Artikel Kelompok 5

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 7, Nomor 4, Oktober 2019 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

HUBUNGAN SOSIAL BUDAYA, PERSEPSI EFEK SAMPING DAN


GANGGUAN HUBUNGAN SEKSUAL DENGAN PEMILIHAN IUD DI
KECAMATAN BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2018

Duhita Wikalaili Enzimatia*), Dharminto*), Djoko Nugroho *), Sri Winarni*)


Bagian Biostatistik dan Kependudukan ,Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
Email : duhita.wika@gmail.com

ABSTRACT
IUD is one of the contraceptive methods that susgested by BKKBN and PB-POGI
with 98% program effectiveness but IUD users in Indonesia are still relatively low
(5%). Banyubiru sub-district has the lowest MKJP user in Semarang Regency
with 4.77% IUD user in 2018. This study aims to analyze socio-cultural relations,
perception of side effects and sexual disfunction with election of IUD. This
research uses explanatory research methods and case control study design. The
population of this research is 64 IUD user and 1237 non-IUD users. Tthe sample
used is 33 IUD users and 66 non-IUD controls (simple random sampling). The
result of univariate analysis showed that didn’t hamper social culture (58,6%),
proper perseption of side effects (53,5%), minor perception of sexual disfunction
(59,6%). Chi-Square analysis result with α of 0,05, election of IUD have relation
with perception of side effects (p-value =0,001;OR=12,688) and perception of
sexual disfunction p-value=0,001;OR=46,222), socio-cultural haven’t relation with
election of IUD (p-value= 0,614;OR=0,729). Logistic regression analysis shows
that independent variable to have influence on proper side effects of 5 times and
perception of minor sexual disfunction of 23 times, social culture haven’t
influence with election of IUD. Suggestions are given by giving IEC and
interpersonal communication to the IUD acceptor about side effect and sexual
disorders with IUD.

Keywords : election of IUD, social culture, perception of side effects,


perception of sexual disfunction

PENDAHULUAN meningkat dan tidak terkendali dapat


Latar Belakang menimbulkan masalah
Indonesia merupakan negara kependudukan yang memprihatinkan
berkembang dengan salah satu dalam berbagai sektor seperti sektor
permasalahan yang sedang dihadapi penyediaan sandang, pangan,
yaitu kependudukan. Masalah ini perumahan, lapangan kerja, fasilitas
dapat dilihat salah satunya melalui kesehatan, pendidikan dan
pertumbuhan jumlah penduduk sebagainya. Salah satu cara untuk
dimana dalam kondisi ini dapat menekan angka kelahiran adalah
dikatakan memiliki laju yang tinggi dengan program keluarga
karena tingkat kelahiran di Indonesia berencana (KB) melalui penggunaan
tinggi dan merupakan faktor utama kontrasepsi oleh pasangan usia
laju pertumbuhan penduduk.1 subur.2
Jumlah penduduk Indonesia terus

381
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 4, Oktober 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Dari pelaksanaan program ketidaknyamanan pada saat


