Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 208

PENCEGAHAN KERACUNAN TIMBAL KRONIS PADA

PEKERJA DEWASA DENGAN SUPLEMEN KALSIUM


DALAM UPAYA PENGEMBANGAN KEBIJAKAN DI
BIDANG KESEHATAN

Oleh:
WIRSAL HASAN

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010

Universitas Sumatera Utara


CHRONIC LEAD POISONING PREVENTION IN ADULT WORKERS
WITH CALCIUM TREATMENT IN ORDER
TO DEVELOP HEALTH POLICY

ABSTRACT

Lead pollution in the air the city of Medan has been a problem because it is
exceeded the specified threshold value. It is know that lead may cause health
problems in humans, although the levels are lower than the maximum levels
allowed in the blood. One of the community groups that have a high risk of chronic
lead poisoning from the ambient air are workers who work on the side of the
highway. Until now there is no health policies for prevention and treatment of
chronic lead poisoning to workers who are at high risk.
This study aimed to determine the effects of calcium supplements to
decrease blood lead levels (BLL) of adult workers are at high risk for chronic lead
poisoning and found a health policy in the prevention of lead poisoning from the
ambient air. This research uses quasi-experimental design with a clinical trial
design in which subjects were divided into two groups that performed at random,
one group as control and one more group was treated by giving calcium
supplements with a dose of 500 mg three times daily peroral for three months and
after three months measured again their BLL as the final result.
The research showed that: (1) BLL of rickshaw drivers, machine rickshaw
drivers and street vendors are: initial BLL in the control group was 6.11 ± 3.57 g / dl
and after the experiment was 4.16 ± 1.46 g / dl (p = 0.002). Initial BLL in the
treatment group was 10.35 ± 3.36 g / dl after treatment was 3.2 ± 1.58 g / dl. (2)
Treatment with calcium at a dose of 3 x 500 mg daily peroral to workers who are at
high risk for chronic lead poisoning during the three months can reduce BLL
significantly (p = 0.000) at CI = 95%. (3) In addition to treatment with calcium, other
factors that influence BLL of workers is a place to rest during the day whether in the
street or at home (p = 0.025). (4) BLL prediction models on rickshaw drivers and
machine rickshaw drivers and street vendors in the form of regression equation: Y =
3446 to 0.727 (resting place) + 0.892 (calcium treatment) (5) Obtained a policy of
“treatment with calcium at a dose of 3 x 500 mg peroral daily during the three-
month period” to workers who are at high risk for chronic lead poisoning.

Suggested to Medan City Health Department in order to develop health


policies, especially to workers who are at high risk for chronic lead poisoning. that is
calcium treatment using doses of 3 x 500 mg peroral daily during the 3 months
period.

Keywords : Adult workers, chronic lead poisoning, treatment with calcium,


health policy

Universitas Sumatera Utara


PENCEGAHAN KERACUNAN TIMBAL KRONIS PADA PEKERJA DEWASA
DENGAN SUPLEMEN KALSIUM DALAM UPAYA PENGEMBANGAN
KEBIJAKAN DI BIDANG KESEHATAN

ABSTRAK

Pencemaran timbal di udara kota Medan sudah merupakan masalah karena


sudah melewati Nilai Ambang Batas. Timbal dapat menimbulkan gangguan
kesehatan pada manusia walaupun dalam kadar yang lebih rendah dari kadar
maksimum dalam darah yang diperbolehkan. Salah satu kelompok masyarakat
yang mempunyai resiko tinggi terhadap keracunan timbal kronis dari udara ambien
adalah pekerja yang bekerja di pinggir jalan raya. Sampai saat ini belum ada
kebijakan bidang kesehatan untuk pencegahan keracunan timbal kronis pada
pekerja yang beresiko tinggi ini.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efek suplemen kalsium terhadap
penurunan kadar timbal dalam darah pekerja dewasa dalam upaya
mengembangkan kebijakan bidang kesehatan. Penelitian ini menggunakan
rancangan kuasi eksperimen dengan clinical trial design dimana subyek penelitian
dibagi menjadi 2 kelompok yang dilakukan secara acak, satu kelompok sebagai
kontrol dan satu kelompok lagi diberi perlakuan dengan memberikan suplemen
kalsium dengan dosis 3 kali 500 mg perhari selama tiga bulan dan setelah tiga
bulan diukur kembali kadar timbal darahnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Kadar timbal dalam darah (KTD)
penarik becak dayung, penarik becak mesin dan pedagang pinggir jalan adalah:
KTD awal pada kelompok kontrol 6,11±3,57 g/dl dan KTD akhir 4,16±1,46 g/dl
(p=0,002). KTD awal pada kelompok perlakuan 10,35±3,36 g/dl dan KTD akhir
3,2±1,58 g/dl. (2) Pemberian Kalsium dengan dosis 3 x 500 mg sehari peroral
selama 3 bulan dapat menurunkan KTD secara bermakna (p=0,000) pada CI=95%.
(3) Faktor lain yang turut mempengaruhi KTD adalah tempat pekerja beristirahat
pada siang hari apakah di pinggir jalan atau di rumah (p=0,025). (4) Didapat model
prediksi KTD pada pekerja dewasa yang beresiko terhadap keracunan timbal kronis
berupa persamaan regresi: Y = 3.446-0,727 (tempat istirahat) + 0,892 (pemberian
kalsium). (5) Didapat rekomendasi kebijakan dalam mengelola dampak lingkungan
yang diakibatkan oleh polusi timbal sebagai berikut: Pemberian Kalsium dengan
dosis 3 x 500 mg sehari peroral selama tiga bulan pada pekerja yang telah
terpapar pada polusi timbal.
Disarankan agar dapat dikembangkan kebijakan bidang kesehatan
khususnya untuk pekerja yang beresiko tinggi terhadap keracunan timbal kronis
dengan pemberian kalsium dengan dosis 3 x 500 mg peroral sehari selama 3
bulan

Kata kunci : Pekerja dewasa, keracunan timbal kronis, pemberian kalsium,


kebijakan kesehatan

Universitas Sumatera Utara


HALAMAN PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan


dalam disertasi saya yang berjudul:

PENCEGAHAN KERACUNAN TIMBAL KRONIS PADA PEKERJA


DEWASA DENGAN SUPLEMEN KALSIUM DALAM UPAYA PENGEM-
BANGAN KEBIJAKAN DI BIDANG KESEHATAN

merupakan gagasan atau hasil penelitian disertasi saya sendiri dengan


pembimbingan para Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas
ditunjukkan rujukannya. Disertasi ini belum pernah diajukan untuk
memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lainnya.

Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas
dan dapat diperiksa kebenarannya.

Medan, 5 Mei 2011

Nama : WIRSAL HASAN


NIM : 058106015/PSL

Universitas Sumatera Utara


PENCEGAHAN KERACUNAN TIMBAL KRONIS PADA
PEKERJA DEWASA DENGAN SUPLEMEN KALSIUM
DALAM UPAYA PENGEMBANGAN KEBIJAKAN DI
BIDANG KESEHATAN

Oleh:
WIRSAL HASAN

Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010

Universitas Sumatera Utara


Judul Penelitian : Pencegahan Keracunan Timbal Kronis pada
Pekerja Dewasa dengan Suplemen Kalsium
dalam Upaya Pengembangan Kebijakan di
Bidang Kesehatan
Nama : WIRSAL HASAN
NIM : 058106015/PSL
Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Menyetujui:
1. Komisi Pembimbing

Prof.Dr.Ir.A.Rahim Matondang,MSIE
Ketua

Prof.Dr.Alvi Syahrin,SH,MS Prof.Dr.dr.Chatarina U.Wahyuni,MS,MPH


Anggota Anggota

Mengetahui,

2. Ketua Program Studi 3.Direktur Program Pascasarjana


Pengelolaan Sumberdaya Alam
Dan Lingkungan

Prof.Dr.Retno Widhiastuti, MS Prof.Dr.Ir.A.Rahim Matondang,MSIE

Tanggal Lulus : 5 Mei 2011

Universitas Sumatera Utara


Telah diuji pada

Tanggal : 5 Mei 2011

PANITIA PENGUJI DISERTASI:

Ketua : Prof.Dr.Ir.A.Rahim Matondang,MSIE

Anggota : 1. Prof.Dr.Alvi Syahrin,SH,MS


2. Prof.Dr.dr.Chatarina U.Wahyuni,MS,MPH
3. Prof.Dr.Retno Widhiastuti, MS
4. Prof.Dr.Erman Munir, MSc
5. Prof.Dr.Ida Yustina, MSi
6. Dr.dr.Umar Zein, Sp.PD,KPTI,DTM&H

Universitas Sumatera Utara


RIWAYAT HIDUP

Wirsal Hasan, lahir di Payakumbuah tanggal 19 November 1949. Putra ke

tiga dari lima bersaudara pasangan H.Hasan Z.A (alm) dan Hj.Syamtiar

Salim (alm). Menikah pada tahun 1976 dengan dr.Hj.Sundari, dikaruniai

putra dan putri yaitu dr. Fakhri Widyanto, MKed Ped, dan dr. Widyastuti,

MKed Ped. Riwayat Pendidikan, Fakultas Kedokteran UISU Medan (tamat

1983), University of Hawaii (tamat 1991), Program Studi Pengelolaan

Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) USU Medan (tamat 2011). Saat ini

bekerja sebagai Staf Pengajar pada Fakultas Kesehatan Masyarakat USU

dengan Golongan IV/c.

Universitas Sumatera Utara


PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadhirat Allah Subhana Wataala


atas segala rahmat dan karunia Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil
diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada
bulan Mei 2009 sampai September 2010 ini adalah Pencegahan
Keracunan Timbal Kronis pada Pekerja Dewasa dengan Suplemen
Kalsium dalam Upaya Pengembangan Kebijakan di Bidang
Kesehatan.
Selama pelaksanaan penelitian ini penulis telah banyak mendapat
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Promotor, dan Prof.
Dr. Alvi Syahrin, SH, MS serta Prof. Dr. dr. Chatarina U. Wahyuni,
MS, MPH selaku Co Promotor yang masih sempat meluangkan waktu
dan dengan penuh kesabaran membimbing penulis mulai dari awal
pembuatan disertasi ini sampai selesai.
2. Prof. Dr. Retno Widhiastuti, MS, Prof. Dr. Erman Munir, MS, Prof. Dr.
Ida Yustina, Msi dan Dr. dr. Umar Zein, Sp.PD, KPTI, DTM&H yang
telah bersedia membantu penulis menyempurnakan disertasi, serta
menjadi penguji dan penilai disertasi ini.
3. Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, SpA(K), selaku Rektor
Universitas Sumatera Utara pada tahun 2006 dan Prof. Dr. dr. Syahril
Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), SpA(K), Rektor Universitas Sumatera
Utara pada saat ini yang telah memberi izin kepada penulis untuk
mengikuti Program Doktor pada Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara yang kita cintai ini.
4. Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nisa B,MSc. selaku Direktur Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dan Prof. Dr. Alvi Syahrin,
SH, MS selaku Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam
dan Lingkungan pada tahun 2006 yang telah memberi izin kepada
penulis untuk mengikuti Program Doktor ini, serta Prof.Dr.Ir.A.Rahim

Universitas Sumatera Utara


Matondang,MSIE selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara dan Prof.Dr.Retno Widhiastuti, MS selaku Ketua
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan saat
ini yang telah memberi izin kepada penulis untuk mangajukan
disertasi ini.
5. dr.Ria Masniari Lubis,Msi. selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara pada tahun 2006 dan Dr.
Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara pada saat ini dan Ir. Indra Chahaya, Msi
dan Ir.Evi Naria, MSi selaku Kepala Departemen Kesehatan
Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara yang telah memberi izin kepada penulis untuk mengikuti
Program Doktor ini.
6. Kepada teman-teman di Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas
Kesehatan USU khususnya kepada dr.Taufik Ashar, MKes yang
dengan penuh perhatian telah membantu penulis dalam pengolahan
data penelitian untuk disertasi ini serta dukungan dan motivasi yang
diberikan oleh teman sejawat yaitu dr. Surya Dharma, MPH, Dr. Dra.
Irna Marsaulina, MS, dr. Devi Nuraini Santi, Mkes, dan Dra. Nurmaini
MKes.
7. Kepada teman-teman seperjuangan, bu Azizah, bu Lelly Aman, pak
Hendaru, pak Djabar, buk Hidayati, pak Hendry Sitorus, pak Edhy
Mirwandono dan teman – teman lain yang sangat banyak membantu
penulis dalam menyelesaikan disertasi ini mulai dari masa
perkuliahan, pembuatan proposal sampai dengan penyelesaian
disertasi ini. Tak lupa untuk staf administrasi di Program Studi
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pasca
Sarjana Universitas Sumatera Utara, khususnya saudara Maya dan
Pak Min serta Putri yang telah membantu penulis dalam setiap proses
pendidikan dan ujian-ujian yang dilaksanakan.

Universitas Sumatera Utara


8. Kepada abang-abang becak, sopir angkot dan pedagang pinggir jalan
yang telah berpartisipasi sebagai responden pada penelitian ini,
penulis ucapkan ribuan terima kasih.
9. Kepada Laboratorium Prodia dan staf di Jl. S. Parman Medan yang
telah membantu menfasilitasi pemeriksaan laboratorium yang
diperlukan dalam penelitian disertasi ini.
10. Sembah sujud dan terima kasih yang tak terhingga penulis
persembahkan kepada ayahanda H.Hasan Z.A. (almarhum) dan
bunda tercinta Hj.Syamtiar Salim (almarhumah) yang sangat penulis
kagumi dan hormati yang sewaktu beliau masih hidup selalu
memberikan dukungan dan doa agar penulis terus belajar pada
setiap kesempatan. Terima kasih atas segala kesabaran dan kasih
sayang dan telah bersusah payah membesarkan, mendidik, dan
memberi semangat hidup bagi penulis.
11. Ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya penulis ucapkan kepada
istri tercinta dr.Hj.Sundari, yang telah mendukung dan memberi
semangat penulis dengan penuh kasih sayang dan pengertian, serta
kedua putra tercinta dr. Fakhri Widyanto, MKed Ped dan dr.
Widyastuti, MKed Ped beserta manantu tersayang Nursaniah, Msi,
Apt dan Ir. Fauzan Rachman, Msi serta cucu tersayang Izzatun Nada
Azzakiyah dan Yasmin Fadilla Azzakiyah yang telah memotivasi dan
ikut membantu penulis dalam penyelesaian disertasi ini. Harapan
penulis, jadilah kalian anak-anak yang beriman, berilmu dan beramal.
Akhirnya kepada semua pihak yang belum penulis sebutkan satu
persatu yang telah banyak membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung, penulis ucapkan terima kasih. Mudah-mudahan disertasi ini dapat
memberikan sumbangan yang berharga bagi perkembangan ilmu
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan serta untuk Kesehatan
Masyarakat. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan ridho
Nya kepada kita semua. Amiiin.
Medan, 5 Mei 2011

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI………………………………………………………….... iii
DAFTAR TABEL.......................................................................... v
DAFTAR GAMBAR...................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................... viii

I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………….……………….... 1
1.2 Perumusan Masalah........................................................ 10
1.3 Tujuan Penelitian............................................................. 11
1.4 Hipotesis.......................................................................... 12
1.5 Manfaat Penelitian........................................................... 12
1.6 Novelty Penelitian............................................................ 12

II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan.......... 13
2.2 Sumber Daya Manusia sebagai Aset Terpenting............. 15
2.3 Pengelolaan Kualitas Udara………………………………… 16
2.4 Sumber Polusi Timba....................................................... 22
2.5 Timbal Dalam Tubuh Manusia………..……………………. 27
2.6 Pengaruh Timbal Terhadap Kesehatan ........................... 39
2.7 Toksisitas Timbal .............................................................. 51
2.8 Interaksi Kalsium dengan Timbal dalam Tubuh Manusia.. 55
2.9 Manajemen....................................................................... 56
2.10 Manajemen Pencegahan Penyakit.................................. 61
2.11 Manajemen Kesehatan Kerja.......................................... 62
2.12 Landasan Teori................................................................ 68
2.13 Kerangka Konsep............................................................ 70

III METODE PENELITIAN


3.1 Tempat dan Waktu............................................................ 72
3.2 Bahan dan Alat ................................................................. 72
3.3 Rancangan Penelitian....................................................... 73
3.4 Pelaksanaan Penelitian .................................................... 77
3.5 Variabel yang Diamati…………………………….....………. 83

IV. HASIL PENELITIAN


4.1 Gambaran Umum Kota Medan......................................... 84
4.2 Gambaran Kadar Timbal di Udara Kota Medan................ 87
4.3 Hasil Penelitian.................................................................. 87
4.3.1 Karakteristik Responden………..…………...……… 87

Universitas Sumatera Utara


4.3.2 Perbedaan Kadar Timbal dalam Darah Sebelum
dan Sesudah Pemberian Kalsium…………..…… 91
4.3.3 Hubungan Karakteristik Individu dengan Kadar
Timbal Dalam Darah Awal pada kelompok Kontrol... 93
4.3.4 Hubungan Karakteristik Individu dengan Kadar
Timbal Dalam Darah Awal pada Kelompok
Perlakuan................................................................. 95
4.3.5 Analisis Korelasi dan Regresi Umur, Tekanan
Darah Sistolik,Tekanan Darah Diastolik,
Hemoglobin, Kreatinin, dan KTD dengan KTD Akhir.. 96
4.4 Proses Penentuan Kebijakan yang Diusulkan................... 99
4.4.1 Kekuatan................................................................... 100
4.4.2 Kelemahan ............................................................... 101
4.4.3 Peluang..................................................................... 101
4.4.4 Ancaman ................................................................... 101

4.5 Manjemen Pengelolaan Lingkungan untuk Mencegah


Keracunan Timbal Kronis.................................................. 104

4.6 PEMBAHASAN
4.6.1 Konsentrasi Timbal Dalam Darah dan
Permasalahan yang Ditimbulkannya ............................ 106
4.6.2 Perbedaan Kadar Timbal dalam Darah setelah
Pemberian Kalsium antara Kelompok Kontrol dan
Kelompok Perlakuan...................................................... 109
4.6.3 Perbedaan Kadar Timbal dalam Darah.......................... 113
4.6.4 Usulan Pengembangan Kebijakan.................................. 127
4.7 Keterbatasan Penelitian......................................................... 127
4.8 Hal yang Baru dalam Penelitian Ini............................................. 129

V KESIMPULAN DAN SARAN…………….………………………… 130

DAFTAR PUSTAKA

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

2.1 Baku Mutu Kualitas Udara Ambien Nasional..... 17

2.2 Kandungan Senyawa Pb dalam Gas Buang 26


Kendaraan Bermotor.........................................

2.3 Efek Kesehatan Secara Umum yang Timbul


Akibat Keterpaparan Timbal.............................. 41

2.4 Perbandingan Tingkat Kecerdasan (IQ) Rata-


rata antara Anak yang Kandungan Pb dalam
Darahnya Rendah dan Tinggi............................ 52

2.5 Konsentrasi Pb dalam Darah Pekerja Pria di


Kota Tokyo Sekitar Tahun 1975-1980............... 54

4.1 Jumlah Kendaraan yang Terdaftar di SAMSAT


Kota Medan Tahun 2010...................................... 86

4.2 Jumlah Kendaraan yang Terdaftar di


Departemen Perhubungan Kota Medan Tahun
2007 .................................................................. 87

4.3 Karakteristik Responden.................................... 88

4.4 Perbedaan Kadar Timbal dalam Darah Sebelum


dan sesudah Pemberian Kalsium....................... 91

4.5 Perbedaan Kadar Timbal dalam Darah Sebelum


Intervensi pada Kelompok Kontrol dan
Perlakuan........................................................... 91

4.6 Perbedaan Kadar Timbal dalam Darah Sesudah


Intervensi pada Kelompok Kontrol dan
Perlakuan........................................................... 92

4.7 Perbedaan Rata-rata Penuruanan Kadar Timbal


dalam Darah Kelompok Kontrol dan Perlakuan.. 92

4.8 Hubungan Karakteristik Individu dengan Kadar


Timbal dalam Darah Awal pada Kelompok
Kontrol................................................................ 94

Universitas Sumatera Utara


4.9 Hubungan Karakteristik Individu dengan Kadar
Timbal dalam Darah Awal pada Kelompok
Perlakuan........................................................... 95

4.10 Analisis Korelasi dan Regresi Umur, Tekanan


Darah Sistolik, Tekanan Darah Diastolik,
Hemoglobin, Kreatinin dan Kadar Timbal Darah
Awal dengan Kadar Timbal Darah Akhir.......... .. 96

4.11 Hasil Analisis Regresi Linear Multipel ............... 97

4.12 Hasil Uji Anova Persamaan Regresi Linear


Multipel............................................................... 97

4.13 Model Summary Persamaan Regresi Linear


Multipel.............................................................. 98

4.14 Matrix SWOT..................................................... 103

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

1.1 Simpul dalam Pemberantasan Penyakit........... 7

1.2 Menurunkan Kadar Timbal dalam Darah dengan 9


Pemberian Suplemen Kalsium.........................

2.1 Perjalanan Timbal yang Berasal dari Lingkungan


Sampai Masuk ke dalam Tubuh
Manusia............................................................ 28

2.2 Skema Mekanisme Penyerapan Timbal di


Lumen Usus...................................................... 32

2.3 Peningkatan Jumlah Intake Timbal Akan


Menyebabkan Kenaikan Kadar Timbal dalam
Darah................................................................. 35

2.4 Perjalanan Timbal dalam Tubuh Manusia......... 36

2.5 Patogenesis Penyakit dalam Perspektif


Lingkungan dan Variabel Kependudukan......... 62

2.6 Kerangka Teori.................................................. 70

2.7 Kerangka Konsep............................................. 71

3.1 Rancangan Studi.............................................. 73

3.2 Langkah-langkah Pengambilan Sampel.......... 78

4.1 Peta Kota Medan dan Lokasi Penelitian.......... 84

4.2 Kadar Timbal Darah Awal dan Kadar Timbal


Darah Akhir pada Kelompok Kontrol dan
Perlakuan.......................................................... 93

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

I Surat Permohonan Untuk Mendapat Surat 144


Keterangan Lulus Kaji Etik Kedokteran (Ethical
Clearance)

II Persetujuan Komisi Etik Tentang Pelaksanaan 145


Penelitian Bidang Kesehatan (Ethical Clearence)

III Penjelasan Mengenai Penelitian 146

IV Surat Pernyataan Mengikuti Penelitian 148

V Lembar Permintaan Pemeriksaan Laboratorium 149

VI Kuesioner Penelitian 150

VII Rekap Hasil Penelitian 152

VIII Analisis Data 158

Universitas Sumatera Utara


CHRONIC LEAD POISONING PREVENTION IN ADULT WORKERS
WITH CALCIUM TREATMENT IN ORDER
TO DEVELOP HEALTH POLICY

ABSTRACT

Lead pollution in the air the city of Medan has been a problem because it is
exceeded the specified threshold value. It is know that lead may cause health
problems in humans, although the levels are lower than the maximum levels
allowed in the blood. One of the community groups that have a high risk of chronic
lead poisoning from the ambient air are workers who work on the side of the
highway. Until now there is no health policies for prevention and treatment of
chronic lead poisoning to workers who are at high risk.
This study aimed to determine the effects of calcium supplements to
decrease blood lead levels (BLL) of adult workers are at high risk for chronic lead
poisoning and found a health policy in the prevention of lead poisoning from the
ambient air. This research uses quasi-experimental design with a clinical trial
design in which subjects were divided into two groups that performed at random,
one group as control and one more group was treated by giving calcium
supplements with a dose of 500 mg three times daily peroral for three months and
after three months measured again their BLL as the final result.
The research showed that: (1) BLL of rickshaw drivers, machine rickshaw
drivers and street vendors are: initial BLL in the control group was 6.11 ± 3.57 g / dl
and after the experiment was 4.16 ± 1.46 g / dl (p = 0.002). Initial BLL in the
treatment group was 10.35 ± 3.36 g / dl after treatment was 3.2 ± 1.58 g / dl. (2)
Treatment with calcium at a dose of 3 x 500 mg daily peroral to workers who are at
high risk for chronic lead poisoning during the three months can reduce BLL
significantly (p = 0.000) at CI = 95%. (3) In addition to treatment with calcium, other
factors that influence BLL of workers is a place to rest during the day whether in the
street or at home (p = 0.025). (4) BLL prediction models on rickshaw drivers and
machine rickshaw drivers and street vendors in the form of regression equation: Y =
3446 to 0.727 (resting place) + 0.892 (calcium treatment) (5) Obtained a policy of
“treatment with calcium at a dose of 3 x 500 mg peroral daily during the three-
month period” to workers who are at high risk for chronic lead poisoning.

Suggested to Medan City Health Department in order to develop health


policies, especially to workers who are at high risk for chronic lead poisoning. that is
calcium treatment using doses of 3 x 500 mg peroral daily during the 3 months
period.

Keywords : Adult workers, chronic lead poisoning, treatment with calcium,


health policy

Universitas Sumatera Utara


PENCEGAHAN KERACUNAN TIMBAL KRONIS PADA PEKERJA DEWASA
DENGAN SUPLEMEN KALSIUM DALAM UPAYA PENGEMBANGAN
KEBIJAKAN DI BIDANG KESEHATAN

ABSTRAK

Pencemaran timbal di udara kota Medan sudah merupakan masalah karena


sudah melewati Nilai Ambang Batas. Timbal dapat menimbulkan gangguan
kesehatan pada manusia walaupun dalam kadar yang lebih rendah dari kadar
maksimum dalam darah yang diperbolehkan. Salah satu kelompok masyarakat
yang mempunyai resiko tinggi terhadap keracunan timbal kronis dari udara ambien
adalah pekerja yang bekerja di pinggir jalan raya. Sampai saat ini belum ada
kebijakan bidang kesehatan untuk pencegahan keracunan timbal kronis pada
pekerja yang beresiko tinggi ini.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efek suplemen kalsium terhadap
penurunan kadar timbal dalam darah pekerja dewasa dalam upaya
mengembangkan kebijakan bidang kesehatan. Penelitian ini menggunakan
rancangan kuasi eksperimen dengan clinical trial design dimana subyek penelitian
dibagi menjadi 2 kelompok yang dilakukan secara acak, satu kelompok sebagai
kontrol dan satu kelompok lagi diberi perlakuan dengan memberikan suplemen
kalsium dengan dosis 3 kali 500 mg perhari selama tiga bulan dan setelah tiga
bulan diukur kembali kadar timbal darahnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Kadar timbal dalam darah (KTD)
penarik becak dayung, penarik becak mesin dan pedagang pinggir jalan adalah:
KTD awal pada kelompok kontrol 6,11±3,57 g/dl dan KTD akhir 4,16±1,46 g/dl
(p=0,002). KTD awal pada kelompok perlakuan 10,35±3,36 g/dl dan KTD akhir
3,2±1,58 g/dl. (2) Pemberian Kalsium dengan dosis 3 x 500 mg sehari peroral
selama 3 bulan dapat menurunkan KTD secara bermakna (p=0,000) pada CI=95%.
(3) Faktor lain yang turut mempengaruhi KTD adalah tempat pekerja beristirahat
pada siang hari apakah di pinggir jalan atau di rumah (p=0,025). (4) Didapat model
prediksi KTD pada pekerja dewasa yang beresiko terhadap keracunan timbal kronis
berupa persamaan regresi: Y = 3.446-0,727 (tempat istirahat) + 0,892 (pemberian
kalsium). (5) Didapat rekomendasi kebijakan dalam mengelola dampak lingkungan
yang diakibatkan oleh polusi timbal sebagai berikut: Pemberian Kalsium dengan
dosis 3 x 500 mg sehari peroral selama tiga bulan pada pekerja yang telah
terpapar pada polusi timbal.
Disarankan agar dapat dikembangkan kebijakan bidang kesehatan
khususnya untuk pekerja yang beresiko tinggi terhadap keracunan timbal kronis
dengan pemberian kalsium dengan dosis 3 x 500 mg peroral sehari selama 3
bulan

Kata kunci : Pekerja dewasa, keracunan timbal kronis, pemberian kalsium,


kebijakan kesehatan

Universitas Sumatera Utara


I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kegiatan pembangunan yang dilakukan manusia semakin meningkat yang akan

menimbulkan resiko pencemaran terhadap lingkungan dan akhirnya merugikan

manusia itu sendiri oleh karena limbah yang dihasilkan dapat menyebabkan

gangguan kesehatan, baik secara langsung, maupun secara tidak langsung.

Gangguan kesehatan yang tidak langsung ini selalu timbul dalam jangka waktu yang

lama oleh karena efeknya timbul setelah terjadi akumulasi dari bahan pencemar di

dalam tubuh sampai menimbulkan gejala penyakit, atau gangguan kesehatan. Pada

umumnya gangguan kesehatan yang ditimbulkan oleh karena keracunan bahan

pencemar secara khronis ini bersifat menetap, atau tidak dapat disembuhkan.

Salah satu akibat dari pembangunan di bidang transportasi adalah

penambahan jumlah kendaraan bermotor yang sangat pesat yang menimbulkan

peningkatan pencemaran udara di kota besar yang semakin terasa. Pembakaran

bensin dalam kendaraan bermotor merupakan lebih dari separuh penyebab polusi

udara kota. Di samping karbon monoksida, juga dikeluarkan nitrogen oksida,

belerang oksida, partikel padatan dan senyawa-senyawa fosfor dan timbal. Senyawa-

senyawa ini selalu terdapat dalam bahan bakar dan minyak pelumas mesin.

Rancangan mesin dan macam bensin ikut menentukan jumlah pencemar yang akan

timbul. Pembakaran mesin yang tidak sempurna akan menghasilkan banyak bahan

yang tidak diinginkan dan meningkatkan pencemaran udara (Sastrawijaya, 2000).

Salah satu bahan pencemar udara yang paling berbahaya adalah timbal.

Timbal sering juga disebut dengan timah hitam, Pb atau lead dalam bahasa Inggeris.

Universitas Sumatera Utara


Timbal merupakan metal yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia yang

berlangsung seumur hidup disebabkan timbal berakumulasi dalam tubuh manusia.

Dalam kasus yang terpapar polusi timbal dalam dosis rendah sekalipun ternyata

dapat menimbulkan gangguan pada tubuh tanpa menunjukkan gejala klinik (Nawrot,

2006, Payton 1994, Roncal 2007, Spivey 2007, Lin et al., 2006).

Timbal juga terbukti meningkatkan jumlah kematian pada penderita penyakit

jantung. Sampai saat ini belum dapat ditentukan berapa kadar terendah dari timbal

dalam tubuh yang aman untuk kesehatan (Spivey, 2007).

Beberapa penilitian berikut menjelaskan hubungan kesehatan dengan akibat

polusi timbal pada kesehatan manusia seperti penelitian mengenai hubungan kadar

timbal dalam darah dengan tekanan darah tinggi pada pengemudi bus. Peneliti

menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara terjadinya hipertensi pada

pengemudi bus ada hubungannya dengan kadar timbal dalam darah mereka (Sharp et

al. 1988). Martin et al. (2006) melakukan penelitian di Amerika, mendapatkan

bahwa timbal mepunyai efek akut terhadap tekanan darah dan menimbulkan

hipertensi pada keracunan khronis oleh karena adanya akumulasi timbal di dalam

darah pada orang dewasa. Grandjean et al. ,1989 menemukan pada penelitiannya

bahwa ada hubungan peningkatan kadar timbal dalam darah dengan meningkatnya

tekanan darah penderita. Cheng et al. (2001) menyimpulkan hasil penelitiannya

bahwa pemaparan terhadap polusi timbal dalam jangka waktu lama akan

meningkatkan kadar timbal dalam tulang dan dalam darah yang kemudian

menimbulkan hipertensi. Lustberg (2002) menemukan pada penelitiannya bahwa

seseorang dengan kadar timbal darah antara 20 sampai 29 ug/dl pada tahun 1976 s/d

Universitas Sumatera Utara


1980 menunjukkan peningkatan kematian disebabkan gangguan peredaran darah dan

jantung.

Ada beberapa karakteristik yang bisa dipakai untuk menentukan apakah

seorang beresiko untuk mengandung kadar timbal yang tinggi di dalam darahnya

antara lain: tempat tinggal di kota atau di desa, rumah tempat tinggal menggunakan

cat yang mengandung timbal, kondisi perumahan yang tidak sehat, tempat tinggal

ditempat yang padat penduduknya, tingkat pendidikan yang rendah dan lain-lain

(Lanphear et al.,1998). Wahyudiono (2006) melakukan penelitian di Surabaya

terhadap kadar timbal dalam darah polisi lalu lintas yang memakai masker waktu

bertugas dibandingkan dengan polisi yang tidak memakai masker. Dari 24 orang

polisi yang bertugas di perempatan jalan yang padat lalu lintasnya, didapat

kandungan timbal dalam darah sebanyak 31,6 g/100 ml, sedangkan yang tidak

memakai masker rata-rata sebanyak 49,2 g/100 ml darah. Gangguan kesehatan

yang mereka rasakan adalah hipertensi, nafas tersengal, jantung berdebar, sakit

pinggang, nafsu makan berkurang, sakit kepala, sukar berkonsentrasi, sakit pada

otot-otot dan tulang. Batas normal timbal dalam darah ditetapkan 40 g/100 ml

darah pada orang dewasa dan pada anak-anak 10 g/100 ml darah. Erawati (2003)

dalam penelitiannya terhadap 30 orang polisi lalu lintas di kota Medan menemukan

bahwa 50% (15 orang) mengandung Pb dalam darahnya melebihi 80 g/l.

Soemarwoto (1997) menyatakan pengelolaan lingkungan mempunyai ruang

lingkup yang luas dengan cara yang beraneka pula. Pertama, ialah pengelolaan

lingkungan secara rutin. Kedua, ialah perencanaan dini pengelolaan lingkungan yang

menjadi dasar dan tuntutan bagi perencanaan pembangunan. Ketiga, ialah

perencanaan pengelolaan lingkungan berdasarkan perkiraan dampak lingkungan

Universitas Sumatera Utara


yang akan terjadi sebagai akibat suatu proyek pembangunan yang sedang

direncanakan. Keempat, ialah perencanaan pengelolaan lingkungan untuk

memperbaiki lingkungan yang mengalami kerusakan, baik karena sebab alamiah

maupun karena tindakan manusia.

Dari beberapa peneliti terdahulu diketahui bahwa pemberian kalsium pada

beberapa kasus dapat menurunkan kadar timbal dalam darah. Sargent et al.(1999)

meneliti pengaruh pemberian susu formula yang mengandung Kalsium dan Fosfor

selama 9 bulan terhadap kadar timbal di dalam darah bayi berumur 3,5 - 6 bulan.

Mereka mendapatkan penurunan kadar timbal di dalam darah setelah pemberian

susu formula tersebut selama 4 bulan dan 9 bulan, walaupun secara statistik tidak

signifikan. Haryanto (2008) yang melakukan penelitian pengaruh suplemen kalsium

terhadap penurunan kadar timah hitam dalam darah terhadap anak sekolah di kota

Bandung menyimpulkan bahwa prediksi penurunan kadar Pb-darah anak-anak di

kota Bandung jika mengkonsumsi suplemen kalsium 250 mg/hari selama 3 bulan

adalah sebesar 43,6% dan jika mengkonsumsi suplemen kalsium 500 mg/hari adalah

44,3%.

Hasil penelitian Sitohang di kota Medan pada tahun 2001 menunjukkan

bahwa ada pengaruh yang nyata dari pertambahan intensitas kendaraan bermotor

terhadap kandungan timbal di udara kota Medan. Berdasarkan hasil pemeriksaan

darah pada supir, tukang becak, pedagang asongan dan pedagang kaki lima di

Tarutung didapati kadar Pb yang sudah diatas Nilai Ambang Batas (NAB) sekitar

13% sedangkan di Tebing Tinggi adalah 10,81% diatas NAB. Jumlah kendaraan

bermotor di Kota Medan berada pada urutan ketiga di Indonesia sesudah Jakarta dan

Surabaya, tetapi dari ratio kendaraan bermotor/penduduk, kota Medan berada pada

Universitas Sumatera Utara


urutan kedua sesudah Jakarta. Pertumbuhan jumlah kendaraan di kota Medan rata-

rata 5,61 % pertahun. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada darah

pekerja di jalan Tol Jagorawi didapati 3,92 s.d 7,59 µg/dl, sedangkan pada

pengemudi 30 s.d 46 µg/dl, kemudian pada polisi lalu lintas > 40 µg/dl. Pada bulan

Februari 2003 BAPEDAL SU melakukan pengukuran kadar Pb di udara ambient

kota Medan, hasilnya menunjukkan adalah 3,5 µg/m3, sedangkan Baku Mutu Udara

Ambient adalah 2,0 µg/m3 berarti kadar Pb sudah melewati Nilai Ambang Batas.

Kandungan Pb udara paling tinggi adalah di Terminal Amplas pada waktu

pengamatan pukul 16.00-17.00 WIB, yaitu 32,67 µg/ m , kemudian di Pinang Baris

pada pengamatan pukul 07.30-08.30 WIB dan di Jalan Brigjen Katamso pada waktu

pengamatan pukul 13.00-14.00 WIB yaitu 23.00 µg/ m . Kandungan Pb udara yang

lebih rendah adalah di Komplek Setia Budi Indah pada waktu pengamatan pukul

07.30-08.30 WIB, yaitu 5,87 µg/ m ( Sitohang, 2001).

Kadar Pb di udara Terminal bus Amplas dan Terminal Bus Pinang Baris di

kota Medan yang diteliti oleh Girsang pada tahun 2008 didapat sebesar > 2 µg/ m

(3,228 ± 0 µg/ m ) pada pos-pos yang padat kendaraan bermotornya dan pada pos-

pos yang kurang padat kendaraan bermotornya kadar Pb dalam udara adalah < 2 µg/

m (0,889-1,385 µg/ m ) sedangkan kadar Pb dalam darah petugas Dinas

Perhubungan yang bertugas ditempat tersebut adalah 5-10 µg/dl (Girsang 2008).

Penarik beca dayung, penarik beca bermesin, pengatur lalu lintas, pedagang

asongan, pedagang kaki lima, yang terdapat di kota-kota besar di Indonesia

merupakan pekerja dewasa yang beresiko tinggi yang paling banyak terpapar dengan

polusi udara yang dihasilkan oleh kenderaan bermotor. Mulai dari pagi hari, bahkan

sejak terbit matahari mereka sudah keluar dari rumah, berada di sepanjang jalan raya

Universitas Sumatera Utara


yang padat dengan lalu lintas kenderaan bermotor, sampai sore hari bahkan ada yang

sampai malam hari berada di pinggir jalan, baik dalam kondisi sedang bekerja

ataupun dalam keadaan beristirahat terus menerus terpapar dengan polusi udara,

dalam hal ini adalah polusi timbal yang dihasilkan oleh emisi gas buang kendaraan

bermotor.

Dari pengamatan sementara diketahui bahwa Kebijakan Kesehatan Tenaga

Kerja Indonesia pada saat ini baru bersifat anjuran untuk pencegahan keracunan

timbal dengan jalan pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) bagi pekerja yang

berhubungan langsung dengan polusi timbal. Disamping itu terhadap pengusaha

pabrik tersebut diharuskan menjaga kualitas udara di sekitar pekerja dari polusi

bahan-bahan berbahaya, salah satunya adalah timbal dengan batas maksimum 0,06

g/m3 udara. Khusus untuk pekerja non formal yang melaksanakan kegiatan usaha

di pinggir jalan dengan resiko tinggi terhadap keracunan timbal kronis sampai saat

ini belum ada kebijakan dalam bidang kesehatan khususnya untuk menurunkan

kadar timbal dalam darah (Buchari 2007). Achmadi (2008) menggambarkan

manajemen penyakit dalam perspektif lingkungan, baik berupa penyakit menular

ataupun bukan penyakit menular dapat digambarkan dalam teori simpul sebagai

berikut:

Universitas Sumatera Utara


KOMPONEN
LINGKUNGAN: PENDUDUK:
SUMBER -Udara -Umur MANUSIA:
PENYAKIT -Air -Perilaku SEHAT/
(Simpul 1) -Tanah -Kepadatan,dll SAKIT
(Simpul 2) (Simpul 3) (Simpul 4)

Variabel Lain yang Berpengaruh

Gambar 1.1 Teori Simpul dalam Pemberantasan Penyakit (Sumber: Achmadi


(2008)

Mengacu kepada Gambar 1.1. maka patogenesis atau proses kejadian

penyakit dapat diuraikan kedalam 4 simpul, yakni simpul 1 disebut sebagai sumber

penyakit, simpul 2, komponen lingkungan yang merupakan media transmisi

penyakit, simpul 3, penduduk dengan berbagai variabel kependudukan seperti

pendidikan, perilaku, kepadatan, gender, sedangkan simpul 4, penduduk dalam

keadaan sehat atau sakit setelah mengalami interaksi atau terpapar komponen

lingkungan yang mengandung bibit penyakit atau agent penyakit. Titik simpul pada

dasarnya menuntun kita sebagai titik simpul manajemen. Untuk mencegah penyakit

tertentu, tidak perlu menunggu sampai simpul 4 terjadi. Dengan mengendalikan

sumber penyakit, kita dapat mencegah sebuah proses kejadian hingga simpul 3 atau

4 (Achmadi, 2008). Dalam hal pencegahan terhadap timbulnya penyakit akibat

keracunan timbal ini dapat kita lakukan dengan urutan sebagai berikut:

Pada simpul 1 (Sumber Penyakit), yaitu dengan jalan mencegah timbulnya

polutan timbal di udara seperti melakukan pelarangan terhadap bahan bakar

kendaraan bermotor yang tidak mengandung timbal sehingga tidak terjadi emisi

timbal ke udara (Widowati et al, 2008), memodifikasi mesin kendaraan dimana

terjadi pembakaran sempurna sehingga emisi gas buang khususnya timbal bisa

Universitas Sumatera Utara


dikurangi (Wardhana, 2004, Satrawijaya, 2000), melakukan modikasi gas buang

kendaraan bermotor dengan penyaringan timbal yang keluar dari emisi gas buang

(Widowati, 2008), mengurangi jumlah kendaraan di jalan raya dengan mengganti

kendaraan umum kapasitas kecil dengan kendaraan umum berkapasitas besar

(Wardhana, 2004)

Pada simpul 2 (Komponen Lingkungan), yaitu mencegah terjadinya

transmisi dari timbal yang telah ada di udara ke dalam tubuh manusia yaitu

melakukan penanaman pohon dipinggir jalan yang menyerap timbal di udara ambien

(Gravitiani, 2009).

Pada simpul 3 (Perilaku Manusia), tindakan pencegahan yang dapat

dilakukan adalah dengan memakai masker dimana dari beberapa menelitian

menunjukkan manfaat masker dalam mencegah naiknya kadar timbal dalam darah

polisi lalu lintas yang mempergunakan masker sewaktu bertugas (Wahyudiono,

2006), melakukan pengukuran timbal dalam darah secara rutin sebagai biomarker,

dimana setiap pekerja yang kadar timbal dalam darahnya sudah mendekati kadar

yang membahayakan kesehatan maka pekerja tersebut dipindahkan ke area dimana

tidak ada polusi timbal (Widowati et al, 2008).

