This document discusses a study that aimed to determine the relationship between simple carbohydrate intake, saturated fat intake, physical activity, and the incidence of central obesity in police officers aged 40-54 in Sawahlunto, West Sumatra, Indonesia. The study found that more than half of respondents had central obesity, sufficient simple carbohydrate intake, high saturated fat intake, and moderate physical activity. However, there was no significant relationship found between simple carbohydrate intake, saturated fat intake, physical activity, and the incidence of central obesity in this population. The document recommends regular abdominal circumference measurements and education on balanced nutrition, increased physical activity, and exercise motivation for police officers.
This document discusses a study that aimed to determine the relationship between simple carbohydrate intake, saturated fat intake, physical activity, and the incidence of central obesity in police officers aged 40-54 in Sawahlunto, West Sumatra, Indonesia. The study found that more than half of respondents had central obesity, sufficient simple carbohydrate intake, high saturated fat intake, and moderate physical activity. However, there was no significant relationship found between simple carbohydrate intake, saturated fat intake, physical activity, and the incidence of central obesity in this population. The document recommends regular abdominal circumference measurements and education on balanced nutrition, increased physical activity, and exercise motivation for police officers.
This document discusses a study that aimed to determine the relationship between simple carbohydrate intake, saturated fat intake, physical activity, and the incidence of central obesity in police officers aged 40-54 in Sawahlunto, West Sumatra, Indonesia. The study found that more than half of respondents had central obesity, sufficient simple carbohydrate intake, high saturated fat intake, and moderate physical activity. However, there was no significant relationship found between simple carbohydrate intake, saturated fat intake, physical activity, and the incidence of central obesity in this population. The document recommends regular abdominal circumference measurements and education on balanced nutrition, increased physical activity, and exercise motivation for police officers.
Program Studi sarjana Terapan Gizi dan Dietetika Email : mayamustiqa@gmail.com
ABSTRACT
Central obesity is the accumulation of fat in the abdomen that occurs
due to an energy imbalance in the body due to increased intake of nutrients and lack of physical activity, this is one of the risk factors for degenerative diseases such as type 2 diabetes mellitus, hypertension, cardiovascular disease, dyslipidemia and others. other. The prevalence of Central Obesity in Indonesia increased by 4.4% from 2013. West Sumatra is a province that ranks 11th with the highest prevalence of Central Obesity, one of the districts/cities that has the highest prevalence of Central Obesity is Sawahlunto City. POLRI is a profession that ranks second in the highest prevalence of Central Obesity. This study aims to determine the relationship between simple carbohydrate intake, saturated fat and physical activity with the incidence of central obesity in Police at the Sawahlunto Police Station in 2021. The research with the design of "Cross Sectional Study", was conducted at the Sawahlunto Police Station on 22-25 May 2021 with a sample of 64 male police officers aged 40-54 years. The data collected were abdominal circumference data by measuring abdominal circumference, simple carbohydrate intake and saturated fat intake by means of 2x24 hour food recall and FFQ, as well as physical activity data using the Beacke Physical Activity form conducted by 4 nutritionists assisted by 1 nurse. . Data on simple carbohydrate intake, saturated fat intake was processed using a nutritional survey, physical activity data used excel, then analyzed with the chi square test to see the relationship between simple carbohydrate intake, saturated fat intake and activity with the incidence of central obesity in Police at the Sawahlunto Police in 202. More than half (55.8%) of the respondents had central obesity. More than half of respondents had sufficient simple carbohydrate intake (69.2%), more than half of respondents had more saturated fat intake (82.7%), and more than half of respondents had moderate physical activity (78.8%). There is no significant relationship between the intake of simple carbohydrates, saturated fat and physical activity with the incidence of central obesity in Police at the Sawahlunto Police Station (p-value >0.005). It is hoped that the health workers at the Sawahlunto Police Station will take regular abdominal circumference measurements and provide education about central obesity, balanced nutrition, increased physical activity during the pandemic, as well as guidance and motivation to be able to exercise.
Keywords: Central Obesity, Simple Carbs, Saturated Fat, Physical Activity
Bibliography: 43 (2005-2020) ABSTRAK
Obesitas sentral merupakan penumpukan lemak dibagian perut yang
terjadi karena ketidakseimbangan energi dalam tubuh akibat peningkatan asupan zat gizi dan aktivitas fisik yang kurang, hal ini menjadi salah satu faktor risiko terjadinya penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus tipe 2, hipertensi, penyakit kardiovaskular, dislipidemia dan lain-lain. Prevalensi Obesitas Sentral di Indonesia meningkat sebesar 4,4% dari tahun 2013. Sumatera Barat merupakan provinsi yang menduduki peringkat ke 11 dengan prevalensi Obesitas Sentral tertinggi, salah satu kab/kota yang memiliki angka prevalensi Obesitas Sentral tertinggi yaitu Kota Sawahlunto. POLRI merupakan profesi yang menduduki peringkat kedua prevalesni Obesitas Sentral tertinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan karbohidrat sederhana, lemak jenuh dan aktivitas fisik dengan kejadian obesitas sentral pada Polisi di Polresta Sawahlunto Tahun 2021. Penelitian dengan desain “Cross Sectional Study”, dilakukan di Polresta Sawahlunto pada tanggal 22-25 Mei 2021 dengan sampel 64 orang polisis laki- laki berusia 40-54 tahun. Data yang dikumpulkan adalah data lingkar perut dengan cara pengukuran lingkar perut, asupan karbohidrat sederhana dan asupan lemak jenuh dengan cara food recall 2x24 jam dan FFQ, serta data aktivitas fisik menggunakan form Beacke Physical Activity yang dilakukan oleh 4 orang alhi gizi dibantu dengan 1 orang perawat. Data asupan karbohidrat sederhana, asupan lemak jenuh diolah menggunakan nutri survey, data aktivitas fisik menggunakan excel, kemudian di analisis dengan uji chi square untuk melihat hubungan antara asupan karbohidrat sederhana, asupan lemak jenuh dan aktivitas dengan kejadian obesitas sentral pada Polisi di Polresta Sawahlunto tahun 2021. Lebih dari separuh (55,8%) responden mengalami obesitas sentral. Lebih dari separuh responden memiliki asupan karbohidrat sederhana cukup (69,2%),lebih dari separuh responden memiliki asupan lemak jenuh lebih (82,7%) dan lebih dari separuh responden memiliki aktivitas fisik sedang (78,8%). Tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan karbohidrat sederhana, lemak jenuh dan aktivitas fisik dengan kejadian obesitas sentral pada Polisi di Polresta Sawahlunto (p-value >0,005). Diharapkan tenaga kesehatan yang ada di Polresta Sawahlunto melakukan pengukuran lingkar perut secara berkala dan memberikan edukasi tentang obesitas sentral, gizi seimbang, peningkatan aktivitas fisik di masa pandemi, serta bimbingan dan motivasi untuk dapat berolahraga.
