Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 18

HUBUNGAN ASUPAN KARBOHIDRAT SEDERHANA,

LEMAK JENUH DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN


KEJADIAN OBESITAS SENTRAL PADA POLISI
DI POLRESTA SAWAHLUNTO TAHUN 2021

Maya Ayu Mustiqa1, Marni Handayani2, Mulyatni Nizar3


Program Studi sarjana Terapan Gizi dan Dietetika
Email : mayamustiqa@gmail.com

ABSTRACT

Central obesity is the accumulation of fat in the abdomen that occurs


due to an energy imbalance in the body due to increased intake of nutrients and
lack of physical activity, this is one of the risk factors for degenerative diseases
such as type 2 diabetes mellitus, hypertension, cardiovascular disease,
dyslipidemia and others. other. The prevalence of Central Obesity in Indonesia
increased by 4.4% from 2013. West Sumatra is a province that ranks 11th with
the highest prevalence of Central Obesity, one of the districts/cities that has the
highest prevalence of Central Obesity is Sawahlunto City. POLRI is a
profession that ranks second in the highest prevalence of Central Obesity. This
study aims to determine the relationship between simple carbohydrate intake,
saturated fat and physical activity with the incidence of central obesity in Police
at the Sawahlunto Police Station in 2021.
The research with the design of "Cross Sectional Study", was conducted
at the Sawahlunto Police Station on 22-25 May 2021 with a sample of 64 male
police officers aged 40-54 years. The data collected were abdominal
circumference data by measuring abdominal circumference, simple
carbohydrate intake and saturated fat intake by means of 2x24 hour food recall
and FFQ, as well as physical activity data using the Beacke Physical Activity
form conducted by 4 nutritionists assisted by 1 nurse. . Data on simple
carbohydrate intake, saturated fat intake was processed using a nutritional
survey, physical activity data used excel, then analyzed with the chi square test
to see the relationship between simple carbohydrate intake, saturated fat intake
and activity with the incidence of central obesity in Police at the Sawahlunto
Police in 202.
More than half (55.8%) of the respondents had central obesity. More
than half of respondents had sufficient simple carbohydrate intake (69.2%),
more than half of respondents had more saturated fat intake (82.7%), and more
than half of respondents had moderate physical activity (78.8%). There is no
significant relationship between the intake of simple carbohydrates, saturated
fat and physical activity with the incidence of central obesity in Police at the
Sawahlunto Police Station (p-value >0.005).
It is hoped that the health workers at the Sawahlunto Police Station will
take regular abdominal circumference measurements and provide education
about central obesity, balanced nutrition, increased physical activity during the
pandemic, as well as guidance and motivation to be able to exercise.

Keywords: Central Obesity, Simple Carbs, Saturated Fat, Physical Activity


Bibliography: 43 (2005-2020)
ABSTRAK

Obesitas sentral merupakan penumpukan lemak dibagian perut yang


terjadi karena ketidakseimbangan energi dalam tubuh akibat peningkatan
asupan zat gizi dan aktivitas fisik yang kurang, hal ini menjadi salah satu faktor
risiko terjadinya penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus tipe 2, hipertensi,
penyakit kardiovaskular, dislipidemia dan lain-lain. Prevalensi Obesitas Sentral
di Indonesia meningkat sebesar 4,4% dari tahun 2013. Sumatera Barat
merupakan provinsi yang menduduki peringkat ke 11 dengan prevalensi
Obesitas Sentral tertinggi, salah satu kab/kota yang memiliki angka prevalensi
Obesitas Sentral tertinggi yaitu Kota Sawahlunto. POLRI merupakan profesi
yang menduduki peringkat kedua prevalesni Obesitas Sentral tertinggi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan karbohidrat
sederhana, lemak jenuh dan aktivitas fisik dengan kejadian obesitas sentral pada
Polisi di Polresta Sawahlunto Tahun 2021.
Penelitian dengan desain “Cross Sectional Study”, dilakukan di Polresta
Sawahlunto pada tanggal 22-25 Mei 2021 dengan sampel 64 orang polisis laki-
laki berusia 40-54 tahun. Data yang dikumpulkan adalah data lingkar perut
dengan cara pengukuran lingkar perut, asupan karbohidrat sederhana dan
asupan lemak jenuh dengan cara food recall 2x24 jam dan FFQ, serta data
aktivitas fisik menggunakan form Beacke Physical Activity yang dilakukan oleh
4 orang alhi gizi dibantu dengan 1 orang perawat. Data asupan karbohidrat
sederhana, asupan lemak jenuh diolah menggunakan nutri survey, data aktivitas
fisik menggunakan excel, kemudian di analisis dengan uji chi square untuk
melihat hubungan antara asupan karbohidrat sederhana, asupan lemak jenuh dan
aktivitas dengan kejadian obesitas sentral pada Polisi di Polresta Sawahlunto
tahun 2021.
Lebih dari separuh (55,8%) responden mengalami obesitas sentral.
Lebih dari separuh responden memiliki asupan karbohidrat sederhana cukup
(69,2%),lebih dari separuh responden memiliki asupan lemak jenuh lebih
(82,7%) dan lebih dari separuh responden memiliki aktivitas fisik sedang
(78,8%). Tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan karbohidrat
sederhana, lemak jenuh dan aktivitas fisik dengan kejadian obesitas sentral pada
Polisi di Polresta Sawahlunto (p-value >0,005).
Diharapkan tenaga kesehatan yang ada di Polresta Sawahlunto
melakukan pengukuran lingkar perut secara berkala dan memberikan edukasi
tentang obesitas sentral, gizi seimbang, peningkatan aktivitas fisik di masa
pandemi, serta bimbingan dan motivasi untuk dapat berolahraga.