Keluarga Berencana sampai pada pemasangan. Faktor eksternal yang
tahun 2017 mampu menghasilkan mempengaruhi pemilihan alat
angka TFR (angka kelahiran) hingga kontrasepsi adalah dukungan suami,
2,4.3 Hal ini masih berada jauh dukungan keluarga, sosial budaya,
dengan harapan maksimum TFR ekonomi dan pelayanan kesehatan
yaitu yang berada pada angka 2,0. di bidang keluarga berencana.
Salah satu strategi program Pelayanan kesehatan dipengaruhi
keluarga Berencana (KB) dalam oleh beberapa faktor yaitu prosedur,
RPJM tahun 2015-2019 ialah petugas, biaya, dan informasi.8
meningkatnya penggunaan metode
kontrasepsi jangka panjang METODE PENELITIAN
(MKJP).4 IUD merupakan salah satu Jenis penelitian adalah
metode kontrasepsi MKJP non explanatory research. Instrumen
hormonal yang efektif dengan satu penelitian berupa lembar kuesioner
kali pemasangan untuk jangka waktu yang berisikan pertanyaan-
yang lama dan mendapatkan pertanyaan sebagai panduan
rekomendasi oleh Koalisi wawancara untuk mengetahui
Perempuan dan Organisasi Profesi tanggapan responden mengenai
(PB-POGI) dan BKKBN sebagai alat variabel penelitian. Variabel bebas
kontrasepsi non hormonal.. Namun penelitian adalah sosial budaya,
pada kenyataannya di Indonesia alat persepsi efek samping dan persepsi
kontrasepsi yang lebih diminati oleh gangguan hubungan seksual.
pasangan usia subur adalah Variabel terikat penelitian adalah
kontrasepsi hormonal atau Pemilihan IUD pada akseptor KB
kontrasepsi non IUD, sementara IUD Wanita.
masih tergolong rendah (5%) dan Populasi penelitian adalah
berada dibawah penggunaan alat seluruh Akseptor KB Wanita yang
KB jenis suntik (29%) dan pil menggunakan IUD dengan jumlah
(12%).5,6 kasus 64 orang dan seluruh
Di Jawa Tengah peserta Akseptor KB Wanita yang
MKJP mencapai 20,06% dengan menggunakan Non IUD dengan
capaian angka akseptor IUD jumlah 1.237 orang.
sebesar 7,28%. Data Profil Penentuan sampel
Kesehatan Kabupaten Semarang, penelitian menggunakan teknik
jumlah total peserta KB baru IUD random sampling sehingga sampel
hanya mencapai 8%.7 Kecamatan kasus penelitian adalah sebagian
Banyubiru merupakan kecamatan Akseptor KB Wanita yang
yang paling rendah dalam cakupan menggunakan IUD dengan jumlah
penggunaan MKJP (19,07%) dari 33 orang dan sampel kontrol
targetnya sebesar 100%. Untuk beberapa Akseptor KB Wanita yang
peserta KB baru IUD di Kecamatan menggunakan Non IUD dengan
Banyubiru hanya mencapai 18,03% jumlah 66 orang. Sehingga total
dan peserta aktif KB IUD sebesar sampel terdapat 99 orang. Analisis
4,77%. terdiri dari analisis univariat, analisis
Kurang diminatinya IUD bivariat dan analisis multivariat.
dapat disebabkan karena kurangnya
pemahaman tentang prosedur
pemasangan juga efek samping dan
adanya persepsi yang salah serta

382
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 4, Oktober 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

HASIL DAN PEMBAHASAN Variabel f %


Tabel 1. Karakteristik Responden Sosial Budaya
Karakteristik f % Tidak Menghambat 41 41,4
Usia (Tahun) Menghambat 58 58,6
21-30 tahun 10 10,1 Persepsi Efek
31-40 tahun 45 45,5 Samping
41-50 tahun 44 44,4 Wajar 53 53,5
Agama Berlebihan 46 46,5
Kristen 1 1,0 Persepsi
Katholik 3 3,0 Gangguan
Islam 95 96,0 Hubungan Seksual
Pendidikan Ringan 59 59,6
tidak tamat Berat 40 40,4
2 2,0
SD/sederajat Tabel 2 menunjukkan bahwa
tamat hasil persentase sosial budaya pada
14 14,1
SD/sederajat kelompok menghambat (58,6%)
tamat lebih besar dibandingkan dengan
23 23,2
SMP/sederajat sosial budaya pada kelompok tidak
tidak tamat menghambat (41,4%) dengan
1 1,0
SMA/sederajat pemilihan IUD. Persentase persepsi
tamat efek samping pada kelompok wajar
41 41,4
SMA/sederajat lebih besar (53,5%) dibandingkan
18,2 dengan persepsi efek samping
tamat
18 kelompok berlebihan (46,5%).
PT/akademi
persentase persepsi gangguan
Pekerjaan hubungan seksual pada kelompok
Tidak ringan (59,6%) lebih besar
52 52,5
Bekerja/IRT dibandingkan persepsi gangguan
Buruh 14 14,1 hubungan seksual pada kelompok
Petani 3 3,0 berat (40,4%).
Pedagang 9 9,1 Tabel 3. Ringkasan Hasil Hubungan
Wiraswasta 1 1,0 Variabel Bebas dan Variabel Terikat
Pegawai Variabel p- OR
5 5,1
Negeri value
Pegawai Sosial Budaya
15 15,2
Swasta dengan Pemilihan 0,614 0,729
Berdasarkan tabel 1 IUD
diketahui bahwa kelompok umur Persepsi Efek
akseptor KB wanita paling banya Samping dengan 0,001 12,688
berada pada usia 31-40 tahun Pemilihan IUD
(45,5%). Mayoritas beragama islam Persepsi
(96,0%). Pendidikan responden Gangguan
terbanyak adalah SMA Hubungan 0,001 46,222
(41,4%).Pekerjaan akseptor KB Seksual dengan
wanita paling banyak sebagai ibu Pemilihan IUD
rumah tangga (52,5%). Sosial Budaya dengan Pemilihan
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Sosial IUD
Budaya, Persepsi Efek Samping Berdasarkan hasil penelitian
dan Persepsi Gangguan Hubungan yang telah dilakukan di Desa
Seksual Banyubiru, Desa Kemambang dan

