Kajian Pengaruh Bahan Bakar Premiun Pertamax, Pertamax Plus Dan Vareasi Rasio Kompresi Terhadap Kadar Emisis Gas Buang Co Dan HC Pada Sepeda Motor

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Jurnal AUTINDO Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2442-7918 Vol.

1 Nomor 1 Juni 2014

KAJIAN PENGARUH BAHAN BAKAR PREMIUN PERTAMAX, PERTAMAX PLUS


DAN VAREASI RASIO KOMPRESI TERHADAP KADAR EMISIS GAS BUANG CO
DAN HC PADA SEPEDA MOTOR

Jarot Hari Astanto, ST, MT


Sfaf Pengajar, Program Studi D3 Mesin Otomotif
Politeknik Indonusa Surakarta
Jl. KH. Samanhudi No. 31 Mangkuyudan Surakarta
E-mail: polinus@poltekindonusa.ac.id

Abstrak

The purpose of this research: (1) Investigated the motorcycle exhaust emissions Suzuki Shogun
FL 125 SP in 2007 used premium,pertamax,and pertamax plus. (2) Investigated the motorcycle
exhaust emissions Suzuki Shogun FL 125 SP in 2007 used variation of compression ratio. (3)
Investigated the motorcycle exhaust emissions Suzuki Shogun FL 125 SP in 2007 used
interaction premium,pertamax, pertamax plus, and variation of compression ratio.
This research was used experimental methods.The research was measurement at the Laboratory
of Automotive Mechanical Engineering Education Program, JPTK, FKIP, UNS Surakarta to the
address on Ahmad Yani road no. 200 Kartasura. Test of CO and HC exhaust gas emissions was
used a gas analyzer type STARGAS 898. The population in this research was a motorcycle
Suzuki Shogun FL 125 SP in 2007 and the sample in this research was a motorcycle Suzuki
Shogun FL 125 SP in 2007 with engine number: F4A1ID113687.
Based on this researchcan be concluded: (1) The measurement premium fuel producedthe
lowest emission in CO 3.884% by 9.1:1 compression ratio and the the lowestexhaust gas
emission levels in 168 ppmby 9.1:1 compression ratio. (2) The measurement pertamax fuel
produced the lowest exhaust gas emission levels in CO 3.237% by 9.5:1 compression ratio and
the the lowest exhaust gas emission levels in 210 ppm by 9.5:1 compression ratio(3) The
measurement pertamax plus fuel produces the lowest exhaust gas emission levels in CO 2.615%
by 10.2:1 compression ratio and the the lowest exhaust gas emission levels in 237 ppm by 9.5:1
compression ratio

Keywords: exhaust gas emissions of CO and HC, premium, pertamax, pertamax plus,
compression ratio

I. PENDAHULUAN terbesar di beberapa kota melebihi industri


dan rumah tangga.
Saat ini banyak penelitian untuk Menurut kementrian perindustrian
meminimalkan emisi gas pada tahun 2011 produksi sepeda motor
buang.Meningkatnya isu tentang emisi gas mencapai 8,01 juta unit, 2012 produksi
buang terkait dengan semakin pedulinya sepeda motor mencapai 7,1 juta unit dan
masyarakat dunia atas perlindungan tahun 2013 produksi sepeda motor
lingkungan. Udara telah mengalami ditargetkan 10 juta unit. Bertambahnya
pencemaran, yang antara lain berasal dari sepeda motor tiap tahunnya akan menambah
emisi gas buang yang dihasilkan berbagai jumlah emisi gas buang pada kendaraan
sumber seperti pabrik dan kendaraan bermotor yang sudah menjadi penyumbang
bermotor. Kendaraan bermotor sendiri telah terbesar pencemaran udara.
lama menjadi salah satu sumber pencemar Penggunaan kendaraan bermotor
udara di banyak kota besar dunia. Gas-gas dapat menimbulkan dampak yang buruk
beracun dari jutaan knalpot setiap harinya bagi lingkungan, terutama emisi gas buang
menimbulkan masalah serius di banyak yang dihasilkan dari sisa pembakaran.
negara. Tidak terkecuali Indonesia, yang Proses pembakaran bahan bakar dari motor
jutaan kendaraannya berbahan bakar bensin bakar menghasilkan gas buang yang secara
sehingga menjadi sumber pencemar udara teoritis mengandung unsur CO, NO2, HC,