Kata kunci :Obesitas sentral, Karbohidrat Sederhana, Lemak Jenuh


Aktivitas Fisik
Daftar Pustaka : 43 (2005-2020)
PENDAHULUAN Asupan makanan merupakan
salah satu faktor penyebab terjadinya
Obesitas sentral adalah kondisi
Obesitas Sentral. Makanan yang
kelebihan lemak di bawah kulit
masuk ke dalam tubuh memiliki peran
dinding perut dan di rongga perut yang
yang sangat penting dalam proses
diukur dengan mengukur lingkar perut
metabolisme. Makanan yang kita
(LP) 1. Kriteria lingkar perut untuk
konsumsi, terdiri dari beberapa zat
menentukan Obesitas Sentral pada pria
gizi, salah satunya yaitu asupan
≥90 cm dan ≥80 cm untuk wanita 2.
karbohidrat. Karbohidrat merupakan
Data Riskesdas 2018 menunjukkan
sumber energi utama bagi tubuh 6.
terjadinya peningkatan prevalensi
Karbohidrat dibagi menjadi dua
Obesitas Sentral di Indonesia sebesar
golongan utama, yaitu karbohidrat
4,4% dari tahun 2013 menjadi 31% 2.
kompleks dan karbohidrat sederhana.
Sumatera Barat merupakan salah satu
Karbohidrat kompleks seperti pati dan
provinsi yang memiliki prevalensi
serat memerlukan waktu yang lebih
Obesitas Sentral lebih dari angka
lama untuk dicerna, sehingga mampu
prevalensi nasional yaitu sebesar 33%,
menyediakan energi dalam jangka
data ini meningkat sebesar 3% dari
panjang dan membuat rasa kenyang
tahun 2013 2. Sembilan dari sembilan
bertahan lebih lama 7.
belas kab/kota di Sumatera Barat
Berbeda dengan karbohidrat
memiliki prevalensi Obesitas Sentral
kompleks, karbohidrat sederhana
di atas angka prevalensi nasional.
mampu dicerna secara cepat dan dapat
Salah satunya yaitu Kota Sawahlunto,
menyediakan energi dalam waktu
yang menduduki peringkat ketiga
singkat, hal ini dapat menimbulkan
tertinggi dengan prevalensi Obesitas
rasa lapar yang lebih cepat.
Sentral sebesar 31,3% 3.
Karbohidrat sederhana akan diserap
Di Indonesia kelompok dengan
pada dinding usus dan masuk ke dalam
karakteristik Obesitas Sentral tertinggi
jaringan darah. Selanjutnya, melalui
berada pada kelompok usia 44-54
pembuluh darah vena portae di kirim
tahun yaitu sebesar 26% 4. Kebutuhan
ke hati dan stelah di sebarkan ke
energi akan berkurang saat usia
seluruh jaringan tubuh sesuai dengan
mencapai 40 tahun ke atas. Setiap 10
yang diperlukan, sebagian yang tidak
tahun setelah usia seseorang mencapai
digunakan akan disimpan pada otot
25 tahun, kebutuhan energi per hari
dan hati sebagai glikogen. Kelebihan
untuk pemeliharaan dan metabolisme
ini jika dibiarkan terus menerus akan
sel-sel tubuh berkurang atau
membuat timbunan lemak di dalam
mengalami penurunan sebesar 4%.
jaringan adipose atau jaringan lemak 8.
Berkurangnya kebutuhan tersebut
Pada penelitian yang dilakukan oleh
dikarenakan menurunnya kemampuan
Rahmawanti (2015), diketahui bahwa
metabolisme tubuh, sehingga tidak
asupan karbohidrat sederhana yang
membutuhkan energi yang berlebihan
berlebih berhubungan dengan kejadian
karena dapat menyebabkan terjadinya
Obesitas Sentral pada mahasiswa
penumpukan lemak di dalam tubuh 5.
Program Studi Kesehatan Masyarakat energi tubuh. Trigliserida yang
9
. Penelitian oleh Harikedua dan berlebih di dalam tubuh akan disimpan
Naomi (2018) juga menunjukkan hal di dalam jaringan kulit 14.
yang sama, bahwa ada hubungan Penelitian yang diakukan oleh
antara asupan karbohidrat sederhana Wiardani (2011) menunjukkan bahwa
dengan obesitas sentral, dimana tingginya konsumsi lemak jenuh dan
seseorang yang mengonsumsi kolesterol pada masyarakat perkotaan
karbohidrat sederhana memiliki risiko di Denpasar berhubungan dengan
2,69 kali mengalami obesitas sentral Obesitas Sentral pada wanita dan laki-
10
. laki yang merupakan faktor risiko
Lemak merupakan sumber terjadinya kejadian sindroma
11 15
energi selain karbohidrat . metabolik . Penelitian lain yang
Berdasarkan tingkat kejenuhannya dilakukan Allioua dkk (2015)
maka lemak dibedakan menjadi lemak menunjukkan konsumsi asupan lemak
jenuh dan tidak jenuh. Lemak jenuh jenuh melebihi 10% dari total energi
dibutuhkan oleh tubuh kurang dari sehari berhubungan dengan obesitas
10% kebutuhan energi total 12. Lemak abdominal pada remaja perempuan dan
jenuh cenderung meningkatkan kadar Indeks Massa Tubuh (IMT) baik pada
kolesterol dan trigliserida dalam darah remaja laki-laki maupun perempuan 13.
yang berbahaya bagi kesehatan 13. Faktor lain yang penyebab
Trigliserida adalah salah satu jenis obesitas sentral yaitu aktivitas fisik 16.
lemak dalam darah yang merupakan Peningkatan asupan makanan jika
hasil uraian tubuh pada makanan yang tidak diimbangi dengan aktivitas fisik
mengandung lemak dan kolesterol. yang teratur akan menjadi
Setelah mengalami proses di dalam penumpukan lemak pada jaringan
tubuh, trigliserida akan diserap oleh tubuh (abdominal). Aktivitas fisik
usus dan masuk ke dalam plasma dapat meningkatkan massa jaringan
darah yang kemudian akan disalurkan bebas lemak dan menurunkan massa
ke seluruh jaringan tubuh dalam jaringan lemak 17. Hasil penelitian
bentuk klomikron dan VDL (Very Low yang dilakukan oleh Rosa (2019),
Density Lipoprotein). Trigliserida disebutkan bahwa adanya hubungan
dalam bentuk klomikron berasal dari antara aktivitas fisik dengan kejadian