Kata kunci :Obesitas sentral, Karbohidrat Sederhana, Lemak Jenuh
Aktivitas Fisik Daftar Pustaka : 43 (2005-2020) PENDAHULUAN Asupan makanan merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya Obesitas sentral adalah kondisi Obesitas Sentral. Makanan yang kelebihan lemak di bawah kulit masuk ke dalam tubuh memiliki peran dinding perut dan di rongga perut yang yang sangat penting dalam proses diukur dengan mengukur lingkar perut metabolisme. Makanan yang kita (LP) 1. Kriteria lingkar perut untuk konsumsi, terdiri dari beberapa zat menentukan Obesitas Sentral pada pria gizi, salah satunya yaitu asupan ≥90 cm dan ≥80 cm untuk wanita 2. karbohidrat. Karbohidrat merupakan Data Riskesdas 2018 menunjukkan sumber energi utama bagi tubuh 6. terjadinya peningkatan prevalensi Karbohidrat dibagi menjadi dua Obesitas Sentral di Indonesia sebesar golongan utama, yaitu karbohidrat 4,4% dari tahun 2013 menjadi 31% 2. kompleks dan karbohidrat sederhana. Sumatera Barat merupakan salah satu Karbohidrat kompleks seperti pati dan provinsi yang memiliki prevalensi serat memerlukan waktu yang lebih Obesitas Sentral lebih dari angka lama untuk dicerna, sehingga mampu prevalensi nasional yaitu sebesar 33%, menyediakan energi dalam jangka data ini meningkat sebesar 3% dari panjang dan membuat rasa kenyang tahun 2013 2. Sembilan dari sembilan bertahan lebih lama 7. belas kab/kota di Sumatera Barat Berbeda dengan karbohidrat memiliki prevalensi Obesitas Sentral kompleks, karbohidrat sederhana di atas angka prevalensi nasional. mampu dicerna secara cepat dan dapat Salah satunya yaitu Kota Sawahlunto, menyediakan energi dalam waktu yang menduduki peringkat ketiga singkat, hal ini dapat menimbulkan tertinggi dengan prevalensi Obesitas rasa lapar yang lebih cepat. Sentral sebesar 31,3% 3. Karbohidrat sederhana akan diserap Di Indonesia kelompok dengan pada dinding usus dan masuk ke dalam karakteristik Obesitas Sentral tertinggi jaringan darah. Selanjutnya, melalui berada pada kelompok usia 44-54 pembuluh darah vena portae di kirim tahun yaitu sebesar 26% 4. Kebutuhan ke hati dan stelah di sebarkan ke energi akan berkurang saat usia seluruh jaringan tubuh sesuai dengan mencapai 40 tahun ke atas. Setiap 10 yang diperlukan, sebagian yang tidak tahun setelah usia seseorang mencapai digunakan akan disimpan pada otot 25 tahun, kebutuhan energi per hari dan hati sebagai glikogen. Kelebihan untuk pemeliharaan dan metabolisme ini jika dibiarkan terus menerus akan sel-sel tubuh berkurang atau membuat timbunan lemak di dalam mengalami penurunan sebesar 4%. jaringan adipose atau jaringan lemak 8. Berkurangnya kebutuhan tersebut Pada penelitian yang dilakukan oleh dikarenakan menurunnya kemampuan Rahmawanti (2015), diketahui bahwa metabolisme tubuh, sehingga tidak asupan karbohidrat sederhana yang membutuhkan energi yang berlebihan berlebih berhubungan dengan kejadian karena dapat menyebabkan terjadinya Obesitas Sentral pada mahasiswa penumpukan lemak di dalam tubuh 5. Program Studi Kesehatan Masyarakat energi tubuh. Trigliserida yang 9 . Penelitian oleh Harikedua dan berlebih di dalam tubuh akan disimpan Naomi (2018) juga menunjukkan hal di dalam jaringan kulit 14. yang sama, bahwa ada hubungan Penelitian yang diakukan oleh antara asupan karbohidrat sederhana Wiardani (2011) menunjukkan bahwa dengan obesitas sentral, dimana tingginya konsumsi lemak jenuh dan seseorang yang mengonsumsi kolesterol pada masyarakat perkotaan karbohidrat sederhana memiliki risiko di Denpasar berhubungan dengan 2,69 kali mengalami obesitas sentral Obesitas Sentral pada wanita dan laki- 10 . laki yang merupakan faktor risiko Lemak merupakan sumber terjadinya kejadian sindroma 11 15 energi selain karbohidrat . metabolik . Penelitian lain yang Berdasarkan tingkat kejenuhannya dilakukan Allioua dkk (2015) maka lemak dibedakan menjadi lemak menunjukkan konsumsi asupan lemak jenuh dan tidak jenuh. Lemak jenuh jenuh melebihi 10% dari total energi dibutuhkan oleh tubuh kurang dari sehari berhubungan dengan obesitas 10% kebutuhan energi total 12. Lemak abdominal pada remaja perempuan dan jenuh cenderung meningkatkan kadar Indeks Massa Tubuh (IMT) baik pada kolesterol dan trigliserida dalam darah remaja laki-laki maupun perempuan 13. yang berbahaya bagi kesehatan 13. Faktor lain yang penyebab Trigliserida adalah salah satu jenis obesitas sentral yaitu aktivitas fisik 16. lemak dalam darah yang merupakan Peningkatan asupan makanan jika hasil uraian tubuh pada makanan yang tidak diimbangi dengan aktivitas fisik mengandung lemak dan kolesterol. yang teratur akan menjadi Setelah mengalami proses di dalam penumpukan lemak pada jaringan tubuh, trigliserida akan diserap oleh tubuh (abdominal). Aktivitas fisik usus dan masuk ke dalam plasma dapat meningkatkan massa jaringan darah yang kemudian akan disalurkan bebas lemak dan menurunkan massa ke seluruh jaringan tubuh dalam jaringan lemak 17. Hasil penelitian bentuk klomikron dan VDL (Very Low yang dilakukan oleh Rosa (2019), Density Lipoprotein). Trigliserida disebutkan bahwa adanya hubungan dalam bentuk klomikron berasal