28
Jurnal AUTINDO Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2442-7918 Vol. 1 Nomor 1 Juni 2014

C, CO2, H2O, dan N2 yang bersifat untuk memperbaiki kualitasnya juga


mencemari lingkungan dalam bentuk polusi mempengaruhi hasil pembakaran.
udara.Unsur CO dan HC yang berpengaruh Kedua perbandingan bahan bakar dan
bagi kesehatan makhluk hidup perlu udara atau air fuel ratio di mana
mendapatkan kajian khusus, karena unsur perbandingan idealnya 14,8 : 1 yang jarang
CO dan HC hasil pembakaran bersifat racun dicapai dan dipertahankan oleh mesin karena
bagi darah manusia pada saat pernafasan kualitas campuran bahan bakar dan udara
sebagai akibat berkurangnya oksigen pada selalu berubah pada berbagai tingkat putaran
jaringan darah. Jika jumlah CO dan HC mesin dan pembebanan mesin. Perbandingan
sudah mencapai jumlah tertentu atau jenuh bahan bakar dan udara sangat berpengaruh
di dalam tubuh maka akan menyebabkan terhadap proes pembakaran di mana
kematian. perbandingan yang tidak ideal misalnya
Besarnya emisi gas buang yang campurannya merupakan campuran kaya
dihasilkan oleh kendaraan bermotor tidak akan menyebabkan bahan bakar tidak
boleh melebihi standar baku yang terbakar habis karena kadar atau jumlah
dikeluarkan oleh pemerintah, sesuai dengan oksigen untuk membakar bahan bakar
Peraturan Menteri Negara Lingkungan kurang sehingga dapat meningkatkan kadar
Hidup 05 Tahun 2006 tentang ambang batas karbon monoksida (CO) gas buang.
emisi gas buang kendaraan bermotor lama Perbandingan campuran bahan bakar dan
untuk sepeda motor produksi kurang dari udara sudah dapat diatur ideal dengan
tahun 2010 untuk dua langkah 4,5% CO & tehnologi Electronic Fuel Injection (EFI).
1200 ppm HC, untuk empat langkah 5,5% Ketiga homogenitas campuran bahan
CO & 2400 ppm HC, sedangkan sepeda bakar dan udara. Pembakaran yang
motor produksi lebih dari tahun 2010 baik sempurna dapat dicapai salah satunya
dua langkah maupun empat langkah 4,5% dengan memperbaiki homogenitas campuran
CO & 2000 ppm HC. bahan bakar dan udara, karena homogenitas
campuran bahan bakar dan udara yang
II. TINJAUAN PUSTAKA rendah di mana ada partikel-partikel bahan
Sepeda motor adalah motor bensin bakar yang disebabkan karena proses
yang melakukan proses pembakaran dalam pengkabutan bahan bakar tidak sempurna
untuk menghasilkan tenaga dan sehingga ada sebagian yang kaya bahan
mengeluarkan gas sisa-sisa pembakaran. Di bakar dan sebagian lagi miskin bahan bakar.
mana gas sisa-sisa pembakaran yang Adanya perbedaan komposisi campuran
dihasilkan adalah CO, NO2, HC, C, CO2, bahan bakar dan udara menyebabkan
H2O, dan N2, hal ini dapat terjadi karena pembakaran yang terjadi tidak teratur yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor. menyebabkan tekanan yang ditimbulkan
Pertama kualitas bahan bakar, salah dalam silinder tidak sama sehingga terjadi
satunya angka oktan bahan bakar. Angka detonasi. Selain itu ada sebagian bahan
oktan merupakan bilangan yang bakar yang terbakar tidak sempurna yang
menunjukkan ketahanan suatu bahan bakar meningkatkan emisi gas buang pada
terhadap knocking (detonasi). Semakin kendaraan khususnya karbon monoksida
tinggi nilai oktan akan mengurangi (CO).
kemungkinan terjadinya detonasi sebaliknya Keempat pusaran campuran bahan
semakin rendah nilai oktan bahan bakar bakar dan udara baru yang masuk ke dalam
maka semakin memungkinkan terjadinya ruang bakar. Arend dan Bernschot (1980)
detonasi. Semakin kecilnya intensitas untuk “pusaran di dalam ruang bakar
berdetonasi maka campuran bahan bakar dan menghasilkan pencampuran yang sempurna
udara yang dikompresikan semakin banyak dari bahan bakar dan udara, sehingga
sehingga pembakaran yang terjadi lebih pembakarannya terjadi sangat teratur,
baik. Bahan bakar yang bernilai oktan tinggi dengan akibat berkurangnya kemungkinan
sebaiknya digunakan pada mesin dengan terbakar sendiri”.
kompresi tinggi begitu pula sebaliknya. Kelima kondisi ruang bakar juga
Selain nilai oktan pada bahan bakar, zat berpengaruh pada proses pembakaran,
aditif yang diberikan pada bahan bakar adanya arang sisa-sisa pembakaran yang
masih menyala di ruang bakar juga dapat