penyerapan usus setelah konsumsi obesitas sentral pada pekerja bagian
makanan berlemak. Sebagai VDL, perkantoran 18. Penelitian lain terkait
trigliserida dibentuk oleh hati dengan hubungan aktivitas fisik dengan
bantuan insulin dari dalam tubuh. kejadian obesitas sentral juga
Kalori yang didapatkan tubuh dari dilakukan oleh Nurhayati (2018), hasil
makanan yang dikonsumsi tidak akan penelitian ini menyebutkan bahwa
langsung digunakan, melainkan tingginya tingkat aktivitas fisik
disimpan dalam bentuk trigliserida berbanding lurus dengan lingkar
dalam sel-sel lemak di dalam tubuh pinggang normal 19.
yang berfungsi sebagai cadangan
Dampak dan efek lanjut dari Sumbar. Program tersebut sebagian
Obesitas Sentral ternyata jauh lebih besar telah dilaksanakan oleh beberapa
buruk daripada Obesitas secara umum. Polisi di berbagai kabupaten di
Obesitas Sentral lebih berhubungan Sumatera Barat 21.
dengan risiko kesehatan dibandingkan Setelah dilakukan studi
dengan Obesitas Umum. Peningkatan pendahuluan pada tanggal 12
prevalensi Obesitas Sentral berdampak Desember 2020 pada 27 Polisi di
pada munculnya berbagai penyakit Polresta Sawahlunto, didapatkan
degeneratif seperti penyakit responden yang memiliki lingkar perut
kardiovaskular, hipertens dan diabetes ≥90 cm sebanyak 16 orang, sedangkan
mellitus. Penderita Obesitas Sentral responden yang lingkar perutnya <90
berisiko lebih besar (50%) untuk cm sebanyak 11 orang. Didapatkan
menderita berbagai penyakit kanker 20. proporsi kejadian Obesitas Sentral
Menurut jenis pekerjaan, pada Polisi di Polresta Sawahlunto
TNI/POLRI merupakan profesi yang sebesar 59,2%. Sampel yang diambil
menduduki peringkat kedua setelah adalah Polisi yang berusia 40-54 tahun
Ibu Rumah Tangga (IRT) dengan dan bersedia menjadi responden.
prevalesni Obesitas Sentral tertinggi di Penelitian ini bertujuan untuk
Indonesia yaitu sebersar 26,4% 4. mengetahui hubungan asupan
Polisi merupakan salah satu angkatan karbohidrat sederhana, lemak jenuh
yang dituntut untuk memiliki proporsi dan aktivitas fisik dengan kejadian
tubuh yang ideal. Hal ini menjadi obesitas sentral pada Polisi di Polresta
penunjang untuk menjalankan tugas Sawahlunto
dan fungsinya sabagai pelindung
masyarakat, yang dituntut untuk METODE PENELITIAN
bertindak cepat dan siap dalam
Penelitian ini bersifat analitik
bertindak untuk menyelesaikan
dengan desain “Cross Sectional
permasalahan baik kriminal maupun
Study”. Data terkait variabel
lalu lintas. Namun, kenyataannya
dependen (Obesitas Sentral) dan
seiring dengan perubahan zaman dan
variabel independen (Asupan
usia, Polisi dengan umur diatas 35
karbohidrat sederhana, asupan lemak
tahun memiliki badan yang tambun
jenuh dan aktivitas fisik) yang
dengan berat badan berlebih dan
dikumpulkan secara bersamaan.
ditambah lagi dengan beban perut
Penelitian ini dilakukan di
yang buncit atau disebut dengan
Polresta Sawahlunto. Pengambilan
Obesitas Sentral. Hal ini tentu menjadi
data dilakukan pada tanggal 22-25
faktor penghambat dalam bertugas 21.
Mei 2021.
Sejalan dengan hal tersebut,
Populasi adalah Polisi Laki-laki
Polda Sumbar telah mengeluarkan
yang berusia 40-54 tahun di Polresta
surat perintah nomor : ST/318/VI/2013
Sawahlunto. Jumlah populasi
mengenai program pengendalian berat
berjumlah 64 orang. Teknik
badan kepada anggota Polri/PNS Polda
pengambilan sampel dengan cara
Total Sampling yaitu semua populasi dan aktivitas fisik dengan kejadian
yang ada dijadikan subjek penelitian. obesitas sentral dan menggunakan α =
Sampel adalah Polisi yang bersedia 0,05. Hasil penelitian analisi
menjadi subjek penelitian dan bisa dikatakan bermakna jika p ≤ α dan
mengikuti penelitian sampai selesai. dikatan tidak bermakna apabila nilai p
Data yang dikumpulkan adalah > α.
data lingkar perut dengan cara
pengukuran lingkar perut, asupan HASIL
karbohidrat sederhana dan asupan
A. Hasil Univariat
lemak jenuh dengan cara food recall
2x24 jam dan FFQ, serta data aktivitas 1. Obesitas Sentral
fisik menggunakan form Beacke
Tabel 5. Distribusi Frekuensi
Physical Activity yang dilakukan oleh
Responden Berdasarkan Kejadian
4 orang alhi gizi dibantu dengan 1
Obesitas Sentral di Polresta
orang perawat. Data asupan
Sawahlunto Tahun 2021
karbohidrat sederhana, asupan lemak
jenuh diolah menggunakan nutri
survey, data aktivitas fisik
menggunakan excel, kemudian di
analisis dengan uji chi square untuk
melihat hubungan antara asupan
karbohidrat sederhana, asupan lemak
Pada tabel 5 dapat dilihat bahwa
jenuh dan aktivitas dengan kejadian
lebih dari separuh responden (55,8%)
obesitas sentral pada Polisi di Polresta
tergolong ke dalam obesitas sentral.
Sawahlunto tahun 2021.
Rata-rata lingkar perut responden
Analisis univariat dilakukan
yaitu 91,25 cm, dengan lingkar perut
untuk mengetahui distribusi frekuensi
tertinggi yaitu 101,1 cm.
variable dependen (Obesitas Sentral)
maupun variable independen (asupan
2. Asupan Karbohidrat Sederhana
karbohidrat sederhana, lemak jenuh
dan aktivitas fisik). Hasilnya Tabel 6. Distribusi Frekuensi
diperlihatkan dalam tabel distribusi Responden Berdasarkan Asupan