Pada simpul 4 (Manusia yang sudah terpapar), adalah mencegah agar

manusia yang sudah terpapar dengan polusi timbal tapi belum menunjukkan gejala-

gejala yang khas keracunan timbal tidak menjadi sakit. Pada saat ini belum

ditemukan literatur yang menjelaskan cara penurunan kadar timbal dalam darah

pada pekerja dewasa yang sudah terpapar, agar mereka tidak menjadi sakit. Hal yang

akan dilakukan dalam penelitian ini adalah bagaimana menurunkan kadar timbal

dalam darah pekerja dewasa yang sudah terpapar polusi timbal tapi belum

Universitas Sumatera Utara


menunjukkan gejala-gejala yang khas keracunan timbal, dengan pemberian

suplemen kalsium. Menurunkan kadar timbal dalam darah dengan suplemen kalsium

dapat digambarkan seperti pada halaman berikut:

Kenderaan bermotor
dengan bahan bakar PEMBERIAN
mengandung timbal KALSIUM
(Simpul 1)

Polusi udara, PERILAKU MANUSIA MANUSI


antara lain: MANUSIA ) TERPAPAR A TIDAK
timbal Simpul 3) (Simpul 4) SAKIT
(Simpul 2)
Gambar 1.2 Menurunkan kadar timbal dalam darah dengan pemberian suplemen
kalsium

Pengamatan yang dilakukan terhadap pekerja di pinggir jalan ini umumnya

mereka terdiri dari pekerja dengan latar belakang ekonomi lemah. Belum pernah

dilakukan usaha pencegahan untuk menurunkan kadar timbal dalam darah mereka

baik dalam program pemerintah maupun dengan cara pengobatan mandiri, pada hal

diketahui bahwa polusi timbal yang mereka hadapi selama bertahun-tahun bekerja di

pinggir jalan adalah merupakan ancaman yang serius terhadap kesehatan mereka

secara permanen seperti yang telah disebutkan diatas. Gangguan kesehatan yang

disebabkan keracunan timbal kronis yang mereka alami setiap hari ini merupakan

”silent killer” bagi penderita sehingga berakibat penurunan produktivitas dan

kelangsungan pendidikan dan kehidupan anggota keluarganya. Sebagai usaha untuk

melindungi kaum duafa yang terpapar ini maka perlu dilakukan suatu penelitian

untuk menemukan cara pencegahan atau cara pengobatan keracunan oleh timbal

secara kronis dengan jalan menurunkan kadar timbal dalam darah mereka.

Universitas Sumatera Utara


1.2 Perumusan Masalah

Mengingat gangguan kesehatan yang ditimbulkan oleh timbal walaupun

dalam kadar rendah dalam darah dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti yang

dijelaskan oleh peneliti-peneliti (Nauwrot 2006, Payton et al 1994, Roncal 2007,

Spivey 2007, Lin et al., 2006), maka dirasa sangat perlu dicari suatu cara untuk

mencegah timbulnya keracunan timbal kronis pada pekerja beresiko tinggi ini.

Timbal terus menerus dikeluarkan oleh gas buang kendaraan bermotor di kota

Medan dan dapat diserap oleh tubuh baik melalui pernafasan dan kulit terus

berlangsung selama mereka berada di jalan raya, ditambah lagi sifat akumulasi dari

timbal yang sudah diserap di dalam tubuh, maka perlu diperoleh suatu cara untuk

mencegah peningkatan kadar timbal atau untuk menurunkan kadar timbal di dalam

darah mereka. Karena kalsium salah satu bahan yang dapat menurunkan kadar

timbal dalam darah anak-anak sekolah (Haryanto 2008, Markowitz et al 2004,

Ballew 2001, Sargent 1999), maka peran kalsium dalam menurunkan kadar timbal

dalam darah pada pekerja dewasa yang beresiko tinggi perlu diteliti.

Dari penelusuran literatur yang dilakukan peneliti belum ada literatur

mengenai penelitian dengan tujuan mengatasi resiko keracunan timbal pada pekerja

dewasa yang beresiko tinggi dengan pemberian suplemen kalsium. Penelitian

terhadap orang dewasa yang ada tercatat adalah pengaruh suplemen kalsium pada

kadar timbal dalam darah wanita hamil dan wanita menyususi ( Anetor et al. 2005,

Ettinger 2009, Gulson et al. 2004).

Oleh karena kadar timbal di udara ambien kota Medan sudah mencapai lebih

dari 2 g/m3 udara (Girsang, 2008, Sitohang, 2001), telah melebihi Nilai Ambang

Batas yang diperbolehkan, maka perlu dirumuskan suatu pengembangan kebijakan

Universitas Sumatera Utara


bidang kesehatan dalam usaha pencegahan keracunan timbal dari udara ambien pada

pekerja dewasa.

Pertanyaan dalam penelitian ini adalah apakah pemberian suplemen kalsium

pada pekerja dewasa dapat mencegah dampak lingkungan dengan menurunkan

kadar timbal dalam darah dan efektif sebagai kebijakan pemerintah dalam mencegah

efek keracunan timbal?

1.3 Tujuan Penelitian:

1.3.1 Tujuan Umum:

Mencegah Dampak Lingkungan dengan menentukan efek suplemen kalsium

terhadap penurunan kadar timbal dalam darah pekerja dewasa yang

keracunan timbal kronis dalam upaya pengembangan kebijakan bidang

kesehatan.

1.3.2 Tujuan Khusus:

1. Menentukan kadar timbal dalam darah pekerja dewasa yang keracunan

timbal kronis

2. Menentukan efek suplemen kalsium terhadap penurunan kadar timbal

dalam darah pekerja dewasa yang keracunan timbal kronis.

3. Mengetahui pengaruh faktor-faktor yang turut mempengaruhi kadar

timbal dalam darah pekerja dewasa yang keracunan timbal kronis

4. Mendapatkan model matematik prediksi kadar timbal dalam darah

pekerja dewasa yang keracunan timbal kronis sebelum dan sesudah

pemberian suplemen kalsium.

Universitas Sumatera Utara


5. Mencegah Dampak Lingkungan dengan menentukan cara pencegahan

agar manusia yang telah terpapar dengan polusi timbal tidak menjadi

sakit dengan pemberian suplemen kalsium

1.4 Hipotesis

Pemberian suplemen kalsium 3 x 500 mg sehari selama 3 bulan pada pekerja

dewasa dapat menurunkan kadar timbal dalam darah secara bermakna.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Dapat digunakan sebagai salah satu cara pencegahan agar pekerja dewasa

yang beresiko tinggi terhindar dari dampak keracunan timbal kronis.

2. Dapat dipergunakan untuk menghindari faktor-faktor yang mempunyai

resiko tambahan terhadap timbulnya keracunan timbal kronis

3. Sebagai masukan kepada pihak-pihak yang terkait untuk membuat kebijakan

pencegahan dampak lingkungan akibat pencemaran timbal.

1.6 Novelty Penelitian

1. Pencegahan Dampak Lingkungan dengan Pencegahan Keracunan Timbal

Kronis pada pekerja dewasa yang beresiko tinggi.

2. Model Prediksi Kadar Timbal dalam Darah pekerja dewasa.

Universitas Sumatera Utara


II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan

Soemarwoto (1997) menyatakan pengelolaan lingkungan mempunyai ruang

lingkup yang luas dengan cara yang beraneka pula. Pertama, ialah pengelolaan

lingkungan secara rutin. Kedua, ialah perencanaan dini pengelolaan lingkungan yang

menjadi dasar dan tuntutan bagi perencanaan pembangunan. Ketiga, ialah

perencanaan pengelolaan lingkungan berdasarkan perkiraan dampak lingkungan

yang akan terjadi sebagai akibat suatu proyek pembangunan yang sedang

direncanakan. Keempat, ialah perencanaan pengelolaan lingkungan untuk

memperbaiki lingkungan yang mengalami kerusakan, baik karena sebab alamiah

maupun karena tindakan manusia.

Siregar (2004) membagi aset berdasarkan perspektif pembangunan

berkelanjutan sebagai berikut: Pertama, sumberdaya alam adalah sumber kekayaan

alam yang dapat digunakan dan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Kedua, sumber daya manusia adalah semua potensi yang terdapat pada manusia

seperti akal pikiran, seni, keterampilan dan sebagainya yang dapat digunakan untuk

memenuhi kebutuhan bagi dirinya sendiri maupun orang lain atau masyarakat pada

umumnya. Ketiga, infrastruktur adalah sesuatu buatan manusia yang dapat

digunakan sebagai sarana untuk kehidupan manusia dan sebagai sarana untuk dapat

memanfaatkan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia dengan semaksimalnya,

baik saat ini maupun keberkelanjutannya dimasa yang akan datang.

Srinivas (2003) menyatakan dinamika lingkungan perkotaan terdiri dari

sumber, proses dan dampak. Sumber meliputi manusia dan sumber-sumber alam

seperti matahari, tanah, air, mineral, listrik, energi dan keuangan. Proses meliputi

Universitas Sumatera Utara


manufaktur, transportasi, konstruksi, migrasi dan pertumbuhan penduduk. Dampak

merupakam hasil baik negatif (udara/air/polusi suara, produksi sampah, kemacetan,

penuh sesak) maupun positif (produk dan pelayanan yang bernilai tambah,

pendidikan, akses mendapatkan barang kebutuhan dan pelayanan).

Dalam pengertian yang luas, lingkungan perkotaan dapat diartikan sebagai

titik pertemuan dari lingkungan alam, bangunan lingkungan, dan lingkungan sosial

ekonomi. Menghilangkan satu dimensi dan mengesampingkan satu dimensi lainnya

sudah pasti memunculkan bahaya yang tidak dapat dielakkan. Saling ketergantungan

dan hubungan antar cabang ilmu pengetahuan dari tiga dimensi ini harus sepenuhnya

dipahami dalam rangka pengembangan dan kebijakan program yang koheren serta

berkelanjutan bagi lingkungan perkotaan (Srinivas, 2003)

Newman (2003) menjelaskan tujuan dari masyarakat ekologis berkelajutan

adalah membuat kota menjadi tempat yang aman dan menyenangkan untuk bekerja,

tempat tinggal dan membesarkan anak-anak tanpa mengurangi kemampuan generasi

masa depan untuk hal yang serupa. Cara-cara untuk mewujudkan tujuan tersebut

dikemukakan berupa adanya kebutuhan mendesak untuk mengurangi beban

lingkungan di kota besar, mengurangi polusi udara dan air, mengurangi limbah

rumah tangga dan industri, mengelola sistem pengairan secara efisien, untuk

mengelola tempat rekreasi yang alami dan menyenangkan, untuk mengembangkan

sistem transportasi yang efisien dan secara sosial sepadan, untuk merencanakan

pembangunan perumahan yang disesuaikan dengan kebutuhan manusia, dan untuk

memprioritaskan kesehatan dan kesejahteraan manusia dalam manajemen perkotaan.

Desai (2003) menyatakan kebijakan yang memungkinkan pengurangan

dampak lingkungan dan sosial yang negatif dari transportasi mencakup langkah

Universitas Sumatera Utara


untuk mengurangi permintaan, langkah untuk mendukung perubahan model

transportasi, langkah untuk meningkatkan efisiensi energi di dalam masing-masing

model transportasi, dan langkah untuk mempromosikan penggunaan bahan bakar

alternatif di sektor transportasi.

2.2 Sumber Daya Manusia sebagai Aset Terpenting

Hardjasumantri (2002) menjelaskan bahwa Agenda 21 Global yang terdiri

dari 39 bab yang dibagi dalam 4 bagian, pada bagian pertama berupa Dimensi Sosial

dan Ekonomi yang membahas masalah pembangunan yang dititikberatkan pada segi

manusia, serta isu-isu kunci seperti perdagangan dan keterpaduan pengambilan

keputusan. Di dalam Agenda 21 juga diungkapkan hal-hal penting dalam upaya

mencapai pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan, antara lain

pada poin 4 menyebutkan: Kemiskinan dipandang sebagai baik penyebab maupun

hasil dari penurunan kualitas lingkungan. Penanganannya tidak dapat dilakukan

secara terpisah, melainkan harus secara bersama dengan memasukkan isu pelayanan

kesehatan, kependudukan, hak perempuan, dan pengelolaan sumber daya alam oleh

masyarakat lokal.

Keharusan untuk mengembangkan penelitian untuk melindungi manusia dari

dampak pembangunan dapat kita lihat pada pasal 10 Undang-undang Pengelolaan

Lingkungan Hidup antara lain disebutkan bahwa dalam rangka pengelolaan

lingkungan hidup Pemerintah berkewajiban: mewujudkan, menumbuhkan,

mengembangkan dan meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab para pengambil

keputusan dalam pengelolaan lingkungan hidup; memanfaatkan dan

Universitas Sumatera Utara


mengembangkan teknologi yang akrab lingkungan hidup dan menyelenggarakan

penelitian dan pengembangan di bidang lingkungan hidup (Hardjasumantri, 2002).

2.3 Pengelolaan Kualitas Udara

Udara diperlukan manusia setiap saat dalam kehidupannya. Untuk itu

kualitas udara yang layak harus tersedia untuk mendukung terciptanya kesehatan

masyarakat. Ketentuan mengenai kualitas udara di Indonesia diatur dengan Undang-

undang dan peraturan-peraturan terkait lainnya. Standard tentang batas-batas

pencemar udara secara kuantitatif diatur dalam Baku Mutu Udara Ambien dan Baku

Mutu Emisi. Baku mutu udara ambien mengatur batas kadar yang diperbolehkan

bagi zat atau bahan pencemar terdapat di udara namun tidak menimbulkan gangguan

terhadap makhluk hidup, tumbuh-tumbuhan atau benda (Slamet, 2009).

Zat pencemar timbal di udara perkotaan terutama dibentuk dari bahan bakar

berupa bensin yang mengandung Pb Organik (TEL=tetra ethyl lead) yang digunakan

kendaraan bermotor yang dilepaskan ke udara, untuk selanjutnya zat pencemar

ditransfer melalui udara ambien ke masyarakat, yang akhirnya anggota masyarakat

terganggu oleh karena adanya zat pencemar tersebut terutama mereka yang beresiko

tinggi. Timbal adalah racun sistemik dimana keracunan timbal dapat menyebabkan

encephalophathy. Pada keracunan akut akan terjadi gejala meninges dan serebral,

diikuti dengan stupor, coma, kekanan Liquor Cerebrospinalis (LCS) yang tinggi,

insomnia dan somnolence ( Slamet, 2009). Baku Mutu Kualitas Udara Ambien

Nasional dapat dilihat pada tabel berikut:

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.1 Baku Mutu Kualitas Udara Ambien Nasional
No Parameter Waktu Baku Mutu Metode Peralatan
Pengukuran Analisisis
1 SO2 1 jam 900 µg/ Nm pararosanilin Spektophotometer
24 jam 365 µg/ Nm
1 Thn µg/ Nm
2 CO 1 jam 30.000 µg/ Nm NIDR NIDR analyzer
24 jam 10.000 µg/ Nm
3 NO2 1 jam 400 µg/ Nm Saltzman Spektophotometer
24 jam 150 µg/ Nm
1 thn 100 µg/ Nm
4 O3 (Oksidan) 1 jam 235 µg/ Nm Chem-lum Spektophotometer
1 thn 50 µg/ Nm
5 HC 3 jam 160 µg/ Nm Flame Ionization Gas Chromatografi
6 PM 10 24 jam 150 µg/ Nm Gravimetric Hi-Vol
PM 2,5 24 jam 65 µg/ Nm
1 thn 15 µg/ Nm
7 TSP (Debu) 24 jam 230 µg/ Nm Gravimetric Hi-Vol
1 thn 90 µg/ Nm
8 Pb 24 jam 2 µg/ Nm Gravimetrik Hi-Vol AAS
1 thn 1 µg/ Nm Ekstraksi Pengabuan
9 Dustfall (Debu 30 hari 10 ton/Km2/Bln Gravimetric Cannister
Jatuh) (Pemukiman)
20 ton/ Km2/Bln
(industri)
10 Total Florides 24 jam 3 µg/ Nm Spesific Ion Electrode Impinger atau Conti-
(as F) 30 hari 0,5 µg/ Nm nous Analyzer
11 Flor Indeks 30 hari 40/100 cm2 Colourimetric Limed Filter Paper
Dari kertas limed
filter
12 Chlorine dan 24 jam 150 µg/ Nm Spesific Ion Electrode Impinger atau Conti-
Khlorine Diok- nous Analyzer
sida
13 Sulphate 30 hari 1 mg SO3/100 Colourmetric Lead Peroxida Candle
Indeks Cm2 dari Lead
Peroksida
Sumber: Lampiran PP No.41/1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara

Pencemaran timbal di udara perkotaan berasal dari Tetra Etil Lead (TEL)

yang dibubuhkan ke dalam Bahan Bakar Minyak (BBM) sebanyak 0,42 mg/l sejak

tahun 1990. Sebelumnya kadar yang dibubuhkan lebih tinggi lagi. Berbagai

penelitian telah dilakukan tentang timbal dan dikorelasikan terhadap kepadatan lalu

lintas menghasilkan korelasi yang baik sekali dilihat dari kepadatan dan jarak.

Penelitian di Kepulauan Seribu menunjukkan bahwa konsentrasi beberapa logam

berat sudah melampaui standar yang berlaku. Enam jenis ikan yang biasa dimakan

oleh turis ternyata juga mengandung Cd, Cu, Pb, Zn dan Hg dalam konsentrasi yang

jauh lebih besar dari yang diperbolehkan. Khusus untuk timbal Biokonsentrasi

Factor (BCF) telah melampaui angka 11,20 yang diperbolehkan (Soemirat, 2005)

Universitas Sumatera Utara


Sastrawijaya (2000) mengatakan bahwa pencemaran oleh emisi kendaraan

bermotor di kota besar makin terasa. Pembakaran bensin dalam kendaraan bermotor

merupakan lebih dari separuh penyebab polusi udara kota. Di samping karbon

monoksida, juga dikeluarkan nitrogen oksida, belerang oksida, partikel padatan dan

senyawa-senyawa fosfor dan timbal. Senyawa-senyawa ini selalu terdapat dalam

bahan bakar dan minyak pelumas mesin. Rancangan mesin dan macam bensin ikut

menentukan jumlah pencemar yang akan timbul. Pembakaran mesin yang tidak

sempurna akan menghasilkan banyak bahan yang tidak diinginkan dan

meningkatkan pencemaran.

Di atmosfir kota-kota besar aerosol timbal merupakan pencemar yang telah

dikenal. Untuk memperoleh bensin dengan bilangan oktan yang tinggi, maka bensin

diberi senyawa timbal tetra etil dan timbal tetra metil. Pada pembakaran bensin,

timbal akan tinggal di udara untuk beberapa hari sebanyak 25 sampai 50%.

Peningkatan jumlah kendaraan dan peningkatan bilangan oktan bensin menambah

pencemar timbal di udara, karena itu bahaya di kota makin meningkat. Sebaiknya

dibuat mesin mobil yang memerlukan bahan bakar dengan angka oktan rendah,

sehingga pencemar timbal menurun. Ada korelasi antara jumlah debu timbal dengan

penyakit jantung (Satrawijaya,2000). Kadar timah hitam atau timbal di udara yang di

kota besar berasal dari gas buang kendaraan bermotor dijadikan sebagai salah satu

indikator pencemaran udara ( Chandra,2007).

Wijoyo (2005) menyatakan bahwa sebagai langkah praktis dan ekonomis

serta ramah lingkungan yang segera dapat ditempuh adalah memanfaatkan Knalpot

buatan Institut Sains dan Teknonolgi Akprind Yogyakarta yang bernama Centrifuse

Membrane Filter (CMF). Knalpot ini telah diujicoba dan mampu berfungsi meredam

Universitas Sumatera Utara


suara serta menurunkan gas buang kendaraan bermotor hampir 100%. CMF

dilengkapi dengan filter Karbon monoksida (CO), sulfur monoksida (SO2), Nitrogen

dioksida (NO2) dan debu. Ternyata knalpot antipolusi produksi dalam negeri ini

belum mendapat perhatian publik secara serius. Masyarakat cenderung tidak acuh

dengan keadaan pencemaran udara dari emisi kendaraan bermotor. Masyarakat

Indonesia seyogianya memahami dan menerima tuntutan zaman yang sangat

menekankan kebutuhan atas kendaraan yang ramah lingkungan. Sepeda motor,

mobil pribadi, mobil niaga dan truk, dan berbagai jenis kendaraan bermotor lainnya

harus meminimalkan penyemburan polusi ke udara.

Konsumsi premium untuk transportasi pada tahun 1999 adalah sebesar

11.515.401 kiloliter. Premium mengandung Pb 0,45 g/L sehingga jumlah Pb yang

terlepas ke udara sebesar 5.181.930 ton. Dengan pertumbuhan penjualan mobil

sebesar 300% dan sepeda motor sebesar 50%, diperkirakan pada tahun 2001 polusi

Pb meningkat mencapai 1,7-5 µg/m (Widowati et al, 2008). Penelitian yang

dilakukan Kozak di tahun 1993 menyatakan bahwa pencemaran udara terutama

emisi Pb tahun 1991 sebesar 733.154,42 ton berasal dari 98,61% dari transportasi

dan industri; 1,39% dari rumah tangga, dan dari pemusnahan sampah jumlahnya

sangat rendah. Bensin premium dengan nilai oktan 87 dan bensin super dengan nilai

oktan 98 mengandung 0,70-0,84 tetraetil-Pb dan tetrametil= Pb, sehingga menjadi

sebesar 0,56-0,63 g Pb yang dibuang ke udara dalam setiap liter bensin (Widowati et

al, 2008)

Sumber utama pencemaran Pb berasal dari emisi gas buang kendaraan

bermotor yang menempati 90% dari emisi Pb di atmosfir. Sekitar 10% Pb

mengendap langsung di tanah dalam jarak 100 meter dari jalan; 45% mengendap

Universitas Sumatera Utara


dalam jarak 20 km; 10% mengendap dalam jarak 10-200 km; dan 35% dibawa ke

atmosfir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan Pb di udara di daerah

lingkungan perkotaan yang padat lalu lintas adalah sebesar 0,1-0,2 ppm dan

kandungan Pb dalam darah penduduk di sekitar lokasi adalah > 0,3 ppm ( Widowati

et al, 2008).

Berdasarkan penelitian diketahui bahwa tingkat kepadatan lalu lintas

berpengaruh terhadap kadar Pb dalam darah pedagang kaki lima. Pada ruas jalan

Yos Sudarso, Surakarta, dengan tingkat kepadatan lalu lintas yang tinggi

menunjukkan kadar Pb di udara sebesar 0,0007-0,021 µg/ m dan kadar Pb dalam

darah pedagang kaki lima sebesar 0,366-0,806 ppm; di ruas jalan Letjen Supratman,

Surakarta, dengan kepadatan lalu lintas sedang menunjukkan kadar Pb di udara

sebesar 0,005-0,015 µg/ m dan kadar Pb dalam darah pedagang kaki lima sebesar

0,124- 0,339 ppm, pada ruas jalan Veteran, Surakarta, dengan tingkat kepadatan lalu

lintas rendah, yaitu 2.055 - 2.490 kendaraan/jam yang menunjukkan kadar Pb di

udara sebesar 0,0048-0,0096 µg/ m dan kadar Pb dalam darah pedagang kaki lima

sebesar 0,176-0,298 ppm (Widowati et al, 2008).

Kadar Pb di udara Terminal bus Amplas dan Terminal Bus Pinang Baris di

kota Medan yang diteliti oleh Girsang pada tahun 2008 mendapatkan sebesar > 2 µg/

m pada pos-pos yang padat kendaraan bermotornya dan pada pos-pos yang kurang

padat kendaraan bermotornya kadar Pb dalam udara adalah < 2 µg/ m , sedangkan

kadar Pb dalam darah petugas Dinas Perhubungan yang bertugas ditempat tersebut

adalah 5-10 µg/dl. (Girsang 2008). Kualitas udara di Jakarta pada tahun 1990-1996

rata-rata memiliki kadar Pb dalam debu sebesar 0,5-1,3 µg/ m . Pada tahun 1997,

kadar Pb sebesar 0,9-1,0 µg/ m disebabkan oleh emisi gas buang kendaraan

Universitas Sumatera Utara


bermotor dimana 79% kendaraan bermotor di Jakarta menyumbangkan debu yang

mengandung Pb (Widowati et al, 2008).

Hasil penelitian Gravitiani menunjukkan pada tahun 2008 di Yogyakarta

terdapat 29.234 kasus penurunan IQ pada anak sebagai dampak kesehatan yang

disebabkan oleh timbal. Selain itu, ditemukan pula sebanyak 3.732 kasus

hipertensi, 4 kasus jantung koroner, dan 4 kasus kematian dini. Anak-anak adalah

kelompok yang paling rentan terhadap timbal. Semakin tinggi kandungan timbal

dalam darah, semakin rendah tingkat kecerdasaan anak. Bila kenaikan kandungan

timbal dalam udara sampai ambang batas, total biaya kompensasi yang

dikeluarkan oleh masyarakat di wilayah Yogyakarta mencapai 119 miliar rupiah.

Berdasarkan hasil survey di 14 kecamatan di DIY, total biaya yang dikeluarkan

responden ketika sakit adalah Rp 5.308.718,00. Bila dibandingkan dengan

pendapatan responden yang rata-rata sebesar Rp 776.634,00, kerugian responden

bila sakit rata-rata sebesar Rp 4.532.084,00. Bila kandungan timbal di udara Kota

Yogyakarta diturunkan 10 persen, manfaat yang diperoleh sejumlah 47,5 miliar

rupiah dan bila diturunkan 25 persen manfaatnya menjadi 103,5 miliar rupiah.

Jumlah pohon penyerap timbal di Kota Yogyakarta hanya sekitar 24,27 persen

dari semua pohon yang ditanam. Penanaman pohon penyerap timbal penting

dilakukan, terutama di wilayah dengan kandungan timbal yang mendekati atau

bahkan melebihi ambang batas normal. Penanaman pohon dapat dilakukan oleh

Pemerintah Kota Yogyakarta di jalan-jalan protokol, seperti Jalan Gajah Mada,

Jalan Adi Sucipto, Jalan Malioboro, dan Jalan Senopati (Gravitiani, 2009).

Universitas Sumatera Utara


2.4 Sumber Polusi Timbal

Timbal atau yang sering juga disebut timah hitam, dalam bahasa Latin

disebut Plumbun yang disimpulkan dengan Pb. Logam ini termasuk kedalam

kelompok logam-logam golongan IV-A pada Tabel Periodik unsur kimia. Timbal

mempunyai Nomor Atom (NA) 82 dengan bobot atau berat atom (BA) 207,2, adalah

suatu logam berat berwarna kelabu kebiruan dan lunak dengan titik leleh 3270C dan

titik didih 16200C. Pada suhu 500-600 0C timbal menguap dan membentuk timbal

oksida. Walaupun bersifat lunak dan lentur Pb sangat rapuh dan mengkerut pada

pendinginan, sulit larut dalam air, air panas dan air asam. Timbal dapat larut dalam

asam nitrit, asam asetat dan asam sulfat pekat (Palar, 2004).

Timbal diketahui tidak mempunyai fungsi biologi apapun dalam tubuh

manusia. Tidak ada bukti bahwa ada kadar terendah timbal dalam darah yang aman

bagi kesehatan. Timbal seperti halnya zat besi dan kalsium diserap dengan cara yang

sama di saluran pencernaan. Anak mengabsorbsi timbal lebih tinggi, lebih kurang

50% dibandingkan orang dewasa hanya 10%. Absorbsi timbal akan lebih banyak

bila dalam makanan kurang mengandung kalsium dan zat besi. Tetraethyl lead yang

dipakai sebagai pencampur bensin akan dibuang ke udara dan dapat diabsorbsi

melalui kulit (Falken, 2003).

Timbal yang masuk ke dalam tubuh akan disimpan dalam tulang yang pada

keadaan-keadaan tertentu maka timbal di mobilisasi masuk ke dalam darah, seperti

misalnya pada waktu wanita sedang hamil dan pada penderita osteoporosis.

Penghitungan jumlah timbal dalam tulang lebih baik dipakai untuk menentukan

kadar timbal dalam tubuh dengan mempergunakan alat X-ray fluorescence teknik.

Namun ketersediaan alat ini masih sangat terbatas. Pengukuran dari efek timbal

Universitas Sumatera Utara


terhadap kesehatan pada saat ini lebih banyak berdasarkan studi epidemiologi yang

menyatakan hubungan antara timbal dan kesehatan yang tidak dapat menunjukkan

bahwa timbal adalah penyebab satu-satunya terhadap gangguan kesehatan tersebut.

Namun penelitian dengan mempergunakan binatang percobaan mendukung

penemuan-penemuan tersebut dan menunjukkan mekanisme dari timbulnya

gangguan kesehatan tersebut. Banyak penelitian terhadap efek timbal terhadap

jantung dan tekanan darah dimana peningkatan jumlah timbal dalam tulang dan

dalam darah menyebabkan kenaikan pada gangguan jantung dan tekanan darah.

Timbal juga terbukti menyebabkan peningkatan kematian pada penderita penyakit

jantung. Sampai saat ini belum dapat ditentukan berapa kadar terendah dari timbal

dalam tubuh yang aman untuk kesehatan (Spivey, 2007).

Bahan bakar mobil yang secara umum disebut bensin adalah senyawa

hidrokarbon yang kandungan oktana atau isooktananya tinggi. Senyawa oktana

adalah senyawa hidrokarbon yang digunakan sebagai patokan untuk menentukan

kualitas bahan bakar (bensin) yang dikenal dengan istilah angka oktana. Dalam

pengertian ini bahan bakar (bensin) dibandingkan dengan campuran isooktana atau

2,2,4,trimetil pentana dengan heptana. Pada penemuan pertama kali pada tahun

1927, isooktana dianggap sebagai bahan bakar yang paling baik, karena hanya pada

kompressi tinggi saja isooktana memberikan bunyi ketukan pada mesin mobil.

Sebaliknya heptana dianggap sebagai bahan bakar yang paling buruk. Angka oktana

100, artinya bahan bakar (bensin) tersebut setara dengan isooktana murni. Angka

oktana 80, artinya bensin tersebut merupakan campuran 80% isooktana dan 20%

heptana(Wardhana, 2004).

Universitas Sumatera Utara


Untuk mengurangi ketukan atau menaikkan angka oktana, bahan bakar dapat

juga diberi bahan tambahan (additif). Bahan tambahan tersebut sering juga disebut

dengan senyawa anti ketukan. Senyawa anti ketukan pertama kali ditemukan oleh

Thomas Midgley dan Boyd pada tahun 1922, berupa TEL (Tetra Ethyl Lead).

Hidrokarbon yang telah terhalogenkan (setelah diberikan ethyl fluid) menyebabkan

timbal (Pb) akan diubah menjadi timbal dibromida yang relatif mudah menguap

sehingga mudah keluar dari silinder mesin mobil melalui knalpot. Apabila jumlah

kendaran bermotor (mobil, sepeda motor dll) yang terdapat di suatu kota (atau

negara) jumlahnya diketahui dan rata-rata pemakaian bahan bakarnya diketahui,

maka jumlah gas buang hasil pembakaran yang dilepaskan ke udara per hari dapat

dihitung. Kalau hasil pembakarannya tidak sempurna dan dianggap 1% dari hasil

pembakaran berupa pencemar udara maka jumlah pencemar udara yang dilepaskan

ke udara per hari dapat diperkirakan (Wardhana, 2004)

Dalam bidang industri timbal banyak dipakai dalam industri baterai, kabel

telepon, kabel listrik, bahan peledak, pewarnaan cat, pengkilap keramik, bahan anti

api dan additive untuk bahan bakar kendaraan bermotor (dalam bentuk Trimetil Pb

dan Tetraetil Pb). Di udara kota-kota besar timbal merupakan pencemar udara yang

semakin jadi perhatian terutama yang berasal dari pembakaran bensin yang

mengandung timbal, pembakaran batubara, limbah pabrik, penyemprotan pestisida

dan pembakaran sampah. Untuk mencegah suara knocking dari mesin kendaraan

bermotor diperlukan bensin dengan bilangan oktan yang tinggi, maka bensin diberi

senyawa timbal Tetra Etil Lead (TEL)dengan rumus (C2H5)4-Pb)dan Tetra Metil

Lead (TML)dengan rumus{(CH)3}4-Pb. Bahan additive yang biasa ditambahkan ke

dalam bahan bakar kendaraan bermotor pada umumnya terdiri dari 62% tetra etil Pb,

Universitas Sumatera Utara


18% etilendikhlorida, 18% etilendibromida dan sekitar 2% campuran tambahan dari

bahan-bahan lain. Pada pembakaran bensin, 25% s/d 50% timbal yang

dikandungnya akan dilepas ke udara. Peningkatan jumlah kendaraan dan

peningkatan bilangan oktan bensin akan menambah pencemaran timbal di udara,

karena itu bahaya keracunan timbal di kota akan semakin meningkat. Timbal (Pb)

adalah racun sistemik yang menimbulkan rasa logam di mulut, garis hitam pada

gusi, gangguan pencernaan, mual, muntah-muntah, kolik abdomen, encephalitis,

wrist drop, irritable, perubahan kepribadian, kelumpuhan dan kebutaan ( Slamet,

2009).

Berdasarkan analisis yang dilakukan dapat diketahui kandungan bermacam-

macam senyawa Pb yang ada dalam asap kendaraan bermotor seperti pada Tabel

2.2. berikut:

Tabel 2.2 Kandungan Senyawa Pb Dalam Gas Buang Kendaran Bermotor

Senyawa Pb/Waktu/%: 0 jam 18 Jam


(%) (%)
PbBrCl 32,0 12,0
PbBrCl.2PbO 31,4 1,6
PbCl2 10,7 8,3
Pb(OH)Cl 7,7 7,2
PbBr2 5,5 0,5
PbCl2.2PbO 5,2 5,6
Pb(OH)Br 2,2 0,1
PbOx 2,2 21,2
PbCO3 1,2 13,8
PbBr3.2PbO 1,1 0,1
PbCO3.2PbO 1,0 29,6
TOTAL 100 100
Sumber: Palar, 2004

Pada Tabel 2.2. dapat dilihat bahwa kandungan PbBrCl dan PbBrCl.2PbO

merupakan senyawa Pb utama yang telah dihasilkan pada saat permulaan mesin

kendaraan dihidupkan ( 0 jam). Selanjutnya jumlah senyawa ini berkurang setelah

Universitas Sumatera Utara


mesin dihidupkan lebih lama, sedangkan kandungan gas lain seperti PbOx dan

PbCO3.2PbO mengalami peningkatan yang sangat tinggi dan menggantikan posisi

kedua gas pertama setelah pembakaran berjalan sampai 18 jam.

Senyawa tetrametil Pb dan tetra etil Pb ini akan terhirup oleh manusia

sewaktu bernafas dan juga dapat diserap oleh kulit. Atau keracunan pada manusia

juga dapat terjadi oleh karena tertelannya senyawa Pb dari kontaminasi terhadap

makanan dan minuman. Pb di udara dapat mengalami pengkristalan oleh air hujan

dan masuk ke dalam sumber air minum. Pada skema berikut dapat kita lihat bahwa

banyak kemungkinan asal dari timbal baik dari emisi kendaraan bermotor, emisi

industri dan pelepasan kerak-kerak bumi, yang masuk ke dalam tubuh manusia

melalui beberapa sumber seperti udara, tanah, air permukaan, tumbuhan, hewan

yang masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, kulit dan saluran pencernaan.

Khusus orang-orang yang bekerja di pinggir jalan raya yang ramai, berisiko tinggi

terhadap keracunan timbal (National Health and Medical Research Councils, 2009).

Timbal yang berasal dari alam, emisi kendaraan bermotor, limbah industri dan yang

berasal dari pengikisan cat yang mengandung timbal akan masuk ke dalam air, tanah

atau udara yang kemudian bisa langsung masuk ke tubuh manusia atau masuk

melalui tumbuhan atau hewan yang dikonsumsi oleh manusia. Gambar 2.1

menunjukkan berbagai sumber timbal yang masuk ke dalam tubuh manusia.

Universitas Sumatera Utara


Timbal Timbal dari
Emisi Timbal Timbal dari
dari dari Emisi Renovasi/
Kendaraan
Alam Industri Pengikisan Cat
Bermotor

Tanah
Air Udara

Hewan Tumbuh-
Ternak tumbuhan

Air Udara Tangan ke


Minum Makanan Pernafasan Mulut

Gambar 2.1 Perjalanan timbal yang berasal dari lingkungan sampai masuk
ke dalam tubuh manusia (Sumber: Diterjemahkan dari National
Health and Medical Research Councils (2009)

2.5 Timbal dalam Tubuh Manusia

Pb yang dilepaskan oleh kendaraan bermotor atau sumber lain ke udara bisa

dalam bentuk gas atau partikel yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui jalur

pernafasan, saluran pencernaan dan kulit. Partikel yang terhirup yang mempunyai

diameter lebih besar dari 5,0 mikron akan terhenti dan terkumpul terutama dalam

hidung dan tenggorokan. Partikel yang berukuran diameter 0,5-5,0 mikron dapat

terkumpul di dalam paru-paru sampai pada bronchioli, dan hanya sebagian kecil

Universitas Sumatera Utara


yang sampai pada alveoli. Diameter yang berukuran kurang dari 0,5 mikron dapat

mencapai dan tinggal dalam alveoli. Partikel yang tinggal dalam alveoli dapat

terabsorbsi ke dalam darah (Wardhana, 2004)

Pada tahun 370 BC Hipocrates menemukan kasus kolik abdomen pada

pekerja yang berhubungan dengan timbal. Industri yang mempergunakan bahan

bakar timbal masih terus berjalan sampai saat sekarang ini. Timbal merupakan metal

yang toksis seumur hidup oleh karena timbal berakumulasi dalam tubuh manusia.

Dalam kasus yang terpapar polusi timbal dalam dosis rendah ternyata dapat

menimbulkan ganggguan tubuh tanpa menunjukkan gejala klinik (Nawrot, 2006).

Soemirat (2005) menjelaskan bahwa jaringan target bagi timbal dalam tubuh adalah

Sistem Urinaria, Sistem Syaraf, Sistem Gastro Intestinal, Sistem Hemapoietik dan

Kulit.

Berdasarkan The Departement of Labor and Industries The State of

Washington (2000) menyatakan bahwa apabila pekerja telah mempunyai kadar

timbal dalam darahnya mencapai 25 µg/dl darah maka pekerja harus dihindarkan

dari keterpaparan timbal. Walaupun dinyatakan sebelumnya bahwa kadar timbal

dalam darah kurang dari 40 µg/dl tidak berbahaya, namun sekarang sudah banyak

penelitian yang menunjukkan gejala keracunan timbal telah terlihat pada kadar

timbal dibawah 25 µg/dl. Apabila kadar timbal dalam darah sudah mencapai 60

µg/dl atau lebih atau apabila 3 kali pemeriksaan kadar timbal darahnya melebihi 50

µg/dl maka pekerja harus dipindahkan secepatnya dan dilakukan pemeriksaan

kesehatan yang menyeluruh. Apabila ditemukan pekerja yang mempunyai kadar

timbal dalam darahnya 25- 40 µg/dl maka harus dilakukan pemeriksaan setiap 6

bulan, jika ditemukan pekerja dengan kadar timbal 40 µg/dl maka harus dilakukan

Universitas Sumatera Utara


pemeriksaan setiap 2 bulan, dan apabila dijumpai pekerja dengan kadar timbal 60

µg/dl maka harus dilakukan pemeriksaan setiap satu bulan. Public Health Services

di Washington DC tidak lagi memakai nilai 40 µg/dl kadar maksimum timbal dalam

darah, tapi mengusulkan agar kadar maksimum timbal dalam darah pekerja dewasa

adalah 25 µg/dl dan kadar maksimum timbal dalam darah masyarakat umum adalah

5 µg/dl.

Timbal adalah racun sistemik. Keracunan Pb akan menimbulkan gejala rasa

logam di mulut, garis hitam pada gusi, gangguan pencernaan, anorexia, muntah-

muntah, kolik, encephalitis, wrist drop, irritable, perubahan kepribadian,

kelumpuhan dan kebutaan. Basophilic stippling dari sel darah merah merupakan

gejala patognomonis bagi keracunan Pb. Gejala lain dari keracunan ini berupa

anemia dan albuminuria. Pb organic cenderung menyebabkan encephalopathy.

Pada keracunan akut terjadi gejala meninges dan cerebral, diikuti dengan stupor,

coma, dan kematian. Tekanan liquor cerebrospinalis tinggi, insomnia, dan

somnolence (Slamet, 2009).

Penelitian yang dilakukan di Bandung pada tahun 1983 menunjukkan bahwa

kadar Pb dalam darah polisi lalu lintas adalah yang tertinggi diikuti oleh pengemudi

angkot, dan kadar Pb terendah adalah pada penduduk pedesaan. Sebanyak 46%

polisi lalu lintas memiliki kandungan Pb dalam darah melampaui 40 µg/dL, 30%

sopir angkot mengandung Pb dalam darah melampaui 40 µg/dL, dan 0% orang

pedesaan mengandung Pb dalam darah yang melampaui 40 µg/dL (Widowati et al,

2008).

Dari 30 orang polisi lalu lintas yang bertugas di kota Medan yang diteliti

bahwa kadar timah hitam (Pb) dalam darah yang tertinggi pada responden yang

Universitas Sumatera Utara


berumur 44 tahun sejumlah 160,4 µg/100ml dengan lama kerja kurang dari 5 tahun

dan kadar terendah terdapat pada responden umur 30 tahun sebesar 0,5 µg/ 100 ml

dengan lama kerja kurang dari 5 tahun. Didapat ada hubungan antara lama kerja

Polisi lalu lintas dengan kadar timah hitam dalam darah, tetapi tidak terdapat

hubungan antara umur Polisi lalu lintas dengan kadar timah hitam dalam darah.

(Tarigan , 2001)

Penelitian terhadap 400 siswa sekolah dasar (usia kurang dari 12 tahun)

secara acak di 25 kecamatan di kota Bandung menunjukkan bahwa 65,5% siswa

memiliki kandungan Pb dalam darah sebesar 14,13 µg/dL, yang melebihi ambang

batas yang ditentukan oleh WHO sebesar 10 µg/dL. Berdasarkan tipe kendaraan

yang dipakai ke sekolah, kelompok siswa yang menggunakan angkutan umum

memiliki kadar Pb darah tertinggi yaitu 14,49 µg/dL, kelompok siswa yang

menumpang sepeda motor, kadar Pb dalam darah sebesar 13,9 µg/dL, sedangkan

kelompok siswa pejalan kaki kadar Pb dalam darah sebesar 14,32 µg/dL (Widowati,

2008).

Hasil Penelitian terhadap 200 anak usia taman kanak-kanak di 7 kecamatan

di Makasar menunjukkan rata-rata kadar Pb dalam darah sebesar 23,96 µg/dL.

Sebanyak 90% dari anak-anak yang diperiksa menunjukkan kadar Pb yang

melampaui ambang batas, bahkan terdapat anak yang menunjukkan kadar Pb dalam

darah mencapai 60 µg/dL. Hasil penelitian pada tahun 2001 terhadap kadar Pb

dalam darah anak jalanan dan polisi lalu lintas di Surabaya menunjukkan angka

216,5-687 µg/dL (Widowati et al, 2008).

Penelitian oleh Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia pada

Januari-Maret 2005 menunjukkan terjadinya penurunan kadar Pb di dalam darah

Universitas Sumatera Utara


anak sekolah SD, yaitu hanya 1,3% anak SD yang memiliki kandungan Pb dalam

darah melampaui batas aman dengan rata-rata sebesar 4,2 µg/dL, lebih rendah bila

dibandingkan hasil penelitian pada tahun 2003, dimana 35% anak SD memiliki

kadar Pb dalam darah melampaui batas aman, yakni 10 µg/dL. Kadar Pb dalam

darah rata-rata sebesar 8,6 µg/dL (Widowati et al, 2008). Mekanisme penyerapan

timbal oleh usus dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Skema mekanisme penyerapan timbal di lumen usus (Sumber: EPA
540 (1994)

Kadar timbal dalam darah

Timbal masuk ke dalam tubuh terutama melalui saluran pencernaan dan

saluran pernafasan. Mekanisme molekular dari absorbsi timbal melalui paru-paru

belum jelas diketahui, namun diketahui bahwa molekul timbal berukuran kurang

dari 1 m yang dikeluarkan dari asap pembakaran bahan yang mengandung timbal

diserap melalui paru-paru lebih dari 90%. Timbal dengan diamater lebih dari 2,5 m

Universitas Sumatera Utara


tertumpuk di silia-silia di nasofaring akan tertelan masuk ke saluran pencernaan dan

diserap melalui proses absorbsi usus (Hu et al, 2007).