dari antara aktivitas fisik dengan kejadian penyerapan usus setelah konsumsi obesitas sentral pada pekerja bagian makanan berlemak. Sebagai VDL, perkantoran 18. Penelitian lain terkait trigliserida dibentuk oleh hati dengan hubungan aktivitas fisik dengan bantuan insulin dari dalam tubuh. kejadian obesitas sentral juga Kalori yang didapatkan tubuh dari dilakukan oleh Nurhayati (2018), hasil makanan yang dikonsumsi tidak akan penelitian ini menyebutkan bahwa langsung digunakan, melainkan tingginya tingkat aktivitas fisik disimpan dalam bentuk trigliserida berbanding lurus dengan lingkar dalam sel-sel lemak di dalam tubuh pinggang normal 19. yang berfungsi sebagai cadangan Dampak dan efek lanjut dari Sumbar. Program tersebut sebagian Obesitas Sentral ternyata jauh lebih besar telah dilaksanakan oleh beberapa buruk daripada Obesitas secara umum. Polisi di berbagai kabupaten di Obesitas Sentral lebih berhubungan Sumatera Barat 21. dengan risiko kesehatan dibandingkan Setelah dilakukan studi dengan Obesitas Umum. Peningkatan pendahuluan pada tanggal 12 prevalensi Obesitas Sentral berdampak Desember 2020 pada 27 Polisi di pada munculnya berbagai penyakit Polresta Sawahlunto, didapatkan degeneratif seperti penyakit responden yang memiliki lingkar perut kardiovaskular, hipertens dan diabetes ≥90 cm sebanyak 16 orang, sedangkan mellitus. Penderita Obesitas Sentral responden yang lingkar perutnya <90 berisiko lebih besar (50%) untuk cm sebanyak 11 orang. Didapatkan menderita berbagai penyakit kanker 20. proporsi kejadian Obesitas Sentral Menurut jenis pekerjaan, pada Polisi di Polresta Sawahlunto TNI/POLRI merupakan profesi yang sebesar 59,2%. Sampel yang diambil menduduki peringkat kedua setelah adalah Polisi yang berusia 40-54 tahun Ibu Rumah Tangga (IRT) dengan dan bersedia menjadi responden. prevalesni Obesitas Sentral tertinggi di Penelitian ini bertujuan untuk Indonesia yaitu sebersar 26,4% 4. mengetahui hubungan asupan Polisi merupakan salah satu angkatan karbohidrat sederhana, lemak jenuh yang dituntut untuk memiliki proporsi dan aktivitas fisik dengan kejadian tubuh yang ideal. Hal ini menjadi obesitas sentral pada Polisi di Polresta penunjang untuk menjalankan tugas Sawahlunto dan fungsinya sabagai pelindung masyarakat, yang dituntut untuk METODE PENELITIAN bertindak cepat dan siap dalam Penelitian ini bersifat analitik bertindak untuk menyelesaikan dengan desain “Cross Sectional permasalahan baik kriminal maupun Study”. Data terkait variabel lalu lintas. Namun, kenyataannya dependen (Obesitas Sentral) dan seiring dengan perubahan zaman dan variabel independen (Asupan usia, Polisi dengan umur diatas 35 karbohidrat sederhana, asupan lemak tahun memiliki badan yang tambun jenuh dan aktivitas fisik) yang dengan berat badan berlebih dan dikumpulkan secara bersamaan. ditambah lagi dengan beban perut Penelitian ini dilakukan di yang buncit atau disebut dengan Polresta Sawahlunto. Pengambilan Obesitas Sentral. Hal ini tentu menjadi data dilakukan pada tanggal 22-25 faktor penghambat dalam bertugas 21. Mei 2021. Sejalan dengan hal tersebut, Populasi adalah Polisi Laki-laki Polda Sumbar telah mengeluarkan yang berusia 40-54 tahun di Polresta surat perintah nomor : ST/318/VI/2013 Sawahlunto. Jumlah populasi mengenai program pengendalian berat berjumlah 64 orang. Teknik badan kepada anggota Polri/PNS Polda pengambilan sampel dengan cara Total Sampling yaitu semua populasi dan aktivitas fisik dengan kejadian yang ada dijadikan subjek penelitian. obesitas sentral dan menggunakan α = Sampel adalah Polisi yang bersedia 0,05. Hasil penelitian analisi menjadi subjek penelitian dan bisa dikatakan bermakna jika p ≤ α dan mengikuti penelitian sampai selesai. dikatan tidak bermakna apabila nilai p Data yang dikumpulkan adalah > α. data lingkar perut dengan cara pengukuran lingkar perut, asupan HASIL karbohidrat sederhana dan asupan A. Hasil Univariat lemak jenuh dengan cara food recall 2x24 jam dan FFQ, serta data aktivitas 1. Obesitas Sentral fisik menggunakan form Beacke Tabel 5. Distribusi Frekuensi Physical Activity yang dilakukan oleh Responden Berdasarkan Kejadian 4 orang alhi gizi dibantu dengan 1 Obesitas Sentral di Polresta orang perawat. Data asupan Sawahlunto Tahun 2021 karbohidrat sederhana, asupan lemak jenuh diolah menggunakan nutri survey, data aktivitas fisik menggunakan excel, kemudian di analisis dengan uji chi square untuk melihat hubungan antara asupan karbohidrat sederhana, asupan lemak Pada tabel 5 dapat dilihat bahwa jenuh dan aktivitas dengan kejadian lebih dari separuh responden (55,8%) obesitas sentral pada Polisi di Polresta tergolong ke dalam obesitas sentral. Sawahlunto tahun 2021. Rata-rata lingkar perut responden Analisis univariat dilakukan yaitu 91,25 cm, dengan lingkar perut untuk mengetahui distribusi frekuensi tertinggi yaitu 101,1 cm. variable dependen (Obesitas Sentral) maupun variable independen (asupan 2. Asupan Karbohidrat Sederhana karbohidrat sederhana, lemak jenuh dan aktivitas fisik). Hasilnya Tabel 6. Distribusi Frekuensi diperlihatkan dalam tabel distribusi Responden