frekuensi. Karbohidrat Sederhana di Polresta
Analisis bivariat digunakan untuk Sawahlunto Tahun 2021
mengetahui hubungan antara variabel
independen (asupan karbohidrat
sederhana, lemak jenuh dan aktivitas
fisik) dengan variabel dependen
(Obeitas Sentral). Uji statistik yang
digunakan adalah Chi Square untuk Berdasarkan tabel 6 di atas,
menyatakan hubungan antara asupan dapat dilihat bahwa lebih dari setengah
karbohidrat sederhana, lemak jenuh responden (69,2%) memiliki tingkat
asupan karbohidrat sederhana cukup indeks aktivitas fisik tertinggi yaitu
dari kebutuhan. Rata-rata asupan 7,21. Perbedaan pangkat, golongan
karbohidrat sederhana responden yaitu dan beban kerja juga membuat
40,77 gram , dengan asupan berbedanya aktivitas fisik masing-
karbohidrat sederhana tertinggi yaitu masing responden.
47,6 gram.
B. Hasil Analisis Bivariat
3. Asupan Lemak Jenuh
1. Hubungan Asupan Karbohidrat
Tabel 7. Distribusi Frekuensi
Sederhana dengan Kejadian
Responden Berdasarkan Asupan
Obesitas Sentral
Lemak Jenuh di Polresta
Sawahlunto Tahun 2021
Tabel 9. Hubungan Asupan
Karbohidrat Sederhana dengan
Kejadian Obesitas Sentral Pada
Polisi di Polresta Sawahlunto
Tahun 2021
Berdasarkan tabel 7 di atas, dapat
dilihat bahwa sebagian besar
responden (82,7%) memiliki tingkat
asupan lemak jenuh lebih dari
kebutuhan. Rata-rata asupan lemak
jenuh responden yaitu 21,99 gram,
dengan asupan lemak jenuh tertinggi
Pada tabel 9 dapat dilihat bahwa
yaitu 28,8 gram.
proporsi kejadian obesitas sentral pada
polisi dengan asupan karbohidrat
4. Aktivitas Fisik
sederhana cukup yaitu 58,3%,
Tabel 8. Distribusi Frekuensi sedangkan dengan asupan karbohidrat
Responden Berdasarkan Aktivitas sederhana lebih dari kebutuhan yakni
Fisik di Polresta Sawahlunto 50%. Berdasarkan hasil uji statistik
Tahun 2021 didapatkan p-value 0,577 yaitu besar
dari nilai 0,05, sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara
asupan karbohidrat sederhana dengan
kejadian obesitas sentral pada Polisi di
Polresta Sawahlunto tahun 2021.
Berdasarkan tabel 8 di atas,
dapat dilihat bahwa sebagian besar
responden (78,8%) memiliki aktivitas
fisik sedang. Rata-rata indeks aktivitas
fisik responden yaitu 6,05, dengan
2. Hubungan Asupan Lemak Jenuh Pada tabel 11 dapat dilihat bahwa
dengan Kejadian Obesitas bahwa proporsi kejadian obesitas
Sentral sentral lebih banyak terjadi pada polisi
dengan aktivitas fisik ringan (72,7%)
Tabel 10. Hubungan Asupan Lemak dibandingkan dengan aktivitas fisik
Jenuh dengan Kejadian Obesitas sedang (51,2%). Berdasarkan hasil uji
Sentral Pada Polisi di Polresta statistik didapatkan p-value 0,202
Sawahlunto Tahun 2021 yaitu besar dari nilai 0,05, sehingga
dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat hubungan yang signifikan
antara aktivitas fisik dengan kejadian
obesitas sentral pada Polisi di Polresta
Sawahlunto tahun 2021. Walaupun
secara statistik tidak bermakna, tapi
Pada tabel 10 dapat dilihat bahwa ada kecendrungan bahwa obesitas
bahwa proporsi kejadian obesitas sentral banyak terjadi pada Polisi yg
sentral lebih banyak terjadi pada polisi aktifitas ringan.
dengan asupan lemak jenuh cukup
(66,7%) dibandingkan dengan asupan PEMBAHASAN
lemak jenuh lebih dari
kebutuhan(53,5%). Berdasarkan hasil 1. Obesitas Sentral
uji statistik didapatkan p-value 0,469
yaitu besar dari nilai 0,05, sehingga Berdasarkan hasil penelitian,
dapat disimpulkan bahwa tidak didapatkan lebih dari separuh
terdapat hubungan yang signifikan responden (55,8%) mengalami
antara asupan lemak jenuh dengan obesitas sentral. Rata-rata lingkar perut
kejadian obesitas sentral pada Polisi di responden yaitu 91,25 cm yang
Polresta Sawahlunto tahun 2021. tergolong ke dalam obesitas sentral.
Lingkar perut responden yang terkecil
3. Hubungan Aktivitas Fisik yaitu 86,3 cm dan yang terbesar yaitu
dengan Kejadian Obesitas 101,1 cm.
Sentral Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Tabel 11. Hubungan Aktivitas Fisik Puspita Sari (2018) bahwa
dengan Kejadian Obesitas Sentral meningkatnya umur akan
Pada Polisi di Polresta Sawahlunto meningkatkan kandungan lemak tubuh
Tahun 2021 total, terutama lemak pusat 36.
Seseorang dengan rentang umur 40-59
tahun memiliki risiko obesitas sentral
lebih tinggi karena lambatnya
metabolisme, kurangnya aktivitas
PEMBAHASAN fisik, frekuensi pangan yang lebih
sering dan tidak terlalu memperhatikan yang ada di Polres maupun fasilitas
bentuk dan ukuran tubuh 37. olahraga yang tersedia di Sawahlunto.
Asupan yang tidak seimbang Polres Sawahlunto juga berencana
dengan energi yang dikeluarkan untuk memasukkan kegiatan
diduga menjadi penyebab dari pengukuran lingkat perut ke dalam
tingginya distribusi frekuensi Polisi kegiatan pengecekan kesehatan secara
yang obesitas sentral. Responden berkala yang biasa dilakukan oleh
sering mengkonsumsi makanan yang tenaga kesehatan yang ada.
diolah dengan cara digoreng dan Diharapkan tenaga kesehatan
bersantan, serta aktivitas fisik yang kepolisian yang ada di Polresta
agak berkurang dikarenakan adanya Sawahlunto memberikan pengenalan
pandemi Covid-19. Perbedaan dan pengetahuan terkait obesitas