Setelah di absorbsi timbal disimpan di dalam berbagai jaringan terutama di

tulang. Hanya 2% dari total timbal dalam tubuh berada dalam darah dengan half-life

selama 30 sampai 40 hari. Timbal yang disimpan dalam tulang dan jaringan bisa

mempunyai half life sampai berpuluh tahun (Riess, 2007). Zaotis (2007)

menjelaskan bahwa pada anak sumber keracunana timbal terutama melalui saluran

pencernaan, tapi pada orang dewasa lebih banyak melalui saluran pernafasan.

Melalui saluran pencernaan timbal pada anak diserap 45 sampai 50% sedang pada

dewasa hanya diserap 10 sampai 15%. Begitu diserap baik melalui pencernaan

maupun pernafasan, 99% timbal akan terikat dengan eritrosit dan sisanya 1 % lagi

berada dalam jaringan. Timbal bisa juga masuk kedalam tubuh manusia selain

melalui saluran pencernaan (ingested) dan saluran pernafasan, yakni melalui kulit.

Departement of Labor and Industries The State of Washington (2000)

menyatakan bahwa timbal yang diserap oleh tubuh manusia dan berada dalam darah,

secara bertahap akan dikeluarkan dari dalam tubuh, kadar timbal dalam darah akan

akan turun secara normal menjadi setengahnya dalam waktu satu bulan apabila

yang bersangkutan dibebaskan dari keterpaparan terhadap polusi timbal. Untuk

pemeriksaan terhadap keracunan timbal sering dihubungkan dengan pemeriksaan

ZPP (Zink Protoporphyrin) yaitu sejenis enzym di dalam darah yang selalu diukur

bersamaan dengan pengukuran kadar timbal dalam darah. Kadar ZPP yang melebihi

angka 70 menunjukkan kemungkinan telah terjadi peningkatan kadar timbal dalam

darah penderita.

Universitas Sumatera Utara


Wahyudiono (2006) melakukan penelitian di Surabaya terhadap kadar timbal

dalam darah polisi lalu lintas yang memakai masker waktu bertugas dibandingkan

dengan polisi yang tidak memakai masker. Dari 24 orang polisi yang bertugas di

perempatan jalan yang padat lalu lintasnya, didapat kandungan timbal dalam darah

sebanyak 31,6 ug/100 ml sedangkan yang tidak memakai masker rata-rata sebanyak

49,2 ug/100 ml darah. Gangguan kesehatan yang mereka rasakan adalah hipertensi,

nafas tersengal, dada berdebar, sakit pinggang, nafsu makan berkurang, sakit kepala,

sukar berkonsentrasi, sakit pada otot-otot dan tulang.

Erawati (2003) dalam penelitiannya terhadap 30 orang polisi lalu lintas di

kota Medan menemukan bahwa 87,7% (26 orang) mengandung Pb dalam darahnya

melebihi 40 ug/dl. Hartono (2005) yang mempelajari efek pemberian Plumbum

(timah hitam) anorganik pada tikus putih melaporkan bahwa pemberian senyawa

Plumbum asetat netral 0,5 g/kg BB/oral/hari/tikus selama 16 minggu tidak

menyebabkan gejala syaraf, namun mengakibatkan anemia disertai penurunan berat

badan. Absorbsi plumbum via traktus gastrointestinal mencapai sekitar 16% dan

diekskresikan via ginjal sekitar 0,006%. Akumulasi plumbum tertinggi dalam

jaringan lunak terjadi berturut-turut pada ginjal, disusul hati, otak, paru, jantung, otot

dan testis. Kadar plumbum tertinggi dalam jaringan keras ditemukan di tulang rusuk,

kepala, paha dan gigi serta paling rendah di bulu. Hasil penelitian Environmental

Protection Agency ((1994) melaporkan bahwa semakin tinggi intake timbal oleh

tubuh maka semakin tinggi kadar timbal dalam darah, sebagaimana tampak pada

Gambar 2.3

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.3. Peningkatan Jumlah Intake Timbal akan Menyebabkan Kenaikan Kadar
Timbal dalam Darah (Sumber: EPA 540 (1994)

Timbal yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan, minuman, tanah,

debu dan cat yang mengandung timbal masuk ke dalam lambung, sedangkan timbal

yang berada di udara masuk melalui paru-paru dan saluran pencernaan, kemudian

masuk ke dalam aliran darah dan organ-organ, lalu dikeluarkan melalui kulit, feses

dan urine dapat dilihat pada Gambar 2.4 berikut.

Gambar 2.4. Perjalanan Timbal dalam Tubuh Manusia (Sumber: EPA 540 (1994)

Universitas Sumatera Utara


Muldoon et al. (1994) dalam penelitiannya terhadap 205 orang penduduk

Baltimore yang tinggal di daerah perkotaan dibandingkan dengan 325 orang

penduduk Pensylvania yang tinggal di daerah pedesaan pada tahun 1990 sampai

1991 mendapatkan hasil sebagai berikut: rata-rata kadar timbal dalam darah pada

peneltian ini lebih rendah 60% dari kadar timbal dalam darah pada penelitian tahun

1976-1980 yaitu dari 12,8 ug/dl turun menjadi 5,3 g/dl. Kesimpulan lain yang

didapatnya adalah bahwa penduduk kota mempunyai kadar timbal dalam darah lebih

tinggi dari penduduk pedesaan secara bermakna. Pada penduduk perkotaan

didapatnya bahwa perokok, peminum alkohol, dan tahun sesudah menopause pada

wanita menunjukkan asosiasi positif terhadap kadar timbal dalam darah .

Jin et al (1995) dalam penelitiannya terhadap anak berumur 24 sampai 36

bulan sebanyak 172 orang yang tinggal di Vancouver, Canada, mendapatkan rata-

rata kadar timbal dalam darah 0,29 mol/l dengan standard deviasi 0,13 mol/l ,

range 0,06 mol/l sampai 0,85 mol/l. Disimpulkannya bahwa kadar timbal dalam

darah anak menurun dari kadar timbal dalam darah dari penelitian sebelumnya.

Tidak ada faktor yang signifikan yang ditemukan yang dapat menyebabkan kenaikan

kadar timbal dalam darah sampel.

Nash et al. (2004) meneliti hubungan kadar timbal dalam tulang dengan

kadar timbal dalam darah pada wanita peri-menopause dibandingkan dengan wanita

postmenopause dan premenopause. Didapat hasil bahwa kadar timbal dalam darah

pada wanita postmenopause yang dibagi menjadi naturally menopause (25% lebih

tinggi) dan surgically menopause (30% lebih tinggi) dari kadar timbal dalam darah

wanita premenopause. Pada wanita yang baru saja memakai hormone replacement

therapy menunjukkan penurunan kadar timbal dalam darah (1,8 g/dl), bagi wanita

Universitas Sumatera Utara


yang sudah lama memakainya didapat kadar timbal dalam darahnya 2,6 g/dl

sedangkan bagi wanita yang tidak pernah memakainya didapat kadar timbal dalam

darahnya 2,2 g/dl. Kesimpulannya bahwa timbal yang disimpan dalam tulang pada

masa menopause akan masuk ke dalam darah sehingga kadar timbal dalam darah

menjadi lebih tinggi.

Kadar timbal dalam darah perokok

Penelitian yang dilakukan oleh McKelvey et al (2007) dengan menganalisis

data dari survey yang dilakukan oleh NYC HANES pada tahun 2004 dengan jumlah

sampel 1.811 penduduk New York , mendapatkan kadar timbal dalam darah

tertinggi pada perokok berat ( 2,49 ug/dl). Mantan perokok mempunyai kadar timbal

dalam darah 8% lebih tinggi dari sampel yang tidak pernah merokok. Mohammadi et

al. (2008), melaporkan seorang kasus di Taheran, dengan keluhan sakit yang sangat

pada perut sejak 4 bulan yang lalu. Pasien diopname dengan diagnose appendisitis,

yang kemudian dilakukan appendectomi. Namun setelah dilakukan appendectomi

tidak ditemukan kelainan pada appendix, sedangkan keluhan sakit perut disertai

sakit kepala, lethargia, capek, irritability, insomnia, muscle pain, constipasi,

decreased libido, nausea, vomiting, tremor, loss of appetite dan penuruan berat

badan. Pada pemeriksaan selanjutnya ditemukan bahwa pasien adalah perokok berat

dengan kadar timbal dalam darahnya 138 g/dl. Dilakukan pengobatan dengan

CaNa2-EDTA dengan dosis 1 gram dua kali sehari selama 5 hari. Setelah

pengobatan pasien merasakan keluhann sakitnya berkurang dan dipulangkan dari

rumah sakit. Setelah 2 minggu kemudian pemeriksaan kadar timbal dalam darahnya

Universitas Sumatera Utara


menunjukkan angka 38,3. Setelah pasien merasakan sehat penuh, ia kembali bekerja

ke tempat semula.

Lin et al. (2004) melaporkan hasil penelitiannya terhadap 84 orang berumur

31 sampai 72 tahun di Boston menemukan kadar timbal dalam darah rata-rata 3

g/dl. Dari 36 kasus non perokok didapatnya kadar timbal dalam darah rata-rata

2,7±1,9 g/dl, dari 38 kasus perokok 1-19 pak per tahun 3,0±2,1 dan dari perokok

lebih dari 20 pak per tahun 4,1±3,3 g/dl yang dalam pengujian secara statistik tidak

menunjukkan perbedaan yang bermakna.

Kadar timbal dalam darah pencandu alkohol

Lee et al. (2005) dalam penelitiannya terhadap para ibu yang dalam masa

reproduksi di Amerika Serikat menemukan bahwa gaya hidup seperti peminum

alkohol dan perokok mempunyai hubungan dengan kadar timbal dalam darah.

Peminum alkohol mempunyai kemungkinan 5,6 kali mempunyai kecendrungan

kadar timbal dalam darah yang lebih tinggi. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena

Alkohol akan membantu meningkatkan absobsi timbal di saluran pencernaan atau

oleh karena adanya kontaminasi timbal pada foil pelapis botol – botol wine.

2.6 Pengaruh Timbal Terhadap Kesehatan

Dari banyak penelitian yang telah dilakukan di negara-negara maju polusi udara

telah terbukti dapat menyebabkan timbulnya penyakit gangguan pernafasan seperti

kekambuhan penyakit asma sehingga membutuhkan perawatan di rumah sakit.

Penelitian terakhir juga menunjukkan bahwa ada hubungan polusi udara dengan

kelahiran bayi prematur, kematian bayi, paru-paru bayi yang kurang berkembang

Universitas Sumatera Utara


dan peningkatan serangan asma.( Committee on Environmental Health, Pediatrics

2004)

Lipsett (1999) mendapatkan hubungan antara polusi yang dikeluarkan oleh

gas buang mesin diesel dengan timbulnya kanker pada paru-paru. Salah satu bahan

pencemar yang sangat mengkhawatirkan peningkatannya adalah timbal yang berasal

dari emisi gas buang kendaraan bermotor dan proses industri lainnya.

Pada tahun 2002 di Amerika lebih kurang 146 juta orang masih terpapar dengan

udara yang melebihi Standar Kualitas Udara yang dikeluarkan pada tahun 1997,

setidaknya satu dari enam kriteria kualiatas udara yakni Ozone, Particulate Matter,

Sulfur Dioxide, Nitrogen Dioxide, Carbon Monoksida dan Timbal. (Lanphear,1998)

Menurut penelitian Bruce et al. (1998) ada beberapa kharakteristik yang bisa

dipakai untuk menentukan apakah seorang beresiko untuk mengandung kadar

timbal yang tinggi di dalam darahnya antara lain, tempat tinggal di kota atau di desa,

rumah tempat tinggal menggunakan cat yang mengandung timbal, kondisi

perumahan yang tidak sehat, tempat tinggal ditempat yang padat penduduknya,

tingkat pendidikan yang rendah dan lain-lain.

Hasil penelitian dari tahun 1979 -1985 di Montreal Canada, menyatakan bahwa

polusi yang ditimbulkan oleh kenderaan bermotor merupakan problem pencemaran

lingkungan yang utama, serta mendapat hubungan antara gas buang mesin diesel dan

timbulnya kanker paru-paru. (Parent et al, 2007).

Richiardi et al. (2006) menemukan beberapa hubungan antara populasi yang

bekerja di tempat yang sering mendapat polusi dari gas buang mesin diesel seperti

pekerja pengisian bahan bakar, petugas disepanjang rel kereta api, pengemudi

kenderaan bermesin diesel, mekanik mesin-mesin diesel, yang selalu terpapar

Universitas Sumatera Utara


dengan gas buang mesin diesel dengan peningkatan resiko timbulnya kanker paru,

yang walaupun ini secara statistik tidak signifikan.

Efek kesehatan secara umum yang disebabkan oleh keterpaparan terhadap polusi

timbale dapat kita lihat pada Tabel 2.3 berikut.

Tabel 2.3. Efek Kesehatan Secara Umum yang Timbul Akibat Keterpaparan Timbal

Tingkat Masalah Kadar Timbal Pengaruh pada Tubuh yang


Kesehatan yang Timbul Darah (µ/dl) Sudah Terdeteksi Sesuai dengan
Kadar Timbal Darah.
Gangguan kesehatan yang Kerusakan jaringan otak
berbahaya terjadi segera 110
dan bersifat permanen 100 Penurunan berbahaya atas kemam-
90 puan darah untuk membawa oksigen

80
Bisa timbul gangguan 70
kesehatan yang lain 60 Penurunan produksi darah

Dapat timbul kerusakan 50 Kemandulan pada pria


tapi belum menunjukkan
gejala 40 Kerusakan jaringan syaraf

Timbal mulai menggang- 30 Penurunan pendengaran


gu system tubuh

20 Peningkatan tekanan darah

10 Pengaruh pada bayi dalam kan-


Kadar rata-rata untuk 3 dungan pada wanita hamil
manusia sehat 0
Sumber: diterjemahkan dari Fewtrell (2003)

Keracunan Pb terhadap manusia dapat bersifat akut maupun kronis. Walaupun

pengaruh toksisitas akut agak jarang dijumpai tetapi pengaruh toksisitas kronis

sering ditemukan. Pengaruh toksisitas kronis sering ditemukan pada pekerja di

Universitas Sumatera Utara


pertambangan dan pabrik pemurnian logam, pabrik mobil pada proses pengecatan

sistem semprot, pengolahan baterei, pencetakan, pembuatan keramik dan pelapisan

logam. Keracunan kronis yang sangat patut kita waspadai adalah pada orang-orang

yang bekerja di pinggir jalan seperti polisi lalu lintas, pekerja kebersihan jalan,

pekerja taman, pedagang kakilima, penjaga toko dan lain-lain yang sehari-hari

menghirup udara yang tercemar Tetra Ethyl Lead (TEL) dan Tetra Methyl Lead

(TML) yang dilepaskan oleh gas buang kendaraan bermotor.

Orang-orang yang bekerja di tempat dimana terdapat gas buang dari mesin

diesel mempunyai resiko yang lebih besar untuk mendapat penyakit kanker paru,

dan bila sudah bekerja dalam waktu lama ditempat ini maka resikonya juga akan

lebih tinggi (Frumkin, 2001). Penelitian terhadap pengaruh polusi udara yang

ditimbulkan oleh lalu lintas terhadap timbulnya kanker pada manusia yang dimulai

dari sejak mulai terjadinya kehamilan sampai dengan didiagnose timbulnya kanker

sebanyak 1989 kasus yang didiagnose sebagai leukemia, tumor dari central nervus

system dan tumor ganas limfoma selama tahun 1968 s/d 1991 di Danish Cancer

Registry di Denmark. Disimpulkannya bahwa resiko timbulnya leukemia, tumor

central nervus system tidak ada hubungan dengan benzene dan nitrogen dioxide

selama periode pengukuran, namun didapatnya bahwa resiko terjadinya lymphoma

meningkat 25% (Nielsen et al.2001).

Connel et al. (2003) meneliti hubungan antara kambuhnya penyakit asma,

dihubungkan dengan adanya polusi debu, Organic Carbon (OC) dan Nitrogen

Dioxide (NO2) dan polutan udara lain menyimpulkan bahawa OC dan NO2

mempunyai pengaruh yang kuat terhadap timbulnya bronchitis khronis disertai asma

pada anak-anak. Katsouyanni (2003) menjelaskan hubungan antara polusi udara dan

Universitas Sumatera Utara


kesehatan terutama dalam jangka waktu lama pollusi udara menunjukkan pengaruh

terhadap kesehatan masyarakat.

Pope (2006) melaporkan bahwa particulate matter (PM), salah satu

komponen polusi udara mempunyai pengaruh terhadap kesehatan jantung dan paru-

paru. Dilaporkan juga bahwa perubahan PM setiap hari berpegaruh terhadap angka

kematian di beberapa kota di Amerika Serikat. The Harvard Six Cities dan American

Cancer Society (ACS) dengan prospective cohort study mendapatkan bahwa

pemaparan dalam waktu lama terhadap PM sangat berhubungan dengan timbulnya

penyakit saluran nafas pada anak dan meningkatnya kematian pada penderita

penyakit jantung dan paru pada orang dewasa. Beberapa penelitian di Utah

melaporkan bahwa polusi PM berpengaruh terhadap beberapa hal kesehatan seperti

jumlah penderita paru yang diopname, gangguan fungsi paru dan saluran nafas,

ketidak hadiran di sekolah dan jumlah kematian. Hal serupa juga dilaporkan oleh

peneliti dari Jerman, Canada, Finlandia dan Czech Republik.

Kim et al. (1995) dalam penelitiannya terhadap pengaruh keracunan timbal

kronis terhadap pertumbuhan 58 orang anak di Boston dari tahun 1975 sampai tahun

1978. Didapat kadar rata-rata timbal dalam dentin sebesar 14,9 g/g kadar timbal

dalam tibia 1,2 g/g dan dalam patella 5,0 g/g. Dari penelitan ini didapatnya

kesimpulan bahwa kadar timbal dalam dentin mempunyai hubungan positif dengan

body mass index. Kadar timbal dalam tibia dan patella tidak menunjukkan hubungan

yang signifikan dengan pertumbuhan badan. Mereka menyimpulkan bahwa

keracunan timbal kronis pada anak menyebabkan obesity yang bertahan sampai

mereka dewasa.

Universitas Sumatera Utara


Pengaruh timbal terhadap tekanan darah

Vupputuri et al. (2003) melakukan penelitian terhadap 14.592 orang berkulit

putih dan berkulit hitam dengan umur diatas 18 tahun yang terdaftar sebagai peserta

Third National Health and Nutrition Survey. Kadar timbal dalam darah diukur

dengan spectrophotometry dan tekanan darah diukur dengan standard

sphygmomanometry. Kadar timbal dalam darah lebih tinggi pada orang negro baik

laki-laki maupun perempuan dengan rata-rata 5,4 dan 3,4 µg/dl, dibandingkan

dengan kulit putih laki-laki dan perempuan adalah 4,4 dan 3,0 µg/dl. Menggunakan

pengujian multivariat didapat kesimpulan bahwa kadar timbal dalam darah

menyebabkan kenaikan tekanan darah pada orang negro, tetapi tidak terjadi pada

orang kulit putih.

Glenn et al. (2006) melakukan penelitian dari tahun 1997-2001 terhadap 575

pekerja yang terpapar dengan timbal di Korea yang berumur rata-rata 41 tahun dan

sudah bekerja di tempat tersebut selama 8,5 tahun di bagian yang terpapar timbal.

Kadar timbal dalam darah rata-rata 31,4 ± 14,2 µg/dl. Perubahan tekanan darah

sistolik selama penelitian sejalan dengan perubahan kadar timbal dalam darah,

dengan nilai kenaikan rata-rata 0,9 mm Hg untuk setiap kenaikan 10 µg/dl kadar

timbal dalam darah. Dalam penelitian ini pekerja yang mempunyai riwayat

hipertensi dan mengalami hipertensi tidak dimasukkan kedalam responden

penelitian.

Muntner et al. (2005) melakukan penelitian terhadap data yang diperoleh

dari the Third National Health and Nutrition Examination Survey 1988-1994

(n=16.609) dan the National Health and Nutrition Examination Survey 1999-2002

Universitas Sumatera Utara


(n=9.961) mendapatkan rata-rata hasil penurunan dari kadar timbal dalam darah

responden sebesar 41% yaitu dari 2,76 µg/dl (1988-1994) menjadi 1,64 µg/dl (1999-

2002). Persentasi dari orang dewasa yang mengandung kadar timbal dalam darah

sama atau lebih tinggi dari 10 µg/dl menurun dari 3,3% menjadi 0,7%. Mereka juga

menemukan bahwa kadar timbal dalam darah yang lebih tinggi berhubungan dengan

timbulnya prnyakit ginjal dan penyakit arteri perifer diantara seluruh populasi dan

adanya hipertensi pada non-Hispanic Blacks dan Mexican Americans.

Pengaruh timbal terhadap Sistem Hemopoietik

Timbal menghambat sistem pembentukan hemoglobin sehingga

menyebabkan anemia. Timbal dalam tubuh terutama terikat dalam gugus SH dalam

molekul protein dan hal ini menyebabkan hambatan pada aktivitas kerja sistem

enzim. Timbal mengganggu sintesis hemoglobin (Hb) dengan jalan menghambat

konversi delta aminolevulinik asid (delta-ALA) menjadi forfobilinogen dan juga

menghambat korporasi dari Fe kedalam portoporfirin IX untuk membentuk Hb,

dengan jalan menghambat enzim delta-aminolevulinik asid-dehidrase (delta-ALAD)

dan feroketalase. Hal ini menyebabkan meningkatnya ekskresi koproporfirin dalam

urin dan delta ALA serta menghambat sintesa hemoglobin.

Untuk kompensasi dari penurunan sintesis Hb karena hambatan oleh Pb,

sumsum tulang meningkatkan produksi sel darah merah. Sel darah merah yang

masih muda (retikulosit) dan sel stipel kemudian terbebaskan. Sel stipel basofil

(basophilic stippling) ditemukan sebagai bagian dari gangguan pembentukan Hb

yang merupakan tanda-tanda keracunan Pb. Meskipun anemia klinis hanya tampak

jelas bila kadar Pb dalam darah sudah mencapai 50 ug/dl, namun penghambatan

Universitas Sumatera Utara


ALAD telah terjadi pada kadar Pb 10 ug/dl darah. Karena itu pada kadar demikian

dapat dijadikan sebagai petunjuk adanya pajanan. Keracunan akibat akumulasi Pb

dalam tubuh dapat menimbulkan:

meningkatnya kadar ALA dalam darah dan urin

meningkatnya kadar protoporpirin dalam sel darah merah

memperpendek umur sel darah merah

menurunkan jumlah sel darah merah (anemia)

menurunkan kadar retikulosit (sel darah merah yang masih muda)

meningkatkan kandungan logam Fe dalam darah.

Pengaruh timbal terhadap Ginjal

Yu et al. (2004) meneliti 121 pasien yang menderita gangguan ginjal kronis

dengan normal body lead burden (BLB), dan tidak ada sejarah terpapar timbal

selama 48 bulan observasi. Hubungan dengan kadar timbal dalam darah dan BLB

dievaluasi secara longitudinal. Hasilnya disimpulkan bahwa BLB dan kadar timbal

dalam darah merupakan faktor resiko yang sangat penting dalam gangguan ginjal

kronis. Setiap peningkatan 10 g dari BLB atau 1 g/dl kadar timbal dalam darah

akan menyebabkan penurunan Glomerulo Filtration Rate (GFR) sebesar 1,3 sampai

4 ml/menit selama masa studi. Kesimpulan dari studi ini adalah keterpaparan dengan

timbal dalam kadar rendah berhubungan dengan peningkatan gangguan ginjal kronis

walaupun pada kadar yang jauh dibawah kadar normal baik pada BLB maupun

kadar timbal dalam darah.

Jung et al. (1998) dalam penelitian terhadap 75 laki-laki pekerja yang

terpapar dengan timbal yang mendapat pemeriksaan kesehatan secara reguler setiap

Universitas Sumatera Utara


6 bulan di Korea. Mereka terdiri dari 27 pekerja industri pelebur timbal dengan

kadar timbal di udara 0,0063 mg/m3, 18 pekerja dari industri plastik stabilizer

dengan kadar timbal di udara 0,0013 mg/m3 dan 30 pekerja industri radiator dengan

kadar timbal di udara 0,0023 mg/m3. Pekerja dibagi menjadi 3 kelompok

berdasarkan kadar timbal dalam darah yakni kelompok diatas 60 µg/dl, kelompok

40-60 µg/dl dan kelompok dibawah 40 µg/dl. Sebagai kelompok kontrol diambil 60

orang pekerja kantor yang selama bekerja tidak terpapar dengan polusi timbal.

Kesimpulan penelitian mereka adalah bahwa kadar Blood Urea Nitrogen (BUN)

meninggi sehubungan dengan kenaikan kadar timbal dalam darah, tapi secara

statistik hal ini hanya ditemukan pada keadaan kadar timbal dalam darah diatas 60

µg/dl dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Lin et al. (2001) meneliti 110 pasien dengan gangguan ginjal kronis (serum

kreatinin 133-354 µmol/L (1,5-4,0 mg/dL) dan mengandung Body Lead Burden

(BLB) normal (EDTA mobilization test < 600 g per 72-hour urine collection) dan

tidak ada sejarah terpapar dengan polusi timbal yang tinggi. Pasien dibagi 2

kelompok berdasar kan nilai BLB yaitu high-normal BLB group (80 g-600 g) dan

kelompok BLB rendah (< 80 g). Pasien difolow secara prospektif selama 2 tahun.

Hasil yang didapat disimpulkan bahwa keterpaparan dengan timbal dalam dosis

rendah di lingkungan pada waktu yang lama secara pelan-pelan dapat

mempengaruhi peningkatan kegagalan ginjal pada masyarakat umum. Setelah

diberikan pengobatan chelation terapi selama satu tahun dapat menahan penurunan

fungsi ginjal.

Lin et al. (2006) meneliti 108 pasien dengan gangguan fungsi ginjal kronis

(serum kreatinin 1,5-2,9 mg/dL) dengan kadar BLB rendah (< 80 g) dan tidak

Universitas Sumatera Utara


mendapat paparan terhadap timbal, diobservasi selama 2 tahun. Sebagai pembanding

adalah 32 pasien dengan kegagalan ginjal kronis dengan kadar BLB rendah (20-80

g yang diberi pengobatan dengan chelation secara random dan kelompok kontrol.

Kelompok ini diberi chelation terapi EDTA selama 3 bulan dan kemudian diikuti

terapi ulang selama 24 bulan untuk mempertahankan kadar BLB tetap < 20 g,

sedang kelompok kontrol diberi placebo. Kesimpulannya adalah bahwa keterpaparan

dengan polusi timbal walaupun dengan kadar rendah dapat meningkatkan kegagalan

ginjal pada pasien yang bukan penderita diabetes.

Tan et al.(2007) dalam penelitiannya terhadap 116 pasien yang menderita

kegagalan ginjal kronis (serum kreatini 1,5-3,9 mg/dl) dengan kadar BLB 80-600 g

dan tidak mengalami keterpaparan timbal dipilih untuk melaksanakan klinikal trial

memakai chelation terapi dan kelompok kontrol selama 4 tahun. 58 pasien diberi

chelation terapi EDTA dan 58 pasien lagi menerima plasebo sebagai kontrol. Selama

48 bulan dilakukan repeated chelation terapi untuk menjaga BLB tidak lebih dari 60

g. Untuk kelompok kontrol diberi infus plasebo setiap minggu selama 5 minggu

dan diulangi dengan interval 6 bulan. Kesimpulan yang didapat adalah repeated

chelation therapy selama 4 tahun akan memperlambat penurunan fungsi ginjal pada

pasien non diabetes dengan kadar BLB 60-600 g.

Lin et al. (1999) meneliti 32 pasien dengan gangguan ginjal kronis dengan

serum kreatinin >1,5 mg/dl-4 mg/dl dengan BLL 150 g-600 g dan tidak ada

sejarah terpapar dengan timbal dalam kadar tinggi. Pasien dapat perlakuan chelation

terapi selama 2 bulan dibanding dengan kelompok kontrol yang tidak mendapat

terapi. Setelah pengobatan selama satu bulan belum ada perbedaan antara kelompok

Universitas Sumatera Utara


perlakuan dan kelompok kontrol dalam hal kadar kreatinin serum, namun setelah

perlakuan sampai dengan dua bulan terlihat bahwa kelompok yang dapat perlakuan

menunjukkan perbaikan fungsi ginjal lebih baik pada kelompok yang dapat

pengobatan. Keterpaparan dengan timbal dalam kadar rendah dapat menyebabkan

semakin beratnya penyakit ginjal kronis.

Pengaruh timbal terhadap Saraf Pusat dan Tepi

Brochin et al. (2008) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa timbal dalam

tubuh mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap sistem syaraf, dimana timbal

memblok reseptor yang dikenal dengan N-methyl-D-aspartate suatu reseptor yang

berfungsi dalam pematangan sel otak. Pelindung peredaran darah otak (blood brain

barrier) terdiri dari sejumlah endotelial sel yang diikat erat satu sama lain.

Endotelial sel ini dikelilingi oleh sel astrocyte yang merupakan sel syaraf terbanyak

dalam otak.

Penelitian menunjukkan bahwa daya racun timbal memegang peranan dalam

komunikasi dari astrocyte dan endotelial sel. Blood brain barrier mempunyai

peranan yang sangat penting dalam mempertahankan cairan dalam sistem syaraf dan

melakukan skrening yang sangat ketat terhadap zat-zat terlarut dalam plasma seperti

asam amino, glucose, kalsium, sodium dan potassium. Bila blood brain barrier

terpapar kadar timbal yang tinggi maka plasma akan merembes ke dalam jaringan

interstitial dan terjadilah edema, maka timbul ensefalopati yang sangat memengaruhi

serebelum. Edema menyebabkan terjadinya tekanan terhadap otak yang bisa

menyebabkan kerusakan otak yang permanen (Brochin et al, 2008).

Universitas Sumatera Utara


Kerusakan otak ini juga akan menimbulkan gejala kurangnya perhatian,

gangguan social behaviour, mathematic skill dan kemampuan membaca, penurunan

kemampuan kognitif, penurunan IQ dari 0-5 setiap kenaikan dari 10 g/dl kadar

timbal dalam darah. Sewaktu masih dalam kandungan, Astrocyte, sel syaraf pada

fetus merupakan sel yang mengalami resiko sangat tinggi oleh keracunan timbal

sebab endotelial sel yang immature dari kapiler otak menyebabkan menurunnya

ketahanan terhadap timbal, mengakibatkan Pb2+ masuk ke dalam sel otak (Brochin

et al, 2008).

Timbal menggantikan kalsium sebagai pengantar rangsangan dalam sel

syaraf, berikatan dengan calmodulin lebih kuat dari pada kalsium, sehingga terjadi

gangguan pembentukan protein. Pb dapat menyebabkan gangguan ensefalopati dan

gangguan saraf perifer terutama jika kadar Pb dalam darah sudah mencapai 80 ug/dl.

Terjadi kerusakan pada arteriol dan kapiler yang mengakibatkan edema otak,

meningkatkan tekanan cairan serebspinal, degenerasi neuron. Secara klinis keadaan

ini disertai dengan munculnya ataksia, stupor, koma dan kejang-kejang (Brochin et

al, 2008).

Pada percobaan secara invitro, akumulasi dari delta-ALA dan protoporpirin

dapat menyebabkan pengaruh toksik terhadap jaringan. Akumulasi delta ALA dalam

hipotalamus dan protoporpirin dalam saraf dorsal dapat menyebabkan ensefalopati

karena keracunan Pb. Keadaan ini dapat menimbulkan gejala epilepsi, halusinasi

dan delirium. Terjadinya neuropati pada saraf tepi karena toksisitas kronis Pb

disebabkan oleh demyelinasi dan degenerasi sel Schwann saraf tersebut diikuti

degenerasi akson. Gangguan neuromuskular nyata terlihat pada paralise dari otot-

Universitas Sumatera Utara


otot ekstensor pergelangan tangan menyebabkan wrist drop dan pada pergelangan

kaki menyebabkan foot drop yang terjadi pada pekerja pabrik (Brochin et al, 2008).

2.7 Toksisitas Timbal

Toksisitas timbal pada anak

Penelitian toksisitas Pb pada anak yang belum sekolah (umur sekitar 3 tahun)

yang tinggal di kawasan kumuh dan di bawah standard hidup layak, dan cenderung

mempunyai kebiasaan makan sembarangan, makan dan minum bahan yang

terkontaminasi Pb menunjukkan gejala hilangnya nafsu makan (anoreksia),

kemudian diikuti dengan rasa sakit perut dan muntah, tidak berkeinginan untuk

bermain, berjalan sempoyongan, sulit berkata-kata, ensepalopati (Molina, 1983).

Pada keracunan kronis Pb dilaporkan oleh Molina (1983) terjadi pada

keluarga pembuat kerajinan tembikar (tanah liat) di daerah Meksiko yang

membandingkan kecerdasan (IQ) diantara anak yang mengandung kadar Pb rendah

dan kadar Pb yang lebih tinggi dalam darah, dapat dilihat pada tabel 2.4. berikut.

Tabel 2.4. Perbandingan Tingkat Kecerdasan (IQ) Rata-rata antara Anak yang
Kandungan Pb dalam Darahnya Rendah dan Tinggi.

Pb Darah Anak umur 2-3 tahun: IQ


Kelompok (ug/dl) Perempuan Laki-laki n A* B** C***
I 63,39 16 17 33 64,81 68,64 65,79
II 26,27 19 11 30 75,13 79,67 74,47

Sumber: Darmono (2001)


A* = full scale, B** = verbal, C*** = performance

Tabel 2.4 menggambarkan bahwa pada kelompok II, IQ anak dengan kadar

timbal dalam darah rata-rata 26,27 ug/dl lebih tinggi yaitu A=75,13; B=79,67 dan

C=74,47 dibanding IQ anak kelompok I dengan kadar timbal dalam darah rata-rata

63,39 ug/dl yaitu A=64,8: B=68,64 dan C=65,79. Tingkat kecerdasan (IQ) pada

Universitas Sumatera Utara


anak yang kadar Pb dalam darahnya tinggi (>40ug/dl) lebih rendah dari IQ anak

yang kadar Pb dalam darahnya rendah (<40ug/dl). Kadar Pb yang tinggi dalam

darah ibu hamil ternyata menyebabkan lahirnya bayi dengan berat badan lahir

rendah (BBLR) (Dietrich et al, 1987).

Rachel Albalak dalam laporannya pada tahun 2001 menemukan kadar timbal

yang tinggi dalam darah anak-anak di Jakarta sebelum diberlakukannya

penghapusan bensin bertimbal di DKI Jakarta pada tahun 2001. Di negara-negara

yang telah melakukan penghapusan pemakaian bensin bertimbal terlebih dahulu

menunjukkan penurunan yang sangat berarti terhadap kadar timbal dalam darah.

(Albalak, 2001).

Brochin et al. (2008) menemukan saat ini 3% anak-anak di Amerika masih

mengandung timbal dalam darahnya melebihi 10 g/dl. Namun demikian data

terakhir menyatakan bahwa gangguan cognitive skill pada anak dapat dijumpai pada

kadar timbal dalam darh sebesar 5 g/dl. Jika dipakai angka ini sebagai nilai ambang

batas maka 26% dari anak-anak di Amerika Serikat terancam keracunan timbal.

Penelitian lebih lanjut menemukan bahwa timbal menyebabkan gangguan kognitif.

Kira-kira ¼ sampai ½ kehilangan IQ point untuk setiap 0,04826 mol/L

peningkatan kadar timbal dalam darah pada anak umur pra-sekolah.. Kehilangan IQ

ini bersifat permanen. Studi lain menemukan terjadi deficit IQ sebesar 0-5 point

untuk setiap kenaikan 10 g/dl. kadar timbal dalam darah. Penurunan kemampuan

kognitif tergambar dalam pengurangan perhatian dan kelakuan antisosial.

Universitas Sumatera Utara


Toksisitas timbal pada dewasa

Keracunan Pb pada orang dewasa kebanyakan terjadi di tempat bekerja.

Gejala yang terlihat adalah penderita terlihat pucat, sakit perut, konstipasi, muntah,

anemia, hipertensi, adanya garis biru di daerah gusi diatas gigi. Pada pemeriksaan

psikologi dan neuropsikologi ditemukan adanya gejala sulit mengingat-ingat (sistem

memori sangat berkurang), konsentrasi menurun, kurang lancar berbicara dan gejala

syaraf lainnya. Konsentrasi Pb dalam darah tergantung kepada lama bekerja di

tempat yang terpapar polusi timbal dan jenis pekerjaan seperti terlihat pada tabel 2.5.

berikut.

Tabel 2.5 Konsentrasi Pb dalam Darah Pekerja Pria di kota Tokyo Sekitar Tahun
1975-1980 (Setelah Minimum Bekerja Selama 5 Tahun)

Pekerja Pemelihara Jalan Raya Pekerja Pabrik Listrik


N Umur Pb dalam Darah N Umur Pb dalam Darah
(th) (ug/dl) (th) (ug/dl)
860 18-58 11,2 5 43 17,8
633 18-58 11,4 6 42 27,4
750 18-58 11,5 6 33 29,8
618 18-58 10,4 6 50 35,9
664 18-58 10,6 8 28 43,4
295 18-58 9,6 5 27 78,0
Sumber: Darmono (2001).

Timbal, kadmium, selenium, nikel dan arsenik dapat menyebabkan mutasi

pada percobaan manusia dan sel-sel lainnya di laboratorium, namun tidak ditemukan

penyakit genetis lainnya selain kanker yang dapat secara jelas dihubungkan dengan

pemaparan terhadap logam. Mutasi adalah perubahan materi genetik yang dapat

mengarah kepada timbulnya kanker, berbagai penyakit atau kerusakan genetik kelak

pada generasi kemudian seperti gangguan mental dan cacat fisik bila mutasi terjadi

pada sel reproduksi dari ovarium atau buah zakar (Kusnoputranto, 1995).

Universitas Sumatera Utara


I Made Jaya dalam penelitiannya di Jakarta mendapatkan dari 115 orang, 95

orang bekerja di jalan raya secara bergantian sift pagi dan siang hari dan 20 orang

bekerja di kantor, kadar Pb dalam darah 2 orang polisi telah melebihi ambang batas

25 µg/dl darah(Wirahadikusuma, 2001).

Harlan et al. (1985) dalam penelitiannya mempergunakan data Second

National Health and Nutrition Examination, pada dewasa pria dan wanita , berkulit

putih dan berkulit hitam berumur 12 sampai 74 tahun menemukan hubungan yang

kuat antara kadar timbal dalam darah dengan tekanan darah sistolik dan tekanan

diastolik dimana kadar timbal yang tinggi dalam darah menyebabkan tekanan darah

yang lebih tinggi. Pengaruh ini terlihat pada rata-rata kadar timbal dalam darah 16,9

µg/dl dengan tekanan darah diastolik yang tinggi dan 16,5 µg/dl dengan tekanan

darah sistolik yang tinggi.

2.8 Interaksi Kalsium dan Timbal dalam Tubuh Manusia

Absorbsi timbal dari saluran pencernaan dapat diganggu oleh kehadiran ion

kalsium karena ion kalsium dan timbal saling berkompetisi. Kalsium mengganggu

ikatan timbal dengan hemoglobin darah dengan adanya kompetisi antara ion Ca dan

Pb sewaktu berikatan dengan hemoglobin darah. Ikatan timbal dalam tulang sama

prosesnya seperti ikatan kalsium dalam tulang. Faktor yang mengganggu terhadap

distribusi kalsium dalam darah juga mengganggu distribusi timbal dalam darah

(Goodman, 2001).

Sehubungan dengan mobilisasi timbal yang disimpan dalam tulang yang

biasanya terjadi pada waktu wanita hamil sehingga memungkinkan terjadinya

kenaikan kadar timbal dalam darah bayi, maka dengan pemberian suplemen kalsium

Universitas Sumatera Utara


kepada si ibu (n=8) sebanyak 1 gr perhari selama kehamilan dan selama 6 bulan

setelah melahirkan. Kadar timbal dalam darah rata-rata 2,4 µg/dl (range 1,4-6,5

µg/dl ). Pemeriksaan darah menunjukkan bahwa mobilisasi timbal dari tulang

selama kehamilan dapat ditunda sehingga kemungkinan kenaikan kadar timbal

dalam darah bayi dapat dihindari, yang dengan sendirinya akan mengurangi efek

kesehatan yang dapat timbul karena keberadaan timbal dalam darah bayi yang

biasanya sangat sensitif (Gulson et al, 2004).

Markowitz et al. (2004) meneliti anak-anak yang mengalami keracunan

timbal kronis yang berumur 1 sampai 6 tahun dengan kadar timbal dalam darah

antara 10 sampai 45 µg/dl yang dipilih secara random dengan double-blinded,

placebo control trial untuk mempelajari efek dari Kalsium suplemen terhadap kadar

timbal dalam darah. Dari 68 pasien, sebanyak 67 orang menyelesaikan pengobatan

selama 3 bulan. Pada pemeriksaan kadar kalsium di darah dan urin pada setiap saat

tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kelompok perlakuan dan

kelompok kontrol. Pada akhir penelitian didapat penurunan kadar timbal dalam

darah kedua group menurun, pemberian kalsium dengan dosis 1800 mg sehari tidak

menunjukkan penurunan kadar timbal dalam darah secara signifikan dibanding

kelompok kontrol. Mereka tidak merekomendasikan pemberian kalsium suplemen

untuk menurunkan kadar timbal dalam darah yang ringan dan sedang pada anak

dengan diet kalsium cukup.

2.9 Manajemen

Sule (2009) menyatakan manajemen adalah sebuah proses yang dilakukan

untuk mewujudkan tujuan organisasi melalui rangkaian kegiatan berupa

Universitas Sumatera Utara


perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian orang-orang serta

sumberdaya organisasi lainnya. Dalam menjalankan fungsi-fungsi manajemen ada

beberapa kegiatan yang terkait dengan setiap fungsi manajemen sperti berikut:

Fungsi Perencanaan (Planning)

• Menetapkan tujuan dan target bisnis

• Merumuskan strategi untuk mencapai tujuan dan target bisnis tersebut.

• Menentukan sumber-sumber daya yang diperlukan

• Menetapkan standar/indikator keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan

target bisnis.

Fungsi Pengorganisasian (Organizing)

• Mengalokasikan sumberdaya, merumuskan dan menetapkan tugas, dan

menetapkan prosedur yang diperlukan

• Menetapkan struktur organisasi yang menunjukkan adanya garis kewenangan

dan tanggung jawab

• Kegiatan perekrutan, penyeleksian, pelatihan, dan pengembangan sumber

daya manusia/tenaga kerja

• Kegiatan penempatan sumber daya manusia pada posisi yang paling tepat

Fungsi Pengimplementasian (Directing)

• Mengimplementasikan proses kepemimpinan, pembimbingan, dan

pemberian motivasi kepada tenaga kerja agar dapat bekerja secara efektif dan

efisien dalam pencapaian tujuan

• Memberikan tugas dan penjelasan rutin mengenai pekerjaan

• Menjelaskan kebijakan yang ditetapkan

Fungsi Pengawasan (Controlling)

Universitas Sumatera Utara


• Mengevaluasi keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target bisnis sesuai

dengan indikator yang ditetapkan

• Mengambil langkah klarifikasi dan koreksi atas penyimpangan yang

mungkin ditemukan

• Melakukan berbagai alternatif solusi atas berbagai masalah yang terkait

dengan pencapaian tujuan dan target bisnis

Sistem manajemen lingkungan

Sistem Manajemen Lingkungan (SML) adalah suatu sistem yang mengatur

proses dan prosedur yang memungkinkan suatu organisasi dapat menganalisis,

mengontrol dan mengurangi pengaruh lingkungan akibat dari aktivitas organisasi

tersebut. EMS sangat cocok untuk semua organisasi baik organisasi pemerintahan

maupun bisnis pribadi. Standar internasional untuk sistem manjemen lingkungan

telah diterbitkan pada bulan September 1996, yaitu ISO 14001 dan ISO 14004.