Berdasarkan Asupan frekuensi. Karbohidrat Sederhana di Polresta Analisis bivariat digunakan untuk Sawahlunto Tahun 2021 mengetahui hubungan antara variabel independen (asupan karbohidrat sederhana, lemak jenuh dan aktivitas fisik) dengan variabel dependen (Obeitas Sentral). Uji statistik yang digunakan adalah Chi Square untuk Berdasarkan tabel 6 di atas, menyatakan hubungan antara asupan dapat dilihat bahwa lebih dari setengah karbohidrat sederhana, lemak jenuh responden (69,2%) memiliki tingkat asupan karbohidrat sederhana cukup indeks aktivitas fisik tertinggi yaitu dari kebutuhan. Rata-rata asupan 7,21. Perbedaan pangkat, golongan karbohidrat sederhana responden yaitu dan beban kerja juga membuat 40,77 gram , dengan asupan berbedanya aktivitas fisik masing- karbohidrat sederhana tertinggi yaitu masing responden. 47,6 gram. B. Hasil Analisis Bivariat 3. Asupan Lemak Jenuh 1. Hubungan Asupan Karbohidrat Tabel 7. Distribusi Frekuensi Sederhana dengan Kejadian Responden Berdasarkan Asupan Obesitas Sentral Lemak Jenuh di Polresta Sawahlunto Tahun 2021 Tabel 9. Hubungan Asupan Karbohidrat Sederhana dengan Kejadian Obesitas Sentral Pada Polisi di Polresta Sawahlunto Tahun 2021 Berdasarkan tabel 7 di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden (82,7%) memiliki tingkat asupan lemak jenuh lebih dari kebutuhan. Rata-rata asupan lemak jenuh responden yaitu 21,99 gram, dengan asupan lemak jenuh tertinggi Pada tabel 9 dapat dilihat bahwa yaitu 28,8 gram. proporsi kejadian obesitas sentral pada polisi dengan asupan karbohidrat 4. Aktivitas Fisik sederhana cukup yaitu 58,3%, Tabel 8. Distribusi Frekuensi sedangkan dengan asupan karbohidrat Responden Berdasarkan Aktivitas sederhana lebih dari kebutuhan yakni Fisik di Polresta Sawahlunto 50%. Berdasarkan hasil uji statistik Tahun 2021 didapatkan p-value 0,577 yaitu besar dari nilai 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara asupan karbohidrat sederhana dengan kejadian obesitas sentral pada Polisi di Polresta Sawahlunto tahun 2021. Berdasarkan tabel 8 di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden (78,8%) memiliki aktivitas fisik sedang. Rata-rata indeks aktivitas fisik responden yaitu 6,05, dengan 2. Hubungan Asupan Lemak Jenuh Pada tabel 11 dapat dilihat bahwa dengan Kejadian Obesitas bahwa proporsi kejadian obesitas Sentral sentral lebih banyak terjadi pada polisi dengan aktivitas fisik ringan (72,7%) Tabel 10. Hubungan Asupan Lemak dibandingkan dengan aktivitas fisik Jenuh dengan Kejadian Obesitas sedang (51,2%). Berdasarkan hasil uji Sentral Pada Polisi di Polresta statistik didapatkan p-value 0,202 Sawahlunto Tahun 2021 yaitu besar dari nilai 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas sentral pada Polisi di Polresta Sawahlunto tahun 2021. Walaupun secara statistik tidak bermakna, tapi Pada tabel 10 dapat dilihat bahwa ada kecendrungan bahwa obesitas bahwa proporsi kejadian obesitas sentral banyak terjadi pada Polisi yg sentral lebih banyak terjadi pada polisi aktifitas ringan. dengan asupan lemak jenuh cukup (66,7%) dibandingkan dengan asupan PEMBAHASAN lemak jenuh lebih dari kebutuhan(53,5%). Berdasarkan hasil 1. Obesitas Sentral uji statistik didapatkan p-value 0,469 yaitu besar dari nilai 0,05, sehingga Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa tidak didapatkan lebih dari separuh terdapat hubungan yang signifikan responden (55,8%) mengalami antara asupan lemak jenuh dengan obesitas sentral. Rata-rata lingkar perut kejadian obesitas sentral pada Polisi di responden yaitu 91,25 cm yang Polresta Sawahlunto tahun 2021. tergolong ke dalam obesitas sentral. Lingkar perut responden yang terkecil 3. Hubungan Aktivitas Fisik yaitu 86,3 cm dan yang terbesar yaitu dengan Kejadian Obesitas 101,1 cm. Sentral Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tabel 11. Hubungan Aktivitas Fisik Puspita Sari (2018) bahwa dengan Kejadian Obesitas Sentral meningkatnya umur akan Pada Polisi di Polresta Sawahlunto meningkatkan kandungan lemak tubuh Tahun 2021 total, terutama lemak pusat 36. Seseorang dengan rentang umur 40-59 tahun memiliki risiko obesitas sentral lebih tinggi karena lambatnya metabolisme, kurangnya aktivitas PEMBAHASAN fisik, frekuensi pangan yang lebih sering dan tidak terlalu memperhatikan yang ada di Polres maupun fasilitas bentuk dan ukuran tubuh 37. olahraga yang tersedia di Sawahlunto. Asupan yang tidak seimbang Polres Sawahlunto juga berencana dengan energi yang dikeluarkan untuk memasukkan kegiatan diduga menjadi penyebab dari pengukuran lingkat perut ke dalam tingginya distribusi frekuensi Polisi kegiatan pengecekan kesehatan secara yang obesitas sentral. Responden berkala yang biasa dilakukan oleh sering mengkonsumsi makanan yang tenaga kesehatan yang ada. diolah dengan cara digoreng dan Diharapkan tenaga kesehatan bersantan, serta aktivitas fisik yang kepolisian yang ada di Polresta agak berkurang dikarenakan adanya Sawahlunto memberikan pengenalan pandemi Covid-19. Perbedaan dan pengetahuan terkait obesitas pangkat, golongan dan beban kerja sentral, baik kepada Polisi yang juga membuat berbedanya aktivitas mengalami obesitas sentral maupun fisik masing-masing responden. yang tidak obesitas sentral, untuk Beberapa responden tidak terlalu mencegah terjadinya peningkatan memperdulikan bentuk tubuh lagi kejadian obesitas sentral khususnya di dengan alasan sudah berkeluarga dan Polresta Sawahlunto. beranggapan buncit merupakan tanda kemakmuran. 