383
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 4, Oktober 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Desa Wirogomo menunjukkan Penelitian ini sejalan dengan


bahwa tidak adanya hubungan penelitian yang dilakukan oleh
antara sosial budaya dengan Nawirah dimana terdapat hubungan
pemilihan IUD (p-value=0,614;OR= yang signifikan persepsi efek
0,729). samping dengan pemilihan IUD (p-
Menurut peneliti, sedikitnya value 0,001).11 Rata-rata efek
pemilihan IUD ditempat penelitian samping yang dijumpai berupa
dikarenakan belum umumnya alat banyaknya darah menstruasi
IUD sehingga masyarakat masih (43,4%) yang dikeluarkan serta
ragu dengan manfaat, keuntungan waktu menstruasi yang terjadi lebih
serta hasil akhir dari menggunakan lama (21,2%). Persepsi efek
IUD. Terlihat bahwa di lingkungan samping yang lebih dominan dimiliki
akseptor tidak banyak yang memilih oleh akseptor berupa efek takut
IUD ( 89,9%). Rata-rata alat apabila IUD dapat keluar sendiri
kontrasepsi yang digunakan di (70,7%) dan bisa melukai daerah
lingkungan akseptor berupa implant kewanitaan (55,5%), serta
dan suntik, sehingga masyarakat memunculkan rasa malu (68,7%)
lebih banyak memiliki informasi apabila daerah kewanitaan akseptor
mengenai kontrasepsi implant dan dilihat oleh orang lain meskipun
suntik. Dapat dimungkinkan seorang bidan yang sama-sama
kebanyakan akseptor bergantung sebagai seorang wanita, dan akan
dengan lingkungan mereka untuk semakin memunculkan ras malu
memilih alat kontrasepsi. Menurut akseptor apabila yang membantu
hasil penelitian Herni Prastiwi faktor dalam pemasangan IUD seorang
lingkungan dapat mempengaruhi laki-laki.
responden dalam memiliki alat Persepsi Gangguan Hubungan
kontrasepsi dimana dalam penelitian Seksual dengan Pemilihan IUD
ini faktor lingkungan menjadi Berdasarkan hasil penelitian yang
penghalang untuk memilih KB IUD.9 telah dilakukan di Desa Banyubiru,
Hasil penelitian ini sejalan Desa Kemambang dan Desa
dengan Ari Antini yang Wirogomo menunjukkan bahwa ada
menyimpulkan bahwa budaya tidak hubungan yang bermakna persepsi
berhubungan dengan pemilihan IUD gangguan hubungan seksual
(p-value= 0,633). Hal ini dapat dengan pemilihan IUD (p-
terjadi akibat adanya salah value=0,001; OR= 46,222).
pengertian dalam masyarakat Sesuai dengan hasil
mengenai berbagai metode, penelitian Intan, dimana sebanyak
kepercayaan agama, tingkat 44,62% pengguna IUD dapat
pendidikan, persepsi mengenai mengalami gangguan hubungan
risiko kehamilan dan status wanita.10 seksual. Gangguan yang dirasakan
Persepsi Efek Samping dengan berupa nyeri saat bersenggama,
Pemilihan IUD terasanya benang IUD dan
Berdasarkan hasil penelitian meningkatnya cairan yang keluar
yang telah dilakukan di Desa saat senggama.12 Menurut pendapat
Banyubiru, Desa Kemambang dan Mu’tadin, penggunaan IUD dapat
Desa Wirogomo menunjukkan berpengaruh pada kenyamanan
bahwa ada hubungan yang seksual karena menyebabkan
bermakna persepsi efek samping perdarahan post seksual ini
dengan pemilihan IUD (p-value disebabkan karena posisi benang
0,001; OR= 12,688). IUD yang menggesek mulut rahim