pangkat, golongan dan beban kerja sentral, baik kepada Polisi yang
juga membuat berbedanya aktivitas mengalami obesitas sentral maupun
fisik masing-masing responden. yang tidak obesitas sentral, untuk
Beberapa responden tidak terlalu mencegah terjadinya peningkatan
memperdulikan bentuk tubuh lagi kejadian obesitas sentral khususnya di
dengan alasan sudah berkeluarga dan Polresta Sawahlunto.
beranggapan buncit merupakan tanda
kemakmuran. 2. Asupan Karbohidrat Sederhana
Tidak seimbangnya asupan
dengan energi yang dikeluarkan ini Dari hasil penelitian
akan menyebabkan simpanan didapatkan lebih dari separuh
karbohidrat sedrhana dalam bentuk responden (69,2%) memiliki asupan
glikogen dan lemak jenuh dalam karbohidrat sederhana yang cukup dari
bentuk trigliserida meningkat, kebutuhannya. Rata-rata asupan
sehingga lama kelamaan akan karbohidrat sederhana responden
menyebabkan obesitas sentral. adalah 40,77 gram. Didapatkan asupan
Obesitas sentral merupakan salah satu karbohidrat sederhana terendah
faktor risiko terjadinya penyakit responden adalah 33,5 gram dan
degeneratif seperti diabetes melitus asupan tertinggi yaitu sebesar 47,6
tipe 2, hipertensi, penyakit gram.
kardiovaskular, dislipidemia, Asupan karbohidrat sederhana
arterosklerosis dan lain-lain. harus seimbang dengan
Dalam waktu dekat jika pengeluarannya. Bila asupan lebih
pandemi Covid-19 sudah mereda, banyak dibandingkan dengan
Polresta Sawahlunto berencana untuk pengeluaran, maka energi yang tidak
melakukan kembali kegiatan aerobik digunakan akan disimpan di dalam
yang biasa dilakukan pada hari Sabtu tubuh dalam bentuk lemak 8. Jika
pagi dan kembali mengaktifkan dibiarkan terus menerus dapat
kegiatan-kegiatan olahraga lain yang menyebabkan obesitas sentral.
biasa dilakukan di fasilitas olahraga
Berdasarkan hasil penelitian, 3. Asupan Lemak Jenuh
diketahui bahwa sebagian responden Dari hasil penelitian
sering mengkonsumsi kopi pada pagi didapatkan lebih dari setengah
hari dan siang hari di kantin yang ada responden (82,7%) memiliki asupan
di Polresta Sawahlunto. Tetapi pada lemak jenuh yang melebihi
saat penelitian kantin tersebut tidak kebutuhannya. Rata-rata asupan lemak
buka, hal ini menjadi salah satu jenuh responden adalah 21,99 gram,.
penyebab kurangnya asupan Didapatkan asupan lemak jenuh
karbohidrat sederhana responden. terendah responden adalah 14,9 gram
Beberapa responden ada yang sudah dan asupan tertinggi yaitu sebesar 28,8
tidak mengkonsumsi kopi dan teh gram. Jika asupan lemak jenuh
dengan alasan ingin menjalani hidup melampaui kebutuhan tubuh, maka
sehat. Ada responden yang memang akan menimbulkan penimbunan dalam
membawa tumbler ke tempat kerja dan jaringan adiposa dan menyebabkan
hanya mengkonsumsi air galon yang obesitas sentral 14.
tersedia di kantor, hal ini dikarenakan Berdasarkan hasil recall,
responden sedang menjalankan diketahui bahwa lebih dari sebagian
program penurunan berat badan yang responden mengkonsumsi makanan
sudah di konsultasikan dengan dokter. yang bersantan seperti rendang,
Berdasarkan hasil analisis FFQ, jenis lontong sayur, opor ayam dan tunjang.
bahan makanan sumber karbohidrat Hal ini dikarenakan penelitian
sederhana paling sering dikonsumsi dilakukan pada saat suasana lebaran,
dengan frekuensi 3x sehari yaitu gula dimana menu yang disajikan di rumah
pasir (42,3%). biasanya menu yang diolah
Diharapkan tenaga kesehatan menggunakan santan kental.
yang ada di Polresta Sawahlunto dapat Sebaiknya penelitian dilakukan pada
memberikan edukasi baik melalui hari biasa. Berdasarkan hasil analisis
penyuluhan maupun konseling tentang FFQ, diketahui bahan makanan
makanan sehat dengan gizi seimbang sumber lemak jenuh yang paling
kepada seluruh personil yang ada sering dikonsumsi oleh responden
terkait persentase kejadian obesitas dengan frekuensi 3x sehari yaitu
sentral di Polresta Sawahlunto yang di minyak (100%).
atas 50%, mengingat efek dari obesitas Asupan lemak jenuh lebih jika
sentral yang sangat besar, karena tidak seimbang dengan energi yang
obesitas sentral merupakan salah satu dikeluarkan akan menyebabkan
faktor risiko terjadinya penyakit simpanan lemak jenuh dalam bentuk
degeneratif seperti diabetes melitus trigliserida meningkat. Trigliserida
tipe 2, hipertensi, penyakit akan dismpan di jaringan bawah kulit
kardiovaskular, dislipidemia, sehingga lama kelamaan akan
arterosklerosis dan lain-lain. menyebabkan obesitas sentral.
Obesitas sentral merupakan salah satu
faktor risiko terjadinya penyakit
degeneratif seperti diabetes melitus takraw yang dilakukan di lapangan
tipe 2, hipertensi, penyakit olahraga Polres Sawahlunto maupun di
kardiovaskular, dislipidemia, fasilitas olahraga lainnya yang ada di
arterosklerosis dan lain-lain. Sawahlunto.
Diharapkan tenaga kesehatan Energi yang dikeluarkan
yang ada di Polresta Sawahlunto dapat bergantung pada tingkat aktivitas fisik
memberikan edukasi baik melalui yang dilakukan. Aktivitas fisik yang
penyuluhan maupun konseling tentang kurang dapat menyebabkan asupan
makanan sehat dengan gizi seimbang makanan disimpan di dalam tubuh
kepada seluruh personil yang ada sebagai cadangan makanan.