Standar ini telah diadopsi oleh pemerintah Republik Indonesia ke dalam Standar

Nasional Indonesia (SNI) menjadi SNI-19-14001-1997 (BENEFITA, 2003).

ISO 14001 merupakan standard lingkungan yang bersifat sukarela

(voluntary) yang dapat dipergunakan oleh organisasi/perusahaan yang ingin:

• Menerapkan, mempertahankan, dan menyempurnakan sistem manajemen

lingkungannya

• Membuktikan kepada pihak lain atas kesesuaian sistem manajemen

lingkungannya dengan standard

• memperoleh sertifikat

Beberapa manfaat penerapan ISO adalah:

Universitas Sumatera Utara


• menurunkan potensi dampak terhadap lingkungan

• meningkatkan kinerja lingkungan

• memperbaiki tingkat pemenuhan (compiance) peraturan

• menurunkan resiko pertanggung jawaban lingkungan

• sebagai alat promosi untuk menaikkan citra perusahaan.

ISO 14001 dikembangkan dari konsep Total Quality Management (TQM) yang

berprinsip pada aktivitas PDCA (Plan-Do-Check-Action), sehingga elemen-elemen

utama EMS akan mengikuti prinsip PDCA ini, yang dikembangkan menjadi 6

prinsip dasar EMS yaitu:

• Kebijakan (dan komitmen) lingkungan

• Perencanaan

• Penerapan dan Operasi

• Pemeriksaan dan tindakan koreksi

• Tinjauan manajemen

• Penyempurnaan terus menerus

Pada prinsipnya keenam prinsip ISO 14001-Environmental Management

System=EMS (Sitem Manajemen Lingkungan =SML) diatas dapat dibagi menjadi

17 elemen yaitu:

1. Environmental Policy (kebijakan lingkungan): Pengembangan sebuah

pernyataan kemitraan lingkungan dari suatu organisasi. Kebijakan ini akan

dipergunakan sebagai kerangka bagi penyusunan rencana lingkungan.

2. Environmental aspects (aspek lingkungan): Identifikasi aspek lingkungan

dari produk, kegiatan dan jasa suatu perusahaan, untuk kemudian

menentukan dampak-dampak penting yang timbul terhadap lingkungan.

Universitas Sumatera Utara


3. Legal and other requirements (persyaratan perundang-undangan dan

persyaratan lain): Mengidentifikasi dan mengakses berbagai peraturan dan

perundangan yang terkait dengan kegiatan perusahaan.

4. Objectives and tagets (tujuan dan sasaran): Menetapkan tujuan dan sasaran

lingkungan, yang terkait dengan kebijakan yang telah dibuat, dampak

lingkungan, stakeholders, dan faktor lainnya.

5. Environmental management program(program manajemen lingkungan):

rencana kegiatan untuk mencapai tujuan dan sasarn.

6. Structure and reponsibility(struktur dan tanggung jawab): Menetapkan peran

dan tanggung jawab serta menyediakan sumber daya yang diperlukan.

7. Training awareness and competence (pelatihan, kepedulian dan kompetensi):

Memberikan pelatihan kepada karyawan agar mampu mengemban tanggung

jawab lingkungan.

8. Communication (komunikasi): Menetapkan proses komunikasi internal dan

eksternal berkaitan dengan isu lingkungan.

9. EMS documentation (dokumantasi SML): Mmemelihara informasi SML dan

sistem dokumantasi lain.

10. Document Control (pengendalian dokuman): Menjamin keefektifan

pengelolaan dokumen prosedur dan dokumen lain

11. Operational Control (pengendalian operasional): Mengidentifikasi,

merencanakan dan mengelola operasi dan kegiatan perusahaan agar sejalan

dengan kebijakan, tujuan dan sasaran.

Universitas Sumatera Utara


12. Emergency preparedness and response (kesiapan dan tanggap darurat):

Mengidentifikasi potensi emergency dan mengembangkan prosedur untuk

mencegah dan menaggapinya.

13. Monitoring and measurement (pemantauan dan pengukuran): memantau

aktifitas kunci dan melacak kinerjanya.

14. Nonconformance and corrective and preventive action (ketidaksesuaian dan

tindakan koreksi dan pencegahan): Mengidentifikasi dan melakukan tindakan

koreksi terhadap permasalahan dan mencegah terulang kejadiannya.

15. Records (rekaman): Memelihara rekaman kinerja SML

16. EMS audits (audit SML): Melakukan verifikasi secara periodik bahwa SML

berjalan dengan baik.

17. Management Review (pengkajian manajemen): Mengkaji SML secara

periodik untuk melihat kemungkinan-kemungkinan penyempurnaan

berkelanjutan.

2.10 Manajemen Pencegahan Penyakit

Patogenesis penyakit dalam perspektif lingkungan dan variabel

kependudukan dapat digambarkan dalam teori simpul dimana hubungan simpul satu

dengan yang lain merupakan mata rantai yang dapat diputus agar satu penyakit dapat

dicegah. Teori simpul ini dapat diterapkan dalam pencegahan penyakit infeksi

maupun penyakit non infeksi seperti halnya keracunan timbal kronis, seperti yang

digambarkan pada Gambar 2.5 berikut.

Universitas Sumatera Utara


PENDUDUK:
SUMBER KOMPONEN -Umur SAKIT/
PENYAKIT LINGKUNGAN -Prilaku SEHAT
-Kepadatan,dll

Variabel Lain yang Berpengaruh

Gambar 2.5 Patogenesis penyakit dalam perspektif lingkungan dan variabel


kependudukan. Sumber: Achmadi (2008)

Patogenesis atau proses kejadian penyakit dapat diuraikan ke dalam 4

simpul, yakni simpul 1 kita sebut sebagai sumber penyakit, simpul 2, komponen

lingkungan yang merupakan media transmisi penyakit, simpul 3, penduduk dengan

berbagai variabel kependudukan seperti pendidikan, perilaku, kepadatan, gender,

sedangkan simpul 4, penduduk dalam keadaan sehat atau sakit setelah mengalami

interaksi atau terpapar komponen lingkungan yang mengandung bibit penyakit atau

agent penyakit. Titik simpul pada dasarnya menuntun kita sebagai titik simpul

manajemen. Untuk mencegah penyakit tertentu, tidak perlu menunggu sampai

simpul 4 terjadi. Dengan mengendalikan sumber penyakit, kita dapat mencegah

sebuah proses kejadian hingga simpul 3 atau 4 (Achmadi, 2008)

2.11 Manajemen Kesehatan Kerja

Kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja dengan

pekerjaan dan lingkungan kerjanya baik fisik maupun psikis dalam hal cara/metode

kerja, proses kerja dan kondisi yang bertujuan untuk (Buchari 2007):

Universitas Sumatera Utara


1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja di

semua lapangan kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun

kesejahteraan sosialnya.

2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja yang

diakibatkan oleh keadaan/kondisi lingkungan keja.

3. Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja di dalam pekerjaannya

dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang

membahayakan kesehatan.

4. Menempatkan dan memelihara pekerja disuatu lingkungan pekerjaan yang

sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.

Kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen utama

dalam kesehatan kerja, dimana hubungan interaktif dan serasi antara ketiga

komponen tersebut akan menghasilkan kesehatan kerja yang baik dan optimal.

Kondisi lingkungan kerja (misalnya panas, bising, debu, zat-zat kimia dan lain-lain)

dapat menjadi beban tambahan terhadap pekerja. Beban-beban tambahan tersebut

secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dapat menimbulkan gangguan atau

penyakit akibat kerja. Khusus bagi pekerja yang melakukan aktivitasnya di sektor

nonformal seperti tukang beca, pedagang pinggir jalan, pekerja pinggir jalan yang

melakukan pekerjaan secara mandiri/wiraswasta tanpa dilindungi oleh suatu

perusahaan, maka organisasi yang bertanggung jawab terhadap lingkungan kerjanya

dalam hal ini adalah pemerintah (Ridley, 2008).

Lingkungan kerja dan penyakit akibat kerja

Universitas Sumatera Utara


Penyakit akibat kerja yang berhubungan dengan pekerjaan dapat disebabkan

oleh pemajanan lingkungan kerja. Untuk mengantisipasi dan mengetahui

kemungkinan bahaya di lingkungan kerja ditempuh tiga langkah utama yakni

(Buchari, 2007):

1. Pengenalan lingkungan kerja, ini biasanya dilakukan dengan cara melihat

dan mengenal (walk through inspection), dan ini merupakan langkah dasar

yang pertama dilakukan dalam upaya kesehatan kerja.

2. Evaluasi lingkungan kerja, merupakan tahap penilaian karakteristik dan

besarnya potensi-potensi bahaya yang mungkin timbul, sehingga dapat

ditentukan prioritas dalam mengatasi permasalahan.

3. Pengendalian lingkungan kerja, dimaksudkan untuk mengurangi atau

menghilangkan pemajanan terhadap zat/bahan yang berbahaya di lingkungan

kerja.

Strategi kesehatan kerja meliputi:

1. Mengembangkan kebijakan dan pemantapan manajemen program kesehatan

kerja

2. Meningkatkan Sumber Daya Manusia Kesehatan Kerja

3. Surveilans epidemiologi Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Penyakit Akibat

Hubungan Kerja (PAHK).

4. Intensifikasi Penatalaksanaan Penyakit Akibat Kerja dan Penyakit Akibat

Hubungan Kerja

5. Mengembangkan Sistem Informasi Kesehatan Kerja (SIM-KK)

6. Pengembangan model lingkungan kerja sehat berbasis wilayah

Universitas Sumatera Utara


7. Meningkatkan kemitraan dan promosi kesehatan kerja(Buchari, 2007).

Kebijakan kesehatan kerja:

1. Menggali sumber daya untuk optimalisasi tugas dan fungsi institusi

pelayanan kesehatan dasar dan rujukan pemerintah maupun swasta di bidang

pelayanan kesehatan dan Keselamatan Kerja

2. Meningkatkan profesionalisme para perlaku dalam pembinaan dan pelayanan

kesehatan kerja di pusat, propinsi dan kabupaten/kota.

3. Mengembangkan jaringan kerjasama pelayanan kesehatan dan keselamatan

kerja dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kerja bagi angkatan kerja.

4. Mengembangkan tenaga ahli kesehatan kerja dan dokter kesehatan kerja

sebagai pemberi pelayanan kesehatan utama dengan pelayanan kesehatan

paripurna.

5. Mengembangkan kerjasama lintas sektor dan kemitraan dengan lembaga

swadaya masyarakat, serta organisasi profesi.

6. Mendorong agar setiap angkatan kerja menjadi peserta dana sehat/asuransi

kesehatan sebagai pewujudan keikutsertaannya dalam upaya pemeliharaan

kesehatan diri, keluarga dan lingkungannya.

7. Mengembangkan iklim yang mendorong dunia usaha yang partisipatif dalam

kelembagaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di tempat kerja

8. Mengembangkan peranserta masyarakat pekerja dengan meningkatkan

pembentukan Pos Usaha Kesehatan Kerja (UKK).

Universitas Sumatera Utara


9. Mengembangkan sistem informasi Manajemen Kesehatan dan Keselamatan

Kerja sebagai usaha pemantapan surveilans epidemiologi penyakit dan

kecelakaan akibat kerja(Buchari, 2007).

Promosi kesehatan kerja perlu dilakukan dengan tujuan:

1. Mempengaruhi pekerja untuk menerima dan memelihara gaya hidup yang

sehat dan positif

2. mempengaruhi pekerja untuk menerima dan memelihara kebiasaan makan

makanan dengan kandungan gizi yang optimal

3. Mempengaruhi pekerja untuk berhenti merokok

4. Mempengaruhi pekerja untuk mengurangi/menurunkan atau menghilangkan

penyalahgunaan obat dan alkohol

5. membantu pkerja untuk terbiasa mengatasi stress yang dialami dalam

kehidupannya

6. Mengajarkan pekerja mengenai kemampuan Pertolongan Pertama pada

Kecelakaan (P3K)

7. Mengajarkan pekerja mengenai penyakit umum yang berhubungan dengan

pekerjaannya serta bagaimana mencegah serta meminimalisasi akibatnya.

8. Mengadakan penilaian menyeluruh secara medis (Buchari, 2007).

Tujuan dan sasaran Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

adalah menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesatuan kerja di tempat kerja

dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja

yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit

Universitas Sumatera Utara


akibat kerja, serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif

(Sastrohadiwiryo, 2003).

Silalahi (1985) menyatakan bahwa manajemen sebagai suatu ilmu prilaku yang

mencakup aspek sosial dan eksak tidak terlepas dari tanggung jawab keselamatan

dan kesehatan kerja, baik dari segi perencanaan, maupun pengambilan keputusan

dan organisasi. Baik kecelakaan kerja, gangguan kesehatan, maupun pencemaran

lingkungan harus merupakan bagian dari biaya produksi. Sekalipun sifatnya sosial,

setiap kecelakaan atau tingkat keparahannya tidak dapat dilepaskan dari faktor

ekonomi dalam suatu lingkungan kerja.

Masalah pemakaian alat pelindung diri (APD)

Masalah umum APD: tidak semua APD melalui pengujian laboratorium

sehingga tidak diketahui derajat perlindungannya, tidak nyaman dan kadang-kadang

membuat si pemakai sulit bekerja, APD dapat menciptakan bahaya baru,

perlindungan yang diberikan APD sulit untuk dimonitor, kewajiban pemeliharaan

APD dialihkan dari pihak manajemen ke pekerja, efektifitas APD sering tergantung

”good feet”para pekerja, kepercayaan kepada APD akan menghambat

pengembangan kontrol teknologi yang baru.

Pekerja tidak mau memakai APD dengan alasan: tidak sadar/tidak mengerti,

panas, sesak, tidak enak dipakai, tidak enak dipandang, berat, mengganggu

pekerjaan, tidak sesuai dengan bahaya yang ada, tidak ada sangsi, atasan juga tidak

pakai. Dari pihak perusahaan: tidak disediakan oleh perusahaan, ketidak mengertian,

pura-pura tidak mengerti, alasan bahaya, dianggap sia-sia karena pekerja tidak mau

Universitas Sumatera Utara


memakai. Pengadaan oleh perusahaan: tidak sesuai dengan bahaya yang ada dan asal

beli terutama memilih yang murah (Santoso, 2004).

2.12 Landasan Teori

Dari berbagai penelitian yang telah dikemukakan diatas diketahui bahwa

keracunan timbal kronis walaupun dalam kadar rendah dapat menyebabkan berbagai

gangguan terhadap kesehatan manusia, terutama terhadap sistem hemopoietik,

sistem syaraf, sistem reproduksi, sistem pernafasan, ginjal dan lain-lain, yang

diketahui bahwa hampir semua gangguan kesehatan yang ditimbulkan ini bersifat

permanen. Oleh karena itu harus ditemukan suatu cara pencegahan bagi orang-orang

yang sehari-harinya harus bekerja dalam lingkungan yang tercemar timbal seperti

penarik beca dayung, petugas pengatur lalu lintas, pedagang asongan, pedagang kaki

lima, sopir angkot, sopir taksi dan lain-lain. Untuk mencari formula pencegahan ini,

dalam penelitian ini ditujukan kepada pekerja dewasa yang beresiko tinggi yang

bekerja dan beristirahat di pinggir jalan yang padat lalu lintasnya sehingga tanpa

disadarinya telah terpapar polusi timbal.

Dari penelitian-penelitian terdahulu diketahui bahwa pemberian suplemen

kalsium pada anak sekolah dan pada ibu-ibu hamil dan menyusui dapat menurunkan

kadar timbal dalam darah, namun belum ada penelitian yang dapat menunjukkan

efek kalsium terhadap kadar timbal dalam darah pekerja dewasa yang beresiko

tinggi

Secara konseptual penelitian ini ingin melihat terjadinya perubahan pada

kadar timbal dalam darah pekerja dewasa yang beresiko tinggi di kota Medan pada

saat sebelum dilakukan intervensi suplemen kalsium dan tiga bulan sesudah

Universitas Sumatera Utara


intervensi suplemen kalsium setiap hari, secara berturut-turut. Untuk melihat apakah

pemberian suplemen kalsium setiap hari sebesar 1500 mg mampu menurunkan

kadar timbal dalam darah pekeja dewasa beresiko tinggi, maka dilakukan

pengukuran kadar timbal dalam darah yaitu pertama pada saat sebelum diberikan

suplemen kalsium, kedua setelah tiga bulan pemberian suplemen kalsium.

Faktor lain yang diperkirakan ikut berpengaruh terhadap penurunan kadar

timbal dalam darah juga diukur sebagai independen variabel, seperti jenis kelamin,

umur, lamanya waktu bekerja setiap hari, tempat tinggal berada dipinggir jalan yang

ramai lalu lintasnya, lokasi tempat istirahat yang dipergunakan dan kekerapan

mengkonsumsi makanan kaya kalsium. Guna melihat pengaruh pemberian suplemen

kalsium terhadap kadar timbal dalam darah pekerja dewasa yang beresiko tinggi

maka responden dibagi atas dua kelompok, yaitu kelompok yang mendapat

suplemen kalsium sebesar 1500 mg sehari dan kelompok yang tidak mendapat

suplemen kalsium yang diposisikan sebagai kelompok kontrol.

Landasan teori dari penelitian ini dapat disimpulkan pada Gambar 2.6 berikut:

Universitas Sumatera Utara


KALSIUM BERKOMPETISI DENGAN
TIMBAL

PARU -Tulang
-Otak
KALSIUM TIMBAL -Hati
-Ginjal
-Rambut
DARAH -Kuku
SALURAN
PERORAL -Cairan intra sel
PENCERNAAN
-cairan ekstra sel
-dll

DARAH

EKSKRESI: EKSKRESI: EKSKRESI:


FAECES KULIT GINJAL

Gambar 2.6 Kerangka Teori

2.13 Kerangka Konsep

Kerangka konsep dari penelitian ini menggambarkan timbal yang ada di

udara ambien terhirup oleh pekerja yang beresiko tinggi yang kemudian diberikan

suplemen kalsium untuk menurunkan kadar timbal dalam darahnya, dapat dilihat

pada Gambar 6.7 berikut:

Universitas Sumatera Utara


POLUSI PEMBERIAN SUPLEMEN
TIMBAL DI KALSIUM
UDARA (SUMBERDAYA ALAM)
(LINGKUNGAN)

KADAR TIMBAL
DARAH PEKERJA KADAR TIMBAL
DEWASA YANG DARAH PEKERJA
BERESIKO TINGGI DEWASA YANG
BERESIKO TINGGI

• Jenis Kelamin
• Pekerjaan
• Lama Bekerja
• Kebiasaan Merokok
• Pendidikan
• Tempat Istirahat
• Tempat Tinggal
• Kebiasaan Minum Susu
• Tekanan darah
• Hemoglobin Darah
• Creatinin Darah

REKOMENDASI DALAM USAHA PENCEGAHAN KERACUNAN


TIMBAL DARI UDARA AMBIEN PADA PEKERJA DEWASA
YANG BERESIKO TINGGI

Gambar: 2.7 Kerangka Konsep

Universitas Sumatera Utara


III METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Medan Timur Kota Medan dan

pemeriksaan responden dilakukan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Widya Husada

yang berlokasi di daerah penelitian. Penelitian dilaksanakan dari tanggal 26 Mei

2009 sampai dengan 2 September 2010.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang dipergunakan pada penelitian ini adalah:

• Tablet Kalsium, buatan Mega Esa Farma dengan merk dagang Calcimef

Alat yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah:

• Tensimeter dan stetoskop untuk pengukuran tekanan darah

• Spuit dan syringe lengkap dengan pengawet untuk pengambilan darah

• Spektrofotometer yang dapat mengukur kadar timbal dalam darah (Blood

Lead Level) dalam satuan g/desiliter darah, pemeriksaan Hemoglobin dan

Creatinin darah. Dalam penelitian ini sampel darah diambil oleh petugas

Laboratorium Prodia Medan yang bekerjasama dengan Petrolab Services di

Jakarta.

• Surat Persetujuan Mengikuti Penelitian (Informed Concern)

• Kartu Kontrol Pengambilan Obat

• Kuesioner

Universitas Sumatera Utara


3.3 Rancangan Penelitian

3.3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen dengan clinical trial

design dimana subyek penelitian dibagi menjadi 2 kelompok yang dilakukan secara

acak, satu kelompok sebagai kontrol dan satu kelompok lagi diberi perlakuan

dengan memberikan suplemen kalsium dengan dosis 3 kali 500 mg perhari selama

tiga bulan dan setelah tiga bulan diukur kembali kadar timbal darahnya sebagai hasil

akhir.

Dalam rangka pengelolaan data, penelitian ini adalah penelitian analitik

numerik berpasangan karena data diukur dua kali pada individu yang sama, yakni

sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan pada masing-masing kelompok. (Dahlan,

2006; Sastroasmoro, 2002)

Rancangan studi komponen tersebut adalah sebagai berikut:

KP 0 KP1
RANDOMISASI
KK 0 KK1

Gambar: 3.1. Rancangan Studi

KP0 = Kadar timbal dalam darah awal kelompok perlakuan


KP 1 = Kadar timbal dalam darah setelah 3 bulan perlakuan
KK0 = Kadar timbal dalam darah awal kelompok kontrol
KK1 = Kadar timbal dalam darah setelah 3 bulan kelompok kontrol

3.3.2 Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah adalah pekerja dewasa yang beresiko tinggi

terhadap polusi timbal yang ada di kota Medan, dengan polpulasi terjangkau adalah

pekerja dewasa yang beresiko tinggi seperti penarik beca dayung, penarik beca

Universitas Sumatera Utara


bermesin, pengatur lalu lintas, pedagang kaki lima pekerja di pinggir jalan dan

pengemudi angkutan umum yang berada di Kecamatan Medan Timur Kota Medan

dengan jumlah penduduk 112.108 jiwa (Kota Medan dalam Angka, 2010).

Sampel penelitian ini adalah pekerja dewasa yang beresiko tinggi terhadap

polusi timbal yang dengan suka rela datang ke Rumah Sakit Widya Husada yang

sebelumnya diberi tahu bahwa akan ada pengobatan gratis untuk keracunan timbal.

3.3.3 Kriteria Inklusi:

Murti (2006) menyatakan bahwa retriksi merupakan suatu metode untuk

membatasi subyek penelitian menurut kriteria tertentu yang disebut kriteria

eligibilitas yaitu kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Kriteria inklusi menentukan

subyek-subyek yang boleh dimasukkan ke dalam sampel penelitian. Kriteria

eksklusi menentukan subyek-subyek yang harus digusur ke luar sampel. Sangat

jarang penelitian analitik di bidang kesehatan menggunakan strategi yang murni

pencuplikan random sederhana (SRS), melainkan menggunakan campuran (hibrida)

strategi pencuplikan purposif dan pencuplikan random.

Dalam penelitian ini kriteria inklusi adalah sebagai berikut:

• Dewasa (umur diatas 18 tahun), laki-laki dan perempuan

• Lamanya menjadi pekerja dewasa yang beresiko tinggi : minimal 2 tahun

• Bersedia mengikuti penelitian dengan menadatangani Formulir Persetujuan

Ikut dalam Penelitian

Universitas Sumatera Utara


3.3.4 Kriteria eksklusi:

• Penderita penyakit kegagalan ginjal. Dalam hal ini penentuan kegagalan

ginjal hanya dilakukan dengan anamnese dan pemeriksaan fisik tanpa

• dilakukan pemeriksaan laboratorium. Pada pemeriksaan fisik antara lain

muka sembab, anemi berat, kaki sembab dan keadaan umum lemah.

• Tidak dalam keadaan hamil atau menyusui

• Tidak datang kontrol sesuai dengan prosedur yang telah dijelaskan.

• Mengundurkan diri, setelah diberikan penjelasan.

3.3.5 Besar Sampel

Cara perhitungan sampel yang digunakan untuk rancangan quasi

eksperimental penelitian analitik numerik berpasangan karena data diukur dua kali

pada individu yang sama, yakni sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan adalah:

(Dahlan, 2006, Satroasmoro, 2002)

( Z + Z )S 2
N1 = N2 =
(X1-X2 )
Keterangan:

Z = deviat baku alpha

Z = deviat baku beta

S = simpang baku gabungan dari penelitian terdahulu

X1-X2 = selisih rerata minimal yang dianggap bermakna (pada penelitian ini = 2)

N = jumlah sampel

Untuk mendapatkan nilai simpang baku gabungan dipakai rumus: (Dahlan,2006)

S12(n1-1) + (S22(n2-1)
S= -------------------------
n1 + n2 -2

Universitas Sumatera Utara


Mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Ettinger (2009) sehubungan dengan

efek pemberian suplemen kalsium pada ibu-ibu hamil dengan n1 = 334 orang dan n2

=336, didapat S1 = 2,0 dan S2 = 2,0 dan setelah nilai ini dimasukkan ke rumus diatas,

didapat hasil:

4 (334-1) + 4 (336-1)
S=
334+336 – 2

S= 4=2

Setelah nilai S dimasukkan kedalam rumus penentuan jumlah sampel diatas maka

didapat hasil sebagai berikut:

2
( Z + Z )S
2
N1 = N2 = -------------
X1-X2

2
N1=N2 = (1,64 + 1,28 )2
2
N1 = N2 = (4,2632) 2

N1 = N2 = 18,1784

Jadi jumlah sampel minimal dalam penelitian ini adalah 18 orang untuk kelompok

perlakuan dan 18 orang untuk kelompok kontrol.

Pratiknya (2003) menyatakan: “Pada penelitian trial klinik untuk menetapkan

aspek farmakokinetik obat misalnya, jumlah sampel sekitar 20 orang yang benar-

benar dipilih secara random sudah dianggap adekuat.”

Universitas Sumatera Utara


3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Cara Pengambilan Sampel

Beberapa hari sebelum pelaksanaan penelitian melalui tokoh masyarakat

yang mempunyai hubungan dekat dengan pekerja dewasa yang beresiko tinggi

keracunan timbal kronis diberitahukan bahwa akan ada pegobatan secara gratis

terhadap keracunan timbal kronis di Rumah Sakit Widya Husada di Medan pada

tanggal 26 Mei 2009.

Pada hari pelaksanaan penelitian para pekerja datang satu persatu mulai dari

jam 8.00 pagi sampai dengan jam 18.00 WIB sore. Pada setiap pekerja yang datang

dilakukan pemeriksaan kesehatan dan tekanan darah. Pekerja yang memenuhi

kriteria inklusi ditawarkan untuk mengikuti penelitian ini dengan sukarela, untuk ini

pekerja menandatangani form Pernyataan Bersedia Mengikuti Penelitian (Informed

Consent). Selanjutnya responden mengisi form kuesioner yang telah disediakan.

Pekerja dibagi menjadi 2 kelompok dengan mempergunakan simple random

sampling yaitu dengan mengambil satu gulungan kertas dari setumpukan yang berisi

tulisan “kontrol” dan tulisan “perlakuan” yang disediakan masing-masing 75 buah.

Pekerja yang mendapat kertas dengan tulisan “kontrol” dimasukkan ke dalam

kelompok kontrol sedangkan pekerja yang mendapat gulungan kertas bertulisan

“perlakuan” dimasukkan ke dalam kelompok perlakuan, sehingga dari sampel yang

telah terdaftar sebanyak 150 orang, dialokasikan kedalam kelompok kontrol

sebanyak 75 orang (tanpa pemberian suplemen kalsium) dan kelompok perlakuan

(dengan suplemen kalsium). Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan Pratiknya

(2003) bahwa pada penelitian dengan subyek manusia, dimana cara random murni

tidak mungkin dilakukan.

Universitas Sumatera Utara


Langkah-langkah pengambilan sampel terlihat seperti berikut:

Populasi heterogen dilakukan skrining


menurut kriteria inklusi dan eksklusi

Populasi homogen

Sampel dibagi dua dengan SAMPEL: 150 orang


mengambil salah satu
gulungan kertas yang
masing-masing
bertuliskan ”kontrol” dan
”sampel”

Perlakuan: 75 orang Kontrol: 75 orang

Gambar: 3.2. Langkah-langkah Pengambilan Sampel

3.4.2 Pemeriksaan Kadar Timbal dalam Darah

Pada awal penelitian diperiksa kadar timbal dalam darah awal (Blood Lead

Level} semua sampel 150 orang, yaitu kelompok kontrol 75 orang dan kelompok

perlakuan 75 orang. Sampel darah diambil berupa darah vena sebanyak 10 cc yang

dilakukan secara steril oleh petugas Laboratorium Klinik Prodia, Jl. S.Parman

Medan. Kelompok perlakuan diberikan konsumsi suplemen tablet kalsium dengan

nama dagang Calcimef buatan Mega Esa Farma, berisi 500 mg Calcium Lactate

dengan dosis 3 x 1 tablet sehari. Tablet Kalsium diberikan untuk persediaan setiap

satu minggu selama 12 minggu (tiga bulan). Setelah tiga bulan, pada akhir

Universitas Sumatera Utara


penelitian dilakukan pemeriksaan kadar timbal, hemoglobin dan kreatinin darah baik

dari kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol.

3.4.3 Ethical Clearance dan Informed Consent

Sebelum pelaksanaan penelitian dilakukan:

a. Persetujuan pelaksanaan penelitian didapat dari Health Research Ethical

Committee of North Sumatera No154/KOMET/FK USU/2009 tanggal 30

Mei 2009. karena penelitian ini dilaksanakan di lapangan dengan

memakai manusia sebagai obyek penelitian, syarat-syarat penelitian

harus dipenuhi (ethical clearence)

b. Informed consent

Setiap peserta penelitian menandatangani Formulir Persetujuan untuk

Ikut dalam Penelitian, setelah mendapat penjelasan dari Tim Peneliti.

Penjelasan tersebut meliputi:

• Bahwa akan dilakukan pemeriksaan tubuh secara fisik

• Bahwa akan dilakukan pengambilan contoh darah

• Bahwa bagi kelompok perlakuan harus makan obat secara

teratur

• Bahwa responden harus datang setiap minggu untuk kontrol

• Bahwa penelitian ini tidak akan menimbulkan gangguan pada

kesehatan

• Kalau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan agar responden

datang memeriksakan diri.

Universitas Sumatera Utara


3.4.4 Definisi Operasional:

Variabel Definisi Operasional Jenis Data/ Alat Ukur Cara Ukur Kategori
Skala Ukur
Kadar Timbal dalam Kadar timbal darah respon- Rasio ( g/dl) Spectrofotometer Analisis sampel darah -
Darah Awal den diukur pada awal studi vena
Kadar Timbal Darah Kadar timbal darah respon- Rasio ( g/dl) Spectrofotometer Analisis sampel darah -
Akhir den diukur pada akhir studi vena
Jenis Kelamin Perbedaan jenis kelamin Nominal Kuesioner Wawancara 1.Pria
responden 2.Wanita
Pekerjaan Pekerjaan yang beresiko Nominal Kuesioner Wawancara 1.Tukang beca dayung
tinggi keracunan timbal 2.Tukang beca mesin
3.Pedagang
Lama Bekerja Lama bekerja di pinggir jalan Nominal Kuesioner Wawancara 1.> 5 jam sehari
2.< 5 jam sehari
Kebiasaan Merokok apakah responden menghisap Nominal Kuesioner Wawancara 1.Ya
rokok setiap hari 2.Tidak
Pendidikan Ijazah yang dipunyai Nominal Kuesioner Wawancara 1.SD
2.SMP
3.SMA
4.Perguruan Tinggi
Tempat Istirahat Lokasi tempat istirahat siang Nominal Kuesioner Wawancara 1.di rumah
hari 2.di pinggir jalan
Tempat Tinggal Lokasi tempat tinggal Nominal Kuesioner Wawancara 1.Pinggir jalan raya
2.dalam gang
Kebiasaan Minum Susu Apakah responden minum Nominal Kuesioner Wawancara 1.Ya
susu setiap hari 2.Tidak
Tekanan Darah Hasil ukur tekanan darah Rasio Sphygmomanometer NOVA Tesameter 1.tekanan sistolis
2.tekanan diastolis
Hemoglobin Darah Kadar Hb darah (mg%) Rasio Spectrofotometer Analisis sampel darah -
vena
Creatinin darah Kadar creatinin darah (mg%) Rasio Spectrofotometer Analisis sampel darah -
vena

Universitas Sumatera Utara


3.4.5 Metode Pengumpulan Data

a. Data primer :

1. Pengumpulan data dengan bantuan kuesioner berupa:

• Jenis Kelamin

• Pekerjaan

• Lama Bekerja

• Kebiasaan Merokok

• Pendidikan

• Tempat Istirahat

• Tempat Tinggal

• Kebiasaan Minum Susu

2. Pengukuran kadar timbal di dalam darah, tekanan darah, hemoglobin, dan

kreatinin darah menggunakan jasa laboratorium klinik.

3. Wawancara dengan Key Person di Dinas Kesehatan Kota Medan.

b. Data sekunder:

• Gambaran umum lokasi penelitian diambil dari Laporan Tahunan

Kota Medan dalam buku Kota Medan dalam Angka.

• Kualitas udara kota Medan khususnya polusi timbal diambil dari

penelitian-penelitian terdahulu di kota Medan.

• Literatur mengenai kebijakan Dinas Kesehatan Kota Medan

terhadap pekerja dewasa yang beresiko tinggi terhadap keracunan

timbal pada saat ini.

Universitas Sumatera Utara


3.4.6 Analisa data

Untuk menjawab tujuan penelitian dilakukan analisa data sebagai berikut:

1. Analisis Univariat, dipergunakan untuk menjelaskan

karakteristik dari responden, hasilnya disajikan dalam bentuk

tabel distribusi frekuensi.

2. Analisis Bivariat dengan melakukan uji t-berpasangan untuk:

• Mengetahui hubungan karakteristik responden dengan

kadar timbal dalam darah

• Mendapatkan beda kadar timbal dalam darah awal dari

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan

• Mendapatkan beda kadar timbal dalam darah akhir dari

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.

• Mendapatkan beda rata-rata penurunan kadar timbal

dalam darah antara kelompok kontrol dan kelompok

perlakuan.

3. Analisis Multi Variat, menggunakan analisis Regresi Linier

Ganda (Multiple Regretion) untuk mencari faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap kadar timbal dalam darah, sekaligus

untuk memperoleh model prediksi kadar timbal dalam darah

responden.

4. Melakukan analisis Kekuatan (Strengths), Kelemahan

(Weaknesses), Peluang (Opportunities) dan Ancaman

(Threats) yang dikenal dengan Analisis SWOT untuk

Universitas Sumatera Utara


merekomendasikan kebijakan terhadap pekerja dewasa yang

beresiko tinggi terhadap keracunan timbal.

3.5 Variabel yang Diamati

Variabel independen :

• Suplemen Kalsium,

• Jenis Kelamin

• Pekerjaan

• Lama Bekerja

• Kebiasaan Merokok

• Pendidikan

• Tempat Istirahat

• Tempat Tinggal

• Kebiasaan Minum Susu

• Tekanan darah

• Hemoglobin Darah

• Creatinin Darah

Variabel Dependen: Kadar Timbal Darah (Blood Lead Level = BLL)

Universitas Sumatera Utara


IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Kota Medan

Lokasi penelitian dapat dilihat pada peta Kota Medan dibawah ini.

LOKASI
PENELITIAN

Gambar 4.1 Peta Kota Medan dan Lokasi Penelitian

Letak geografis

Secara geografis kota Medan terletak di Propinsi Sumatera Utara, di

sebelah barat, timur dan selatan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan

di sebelah utara berbatasan langsung dengan laut selat Malaka, terletak pada

koordinat 30 30’ - 30 43’ Lintang Utara dan 980- 98044’ Bujur Timur. Secara

topografi, kota Medan cenderung miring ke arah utara dan berada pada

Universitas Sumatera Utara


ketinggian 2,5-37,5 meter di atas permukaan laut. Kota Medan mempunyai iklim

tropis dengan kisaran suhu minimum 23,20C - 24,30C dan suhu maksimum

berkisar 30,80C-33,20C dengan kelembaban berkisar 84-85% serta kecepatan

angin rata-rata sebesar 0,48/sec. Kota Medan memiliki luas 26.510 Ha atau sama

dengan 265,10 Km2 atau sama dengan 3,6% dari total luas Provinsi Sumatera

Utara.

Penduduk kota Medan

Penduduk kota Medan pada tahun 2005 berjumlah 2.036.185, sedangkan

pada tahun 2010 meningkat menjadi 2.067.288 yang tersebar pada 21 Kecamatan,

dengan kepadatan penduduk rata-rata adalah 72,3 jiwa/Ha. Jumlah penduduk

tersebut ditambah dengan penduduk sekitar kota Medan yang sehari-hari bekerja

di Medan, yaitu Binjai, Tembung, Tanjung Morawa, Batang Kuis, Pancur Batu

dan sekitarnya sebanyak lebih kurang 500.000 orang.

Alat Transportasi di kota Medan dan sekitarnya

Jumlah kendaraan bermotor di Kota Medan berada pada urutan ketiga di

Indonesia sesudah Jakarta dan Surabaya, tetapi dari ratio kendaraan

bermotor/penduduk, kota Medan berada pada urutan kedua sesudah Jakarta.

Pertumbuhan jumlah kendaraan di kota Medan rata-rata 5,61 % (Girsang 2008).

data jumlah kendaraan pada SAMSAT Kota Medan pada tahun 2010 Jumlah

Kendaraan yang terdaftar di Depatemen Perhubungan Kota Medan Tahun 2007

dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2 berikut.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.1 Jumlah Kendaraaan yang Terdaftar di SAMSAT Kota Medan
No Jenis Kendaraan Jumlah Perincian Kepemilikan
1 Sedan 65.220 58.827 Perorangan
4.556 Perusahaan
1.837 Pemerintahan
2 Station Wagon 5.270 5.032 Perorangan
114 Perusahaan
124 Pemerintahan
3 Mini Bus 182.031 125.397 Perorangan
55.868 Perusahaan
766 Pemerintahan
4 Jeep 46.010 43.497 Perorangan
53 Perusahaan
2.460 Pemerintahan
5 Bus 20.849 9.621 Perorangan
10.983 Perusahaan
245 Pemerintahan
6 Micro Bus 8.743 3.734 Perorangan
4.578 Perusahaan
251 Pemerintahan
7 Pick Up 68.576 42.552 Perorangan
24.910 Perusahaan
1.114 Pemerintahan
8 Delivery Van 1.018 875 Perorangan
123 Perusahaan
20 Pemerintahan
9 Truk 111.940 89.371 Perorangan
21.704 Perusahaan
865 Pemerintahan
10 Truk Tanki 11.995 4.665 Perorangan
7.226 Perusahaan
104 Pemerintahan
11 Dobble Cabin 313 227 Perorangan
11 Perusahaan
75 Pemerintahan
12 Sepeda Motor 2.726.422 2.660.327 Perorangan
2.358 Perusahaan
63.737 Pemerintahan
13 Scooter 396.470 250.746 Perorangan
25.283 Perusahaan
120.441 Pemerintahan
14 Kendaraan Pemadam Kebakaran 96 45 Perusahaan
51 Pemerintahan
15 Ambulan 539 294 Perorangan
245 Pemerintahan
15 Mobil Jenazah 112 63 Perorangan
49 Pemerintahan
Sumber: SAMSAT Kota Medan (2010)

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.2 Jumlah Kendaraan yang terdaftar di Depatemen Perhubungan Kota
Medan Tahun 2007

No Jenis Kendaraan Jumlah


1 Penumpang Umum 189.157
2 Mobil gerobak 120.328
3 Bus 12.741
4 Sepeda Motor 1.103.707
5 Mobil Pribadi Tidak ada data
Sumber: Girsang (2008)

4.2 Gambaran Kadar Timbal di Udara Kota Medan

Kadar Pb di udara Terminal bus Amplas dan Terminal Bus Pinang Baris

di kota Medan yang diteliti oleh Girsang pada tahun 2008 didapat sebesar > 2 µg/

m (3,228 ± 0 µg/ m ) pada pos-pos yang padat kendaraan bermotornya dan pada

pos-pos yang kurang padat kendaraan bermotornya kadar Pb dalam udara adalah

< 2 µg/ m (0,889-1,385 µg/m ) sedangkan kadar Pb dalam darah petugas Dinas

Perhubungan yang bertugas ditempat tersebut adalah 5-10 µg/dl (Girsang 2008).

Sitohang (2001) menemukan kadar timbal di udara ambien Terminal Amplas

sebesar 32,67 µg/m , Terminal Pinang Baris sebesar 23,0 µg/m dan di Komplek

Perumahan Setia Budi Indah sebesar 5,89 µg/m .

4.3 Hasil Penelitian:

4.3.1 Karakteristik Responden

Pada awal penelitian tercatat 150 responden yang memenuhi kriteria inklusi

yaitu: dewasa, lamanya menjadi pekerja yang beresiko tinggi 2 tahun, tidak

menunjukkan gejala menderita penyakit ginjal dan bersedia mengikuti penelitian

dengan menadatangani Formulir Persetujuan Ikut dalam Penelitian. Responden

secara acak dibagi menjadi 2 kelompok yakni 75 orang sebagai kelompok

Universitas Sumatera Utara


perlakuan dan 75 orang sebagai kelompok kontrol. Responden diminta datang

setiap minggu untuk kontrol dan penambahan obat kalsium bagi kelompok

perlakuan. Setiap minggu berikutnya terjadi penurunan jumlah responden, pada

akhir penelitian didapat 41 orang dan 46 orang untuk masing-masing kelompok.

Tabel 4.3 Karakteristik Responden


Karakteristik Kelompok Kontrol Kelompok Perlakuan
N 46 41
Umur, x±SD, tahun 49,35±12,8 46,37±12,66
Jenis Kelamin, n(%)
• Laki-laki 42 (91,3) 40 (97,6)
• Perempuan 4 (8,7) 1 (2,4)
Pekerjaan, n(%)
• Becak Mesin 9 (19,6) 12 (29,3)
• Becak Dayung 29 (63) 22 (53,7)
• Pedagang pinggir jalan 8 (17,4) 7 (17,1)
Lama Bekerja, n(%)
• > 5 jam 32 (69,6) 35 (85,4)
• < 5 jam 14 (39,4) 6 (14,6)
Kebiasaan Merokok, n(%)
• Merokok 31 (67,4) 29 (70,7)
• Tidak Merokok 15 (32,6) 12 (29,3)
Pendidikan
• SD 16 (34,8) 9 (22)
• SMP 16 (34,8) 20 (48,8)
• SMA 14 (30,4) 12 (29,3)
Tekanan darah
• Sistolik 121,96±28,49 115,12±20,39
• Diastolik 77,39±14,21 73,17±10,83
Hemoglobin 13,96±1,27 14,54±1,07
Tempat Istirahat
• Pinggir Jalan 24 (52,2) 18 (43,9)
• Rumah 22 (47,8) 23 (56,1)
Tempat Tinggal
• Pinggir Jalan 18 (39,1) 18 (43,9)
• Gang 28 (60,9) 23 (56,1)
Kebiasaan Minum Susu
• Tidak 32 (69,6) 20 (48,8)
• Ya 14 (30,4) 21 (51,2)
Kebiasaan Meminum Alkohol
• Ya 8 (17,4) 9 (21,95)
• Tidak 38 (82.6) 32 (78,05)

Universitas Sumatera Utara


• Sebaran umur responden dari kelompok kontrol hampir sama dengan

kelompok perlakuan, rata-rata 49,35±12,8 tahun pada kelompok kontrol

dan 46,37±12,66 tahun pada kelompok perlakuan.