384
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 4, Oktober 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

atau dinding vagina sehingga gangguan hubungan seksual berat


menimbulkan pendarahan dan bisa untuk memilih IUD dan persepsi efek
menyebabkan keputihan akan tetapi samping yang wajar memiliki
pendarahan yang muncul hanya pengaruh 5 kali lebih besar
sedikit.13 dibandingkan dengan persepsi efek
Menurut peneliti, persepsi samping yang berlebihan untuk
yang terbentuk dari diri sendiri memilih IUD.
persepsi gangguan hubungan Anggapan bahwa jika
seksual dapat terbentuk juga melalui menggunakan IUD dapat
berbagai macam kejadian atau cerita mengganggu saat berhubungan
yang pernah terjadi di lingkungan seksual sudah menjadi persepsi
akseptor. Hal ini didukung dengan sebagian besar dari responden
komunikasi antar akseptor akseptor non IUD sebanyak 39
dilingkungan sehingga mengetahui akseptor (59,1%) berbeda dengan
informasi mengenai IUD. Apabila akseptor IUD yang merasa tidak
akseptor mendengar informasi baik mengganggu sebanyak 32 (97%).
mengenai IUD, maka akseptor tidak Hal ini diakibatkan dari akseptor non
akan befikir bahwa IUD dapat IUD yang belum pernah
mengganggu hubungan seksual. menggunakan IUD serta rasa takut
Berbeda dengan akseptor yang yang sudah dimiliki sejak awal.
mendengar informasi buruk Berdasarkan penelitian Intan
mengenai IUD maka dapat Riyadhul, gangguan seksual terjadi
dimungkinkan akseptor memiliki pada 44,62% akseptor IUD yang
persepsi IUD dapat mengganggu mengalami gangguan hubungan
saat berhubungan seksual. seksual setelah menggunakan IUD.
Tabel 4. Hasil Analisis Multivariat Gangguan hubungan seksual yang
Regresi Logistik dengan Metode dialami oleh responden berupa nyeri
Backward saat senggama, terasanya benang
Variabel Exp. IUD oleh pasangan saat senggama,
B Sig.
Bebas (B) rasa tidak nyaman saat senggama
14.
Persepsi
Efek 1,624 0,013 5,072 KESIMPULAN
Samping 1. Terdapat 99 akseptor KB wanita
Persepsi dengan persentase 33%
Gangguan akseptor IUD wanita dan 67%
3,158 0,003 23,518 akseptor non IUD wanita.
Hubungan
Seksual Persentase terbesar pada sosial
Berdasarkan nilai Exp (B) dapat budaya adalah menghambat
diketahui bahwa variabel persepsi (58,6%), persepsi efek samping
efek samping dan persepsi adalah wajar (53,5%) dan
gangguan hubungan seksual persepsi gangguan hubungan
merupakan variabel yang seksual adalah ringan (59,6%).
berpengaruh terhadap pemilihan 2. Akseptor KB memiliki sosial
IUD di Desa Banyubiru, Desa budaya yang lebih menghambat
Kemambang dan Desa Wirogomo, (58,6%) dibandingkan dengan
Kecamatan Banyubiru, Kabupaten sosial budaya yang tidak
Semarang. Persepsi gangguan menghambat (41,4%), persepsi
hubungan seksual ringan memiliki efek samping wajar (53,5%)
pengaruh 23 kali lebih besar dibandingkan dengan persepsi
dibandingkan dengan persepsi efek samping berlebihan

385
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 4, Oktober 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

(46,5%), persepsi gangguan masyarakat sekitar mengenai


hubungan seksual ringan informasi efek samping,
(59,6%) dibandingkan dengan gangguan hubungan seksual
persepsi gangguan hubungan dan dampak yang akan
seksual berat (40,4%). terjadi jika menggunakan IUD
3. Tidak ada hubungan yang sehingga secara perlahan
bermakna antara sosial budaya dapat mengurangi salah
dengan pemilihan KB IUD pada pengertian mengenai IUD
akseptor KB (p-value = 0,614;OR pada akseptor KB serta
= 0,729) menyadarkan, meningkatkan
4. Ada hubungan yang bermakna kepercayaan masyarakat
antara persepsi efek samping terhadap fungsi IUD.
dengan pemilihan KB IUD pada 2. Bagi Wanita Pasangan Usia
akseptor KB wanita (p-value = Subur (PUS)
0,001;OR = 12,688) a. Wanita PUS perlu lebih
5. Ada hubungan yang bermakna percaya dengan berbagai
antara persepsi gangguan informasi mengenai IUD yang
hubungan seksual dengan disampaikan bidan, dokter
pemilihan KB IUD pada akseptor atau PPKBD yang
KB (p-value = 0,001;OR = bertanggungjawab terhadap
46,222) penggunaan IUD
6. Ada pengaruh bersama-sama dibandingkan dengan
variabel bebas terhadap informasi yang didapatkan
pemilihan IUD pada akseptor KB melalui perbincangan atatu
wanita yaitu persepsi efek rumor yang beredar di
samping (p- masyarakat sehingga dapat
value=0,013;Exp(B)=5,072) merubah persepsi kurang baik
dengan persepsi gangguan wanita PUS terhadap IUD.
hubungan seksual (p- b. Wanita harus lebih sadar
value=0,003;Exp(B)=23,518) untuk menambah informasi
tentang penggunaan dan efek
SARAN samping IUD baik langsung
1. Bagi Bidan dan Petugas kepada bidan, dokter atau
Lapangan Keluarga Berencana PPKBD maupun melalui
(PLKB) dan PPKBD media sehingga tidak ada
a. Bidan, PLKB dan PPKBD salah pengertian mengenai
dapat bekerjasama dengan persepsi efek samping
melakukan Komunikasi, maupun gangguan hubungan
Informasi dan Edukasi (KIE) seksual selama penggunaan
mengenai efek samping, IUD.
gangguan hubungan seksual
dan dampak yang akan DAFTAR PUSTAKA
terjadi jika menggunakan IUD 1. Bernadus JD, Agnes Madianung,
sehingga segala informasi Gresty Masi. Faktor-Faktor Yang
mengenai IUD dapat Berhubungan Dengan Bagi
tersampaikan. Akseptor Kb Di Puskesmas
b. PPKBD dapat lebih Jailolo. e-Ners. 2013;1(1):1-10.
membantu dengan 2. Wijhati ellyda R. Pengaruh
melakukan komunikasi Faktor Budaya Terhadap Pemilik
interpersonal kepada IUD pada PUS di Puskesman