terkait persentase kejadian obesitas Karbohidrat sederhana dan lemak
sentral di Polresta Sawahlunto yang di jenuh jika tidak digunakan maka akan
atas 50%. disimpan di jaringan bawah kulit, jika
terjadi terus menerus akan
4. Aktifitas Fisik menyebabkan obesitas sentral.
Obesitas sentral merupakan salah satu
Dari hasil penelitian faktor risiko dari penyakit degeneraif.
didapatkan bahwa tidak ada responden Diharapkan tenaga kesehatan
yang memiliki aktivitas fisik berat, yang ada di Polrestas Sawahlunto
lebih dari separuh responden (78,8 %) memberikan edukasi baik melalui
memiliki aktivitas fisik sedang, penyuluhan maupun konseling tentang
sedangkan responden yang memiliki peningkatan aktivitas fisik di masa
aktivitas fisik ringan hanya 21,2 %. pandemi. Perlu adanya bimbingan dan
Rata-rata aktivitas fisik responden motivasi untuk setiap Polisi untuk
adalah 6,05 yang termasuk ke dalam dapat berolahraga, berkaitan dengan
aktivitas fisik sedang. adanya fasilitas seperti lapangan
Perbedaan aktivitas fisik terjadi olahraga di Polresta Sawahlunto yang
dikarenakan adanya perbedaan dapat dimanfaatkan lebih optimal.
tanggung jawab perkerjaan masing-
masing responden, adanya beberapa 5. Hubungan Asupan Karbohidrat
kegiatan tambahan yang dibebankan Sederhana dengan Kejadian
kepada beberapa responden. Covid-19 Obesitas Sentral
juga memberikan dampak pada
kegiatan olahraga yang biasa diadakan Dari tabel 9 dapat dilihat
di Polresta Sawahlunto. Sejak adanya bahwa lebih dari sebagian responden
virus Covid-19, kegiatan olahraga pagi (55,8%) yang memiliki asupan
yang biasa dilakukan setiap hari Sabtu karbohidrat sederhana cukup dari
ditiadakan. Kegiatan olahraga bersama kebutuhan dan tergolong obesitas
yang biasa dilakukan di luar jam kerja sentral. Berdasarkan uji statistik,
juga berkurang, biasanya sering didapatkan hasil yang menunjukkan
dilakukan kegiatan olahraga seperti tidak adanya hubungan yang bermakna
badminton, bola volly, bola kaki, dan antara asupan karbohidrat sederhana
dengan kejadian obesitas sentral 6. Hubungan Asupan Lemak Jenuh
dengan nilai p-value 0,577 (<0,05). dengan Kejadian Obesitas Sentral
Asupan karbohidrat sederhana
jika tidak diimbangi dengan aktivitas Dari tabel 10 dapat dilihat
fisik maka akan disimpan sebagai bahwa lebih dari sebagian responden
cadangan energi. Karbohidrat (53,5%) yang memiliki asupan lemak
sederhana akan disimpan dalam bentuk jenuh lebih dari kebutuhan dan
glikogen. Ketidakseimbangan asupan tergolong obesitas sentral. Berdasarkan
dengan energi yang dikeluarkan ini hasil uji statistik didapatkan p-value
lama kelamaan akan menyebabkan 0,469 yaitu besar dari nilai 0,05,
obesitas sentral atau penumpukan sehingga dapat disimpulkan bahwa
lemak dibagian perut. Obesitas sentral tidak terdapat hubungan yang
merupakan salah satu faktor risiko dari signifikan antara asupan lemak jenuh
penyakit degeneratif seperti seperti dengan kejadian obesitas sentral pada
peningkatan sindrom metabolik, Polisi di Polresta Sawahlunto tahun
arterosklerosis, penyakit 2021.
kardiovaskular, diabetes mellitus tipe Jika asupan lemak jenuh
2, hipertensi dan dislipidemia. berlebih dari kebutuhan dan tidak
Hasil penelitian ini sejalan diimbangi dengan aktivitas fisik, maka
dengan hasil penelitian ini yaitu lemak jenuh akan di simpan dalam
penelitian yang dilakukan oleh bentuk trigliserida dibawah lapisan
Khiqmah dan Sulchan (2014), bahwa kulit. Hal ini yang menyebabkan
tidak terdapat hubungan yang tingginya prevalensi obesitas sentral.
bermakna antara asupan karbohidrat Jika terus menerus terjadi maka akan
sederhana dengan kejadian obesitas menyebabkan terjadinya masalah
sentral 38. Penelitian lain yang sejalan kesehatan seperti munculnya berbagai
dengan hasil penelitian ini yaitu penyakit degeneratif seperti
penelitian yang dilakukan oleh Masri peningkatan sindrom metabolik,
(2019), yang menyatakan bahwa arterosklerosis, penyakit
asupan karbohidrat sederhana, asupan kardiovaskular, diabetes tipe 2,
protein, vitamin D dan kalsium bukan hipertensi dan dislipidemia.
merupakan faktor risiko terhadap Hasil penelitian ini sejalan
obesitas sentral 39. dengan penelitian yang dilakukan oleh
Namun hasil penelitian ini Savitri (2017) yang menyatakan bahwa
tidak sejalan dengan penelitian yang tidak terdapat hubungan yang
telah dilakukan oleh Bowen et al bermakna antara asupan lemak jenuh
(2015), yang menunjukkan bahwa dengan kejadian obesitas sentral 41.
terdapat hubungan yang bermakna Penelitian lain yang sejalan dengan
antara asupan karbohidrat sederhana hasil penelitian ini yaitu penelitian
dengan kejadian obesitas sentral 40. yang dilakukan oleh Yulianti dkk
(2019), bahwa tidak ada keterkaitan
yang bermakna antara asupan lemak kejadian obesitas sentral. Hal ini
jenuh dengan obesitas sentral 42. diduga dikarenakan adanya faktor
penyebab lain yang berpengaruh
7. Hubungan Aktivitas Fisik dengan seperti riwayat obesitas sentral pada
Kejadian Obesitas Sentral keluarga 41.
Namun hasil penelitian ini
Pada tabel 11 dapat dilihat tidak sejalan dengan penelitian yang