29
Jurnal AUTINDO Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2442-7918 Vol. 1 Nomor 1 Juni 2014

menyebabkan campuran bahan bakar dan cocok untuk rasio kompresi 7-9:1, pertamax
udara terbakar sendiri sebelum waktunya. dengan nilai oktan 92 cocok untuk rasio
Hal ini juga dapat menimbulkan terjadinya kompresi 9-10:1, dan pertamax plus dengan
detonasi serta bahan bakar tidak terbakar nilai oktan 95 cocok untuk rasio kompresi
sempurna (habis). 10-11:1.
Keenam jenis dan kondisi busi, Rasio kompresi dan nilai oktan bahan
pemakaian jenis busi harus sesuai dengan bakar berhubungan erat dengan emisi gas
ketentuan pabrik. Kebersihan elektroda busi buang. Bahan bakar dengan oktan rendah
dari kotoran maupun pelumas jika ada sebaiknya menggunakan rasio kompresi
kebocoran kompresi, juga harus diperhatikan yang rendah sedangkan bahan bakar dengan
karena akan mempengaruhi percikan bunga oktan tinggi sebaiknya menggunakan rasio
api yang dihasilkan yang digunakan untuk kompresi yang lebih tinggi. Rasio kompresi
proses pembakaran. Selain itu besar kecil yang sesuai dengan nilai oktan bahan bakar
penyetelan celah busi yang ideal adalah 0,6- menghasilkan pembakaran yang sempurna,
0,7 mm. sehingga emisi yang dihasilkan juga menjadi
Ketujuh, memasang catalytic lebih baik.
converter. Catalytic conventer merupakan Shogun FL 125 SP tahun 2007 adalah
komponen muffler dari emission control jenis sepeda motor 4 tak, merupakan motor
system, bertujuan untuk mengurangi CO, bensin silinder tunggal yang mempunyai
HC, dan NOx yang terkandung dalam gas diameter silinder 53,5 cm, langkah piston
bekas. 55,2 cm volume silinder 124,1 cm3 dan
Untuk meningkatkan kesempurnaan perbandingan kompresi 9,5:1. Dengan rasio
pembakaran dapat dilakukan dengan cara- kompresi 9,5:1 seharusnya bahan bakar yang
cara diatas, dalam penelitian ini akan di dipakai adalah pertamax, tetapi masyarakat
bahas tentang ruang bakar yang dimodifikasi Indonesia pemilik Shogun FL 125 SP tahun
sehingga merubah rasio kompresi dan 2007 tidak menyadari hal tersebut dan lebih
disesuaikan dengan nilai oktan yang sudah memilih premium yang lebih murah.
ditetapkan pada bahan bakar premium
dengan nilai oktan 88, pertamax dengan nilai III. METODE PENELITIAN
oktan 92, dan pertamax plus dengan nilai Rancangan atau desain penelitian
oktan 95. digunakan untuk menunjukkan jenis
Rasio kompresi menunjukkan berapa penelitian, rancangan penelitian yang dipilih
jauh campuran udara dan bahan bakar yang adalah yang paling memungkinkan peneliti
dihisap selama langkah hisap dikompresikan untuk mengendalikan variabel-variabel lain
dalam silinder selama langkah kompresi. yang diduga berpengaruh terhadap variabel
Dengan kata lain adalah perbandingan dari terikat. Peneliti dalam penelitian ini
silinder dan volume ruang bakar dengan menggunakan desain eksperimen.
piston pada posisi TMB (V2) dengan Desain eksperimen adalah suatu
volume ruang bakar dengan torak TMA rancangan percobaan (dengan tiap langkah
(V1). Rasio kompresi bisa dimodifikasi tindakan yang betul-betul terdefinisikan)
menjadi lebih rendah maupun lebih tinggi sedemikian sehingga informasi yang
dengan dua cara yaitu merubah volume berhubungan atau diperlukan untuk.
ruang bakar dan volume langkah piston. persoalan yang sedang diteliti dapat
Penambahan volume ruang bakar akan dikumpulkan (Sudjana, 1991: 1).
mengakibatkan rasio kompresi menjadi lebih Eksperimen pada penelitian ini yaitu
rendah, sebaliknya pengurangan ruang bakar diawali dengan merubah rasio kompresi
mengakibatkan rasio kompresi menjadi lebih pada ruang mesin dari standart menjadi lebih
tinggi. Penambahan volume langkah piston rendah dan lebih tinggi. Perubahan rasio
akan mengakibatkan rasio kompresi menjadi kompresi lebih rendah dilakukan dengan
lebih tinggi, sebaliknya pengurangan cara menambah gasket kepala silinder yang
langkah piston mengakibatkan rasio standarnya satu gasket menjadi dua dan tiga
kompresi menjadi lebih rendah. gasket. Perubahan rasio kompresi lebih
Rasio kompresi dan nilai oktan bahan tinggi dilakukan dengan mengurangi volume
bakar mempunyai hubungan yang erat. ruang bakar dengan cara pengurangan pada
Bahan bakar premium dengan nilai oktan 88 permukaan blok silinder 0,5 mm.Variasi