• Sebaran responden terdiri dari sebagian besar laki-laki pada kelompok

kontrol maupun pada kelompok perlakuan, 92,3% pada kelompok kontrol

dan 97,6% pada kelompok perlakuan, sedangkan perempuan 8,7% pada

kelompok kontrol dan 2,4% pada kelompok perlakuan.

• Sebaran pendidikan responden terbanyak SD dan SMP pada kelompok

kontrol masing-masing 34,8% dan SMA 30,4%, sedangkan pada

kelompok perlakuan pendidikan responden yang terbanyak adalah SMP

sebesar 48,8%, diikuti SMA 29,3% dan SD 22%.

• Pekerjaan responden pada kelompok kontrol yang terbanyak adalah

penarik Beca Dayung sebanyak 63% diikuti penarik Beca Mesin sebanyak

19,6% dan Pedagang pinggir jalan sebanyak 17,4%. Pada kelompok

perlakuan pekerjaan responden terbanyak adalah penarik Beca Dayung

(53,7%), diikuti penarik Beca Mesin sebanyak 29,3 % dan Pedagang

pinggir jalan sebanyak 17,1%.

• Sebagian besar responden bekerja lebih dari 5 jam sehari ditempat yang

terpapar polusi timbal yaitu 69,6% pada kelompok kontrol dan 85,4%

pada kelompok perlakuan. Yang bekerja kurang dari 5 jam perhari 39,4%

pada kelompok kontrol dan 14,6% pada kelompok perlakuan.

• Sebagian besar responden adalah perokok yaitu 67,4% pada kelompok

kontrol dan 70,7% pada kelompok perlakuan sedangkan yang tidak

Universitas Sumatera Utara


perokok adalah 32,6 % pada kelompok kontrol dan 29,3% pada kelompok

perlakuan.

• Tekanan darah sistolis rata-rata 121,96±28,49 mm Hg pada kelompok

kontrol dan 115,12±20,39 mm Hg pada kelompok perlakuan sedangkan

tekanan diastolis 77,39±14,21 mmHg pada kelopok kontrol dan

73,17±10,83 pada kelompok perlakuan.

• Kadar Hemoglobin darah 13,96±1,27 mg% pada kelompok kontrol dan

14,54±1,07 mg% pada kelompok perlakuan.

• Responden yang beristirahat di Pinggir Jalan pada siang hari adalah

52,2% pada kelompok kontrol dan 43,9% pada kelompok perlakuan

sedang kan yang beristirahat di rumah pada siang hari adalah 47,8% pada

kelompok kontrol dan 56,1% pada kelompok perlakuan.

• Tempat tinggal responden 39,1% di pinggir jalan besar pada kelompok

kontrol dan 43,9% pada kelompok perlakuan sedangkan yang tinggal di

dalam gang 60,9% pada kelompok kontrol dan 56,1% pada kelompok

kontrol.

• Kebiasaan meminum susu sebanyak 30,4% pada kelompok kontro dan

51,2% pada kelompok perlakuan, sedangkan yang tidak biasa minum susu

adalah 69,6% pada kelompok kontrol dan 48,8 % pada kelompok

perlakuan.

• Kebiasaan meminum alkohol sebesar 82,6 % pada kelompok kontrol dan

78% pada kelompok perlakuan, sedangkan yang tidak peminum alkohol

sebesar 17,4% pada kelompok kontrol dan 22% pada kelompok

perlakuan.

Universitas Sumatera Utara


4.3.2 Perbedaan Rata-rata Kadar Timbal dalam Darah Sebelum dan
Sesudah Pemberian Kalsium

Kadar timbal dalam darah responden dari kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan menunjukkan hasil seperti pada Tabel 4.4, 4.5, 4.6 dan 4.7

berikut.

Tabel 4.4 Kadar Timbal Rata-rata dalam Darah Sebelum dan Sesudah Pemberian
Kalsium
Kadar Timbal dalam darah
x±SD ( g/dl) P 95% CI
Awal Akhir
Kelompok Kontrol 6,11±3,57 4,16±1,46 0,002 0,79 – 3,12
Kelompok Perlakuan 10,35±3,36 3,2±1,58 0,001 5,87 – 8,42

Tabel 4.4 menunjukkan kadar timbal dalam darah awal pada kelompok

kontrol adalah 6,11±3,57 g/dl dan kadar timbal dalam darah tanpa ada

perlakuan sesudah 13 minggu adalah 4,16±1,46 g/dl (p=0,002). Kadar timbal

dalam darah awal pada kelompok perlakuan adalah 10,35±3,36 g/dl dan kadar

timbal dalam darah sesudah perlakuan selama 12 minggu adalah 3,2±1,58 g/dl.

Terdapat perbedaan yang bermakna antara kadar timbal dalam darah sebelum dan

sesudah perlakuan (p<0,005) baik pada kelompok kontrol maupun pada

kelompok perlakuan namun perbedaan ini lebih nyata pada kelompok perlakuan

(p=0,001) pada CI=95%.

Tabel 4.5 Perbedaan Rata-rata Kadar Timbal dalam Darah Sebelum Pemberian
Kalsium pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan
Kadar Timbal Kelompok: N Mean P CI
Darah Awal

Perlakuan 41 10,3463 0,001 95%


Kontrol 46 6,1109

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.5 menunjukkan bahwa sebelum pemberian kalsium kadar timbal

darah antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol terdapat perbedaan yang

bermakna, p=<0,05 (p=0,001).

Tabel 4.6 Perbedaan Kadar Timbal dalam Darah Sesudah Intervensi pada
Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan

Kadar Timbal Kelompok: N Mean P CI


Darah Akhir
Perlakuan 41 3,2024
Kontrol 46 4,1550 0,005 95%

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa sesudah intervensi kadar timbal darah

antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol terdapat perbedaan yang

bermakna p=<0,05 (p=0,005).

Tabel 4.7 Perbedaan Rata-rata Penurunan Kadar Timbal dalam Darah Kelompok
Kontrol dan Kelompok Perlakuan

Rata-rata Penurunan Kelompok: N Mean P CI


Kadar Timbal Darah
Awal-akhir Perlakuan 41 7,1439 0,001 95%
Kontrol 46 1,9559

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa rata-rata penurunan kadar timbal dalam

darah sesudah intervensi antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol

terdapat perbedaan yang bermakna p=<0,05 (p=0,001).

Gambar 4.2 dibawah ini menggambarkan kadar timbal darah awal dan kadar

timbal darah akhir pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dalam bentuk

bar chart.

Universitas Sumatera Utara


Gambar : 4.2 Kadar timbal darah awal dan kadar timbal darah akhir pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan

4.3.3 Hubungan Karakteristik Individu dengan Kadar Timbal dalam Darah


Awal pada Kelompok Kontrol

Hubungan antara karakteristik individu dengan kadar timbal dalam darah

awal pada kelompok kontrol terlihat pada tabel Tabel 4.8 yang menggambarkan

bahwa pada kelompok kontrol tidak ada perbedaan yang bermakna kadar timbal

dalam darah awal pada jenis kelamin laki-laki dan perempuan, pada jenis

pekerjaan penarik beca mesin, penarik beca dayung maupun pedagang pinggir

jalan. Demikian juga pada yang lama bekerja lebih dari 5 jam sehari dengan yang

kurang dari 5 jam sehari. Pada responden yang merokok dan tidak merokok juga

tidak didapat perbedaan kadar timbal dalam darah secara bermakna. Perbedaan

pendidikan SD,SMP dan SMA juga tidak menunjukkan perbedaan yang

bermakna dalam kadar timbal darah, demikian juga tempat istirahat di pinggir

jalan dengan tempat istirahat dalam rumah. Hal yang sama dijumpai pada

Universitas Sumatera Utara


responden yang punya kebiasaan minum susu dan yang tidak minum susu serta

responden yang peminum alkohol dan yang tidak peminum alkohol juga tidak

menunjukkan perbedaan kadar timbal dalam darah secara bermakna (p>0,005).

Hanya pada responden yang mempunyai rumah di pinggir jalan dan yang tinggal

dalam gang menunjukkan perbedaan kadar timbal dalam darah secara bermakna

(p<0,005).

Tabel 4.8 Hubungan Karakteristik Individu dengan Kadar Timbal dalam Darah
Awal pada Kelompok Kontrol
Karakteristik: Kadar Timbal Darah Awal P
X±SD ( g/dl)
Jenis Kelamin, n(%)
• Laki-laki 5,55±2,72 0,128
• Perempuan 12,03±6,22
Pekerjaan, n(%)
• Becak Mesin 5,61±4,10 0,124
• Becak Dayung 5,62±0,41
• Pedagang pinggir jalan 8,45±2,19
Lama Bekerja, n(%)
• > 5 jam 5,68±2,88 0,22
• < 5 jam 7,10±4,77
Kebiasaan Merokok, n(%)
• Merokok 6,11±3,82 0,99
• Tidak Merokok 6,11±3,09
Pendidikan
• SD 5,74±1,67 0,632
• SMP 6,81±5,57
• SMA 5,73±2,01
Tempat Istirahat
• Pinggir Jalan 5,84±3,02 0,598
• Rumah 6,40±4,13
Tempat Tinggal
• Pinggir Jalan 4,57±2,41 0,017
• Gang 7,10±3,86
Kebiasaan Minum Susu
• Tidak 6,68±3,88 0,103
• Ya 4,81±2,34
Kebiasaan Minum Alkohol
• Ya 4,86±1,64 0,281
• Tidak 6,37±3,81

Universitas Sumatera Utara


4.3.4 Hubungan Karakteristik Individu dengan Kadar Timbal dalam Darah
Awal pada Kelompok Perlakuan

Hubungan karakteristik individu dengan kadar timbal dalam darah pada

awal penelitian pada kelompok perlakuan tergambar pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.9 Hubungan Karakteristik Individu dengan Kadar Timbal dalam Darah
Awal pada Kelompok Perlakuan
Karakteristik Kadar Timbal Darah Awal P
x±SD
Jenis Kelamin, n(%)
• Laki-laki Data tidak dapat dianalisis
• Perempuan Karena data homogen
Pekerjaan, n(%)
• Becak Mesin 9,39±3,29 0,455
• Becak Dayung 10,92±3,15
• Pedagang pinggir jalan 10,19±4,18
Lama Bekerja, n(%)
• > 5 jam 10,20±2,88 0,685
• < 5 jam 11,22±5,72
Kebiasaan Merokok, n(%)
• Merokok 10,59±3,42 0,471
• Tidak Merokok 9,75±3,26
Pendidikan
• SD 10,27±4,14 0,958
• SMP 10,24±3,04
• SMA 10,59±3,52
Tempat Istirahat
• Pinggir Jalan 9,59±3,13 0,598
• Rumah 10,53±3,48
Tempat Tinggal
• Pinggir Jalan 10,58±3,28 0,701
• Gang 10,17±3,48
Kebiasaan Minum Susu
• Tidak 10,81±3,94 0,400
• Ya 9,91±2,71
Kebiasaan Minum Alkohol
• Ya 11,37±3,77 0,308
• Tidak 10,06±3,24

Tabel 4.9 menggambarkan bahwa pada kelompok perlakuan tidak ada perbedaan

yang bermakna kadar timbal dalam darah awal pada jenis kelamin laki-laki dan

perempuan, pada jenis pekerjaan penarik beca mesin, penarik beca dayung

Universitas Sumatera Utara


maupun pedagang pinggir jalan. Demikian juga pada yang lama bekerja lebih

dari 5 jam sehari dengan yang kurang dari 5 jam sehari. Pada responden yang

merokok dan tidak merokok juga tidak didapat perbedaan kadar timbal dalam

darah secara bermakna. Perbedaan pendidikan SD,SMP dan SMA juga tidak

menunjukkan perbedaan yang bermakna dalam kadar timbal darah, demikian

juga tempat istirahat di pinggir jalan dengan tempat istirahat dalam rumah.

Responden yang mempunyai rumah di pinggir jalan dan yang tinggal dalam gang

juga tidak menunjukkan perbedaan kadar timbal dalam darah secara bermakna.

Hal yang sama dijumpai pada responden yang punya kebiasaan minum susu dan

yang tidak minum susu serta responden yang peminum alkohol dan yang tidak

peminum alkohol juga tidak menunjukkan perbedaan kadar timbal dalam darah

awal secara bermakna (p>0,005).

4.3.5 Analisis Korelasi dan Regresi Umur, Tekanan Darah Sistolik,


Tekanan Darah Diastolik, Hemoglobin, Kreatinin dan Kadar
Timbal darah Awal dengan Kadar Timbal Darah Akhir

Analisis Korelasi dan Regresi Umur, Tekanan Darah Sistolik, Tekanan

Darah Diastolik, Hemoglobin, Kreatinin dan Kadar Timbal darah Awal dengan

Kadar Timbal Darah Akhir dapat dilihat pada table berikut.

Tabel 4.10 Analisis Korelasi dan Regresi Umur, Tekanan Darah Sistolik,
Tekanan Darah Diastolik, Hemoglobin, Kreatinin dan Kadar Timbal
darah Awal dengan Kadar Timbal Darah Akhir
Variabel r R2 Persamaan Garis P value

Umur - 0,271 0,073 Y = 9,836 – 0,075*umur 0,069


TD Sistolik -0,115 0,013 Y = 7,864 – 0,014*TD sistolik 0,447
TD Diastolik -0,191 0,037 Y = 9,822 – 0,048*TD diastolik 0,203
Hemoglobin -0,150 0,022 Y = 11,99 – 0,421*hemoglobin 0,321
Creatinin -0,135 0,018 Y = 7,145 – 0,951*Creatinin 0,37

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.10 menggambarkan bahwa variable umur, tekanan darah sistolik,

tekanan darah diastolik, kadar hemoglobin darah dan kadar kreatinin darah tidak

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna dengan kadar timbal dalam darah

akhir ( P=>0,05).

Tabel 4.11 Hasil Analisis Regresi Linier Multipel

KoefisienTidak Koefisien Nilai


Model Standard Standard t Kemaknaan
Kesalahan
B Standard Beta
15 (Konstanta) 3,446 ,734 4,693 ,001
-tempatistirahat -,727 ,320 -,231 -2,276 ,025
-Pemberiankalsium ,892 ,320 ,283 2,789 ,007

Berdasarkan hasil akhir analisis regresi linier multipel dengan metode


backward dari 15 variabel bebas yang masuk ke pemodelan multivariat hanya
terdapat 2 variabel yang terdapat dalam model akhir yaitu tempat istirahat dan
pemberian kalsium dengan nilai p = 0,025 untuk variabel tempat istirahat dan p =
0.007 untuk variabel pemberian kalsium.
Tabel 4.12 Hasil Uji Anova Persamaan Regresi Linier Multipel

Model Jumlah Kuadrat NilaiKe


df F
Kuadrat Rata-Rata maknaan
15 Regresi 31,089 2 15,544 7,052 ,001
Residu 185,157 84 2,204
Total 216,246 86

Suatu persamaan regresi linier dinyatakan layak bila nilai p pada uji

Anova < 0.05. Pada uji Anova ini, nilai p adalah 0.001. Dengan demikian

persamaan matematika yang dihasilkan penelitian ini layak untuk digunakan

dalam memprediksi kadar timbal dalam darah.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.13 Model Summary Persamaan Regresi Linier Multipel

Kuadrat Kuadrat R yang Kesalahan Standard yang


Model R R Disesuaikan Diperkirakan

15 ,379(0) ,144 ,123 1,485

Dengan hasil analisis ini dapat dijelaskan bahwa:

1. Diketahui dari keseluruhan variabel independen, hanya variabel tempat

istirahat dan pemberian kalsium yang diperkirakan mempengaruhi kadar

timbal darah akhir, dengan taraf signifikansi masing-masing 0,025 dan

0.007.

2. Variabel kadar tempat istirahat dan pemberian kalsium diperkirakan

mempunyai pengaruh (dihitung dari nilai adjusted R Square) sebesar

14.4%. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa kadar timbal darah akhir

dipengaruhi berbagai faktor, selain tempat istirahat dan pemberian

kalsium sebesar 85.6%.

3. Berdasarkan hasil analisis dapat disusun persamaan regresi kadar timbal

dalam darah , yaitu:

Y = 3.446 - 0,727 (tempat istirahat) + 0.892 (pemberian kalsium)

Catatan:

• tempat istirahat: di pinggir jalan raya (=1), di rumah (=2)

• pemberian kalsium: diberi kalsium (=1), tidak diberi kalsium (=2)

4. Persamaan regresi yang dihasilkan dari penelitian ini dinyatakan cukup

layak untuk digunakan karena pada uji ANOVA persamaan regresi

diperoleh nilai p<0,05 (p value = 0,001)

Penerapan persamaan regresi dari model tersebut seperti contoh berikut:

Universitas Sumatera Utara


Contoh:

1. Pak Ahmad yang sehari-hari bekerja di pinggir jalan raya dan beristirahat

pada siang hari di rumah dan diberi pengobatan kalsium, maka prediksi

kadar timbal dalam darah pak Ahmad adalah:

3,446 - 0,727 (2) + 0,892 (1) = 2,884 g/dl

2. Pak Ali yang sehari-hari bekerja di pinggir jalan raya dan pada siang hari

beristirahat di pinggir jalan raya serta tidak diberi pengobatan kalsium,

maka kadar timbal dalam darahnya adalah:

3,446 - 0,727 (1) + 0,892 (2) = 4,503 g/dl

4.4 Proses Penentuan Kebijakan yang Diusulkan

Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) adalah

identifikasi berbagai faktor secara sistematik untuk merumuskan strategi

perusahaan/organisasi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat

memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara

bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman

(Threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan

pengembangan misi, tujuan, strategis dan kebijakan perusahaan/organisasi.

Dengan demikian perencana strategi (strategic planner ) harus menganalisis

faktor-faktor strategis perusahaan/organisasi (kekuatan, kelemahan, peluang dan

ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan Analisis

Situasi. Model yang paling populer untuk analisis situasi adalah Analisis SWOT.

Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal Peluang (opportunities)

Universitas Sumatera Utara


dan Ancaman (threats) dengan faktor internal Kekuatan (strengths) dan

Kelemahan (Weakness) (Rangkuti 2009).

Organisasi yang tepat untuk mengatasi ancaman keracunan timbal pada

pekerja dewasa yang beresiko tinggi ini adalah Dinas Kesehatan Kota Medan

karena sebagian besar adalah pekerja di sektor non formal, artinya tidak ada

perusahaan yang mempekerjakan mereka. Data-data yang didapat pada Dinas

Kesehatan Kota Medan sehubungan dengan tujuan penelitian ini adalah sebagai

berikut:

4.4.1 Kekuatan (Strengths)

Kekuatan yang dimiliki oleh Dinas Kesehatan Kota Medan:

• adanya program Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) dari

pemerintah.

• adanya Laboratorium Kesehatan Pemerintah sebanyak 5 buah yaitu

Laboratorium Kesehatan Daerah, Laboratorium Rumah Sakit Adam

Malik, Laboratorium Rumah Sakit Pirngadi, Laboratorium Balai Teknik

Kesehatan Lingkungan, dan Laboratorium Badan Pengawas Lingkungan

Daerah Sumatera Utara.

• adanya tenaga dokter sebanyak 96 orang, sama dengan 1 dokter untuk

20.000 penduduk kota Medan, jika dibanding ratio dokter yang ideal

40/100.000 penduduk menurut Peraturan Menteri Kesehaatan No

1202/2003, jumlah ini sudah memadai dan Tenaga Laboratorium

sebanyak 44 orang ( Sirait,2009).

Universitas Sumatera Utara


• adanya pelayanan kesehatan oleh Pusat Kesehatan Masyarakat

(PUSKESMAS) yang tersebar di seluruh wilayah kecamatan di kota

Medan sebanyak 39 buah (Sirait,2009).

• adanya obat kalsium dalam daftar obat yang disediakan JAMKESMAS

4.4.2 Kelemahan (Weaknesses)

• belum ada kebijakan untuk memberikan pengobatan pada pekerja dewasa

yang beresiko tinggi terhadap keracunan timbal

• belum ada data mengenai jumlah pekerja dewasa beresiko tinggi

keracunan timbal di kota Medan

• biaya pemeriksaan kadar timbal dalam darah pada saat ini masih

tergolong mahal terutama oleh masyarakat miskin (Rp.150.000,- setiap

kali pemeriksaan).

4.4.3 Peluang (Opportunities)

• memberikan pelayanan kesehatan yang optimal kepada warga kota yang

beresiko tinggi terhadap keracunan timbal

• Mencegah timbulnya kasus gangguan kesehatan oleh karena keracunan

timbal kronis.

4.4.4 Ancaman (Threats)

• Adanya ancaman kesehatan bagi pekerja dewasa yang beresiko tinggi

terhadap keracunan timbal kronis (Nauwrot 2006, Payton 1994, Roncal

2007)

Universitas Sumatera Utara


• Peningkatan jumlah kendaraan bermotor di kota Medan yang tinggi yaitu

sebesar 6% setahun, (Girsang, 2008)

• kadar pencemaran timbal di udara kota Medan saat ini telah melewati

Nilai Ambang Batas (Sitohang,2001)

• Masih beredarnya bahan bakar kendaraan bermotor yang mengandung

timbal di kota Medan ( Haryanto, 2008)

• Para pekerja di pinggir jalan kebanyakan tidak memakai masker selama

bekerja (Wahyudiono, 2006)

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.14 Matriks SWOT
IFAS STRENGTHS (S) WEAKNESSES (W)
(Internal Factors Analysis • adanya program Jaminan Kesehatan • belum ada kebijakan
Summary) Masyarakat (JAMKESMAS) dari untuk memberikan peng-
pemerintah. obatan pada pekerja
• adanya Laboratorium Kesehatan dewasa yang beresiko
Pemerintah tinggi terhadap keracun-
• adanya Tenaga Kesehatan baik an timbal
dokter maupun Tenaga Labo- • belum ada data mengenai
ratorium jumlah pekerja dewasa
• adanya pelayanan kesehatan oleh beresiko tinggi keracunan
Pusat Kesehatan Masyarakat timbal di kota Medan
(PUSKESMAS) yang tersebar di • biaya pemeriksaan kadar
seluruh wilayah kota Medan. timbal dalam darah pada
EFAS • adanya obat kalsium dalam daftar saat ini masih tergolong
(External Factors Analysis obat yang disediakan mahal terutama oleh
Summary) JAMKESMAS masya-rakat miskin
OPPORTUNITIES (O) STRATEGI SO STRATEGI WO
• memberikan pelayanan kese- • memanfaatkan program • Dibuat data pekerja
hatan yang optimal kepada war- JAMKESMAS dewasa yang beresiko
ga kota yang beresiko tinggi • memanfaatkan Laboratirium tinggi terhadap keracunan
terhadap keracunan timbal Kesehatan Pemerintah timbal kronis
• Menurunkan kejadian kasus • memanfaatkan tenaga dokter dan • Diusahakan teknik
gangguan kesehatan oleh tenaga laboratorium pemeriksaan kadar timbal
karena keracunan timbal kronis. • memanfaatkan PUSKESMAS dalam darah dengan biaya
• memanfaatkan obat kalsium yang yang lebih murah,
ada di PUSKESMAS
THREATS (T) STRATEGI ST STRATEGI WT
• adanya ancaman kesehatan bagi • Tingkatkan kewaspadaan terhadap • Dibuat kebijakan untuk
pekerja dewasa yang beresiko keracunan timbal kronis mencegah keracunan
tinggi terhadap kera-cunan • Tingkatkan pengawasan kualitas timbal kronis pada pe-
timbal kronis. udara kota Medan khususnya kerja yg beresiko tinggi
• Kadar pencemaran timbal di terhadap polusi timbal • Pekerja di pinggir jalan
udara kota Medan saat ini telah agar beristirahat pada
melewati Nilai Ambang Batas. siang hari di dalam rumah
• Masih beredarnya bahan bakar • Pekerja di pinggir jalan
kendaraan bermotor yang me- dianjurkan tidak merokok
ngandung timbal di kota Medan • Pekerja di pinggir jalan
( Haryanto, 2008) agar tidak meminum alko-
• Sebagian pekerja beristirahat hol
pada siang hari di pinggir jalan • Menganjurkan kepada pe-
raya sehingga keterpaparan kerja di pinggir jalan agar
terhadap timbal semakin lama. memakai masker selama
(Wirsal hasan,2010). bekerja (Wahyudiono,
• Para pekerja di pinggir jalan 2006)
banyak yang merokok merokok • Tidak memasarkan bahan
(Wirsal Hasan, 2010) bakar yang mengandung
• Para pekerja di pinggir jalan timbal (Soemirat, 2005)
banyak meminum alkohol • Melakukan modifikasi sa-
(Wirsal Hasan, 2010) luran buang kendaraan
• Para pekerja di pinggir jalan bermotor agar polusi tim-
kebanyakan tidak memakai bal yang dihasilkan dapat
masker selama bekerja diturunkan ( Sastrawijaya,
(Wahyudiono, 2006) 2000).
• Penanaman pohon rindang
di pinggir jalan karena
daun pohon dapat menye-
rap timbal yang ada di
udara (Gravitiani, 2009).
• Memantau kadar timbal
dalam darah pekerja di
pinggir jalan raya

Universitas Sumatera Utara


4.5 Manajemen Pengelolaan Lingkungan untuk Mencegah Keracunan
Timbal Kronis

Setelah memasukkan hasil penelitian ini kedalam simpul 4 manajemen

pengelolaan lingkungan untuk mencegah keracunan timbal kronis, maka dapat

dijelaskan dengan tabel berikut:

Tabel 4.15 Manajemen Pengelolaan Lingkungan untuk Mencegah Keracunan


Timbal Kronis

SIMPUL 1 SUMBER PENYAKIT


Mencegah timbulnya polutan timbal di udara dengan melakukan

pelarangan terhadap bahan bakar kendaraan bermotor yang tidak

mengandung timbal sehingga tidak terjadi emisi timbal ke udara

(Widowati, 2008), memodifikasi mesin kendaraan dimana terjadi

pembakaran sempurna sehingga emisi gas buang khususnya timbal

bisa dikurangi (Wardhana, 2004, Satrawijaya, 2000), melakukan

modikasi gas buang kendaraan bermotor (Widowati, 2008),

mengurangi jumlah kendaraan di jalan raya dengan mengganti

kendaraan umum kapasitas kecil dengan kendaraan umum

berkapasitas besar (Wardhana, 2004). Surat Keputusan Menteri

Pertambangan dan Energi No 1585/1999 yang mepersyaratkan

dihapuskannya timah hitam dalam BBM di wilayah DKI Jakarta

tahun 2001, seluruh wilayah Pulau Jawa pada tahun 2002, dan

seluruh wilayah Indonesia pada 1 Januari 2003 yang direvisi

dengan menyebutkan penghapusan bensin bertimah hitam di

Indonesia diselesaikan tahun 2005 (Haryanto 2008), yang ternyata

sampai dengan tahun 2010 belum terlaksana

Universitas Sumatera Utara


SIMPUL 2 KOMPONEN LINGKUNGAN
Memantau kadar timbal di udara ambien berdasarkan Surat

Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup

No. KEP-03/MENKLH/II/1991 yang menentukan Baku Mutu

untuk timah hitam /timbal (Pb) di udara ambien adalah 0,06 mg/m3

udara. Mencegah terjadinya transmisi dari timbal yang telah ada di

udara ke dalam tubuh manusia yaitu melakukan penanaman pohon

dipinggir jalan yang menyerap timbal di udara ambien

(Gravitiani,2009). Pemeriksaan emisi gas buang kendaraan

bermotor, khususnya emisi timbal agar tidak melebihi NAB yang

ditetapkan dan dilakukan secara berkala (Sastrawijaya, 2000).

SIMPUL 3 PERILAKU MANUSIA


Memakai masker, beberapa menelitian menunjukkan manfaat

masker dalam mencegah naiknya kadar timbal dalam darah polisi

lalu lintas yang mempergunakan masker sewaktu bertugas

(Wahyudiono, 2006), melakukan pengukuran timbal dalam darah

secara rutin sebagai biomarker, dimana setiap pekerja yang kadar

timbal dalam darahnya sudah mendekati kadar yang

membahayakan kesehatan maka pekerja tersebut dipindahkan ke

area dimana tidak ada polusi timbal (Widowati, 2008).

SIMPUL 4 MANUSIA TERPAPAR


Mencegah agar manusia yang telah terpapar dengan timbal tidak

menjadi sakit. Belum ditemukan literatur yang menjelaskan cara

penurunan kadar timbal dalam darah pada pekerja dewasa yang

sudah terpapar, agar tidak menjadi sakit.

Universitas Sumatera Utara


4.6 Pembahasan

4.7.1 Konsentrasi timbal dalam darah dan masalah kesehatan yang


ditimbulkannya.

Hasil penelitian ini menunjukkan kadar timbal dalam darah (KTD) pekerja

yang beresiko tinggi terhadap keracunan timbal kronis adalah: KTD awal pada

kelompok kontrol adalah 6,11±3,57 g/dl dan KTD akhir adalah 4,16±1,46

g/dl. KTD awal pada kelompok perlakuan adalah 10,35±3,36 g/dl dan KTD

akhir adalah 3,2±1,58 g/dl

Nilai terendah kadar timbal dalam darah yang tidak menimbulkan efek

samping belum dapat ditentukan. Centers for Disease Control and Prevention

(CDC) pada tahun 1991 menetapkan batas kadar timbal dalam darah anak adalah

10 µg/dl dan pada orang dewasa 40 µg/dl, angka ini hanya dapat dipakai sebagai

tanda peringatan resiko keracunan timbal, tapi tidak dapat dipakai sebagai batas

aman keracunan timbal (threshold toxicity). Namun menurut Bellinger ada

beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya gejala keracunan dibawah nilai

10 µg/dl, misalnya umur penderita, lamanya penderita telah mengalami

peninggian kadar timbal dalam darah, dan karakteristik dari lingkungan tempat

anak dibesarkan. Sebagai contoh dijumpai diantara anak-anak yang diteliti di

Boston yang pada waktu berumur 2 tahun mengandung kadar timbal dalam

darahnya sebesar 7 µg/dl, tapi pada pemeriksaan IQ dan nilai akademik pada

waktu umur 10 tahun menunjukkan penurunan yang signifikan (Bellinger 2004).

Pada saat ini kadar maksimal timbal dalam darah yang ditetapkan oleh WHO

adalah 40 g/dl darah untuk orang dewasa dan 10 g/dl darah untuk anak-anak.

Namun berbagai penelitian yang telah dilakukan telah dapat membuktikan bahwa

walau kadar timbal dalam darah kurang dari dari angka tersebut ternyata sudah

Universitas Sumatera Utara


dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan seperti hipertensi, kerusakan

galomerulus ginjal pada orang dewasa dan gangguan IQ dan behaviour pada

anak-anak seperti pada penelitian-penelitian berikut.

Pengaruh kadar timbal dalam darah yang lebih rendah dari 10 µg/dl

terhadap angka kematian orang dewasa telah diteliti di Amerika serikat, karena

penelitian-penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa angka kadar timbal

dalam darah melebihi 10 µg/dl mempunyai hubungan yang signifikan dengan

peningkatan resiko penyakit kardiovaskuler, kanker dan semua kasus penyebab

kematian. Pada saat ini 99 % orang dewasa umur diatas 20 tahun di Amerika

Serikat mempunyai kadar timbal dalam darah dibawah 10 µg/dl. Data diolah dari

Third National Health and Nutrition Examination Survey yang dilaksanakan dari

tahun 1988 sampai tahun 1994. Data yang dianalisis berjumlah 13.946 orang

dengan kadar timbal dalam darah dibawah 10 µg/dl. Penelitian ini dilakukan

dengan desain cohort studi dengan mengevaluasi asosiasi antara kadar timbal

dalam darah dengan kematian mereka sampai dengan 31 Desember 2000. Hasil

studi menunjukkan geometric mean dari kadar timbal dalam darah sebesar 2,58

µg/dl dan menunjukkan bahwa kadar timbal dalam darah berhubungan dengan

kenaikan semua penyebab kematian, terutama penyebab kematian disebabkan

penyakit kardiovaskuler (Menke et al, 2006).

Penelitian dengan prospective cohort study terhadap hubungan kadar timbal

dalam darah dengan kematian pada 533 wanita lansia berumur 65 sampai 87

tahun di Baltimore, dimulai dengan kadar timbal dalam darah rata-rata 5,3±2,3

µg/dl. Sesudah 12,0±3 tahun didapat hasil bahwa sampel dengan kadar timbal

dalam darah lebih dari 8 µg/dl menunjukkan peningkatan resiko kematian

Universitas Sumatera Utara


terutama kematian disebabkan penyakit pembuluh darah jantung dibanding

dengan yang mempunyai kadar timbal darah kurang dari 8 µg/dl (Khalil et al,

2009).

Ditinjau dari bidang ilmu Pengelolaan Sumber Daya Alam dan

Lingkungan, penelitian ini termasuk kedalam kategori ke tiga diatas berupa upaya

perencanaan untuk memperbaiki dampak lingkungan berupa kerugian kesehatan

pada manusia yang disebabkan oleh pengelolaan lingkungan terutama

pengendalian pencemaran udara yang tidak ditata dengan baik.

Hasil evaluasi kadar timbal dalam darah dan tekanan darah pada

pengemudi bus di kota Bangkok, Thailand setelah diberlakukannya larangan

pemakaian bensin yang mengandung timbal di kota Bangkok, melibatkan 439

orang pengemudi laki-laki berumur 23 sampai 59 tahun dengan masa kerja 7

sampai 10 tahun. Didapat kadar timbal dalam darah sebesar 2,5-16,2 µg/dl, rata-

rata 6,3 µg/dl. Prevalence rate dari sistolik hipertensi dan diastolik hipertensi

pada sampel adalah 23,0% dan 18,2%. Didapat korelasi yang bermakna antara

Kadar timbal dalam darah dengan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik.

Disimpulkannya juga bahwa keterpaparan timbal yang menyebabkan kadar

timbal dalam darah yang cukup rendah berpengaruh terhadap tekanan darah

(Kaeboonchoo et al, 2007).

Mery Bidangan Pasorong melakukan penelitian tentang hubungan antara

kadar Plumbum (Pb) dan hipertensi pada polisi lalu lintas di kota Manado

mendapatkan bahwa kadar Pb dalam darah mempunyai hubungan secara

bermakna dengan terjadinya hipertensi. Disimpulkannya juga bahwa polisi yang

memiliki kadar Pb darah lebih besar atau sama dengan 6,7 µg/dl memiliki resiko

Universitas Sumatera Utara


sebesar 7,2 kali lebih tinggi untuk mengalami hipertensi dibandingkan dengan

polisi yang kadar Pb darahnya lebih kecil dari 6,7 µg/dl. Polisi lalu lintas yang

bekerja di lapangan lebih dari 8 jam sehari mempunyai resiko menderita

hipertensi 2-2,4 kali lebih tinggi dibandingkan dengan polisi yang bekerja di

kantor (Pasorong, 2007).

4.7.2 Perbedaan Kadar Timbal dalam Darah setelah pemberian Kalsium


antara Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan.

Hasil studi ini menjawab hipotesa penelitian dimana pemberian suplemen

kalsium dengan dosis 3 kali 500 mg sehari selama 12 minggu dapat menurunkan

kadar timbal dalam darah dari 10,35±3,36 g/dl secara bermakna menjadi

3,2±1,58 g/dl (p=0,000). Persentase penurunan kadar timbal dalam darah pada

kelompok perlakuan adalah sebesar 69 %. Jika dibandingkan dengan kelompok

kontrol yang juga mengalami penurunan kadar timbal dalam darah sesudah 12

minggu yakni dari 6,11±3,57 g/dl menjadi 4,16±1,46 g/dl (p=0,002), dengan

persentase penurunan sebesar 32%. Demikian juga penurunan kadar timbal

dalam darah pada kelompok yang mendapat suplemen kalsium menunjukkan

hasil yang lebih bermakna (p=0,000) pada CI 95%. Hal ini menunjukkan bahwa

pemberian suplemen kalsium dapat mnenurunkan kadar timbal dalam darah.

Perbedaan antara kadar timbal dalam darah kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan ini juga tergambar pada keadaan sebelum perlakuan,

dimana kadar timbal darah antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol

terdapat perbedaan yang bermakna, p=<0,05 (p=0,001) dan sesudah perlakuan

kadar timbal darah antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol juga

menunjukkan perbedaan yang bermakna p=<0,05 (p=0,005). Uji yang terpenting

Universitas Sumatera Utara


adalah uji beda antara rata-rata penurunan kadar timbal dalam darah sesudah

intervensi antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol yang juga

menunjukkan perbedaan yang bermakna p=<0,05 (p=0,001) dimana penurunan

kadar timbal dalam darah kelompok perlakuan jauh lebih besar dari pada

penurunan kadar timbal dalam darah kelompok kontrol.

Tablet kalsium yang banyak tersedia di apotik-apotik, apotik rumah sakit,

obat-obat ASKES dan puskesmas, yang selama ini tidak pernah diindikasikan

untuk menurunkan kadar timbal dalam darah, dengan adanya temuan ini sekarang

dapat dianjurkan dipakai untuk menurunkan kadar timbal dalam darah penderita

yang terancam keracunan timbal kronis walaupun belum menunjukkan gejala-

gejala keracunan timbal karena kadar timbal yang rendah dalam darah telah dapat

menimbulkan gangguan pada fungsi-fungsi tubuh.

Keuntungan bagi pekerja dewasa yang beresiko tinggi terhadap keracunan

timbal adalah bahwa kadar timbal dalam darah mereka dapat diturunkan dengan

bantuan suplemen kalsium karena kadar timbal dalam darah walau dalam dosis

rendah sekalipun sangat berbahaya pada kesehatan mereka yakni dapat

menyebabkan anemia, hipertensi, gangguan ginjal, ganggun syaraf, gangguan

reproduksi dan gangguan behaviour.

Memperhatikan kadar timbal dalam darah pada kelompok kontrol

memang terjadi juga penurunan kadar timbal dalam darah dalam waktu tiga bulan

yaitu dari 6,11±3,57 g/dl turun menjadi 4,16±1,46 g/dl. Dalam hal ini peneliti

berasumsi bahwa penurunan ini mungkin terjadi oleh karena tiga hal yaitu:

Pertama, sebagian dari pekerja yang masuk ke dalam kelompok kontrol ini adalah

penarik beca dayung yang bertugas antar-jemput anak sekolah yang memperoleh

Universitas Sumatera Utara


penghasilan bulanan. Pada masa periode penelitian ini selama 12 minggu,

terdapat waktu libur anak sekolah selama 2 minggu, sehingga waktu penarik beca

berlangganan ini berada di jalan raya akan berkurang, sehingga memungkinkan

terjadinya penurunan kadar timbal dalam darah mereka; kedua, semua responden

adalah pekerja nonformal, jadi mereka tidak punya jam kerja tertentu, jadi ada

kemungkinan selama masa penelitian mereka ada yang berkurang masa

terpaparnya terhadap timbal karena tidak bekerja pada hari tertentu misalnya;

ketiga, kemungkinan terjadi pengaruh dari iklim selama penelitian berlangsung,

seperti misalnya musim hujan atau angin kencang yang akan menyebabkan

menurunnya kadar polusi timbal di udara sekitar daerah penelitian yang akan

berakibat langsung terhadap kadar timbal dalam darah responden.

Absorbsi timbal dari saluran pencernaan dapat diganggu oleh kehadiran

ion kalsium karena ion kalsium dan timbal saling berkompetisi. Kalsium

mengganggu ikatan timbal dengan hemoglobin darah dengan adanya kompetisi

antara ion Ca dan Pb sewaktu berikatan dengan hemoglobin darah. Ikatan timbal

dalam tulang sama prosesnya seperti ikatan kalsium dalam tulang. Faktor yang

mengganggu terhadap distribusi kalsium dalam darah juga mengganggu distribusi

timbal dalam darah (Goodman, 2001)

Ballew (2001) menyimpulkan dari hasil reviewnya bahwa interaksi antara

kalsium dan timbal dalam tubuh terjadi dalam berbagai cara yaitu: (1)dengan

mengikat (binding) dan mengendapkan (precipitating) timbal dalam usus

sehingga absorbsi timbal di usus terganggu, (2) dengan kalsium berkompetisi

(competing) dengan timbal dalam usus pada sisi transportasi (transport sites) dan

mekanisme absorbsi, (3) dengan mengubah (altering) kesenangan (avidity) sel

Universitas Sumatera Utara


usus terhadap timbal, (4) dengan mengganggu daya tarik menarik atom (affinity)

jaringan target terhadap timbal. Aspek ke tiga dan ke empat dari metabolisme

kalsium dan timbal diatas diatur oleh cholecalciferol endocrine system melalui

1,25-dihydroxivitamin D dan calcium-binding protein.

Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Sargent et al. (1999) yang

meneliti pengaruh pemberian susu formula yang mengandung kalsium dan

phosphor selama 9 bulan terhadap kadar timbal di dalam darah bayi berumur 3,5

- 6 bulan. Mereka mendapatkan penurunan kadar timbal di dalam darah setelah

pemberian susu formula tersebut selama 4 bulan dan 9 bulan, walaupun secara

statistik tidak signifikan. Penelitian mereka terhadap 103 orang bayi yang

mendapat susu formula yang mengandung kalsium setara dengan 1800 mg

selama 9 bulan, dalam pemeriksaan kalsium darah dan kreatinin darah tidak

menunjukkan adanya kelainan.

Demikian juga hasil penelitian yang dilakukan oleh Ettinger et al. (2009)

pada pemberian suplemen kalsium pada ibu-ibu yang sedang hamil

menyimpulkan bahwa kalsium dapat menurunkan kadar timbal dalam darah bila

diberikan pada ibu yang sedang hamil sehingga dapat mengurangi kadar timbal

dalam darah bayi yang sedang dikandungnya dan bayi terhindar dari efek

keracunan timbal.

Hasil yang sama didapat oleh Gulson et al. (2001) yang melakukan

penelitian pengaruh pemberian kalsium pada 21 kasus yang berumur 21-47 tahun

(rata-rata 32 tahun) dengan kadar timbal dalam darah rata-rata 2,5 µg/dl yang

dibagi atas 8 kasus diberikan suplemen kalsium komplek (carbonate, phosphate,

citrate), 7 kasus diberi suplemen kalsium karbonat dan 6 kasus sebagai kontrol.

Universitas Sumatera Utara


Mereka mendapatkan penurunan absorbsi dari timbal diusus dengan kehadiran

kalsium secara bersamaan, namun tidak mendapatkan penurunan kadar timbal

dalam darah.

Hasil yang sama didapat oleh Meredith et al. (1977) yang melakukan

penelitian tentang efek dari pemberian kalsium terhadap absorbsi timbal oleh

usus pada tikus percobaan yang tidak mengalami defisiensi kalsium. Mereka

menemukan penurunan absorbsi timbal secara signifikan dengan pemberian

kalsium lebih dulu sebelum pemberian timbal, namun penurunan absorbsi timbal

ini hanya pada pemberian kalsium dalam jumlah kurang dari 4 mmol. Pemberian

lebih dari 4 mmol tidak menyebabkan berkurangnya absorbsi kalsium di usus

tikus percobaan. Kalsium yang terdapat dalam air minum dapat mengurangi

absorbsi timbal sedangkan kalsium yang terdapat dalam susu dan skim milk tidak

menyebabkan penurunan absorbsi timbal pada tikus percobaan.

