengan kondisi dan lingkungan dari obyek yang diteliti.
4. Peningkatan law enforcement melalui penerapan sanksi secara tegas baik
kepada WP maupun kepada aparat pajak.
Keterbatasan
Beberapa keterbatasan dari studi ini meliputi:
1. Jumlah responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini relatif kecil dan
terbatas pada responden perbanakan konvensional.
2. Penelitian ini menggunakan alat statistik SmartPLS yang relatif masih belum
banyak digunakan di Indonesia, sehingga peneliti mengalami kesulitan dalam
hal aplikasi dan acuan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA

Bertens, K. 2002. Etika. Cetakan Ketujuh. Penerbit Gramedia Pustaka Utama.


Jakarta.

Binsarjono, Tugiman. 2007. Kode Etik Pegawai Pajak: Setarakan Posisi, Hak dan
Kewajiban Fiskus dan WP. Indonesia Tax Review. Volume VII, Edisi
03/1007.hal 2-7.

Boediono. 1999. Pelayanan Prima. Penerbit Kawula Indonesia. Jakarta

Boediono. 2003. Pelayanan Prima Perpajakan. Cetakan Kedua. Penerbit Rineka


Cipta, Jakarta.

Bohari. 1995. Pengantar Hukum Pajak, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Budi, Chandra. SPT dan Tingkat Kepatuhan WP. Sumber: Sinar Harapan tanggal
03 April 2006.

Clotfelter, C. 1983. Tax Evasion and Tax Rates: An Analysis of Individual


Returns. The Review of Economics and Statistics : 363 – 373.

Cummings et al. 2005. Effects of Tax Morale on Tax Compliance:Experimental


and Survey Evidence. Andrew Young School of Policy Studies, Georgia State
University dan University of Tennesse, Switzerland.

Darmayanti, Theresia Woro. 2004. Pelaksanaan Self Assesment System Menurut


Wajib Pajak (Studi Kasus pada Wajib Pajak Badan Salatiga). Jurnal Ekonomi
dan Bisnis. Volume X No. 1, 109 – 128.

Devano, Sony; dan Siti Kurnia Rahayu. 2006. Perpajakan: Konsep, Teori dan Isu.
Jakarta: Kencana. Edisi 1. Cetakan 1.

Direktorat DJP. Jumlah Wajib Pajak Tahun 2002-2007. 05 Februari 2008

Fushimi, Toshiyuki. 2001. Menuju Sistem Perpajakan yang Dapat Dipercaya


Mempertahankan Penegakan Disiplin dan Sistem Pengawasan. Majalah
Berita Pajak No.1435/Tahun XXXIII/15 Januari 2001. Halaman:38-43.

Gardina, Trisia dan Haryanto, Dedy. 2006 “Analisis faktor-faktor yang


Mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak”, Modus Vol.18 (1), hal. 10-28.

Ghozali, Imam. 2006. Structural Equation Modeling: Metode Alternatif Dengan


Partial Least Square.. Penerbit : Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Semarang.
Grasmick, H.G. and Donald E. Green. 1980. Legal Punishment, Social
Disapproval, and Internalization as Inhibitors of Illegal Behavior. Journal of
Criminal Law and Criminology. Vol. 71: 325 – 335.
Gujarati, Damodar. 2003. Ekonometrika Dasar. Terjemahan. Jakarta : Penerbit
Erlangga.

Gunadi. ”Rasionalitas Reformasi Administrasi Perpajakan” disarikan dari Naskah


pidato pengukuhan sebagai guru besar pada Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia tanggal 13 Maret 2004 berjudul Reformasi Administrasi Perpajakan
Dalam Rangka Kontribusi Menuju Good Governance,
URL:http://www.infopajak. com/berita/170504bi1.htm, sumber: Bisnis
Indonesia tanggal 17 Mei 2004.

Harahap, Abdul Asri. 2004. Paradigma Baru Perpajakan Indonesia: Perspektif


Ekonomi-Politik, Penerbit Integrita Dinamika Press, Jakarta.

Hardika, N. Sentosa. 2006. Pengaruh Lingkungan dan Moral Wajib Pajak


Terhadap Sikap dan Kepatuhan Wajib Pajak Pada Hotel Berbintang di
Propinsi Bali. Disertasi. Universitas Airlangga: Surabaya.

Ilyas, Wirawan B. dan Richard Burton. 2004. Hukum Pajak. Jakarta: Penerbit
Salemba Empat.

Kiryanto. 1999 “Pengaruh Penerapan Struktur Pengendalian Intern Terhadap


Kepatuhan Wajib Pajak Badan Dalam Memenuhi Kewajiban Pajak
Penghasilannya”, Simposium Nasional Akuntansi II IAI-KAPd. Gedung
Widyaloka universitas Brawijaya 24-25 September 1999.

Kotler. 1996. Principles of Marketing. Prentice Hall International Inc., Seventh


Edition. New Jersey.

Lubis, Solly. 2007. Kebijakan Publik. Penerbit Mandar Maju. Bandung

Lumbantoruan, Sophar. 1997. Ensiklopedi Perpajakan. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Marquardt, John David. 1975. Income Tax Compliance – An Examination of


Critical Attributes. Dissertation, University of Illinois, Urbana – Illinois, USA.