30
Jurnal AUTINDO Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2442-7918 Vol. 1 Nomor 1 Juni 2014

rasio kompresi yang dihasilkan adalah Berdasarkan Tabel 2 hasil pengamatan


sebagai berikut: kadar emisi gas buang CO pada penggunaan
bahan bakar pertamax plus dengan rasio
Tabel 1. Desain Variasi Rasio Kompresi kompresi 8,7;1 diperoleh hasil kadar emisi
gas buang CO rata-rata 5,584%.
Berdasarkan Tabel 2 hasil pengamatan
kadar emisi gas buang CO pada sepeda
motor Suzuki Shogun FL 125 SP dengan
rasio kompresi 8,7 : 1 diperoleh hasil kadar
emisi gas buang CO terendah pada
penggunaan bahan bakar premium dengan
kadar emisi gas buang CO rata-rata 4,744%

2. Kadar Emisi Gas Buang CO pada


Masing–masing rasio kompresi diuji Rasio Kompresi 9,1:1
dengan bahan bakar premium dan pertamax,
dan pertamax plus sehingga menghasilkan
emisi gas buang CO dan HC pada setiap
pengujian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Data


Berikut ini merupakan data hasil
penelitian pengaruh bahan bakar premium,
pertamax, dan pertamax plus dengan variasi
rasio kompresi terhadap kadar emisi gas
buang CO dan HC pada sepeda motor
Suzuki Shogun FL 125 SP tahun 2007. Berdasarkan Tabel 3 hasil
pengamatan kadar emisi gas buang CO pada
1. Kadar Emisi Gas Buang CO pada penggunaan bahan bakar premium dengan
Rasio Kompresi 8,7:1 rasio kompresi 9,1:1 diperoleh hasil kadar
emisi gas buang CO rata-rata 3,884%.
Berdasarkan Tabel 3 hasil
pengamatan kadar emisi gas buang CO pada
penggunaan bahan bakar pertamax dengan
rasio kompresi 9,1:1 diperoleh hasil kadar
emisi gas buang CO rata-rata 3,279%.
Berdasarkan Tabel 3 hasil
pengamatan kadar emisi gas buang CO pada
penggunaan bahan bakar pertamax plus
dengan rasio kompresi 9,1:1 diperoleh hasil
kadar emisi gas buang CO rata-rata 4,102%.
Berdasarkan Tabel 3 hasil
pengamatan kadar emisi gas buang CO pada
Berdasarkan Tabel 2 hasil pengamatan sepeda motor Suzuki Shogun FL 125 SP
kadar emisi gas buang CO pada penggunaan dengan rasio kompresi 9,1: 1 diperoleh hasil
bahan bakar premium dengan rasio kompresi kadar emisi gas buang CO terendah pada
8,7;1 diperoleh hasil kadar emisi gas buang penggunaan bahan bakar pertamax dengan
CO rata-rata 4,744%. kadar emisi gas buang CO rata-rata 3,279%.
Berdasarkan Tabel 2 hasil pengamatan
kadar emisi gas buang CO pada penggunaan 3. Kadar Emisi Gas Buang CO pada
bahan bakar pertamax dengan rasio Rasio Kompresi 9,5:1
kompresi 8,7;1 diperoleh hasil kadar emisi
gas buang CO rata-rata 5,107%.
31
Jurnal AUTINDO Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2442-7918 Vol. 1 Nomor 1 Juni 2014