Percobaan yang dilakukan oleh Han et al. (2000) terhadap 39 ekor tikus

hamil yang terpapar oleh timbal, menunjukkan bahwa pemberian kalsium dapat

mengurangi transfer dari racun timbal dari induk ke bayi tikus yang lahir

sebanyak 345 ekor. Berbeda dengan hasil penelitian Sargent et al. (1999) dalam

penelitiannya terhadap 103 bayi tikus yang berumur 3,5 sampai 6 bulan yang

diberikan kasium glycerophosphate-suplemen sebanyak 1800 mg dalam susunya

dalam waktu 9 bulan. Pada akhir penelitian mereka menyimpulkan bahwa

pemberian kalsium glycerophosphate suplemen tidak mencegah absorbsi timbal.

Universitas Sumatera Utara


4.7.3 Perbedaan Kadar Timbal dalam Darah

Berdasarkan jenis kelamin.

Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya perbedaan kadar timbal dalam

darah antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Hal ini disebabkan tidak

adanya perbedaan proses penyerapan timbal oleh tubuh manusia antara laki-laki

dan perempuan. Arther (1980) yang meneliti 378 anak-anak usia dini di

Birmingham, menemukan kadar timbal dalam darah rata-rata 0,97 mol/l dengan

range 0,5-1,5 mol/l. Tidak ada perbedaan yang bermakna antara kadar timbal

dalam darah anak laki-laki dan anak perempuan dan dijumpainya bahwa kadar

timbal dalam darah anak dari keturunan Asia lebih tinggi dari anak keturunan

Kaukasia.

Berdasarkan jenis pekerjaan

Penelitian ini tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna antara kadar

timbal dalam darah penarik becak dayung, penarik becak mesin dan pedagang

pinggir jalan. Hal ini bisa disebabkan karena waktu dan tempat mereka bekerja

dalam kondisi yang hampir sama terutama sehubungan dengan kadar timbal di

udara ambien disekitar tempat mereka bekerja. Demikian juga pada waktu

bekerja menurut pengamatan peneliti mereka tidak pernah memakai masker

sebagai salah satu alat pelindung diri terhadap polusi timbal.

Berdasarkan lama bekerja

Hasil analisa data penelitian ini tidak menunjukkan adanya perbedaan

kadar timbal dalam darah yang bermakna antara pekerja yang bekerja lebih dari 5

Universitas Sumatera Utara


jam sehari dengan pekerja yang bekerja kurang dari 5 jam sehari (p=0,22, >0,05).

Hal ini bisa disebabkan waktu mereka bekerja adalah pada waktu yang

bersamaan yang biasanya pada pagi hari sewaktu jam masuk sekolah atau jam

masuk kerja bagi pelanggan mereka dan pada siang hari sewaktu jam pulang

sekolah dan jam pulang kerja pelanggannya. Kedua waktu ini menurut Sitohang

(2001) adalah waktu dimana kadar timbal di udara mencapai konsentrasi

tertinggi.

Berdasarkan kebiasaan merokok

Penelitian ini tidak menemukan perbedaan yang bermakna antara kadar

timbal dalam darah responden perokok dibandingkan dengan yang bukan

perokok. Diperkirakan bahwa timbal berasal dari daun tembakau yang

merupakan bahan pembuat rokok mengandung timbal sebagai residu dari proses

penanaman, pemupukan ataupun timbal yang berasal dari tanah pertanian. Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Pirsaraei (2007) yang melakukan penelitian kadar

timbal dalam rambut terhadap 25 orang pekerja pabrik peleburan timbal, dengan

kelompok kontrol 25 orang yaitu pekerja di kantor pabrik peleburan timbal

tersebut dan 25 orang lagi kelompok kontrol dari penduduk kota Zanjan di Iran.

Pada kelompok pekerja didapat kadar timbal dalam rambut rata-rata 131,7 ± 93,4

ug/gr, dari kelompok pekerja kantor 21,1 ± 13,2 ug/gr sedangkan dari kelompok

penduduk 27,9 ± 14,1 ug/gr. Salah satu variabel dalam penelitian ini adalah

kelompok perokok, dimana hasil analisa data tidak menunjukkan perbedaan yang

Universitas Sumatera Utara


bermakna dari kadar timbal dalam rambut dari kelompok perokok dan kelompok

bukan perokok.

Bernard et al. (2003) melakukan penelitian terhadap anak-anak berumur 1

sampai 5 tahun di Amerika Serikat dengan mengolah data dari Third National

and Nutrition Examination Survey tahun 1988-1994 mendapatkan bahwa anak-

anak yang tinggal dengan orang tua yang merokok dalam rumahnya tidak

menunjukkan perbedaan kadar timbal darah yang bermakna dibanding dengan

anak-anak yang tinggal dengan orang tua yang tidak merokok.

Lin et al. (2004) melaporkan hasil penelitiannya terhadap 84 orang

berumur 31 sampai 72 tahun di Boston menemukan kadar timbal dalam darah

rata-rata 3 g/dl. Dari 36 kasus non perokok didapatnya kadar timbal dalam darah

rata-rata 2,7±1,9 g/dl, dari 38 kasus perokok 1-19 pak per tahun 3,0±2,1 dan

dari perokok lebih dari 20 pak per tahun 4,1±3,3 g/dl yang dalam pengujian

secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna.

Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh McKelvey et al.

(2007) dengan menganalisa data dari survey yang dilakukan oleh NYC HANES

pada tahun 2004 dengan jumlah sampel 1.811 penduduk New York,

mendapatkan kadar timbal dalam darah tertinggi pada perokok berat ( 2,49 ug/dl).

Mantan perokok mempunyai kadar timbal dalam darah 8% lebih tinggi dari

sampel yang tidak pernah merokok.

Lee et al. (2005) menemukan perokok mempunyai kemungkinan 4,5 kali

untuk punya kadar timbal dalam darah yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan

oleh karena dalam setiap 20 batang rokok, pengisap akan menghirup 1,5 g timbal

yang terkandung di dalam rokok.

Universitas Sumatera Utara


Hense et al. (1992) dalam penelitiannya menemukan bahwa pengaruh

merokok terhadap kadar timbal dalam darah lebih menonjol pada perempuan,

Odds Ratio untuk wanita dalam masa produktif adalah 2,5 bagi wanita perokok

dibanding dengan yang bukan perokok.

Hu et al. (1996) dalam penelitiannya terhadap 2.280 penduduk Boston

berumur 21 sampai 80 tahun. Sampel dipisahkan menjadi Non Smoker (0>1

batang rokok perhari), mantan perokok (tidak merokok selama >30 hari sebelum

pemeriksaan). Didapat hasil kadar timbal dalam darah rata-rata untuk tidak

perokok 6,4 (SD 4,1) g/dl, perokok 1-20 pak per tahun 5,8 (SD 3,7) g/dl,

perokok 21-40 pak per tahun 5,9 (SD 3,3) g/dl, untuk perokok lebih dari 40 pak

per tahun 7,1 (SD 4,2) g/dl dan untuk sampel yang tidak ada informasi

mengenai perokok adalah 6,1 (SD 6,4) g/dl yang dalam pengujian statistik

menunjukkan perbedaan yang bermakna pada p=0.01.

Berdasarkan jenis pendidikan

Pada penelitian ini tidak ditemukan adanya perbedaan yang bermakna

antara kadar timbal dalam darah dari responden yang berpendidikan SD, SMP,

dan SMA. Hal ini bisa disebabkan bahwa menurut pengamatan peneliti tidak

terdapat perbedaan sikap terutama dalam hal pemakaian alat pelindung diri antara

responden yang berpendidikan SD dengan responden yang berpendidikan SMP

maupun SMA.

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan tempat istirahat pada siang hari.

Pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan yang diuji secara

terpisah tidak ditemukan perbedaan yang bermakna kadar timbal dalam darah

antara pekerja yang pada siang hari beristirahat di pinggir jalan raya dengan

pekerja yang beristirahat di rumah. Pada hasil analisis regresi linear multiple

setelah dimasukkan ke 15 variabel bebas penelitian maka ditemukan variabel

tempat istirahat mempunyai pengaruh terhadap kadar timbal dalam darah. Hal ini

tentu saja sangat berhubungan dengan waktu terpapar responden terhadap timbal

di udara dimana responden yang beristirahat di rumah akan terhindar dari paparan

timbal selama dia beristirahat.

Berdasarkan tempat tinggal

Pada kelompok kontrol ditemukan perbedaan yang bermakna kadar

timbal dalam darah antara responden yang bertempat tinggal di pinggir jalan dan

responden yang tinggal di dalam gang. Hal ini tidak ditemukan pada kelompok

perlakuan. Hal ini bisa disebabkan karena penyebaran partikel timbal di udara

bisa mencapai gang-gang tempat tinggal responden, sehingga walaupun rumah

responden terdapat di dalam gang, keterpaparannya terhadap polusi timbal juga

tidak berbeda dengan yang tinggal di pinggir jalan raya.

Berdasarkan Kebiasaan Minum Susu

Tidak ditemukan perbedaan yang bermakna kadar timbal dalam darah

antara responden yang minum susu dengan responden yang tidak minum susu.

Hal ini bisa terjadi mungkin karena frekuensi responden minum susu tidak cukup

Universitas Sumatera Utara


menambah asupan kalsium ke dalam tubuhnya sampai ke titik yang dapat

mempengaruhi absorbsi timbal.

Berdasarkan kebiasaan meminum alkohol.

Pada penelitian ini tidak ditemukan perbedaan yang bermakna antara

kadar timbal dalam darah responden peminum alkohol dengan yang tidak

peminum alkohol. Diperkirakan bahwa timbal pada peminum alkohol berasal dari

bahan baku alkohol yang mengandung timbal atau timbal berasal dari proses

packing minuman tersebut. Hasil ini sama dengan hasil yang didapat oleh Lin et

al. (2004) yang melaporkan hasil penelitiannya terhadap 84 orang berumur 31

sampai 72 tahun di Boston menemukan kadar timbal dalam darah rata-rata 3

g/dl. Pada 78 sampel yang bukan peminum alkohol didapat hasil kadar timbal

dalam darah rata-rata 2,9±2,2 g/dl. Sedangkan pada peminum alkohol lebih dari

2 kali sehari 3,7±2,5 g/dl yang pada pengujian secara statistik tidak

menunjukkan perbedaan yang bermakna.

Hense et al. (1992) dalam penelitiannya juga menemukan bahwa odds

ratio 2.6 bagi wanita usia produktif yang peminum sampai dengan 40 gram

alkohol perhari dibandingkan dengan yang tidak peminum alkohol dan 8,9 untuk

wanita peminum alkohol lebih dari 40 gram alkohol perhari dalam hubungannya

dengan kadar timbal dalam darah. Per gram alkohol bagi peminum beer

mempunyai pengaruh yang lebih kecil dibandingkan dengan peminum wine,

diduga disebabkan oleh kadar timbal yang dikandung wine lebih tinggi dibanding

beer.

Universitas Sumatera Utara


Hu et al. (1996) terhadap 2.280 penduduk Boston berumur 21 sampai 80

tahun yang memisahkan sampelnya menjadi dua bagian yaitu peminum alkohol

lebih atau sama dengan 2 kali sehari didapat kadar timbal dalam darahnya rata-

rata 6,7 (SD 3,5) g/dl sedangkan untuk yang bukan peminum alkohol 6,1 (SD

4,3) g/dl dengan perbedaan yang bermakna pada p=0,005. g/dl

Berdasarkan tekanan sistolik dan diastolik

Pada penelitian ini tidak ditemukan adanya perbedaan bermakna

(p>0,005) antara tekanan darah responden baik sistolik maupun diastolik pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Hal ini tidak jauh berbeda dengan

hasil penelitian Neri et al. (1988) yang menyatakan bahwa dijumpai hubungan

yang positif antara kadar timbal dalam darah dengan tekanan darah dari analisa

data yang dikumpulkan pada Survei Kesehatan di Canada tahun 1978-1979,

namun hubungan ini sangat lemah. Penderita dengan kadar timbal darah yang

melebihi 10 ug/dl mengalami 37% resiko tekanan diastolik melebihi 90 mm Hg.

Pada studi yang dilakukannya selama 14 tahun terhadap pekerja pabrik peleburan

timbal didapat kenaikan tekanan diastolik sebesar 0,298 mm Hg dan kenaikan

tekanan sistolik sebesar 0,21 mm Hg untuk setiap kenaikan 1 ug/dl kadar timbal

dalam darah.

Penelitan Roncal et al. (2007) mendapatkan dari hasil penelitiannya

terhadap tikus yang diberi air minum yang mengandung timbal (n=16)

dibandingkan dengan tikus yang tidak diberi air minum mengandung timbal

(n=9) selama 4 minggu. Kadar timbal dalam darah pada kelompok perlakuan

adalah 26,4 ± 4,5 µg/dl dibanding 1 ± 0 µg/dl pada kelompok kontrol setelah 16

minggu. Mereka mendapatkan bahwa pemberian timbal berhubungan kenaikan

Universitas Sumatera Utara


tekanan darah sistolik dan penurunan fungsi ginjal. Glomerulosclerosis

bertedensi semakin memburuk pada tikus yang diberi perlakuan dengan timbal.

Mereka menyimpulkan bahwa timbal mendorong terjadinya penyakit ginjal

kronis melalui kenaikan tekanan darah dan mendorong terjadinya microvascular

dan tubulointerstitial injury.

Hasil yang sama juga didapat oleh Pocock et al. (1984) yang meneliti

7736 laki-laki pada umur pertengahan di 24 kota di Inggeris menemukan bahwa

tidak ada hubungan yang signifikan antara kadar timbal dalam darah dengan

tekanan darah baik sistolik maupun diastolik. Namun pada 74 kasus laki-laki

dengan kadar timbal dalam daran 1,8 mol/l (37,3 g/100ml) atau lebih, terlihat

sedikit pengaruh terhadap timbulnya hipertensi, tapi pengaruh ini tidak

signifikan.

Berbeda dengan hasil penelitian Sharp et al. (1988) yang melakukan

penelitian mengenai hubungan kadar timbal dalam darah dengan tekanan darah

tinggi pada pengemudi bus. Mereka menyimpulkan bahwa terdapat hubungan

antara terjadinya hipertensi pada pengemudi bus ada hubungannya dengan kadar

timbal dalam darah mereka. Demikian juga bila dibanding dengan hasil penelitian

yang dilakukan Martin et al. (2006) yang melakukan penelitian di Amerika

dengan jumlah 964 orang, terdiri dari laki-laki dan perempuan berumur 50-70

tahun, mendapatkan bahwa timbal mepunyai efek akut terhadap tekanan darah

dan menimbulkan hipertensi baik sistolis maupun diastolis pada keracunan

khronis oleh karena adanya akumulasi timbal di dalam darah pada orang dewasa.

Bila dibandingkan dengan hasil penelitian Kaeboonchoo et al. (2007)

yang mengevaluasi kadar timbal dalam darah dan tekanan darah pada pengemudi

Universitas Sumatera Utara


bus di kota Bangkok, Thailand setelah diberlakukannya larangan pemakaian

bensin yang mengandung timbal di kota Bangkok. Penelitian ini melibatkan 439

orang pengemudi laki-laki berumur 23 sampai 59 tahun dengan masa kerja 7

sampai 10 tahun. Didapat kadar timbal dalam darah sebesar 2,5-16,2 µg/dl, rata-

rata 6,3 µg/dl. Prevalence rate dari sistolik hipertensi dan diastolik hipertensi

pada sampel adalah 23,0% dan 18,2%. Didapat korelasi yang bermakna antara

Kadar timbal dalam darah dengan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik.

Disimpulkannya juga bahwa keterpaparan timbal yang menyebabkan kadar

timbal dalam darah yang cukup rendah berpengaruh terhadap tekanan darah.

Hasil ini juga berbeda dengan hasil penelitian Peters et al. (2007) dalam

studinya dengan mempergunakan cross sectional analysis mendapatkan bahwa

faktor stress akan memperkuat timbulnya kenaikan tekanan darah pada sampel

yang mengandung kadar timbal dalam tibia yang tinggi. Penelitian ini melibatkan

791 kasus yang diperiksa kadar timbal dalam tulangnya dengan kadar 21,5 ± 13,4

µg/g, yang 513 diantaranya disertai dengan stress, yang menghasilkan 276 orang

menderita hipertensi dan 237 orang yang tidak menderita hipertensi.

Demikian juga bila dibandingkan dengan hasil penelitian De Kort dan

Wim (1988) yang melakukan penelitian terhadap 53 orang pekerja yang bekerja

pada pabrik yang memproses timbal dan cadmium dan sebagai kelompok kontrol

adalah 52 orang yang pekerjaannya tidak berhubungan dengan prosesing timbal.

Hasil analisa data yang diperoleh bahwa nilai median (P50) timbal darah rata-rata

pada pada pekerja asal Belanda adalah 288 - 340 µg/dl dan 340-452 µg/dl pada

pekerja yang berasal dari Meriterania. Pada analisa data selanjutnya didapat

bahwa efek terhadap tekanan darah sistolik adalah bahwa terdapat kenaikan

Universitas Sumatera Utara


tekanan darah sistolik sebesar 1,8 mm Hg untuk setiap kenaikan 100 µg/dl kadar

timbal darah, dan kenaikan sebesar 1 mm Hg terjadi pada tekanan diastolik untuk

setiap kenaikan 100 µg/dl kadar timbal dalam darah.

Berbeda juga dengan hasil penelitian Yazbeck et al. (2009) yang

melakukan penelitian terhadap 1017 ibu hamil dari tahun 2003 sampai 2005 .

Kadar timbal dalam darah diukur dengan atomic absorption spectrometry pada

kehamilan ibu berumur 24 dan 28 minggu. Hasil penelitiannya menunjukkan

pasien dengan hipertensi sebanyak 106 orang (10,9%) Kadar timbal dalam darah

menunjukkan secara signifikan lebih tinggi pada penderita hipertensi (2,2

µg/dl,SD1,4 µg/dl) dibanding dengan ibu-ibu yang mempunyai tekanan darah

normal (1,9 µg/dl,SD 1,2 µg/dl). Korelasi yang signifikan juga ditemukan antara

kadar timbal dalam darah dengan hipertensi sistolik dan diastolik pada 24 minggu

masa menyusui.

Penelitian oleh Grandjean et al. (1989) menemukan pada penelitiannya

bahwa ada hubungan peningkatan kadar timbal dalam darah akan meningkatan

tekanan darah penderita. Cheng et al. (2001) menyimpulkan hasil penelitiannya

bahwa pemaparan terhadap polusi timbal dalam jangka waktu lama akan

meniningkatkan kadar timbal dalam tulang dan dalam darah yang kemudian

menimbulkan hipertensi. Mark Lustberg dan Silbergeld (2002) menyimpulkan

dari hasil penelitiannya bahwa seseorang dengan kadar timbal darah antara 20

sampai 29 ug/dl pada tahun 1976 s/d 1980 menunjukkan peningkatan kematian

disebabkan gangguan peredaran darah dan jantung

Hasil penelitian Kuo et al. (2006) di Taiwan melakukan penelitian

terhadap pengaruh kadar timbal dalam darah terhadap tekanan darah. Jumlah

Universitas Sumatera Utara


samplel 2.565 orang dewasa aborigines dan non aborigines. Mempergunakan

multiple linear egression didapatnya bahwa kadar timbal dalam darah mempunyai

korelasi positif dengan tekanan darah baik sistolis dengan peningkatan 0,85

mmHg untuk setiap kenaikan satu µg/dl kadar timbal dalam darah, dan kenaikan

tekanan diastolis sebanyak 0,48 mmHg untuk setiap kenaikan satu µg/dl kadar

timbal dalam darah. Weiss et al. (1988) melakukan penelitian terhadap 89 orang

polisi di Boston menyimpulkan bahwa kenaikan kadar timbal dalam darah diatas

atau sama dengan 30 µg/dl menyebabkan naiknya tekanan darah sistolis secara

bermakna, tetapi tidak menunjukkan hubungan yang signifikan dengan tekanan

darah diatolis.

Berbeda juga dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fenga et al.

(2006) terhadap 27 orang pekerja pabrik baterai bekas. Sampel ini diperiksa

terlebih dahulu dan diketahui tidak menderita tekanan darah tinggi (sistolis diatas

140 mmHg dan diatolis diatas 90 mmHg) dan tidak menderita penyakit-penyakit

yang dapat menyebabkan tekanan darah tinggi. Udara di lokasi tempat mereka

bekerja diketahui terpolusi timbal dengan kadar 21- sampai 45 g/m3 sedangkan

standart maksimum yang ditetapkan oleh pemerintah untuk daerah industri adalah

0,05 mg/m3 (50 g/m3). Kadar timbal dalam darah maksimum untuk komunitas

Eropah adalah 15 g/dl. Rata-rata kadar timbal dalam darah sampel didapat 42,33

±15,6 g/dl. Rata-rata tekanan darah sistolis adalah 129,85±20,99 mmHg. Rata-

rata tekanan darah diastolik 80,6 ± 13,33 mmHg. Mereka menyimpulkan bahwa

pemaparan kronis terhadap polusi timbal yang rendah menyebabkan pengaruh

yang ringan terhadap tekanan darah sistolik dan diastolik. Mereka juga

Universitas Sumatera Utara


menyimpulkan bahwa pemaparan timbal dengan kadar rendah dalam waktu lama

secara kumulatif akan menyebabkan kenaikan tekanan darah pekerja.

Berdasarkan kadar hemoglobin darah

Pada penelitian ini tidak didapat perbedaan yang bermakna antara kadar

timbal dalam darah responden perlakuan dan kelompok kontrol. Dibandingkan

dengan hasil penelitian Willows et al. (2002) terhadap 186 bayi aborigin di

Canada yang diperiksa kadar timbal dalam darahnya menemukan median kadar

timbal dalam darah adalah 0,08 mol/l (range 0,01-1.00 mol/l). Dari bayi-bayi

yang diukur kadar timbal dalam darahnya didapat prevalens dari anemia

(hemoglobin kurang dari 110 g/l) sebanyak 25%. Bayi-bayi yang menderita

anemia mempunyai kadar timbal dalam darah rata-rata yang lebih tinggi

dibanding bayi-bayi yang tidak menderita anemia (0,11 mol/l dibanding 0,07

mol/l, P-0,003). Disimpulkannya bahwa didapat signifikan negatif korelasi

antara kadar timbal dalam darah kadar hemoglobin dalam darah.

Karita et al. (2005) meneliti 388 orang pekerja laki-laki yang terekspose

polusi timbal dengan kadar timbal dalam darah 0,5 – 5,5 (mean 1,3) mol/l. Dari

penelitian ini mereka menyatakan behwa kadar timbal dalam darah berhubungan

secara signifikan terhadap kadar Hb, terhadap butir darah merah dan hematokrit.

Pada pekerja dengan anemia rata-rata kadar timbal dalam darah lebih tinggi (

1,85 mol/l) dibanding dengan kriteria dari WHO bagi orang yang tidak anemia

kadar timbal dalam darahnya 1,26 mol/l.

Anetor et al. (2005) yang meneliti 86 kasus pekerja pabrik yang

menggunakan timbal dan 51 kasus yang tidak terpapar dengan timbal sebagai

kontrol. Kadar timbal dalam darah lebih tinggi secara signifikan dibandingkan

Universitas Sumatera Utara


dengan kontrol. Dilakukan pemeriksaan calcium dan haematological indices

mencakup haemoglobin, haematokrit dan mean corpuscular haemoglobin

concentration (MCHC), yang menunjukkan bahwa kadarnya lebih rendah pada

kelompok yang mengandung kadar timbal dalam darah yang lebih tinggi. Jumlah

total ion calcium secara signifikan lebih rendah pada kelompok yang

mengandung kadar timbal dalam darah lebih tinggi. Penelitian juga menunjukkan

bahwa timbal dapat menekan sistem endokrin yang mengatur pembentukan darah

dan kadar kalsium dalam tubuh.

Jain et al. (2005) meneliti pengaruh timbal dalam darah dengan kadar

dibawah 10 µg/dl terhadap timbulnya anemia pada anak dibawah umur 3 tahun.

Dalam penelitian ini mereka membagi anemia berdasarkan kadar hemoglobin

menjadi 3 kategori yaitu anemi ringan (kadar hemoglobin 10-10,9 g/dl), anemi

sedang (kadar hemoglobin 8-9,9 g/dl) dan anemi berat (kadar hemoglobin

dibawah 8 g/dl). Didapat 568 anak (53%) dengan kadar timbal dalam darah

dibawah 10 µg/dl, 413 anak (36%) dengan kadar timbal dalam darahnya sama

atau lebih dari 10-19,9 µg/dl dan 97 anak (9%) mempunyai kadar timbal dalam

darah sama atau lebih dari 20 µg/dl. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak

dengan kadar timbal dalam darah lebih atau sama dengan 10 µg/dl mempunyai

1,3 kali lebih tinggi untuk menderita anemia sedang dibanding dengan anak

dengan kadar timbal dalam darahnya kurang dari 10 µg/dl.

Berdasarkan kadar kreatinin darah.

Pada penelitian ini tidak ditemukan perbedaan kreatinin dalam darah

responden pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Dari data ini dapat

Universitas Sumatera Utara


diambil kesimpulan bahwa tidak ada hubungan kadar timbal dalam darah

dengan kadar kreatinin darah. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Pocock et

al. (1984) terhadap 7736 laki-laki pada umur pertengahan di 24 kota di Inggeris

mendapatkan bahwa tidak ada hubungan antara kadar timbal dalam darah dengan

kadar kreatinin dalam serum.

Berbeda dengan hasil penelitian Kim et al. (1996) dalam penelitiannya

terhadap 459 orang laki-laki di Boston menyatakan bahwa kadar timbal dalam

darah berhubungan secara signifikan terhadap kreatinin serum walaupun kadar

timbal dalam darah sampel ini tidak pernah melebihi 10 µg/dl selama masa

penelitian. Mereka mengambil kesimpulan bahwa kadar timbal yang rendah

dalam darah pada umur pertengahan dan lelaki yang lebih tua dapat

menyebabkan gangguan fungsi ginjal.

Lin et al. (2004) meneliti 202 pasien penderita gangguan ginjal kronis

yang ditandai dengan kadar kreatinin serum antara 1,5 mg/dl sampai 3,9 mg/dl.

Umur penderita 18 sampai 80 tahun. Semua penderita diketahui mengandung

total body lead burden dan tidak terpapar dengan timbal selama 24 bulan. Body

lead burden sebesar 600 µg yang diukur dengan EDTA mobilization testing dan

pengumpulan urin 72 jam. Kriteria eksklusi adalah penderita gangguan ginjal

yang disebabkan malignan hipertension, urinary tract infection, hypercalcemia

dan drug induce nephrotoxic effect dan systemic diseases. Kesimpulan yang

mereka ambil adalah bahwa keterpaparan terhadap timbal dalam kadar rendah

dapat mempercepat memburuknya gangguan ginjal kronis pada pasien yang

bukan penderita diabetes. Pemberian chelation terapi dapat memperbaiki fungsi

Universitas Sumatera Utara


ginjal dan memperlambat penurunan fungsi ginjal pada penderita gangguan ginjal

kronis.

Payton et al. (1994) meneliti hubungan antara kreatinin klerens dan kadar

timbal dalam darah pada 744 sampel laki-laki dari tahun 1988-1991 yang

berumur 43 sampai 90 tahun di Greater Boston, Massachusetts. Sampel dipilih

yang tidak terpapar dengan timbal di lingkungannya. Kadar timbal dalam darah

rata-rata 8,9 g/dl, S.D 3.9 g/dl, dan kreatinin klerens sebesar 88,2 ml/menit,

S.D. 22,0 ml/menit. Pengujian statistik dilakukan dengan multivariate linear

regression, didapat bahwa kreatinin klerens secara signifikan dan berbanding

terbalik dengan peningkatan kadar timbal dalam darah. Peningkatan kadar timbal

dalam darah 10,0 g/dl sebanding dengan penurunan kreatinin klerens sebesar

10,4 ml/menit. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keterpaparan dengan

kadar timbal yang rendah di lingkungan berhubungan dengan penurunan fungsi

ginjal.

4.7.4 Usulan pengembangan kebijakan

Dari hasil penelitian ini dapat diusulkan pengembangan kebijakan untuk

mencegah keracunan timbal kronis seperti berikut:

a. Pemberian Kalsium dengan dosis 3x500 mg sehari peroral selama tiga

bulan.

b. Menganjurkan kepada pekerja di pinggir jalan agar beristirahat pada siang

hari di dalam rumah, jangan di pinggir jalan raya

c. Diusulkan kepada pemerintah Republik Indonesia agar tidak memasarkan

bahan bakar yang mengandung timbal di kota Medan.(Soemirat, 2005)

Universitas Sumatera Utara


d. Diusulkan agar dilakukan modifikasi saluran buang kendaraan bermotor

agar polusi timbal yang dihasilkan dapat diturunkan ( Sastrawijaya, 2000).

e. Diusulkan penanaman pohon rindang di pinggir jalan karena daun pohon

dapat menyerap timbal yang ada di udara (Gravitiani, 2009)

f. Memantau kadar timbal dalam darah pekerja di pinggir jalan raya

4.7.5 Keterbatasan Penelitian

Walau telah dibuat perencanaan penelitian secara cermat dan sebaik

mungkin, namun masih dijumpai beberapa keterbatasan dalam pelaksanaan

penelitian ini sehingga masih ada kemungkinan akan mempengaruhi akurasi hasil

penelitian. Agar keterbatasan penelitian ini dapat dikurangi pengaruhnya terhadap

hasil penelitian maka perlu dipelajari hal-hal yang menyebabkan timbulnya

keterbatasan tersebut. Dalam penelitian ini keterbatasan yang dialami adalah

sebagai berikut:

Bias dalam Pemilihan Subyek Penelitian.

Bias dalam pemilihan subyek penelitian kemungkinan bisa terjadi oleh

karena dalam pemilihan sampel pada studi clinical trial ini peneliti tidak dapat

mengelompokkan sampel terlebih dahulu karena pasien datang satu persatu dari

jam 8 pagi sampai dengan jam 18 sore hari. Homogenisasi pasien dilakukan pada

waktu pemeriksaan pasien apakah dia memenuhi syarat inklusi atau tidak, bagi

pasien yang memenuhi semua kriteria inklusi dinyatakankan sudah homogen.

Jika ia memenuhi syarat inklusi, langsung dilakukan randomisasi dengan memilih

gulungan kertas apakah dia akan termasuk ke dalam kelompok perlakuan atau

Universitas Sumatera Utara


kelompok kontrol. Jadi randomisasi hanya untuk membedakan kelompok kontrol

atau kelompok perlakuan seperti hal yang biasa dilakukan pada penelitian

klinikal trial atau merupakan campuran (hibrida) antara strategi pencuplikan

purposif dan pencuplikan random sederhana (Murti,2006). Jadi dalam hal ini ada

kemungkinan homogenitas pasien kurang sempurna karena pasien berobat jalan

datang satu demi satu, bukan terkumpul dalam satu kelompok atau menginap di

rumah sakit.

Bias Informasi

Bias informasi bisa terjadi pada penelitian ini antara lain sehubungan

dengan kepatuhan pasien memakan obat 3 kali sehari tidak dapat dikontrol

dengan cermat. Kepatuhan pasien memakan obat hanya dinilai dari pengakuan

pasien dan dari sisa obat setelah satu minggu pada waktu pasien datang kontrol

dan penambahan obat untuk minggu berikutnya.

Masalah lain yang dihadapi dalam penelitian ini adalah kepatuhan pasien dalam

mengikuti penelitian yang berlangsung cukup lama yaitu 3 bulan, sehingga setiap

minggu terjadi pasien yang drop out. Namun perhitungan akhir masih didapat

sampel sebanyak 41 orang untuk kelompok perlakuan dan 46 orang untuk

kelompok kontrol, berarti lebih dari 2 kali lipat dari jumlah pasien minimal yang

diperlukan yaitu sebanyak 18 orang .

Universitas Sumatera Utara


4.76 Hal yang Baru dalam Penelitian ini

Beberapa hal yang relatif baru dalam penelitian ini adalah:

1. Belum ada penelitian yang dilakukan baik di Indonesia maupun

internasional sehubungan dengan usaha menurunkan kadar timbal dalam

darah pekerja dewasa.

2. Model prediksi KTD pada pekerja yang beresiko tinggi terhadap

keracunan timbal kronis berupa persamaan regresi:

Y = 3.446-0,727 (tempat istirahat) + 0,892 (pemberian kalsium).

3. Tablet Kalsium yang banyak tersedia di apotik-apotik di kota Medan

belum pernah dipergunakan sebagai obat untuk menurunkan kadar timbal

dalam darah pekerja dewasa seperti yang dilakukan pada penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara


V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

1. Kadar timbal dalam darah (KTD) penarik becak dayung, penarik becak

mesin dan pedagang kaki lima adalah: KTD awal pada kelompok kontrol

adalah 6,11±3,57 g/dl dan KTD akhir adalah 4,16±1,46 g/dl. KTD

awal pada kelompok perlakuan adalah 10,35±3,36 g/dl dan KTD akhir

adalah 3,2±1,58 g/dl

2. Pemberian Kalsium dengan dosis 3 x 500 mg sehari peroral kepada

pekerja yang beresiko tinggi terhadap keracunan timbal kronis selama 3

bulan dapat menurunkan KTD secara bermakna (p=0,001) pada CI=95%.

3. Selain pemberian Kalsium, faktor lain yang turut mempengaruhi KTD

adalah tempat pekerja beristirahat pada siang hari apakah di pinggir jalan

atau di rumah (p=0,025).

4. Didapat model prediksi KTD pada pekerja yang beresiko tinggi terhadap

keracunan timbal kronis berupa persamaan regresi:

Y = 3.446-0,727 (tempat istirahat) + 0,892 (pemberian kalsium).

5. Didapat rekomendasi kebijakan dalam mengelola dampak lingkungan

yang diakibatkan oleh polusi timbal sebagai berikut: Pemberian Kalsium

dengan dosis 3 x 500 mg sehari peroral selama tiga bulan pada pekerja

yang telah terpapar pada polusi timbal.

Universitas Sumatera Utara


5.2 SARAN

Untuk mencegah dampak pencemaran timbal di udara ambien terhadap

kesehatan manusia, dirasa perlu untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan

berikut:

1. Dilakukan pemantauan rutin terhadap kadar timbal dalam darah pekerja

yang beresiko tinggi

2. ”Pemberian Kalsium dengan dosis 3 x 500 mg sehari peroral selama 3

bulan kepada pekerja yang beresiko tinggi terhadap keracunan timbal

kronis ” kiranya dapat dijadikan salah satu kebijakan oleh Dinas

Kesehatan Kota Medan.

3. Menganjurkan kepada pekerja di pinggir jalan agar beristirahat pada siang

hari di dalam rumah, bukan di pinggir jalan raya

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, U. F., (2008) Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah,UI Press, Jakarta


: 55-61

Achmad, R., (2004), Kimia Lingkungan, Andi Offset,Yogyakarta:100-101

‘A guide to writing a bibliography using the Harvard System’[Online]. Available:


http://www.ccb.vic.edu.au/resources/library/Bibliography/html. tanggal 26
Maret 2010.

Albalak, R., (2001), Pemaparan timbal dan anemia pada anak-anak di Jakarta,
Indonesia, Laporan Akhir, United States Centers for Disease Control
(CDC).

Anetor, J. J ., Akingbola,T.S., Adeniyi,F. A. A. dan Taylor, G. O. (2005),


Decreased total and ionized calcium levels and haematological indices in
occupational lead exposure as evidence of the endocrine disruptive effect
of lead, Indian Journal of Occupational & Environmental Medicine, vol 9
no 1:15-21

Archer, A. (1980), Blood lead concentrations in pre-school children in


Birmingham, Journal of The Royal Society of Medicine, Vol.73:328-322

Badan Pusat Statitik Kota Medan, (2010), Kota Medan dalam Angka

Ballew, C. dan Barbara, B., (2001), Recomending calcium to reduce lead


toxicity in children: A critical review, Nutrition Reviews, vol l59, no 3:71-
79.

Bellinger, D. C., (2004) Lead, Pediatrics,113;1016-1022.

BENEFITA The United Environment,(2003), Mengenal ISO 14001 Sistem


Manajemen Lingkungan, available: http://www.benefita.com/artikel.php?
item= artikel&id=4 tanggal 5 Juli 2010

Bernard, S. M. dan Mc Greehin, M. A., (2003), Prevalence of blood lead levels >
5 g/dl among US children 1 to 5 years of age and socioeconomic and
demographic factors associated with blood of lead levels 5 to 10 g/dl,
Third National Health and Nutrition Examination Survey, 1988-1994,
Pediatrics, vol 112, no 6, 2003:1308-1313.

Brochin, R., Siena Leone, Dylan Phillips, Nicholas Shepard, Diane Zisa dan Allan
Angerio, (2008), The Celluler Effects of Lead Poissoning and Its Clinical
Picture, Georgetown Journal of Health Sciences, Vol 5 No 2.

Universitas Sumatera Utara


Buchari, (2007), Manajemen Kesehatan Kerja dan Alat Pelindung Diri, USU
Repository, available:http://library,usu,ac.id/download/ft07002748 pdf tgl
5 Juli 2010.

Chandra, B., (2007), Pengantar Kesehatan Lingkungan, EGC, Jakarta: 79-84

Cheng,Y., Schwarttz,J. Sparrow, D. Aro A., Weis S. T. dan Hu H., (2001), Bone
Lead and Blood Lead Levels in Relation to Baseline Blood Pressure and
the Prospective Development of Hypertension, American Journal of
Epidemiology,vol 153 No.2

Committee on Environmental Health, American Academy of Pediatrics (2004)


Ambient Air Pollution: Hazards to Children, Pediatrics;114;1699-1707.

Covington, M. A., (2005), How to write term paper or thesis, Artificial


Intelligence Center, The University of Georgia, available:
http://www.ai.uga.edu/mc, tanggal 26 Maret 2010.

Connel, R., Berthane, K., Gillililand, F. Molitor, J.,Thomas, D., Lurrman, F.,
Avol, E.M.S., Ganderman, W.J. dan Peters,J.M., (2003), Prospective study
of air pollution and bronchitic symptoms in children with astma, American
Journal Crit Care Med

Dahlan, M.S. (2004), Statistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan, Arkans,


Jakarta: 65-87

Dahlan, M. S. (2006), Besar Sampel Dalam Penelitian Kedokteran, Arkans,


Jakarta: 19-70

Darmono (2001), Lingkungan Hidup dan Pencemaran, Hubungannya dengan


Toksikologi Senyawa Logam, UI Press, Jakarta: 66-85;106-121;140-149

DeKort, W. L. A. M. dan Wim, C. M. Zwennis, (1988), Blood Lead and Blood


Pressure: Some Implications for the Situation in the Netherlands,
Environmental Health Prespectives, Vol 78, pp 67-70.

Departement of Labor and Industries The State of Washington (2000), Safety and
Health Assessment & Research for Prevention Report#60-1-2000, Working
with Lead: How to Protect Worker’s Health

Desai, N. (2003) Mengembangkan Masyarakat-Ekologi Perkotaan:Tanggapan


PBB dalam Takashi Inoguchi, Edward Newman, Glen Paoletto (editor),
Kota dan Lingkungan, LP3ES, United Nations University Pers, Tokyo: 279-
295

Environmental Protection Agency 540-R-93-081 (1994), More About the Model:


Lead Bioavailabilty, Publication # 9286.7-15-1

Universitas Sumatera Utara


Erawati, S., (2003), Pemeriksaan Kadar Timah Hitam (Pb) dalam Specimen
Darah Polisi Lalu Lintas Dalam Rangka Pengusulan Kebijakan Kesehatan
di Poltabes Medan 2003, Thesis Program Magister Kesehatan Kerja,
Program Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara: 31-41

Ettinger, A. S., (2009), Effect of Calcium Supplementation on Blood Lead Levels


in Pregnancy: A Randomized Placebo-Controlled Trial, Environmental
Health Prospectives, Vol 117, Number 1, Januari 2009.

Etzel, R. A., (2003), How environmental exposures influence development and


exacerbation of astma, Pediatrics;112;233-239

Falken, M. dan Erik Zabel (2003), Lead Toxicology, Minesota Department of


Health.

Fenga, C., Cacciola, A., Martino,L.B., Calderaro, S.L., DiNola, C., Verzera, A.,
Trimarchi, G. dan Germano, D., (2006) Relationship of Blood Lead Levels
to Blood Pressure in Exhaust Battery Storage Workers, Industrial Health,
No 44 : 304-309.

Fewtrell,L., Kaufmann,R. dan Ustun,A.P., (2003) Lead, Environmental Burden of


Disease Series, No.2, WHO Protection of the Human Environment,
Genewa

Frumkin,H. dan Thum,M.J., (2001), Diesel exhaust, CA Cancer Journal for


Clinicians; 51;193-198.

Girsang.E., (2008) Hubungan Kadar Timbal di Udara Ambien dengan Timbal


Dalam Darah pada Pegawai Dinas Perhubungan Terminal Antar Kota
Medan, Tesis Paca Sarjana Universitas Sumatera Utara: 36-52

Glenn,B. S., Rooche,K.B., Lee, B.K. dan Weaver, V.M., (2006), Change in
Systolic Blood Pressure Associated with Lead in Blood and Bone,
Epidemiology, Vol 17 No 5: 538-544

Goodman dan Gilllman (2001) The Pharmacological Basis of Therapeutics,Tenth


Ed., Mc Graw-Hill, New York, pp 1716-1720: 1852-1856

Grandjean,P., Hollnagel,H., Hedegaard,L., Christensen, J.M. dan Larsen,S.,


(1989), Blood Lead-Blood Pressure Relations: Alkohol Intake and
Hemoglobin as Confounders, American Journal of Epidemiology, vol 129,
No 4: 732-739.

Gravitiani,E.(2009), Valuasi Ekonomi Dampak Timbal (Pb) Gas Buang


Kendaraan Bermotor Terhadap Kesehatan Masyarakat Perkotaan
Yogyakarta, Disertasi, Universitas Gajah Mada: 67-80

Universitas Sumatera Utara


Gulson, B.L., Karen J. Mizon, Jacqueline M.Palmer, Michael J. Korsch dan Alan
J. Taylor, (2001) Contribution of Lead from Calcium Supplements to Blood
Lead, Environmental Health Prospectives, Vol 109 No 3: 283-288.

Gulson, B.L., Karen J. Mizon., Jacqueline M. Palmer., Michael J. Korsch., Alan


J. Taylor. dan Kathryn R. Mahaffey, (2004), Blood Lead Changes during
Pregnancy and Postpartum with Calcium Supplementation, Environmental
Health Prospectives, Vol 112 No 15:1499-1507.

Han, S., David H. Pfizenmaier, Enid Garcia, Maria L. Eguez, Matthew Ling,
Francis W. Kemp, dan John D. Bogden, (2000), Effecs of Lead Exposure
before Pregnacy and Dietary Calcium during Pregnancy on Fetal
Development and Lead Accumulation, Environmental Health Perspectives,
Vol 108 No6:527-531.

Hardjasumantri, K. (2002) Hukum Tata Lingkungan, Gajah Mada University


Press, Yogyakarta:66;93;216

Harian Waspada, (8 Maret 2010), 3,6 Juta Kendaraan Terdaftar di Poldasu:C3

Harlan,R.H., Richard Landis, Robert L.S, Nancy G.Goldstein dan Lyne C.Harlan,
(1985), Blood Lead and Blood Pressure, Relationship in the Adolescent and
Adult US Population, JAMA, Vol 253 No 4:530-534

Hartono,B., (2005) Efek Pemberian Plumbum (Timah Hitam) Anorganik pada


Tikus Putih (Rattus norvegicus), J.Sain Vet.Vol 23 No.2, 2005

Haryanto, B. (2008), Pengaruh Suplemen Kalsium Terhadap Penurunan Kadar


Hitam Dalam Darah (Studi komunitas siswa Sekolah Dasar di Kota Timah
Bandung), Disertasi, Program Doktor, Program Pascasarjana Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Jakarta:90-91

Hense, H. W., Birgit Filipiak, Ladislav Novak dan Markus Stoeppler,(1992),


Nonoccupational Determinants of Blood Lead Concentrations in a General
Population, International Journal of Epidemiology, 1992; 21:753-762.