2. Asupan Karbohidrat Sederhana Tidak seimbangnya asupan dengan energi yang dikeluarkan ini Dari hasil penelitian akan menyebabkan simpanan didapatkan lebih dari separuh karbohidrat sedrhana dalam bentuk responden (69,2%) memiliki asupan glikogen dan lemak jenuh dalam karbohidrat sederhana yang cukup dari bentuk trigliserida meningkat, kebutuhannya. Rata-rata asupan sehingga lama kelamaan akan karbohidrat sederhana responden menyebabkan obesitas sentral. adalah 40,77 gram. Didapatkan asupan Obesitas sentral merupakan salah satu karbohidrat sederhana terendah faktor risiko terjadinya penyakit responden adalah 33,5 gram dan degeneratif seperti diabetes melitus asupan tertinggi yaitu sebesar 47,6 tipe 2, hipertensi, penyakit gram. kardiovaskular, dislipidemia, Asupan karbohidrat sederhana arterosklerosis dan lain-lain. harus seimbang dengan Dalam waktu dekat jika pengeluarannya. Bila asupan lebih pandemi Covid-19 sudah mereda, banyak dibandingkan dengan Polresta Sawahlunto berencana untuk pengeluaran, maka energi yang tidak melakukan kembali kegiatan aerobik digunakan akan disimpan di dalam yang biasa dilakukan pada hari Sabtu tubuh dalam bentuk lemak 8. Jika pagi dan kembali mengaktifkan dibiarkan terus menerus dapat kegiatan-kegiatan olahraga lain yang menyebabkan obesitas sentral. biasa dilakukan di fasilitas olahraga Berdasarkan hasil penelitian, 3. Asupan Lemak Jenuh diketahui bahwa sebagian responden Dari hasil penelitian sering mengkonsumsi kopi pada pagi didapatkan lebih dari setengah hari dan siang hari di kantin yang ada responden (82,7%) memiliki asupan di Polresta Sawahlunto. Tetapi pada lemak jenuh yang melebihi saat penelitian kantin tersebut tidak kebutuhannya. Rata-rata asupan lemak buka, hal ini menjadi salah satu jenuh responden adalah 21,99 gram,. penyebab kurangnya asupan Didapatkan asupan lemak jenuh karbohidrat sederhana responden. terendah responden adalah 14,9 gram Beberapa responden ada yang sudah dan asupan tertinggi yaitu sebesar 28,8 tidak mengkonsumsi kopi dan teh gram. Jika asupan lemak jenuh dengan alasan ingin menjalani hidup melampaui kebutuhan tubuh, maka sehat. Ada responden yang memang akan menimbulkan penimbunan dalam membawa tumbler ke tempat kerja dan jaringan adiposa dan menyebabkan hanya mengkonsumsi air galon yang obesitas sentral 14. tersedia di kantor, hal ini dikarenakan Berdasarkan hasil recall, responden sedang menjalankan diketahui bahwa lebih dari sebagian program penurunan berat badan yang responden mengkonsumsi makanan sudah di konsultasikan dengan dokter. yang bersantan seperti rendang, Berdasarkan hasil analisis FFQ, jenis lontong sayur, opor ayam dan tunjang. bahan makanan sumber karbohidrat Hal ini dikarenakan penelitian sederhana paling sering dikonsumsi dilakukan pada saat suasana lebaran, dengan frekuensi 3x sehari yaitu gula dimana menu yang disajikan di rumah pasir (42,3%). biasanya menu yang diolah Diharapkan tenaga kesehatan menggunakan santan kental. yang ada di Polresta Sawahlunto dapat Sebaiknya penelitian dilakukan pada memberikan edukasi baik melalui hari biasa. Berdasarkan hasil analisis penyuluhan maupun konseling tentang FFQ, diketahui bahan makanan makanan sehat dengan gizi seimbang sumber lemak jenuh yang paling kepada seluruh personil yang ada sering dikonsumsi oleh responden terkait persentase kejadian obesitas dengan frekuensi 3x sehari yaitu sentral di Polresta Sawahlunto yang di minyak (100%). atas 50%, mengingat efek dari obesitas Asupan lemak jenuh lebih jika sentral yang sangat besar, karena tidak seimbang dengan energi yang obesitas sentral merupakan salah satu dikeluarkan akan menyebabkan faktor risiko terjadinya penyakit simpanan lemak jenuh dalam bentuk degeneratif seperti diabetes melitus trigliserida meningkat. Trigliserida tipe 2, hipertensi, penyakit akan dismpan di jaringan bawah kulit kardiovaskular, dislipidemia, sehingga lama kelamaan akan arterosklerosis dan lain-lain. menyebabkan obesitas sentral. Obesitas sentral merupakan salah satu faktor risiko terjadinya penyakit degeneratif seperti diabetes melitus takraw yang dilakukan di lapangan tipe 2, hipertensi, penyakit olahraga Polres Sawahlunto maupun di kardiovaskular, dislipidemia, fasilitas olahraga lainnya yang ada di arterosklerosis dan lain-lain. Sawahlunto. Diharapkan tenaga kesehatan Energi yang dikeluarkan yang ada di Polresta Sawahlunto dapat bergantung pada tingkat aktivitas fisik memberikan edukasi baik melalui yang dilakukan. Aktivitas fisik yang penyuluhan maupun konseling tentang kurang dapat menyebabkan asupan makanan sehat dengan gizi seimbang makanan disimpan di dalam tubuh kepada seluruh personil yang ada sebagai cadangan makanan. terkait persentase kejadian obesitas Karbohidrat