Berdasarkan Tabel 5 hasil


pengamatan kadar emisi gas buang CO pada
penggunaan bahan bakar pertamax dengan
rasio kompresi 10,2:1 diperoleh hasil kadar
emisi gas buang CO rata-rata 3,586%.
Berdasarkan Tabel 5 hasil
pengamatan kadar emisi gas buang CO pada
penggunaan bahan bakar pertamax plus
dengan rasio kompresi 10,2:1 diperoleh hasil
kadar emisi gas buang CO rata-rata 2,639%.
Berdasarkan Tabel 5 hasil
pengamatan kadar emisi gas buang CO pada
Berdasarkan Tabel 4 hasil
sepeda motor Suzuki Shogun FL 125 SP
pengamatan kadar emisi gas buang CO pada
dengan rasio kompresi 10,2:1 diperoleh hasil
penggunaan bahan bakar premium dengan
kadar emisi gas buang CO terendah pada
rasio kompresi 9,5:1 diperoleh hasil kadar
penggunaan bahan bakar pertamax plus
emisi gas buang CO rata-rata 4,750%.
dengan kadar emisi gas buang CO rata-rata
Berdasarkan Tabel 4 hasil
2,639%.
pengamatan kadar emisi gas buang CO pada
penggunaan bahan bakar pertamax dengan
5. Kadar Emisi Gas Buang HC pada
rasio kompresi 9,5:1 diperoleh hasil kadar
Rasio Kompresi 8,7:1
emisi gas buang CO rata-rata 3,237%.
Berdasarkan Tabel 4 hasil
pengamatan kadar emisi gas buang CO pada
penggunaan bahan bakar pertamax plus
dengan rasio kompresi 9,5:1 diperoleh hasil
kadar emisi gas buang CO rata-rata 2,958%.
Berdasarkan Tabel 4 hasil
pengamatan kadar emisi gas buang CO pada
sepeda motor Suzuki Shogun FL 125 SP
dengan rasio kompresi 9,5: 1 diperoleh hasil
kadar emisi gas buang CO terendah pada
penggunaan bahan bakar pertamax plus
dengan kadar emisi gas buang CO rata-rata
2,958%. Berdasarkan Tabel 6. hasil
pengamatan kadar emisi gas buang HC pada
4. Kadar Emisi Gas Buang CO pada penggunaan bahan bakar premium dengan
Rasio Kompresi 10,2:1 rasio kompresi 8,7:1 diperoleh hasil kadar
emisi gas buang HC rata-rata 349 ppm.
Berdasarkan Tabel 6 hasil
pengamatan kadar emisi gas buang HC pada
penggunaan bahan bakar pertamax dengan
rasio kompresi 8,7:1 diperoleh hasil kadar
emisi gas buang HC rata-rata 352 ppm.
Berdasarkan Tabel 6 hasil
pengamatan kadar emisi gas buang HC pada
penggunaan bahan bakar pertamax plus
dengan rasio kompresi 8,7:1 diperoleh hasil
kadar emisi gas buang HC rata-rata 306ppm.
Berdasarkan Tabel 6 hasil
Berdasarkan Tabel 5 hasil pengamatan kadar emisi gas buang HC pada
pengamatan kadar emisi gas buang CO pada sepeda motor Suzuki Shogun FL 125 SP
penggunaan bahan bakar premium dengan dengan rasio kompresi 8,7:1 diperoleh hasil
rasio kompresi 10,2:1 diperoleh hasil kadar kadar emisi gas buang HC terendah pada
emisi gas buang CO rata-rata 5,069%. penggunaan bahan bakar pertamax plus

32
Jurnal AUTINDO Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2442-7918 Vol. 1 Nomor 1 Juni 2014

dengan kadar emisi gas buang HC rata-rata Berdasarkan Tabel 8 hasil


306 ppm. pengamatan kadar emisi gas buang HC pada
penggunaan bahan bakar premium dengan
6. Kadar Emisi Gas Buang HCpada Rasio rasio kompresi 9,5:1 diperoleh hasil kadar
Kompresi 9,1:1 emisi gas buang HC rata-rata 499 ppm.
Berdasarkan Tabel 8 hasil
pengamatan kadar emisi gas buang HC pada
penggunaan bahan bakar pertamax dengan
rasio kompresi 9,5:1 diperoleh hasil kadar
emisi gas buang HC rata-rata 210 ppm.
Berdasarkan Tabel 8 hasil
pengamatan kadar emisi gas buang HC pada
penggunaan bahan bakar pertamax plus
dengan rasio kompresi 9,5:1 diperoleh hasil
kadar emisi gas buang HC rata-rata 237
ppm.
Berdasarkan Tabel 7 hasil Berdasarkan Tabel 8 hasil
pengamatan kadar emisi gas buang HC pada pengamatan kadar emisi gas buang HC pada
penggunaan bahan bakar premium dengan sepeda motor Suzuki Shogun FL 125 SP
rasio kompresi 9,1:1 diperoleh hasil kadar dengan rasio kompresi 9,5:1 diperoleh hasil
emisi gas buang HC rata-rata 168 ppm. kadar emisi gas buang HC terendah pada
Berdasarkan Tabel 7 hasil penggunaan bahan bakar pertamax dengan
pengamatan kadar emisi gas buang HC pada kadar emisi gas buang HC rata-rata 210
penggunaan bahan bakar pertamax dengan ppm.
rasio kompresi 9,1:1 diperoleh hasil kadar
emisi gas buang HC rata-rata 246 ppm. 8. Kadar Emisi Gas Buang HCpada Rasio
Berdasarkan Tabel 7 hasil Kompresi 10,2:1
pengamatan kadar emisi gas buang HC pada
penggunaan bahan bakar pertamax plus
dengan rasio kompresi 9,1:1 diperoleh hasil
kadar emisi gas buang HC rata-rata 336
ppm.
Berdasarkan Tabel 7 hasil
pengamatan kadar emisi gas buang HC pada
sepeda motor Suzuki Shogun FL 125 SP
dengan rasio kompresi 9,1:1diperoleh hasil
kadar emisi gas buang HC terendah pada
penggunaan bahan bakar premium dengan
kadar emisi gas buang HC rata-rata 168
ppm.
Berdasarkan Tabel 9 hasil
7. Kadar Emisi Gas Buang HCpada Rasio pengamatan kadar emisi gas buang HC pada
Kompresi 9,5:1 penggunaan bahan bakar premium dengan
rasio kompresi 10,2:1 diperoleh hasil kadar
emisi gas buang HC rata-rata 528 ppm.
Berdasarkan Tabel 9 hasil
pengamatan kadar emisi gas buang HC pada
penggunaan bahan bakar pertamax dengan
rasio kompresi 10,2:1 diperoleh hasil kadar
emisi gas buang HC rata-rata 292 ppm.
Berdasarkan Tabel 9 hasil
pengamatan kadar emisi gas buang HC pada
penggunaan bahan bakar pertamax plus
dengan rasio kompresi 10,2:1 diperoleh hasil