Hu, H., Regina Shih, Stephen Rothenberg, dan Brian S. Schwartz, (2007) The
Epidemiology of Lead Toxicity in Adults: Measuring Dose and
Consideration of Other Methodologic Issues, Environ Health Prospect
March:115(3):455-462

Hu, H., Payton M, Korrick S, Aro A, Sparrow D, Wells S.T. dan Rotnizky A.,
(1996), Determinants of Bone and Blood Lead Levels among Community-
exposed Middle-aged to Elderly Man, American Journal of Epidemiology,
Vol 144, No 8 :749-759.

Universitas Sumatera Utara


Jain, N.B., Laden F.,Guller U., Shankar A., Kazani S. dan Garshick E., (2005),
Relation between blood lead levels and Cildhood anemia in India, American
Journal of Epidemiology, vol 161,no10:968-973.

Jin, A., Clyde Hertzman, Shaun H.S. Peck dan Gillian Lockitch, (1995), Blood
Lead Levels in Children aged 24 to 36 Months in Vancouver. Canadian
Medical Association Journal Vol 152 No 7:1077-1086.

Jung, K.Y., Sang-Yu Lee, Joan-Yu Kim, Young-Scoub Hong, Sung-Ryul Kim,
Dong-Il Kim dan Jue-Bok Song, (1998), Renal dysfunctin indicators in lead
exposed workers, Journal of Occupational Health, vol 40:103-109.

Kaewboonchoo,O., Sumbee Saleekul, Arpapornc Powattana dan Toshio Kawai,


(2007), Blood Lead level and Blood Pressure of Bus Drivers in
Bangkok,Thailand, Industrial Health,45:590-594

Katsouyanni, K. (2003), Ambient air pollution and health; British Medical


Bulletin;68;143-15

Kemeterian Lingkungan Hidup Republik Indonesia (1991), Surat Keputusan


Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. KEP-
03/MENKLH/II/1991 tentang Baku Mutu Udara Ambien

Karita,K., Eiji Yano, Miwako Takeishi, Toyoto Iwata dan Katsuyuki Murata,
(2005), Benchmark Dose of Lead Inducing Anemiaat the Workplace, Risk
Analysis, Vol 25, Iss 4 pg 957.

Khalil,N., John W.Wilson, Evelyn O.Talbot, Kisa A Morrow, Marc C.Hochberg,


Teressa A Hillier, Susan B Muldoon, Steven R.Cummings dan Jane a
Cauley, ( 2009), Association of Blood Lead Concentration with Mortality
in Order Woman: a Prospective Cohort Study, Environmental Health, Vol 8
No 15.

Kim, R., Howard Hu, Andrea Rotnitzky, David Bellinger dan Herbert
Needleman, (1995), A Longitudinal Study of Chronic Lead Exposure and
Physical Growth in Boston Children, Environmental Health Prospectives,
Vol 103, No 10:952-957.

Kuo, H.W., Li Hsing Lai, Sze Yuan Chou, dan Fang Yang Wu, (2006),
Association between Blood Lead Level and Blood Pressure in Aborigines
and Others in Central Taiwan, International Journal of Occupational and
Environmental Health, Vol 12, No 3.

Kusnoputranto,H., (1995), Toksikologi Lingkungan, Fakultas Kesehatan


Masyarakat dan Pusat Penelitian Sumberdaya Manusia dan Lingkungan,
Universitas Indonesia, Jakarta:105

Universitas Sumatera Utara


Lanphear, B.P., Byrd,R.S., Auinger, P. dan Schaffer, S.J., (1998), Community
characteristics associated with elevated blood lead levels in children,
Journal Pediatrics, 101; 264-271

Lee, M.G.Ock, Kyoung Chun dan Won O. Song (2005), Determinants of Blood
Lead Level of US Woman of Reproductive Age, Journal of American
College of Nutrition, Vol 24, No 1:1-9.

Lin, C., Rokho Kim, Shirng Wern Tsaih, David Sparrow dan Howard Hu, (2004),
Determinants of Bone and Blood Lead Levels among Minoroties Living in
the Boston Area, Environmental Health Prospectives, Vol 112, No
11:1147-1151.

Lin, J.L., Dan-Tzu Tan, Kuan-Huang Hsu dan Chun-Chen Yu, (2001),
Environmetal lead exposure and progressive renal-isufficiency, Arch Intern
Med, vol 161 no 22:264-271.

Lin, J.L., Dan-Tzu Lin-Tan, Y-Jung Li, Kuan-Hsin Chen dan Yen-Pin
Huang,(2006), Low level environmental exposure to lead and progressive
chronic kidney diseases, The American Journal of Medicine, vol 119,no
8:e1-e9.

Lin,J.L., Huei-Huang Ho dan Chun-Chun-Yu, (1999), Chelation therapy for the


patients with elevated body lead burden and progressive renal failure, Ann
Intern Medicine, vol 130:7-13.

Lin,J.P., Tan, D.T.L., Hsu, K.H. dan Yu, C.C. (2003), Environmental lead
exposure and progression of chronic renal diseases in patiens without
diabetes, New England J of Medicine, Vol 348 No 4:277-286.

Lipsett, M. dan Campleman, S. (1999), Occupational exposure to diesel exhaust


and lung cancer: A meta-analysis , American Journal of Public Health; Vol
89;1009- 1017.

Lu, F.C. (1994), Toksikologi Dasar, Azas, Organ Sasaran, dan Penilaian Resiko,
Edisi Kedua, UI Press, 1994:358-360.

Lutsberg, M. dan Silbergeld, E. (2002), Blood Lead Levels and Mortality, Arch
Intern Med,vol 162

Markowitz, M.E., Sinnett, M. dan Rosen,.J.F. (2004), Randomized Trial of


Calcium Supplementation for Childhood Lead Poisoning, Pediatrics Vol
113, No 1:e34-e39.

Martin, D., Glass, T.A.,Bandeen-Roche, K., Todd A.C., She W.dan Schward,
B.S., (2006), Association of Blood Lead and Tibia Lead with Blood
Pressure and Hypertension in a Community Sample of Older Adults,
American Journal of Epidemiology, vol 163 No 5:467-478.

Universitas Sumatera Utara


McKelvey, W., R. Charon Gwynn, Nancy Jeffery, Daniel Kass, Lorna E.
Thorpe, Renu K. Garg, Christopher D. Palmer, dan Patrick J. Parsons
(2007) A Biomonitoring Study of Lead, Cadmium and Mercury in the
Blood of New York City Adults, Envoronmental Health Prospectives, Vol
115, No 10:1435-1441.

Menke, A., Muntner, P., Batuman, V., Silbergeld,E.K. dan Guallar, E. (2006),
Blood Lead Below 0,48 µmol/L (10 µg/dL) and Mortality Among US
Adult, Circulation, 114: 1388-1394.

Meredith, P,A., Moore, M.R. dan Goldberg, A. (1977), The Effect of Lead
Absorption in Rats, Biochem Journal, 166:531-537, Great Britain

Mohammadi, S., Mehrparvar,M. dan Aghilinejad, M. ((2008), Appendectomy


due to Lead Poisoning: a Case-Report, Journal of Occupational Medicine
and Toxicology 2008, 3:23

Muldoon, S.B., Cauley,J.A., Kuller,L.H., Scott,J. dan Roahay,J. (1994), Lifestyle


and Sociodemographic Factors as Determinants of Blood Lead Level in
Elderly Woman, American Journal of Epidemiology, Vol 139, No.6:599-
608.

Mulia, R.M., (2005) Kesehatan Lingkungan, Graha Ilmu, Yogyakarta:27-37

Muljono, E.L., (1997), Peraturan Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja, Harvarindo, Jakarta.

Muntner,P., Menke,A., DeSalvo,K.B., Rabito, F.A. dan Batuman,V. (2005),


Conti- nued Decline in Blood Lead Levels Among Adults in United Satates,
Archives of Internal Medicine,Vol 165 No 18:2155-2161

Murti, B., (2006), Desain dan Ukuran Sampel Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif di Bidang Kesehatan, Gajah Mada University Press,
Yogyakarta:123-125

Naibaho, R., (2005), Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kadar Emisi Gas


Kenderaan Bermotor di Kota Medan, tesis Sekolah Pacasarjana USU,
Medan

Nash,D., Laurence,S. Magder, Roger Sherwin, Robert J. Rubin dan Ellen K.


Silbergeld, (2004), Bones Density-related Predictors of Blood Lead Level
among Peri-and Posmenopausal Women in United States, American
Journal of Epidemiology, Vol 160 No 8:901-911.

National Health and Medical Research Councils (2009), Blood Lead Level for
Australians, NHMRC Information Paper, August 2009.

Universitas Sumatera Utara


Nauwrot, T,S dan Jan A.Staessen, (2006), Low-Level Environmental Exposure to
Lead Unmasked as Sillent Killer, Circulation, 114: 1347-1349.

Neri,L.C., David Hewitt dan Blair Orsen (1988), Blood Lead and Blood Pressure:
Analysis of Cross-Sectional and Longitudinal Data from Canada,
Environmental Health Prospectives, Vol 78:pp 123-126.

Newman, E., (2003) Masyarakat Perkotaan Berkelanjutan:Sebuah Cita-cita


Teknologi atau Politis? dalam Takashi Inoguchi, Edward Newman, Glen
Paoletto (ed), Kota dan Lingkungan, LP3ES, United Nations University
Pers, Tokyo.

Nielsen, O.R., Hertel, O., Thomsen, B.L. dan Olsen, J.H. (2001), Air pollution
from traffic at the residence of children with cancer, American Journal of
Epidemiology;Vol 153 ;No5;433-443

Nurmaini (2005), Hubungan Tekanan Darah dengan Kadar Timbal pada Polisi
Lalu Lintas di Kota Medan Tahun 2004, Info Kesehatan Masyarakat, Vol
IX No 3:149-227

Palar, H. (2008) Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat, Rineka Cipta,


Jakarta:74-93

Parent, M.E., Rousseau, M.C., Boffetta, P., Cohen H., dan Siemiatycki J., (2007),
Exposure to gassoline engine emissions and risk of lung cancer,American
Journal of Epidemiology, , Vol 165 No 1;53-62

Pasorong, M.B. (2007), Hubungan Antara Kadar Plumbum (Pb) dan Hipertensi
pada Polisi Lalu Lintas di Kota Manado, tesis, Program Pascasarjana,
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta:45-46

Payton, M., Howard Hu, David Sparrow dan Scott, T.Weiss, (1994), Low-level
lead exposure and renal function in normative aging study, American
Journal of Epidemiology, Vol 140, No 9:821-829.

Peters, J.L., Laura Kubzansky, Eileen McNeely, Joel Schwartz, Avron Spiro, III,
David Sparrow, Robert O. Wright, Huiling Nie, dan Howard Hu, (2007),
Stress as a Potential Modifier of the Impact of Lead Levels on Blood
Pressure:The Normative Aging Study, Environmental Health Perspectives,
Vol 115 No 8:1154-1159.

Pirsaraei, S.R.A., (2007), Lead Exposure and Hair Lead Level of Workers in a
Lead Refinery, Indian Journal of Occupational and Environmental
Medicine, Vo; 11,No 1:6-8.

Universitas Sumatera Utara


Pocock, S.J, A.G.Syaper, D.Ashby, T.Delves dan T.P.Whitehead, (1984), Blood
Lead Concentration, blood pressure, and Renal Function, British Medical
Journal, Vol 289: 872-874.

Pope, C.A. III dan Dockery, D.W., (2006) Health effect if fine particulate air
pollution: lines that connect, Journal of the Air & Waste Management
Association;56;709-733

Portal Universitas Gajah Mada (2010), http://www.ac.id./index.php?page=rilis &


artikel=2426: Polusi Timbal Sebabkan 29.234 Kasus Penurunan IQ Anak di
Daerah Istimewa Yogyakarta, Diakses tanggal 23 Oktober 2010

Pratiknya, A.W. (2003), Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran &


Kesehatan, Raja Grafindo Persada, Jakarta:127-143

Rabinowitz,M.B., George,W.W. dan Joel.D.Kopple, (1976), Kinetic Analysis of


Lead Metabolism in Healthy Humans, The Journal of Investigation, Vol58,
260-270

Rangkuti,F., (2009), Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, Gramedia


Pustaka Utama, Jakarta:21-35

Richiardi, L., Mirabelli, D., Calisti, R., Ottino, A.,Ferrandol A.,Boffetta P dan
Meletti F., (2006), Occupational exposure to diesel exhausts and risk for
lung cancer in a population-based case-control study in Italy, Journal
Annals of Oncology Vol 17,No.12;1842-1847

Ridley, J., (2008), Ikhtisar Kesehatan dan Keselamatan Kerja, alih bahasa Soni
Astranto, Erlangga, Jakarta:39-54

Riess, M. L. dan Halm, J.K. (2007) Lead Poisoning in Adult:Lead Mobilization


by Pregnancy?, J Gen Intern Med. August,22(8):1212-1216

Roncal, C., Mu Wei, Reungjui Sirirat, Kim Kyung Mee, Henderson George N.,
Ouyang Xiaosen, Nakagawa Takahiko dan Johnson Richard (2007), Lead,
At low levels, accelerates arteriolopathy and tubulointerstitial injuri in
chronic kidney disease, American Journal Physiology,Renal Physiology
No293:1391-1396

Santoso, G., (2004), Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja, Prestasi


Pustaka, Jakarta.

Samudro,B.R. (2003) Analisis Ekonomi Metode Willingness To Pay:Dampak


Gas Buang Kendaraan Bermotor Terhadap Kesehatan Masyarakat, dalam
Proceeding Natural Resources and Environmental Accounting
(Ratnaningsih, Awal Subandar, Azis Khan(editor), BPFE Yogyakarta.

Universitas Sumatera Utara


Sargent,J.D., , O'Connor GT, Olmstead EM dan Klein RZ. (1999), Randomized
trial on calcium glucerophosphat-supplemented infant formula to prevent
lead absorption, American Journal Clinical Nutrition;69;1224-1230

Sastrawijaya,A.T. (2000), Pencemaran Lingkungan, Rineka Cipta, Jakarta:184-


185

Sastroasmoro, S., Ismael,S., (2002), Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis,


ed 2, Sagung Seto, Jakarta:144-164

Sastrohadiwiryo, S.(2003) Manajemen Tenaga Kerja Indonesia, Bumi Aksara,


Jakarta

Saukah, A. (ed), (2000), Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Universitas Negeri


Malang: 9-20

Sharp, D.S., Osterloh,J., Becker C.E., Bernard, B., Smith, A.H., Fisher, J.M.,
Syme, S.L., Holman, B.L.,dan Johnston, T., (1988), Blood Pressure and
Blood Level Concentration in Bus Drivers, Environmental Health
Perpectives,vol 78 pp.131-137.

Shima, M. dan Adachi,M., (2000), Efffect of outdoor and indoor Nitrogen


Dioxide on respiratory symptoms in schoolchildren, International Journal
of Epidemiology; 29;862-870

Siagian, D., (2008) Pengaruh Proteksi Vitamin C Terhadap Kadar Kolesterol dan
Trigliserida Mencit (Mus musculus L) yang Dipapar Plumbum, Thesis,
Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara:14-15

Silalahi,B. dan Silalahi R. (1985), Manajemen Keselamatan dan Kesehatan


Kerja, Pustaka Bina Pressindo, Jakarta.

Sirait, H.P, (2009), Pengaruh Pelayanan Kesehatan Bagi Penduduk Miskin


Terhadap Pembangunan Manusia dalam Pengembangan Wilayah di Kota
Medan, Disertasi, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara:103-
104

Siregar, D., (2004) Manajemen Aset, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta:59-60

Sitohang, R., (2001), Pengaruh Intensitas Kendaraan Bermotor Terhadap Emisi


Logam Timbal ke Dalam Udara Ambien di Kota Medan, tesis, Program
Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara:40-41

Slamet, J.S., (2009) Kesehatan Lingkungan, Gajah Mada University Press,


Yogyakarta:117-118

Soemarwoto, O., (1997) Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Penerbit


Djambatan, Jakarta:95-96

Universitas Sumatera Utara


Soemirat, J. (2005) editor, Toksikologi Lingkungan, Gajah Mada University
Press, Yogyakarta:10;35-36;118-121;194

_________(2005), Epidemiologo Lingkungan, Gajah Mada University Press,


Yogyakarta:98-99

Spivey, A., (2007), The weight of lead, effect add up in adults, Environmental
Health Prospectives, vol 115 no 11:A31-A36.

Srinivas, H. (2003) Manajemen Lingkungan Perkotaan: Kemitraan Bersi-


nambungan, dalam Takashi Inoguchi, Edward Newman, Glen Paoletto (ed),
Kota dan Lingkungan, LP3ES, United Nations University Pers, Tokyo.

Sudjana, (2002), Metoda Statistika,Tarsito, Bandung:165-178

Sule, E.T. dan Saefullah,K., (2009), Pengantar Manajemen, Kencana, Jakarta.

Sunu,P.,(2001), Melindungi Lingkungan dengan ISO 14001, Gramedia


Widyasarana Indonesia, Jakarta:41-42;84-85

Supangat, A., (2008), Statistika, Kencana Prenata Media, Jakarta

Supranto, J., (2004), Analisis Mulivariat, Rhineka Cipta, Jakarta

Tarigan, L., (2001), Hubungan Lama Kerja Terhadap Kadar Timah Hitam pada
Polisi Lalu Lintas Satlantas Poltabes Medan Sekitarnya tahun 1998,
Majalah Info Kesehatan, Vol V No 8/Maret 2001

Tola, S., Hernber dan S.,Vesanto, R. (1976), Occupational Lead Exposure in


Findland VI, Final Report, Scandinavian Journal Work Environmental
Health.

Vupputuri, S., Jiang He, Paul Muntner, Lydia A. Bazzano, Paul K. Whelton, dan
Vecihi Batuman (2003), Blood Lead Level is Association With Elevated
Blood Pressure in Blacks, Hypertension 2003,41:463-468

Wahyudiono dan Eko Nur, (2006), Hubungan Antara Pemakaian Masker dengan
Dampak Kesehatan Akibat Paparan Pb Transportasi: Studi Pada Polisi Lalu
Lintas di Kota Surabaya,Email:library@lib.unair.ac.id

Wardhana,W.A., (2004), Dampak Pencemaran Lingkungan, Andi Offset,


Yogyakarta:127

Weiss, S.T., Alvaro Munoz, Amy Stein, David Sparrow dan Frank E Speizer,
(1988), The Relationship of Blood Lead to Systolic Blood Pressure in a
Longitudinal Sudy of Policeman, Environmental Health Prospectives, No
78:53-56.

Universitas Sumatera Utara


Widowati,W., Astiana Santiono, dan Raymond Yusuf (2008) Efek Toksik Logam
Berat, Pencegahan dan Penaggulangan Pencemaran, Andi Offset,
Yogyakarta:116-125

Wijoyo, S., (2005) Refleksi Matarantai Pengaturan Hukum Pengelolaan


Lingkungan Secara Terpadu, Airlangga University Press, Surabaya:440

________ (2004) Hukum Lingkungan: Mengenal Instrumen Hukum


Pengendalian Pencemaran Udara di Indonesia, Airlangga University Pess,
Yogyakarta:186-222

Willows, N.D. dan Katherine Gray Donald, (2002), Blood lead concentrations
and iron deficiency in Canadian Aboriginal infants. The Science of the Total
Environment, Issues-1-3:255-260.

Wirahadikusuma, K., (2001), Penelitian kadar timbel pada udara ambient di


propinsi DKI Jakarta pasca 1 Juli 2001.

Yazbeck, C., Olivier Thiebaugeorges, Thierry Moreau, Valérie Goua, Ginette


Debotte, Josiane Sahuquillo, Anne Forhan, Bernard Foliguet, Guillaume
Magnin, Rémy Slama, Marie-Aline Charles dan Guy Huel, (2009),
Maternal blood lead levels and the risk of pregnancy induced hypertension,
the EDEN cohort study, Environmental Health Perspectives, National
Institute of Environmental Health Sciences, National Institute of Health, US
Department of Health and Human Services.

Yu, C.C., Ja-Liang Lin dan Dan-Tzu Lin Tan, (2004), Environmental exposure to
lead and progression of chronic renal diseases: A four-year prospective
longutinal study, Am Soc Nephrol 15:1016-1022.

Zaotis, L.B. dan Vincent,W.C. (2007), Comprehensive pediatric hospital


medicine, Mosby, Elsevier, Philadelphia.

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN I

Medan, 18 Mei 2009

Kepada:
Health Research Ethical Committee of North Sumatera
Di
Fakultas Kedoktera USU
Medan.

Dengan hormat, bersama ini saya sampaikan bahwa untuk keperluan penulisan
Disertasi di Program Studi S-3 Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan,
Sekolah Pascasarjana USU, maka saya akan melakukan penelitian dengan judul:

KEBIJAKAN BIDANG KESEHATAN DALAM USAHA PENCEGAHAN


KERACUNAN TIMBAL DARI UDARA AMBIEN PADA PEKERJA
DEWASA YANG BERESIKO TINGGI DENGAN SUPLEMEN KALSIUM (
Studi Kasus di Kota Medan).

Untuk dapat melaksanakan penelitian ini saya mohon kiranya Health Research
Ethical Committee dapat memberikan Surat Keterangan Lulus Kaji Etik
Kedoteran terhadap penelitian yang akan saya laksanakan ini.

Untuk melengkapi berkas, bersama ini saya lampirkan, masing-masing rangkap


2:
1. Proposal Penelitian
2. Formulir Isian
3. Daftar Riwayat Hidup
4. Rincian Biaya Penelitian
5. Lembar Penjelasan Kepada Subjek Penelitian
6. Inform Concent ( lembar persetujaun subjek penelitian bahwa ia telah
setuju sebagai subjek).

Terima kasih atas kerja sama yang baik.

Peneliti,

Dr.Wirsal Hasan,MPH

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN II

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN III

PENJELASAN MENGENAI PENELITIAN:


KEBIJAKAN BIDANG KESEHATAN DALAM USAHA
PENCEGAHAN KERACUNAN TIMBAL DARI UDARA AMBIEN
PADA PEKERJA DEWASA YANG BERESIKO TINGGI
DENGAN SUPLEMEN KALSIUM
(Studi Kasus di Kota Medan)

Bapak/Ibu yang terhormat,

Bapak/Ibu yang saya undang pada pertemuan ini adalah bapak/ibu yang seharian
bekerja dan beristirahat di pinggir jalan raya yang padat lalu lintasnya, yaitu
bapak/ibu yang bekerja sebagai penarik beca dayung, penarik beca bermesin,
sopir angkot, pengatur lalu lintas dan pedagang pinggir jalan yang telah
menekuni pekerjaan ini lebih dari 2 tahun..

Seperti bapak/ibu ketahui bahwa setiap kendaraan bermotor yang lewat di jalan
mengeluarkan gas berbahaya bagi kesehatan bapak/ibu, salah satu diantaranya
adalah timbal (timah hitam) yang sangat berbahaya terhadap kesehatan. Timbal
tersebut akan terhirup sewaktu bapak/ibu bernafas, yang lama kelamaan akan
menumpuk di dalam tubuh. Tumpukan (akumulasi) timbal di dalam tubuh ini
akan menyebabkan penyakit pada tubuh bapak/ibu berupa gangguan pada
pembentukan darah, gangguan pada syaraf, gangguan pada alat reproduksi, sakit
kepala, hipertensi (tekanan darah tinggi), gangguan konsentrasi, dada berdebar
dan nafsu makan berkurang.

Sampai saat ini belum ada obat yang dianjurkan untuk mencegah terjadinya
keracunan timbal ini. Di beberapa negara maju telah dilakukan penelitian
pengaruh suplemen kalsium terhadap kadar timbal dalam darah pada ibu-ibu
hamil dan menyusui selama 3 sampai 9 bulan, yang menunjukkan bahwa
pemberian kalsium dapat menurunkan kadar timbal dalam darah. Namun untuk
orang-orang yang bekerja seperti bapak/ibu ini belum pernah ada penelitian
seperti itu. Oleh karena itu saya mengundang kesediaan bapak/ibu untuk ikut
dalam penelitian ini. Biaya penelitian tidak dibebankan kepada bapak/ibu.

Untuk lebih jelasnya, proses penelitian adalah sebagai berikut:


1. bapak/ibu akan diperiksa kadar timbal dalam darah bapak/ibu. Jika dari
pemeriksaan ternyata kadar timbal dalam darah bapak/ibu sudah tinggi,
maka

2. kepada bapak/ibu akan diberikan suplemen kalsium setiap minggu


selama 12 minggu ( 3 bulan).

3. Setelah 12 minggu (3 bulan) makan suplemen kalsium, dilakukan lagi


pemeriksaan kadar timbal di dalam darah bapak/ibu.

Universitas Sumatera Utara


Pada lazimnya penelitian ini tidak akan menimbulkan hal-hal yang berbahaya
bagi kesehatan bapak/ibu. Namun bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
selama penelitian berlangsung, yang disebabkan oleh perlakuan yang dilakukan
dalam penelitian ini, bapak/ibu dapat menghubungi Dr.Wirsal Hasan, MPH (HP
0812 639 88388 atau tel 6611627) untuk mendapat pertolongan. Kerjasama
bapak/ibu sangat diharapkan dalam penelitian ini, jika masih ada hal-hal yang
kurang jelas menyangkut penelitian ini, setiap saat dapat bapak/ibu tanyakan pada
Dr.Wirsal Hasan,MPH. Setelah memahami proses penelitian ini, bapak/ibu dapat
mengisi surat persetujuan ikut serta dalam penelitian ini, terima kasih.

Medan, 18 Mei 2009


Peneliti,

Dr.Wirsal Hasan,MPH

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN IV

SURAT PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama :.........................................................
Umur :.............tahun
Jenis Kelamin :laki-laki/perempuan
Alamat :.........................................................
No Telp/HP :.........................................................
Pekerjaan :..........................................................

Setelah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap, serta


memahaminya, maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan saya
menandatangani dan menyatakan bersedia berpartisipasi pada penelitian ini. Bila
saya ingin mendapatkan penjelasan lebih lanjut saya akan bisa mendapatkannya
dari dokter peneliti.

Dengan ini menyatakan bahwa:


1. saya bersedia mengikuti penelitian untuk pengobatan keracunan timbal
(timah hitam) yang dilaksanakan oleh Dr.Wirsal Hasan MPH selama 12
minggu.
2. saya akan mematuhi aturan memakan obat dengan dosis 3 x 1 tablet
sehari selama 12 minggu.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan kesadaran sendiri tanpa ada
paksaan dari pihak manapun.
Medan, .................................2009
Peneliti: Saya yang menyatakan,
Dr.Wirsal Hasan,MPH
Mahasiswa S-3 PSL
Pascasarjana USU
Tel: 081263988388/0819863979 (.....................................................)

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN V

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN VI

KUESIONER PENELITIAN
KEBIJAKAN BIDANG KESEHATAN DALAM USAHA
PENCEGAHAN KERACUNAN TIMBAL DARI UDARA AMBIEN
PADA PEKERJA DEWASA YANG BERESIKO TINGGI
DENGAN SUPLEMEN KALSIUM
(Studi Kasus di Kota Medan)
Nama Responden :............................................................
Jenis Kelamin :............................................................
Umur :............................................................
Alamat :............................................................

Kuesioner:
JAWABAN

1. Sudah berapa lama bpk/ibu melakukan pekerjaan yang sekarang?


a. Lebih dari 2 tahun
b. Kurang dari 2 tahun
2. Dimana letak rumah bapak/ibu ?
a. Pinggir jalan raya
b. Masuk gang
3. Waktu beristirahat bapak /ibu berada dimana?
a. Di pinggir jalan/di kedai kopi
b. Di dalam rumah
4. Berapa lama bapak bekerja dalam sehari?
a. Kurang dari 5 jam sehari
b. Lebih dari 5 jam sehari

5. Lokasi tempat bekerja: di pinggir jalan yang ramai lalu lintasnya


YA/TIDAK
6. Apakah bapak/ibu merokok
YA/TIDAK

7. Apakah Bapak/ibu sering makan : -ikan YA / TIDAK


-sayur YA / TIDAK

Universitas Sumatera Utara


-tahu YA/TIDAK
-tempe YA/TIDAK
-susu YA/TIDAK
-daging YA/TIDAK
-telur YA/TIDAK-
minum alkohol YA/TIDAK

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN VII REKAPITULASI HASIL PENELITIAN
KELOMPOK KONTROL
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Lama T.Darah Tpt Lokasi Minum Alk BLL BLL
No Kode Sampel Umur Lk/Pr Pek Rokok Pendd Hb Cr
bekerja Sis Diast ist T.tinggal susu awal akhir

1 K1 49 Lk BM >5 jam tdk SMA 200 110 PJ PJ tdk ya 4.1 2.03 14.2 3.88
2 K2 50 Lk BD >5 jam ya SMA 160 90 PJ PJ tdk ya 6.7 5.25 15.3 1.8
3 K3 53 Lk BD >5 jam ya SD 120 80 PJ PJ tdk tdk 3.9 7.19 15.1 0.97
4 K4 42 lk BD >5 jam ya SMP 110 70 PJ PJ ya tdk 4 3.31 12.3 0.91
5 K5 43 Lk PPJ >5 jam ya SMP 130 70 R GG tdk tdk 7.1 5.32 15.6 1.24
6 K6 58 Lk BD >5 jam ya SMA 120 80 R GG tdk tdk 7.5 6.19 14 1.35
7 K7 53 Lk BM >5 jam ya SD 100 60 PJ GG tdk tdk 5.7 4.59 13.8 0.94
8 K8 58 Lk BD >5 jam ya SD 180 110 PJ GG tdk tdk 7.6 3.42 13.7 1.08
9 K9 57 Lk BM >5 jam ya SMP 100 70 R PJ ya ya 4.8 5.22 13.8 1.08
10 K10 65 Lk BD >5 jam tdk SMP 100 80 PJ GG tdk tdk 9.5 4.91 12.9 1.01
11 K11 42 Lk BD >5 jam ya SMP 80 60 PJ GG tdk tdk 4.7 6.77 15.4 0.86
12 K12 24 Lk BD >5 jam ya SMA 110 90 PJ PJ ya tdk 8.9 4.5 14.2 0.78
13 K13 57 Lk BM >5 jam ya SMA 100 70 R GG tdk tdk 6.9 3.92 12.9 0.83
14 K14 42 Pr PPJ >5 jam tdk SD 110 70 R GG tdk ya 6.6 2.22 12.8 0.66
15 K15 70 Lk BD >5 jam tdk SMP 90 70 R PJ ya tdk 0 4.18 14.2 1.18
16 K16 38 Lk BD <5 jam ya SMP 90 60 R GG tdk tdk 4.1 4.57 14 0.82
17 K17 52 Lk PPJ >5 jam tdk SMA 90 60 PJ PJ tdk tdk 6.2 3.51 13.6 1.04
18 K18 49 Lk BM >5 jam ya SMP 110 60 R PJ tdk tdk 1.4 3.99 14.7 1.06
19 K19 83 Lk BD <5 jam tdk SD 120 80 PJ GG tdk tdk 6.6 3.88 11.3 1.08
20 K20 59 Lk BD >5 jam ya SD 180 100 R GG ya tdk 4.8 5.06 13.3 1.09
21 K21 50 Lk BD >5 jam ya SD 110 80 PJ GG tdk tdk 4 3.32 15 1.03
22 K22 46 Lk BD >5 jam tdk SD 110 90 R GG ya ya 2.6 2.12 14.3 0.98

Universitas Sumatera Utara


23 K23 42 Lk BD >5 jam ya SMA 170 100 PJ GG ya tdk 1.6 3.6 13.7 0.98
24 K24 43 Pr PPJ <5 jam tdk SMA 150 90 PJ GG tdk tdk 7.7 6.4 13.1 0.81
25 K25 21 Lk PPJ <5 jam ya SMA 110 70 PJ PJ ya tdk 6.2 5.11 13.9 0.76
26 K26 67 Lk BD >5 jam tdk SMP 180 100 R GG ya tdk 5.6 5.04 14.9 1.14
27 K27 56 Lk BM >5 jam ya SMA 140 90 R PJ tdk ya 3.7 2.79 14.5 0.94
28 K28 57 Lk BD >5 jam ya SMP 90 60 R PJ tdk tdk 7.8 2.65 11.1 2.32
29 K29 38 Lk BM >5 jam ya SMA 130 80 PJ PJ tdk tdk 4 4.9 15.4 1.02
30 K30 67 Lk BD <5 jam ya SD 130 80 R GG tdk ya 6.8 3.09 11.4 1.39
31 K31 57 Lk BD <5 jam tdk SMP 120 80 R PJ ya tdk 4.8 4.08 11.1 0.89
32 K32 48 Lk BD >5 jam ya SD 170 100 PJ PJ tdk tdk 6.5 3.46 16.1 1.23
33 K33 40 Lk BD >5 jam ya SMP 90 60 R GG tdk tdk 5.6 2.35 14.1 1
34 K34 62 Lk BD >5 jam tdk SD 110 70 R GG ya tdk 6.8 0 13.8 1.08
35 K35 68 Lk BD >5 jam ya SD 130 80 PJ PJ tdk ya 3.6 5.27 13.4 0.79
36 K36 22 Pr PPJ <5 jam tdk SMP 110 60 R GG tdk tdk 13.7 2.44 13 0.72
37 K37 34 Lk BM >5 jam ya SMP 130 80 PJ GG tdk tdk 15.8 4.99 14.6 0.93
38 K38 52 Lk BD >5 jam ya SD 110 70 R GG tdk tdk 8.5 6.67 13.9 0.84
39 K39 35 Pr PPJ <5 jam ya SMP 100 60 R GG tdk tdk 20.1 1.95 14.6 0.61
40 K40 50 Lk BD >5 jam tdk SMA 120 80 PJ GG tdk tdk 5.2 4.4 14.8 1.03
41 K41 44 Lk BD <5 jam ya SMA 90 60 PJ GG tdk tdk 7.4 5.27 14.2 0.98
42 K42 43 Lk BM <5 jam ya SMA 130 80 R GG ya tdk 4.1 5.11 17 1.04
43 K43 34 Lk PPJ <5 jam ya SMP 130 80 PJ PJ tdk tdk 0 2.6 15.8 0.83
44 K44 53 Lk BD <5 jam tdk SD 110 70 PJ GG tdk tdk 4.7 4.02 14.4 0.97
45 K45 37 Lk BD <5 jam tdk SD 100 60 R GG ya tdk 7.6 4.31 13 0.83
46 K46 60 Lk BD <5 jam ya SD 140 90 PJ PJ ya tdk 5.6 5.16 14 1.21

JUMLAH 281.1 191.13


Rata-rata 6.1109 4.155

Universitas Sumatera Utara


PPJ = Pedagang Pinggir Jalan;
BD = Becak Dayung
BM = Becak Mesin
PJ = Pinggir Jalan
R = Rumah
GG = Gang
Nilai Rujukan : Anemi, laki-laki:14,0-18,0 g/dL, Perempuan: 12,0-16,0 g/dL, Creatinin: <1,4 mg/dL

Universitas Sumatera Utara


REKAPITULASI HASIL PENELITIAN
KELOMPOK PERLAKUAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Lama T.Darah Tpt Lokasi Minum Alk BLL BLL
No Nama Umur Lk/Pr Pek Rokok Pendd Hb Cr
bekerja Sis Diast ist T.tinggal susu awal akhir

1 P1 40 Lk PPJ >5 jam tdk S-1 90 60 R GG tdk tdk 7.2 5.24 15.4 1.02
2 P2 35 Lk BD >5 jam ya SMA 90 60 R GG ya tdk 10.4 2.1 15 1.25
3 P3 23 Lk PPJ >5 jam tdk SMA 110 70 R PJ ya tdk 8 4.7 14 1.01
4 P4 48 Lk BD >5 jam ya SMP 110 70 R PJ ya ya 8.4 4.5 13.9 0.77
5 P5 34 Lk PPJ >5 jam tdk SMP 100 60 PJ PJ ya tdk 9.3 4.92 14.4 0.87
6 P6 50 Lk PPJ >5 jam ya SMA 130 80 PJ PJ ya tdk 7.8 3.83 14.5 1.15
7 P7 60 Lk BM >5 jam ya SMA 130 70 R GG ya tdk 8.2 4.34 13.6 1.53
8 P8 50 Lk BD >5 jam ya SD 120 80 PJ GG tdk tdk 7.6 2.69 12.4 1.04
9 P9 56 Lk BM >5 jam tdk SMP 110 70 R PJ ya tdk 7.8 2.95 15.2 1.09
10 P10 74 Lk PPJ >5 jam ya SMP 130 80 R PJ tdk tdk 10.6 1.12 13.9 1.06
11 P11 40 Lk BM >5 jam ya SMA 130 80 PJ GG tdk tdk 9.1 7.39 16.1 0.95
12 P12 55 Lk BM >5 jam tdk SMP 180 100 R GG tdk tdk 9.1 2.74 14.4 1.05
13 P13 50 Lk BD >5 jam ya SMP 100 70 R GG ya tdk 9.2 2.7 12.9 0.94
14 P14 23 Lk BM >5 jam tdk SMP 100 60 PJ GG tdk ya 10.8 2.86 15.8 0.86
15 P15 53 Lk BD >5 jam ya SMP 110 70 R PJ tdk tdk 9.1 3.87 14.1 1
16 P16 54 Lk BD <5 jam ya SD 150 90 R PJ tdk tdk 7.6 4.69 11.5 0.92
17 P17 63 Lk BD >5 jam ya SMP 110 70 PJ GG ya ya 8.9 4.86 14.4 1
18 P18 48 Lk BD >5 jam ya SD 120 80 PJ GG ya tdk 9.6 3.89 13.9 0.89
19 P17 52 Lk BM >5 jam tdk SMA 130 80 PJ GG tdk tdk 8.6 2.5 15.2 0.83
20 P20 27 Lk BM >5 jam ya SMP 90 60 R GG ya tdk 9.9 0 16.4 0.92
21 P21 46 Lk BD >5 jam tdk SMP 130 90 PJ GG ya tdk 7.9 2.43 13 0.91
22 P22 57 Lk BD >5 jam ya SMP 140 90 PJ GG ya tdk 11.9 3.51 15.3 0.75
23 P23 51 Lk BM >5 jam tdk SMP 90 60 R GG ya ya 9.4 4.6 15.7 1.1

Universitas Sumatera Utara


24 P24 24 Lk BD <5 jam ya SD 100 60 R GG tdk ya 5.9 0 13.7 1.06
25 P25 75 Lk BD <5 jam ya SD 120 80 R PJ ya ya 14.7 3.7 14.7 1.03
26 P26 44 Lk BD >5 jam ya SMP 110 70 R PJ tdk tdk 9.5 0 15.3 1.04
27 P27 41 Lk BM >5 jam ya SMA 110 70 PJ PJ ya tdk 11.9 1.59 15.1 0.87
28 P28 64 Lk BD >5 jam ya SD 130 90 PJ GG tdk tdk 11.5 5.26 13.2 1.13
29 P29 50 Lk BD >5 jam ya SD 130 80 R PJ ya tdk 14.1 4.53 15.5 0.99
30 P30 44 Lk BM >5 jam ya SMP 120 80 PJ PJ tdk tdk 5.3 3.98 16.6 1.05
31 P31 50 Lk BM <5 jam ya SD 90 60 PJ GG ya tdk 4.9 3.78 14.7 0.98
32 P32 53 Lk BD >5 jam tdk SMP 160 90 R PJ tdk tdk 11.5 3.36 14.2 0.9
33 P33 43 Lk BD >5 jam ya SMA 130 80 R PJ tdk tdk 15.2 1.49 15.6 0.89
34 P34 52 Pr PPJ >5 jam tdk SMP 110 70 PJ GG tdk tdk 19.3 1.7 14.8 1.03
35 P35 38 Lk BD >5 jam ya SMP 100 70 PJ GG ya tdk 11.1 3.82 13.6 0.76
36 P36 36 Lk BD <5 jam ya SD 90 60 R GG tdk ya 16.5 2.63 14.3 0.97
37 P37 51 Lk BD >5 jam ya SMP 110 70 R PJ ya ya 16.6 1.99 15.2 1
38 P38 50 Lk PPJ >5 jam ya SMP 120 80 PJ GG tdk tdk 9.1 4.64 13.9 1.06
39 P39 24 Lk BD >5 jam ya SMA 90 60 R PJ tdk tdk 14.9 2.97 14.3 0.94
40 P40 46 Lk BD >5 jam tdk SMA 110 70 PJ PJ ya tdk 8.1 1.55 15.5 1.06
41 P41 27 Lk Sopir <5 jam ya SMA 90 60 R GG tdk tdk 17.7 1.88 14.9 0.86
JUMLAH 424.2 131.3
Rata-
rata 10.346 3.20244
PPJ =Pedagang Pinggir Jalan
BD = Becak Dayung
BM = Becak Mesin
PJ = Pinggir Jalan
R = Rumah
GG = Gang
Nilai Rujukan : Anemi, laki-laki:14,0-18,0 g/dL, Perempuan: 12,0-16,0 g/dL, Creatinin: <1,4 mg/dL

Universitas Sumatera Utara


BLL
No BLL Akhir Beda Awal/Akhir
Awal
1 6.70 5.25 1.45
2 3.90 7.19 -3.29
3 4.00 3.31 0.69
4 7.10 5.32 1.78
5 7.50 6.19 1.31
6 5.70 4.59 1.11
7 7.60 3.42 4.18
8 4.80 5.22 -0.42
9 9.50 4.91 4.59
10 4.70 6.77 -2.07
11 8.90 4.50 4.40
12 6.90 3.92 2.98
13 6.60 2.22 4.38
14 0.00 4.18 -4.18
15 4.10 4.57 -0.47
16 6.20 3.51 2.69
17 1.40 3.99 -2.59
18 6.60 3.88 2.72
19 4.80 5.06 -0.26
20 4.00 3.32 0.68
21 2.60 2.12 0.48
22 1.60 3.60 -2.00
23 7.70 6.40 1.30
24 6.20 5.11 1.09
25 5.60 5.04 0.56
26 3.70 2.79 0.91
27 7.80 2.65 5.15

Universitas Sumatera Utara


28 4.00 4.90 -0.90
29 6.80 3.09 3.71
30 4.80 4.08 0.72
31 6.50 3.46 3.04
32 5.60 2.35 3.25
33 6.80 0.00 6.80
34 3.60 5.27 -1.67
35 13.70 2.44 11.26
36 15.80 4.99 10.81
37 8.50 6.67 1.83
38 20.10 1.95 18.15
39 5.20 4.40 0.80
40 7.40 5.27 2.13
41 4.10 5.11 -1.01
42 0.00 2.60 -2.60
43 4.70 4.02 0.68
44 7.60 4.31 3.29
45 5.60 5.16 0.44
TOTAL 281.10 191.13 89.97
AVERAGE 6.11 4.16 1.96

Universitas Sumatera Utara


BEDA BLL AWAL DAN AKHIR KELOMPOK PERLAKUAN

No BLL Awal BLL Akhir Beda Awal/Akhir

1 7.20 5.24 1.96


2 10.40 2.10 8.30
3 8.00 4.70 3.30
4 8.40 4.50 3.90
5 9.30 4.92 4.38
6 7.80 3.83 3.97
7 8.20 4.34 3.86
8 7.60 2.69 4.91
9 7.80 2.95 4.85
10 10.60 1.12 9.48
11 9.10 7.39 1.71
12 9.10 2.74 6.36
13 9.20 2.70 6.50
14 10.80 2.86 7.94
15 9.10 3.87 5.23
16 7.60 4.69 2.91
17 8.90 4.86 4.04
18 9.60 3.89 5.71
19 8.60 2.50 6.10
20 9.90 0.00 9.90
21 7.90 2.43 5.47
22 11.90 3.51 8.39

Universitas Sumatera Utara


23 9.40 4.60 4.80
24 5.90 0.00 5.90
25 14.70 3.70 11.00
26 9.50 0.00 9.50
27 11.90 1.59 10.31
28 11.50 5.26 6.24
29 14.10 4.53 9.57
30 5.30 3.98 1.32
31 4.90 3.78 1.12
32 11.50 3.36 8.14
33 15.20 1.49 13.71
34 19.30 1.70 17.60
35 11.10 3.82 7.28
36 16.50 2.63 13.87
37 16.60 1.99 14.61
38 9.10 4.64 4.46
39 14.90 2.97 11.93
40 8.10 1.55 6.55
41 17.70 1.88 15.82
TOTAL 424.20 131.30 292.90
AVERAGE 10.35 3.20 7.14

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN VIII
ANALISIS UNIVARIAT
A. KARAKTERISTIK RESPONDEN KELOMPPOK KONTROL
jenis kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid laki-laki 42 91,3 91,3 91,3
perempuan 4 8,7 8,7 100,0
Total 46 100,0 100,0

pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid becak mesin 9 19,6 19,6 19,6
becak dayung 29 63,0 63,0 82,6
pedagang pinggir jalan 8 17,4 17,4 100,0
Total 46 100,0 100,0

lama bekerja

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid > 5 jam 32 69,6 69,6 69,6
< 5 jam 14 30,4 30,4 100,0
Total 46 100,0 100,0

kebiasaan merokok

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid merokok 31 67,4 67,4 67,4
tidak merokok 15 32,6 32,6 100,0
Total 46 100,0 100,0

pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SD 16 34,8 34,8 34,8
SMP 16 34,8 34,8 69,6
SMA 14 30,4 30,4 100,0
Total 46 100,0 100,0

Universitas Sumatera Utara


tempat istirahat

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid pinggir jalan 24 52,2 52,2 52,2
rumah 22 47,8 47,8 100,0
Total 46 100,0 100,0

tempat tinggal

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid pinggir jalan 18 39,1 39,1 39,1
gang 28 60,9 60,9 100,0
Total 46 100,0 100,0

kebiasaan minum susu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 32 69,6 69,6 69,6
ya 14 30,4 30,4 100,0
Total 46 100,0 100,0

kebiasaan minum alkohol

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ya 8 17,4 17,4 17,4
tidak 38 82,6 82,6 100,0
Total 46 100,0 100,0

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

kadar kadar
tekanan tekanan timbal timbal
umur darah darah darah darah hemogl kreatin
responden sistolik diastolik awal akhir obin n
N 46 46 46 46 46 46 46
Normal Parameters(a,b) Mean 49,35 121,96 77,39 6,11 4,16 13,9609 1,0872
Std. Deviation 12,800 28,489 14,210 3,565 1,463 1,26535 ,50735
Most Extreme Absolute
,066 ,184 ,166 ,187 ,104 ,114 ,280
Differences
Positive ,060 ,184 ,166 ,187 ,104 ,065 ,280
Negative -,066 -,109 -,116 -,132 -,086 -,114 -,194
Kolmogorov-Smirnov Z ,445 1,251 1,128 1,271 ,707 ,773 1,902
Asymp. Sig. (2-tailed) ,989 ,088 ,157 ,079 ,700 ,589 ,001

a Test distribution is Normal.


b Calculated from data

Universitas Sumatera Utara


B. KARAKTERISTIK RESPONDEN KELOMPPOK PERLAKUAN

jenis kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid laki-laki 40 97,6 97,6 97,6
perempuan 1 2,4 2,4 100,0
Total 41 100,0 100,0

pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid becak mesin 12 29,3 29,3 29,3
becak dayung 22 53,7 53,7 82,9
pedagang pinggir jalan 7 17,1 17,1 100,0
Total 41 100,0 100,0

lama bekerja

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid > 5 jam 35 85,4 85,4 85,4
< 5 jam 6 14,6 14,6 100,0
Total 41 100,0 100,0

kebiasaan merokok

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid merokok 29 70,7 70,7 70,7
tidak merokok 12 29,3 29,3 100,0
Total 41 100,0 100,0

pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SD 9 22,0 22,0 22,0
SMP 20 48,8 48,8 70,7
SMA 12 29,3 29,3 100,0
Total 41 100,0 100,0

Universitas Sumatera Utara


tempat istirahat

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid pinggir jalan 18 43,9 43,9 43,9
rumah 23 56,1 56,1 100,0
Total 41 100,0 100,0

tempat tinggal

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid pinggir jalan 18 43,9 43,9 43,9
gang 23 56,1 56,1 100,0
Total 41 100,0 100,0

kebiasaan minum susu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 20 48,8 48,8 48,8
ya 21 51,2 51,2 100,0
Total 41 100,0 100,0

kebiasaan minum alkohol

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ya 9 22,0 22,0 22,0
tidak 32 78,0 78,0 100,0
Total 41 100,0 100,0

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


kadar kadar
tekanan tekanan timbal timbal hemo
umur darah darah darah darah globi kreati
responden sistolik diastolik awal akhir n nin
N 41 41 41 41 41 41 41
Normal Parameters(a,b) Mean 46,37 115,12 73,17 10,35 3,20 14,54 ,99
Std. Deviation 12,659 20,387 10,826 3,357 1,583 1,067 ,138
Most Extreme Absolute
,125 ,160 ,201 ,173 ,087 ,080 ,156
Differences
Positive ,083 ,160 ,201 ,173 ,072 ,046 ,156
Negative -,125 -,109 -,151 -,109 -,087 -,080 -,078
Kolmogorov-Smirnov Z ,802 1,026 1,284 1,110 ,555 ,510 ,998
Asymp. Sig. (2-tailed) ,542 ,244 ,074 ,170 ,917 ,957 ,272

a Test distribution is Normal.


b Calculated from data.