sederhana dan lemak sentral di Polresta Sawahlunto yang di jenuh jika tidak digunakan maka akan atas 50%. disimpan di jaringan bawah kulit, jika terjadi terus menerus akan 4. Aktifitas Fisik menyebabkan obesitas sentral. Obesitas sentral merupakan salah satu Dari hasil penelitian faktor risiko dari penyakit degeneraif. didapatkan bahwa tidak ada responden Diharapkan tenaga kesehatan yang memiliki aktivitas fisik berat, yang ada di Polrestas Sawahlunto lebih dari separuh responden (78,8 %) memberikan edukasi baik melalui memiliki aktivitas fisik sedang, penyuluhan maupun konseling tentang sedangkan responden yang memiliki peningkatan aktivitas fisik di masa aktivitas fisik ringan hanya 21,2 %. pandemi. Perlu adanya bimbingan dan Rata-rata aktivitas fisik responden motivasi untuk setiap Polisi untuk adalah 6,05 yang termasuk ke dalam dapat berolahraga, berkaitan dengan aktivitas fisik sedang. adanya fasilitas seperti lapangan Perbedaan aktivitas fisik terjadi olahraga di Polresta Sawahlunto yang dikarenakan adanya perbedaan dapat dimanfaatkan lebih optimal. tanggung jawab perkerjaan masing- masing responden, adanya beberapa 5. Hubungan Asupan Karbohidrat kegiatan tambahan yang dibebankan Sederhana dengan Kejadian kepada beberapa responden. Covid-19 Obesitas Sentral juga memberikan dampak pada kegiatan olahraga yang biasa diadakan Dari tabel 9 dapat dilihat di Polresta Sawahlunto. Sejak adanya bahwa lebih dari sebagian responden virus Covid-19, kegiatan olahraga pagi (55,8%) yang memiliki asupan yang biasa dilakukan setiap hari Sabtu karbohidrat sederhana cukup dari ditiadakan. Kegiatan olahraga bersama kebutuhan dan tergolong obesitas yang biasa dilakukan di luar jam kerja sentral. Berdasarkan uji statistik, juga berkurang, biasanya sering didapatkan hasil yang menunjukkan dilakukan kegiatan olahraga seperti tidak adanya hubungan yang bermakna badminton, bola volly, bola kaki, dan antara asupan karbohidrat sederhana dengan kejadian obesitas sentral 6. Hubungan Asupan Lemak Jenuh dengan nilai p-value 0,577 (<0,05). dengan Kejadian Obesitas Sentral Asupan karbohidrat sederhana jika tidak diimbangi dengan aktivitas Dari tabel 10 dapat dilihat fisik maka akan disimpan sebagai bahwa lebih dari sebagian responden cadangan energi. Karbohidrat (53,5%) yang memiliki asupan lemak sederhana akan disimpan dalam bentuk jenuh lebih dari kebutuhan dan glikogen. Ketidakseimbangan asupan tergolong obesitas sentral. Berdasarkan dengan energi yang dikeluarkan ini hasil uji statistik didapatkan p-value lama kelamaan akan menyebabkan 0,469 yaitu besar dari nilai 0,05, obesitas sentral atau penumpukan sehingga dapat disimpulkan bahwa lemak dibagian perut. Obesitas sentral tidak terdapat hubungan yang merupakan salah satu faktor risiko dari signifikan antara asupan lemak jenuh penyakit degeneratif seperti seperti dengan kejadian obesitas sentral pada peningkatan sindrom metabolik, Polisi di Polresta Sawahlunto tahun arterosklerosis, penyakit 2021. kardiovaskular, diabetes mellitus tipe Jika asupan lemak jenuh 2, hipertensi dan dislipidemia. berlebih dari kebutuhan dan tidak Hasil penelitian ini sejalan diimbangi dengan aktivitas fisik, maka dengan hasil penelitian ini yaitu lemak jenuh akan di simpan dalam penelitian yang dilakukan oleh bentuk trigliserida dibawah lapisan Khiqmah dan Sulchan (2014), bahwa kulit. Hal ini yang menyebabkan tidak terdapat hubungan yang tingginya prevalensi obesitas sentral. bermakna antara asupan karbohidrat Jika terus menerus terjadi maka akan sederhana dengan kejadian obesitas menyebabkan terjadinya masalah sentral 38. Penelitian lain yang sejalan kesehatan seperti munculnya berbagai dengan hasil penelitian ini yaitu penyakit degeneratif seperti penelitian yang dilakukan oleh Masri peningkatan sindrom metabolik, (2019), yang menyatakan bahwa arterosklerosis, penyakit asupan karbohidrat sederhana, asupan kardiovaskular, diabetes tipe 2, protein, vitamin D dan kalsium bukan hipertensi dan dislipidemia. merupakan faktor risiko terhadap Hasil penelitian ini sejalan obesitas sentral 39. dengan penelitian yang dilakukan oleh Namun hasil penelitian ini Savitri (2017) yang menyatakan bahwa tidak sejalan dengan penelitian yang tidak terdapat hubungan yang telah dilakukan oleh Bowen et al bermakna antara asupan lemak jenuh (2015), yang menunjukkan bahwa dengan kejadian obesitas sentral 41. terdapat hubungan yang bermakna Penelitian lain yang sejalan dengan antara asupan karbohidrat sederhana hasil penelitian ini yaitu penelitian dengan kejadian obesitas sentral 40. yang dilakukan oleh Yulianti dkk (2019), bahwa tidak ada keterkaitan yang bermakna antara asupan lemak kejadian obesitas sentral. Hal ini jenuh dengan obesitas sentral 42. diduga dikarenakan adanya faktor penyebab lain yang berpengaruh 7. Hubungan Aktivitas Fisik dengan seperti riwayat obesitas sentral pada Kejadian Obesitas Sentral keluarga 41. Namun hasil penelitian ini Pada tabel 11 dapat dilihat tidak sejalan dengan penelitian yang bahwa lebih dari sebagian responden dilakukan oleh Rosa (2019), yang (72,7%) yang memiliki aktivitas