33
Jurnal AUTINDO Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2442-7918 Vol. 1 Nomor 1 Juni 2014

kadar emisi gas buang HC rata-rata 241


ppm. b. Rata – rata Kadar Emisi Gas Buang
Berdasarkan Tabel 9 hasil COpada Penggunaan Bahan Bakar
pengamatan kadar emisi gas buang HC pada Pertamax
sepeda motor Suzuki Shogun FL 125 SP
dengan rasio kompresi 10,2:1 diperoleh hasil
kadar emisi gas buang HC terendah pada
penggunaan bahan bakar pertamax plus
dengan kadar emisi gas buang HC rata-rata
241 ppm.

PEMBAHASAN
1. Hasil Perhitungan Kadar Emisi gas
Buang CO

a. Rata – rata Kadar Emisi Gas Buang Berdasarkan Gambar 2 Grafik


CO pada Penggunaan Bahan Bakar kadar emisi gas buang CO bahan bakar
Premium pertamax, kadar emisi gas buang CO pada
rasio kompresi 8,7:1 sebesar 5,107%, kadar
emisi gas buang CO pada rasio kompresi
9,1:1 sebesar 3,279%, mengalami penurunan
kadar emisi sebesar 1,828%, kadar emisi gas
buang dengan pada rasio kompresi 9,5:1
sebesar 3,237%, mengalami peningkatan
kadar emisi CO sebesar 1,870% kadar emisi
gas buang pada rasio kompresi 10,2:1
sebesar 3,586%, mengalami penurutan emisi
sebesar 1,521% dari emisi gas buang pada
rasio kompresi 8,7:1. Penggunaan bahan
Berdasarkan Gambar 1 Grafik kadar bakar pertamax menghasilkan kadar emisi
emisi gas buang CO bahan bakar premium, CO tertinggi pada rasio kompresi 8,7:1 hal
kadar emisi gas buang CO pada rasio ini dikarenakan pertamax memiliki titik
kompresi 8,7:1 sebesar 4,744%, kadar emisi nyala yang tinggi dan tidak mudah terbakar
gas buang CO pada rasio kompresi 9,1:1 pada rasio kompresi rendah sehingga
sebesar 3,884%, mengalami penurunan pembakaran tidak sempurna. Penggunaan
kadar emisi sebesar 0,860%, kadar emisi gas bahan bakar pertamax menghasilkan emisi
buang dengan pada rasio kompresi 9,5:1 CO terendah pada rasio kompresi 9,5:1 hal
sebesar 4,750%, mengalami peningkatan ini membuktikan bahwa bahan bakar
kadar emisi CO sebesar 0,006% kadar emisi pertamax memiliki pembakaran paling
gas buang pada rasio kompresi 10,2 sebesar sempurna pada rasio kompresi 9,5:1.
5,069%, mengalami peningkatan kadar
emisi sebesar 0,325% dari kadar emisi gas
buang pada rasio kompresi 8,7:1.
Penggunaan bahan bakar premium
menghasilkan kadar emisi CO tertinggi pada
rasio kompresi 10,2:1 hal ini dikarenakan
premium mempunyai titik nyala rendah
sehingga menimbulkan pree ignition yang
mengakibatkan pembakaran tidak sempurna.
Penggunaan bahan bakar premium
menghasilkan kadar emisi CO terendah pada
rasio kompresi 9,1:1 hal ini membuktikan
bahwa bahan bakar premium memiliki
pembakaran paling sempurna pada rasio
kompresi 9,1:1.