Madjid, Nurkholis. 1998. Konsep dan Pengertian Akhlak Bangsa, Dalam Tim
KAHMI (Ed.), Indonesia di Simpang Jalan. Bandung: Pustaka Mizan.

Media Indonesia. Tax Ratio Indonesia masih rendah. Tanggal 26 November 2007.

Nasucha, Chaizi. 2004. Reformasi Administrasi Publik: Teori dan Aplikasi.


Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Nurmantu, Safri. 2003. Pengantar Perpajakan. Jakarta: Kelompok Yayasan Obor.

Nurudin, 2001. Komunikasi Propaganda. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Pakpahan, Robert. 2004. Menuju Sistem dan Administrasi Perpajakan Berkelas


Dunia: Studi Perpajakan di Indonesia dengan Inspirasi Pengalaman Jepang.
Jakarta: Penerbit Kharisma, hal. 53-60.

Pandiangan, Liberty. Reformasi Perpajakan di Mata Seorang Profesor. PB-CO,


URL:, http://www.pb-co.com/news_print.asp?ID=424, 15 Maret 2004.

Prasetyo, Bambang dan Jannah, Lina Miftahul. 2005. Metode Penelitian


Kuantitatif: Teori dan Aplikasi. Penerbit Rajagrafindo Persada. Jakarta.

Purwanto, Heru. 2007. Pelayanan Pajak Berbasis TI. Indonesian Tax Review.
Volume VI, Edisi 29/2007. hal. 9-17.

Salman, Kautsar R. 2007. Dimensi Etika dan Moral Dalam Reformasi Perpajakan
di Indonesia. Paper dipresentasikan di Simposium Nasional Perpajakan (SNP)
I, Universitas Trunojoyo, Madura.

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1995. Metode Penelitian Survei. PT.
Pustaka LP3ES. Jakarta.

Suandy, Erly. 2002 Hukum Pajak. Jakarta: Salemba Empat.

____________2001. Perencanaan Pajak. Jakarta: Salemba Empat

Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Penerbit CV Alfabeta. Bandung.

Suhardito, Bambang dan Bambang Sudibyo. 1999. Pengaruh Faktor-faktor Yang


Melekat Pada Wajib Pajak Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi
dan Bangunan. Malang: IAI – KAPd.

Supartha. 2006. Kebijakan Publik dan Pengaruhnya pada Pendapatan Asli Daerah.
Tesis. Universitas Airlangga: Surabaya.

Supriyanto, Heru. 2008. WHT: Masih Ada Tanda Tanya. Indonesian Tax Review,
Volume I/Edisi 06/2008, hal. 56-66.

Supriyati dan Nur Hidayati. 2007. Pengaruh Pengetahuan dan Persepsi Wajib
Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Paper dipresentasikan di Simposium
Nasional Perpajakan (SNP) I, Universitas Trunojoyo, Madura.

Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor SE-122/PJ.1/1995 tentang


“Peningkatan Mutu Pelayanan Kepada Masyarakat”.
Suryadi. 2006. Model Hubungan Kausal Kesadaran, Pelayanan, Kepatuhan Wajib
Pajak dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Penerimaan Pajak: Suatu Survey Di
Wilayah Jawa Timur. Jurnal Keuangan Publik, Vol. 4, No. 1, April 2006,
105 – 121.

Suwardi, 2007. Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga


Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Paper
dipresentasikan dalam Seminar UU KUP di Hotel Sahid. P3M Universitas
Airlangga Surabaya.

Tjaraka, Heru, 2007. Upaya-Upaya Mengoptimalkan Pajak: Fiskus versus Wajib


Pajak. Paper dipresentasikan di Simposium Nasional Perpajakan 1,
Universitas Trunojoyo, Madura.

Tjahjono. 2006. Pengaruh Tingkat Kepuasan Atas Pelayanan Perpajakan


Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Pada Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Bagian Timur I, Tesis, Universitas
Airlangga, Surabaya.

Torgler, Benno dan Schaltegger, Christoph A. 2005. Tax Morale And Fiscal
Policy. CREMA (Center for Research in Economics, Management and the
Arts) and Swiss Federal Tax Administration, University of St.Gallen.

Troutman, Coleen S. 1993. Moral Commitment to Tax Compliance as Measured


by The Development of Moral Reasoning and Attitutes Towards The Fairness
of The Tax Laws. Dissertation, Oklahoma State University, USA.

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983. Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan, yang terakhir diubah dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun
2000.

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983. Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan, yang terakhir diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2007.

Thurman, Quint C. Craig St. John and Lisa Riggs. 1984. Neutralization and Tax
Evasion: How Effective Would a Moral Appeal be in Improving Compliance
to Tax Law? Law & Policy. Vol. 6 No. 3: 309 – 327.

____________. 27 Februari 2004. Kepatuhan Wajib Pajak Rendah. Bisnis


Indonesia, http://Klikpajak.com/artikel.

____________. 2007. Pertumbuhan Penerimaan Pajak 2008 Lebih Rendah dari


2007. Antara News .
View publication stats

You might also like