fisik menyatakan bahwa adanya hubungan ringan tergolong obesitas sentral. antara aktivitas fisik dengan kejadian Berdasarkan hasil uji statistik obesitas sentral pada pekerja bagian didapatkan p-value 0,202 yaitu besar perkantoran18. dari nilai 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat 8. Keterbatasan Penelitian hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas Penelitian ini memiliki sentral pada Polisi di Polresta keterbatasan, seperti pada saat Sawahlunto tahun 2021. pengumpulan data ada kegiatan lain di Peningkatan asupan makanan luar gedung sehingga ada beberapa jika tidak diimbangi dengan aktivitas responden yang tidak dapat mengikuti fisik yang teratur akan menjadi rangkaian kegiatan penelitian sampai penumpukan lemak pada jaringan selesai, ada responden yang sedang tubuh. Gliserol dan trigliserida yang izin tidak masuk kerja. Kegiatan disimpan dibawah lapisan kulit perut pengumpulan data dilakukan pada saat (abdominal) lama kelamaan akan suasana lebaran, pada saat ini kantin menyebabkan obesitas sentral. yang ada tidak buka, biasanya para Obesitas sentral akan menimbulkan responden minum kopi setelah masalah kesehatan seperti munculnya kegiatan apel pagi dan saat istirahat berbagai penyakit degeneratif seperti siang. Asupan lemak jenuh responden peningkatan sindrom metabolik, cenderung meningkat karena menu arterosklerosis, penyakit yang dihidangkan di rumah pada saat kardiovaskular, diabetes tipe 2, momen lebaran adalah makanan yang hipertensi dan dislipidemia. diolah menggunakan santan. Saat Hasil penelitian ini sejalan wawancara menggunakan food recall dengan penelitian yang telah dilakukan 2x24 jam ada beberapa responden oleh Nurviati (2012) yang menyatakan yang agak kesulitan dalam mengingat bahwa tidak ada hubungan yang makanan yang dikonsumsi pada hari signifikan antara aktivitas fisik dengan kemarin. kejadian obesitas sentral 43. Savitri (2017) juga menyatakan hal yang sama, bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan KESIMPULAN DAN SARAN terkait obesitas sentral, baik kepada Polisi yang mengalami A. Kesimpulan obesitas sentral maupun yang 1. Lebih dari separuh (55,8%) Polisi tidak obesitas sentral, untuk di Polresta Sawahlunto mengalami mencegah terjadinya peningkatan obesitas sentral. kejadian obesitas sentral 2. Lebih dari separuh (69,2%) Polisi khususnya di Polresta Sawahlunto. di Polresta Sawahlunto memiliki 2. Memberikan edukasi baik melalui asupan karbohidrat sederhana penyuluhan maupun konseling cukup. oleh tenaga kesehatan yang ada di 3. Lebih dari separuh (82,7%) Polisi Polresta Sawahlunto tentang di Polresta Sawahlunto memiliki makanan sehat dengan gizi asupan lemak jenuh lebih. seimbang kepada seluruh personil 4. Lebih dari separuh (78,8%) Polisi yang ada terkait persentase di Polresta Sawahlunto memiliki kejadian obesitas sentral di aktivitas fisik sedang. Polresta Sawahlunto yang di atas 5. Tidak ada hubungan yang 50%. signifikan antara asupan 3. Memberikan edukasi baik melalui karbohidrat sederhana dengan penyuluhan maupun konseling kejadian obesitas sentral pada oleh tenaga kesehatan yang ada di Polisi di Polresta Sawahlunto (p- Polresta Sawahlunto tentang value 0,577). peningkatan aktivitas fisik di masa 6. Tidak ada hubungan yang pandemi kepada seluruh personil signifikan antara asupan lemak yang ada di Polresta Sawahlunto, jenuh dengan kejadian obesitas terkait persentase kejadian sentral pada Polisi di Polresta obesitas sentral pada Polisi di Sawahlunto (p-value 0,469). Polresta Sawahlunto di atas 50%. 7. Tidak ada hubungan yang 4. Perlu adanya bimbingan dan bermakna antara aktivitas fisik motivasi untuk setiap Polisi baik dengan kejadian obesitas sentral yang muda ataupun yang tua pada Polisi di Polresta Sawahlunto untuk dapat berolahraga, berkaitan (p-value 0,202). dengan adanya fasilitas seperti lapangan olahraga di Polresta B. Saran Sawahlunto yang dapat dimanfaatkan lebih optimal. 1. Diharapkan tenaga kesehatan kepolisian yang ada di Polresta Sawahlunto melakukan DAFTAR PUSTAKA pengukuran lingkar perut secara 1. Lestari LA, Helmyati S. Peran berkala kepada semua personil Probiotik di Bidang Gizi dan yang ada. Sebaiknya diberikan Kesehatan. Gajah Mada pengenalan dan pengetahuan University Press; 2018. 2. Kementrian Kesehatan RI. 11. Adriani M, Wirjatmadi B. Riskesdas 2018 [Internet]. 2018. Peranan Gizi Dalam Siklus Available from: Kehidupan. 3rd ed. Jakarta: https://kesmas.kemkes.go.id/ass Prenada Media; 2016. ets/upload/dir_519d41d8cd98f0 12. Ramayulis R. Gaya Hidup 0/files/Hasil-riskesdas- Antivirus Resep Jus, Smothie, 2018_1274.pdf & Minuman Rempah Penguat 3. Kementrian Kesehatan RI. Kekebalan Tubuh. Jakarta: Riskesdas 2013 [Internet]. 2013. Gramedia Pustaka Utama; 2020. Available from: 13. Allioua M, Djaziri2 R, Mahdad https://www.kemkes.go.id/resou MY, Gaouar SBS, Derradji H, rces/download/general/Hasil Boudjemaa BM, et al. Dietary Riskesdas 2013.pdf fat intake, micronutritient and 4. Kementrian Kesehatan RI. obesity among adolescent in Riskesdas 2007. 2007. Tlemcen (Western Algeria). 