34
Jurnal AUTINDO Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2442-7918 Vol. 1 Nomor 1 Juni 2014

Pada bahan bakar pertamax plus, emisi sebesar 29 ppm.Penggunaan bahan


kadar emisi gas buang CO pada rasio bakar premium menghasilkan emisi HC
kompresi 8,7:1 sebesar 5,584%, emisi gas tertinggi pada rasio kompresi 10,2:1 hal ini
buang CO pada rasio kompresi 9,1:1 sebesar dikarenakan premium mempunyai titik nyala
4,102%, mengalami penurunan kadar emisi rendah sehingga menimbulkan pre ignition
sebesar 1,482%, kadar emisi gas buang yang mengakibatkan pembakaran tidak
dengan pada rasio kompresi 9,5:1 sebesar sempurna. Penggunaan bahan bakar
2,958%, mengalami peningkatan kadar premium menghasilkan emisi HC terendah
emisi CO sebesar 2,626% emisi gas buang pada rasio kompresi 9,1:1 hal ini
pada rasio kompresi 10,2 sebesar 2,639%, membuktikan bahwa bahan bakar premium
mengalami peningkatan kadaremisi sebesar memiliki pembakaran paling sempurna pada
2,945% dari kadar emisi gas buang pada rasio kompresi 9,1:1.
rasio kompresi 8,7:1. Penggunaan bahan
bakar pertamax plus menghasilkan kadar
emisi CO tertinggi pada rasio kompresi 8,7:1
hal ini dikarenakan pertamax plus memiliki
titik nyala yang tinggi dan tidak mudah
terbakar pada rasio kompresi rendah
sehingga pembakaran tidak sempurna.
Penggunaan bahan bakar pertamax plus
menghasilkan kadar emisi CO terendah pada
rasio kompresi 10,2:1 hal ini membuktikan
bahwa bahan bakar pertamax plus memiliki
pembakaran paling sempurna pada rasio
kompresi 10,2:1.

Pada bahan bakar pertamax, kadar


emisi gas buang HC pada rasio kompresi
8,7:1 sebesar 352 ppm, kadar emisi gas
buang HC pada rasio kompresi 9,1:1 sebesar
246 ppm, mengalami penurunan kadar emisi
sebesar 106 ppm, kadar emisi gas buang
dengan pada rasio kompresi 9,5:1 sebesar
210 ppm, mengalami penurunan kadar emisi
HC sebesar 142 ppm kadar emisi gas buang
pada rasio kompresi 10,2:1 sebesar 292
ppm, mengalami penurutan kadar emisi
sebesar 60 ppm. Penggunaan bahan bakar
pertamax menghasilkan kadar emisi HC
tertinggi pada rasio kompresi 8,7:1 hal ini
dikarenakan pertamax mempunyai titik
Pada bahan bakar premium, kadar
nyala rendah dan tidak mudah terbakar pada
emisi gas buang HC pada rasio kompresi
kompresi rendah sehingga mengakibatkan
8,7:1 sebesar 349 ppm, kadar emisi gas
pembakaran tidak sempurna. Penggunaan
buang HC pada rasio kompresi 9,1:1 sebesar
bahan bakar pertamax menghasilkan emisi
168 ppm, mengalami penurunan kadar emisi
HC terendah pada rasio kompresi 9,5:1 hal
sebesar 181ppm, kadar emisi gas buang
ini membuktikan bahwa bahan bakar
dengan pada rasio kompresi 9,5:1 sebesar
pertamax memiliki pembakaran paling
499 ppm, mengalami peningkatan kadar
sempurna pada rasio kompresi 9,5:1.
emisi HC sebesar 150 ppm,kadar emisi gas
buang pada rasio kompresi 10,2:1 sebesar
528 ppm, mengalami peningkatan kadar