Universitas Sumatera Utara


ANALISIS BIVARIAT

UJI BEDA KADAR TIMBAL DALAM DARAH PADA KELOMPOK KONTROL

T-Test

Paired Samples Statistics

Std. Error
Mean N Std. Deviation Mean
Pair kadar timbal darah awal 6,11 46 3,565 ,526
1 kadar timbal darah akhir 4,16 46 1,463 ,216

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.
Pair kadar timbal darah
1 awal & kadar 46 -,062 ,683
timbal darah akhir

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig. (2-tailed)


95%
Std. Confidence
Std. Error Interval of the
Mean Deviation Mean Difference

Lower Upper
Pair 1 kadar timbal darah awal -
kadar timbal darah akhir 1,96 3,937 ,580 ,79 3,12 3,370 45 ,002

UJI BEDA KADAR TIMBAL DALAM DARAH PADA KELOMPOK PERLAKUAN

T-Test

Paired Samples Statistics

Std. Error
Mean N Std. Deviation Mean
Pair kadar timbal darah awal 10,35 41 3,357 ,524
1 kadar timbal darah akhir 3,20 41 1,583 ,247

Universitas Sumatera Utara


Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.
Pair kadar timbal darah
1 awal & kadar 41 -,232 ,144
timbal darah akhir

Paired Samples Test

Sig. (2-
Paired Differences t df tailed)
95%
Std. Confidence
Std. Error Interval of the
Mean Deviation Mean Difference

Lower Upper
Pair 1 kadar timbal darah awal -
kadar timbal darah akhir 7,14 4,030 ,629 5,87 8,42 11,349 40 ,000

UJI BEDA KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN KADAR TIMBAL DALAM DARAH


PADA KELOMPOK KONTROL

1. JENIS KELAMIN DAN KADAR TIMBAL DALAM DARAH AWAL


Group Statistics

Std. Error
jenis kelamin N Mean Std. Deviation Mean
kadar timbal darah awal laki-laki 42 5,55 2,717 ,419
perempuan 4 12,03 6,222 3,111

Independent Samples Test

Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
Std.
Mean Error 95% Confidence
Sig. (2- Differ Differen Interval of the
F Sig. t df tailed) ence ce Difference

Lower Upper
kadar Equal
timbal variances 8,368 ,006 -4,012 44 ,000 -6,48 1,614 -9,731 -3,224
darah awal assumed
Equal
variances not -2,063 3,110 ,128 -6,48 3,139 -16,271 3,316
assumed

Universitas Sumatera Utara


2. PEKERJAAN DAN KADAR TIMBAL DALAM DARAH AWAL

Descriptives

kadar timbal darah awal


Std. Std. 95% Confidence Minim Maxi
N Mean Deviation Error Interval for Mean um mum
Lower Upper
Bound Bound
becak mesin 9 5,61 4,103 1,368 2,46 8,77 1 16
becak dayung 29 5,62 2,186 ,406 4,79 6,45 0 10
pedagang pinggir
8 8,45 5,984 2,116 3,45 13,45 0 20
jalan
Total 46 6,11 3,565 ,526 5,05 7,17 0 20

ANOVA

kadar timbal darah awal


Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 52,988 2 26,494 2,195 ,124
Within Groups 519,076 43 12,072
Total 572,065 45

3. LAMA BEKERJA DAN KADAR TIMBAL DALAM DARAH AWAL

T-Test

Group Statistics

Std. Error
lama bekerja N Mean Std. Deviation Mean
kadar timbal darah awal > 5 jam 32 5,68 2,875 ,508
< 5 jam 14 7,10 4,773 1,276

Independent Samples Test


Levene's Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
Std.
Mean Error 95% Confidence
Sig. (2- Differen Differ Interval of the
F Sig. t df tailed) ce ence Difference

Lower Upper
kadar Equal
timbal variances 1,307 ,259 -1,252 44 ,217 -1,42 1,135 -3,710 ,866
darah awal assumed
Equal
variances not -1,036 17,273 ,315 -1,42 1,373 -4,315 1,472
assumed

Universitas Sumatera Utara


4. KEBIASAAN MEROKOK DAN KADAR TIMBAL DALAM
DARAH AWAL

T-Test
Group Statistics

Std. Error
kebiasaan merokok N Mean Std. Deviation Mean
kadar timbal darah awal merokok 31 6,11 3,824 ,687
tidak merokok 15 6,11 3,086 ,797

Independent Samples Test

Levene's Test for


Equality of
Variances t-test for Equality of Means
Std.
Mean Error 95% Confidence
Sig. (2- Differen Differen Interval of the
F Sig. t df tailed) ce ce Difference

Lower Upper
kadar Equal
timbal variances
,185 ,669 -,003 44 ,997 ,00 1,134 -2,289 2,282
darah assumed
awal
Equal
variances not -,003 33,825 ,997 ,00 1,052 -2,142 2,135
assumed

5. PENDIDIKAN DAN KADAR TIMBAL DALAM DARAH AWAL

Oneway
Descriptives

kadar timbal darah awal


95% Confidence Interval for
Mean
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
SD 16 5,74 1,667 ,417 4,86 6,63 3 9
SMP 16 6,81 5,573 1,393 3,84 9,78 0 20
SMA 14 5,73 2,007 ,536 4,57 6,89 2 9
Total 46 6,11 3,565 ,526 5,05 7,17 0 20

Universitas Sumatera Utara


ANOVA

kadar timbal darah awal


Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 12,079 2 6,040 ,464 ,632
Within Groups 559,985 43 13,023
Total 572,065 45

6. TEMPAT ISTIRAHAT DAN KADAR TIMBAL DALAM DARAH

T-Test

Group Statistics

Std. Error
tempat istirahat N Mean Std. Deviation Mean
kadar timbal darah awal pinggir jalan 24 5,84 3,022 ,617
rumah 22 6,40 4,131 ,881

Independent Samples Test


Levene's Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
Std.
Mean Error 95% Confidence
Sig. (2- Differ Differen Interval of the
F Sig. t df tailed) ence ce Difference

Lower Upper
kadar Equal
timbal variances
,509 ,479 -,531 44 ,598 -,56 1,061 -2,701 1,575
darah assumed
awal
Equal
variances not -,523 38,256 ,604 -,56 1,075 -2,739 1,613
assumed

7. TEMPAT TINGGAL DAN KADAR TIMBAL DALAM DARAH AWAL

T-Test

Group Statistics

Std. Error
tempat tinggal N Mean Std. Deviation Mean
kadar timbal darah awal pinggir jalan 18 4,57 2,410 ,568
gang 28 7,10 3,862 ,730

Universitas Sumatera Utara


Independent Samples Test

Levene's Test for


Equality of Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Sig. (2- Mean Std. Error Interval of the
F Sig. T df tailed) Difference Difference Difference

Lower Upper
kadar Equal
timbal variances ,706 ,405 -2,487 44 ,017 -2,54 1,020 -4,593 -,481
darah awal assumed
Equal
variances not -2,743 43,985 ,009 -2,54 ,925 -4,401 -,673
assumed

8. KEBIASAAN MINUM SUSU DAN KADAR TIMBAL DALAM DARAH AWAL

T-Test
Group Statistics

Std. Error
kebiasaan minum susu N Mean Std. Deviation Mean
kadar timbal darah awal tidak 32 6,68 3,882 ,686
ya 14 4,81 2,339 ,625

Independent Samples Test

Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
Std.
Mean Error 95% Confidence
Sig. (2- Differen Differen Interval of the
F Sig. t df tailed) ce ce Difference

Lower Upper
kadar Equal
timbal variances
,879 ,353 1,663 44 ,103 1,86 1,121 -,395 4,123
darah assumed
awal
Equal
39,28
variances not 2,008 ,052 1,86 ,928 -,013 3,741
1
assumed

Universitas Sumatera Utara


KEBIASAAN MINUM ALKOHOL DAN KADAR TIMBAL DARAH
AWAL
T-Test

Group Statistics

kebiasaan Std. Error


minum alkohol N Mean Std. Deviation Mean
kadar timbal darah awal ya 8 4,86 1,639 ,579
tidak 38 6,37 3,814 ,619

Independent Samples Test

Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
Std.
Mean Error 95% Confidence
Sig. (2- Differ Differ Interval of the
F Sig. t df tailed) ence ence Difference

Lower Upper
kadar Equal
timbal variances
1,225 ,274 -1,092 44 ,281 -1,51 1,384 -4,300 1,278
darah assumed
awal
Equal
variances not -1,783 25,734 ,086 -1,51 ,848 -3,254 ,232
assumed

KORELASI UMUR DAN KADAR TIMBAL DARAH AWAL


Correlations
Correlations

umur kadar timbal


responden darah awal
umur responden Pearson Correlation 1 -,271
Sig. (2-tailed) . ,069
N 46 46
kadar timbal darah awal Pearson Correlation -,271 1
Sig. (2-tailed) ,069 .
N 46 46

Universitas Sumatera Utara


Regression
Model Summary

Adjusted Std. Error of


Model R R Square R Square the Estimate
1 ,271a ,073 ,052 3,471
a. Predictors: (Constant), umur responden

ANOVAb

Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 42,003 1 42,003 3,487 ,069a
Residual 530,062 44 12,047
Total 572,065 45
a. Predictors: (Constant), umur responden
b. Dependent Variable: kadar timbal darah awal

Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 9,836 2,059 4,776 ,000
umur responden -,075 ,040 -,271 -1,867 ,069
a. Dependent Variable: kadar timbal darah awal

KORELASI TEKANAN DARAH SISTOLIK DAN KADAR TIMBAL DARAH AWAL


Correlations
Correlations

kadar timbal tekanan darah


darah awal sistolik
kadar timbal darah awal Pearson Correlation 1 -,115
Sig. (2-tailed) . ,447
N 46 46
tekanan darah sistolik Pearson Correlation -,115 1
Sig. (2-tailed) ,447 .
N 46 46

Universitas Sumatera Utara


Regression

Model Summary

Adjusted Std. Error of


Model R R Square R Square the Estimate
1 ,115a ,013 -,009 3,582
a. Predictors: (Constant), tekanan darah sistolik

ANOVAb

Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 7,546 1 7,546 ,588 ,447a
Residual 564,519 44 12,830
Total 572,065 45
a. Predictors: (Constant), tekanan darah sistolik
b. Dependent Variable: kadar timbal darah awal

Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 7,864 2,346 3,352 ,002
tekanan darah sistolik -,014 ,019 -,115 -,767 ,447
a. Dependent Variable: kadar timbal darah awal

KORELASI TEKANAN DARAH DIASTOLIK DAN KADAR TIMBAL


DARAH AWAL
Correlations
Correlations

tekanan
kadar timbal darah
darah awal diastolik
kadar timbal darah awal Pearson Correlation 1 -,191
Sig. (2-tailed) . ,203
N 46 46
tekanan darah diastolik Pearson Correlation -,191 1
Sig. (2-tailed) ,203 .
N 46 46

Universitas Sumatera Utara


Regression

Model Summary

Adjusted Std. Error of


Model R R Square R Square the Estimate
1 ,191a ,037 ,015 3,539
a. Predictors: (Constant), tekanan darah diastolik

ANOVAb

Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 20,890 1 20,890 1,668 ,203a
Residual 551,174 44 12,527
Total 572,065 45
a. Predictors: (Constant), tekanan darah diastolik
b. Dependent Variable: kadar timbal darah awal

Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 9,822 2,920 3,363 ,002
tekanan darah diastolik -,048 ,037 -,191 -1,291 ,203
a. Dependent Variable: kadar timbal darah awal

KORELASI HEMOGLOBIN DAN KADAR TIMBAL DARAH AWAL


Correlations
Correlations

kadar timbal
darah awal hemoglobin
kadar timbal darah awal Pearson Correlation 1 -,150
Sig. (2-tailed) . ,321
N 46 46
hemoglobin Pearson Correlation -,150 1
Sig. (2-tailed) ,321 .
N 46 46

Regression

Universitas Sumatera Utara


Model Summary

Adjusted Std. Error of


Model R R Square R Square the Estimate
1 ,150a ,022 ,000 3,565
a. Predictors: (Constant), hemoglobin

ANOVAb

Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 12,793 1 12,793 1,007 ,321a
Residual 559,271 44 12,711
Total 572,065 45
a. Predictors: (Constant), hemoglobin
b. Dependent Variable: kadar timbal darah awal

Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 11,994 5,887 2,037 ,048
hemoglobin -,421 ,420 -,150 -1,003 ,321
a. Dependent Variable: kadar timbal darah awal

KORELASI KREATININ DAN KADAR TIMBAL DARAH AWAL


Regression

Model Summary

Adjusted Std. Error of


Model R R Square R Square the Estimate
1 ,135a ,018 -,004 3,573
a. Predictors: (Constant), kreatinin

ANOVAb

Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 10,474 1 10,474 ,821 ,370a
Residual 561,591 44 12,763
Total 572,065 45
a. Predictors: (Constant), kreatinin
b. Dependent Variable: kadar timbal darah awal

Universitas Sumatera Utara


Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 7,145 1,257 5,684 ,000
kreatinin -,951 1,050 -,135 -,906 ,370
a. Dependent Variable: kadar timbal darah awal

UJI BEDA KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN KADAR TIMBAL DALAM DARAH


PADA KELOMPOK PERLAKUAN

JENIS KELAMIN DAN KADAR TIMBAL DARAH AWAL


T-Test
Group Statistics

Std. Error
jenis kelamin N Mean Std. Deviation Mean
kadar timbal darah awal laki-laki 40 10,12 3,074 ,486
perempuan 1 19,30 . .

Independent Samples Test

Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
Sig. Std. Error 95% Confidence
(2- Mean Differenc Interval of the
F Sig. T df tailed) Difference e Difference

Lower Upper
kadar Equal
timbal variances
. . -2,948 39 ,005 -9,18 3,113 -15,473 -2,882
darah assumed
awal
Equal
variances not . . . -9,18 . . .
assumed

Universitas Sumatera Utara


PEKERJAAN DAN KADAR TIMBAL DARAH AWAL
Oneway
Descriptives

kadar timbal darah awal


Std. 95% Confidence
N Mean Deviation Std. Error Interval for Mean Minimum Maximum
Lower Upper
Bound Bound
becak mesin 12 9,39 3,292 ,950 7,30 11,48 5 18
becak dayung 22 10,92 3,152 ,672 9,52 12,32 6 17
pedagang pinggir jalan 7 10,19 4,175 1,578 6,32 14,05 7 19
Total 41 10,35 3,357 ,524 9,29 11,41 5 19

ANOVA

kadar timbal darah awal


Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 18,311 2 9,156 ,804 ,455
Within Groups 432,490 38 11,381
Total 450,802 40

LAMA BEKERJA DAN KADAR TIMBAL DARAH AWAL


T-Test
Group Statistics

Std. Error
lama bekerja N Mean Std. Deviation Mean
kadar timbal darah awal > 5 jam 35 10,20 2,881 ,487
< 5 jam 6 11,22 5,715 2,333

Independent Samples Test

Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Sig. (2- Mean Std. Error Interval of the
F Sig. T df tailed) Difference Difference Difference

Lower Upper
kadar Equal
timbal variances
13,222 ,001 -,683 39 ,499 -1,02 1,493 -4,040 2,001
darah assumed
awal
Equal
variances
-,428 5,443 ,685 -1,02 2,384 -7,000 4,960
not
assumed

Universitas Sumatera Utara


KEBIASAAN MEROKOK DAN KADAR TIMBAL DARAH AWAL
T-Test
Group Statistics

Std. Error
kebiasaan merokok N Mean Std. Deviation Mean
kadar timbal darah awal merokok 29 10,59 3,422 ,635
tidak merokok 12 9,75 3,261 ,941

Independent Samples Test

Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
Mean 95% Confidence
Sig. (2- Differ Std. Error Interval of the
F Sig. t df tailed) ence Difference Difference

Lower Upper
kadar Equal
timbal variances
,839 ,365 ,727 39 ,471 ,84 1,159 -1,501 3,188
darah assumed
awal
Equal
variances not ,742 21,551 ,466 ,84 1,136 -1,515 3,201
assumed

PENDIDIKAN KADAR TIMBAL DARAH AWAL


Oneway
Descriptives

kadar timbal darah awal


95% Confidence Interval for
N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Minimum Maximum

Lower Bound Upper Bound


SD 9 10,27 4,142 1,381 7,08 13,45 5 17
SMP 20 10,24 3,046 ,681 8,81 11,66 5 19
SMA 12 10,59 3,519 1,016 8,36 12,83 7 18
Total 41 10,35 3,357 ,524 9,29 11,41 5 19

ANOVA

kadar timbal darah awal


Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 1,027 2 ,514 ,043 ,958
Within Groups 449,775 38 11,836
Total 450,802 40

Universitas Sumatera Utara


TEMPAT ISTIRAHAT DAN KADAR TIMBAL DARAH AWAL
T-Test
Group Statistics

Std. Error
tempat istirahat N Mean Std. Deviation Mean
kadar timbal darah awal pinggir jalan 18 9,59 3,134 ,739
rumah 23 10,93 3,475 ,725

Independent Samples Test

Levene's Test for


Equality of
Variances t-test for Equality of Means
Mean 95% Confidence
Sig. (2- Differ Std. Error Interval of the
F Sig. t df tailed) ence Difference Difference

Lower Upper
kadar Equal
timbal variances
1,740 ,195 -1,279 39 ,209 -1,34 1,048 -3,460 ,780
darah assumed
awal
Equal
variances
-1,295 38,155 ,203 -1,34 1,035 -3,435 ,754
not
assumed

TEMPAT TINGGAL DAN KADAR TIMBAL DARAH AWAL


T-Test
Group Statistics

Std. Error
tempat tinggal N Mean Std. Deviation Mean
kadar timbal darah awal pinggir jalan 18 10,58 3,281 ,773
gang 23 10,17 3,478 ,725

Universitas Sumatera Utara


Independent Samples Test

Levene's Test for


Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Sig. (2- Mean Std. Error Interval of the
F Sig. t df tailed) Difference Difference Difference

Lower Upper
kadar Equal
timbal variances
,258 ,614 ,386 39 ,701 ,41 1,068 -1,747 2,573
darah assumed
awal
Equal
variances
,389 37,587 ,699 ,41 1,060 -1,734 2,559
not
assumed

KEBIASAAN MINUM SUSU DAN KADAR TIMBAL DARAH AWAL


T-Test
Group Statistics

Std. Error
kebiasaan minum susu N Mean Std. Deviation Mean
kadar timbal darah awal tidak 20 10,81 3,943 ,882
ya 21 9,91 2,713 ,592

Independent Samples Test

Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Sig. (2- Mean Std. Error Interval of the
F Sig. t df tailed) Difference Difference Difference

Lower Upper
kadar Equal
timbal variances
2,760 ,105 ,851 39 ,400 ,90 1,053 -1,233 3,024
darah assumed
awal
Equal
variances
,843 33,528 ,405 ,90 1,062 -1,264 3,055
not
assumed

Universitas Sumatera Utara


KEBIASAAN MINUM ALKOHOL DAN KADAR TIMBAL DARAH
AWAL
T-Test
Group Statistics

kebiasaan Std. Error


minum alkohol N Mean Std. Deviation Mean
kadar timbal darah awal ya 9 11,37 3,773 1,258
tidak 32 10,06 3,237 ,572

Independent Samples Test

Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
Std.
Sig. Mean Error 95% Confidence
(2- Differ Differ Interval of the
F Sig. t df tailed) ence ence Difference

Lower Upper
kadar Equal
timbal variances ,670 ,418 1,033 39 ,308 1,31 1,266 -1,253 3,867
darah awal assumed
Equal
variances
,946 11,529 ,363 1,31 1,382 -1,717 4,332
not
assumed

Universitas Sumatera Utara


HASIL ANALISIS MULTIVARIAT

Regression
ANOVA(p)

Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regressio
51,038 16 3,190 1,352 ,192(a)
n
Residual 165,209 70 2,360
Total 216,246 86
2 Regressio
51,027 15 3,402 1,462 ,144(b)
n
Residual 165,219 71 2,327
Total 216,246 86
3 Regressio
51,006 14 3,643 1,587 ,104(c)
n
Residual 165,240 72 2,295
Total 216,246 86
4 Regressio
50,979 13 3,921 1,732 ,072(d)
n
Residual 165,267 73 2,264
Total 216,246 86
5 Regressio
50,602 12 4,217 1,884 ,050(e)
n
Residual 165,645 74 2,238
Total 216,246 86
6 Regressio
49,839 11 4,531 2,042 ,036(f)
n
Residual 166,408 75 2,219
Total 216,246 86
7 Regressio
48,940 10 4,894 2,223 ,025(g)
n
Residual 167,306 76 2,201
Total 216,246 86
8 Regressio
48,205 9 5,356 2,454 ,016(h)
n
Residual 168,042 77 2,182
Total 216,246 86
9 Regressio
47,186 8 5,898 2,721 ,011(i)
n
Residual 169,060 78 2,167
Total 216,246 86
10 Regressio
46,682 7 6,669 3,107 ,006(j)
n
Residual 169,565 79 2,146
Total 216,246 86
11 Regressio
45,393 6 7,566 3,543 ,004(k)
n
Residual 170,853 80 2,136
Total 216,246 86
12 Regressio
44,001 5 8,800 4,138 ,002(l)
n

Universitas Sumatera Utara


Residual 172,245 81 2,126
Total 216,246 86
13 Regressio
40,822 4 10,206 4,770 ,002(m)
n
Residual 175,424 82 2,139
Total 216,246 86
14 Regressio
35,936 3 11,979 5,514 ,002(n)
n
Residual 180,310 83 2,172
Total 216,246 86
15 Regressio
31,089 2 15,544 7,052 ,001(o)
n
Residual 185,157 84 2,204
Total 216,246 86
a Predictors: (Constant), Pemberian kalsium, kebiasaan merokok, pendidikan, tempat istirahat,
kebiasaan minum alkohol, tekanan darah sistolik, kebiasaan minum susu, pekerjaan, lama
bekerja, tempat tinggal, hemoglobin, kreatinin, umur responden, jenis kelamin, kadar timbal darah
awal, tekanan darah diastolik
b Predictors: (Constant), Pemberian kalsium, kebiasaan merokok, pendidikan, tempat istirahat,
kebiasaan minum alkohol, tekanan darah sistolik, kebiasaan minum susu, pekerjaan, tempat
tinggal, hemoglobin, kreatinin, umur responden, jenis kelamin, kadar timbal darah awal, tekanan
darah diastolik
c Predictors: (Constant), Pemberian kalsium, kebiasaan merokok, pendidikan, tempat istirahat,
kebiasaan minum alkohol, tekanan darah sistolik, pekerjaan, tempat tinggal, hemoglobin, kreatinin,
umur responden, jenis kelamin, kadar timbal darah awal, tekanan darah diastolik
d Predictors: (Constant), Pemberian kalsium, kebiasaan merokok, pendidikan, tempat istirahat,
tekanan darah sistolik, pekerjaan, tempat tinggal, hemoglobin, kreatinin, umur responden, jenis
kelamin, kadar timbal darah awal, tekanan darah diastolik
e Predictors: (Constant), Pemberian kalsium, kebiasaan merokok, pendidikan, tempat istirahat,
tekanan darah sistolik, pekerjaan, tempat tinggal, kreatinin, umur responden, jenis kelamin, kadar
timbal darah awal, tekanan darah diastolik
f Predictors: (Constant), Pemberian kalsium, kebiasaan merokok, pendidikan, tempat istirahat,
tekanan darah sistolik, pekerjaan, tempat tinggal, kreatinin, umur responden, jenis kelamin,
tekanan darah diastolik
g Predictors: (Constant), Pemberian kalsium, kebiasaan merokok, pendidikan, tempat istirahat,
tekanan darah sistolik, pekerjaan, kreatinin, umur responden, jenis kelamin, tekanan darah
diastolik
h Predictors: (Constant), Pemberian kalsium, kebiasaan merokok, pendidikan, tempat istirahat,
tekanan darah sistolik, kreatinin, umur responden, jenis kelamin, tekanan darah diastolik
i Predictors: (Constant), Pemberian kalsium, kebiasaan merokok, pendidikan, tempat istirahat,
tekanan darah sistolik, kreatinin, umur responden, jenis kelamin
j Predictors: (Constant), Pemberian kalsium, kebiasaan merokok, pendidikan, tempat istirahat,
kreatinin, umur responden, jenis kelamin
k Predictors: (Constant), Pemberian kalsium, kebiasaan merokok, tempat istirahat, kreatinin, umur
responden, jenis kelamin
l Predictors: (Constant), Pemberian kalsium, tempat istirahat, kreatinin, umur responden, jenis
kelamin
m Predictors: (Constant), Pemberian kalsium, tempat istirahat, kreatinin, jenis kelamin
n Predictors: (Constant), Pemberian kalsium, tempat istirahat, jenis kelamin
o Predictors: (Constant), Pemberian kalsium, tempat istirahat
p Dependent Variable: kadar timbal darah akhir

Universitas Sumatera Utara


Coefficients(a)

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.


1 (Constant) 2,665 3,828 ,696 ,489
umur responden ,024 ,016 ,190 1,457 ,150
jenis kelamin -1,040 ,980 -,154 -1,061 ,292
pekerjaan ,225 ,307 ,091 ,734 ,465
lama bekerja ,029 ,438 ,008 ,065 ,948
kebiasaan
-,363 ,388 -,107 -,935 ,353
merokok
pendidikan ,209 ,252 ,101 ,829 ,410
tekanan darah
,013 ,018 ,204 ,721 ,474
sistolik
tekanan darah
-,022 ,036 -,175 -,601 ,550
diastolik
tempat istirahat -,681 ,364 -,216 -1,870 ,066
tempat tinggal ,253 ,369 ,079 ,687 ,495
kebiasaan
,034 ,366 ,011 ,093 ,927
minum susu
kebiasaan
minum alkohol ,052 ,445 ,013 ,116 ,908
kadar timbal
-,032 ,057 -,082 -,563 ,576
darah awal
hemoglobin ,066 ,162 ,050 ,407 ,685
kreatinin -,787 ,524 -,190 -1,502 ,138
Pemberian
,865 ,454 ,274 1,907 ,061
kalsium
2 (Constant) 2,743 3,612 ,760 ,450
umur responden ,023 ,016 ,189 1,473 ,145
jenis kelamin -1,036 ,971 -,153 -1,067 ,290
pekerjaan ,225 ,305 ,091 ,739 ,462
kebiasaan
-,364 ,385 -,107 -,946 ,347
merokok
pendidikan ,207 ,248 ,100 ,834 ,407
tekanan darah
,013 ,018 ,207 ,741 ,461
sistolik
tekanan darah
-,022 ,035 -,178 -,624 ,535
diastolik
tempat istirahat -,680 ,361 -,216 -1,882 ,064
tempat tinggal ,254 ,366 ,079 ,693 ,490
kebiasaan
,035 ,363 ,011 ,096 ,924
minum susu
kebiasaan
,051 ,442 ,013 ,116 ,908
minum alkohol
kadar timbal
darah awal -,032 ,057 -,082 -,564 ,575
hemoglobin ,064 ,158 ,049 ,405 ,686
kreatinin -,791 ,518 -,190 -1,527 ,131
Pemberian
,870 ,443 ,276 1,963 ,054
kalsium
3 (Constant) 2,818 3,503 ,805 ,424
umur responden ,023 ,016 ,189 1,482 ,143

Universitas Sumatera Utara


jenis kelamin -1,047 ,958 -,155 -1,093 ,278
pekerjaan ,226 ,303 ,092 ,746 ,458
kebiasaan
-,360 ,380 -,106 -,948 ,346
merokok
pendidikan ,208 ,245 ,101 ,850 ,398
tekanan darah
,013 ,017 ,204 ,740 ,461
sistolik
tekanan darah
-,022 ,035 -,174 -,621 ,537
diastolik
tempat istirahat -,676 ,356 -,214 -1,898 ,062
tempat tinggal ,251 ,362 ,078 ,693 ,491
kebiasaan
,048 ,438 ,012 ,109 ,913
minum alkohol
kadar timbal
-,033 ,056 -,083 -,583 ,562
darah awal
hemoglobin ,064 ,157 ,048 ,406 ,686
kreatinin
-,797 ,510 -,192 -1,564 ,122
Pemberian
,862 ,431 ,273 1,999 ,049
kalsium
4 (Constant) 2,904 3,389 ,857 ,394
umur responden ,024 ,016 ,189 1,496 ,139
jenis kelamin -1,061 ,942 -,157 -1,126 ,264
pekerjaan ,231 ,297 ,094 ,777 ,440
kebiasaan
-,359 ,377 -,105 -,951 ,345
merokok
pendidikan ,214 ,239 ,104 ,895 ,374
tekanan darah
,013 ,017 ,207 ,762 ,448
sistolik
tekanan darah
-,022 ,034 -,177 -,637 ,526
diastolik
tempat istirahat -,680 ,352 -,216 -1,936 ,057
tempat tinggal ,255 ,358 ,080 ,711 ,479
kadar timbal
-,033 ,056 -,083 -,585 ,560
darah awal
hemoglobin ,064 ,156 ,048 ,408 ,684
kreatinin -,810 ,493 -,195 -1,642 ,105
Pemberian
,866 ,427 ,274 2,028 ,046
kalsium
5 (Constant) 4,029 1,963 2,053 ,044
umur responden ,022 ,015 ,176 1,448 ,152
jenis kelamin -1,083 ,936 -,160 -1,157 ,251
pekerjaan ,204 ,288 ,083 ,708 ,481
kebiasaan
-,363 ,375 -,107 -,968 ,336
merokok
pendidikan ,226 ,235 ,110 ,960 ,340
tekanan darah
,014 ,017 ,222 ,829 ,410
sistolik
tekanan darah
-,023 ,034 -,188 -,682 ,497
diastolik
tempat istirahat -,697 ,347 -,221 -2,009 ,048
tempat tinggal ,245 ,355 ,077 ,690 ,492
kadar timbal
-,032 ,055 -,082 -,584 ,561
darah awal
kreatinin -,833 ,487 -,201 -1,711 ,091
Pemberian
,840 ,420 ,266 2,001 ,049
kalsium

Universitas Sumatera Utara


6 (Constant) 3,811 1,919 1,986 ,051
umur responden ,022 ,015 ,178 1,468 ,146
jenis kelamin -1,318 ,840 -,195 -1,569 ,121
pekerjaan ,201 ,287 ,081 ,700 ,486
kebiasaan
-,317 ,365 -,093 -,869 ,387
merokok
pendidikan ,216 ,234 ,105 ,925 ,358
tekanan darah
,014 ,017 ,229 ,861 ,392
sistolik
tekanan darah
-,024 ,034 -,192 -,702 ,485
diastolik
tempat istirahat -,723 ,343 -,229 -2,110 ,038
tempat tinggal ,224 ,352 ,070 ,636 ,526
kreatinin -,838 ,485 -,202 -1,728 ,088
Pemberian
,987 ,334 ,313 2,956 ,004
kalsium
7 (Constant) 4,260 1,777 2,397 ,019
umur responden ,022 ,015 ,175 1,446 ,152
jenis kelamin -1,204 ,817 -,178 -1,473 ,145
pekerjaan ,161 ,279 ,065 ,578 ,565
kebiasaan
-,295 ,362 -,086 -,815 ,418
merokok
pendidikan ,184 ,227 ,089 ,808 ,422
tekanan darah
,014 ,017 ,225 ,848 ,399
sistolik
tekanan darah
-,024 ,034 -,193 -,707 ,482
diastolik
tempat istirahat -,737 ,341 -,234 -2,164 ,034
kreatinin -,873 ,480 -,210 -1,818 ,073
Pemberian
,998 ,332 ,316 3,003 ,004
kalsium
8 (Constant) 4,445 1,741 2,554 ,013
umur responden ,021 ,015 ,171 1,425 ,158
jenis kelamin -1,035 ,760 -,153 -1,362 ,177
kebiasaan
-,281 ,360 -,083 -,783 ,436
merokok
pendidikan ,167 ,224 ,081 ,743 ,460
tekanan darah
,014 ,017 ,217 ,824 ,413
sistolik
tekanan darah
-,023 ,034 -,185 -,683 ,496
diastolik
tempat istirahat -,747 ,339 -,237 -2,203 ,031
kreatinin -,894 ,476 -,215 -1,876 ,064
Pemberian
1,004 ,331 ,318 3,036 ,003
kalsium
9 (Constant) 3,839 1,493 2,572 ,012
umur responden ,019 ,014 ,151 1,301 ,197
jenis kelamin -,936 ,744 -,138 -1,258 ,212
kebiasaan
-,290 ,358 -,085 -,811 ,420
merokok
pendidikan ,167 ,224 ,081 ,747 ,457
tekanan darah
,003 ,007 ,055 ,482 ,631
sistolik
tempat istirahat -,679 ,323 -,215 -2,102 ,039
kreatinin -,836 ,467 -,201 -1,789 ,078
Pemberian
,979 ,328 ,310 2,988 ,004
kalsium
10 (Constant) 4,083 1,397 2,922 ,005

Universitas Sumatera Utara


umur responden ,021 ,014 ,165 1,484 ,142
jenis kelamin -,906 ,737 -,134 -1,228 ,223
kebiasaan
-,295 ,356 -,087 -,829 ,410
merokok
pendidikan ,172 ,222 ,084 ,775 ,441
tempat istirahat -,706 ,317 -,224 -2,226 ,029
kreatinin -,768 ,443 -,185 -1,732 ,087
Pemberian
,987 ,326 ,312 3,031 ,003
kalsium
11 (Constant) 4,573 1,243 3,678 ,000
umur responden ,017 ,013 ,135 1,298 ,198
jenis kelamin -,920 ,735 -,136 -1,250 ,215
kebiasaan
-,287 ,355 -,084 -,807 ,422
merokok
tempat istirahat -,723 ,315 -,229 -2,292 ,025
kreatinin -,696 ,433 -,168 -1,609 ,112
Pemberian
,978 ,325 ,310 3,014 ,003
kalsium
12 (Constant) 4,449 1,231 3,614 ,001
umur responden ,016 ,013 ,126 1,223 ,225
jenis kelamin -1,092 ,702 -,161 -1,554 ,124
tempat istirahat -,719 ,315 -,228 -2,286 ,025
kreatinin -,730 ,430 -,176 -1,698 ,093
Pemberian
,986 ,324 ,312 3,047 ,003
kalsium
13 (Constant) 5,165 1,086 4,755 ,000
jenis kelamin -1,234 ,695 -,182 -1,776 ,079
tempat istirahat -,704 ,315 -,223 -2,233 ,028
kreatinin -,642 ,425 -,155 -1,511 ,135
Pemberian
1,035 ,322 ,328 3,211 ,002
kalsium
14 (Constant) 4,390 ,965 4,550 ,000
jenis kelamin -1,025 ,686 -,151 -1,494 ,139
tempat istirahat -,703 ,318 -,223 -2,211 ,030
Pemberian
,959 ,321 ,304 2,989 ,004
kalsium
15 (Constant) 3,446 ,734 4,693 ,000
tempat istirahat -,727 ,320 -,231 -2,276 ,025
Pemberian
,892 ,320 ,283 2,789 ,007
kalsium
a Dependent Variable: kadar timbal darah akhir

PERBEDAAN KADAR TIMBAL DARAH SEBELUM INTERVENSI


PADA KELOMPOK KONTROL DAN PERLAKUAN

T-Test

Group Statistics

kelompok Std.
intervensi N Mean Deviation Std. Error Mean
kadar timbal perlakuan
41 10,3463 3,35709 ,52429
darah awal
kontrol 46 6,1109 3,56547 ,52570

Universitas Sumatera Utara


Independent Samples Test

Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
Sig. Std.
(2- Mean Error 95% Confidence
taile Differ Differe Interval of the
F Sig. t df d) ence nce Difference

Lower Upper
kadar Equal
timbal variance 5,7168
,220 ,640 5,685 85 ,000 4,2355 ,74506 2,75410
darah s 4
awal assumed
Equal
variance 84,73 5,7117
5,705 ,000 4,2355 ,74245 2,75921
s not 2 4
assumed

PERBEDAAN KADAR TIMBAL DARAH SESUDAH INTERVENSI


PADA KELOMPOK KONTROL DAN PERLAKUAN

T-Test

Group Statistics

Std.
kelompok Std. Error
intervensi N Mean Deviation Mean
kadar timbal perlakuan 41 3,2024 1,58329 ,24727
darah akhir kontrol 46 4,1550 1,46290 ,21569

Universitas Sumatera Utara


Independent Samples Test

Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95%
Sig. Std. Confidence
(2- Mean Error Interval of
tailed Differ Differ the
F Sig. t df ) ence ence Difference
Lowe Uppe
r r
kadar Equal
- -
timbal variances -
,370 ,544 85 ,005 -,9526 ,32662 1,601 ,303
darah assumed 2,916
97 15
akhir
Equal
- -
variances - 81,88
,005 -,9526 ,32812 1,605 ,299
not 2,903 8
32 80
assumed

BEDA RATA-RATA PENURUNAN KADAR TIMBAL DARAH PADA


KELOMPOK PERLAKUAN DAN KELOMPOK KONTROL

T-Test

Group Statistics

Std. Error
kelompok intervensi N Mean Std. Deviation Mean
beda perlakuan 41 7,1439 4,03049 ,62946
kontrol 46 1,9559 3,93666 ,58043

Universitas Sumatera Utara


Independent Samples Test

Levene's Test
for Equality
of Variances t-test for Equality of Means
Sig. Std.
(2- Mean Error 95% Confidence
taile Differ Differ Interval of the
F Sig. t df d) ence ence Difference

Lower Upper
beda Equal
3,4879
variances 1,054 ,307 6,068 85 ,000 5,1880 ,85505 6,88810
7
assumed
Equal
variances 83,36 3,4851
6,059 ,000 5,1880 ,85622 6,89091
not 7 6
assumed

Universitas Sumatera Utara

You might also like