5. Herviza Wulandary Pane, 2015; Tasnim T, Sulfianti S, Hasnidar 14. Afrinaldi MS. Hubungan Kadar H, Puspita R, Hastuti P, et al. Trigliserida dengan Kejadian Gizi dan Kesehatan. Jakarta: Stroke Iskemik Di Rsud Yayasan Kita Menulis; 2020. Sukoharjo. 2014; 6. Murdiati A, Amaliah. Panduan 15. Wiardani NK, Sugiani PPS, Penyiapan Pangan Sehat Untuk Gumala NMY. Konsumsi lemak Semua. 2nd ed. Jakarta: Prenada total, lemak jenuh, dan Media; 2013. kolesterol sebagai faktor risiko 7. Graha CK. 100 Questions & sindroma metabolik pada Answers : Kolesterol. Jakarta: masyarakat perkotaan di Alex Media Komputindo; 2010. Denpasar. Gizi Klin Indones. 8. Wasak MRP. Ilmu Gizi 2011;7. Olahraga. 1st ed. Klaten: 16. Adi S, Supriadi, Masgumelar Lakeisha; 2020. NK. Model-model Exercise dan 9. Rahmawanti D. Faktor – Faktor Aktivitas Fisik Untuk yang Berhubungan dengan Kebugaran Jasmani Anak SD. Obesitas Sentral pada Malang: Wineka Media; 2020. Mahasiswa Program Studi 17. Guslinawati, Septiyanti. Kesehatan Masyarakat UIN Hubungan Aktivitas Fisik Syarif Hidayatullah Jakarta dengan Kejadian Obesitas Angkatan 2012-2014. 2015; Sentral pada Pasien Poliklinik 10. Harikedua VT, Tando NM. Jantung dan Penyakit Dalam. Aktivitas Fisik dan Pola Makan 2016; dengan Obesitas Sentral pada 18. Rosa S, Riamawati L. Tokoh Agama di Kota Manado. Hubungan Asupan Kalsium, 2012; Air, dan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Obesitas Sentral pada 27. Almatsier S, Sutardjo S, Pekerja Bagian Perkantoran. Soekatri M. Gizi Seimbang 2019; dalam Daur Kehidupam. 19. Nurhayati T, Halleyana P, Jakarta: Gramedia Pustaka Feinisa A, Kharunnisa R, Aulia Utama; 2011. MA, Bashari MH, et al. 28. Kusmawati W, Lufthansa L, Aktivitas Fisik yang Tinggi Sari RS, Windriyani SM. Buku Dapat Mengatasi Obesitas Ajar Ilmu Gizi Olahraga. Sentral. 2018; Ponorogo: Uwais Inspirasi 20. Purnamasari R, Sirajuddin S, Indonesia; 2019. Najamuddin U. Hubungan 29. Penggalih MHST, Dewinta Pengetahuan, Status Merokok MCN, Pratiwi D, Solichah KM, dan Gejala Stres dengan Niamilah I. Gizi Olahraga I: Kejadian Obesitas Sentral pada Sistem Energi Antropometri dan Pegawai Pemerintahan di Asupan Makan Atlet. Kantor Bupati Kabupaten Yogyakarta: UGM Press; 2020. Jeneponto. 2013; 30. Tchernof A, JP D. 21. Dwiasri A. Faktor-faktor yang Phatophysiologi of Human Berhubungan dengan Kejadian Visceral Obesity. 2013; Obesitas Sentral pada Polisi di 31. Baecke JA., Burema JFE. A Polres Agam, Kabupaten Agam, Short Questioner for The Sumatera Barat. 2014; Measurement of Habitual 22. Kemenkes. Pedoman Gizi Physical Activity in Nasional. 2014; Epidemiological Studies. 1982; 23. Irwanto, Widjaja NA, 32. Hasriana, Sukriyadi, Yusuf M. Prihaningtyas RA. Anak Faktor yang Berhubungan Obesitas. Jakarta: Gramedia; dengan Kejadian Obesitas 2018. Sentral di Poliklinik Pabrik 24. Simbolon D, Suryani D, Gula Camming Ptp Nusantara X Yandrizal. Deteksi Dini Faktor (Persero) Kab.Bone. 2014; Risiko Penyakit Tidak Menular 33. Nurlim I. Hubungan Obesitas (PTM). Yogyakarta: Sentral dengan VO2 Max pada Deepublish; 2016. Mahasiswa Fisioterapi Fakultas 25. Hartriyanti Y, Suyoto PST, Kedokteran Universitas Sabrini IA, Wiganti M. Gizi Hasanudin Tahun 2012. 2012; Kerja. Yogyakarta: Gajah Mada 34. Sumbono A. Biokimia Pangan University Press; 2020. Dasar. 1st ed. Yogyakarta: 26. Beck ME. Ilmu Gizi dan Diet Deepublish; 2016. Hubungannya dengan Penyakit- 35. Murray RK, Granner DK, penyakit untuk Perawat dan Rodwell VW. Biokimia Harper. Dokter. Yogyakarta: Yayasan Jaka: ECG; 2009. Essentia Medica; 2011. 36. Puspitasari N. Faktor Kejadian Obesitas Sentral Pada Usia Lemak Dengan Obesitas Sentral Dewasa. Higeia J Public Heal Dan Profil Lipid Pegawai Res Dev. 2018;2. BLUD RSJD DR. RM. 37. A K, C S, J K, R T, M L. Soedjarwadi Provinsi Jawa Factors Associated With Tengah. 2019; Obesity Among Workers in a 43. Nurviati RF. Hubungan Metropolitan Waterworks Karakteristik Individu dan Gaya Authority. Southeast Asian J Hidup Dengan Indikator Trop Med Public Heal. Obesitas Sentral Pada Pegawai 2005;36:1057-65. Kantor Pusat PT Wijaya Karya, 38. Khiqmah AN, Sulchan M. Jakarta Timur Tahun 2012. Asupan Gula Sederhana dan 2012; Serat Serta Kadar Glukosa Darah Puasa (GDP) Sebagai Faktor Risiko Peningkatan Kadar c-Reactive Protein (CRP) Pada Remaja Obesitas Dengan Sindrom Metabolik. J Nutr Coll. 2014;Volume 3,. 39. Masri E, Sari RK. Faktor Risiko Obesitas Sentral Pada Aparatur Sipil Negara (ASN) di Kota Padang. Sci J Farm dan Kesehat. 2019;VOL. 9 NO. 40. Bowen L, Taylor AE, Sullivan R, Ebrahim S, Kinra S, Krishna KR, et al. Association Between Diet, Physical Activity and Body Fat Distribution: A Cross Sectional Study In A Indian Population. BMC Public Heal. 2015; 41. Savitri A. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Obesitas Sentral Pada Wanita Usia 15-44 Tahun di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan Tahun 2017. 2017; 42. Yulianti YS, Herawati, Kurdanti W. Hubungan Antara Asupan
Pengaruh Pengetahuan Dan Sikap Penderita Hipertensi Tentang Hipertensi Terhadap Keaktifan Dalam Kegiatan Prolanis Di Puskesmas Berastagi Kabupaten Karo Tahun 2017