bahwa lebih dari sebagian responden dilakukan oleh Rosa (2019), yang
(72,7%) yang memiliki aktivitas fisik menyatakan bahwa adanya hubungan
ringan tergolong obesitas sentral. antara aktivitas fisik dengan kejadian
Berdasarkan hasil uji statistik obesitas sentral pada pekerja bagian
didapatkan p-value 0,202 yaitu besar perkantoran18.
dari nilai 0,05, sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat 8. Keterbatasan Penelitian
hubungan yang signifikan antara
aktivitas fisik dengan kejadian obesitas Penelitian ini memiliki
sentral pada Polisi di Polresta keterbatasan, seperti pada saat
Sawahlunto tahun 2021. pengumpulan data ada kegiatan lain di
Peningkatan asupan makanan luar gedung sehingga ada beberapa
jika tidak diimbangi dengan aktivitas responden yang tidak dapat mengikuti
fisik yang teratur akan menjadi rangkaian kegiatan penelitian sampai
penumpukan lemak pada jaringan selesai, ada responden yang sedang
tubuh. Gliserol dan trigliserida yang izin tidak masuk kerja. Kegiatan
disimpan dibawah lapisan kulit perut pengumpulan data dilakukan pada saat
(abdominal) lama kelamaan akan suasana lebaran, pada saat ini kantin
menyebabkan obesitas sentral. yang ada tidak buka, biasanya para
Obesitas sentral akan menimbulkan responden minum kopi setelah
masalah kesehatan seperti munculnya kegiatan apel pagi dan saat istirahat
berbagai penyakit degeneratif seperti siang. Asupan lemak jenuh responden
peningkatan sindrom metabolik, cenderung meningkat karena menu
arterosklerosis, penyakit yang dihidangkan di rumah pada saat
kardiovaskular, diabetes tipe 2, momen lebaran adalah makanan yang
hipertensi dan dislipidemia. diolah menggunakan santan. Saat
Hasil penelitian ini sejalan wawancara menggunakan food recall
dengan penelitian yang telah dilakukan 2x24 jam ada beberapa responden
oleh Nurviati (2012) yang menyatakan yang agak kesulitan dalam mengingat
bahwa tidak ada hubungan yang makanan yang dikonsumsi pada hari
signifikan antara aktivitas fisik dengan kemarin.
kejadian obesitas sentral 43. Savitri
(2017) juga menyatakan hal yang
sama, bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara aktivitas fisik dengan
KESIMPULAN DAN SARAN terkait obesitas sentral, baik
kepada Polisi yang mengalami
A. Kesimpulan
obesitas sentral maupun yang
1. Lebih dari separuh (55,8%) Polisi tidak obesitas sentral, untuk
di Polresta Sawahlunto mengalami mencegah terjadinya peningkatan
obesitas sentral. kejadian obesitas sentral
2. Lebih dari separuh (69,2%) Polisi khususnya di Polresta Sawahlunto.
di Polresta Sawahlunto memiliki 2. Memberikan edukasi baik melalui
asupan karbohidrat sederhana penyuluhan maupun konseling
cukup. oleh tenaga kesehatan yang ada di
3. Lebih dari separuh (82,7%) Polisi Polresta Sawahlunto tentang
di Polresta Sawahlunto memiliki makanan sehat dengan gizi
asupan lemak jenuh lebih. seimbang kepada seluruh personil
4. Lebih dari separuh (78,8%) Polisi yang ada terkait persentase
di Polresta Sawahlunto memiliki kejadian obesitas sentral di
aktivitas fisik sedang. Polresta Sawahlunto yang di atas
5. Tidak ada hubungan yang 50%.
signifikan antara asupan 3. Memberikan edukasi baik melalui
karbohidrat sederhana dengan penyuluhan maupun konseling
kejadian obesitas sentral pada oleh tenaga kesehatan yang ada di
Polisi di Polresta Sawahlunto (p- Polresta Sawahlunto tentang
value 0,577). peningkatan aktivitas fisik di masa
6. Tidak ada hubungan yang pandemi kepada seluruh personil
signifikan antara asupan lemak yang ada di Polresta Sawahlunto,
jenuh dengan kejadian obesitas terkait persentase kejadian
sentral pada Polisi di Polresta obesitas sentral pada Polisi di
Sawahlunto (p-value 0,469). Polresta Sawahlunto di atas 50%.
7. Tidak ada hubungan yang 4. Perlu adanya bimbingan dan
bermakna antara aktivitas fisik motivasi untuk setiap Polisi baik
dengan kejadian obesitas sentral yang muda ataupun yang tua
pada Polisi di Polresta Sawahlunto untuk dapat berolahraga, berkaitan
(p-value 0,202). dengan adanya fasilitas seperti
lapangan olahraga di Polresta
B. Saran Sawahlunto yang dapat
dimanfaatkan lebih optimal.
1. Diharapkan tenaga kesehatan
kepolisian yang ada di Polresta
Sawahlunto melakukan DAFTAR PUSTAKA
pengukuran lingkar perut secara
1. Lestari LA, Helmyati S. Peran
berkala kepada semua personil
Probiotik di Bidang Gizi dan
yang ada. Sebaiknya diberikan
Kesehatan. Gajah Mada
pengenalan dan pengetahuan
University Press; 2018.
2. Kementrian Kesehatan RI. 11. Adriani M, Wirjatmadi B.
Riskesdas 2018 [Internet]. 2018. Peranan Gizi Dalam Siklus
Available from: Kehidupan. 3rd ed. Jakarta:
https://kesmas.kemkes.go.id/ass Prenada Media; 2016.
ets/upload/dir_519d41d8cd98f0 12. Ramayulis R. Gaya Hidup
0/files/Hasil-riskesdas- Antivirus Resep Jus, Smothie,
2018_1274.pdf & Minuman Rempah Penguat
3. Kementrian Kesehatan RI. Kekebalan Tubuh. Jakarta:
Riskesdas 2013 [Internet]. 2013. Gramedia Pustaka Utama; 2020.
Available from: 13. Allioua M, Djaziri2 R, Mahdad
https://www.kemkes.go.id/resou MY, Gaouar SBS, Derradji H,
rces/download/general/Hasil Boudjemaa BM, et al. Dietary
Riskesdas 2013.pdf fat intake, micronutritient and