386
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 4, Oktober 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Sewon II Kabupaten Bantul DIY Akseptor KB Terhadap


Tahun 2011. 2011;90. Pemilihan Metode AKDR di
3. BKKBN, BPS KK. Survei Wilayah Kerja Puskesmas
Demografi dan Kesehatan Anggadita Kabupaten Karawang.
Indonesia Tahun 2017. Badan 2015.
Kependudukan dan Keluarga 11. Nawirah, Iksan M, Rahma.
Berencana Nasional. 2017. Faktor yang Mempengaruhi
4. Badan Pembangunan Nasional. Pemilihan Kontrasepsi IUD di
Buku 2 Rencana Jangka Wilayah Kerja Puskesmas
Menengah Nasional 2015-2019 Wonomulyo Kecamata
Agenda Pembangunan Bidang Wonomulyo Kabupaten Polman.
(The National Development Plan Artik FKM Unhas. 2013:1-10.
2015-2019 Sectoral 12. Intan Riyadhul Zannah; Ida
Development Agenda). 2014;II:1- Maryati; Restuning Widiasih.
887. Gambaran Keluhan-Keluhan
5. Imelda Margaretha Saragih. Akibat Penggunaan Alat
Faktor-Faktor Yang Kontrasepsi IUD Pada Akseptor
Berhubungan Dengan Pemilihan IUD Di Wilayah Kerja
Penggunaan Metode Puskesmas Sukajadi Kota
Kontrasepsi Non IUD Pada Bandung. 2011:1-20.
Akseptor KB Wanita Usia Subur 13. Intan Riyadhul Zannah; Ida
di Kelurahan Bandarharjo Maryati; Restuning Widiasih.
Semarang Utara. 2017;(6):67-72. Gambaran Keluhan-Keluhan
6. Wulandari S. Hubungan Faktor Akibat Penggunaan Alat
Sosial Budaya Dengan Kontrasepsi IUD Pada Akseptor
Keikutsertaan KB IUD di IUD Di Wilayah Kerja
Puskesmas Mergangsan Kota Puskesmas Sukajadi Kota
Yogyakarta Tahun 2013. Bandung. 2011
2015;10:17-23.
7. Kab.Semarang D. Profil
Kesehatan Kabupaten
Semarang Tahun 2017.; 2018.
8. Ningsih. Faktor – Faktor Yang
Berhubungan Dengan
Penggunaan Alat Kontrasepsi
Dalam Rahim (AKDR) Pada
Daerah Jumlah Cakupan Akdr
Tinggi dan Jumlah Cakupan
Akdr Rendah Di Kota Pontianak.
2017.
9. Herni Prastiwi; Dhesi Ari Astuti
K. Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Pemilihan Alat
Kontrasepsi Iud Pada Akseptor
KB di Puskesmas Sewon 1
Kecamatan Sewon Kabupaten
Bantul Provinsi D.I Yogyakarta
Tahun 2010. 2010.
10. Antini A, Trisnawati I. Hubungan
Pengetahuan, Sikap dan Budaya

387
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 4, Oktober 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

388

You might also like