35
Jurnal AUTINDO Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2442-7918 Vol. 1 Nomor 1 Juni 2014

2. Hasil pengukuran pada sepeda motor


Suzuki Shogun FL 125 SP tahun 2007
menggunakan bahan bakar pertamax
menghasilkan kadar emisi gas buang
CO terendah pada rasio kompresi 9,5:1
yaitu 3,237% dan menghasilkan kadar
emisi gas buang HC terendah pada
rasio kompresi 9,5:1 yaitu 210 ppm.
3. Hasil pengukuran pada sepeda motor
Suzuki Shogun FL 125 SP tahun 2007
menggunakan bahan bakar pertamax
plus menghasilkan kadar emisi gas
buang CO terendah pada rasio kompresi
10,2:1 yaitu 2,639% dan menghasilkan
Pada bahan bakar pertamax plus, kadar emisi gas buang HC terendah
kadar emisi gas buang HC pada rasio pada rasio kompresi 9,5:1 yaitu 237
kompresi 8,7:1 sebesar 306 ppm, kadar ppm.
emisi gas buang HC pada rasio kompresi 4. Pada rasio kompresi 8,7:1 menggunakan
9,1:1 sebesar 336 ppm, mengalami bahan bakar pertamax plus, mesin
penurunan kadar emisi sebesar 30 ppm, susah untuk dihidupkan dan putaran
kadar emisi gas buang dengan pada rasio stasioner mesin tidak stabil bahkan
kompresi 9,5:1 sebesar 237 ppm, mengalami mesin mati sebelum gas analyzer
peningkatan kadar emisi HC sebesar membaca emisi gas buang, maka
69ppmkadar emisi gas buang pada rasio diperlukan penyetelan karburator
kompresi 10,2:1 sebesar 241 ppm, kembali. Pada rasio kompresi 10,2:1
mengalami peningkatan kadar emisi sebesar menggunakan bahan bakar premium,
65 ppm. Penggunaan bahan bakar pertamax saat sepeda motor diuji jalan jika mesin
plus menghasilkan emisi HC tertinggi pada mengalami beban berat terjadi knocking
rasio kompresi 9,1:1 hal ini dikarenakan atau ketukan, hal ini dikarenakan bahan
pertamax plus mempunyai titik nyala rendah bakar premium terbakar dulu sebelum
dan tidak mudah terbakar pada kompresi waktunya.
rendah sehingga mengakibatkan pembakaran
tidak sempurna. Penggunaan bahan bakar DAFTAR PUSTAKA
pertamax plus menghasilkan emisi HC Anonim. (1995). Toyota New Step 1
terendah pada rasio kompresi 9,5:1 yang Training Manual. Jakarta: PT. Toyota
hanya berselisih 4 ppm dengan rasio AstraMotor
kompresi 10,2:1 hal ini membuktikan Arends, BPM dan Berenschot, H. Motor
pertamax plus pada 9,5:1 dan 10,2:1 sama – Bensin. Sukrisno, Umar. Jakarta: Erlangga
sama memiliki pembakaran yang sempurna. Arikunto, Suharsimi. (2009). Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
V. PENUTUP Jakarta: Rineka Cipta.
5.1. Kesimpulan Arismunandar, W. (1988). Penggerak Mula
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah Motor Bakar Torak. Bandung. ITB
dilaksanakan dan telah diuraikan pada Bab BadanStandardisasiNasional.( 2013). Emisi
IV dengan mengacu pada perumusan gas buang – Sumber Bergerak - Bagian 3:
masalah, maka penelitian ini disimpulkan Cara uji kendaraan bermotor kategori L pada
sebagai berikut: kondisi idle. diperoleh 19 Maret 2013
1. Hasil pengukuran padasepeda motor dari
Suzuki Shogun FL 125 SP tahun 2007 http://sisni.bsn.go.id/index.php?/sni_main/sn
menggunakan bahanbakar premium i/detail_sni/7128
menghasilkan kadar emisi gas buang Daryanto. (2011). Prinsip Dasar Mesin
CO terendah pada rasio kompresi 9,1:1 Otomotif. Bandung: Alfabeta.
yaitu 3,884% dan menghasilkan kadar Daryanto. (2010). Teknik Konversi Energi.
emisi gas buang HC terendah pada Bandung: Satu Nusa.
rasio kompresi 9,1:1 yaitu 168 ppm.

36
Jurnal AUTINDO Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2442-7918 Vol. 1 Nomor 1 Juni 2014

Daryanto. (2002). Teknik Otomotif. Jakarta: Sastrawijaya, A.T. (2009). Pencemaran


Bumi Aksara. Lingkungan. Jakarta: Rineka Cipta
FardiazSrikandi. (1992). Polusi Air Dan Sudjana. (1991). Desain dan Analisis
Udara. Yogyakarta: Kanisius. Eksperimen. Bandung: Tarsito.
Hidayat, W. (2012). Motor Bensi Modern. Sugiyono. (2009). Metode Penelitian
Jakarta: Rineka Cipta. Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:
Jama, J. (2008). Teknik Sepeda Motor Jilid 1 Alfabeta.
untuk SMK. Direktorat Pembinaan Sekolah Surakhmad, W. (1998). Pengantar
Menengah Kejuruan, Jakarta: Direktorat Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito.
Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan SuyantoWardan (1989). Teori Motor Bensin.
Menengah, Departemen Pendidikan Jakarta: Kemendikbud
Nasional. Wardhana, W.A. 1999. Dampak
Kemenperin. (2013). Berita Industri Pasar Pencemaran Lingkungan. Andi Offset.
Motor Pulih 2013. Diperoleh 01 September Yogyakarta.
2013, dari Widodo, E. (2011). Otomotif Sepeda Motor.
http://www.kemenperin.go.id/artikel/4872/P Bandung: Yrama Widya
asar-Motor-Pulih-2013
K Kitagishi and I Yamane.(1981). Heavy
Metal Pollution in Soils of Japan.
Eds.KKitagishi and I Yamane. Tokyo.Japan
Science SocietyPress.
Nortop, RS. (1995). Teknik Reparasi Sepeda
Motor. Bandung: Pustaka Grafika.
Prastowo, A. (2011). Memahami Metode-
Metode Penelitian. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media.

37

You might also like