4. Kementrian Kesehatan RI. obesity among adolescent in
Riskesdas 2007. 2007. Tlemcen (Western Algeria).
5. Herviza Wulandary Pane, 2015;
Tasnim T, Sulfianti S, Hasnidar 14. Afrinaldi MS. Hubungan Kadar
H, Puspita R, Hastuti P, et al. Trigliserida dengan Kejadian
Gizi dan Kesehatan. Jakarta: Stroke Iskemik Di Rsud
Yayasan Kita Menulis; 2020. Sukoharjo. 2014;
6. Murdiati A, Amaliah. Panduan 15. Wiardani NK, Sugiani PPS,
Penyiapan Pangan Sehat Untuk Gumala NMY. Konsumsi lemak
Semua. 2nd ed. Jakarta: Prenada total, lemak jenuh, dan
Media; 2013. kolesterol sebagai faktor risiko
7. Graha CK. 100 Questions & sindroma metabolik pada
Answers : Kolesterol. Jakarta: masyarakat perkotaan di
Alex Media Komputindo; 2010. Denpasar. Gizi Klin Indones.
8. Wasak MRP. Ilmu Gizi 2011;7.
Olahraga. 1st ed. Klaten: 16. Adi S, Supriadi, Masgumelar
Lakeisha; 2020. NK. Model-model Exercise dan
9. Rahmawanti D. Faktor – Faktor Aktivitas Fisik Untuk
yang Berhubungan dengan Kebugaran Jasmani Anak SD.
Obesitas Sentral pada Malang: Wineka Media; 2020.
Mahasiswa Program Studi 17. Guslinawati, Septiyanti.
Kesehatan Masyarakat UIN Hubungan Aktivitas Fisik
Syarif Hidayatullah Jakarta dengan Kejadian Obesitas
Angkatan 2012-2014. 2015; Sentral pada Pasien Poliklinik
10. Harikedua VT, Tando NM. Jantung dan Penyakit Dalam.
Aktivitas Fisik dan Pola Makan 2016;
dengan Obesitas Sentral pada 18. Rosa S, Riamawati L.
Tokoh Agama di Kota Manado. Hubungan Asupan Kalsium,
2012; Air, dan Aktivitas Fisik Dengan
Kejadian Obesitas Sentral pada 27. Almatsier S, Sutardjo S,
Pekerja Bagian Perkantoran. Soekatri M. Gizi Seimbang
2019; dalam Daur Kehidupam.
19. Nurhayati T, Halleyana P, Jakarta: Gramedia Pustaka
Feinisa A, Kharunnisa R, Aulia Utama; 2011.
MA, Bashari MH, et al. 28. Kusmawati W, Lufthansa L,
Aktivitas Fisik yang Tinggi Sari RS, Windriyani SM. Buku
Dapat Mengatasi Obesitas Ajar Ilmu Gizi Olahraga.
Sentral. 2018; Ponorogo: Uwais Inspirasi
20. Purnamasari R, Sirajuddin S, Indonesia; 2019.
Najamuddin U. Hubungan 29. Penggalih MHST, Dewinta
Pengetahuan, Status Merokok MCN, Pratiwi D, Solichah KM,
dan Gejala Stres dengan Niamilah I. Gizi Olahraga I:
Kejadian Obesitas Sentral pada Sistem Energi Antropometri dan
Pegawai Pemerintahan di Asupan Makan Atlet.
Kantor Bupati Kabupaten Yogyakarta: UGM Press; 2020.
Jeneponto. 2013; 30. Tchernof A, JP D.
21. Dwiasri A. Faktor-faktor yang Phatophysiologi of Human
Berhubungan dengan Kejadian Visceral Obesity. 2013;
Obesitas Sentral pada Polisi di 31. Baecke JA., Burema JFE. A
Polres Agam, Kabupaten Agam, Short Questioner for The
Sumatera Barat. 2014; Measurement of Habitual
22. Kemenkes. Pedoman Gizi Physical Activity in
Nasional. 2014; Epidemiological Studies. 1982;
23. Irwanto, Widjaja NA, 32. Hasriana, Sukriyadi, Yusuf M.
Prihaningtyas RA. Anak Faktor yang Berhubungan
Obesitas. Jakarta: Gramedia; dengan Kejadian Obesitas
2018. Sentral di Poliklinik Pabrik
24. Simbolon D, Suryani D, Gula Camming Ptp Nusantara X
Yandrizal. Deteksi Dini Faktor (Persero) Kab.Bone. 2014;
Risiko Penyakit Tidak Menular 33. Nurlim I. Hubungan Obesitas
(PTM). Yogyakarta: Sentral dengan VO2 Max pada
Deepublish; 2016. Mahasiswa Fisioterapi Fakultas
25. Hartriyanti Y, Suyoto PST, Kedokteran Universitas
Sabrini IA, Wiganti M. Gizi Hasanudin Tahun 2012. 2012;
Kerja. Yogyakarta: Gajah Mada 34. Sumbono A. Biokimia Pangan
University Press; 2020. Dasar. 1st ed. Yogyakarta:
26. Beck ME. Ilmu Gizi dan Diet Deepublish; 2016.
Hubungannya dengan Penyakit- 35. Murray RK, Granner DK,
penyakit untuk Perawat dan Rodwell VW. Biokimia Harper.
Dokter. Yogyakarta: Yayasan Jaka: ECG; 2009.
Essentia Medica; 2011. 36. Puspitasari N. Faktor Kejadian
Obesitas Sentral Pada Usia Lemak Dengan Obesitas Sentral
Dewasa. Higeia J Public Heal Dan Profil Lipid Pegawai
Res Dev. 2018;2. BLUD RSJD DR. RM.
37. A K, C S, J K, R T, M L. Soedjarwadi Provinsi Jawa
Factors Associated With Tengah. 2019;
Obesity Among Workers in a 43. Nurviati RF. Hubungan
Metropolitan Waterworks Karakteristik Individu dan Gaya
Authority. Southeast Asian J Hidup Dengan Indikator
Trop Med Public Heal. Obesitas Sentral Pada Pegawai
2005;36:1057-65. Kantor Pusat PT Wijaya Karya,
38. Khiqmah AN, Sulchan M. Jakarta Timur Tahun 2012.
Asupan Gula Sederhana dan 2012;
Serat Serta Kadar Glukosa
Darah Puasa (GDP) Sebagai
Faktor Risiko Peningkatan
Kadar c-Reactive Protein (CRP)
Pada Remaja Obesitas Dengan
Sindrom Metabolik. J Nutr Coll.
2014;Volume 3,.
39. Masri E, Sari RK. Faktor Risiko
Obesitas Sentral Pada Aparatur
Sipil Negara (ASN) di Kota
Padang. Sci J Farm dan
Kesehat. 2019;VOL. 9 NO.
40. Bowen L, Taylor AE, Sullivan
R, Ebrahim S, Kinra S, Krishna
KR, et al. Association Between
Diet, Physical Activity and
Body Fat Distribution: A Cross
Sectional Study In A Indian
Population. BMC Public Heal.
2015;
41. Savitri A. Faktor-faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian
Obesitas Sentral Pada Wanita
Usia 15-44 Tahun di Posbindu
Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Pasar Minggu
Jakarta Selatan Tahun 2017.
2017;
42. Yulianti YS, Herawati, Kurdanti
W. Hubungan Antara Asupan

You might also like