Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

SEPA : Vol. 15 No.

2 Februari 2019 : 180 – 191 ISSN : 1829-9946


DOI: https://doi.org/10.20961/sepa.v15i2.27594

ANALISIS KETERSEDIAAN BAHAN BAKU DAN NILAI TAMBAH PRODUK MANISAN


PADA AGROINDUSTRI “REZEKI MORO” DI DESA PESUCEN
KECAMATAN KALIPURO KABUPATEN BANYUWANGI

*Inkatama Kharismawanti dan Djoko Soejono


Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Jember
*Corresponding author: inkatamakharismawanti@gmail.com

Abstract: Candied fruit is one of the processed foods which favored by many people.
One of the sweets agro-industry that exists in Pesucen, Kalipuro, Banyuwangi is
Rezeki Moro agro-industry. This study aimed to find out: 1) the stock level of raw
materials of candid fruit in Rezeki Moro agro-industry, 2) the optimal time to reorder
raw materials, and 3) the amount of added value of fruit after being processed into
candied fruit. The data analysis used was the analysis of raw materials availability
using EOQ and ROP methods and value-added. The result of the study showed that
the need for raw material such as nutmeg was 30 kilograms, while the number of
economical orders with the EOQ method was 73 kilograms. The need for tamarind
was 25 kilograms, while the number of economical orders with the EOQ method was
32 kilograms, also the need for ceremai (Phyllantus acidus) was 50 kilograms while
the number of economical orders with the EOQ method was 60 kilograms. The level of
reordering of raw materials from all sweets product in Rezeki Moro agro-industry was
efficient since the ROP point was smaller than the EOQ point. The processing of
candied nutmeg provided an added value of Rp. 9,848.00 (39.39%). The added value
of processing candied tamarind is Rp. 17,468.00 (46%). Furthermore, the processing
of candied ceremai has added value Rp. 12,548.00 with a value-added ratio of 43.5%.

Keywords: nutmeg, tamarind, ceremai, availability of raw materials, added value

Abstrak: Manisan buah adalah salah satu bentuk makanan olahan yang banyak
disukai oleh masyarakat. Salah satu Agroindustri manisan yang ada di Desa Pesucen
Kecamatan Kalipuro Kabupaten Banyuwangi adalah Agroindustri Rezeki Moro.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) tingkat persediaan bahan baku manisan
buah pada agroindustri manisan Rezeki Moro, (2) waktu optimal pemesanan kembali
bahan baku (3) besarnya nilai tambah buah setelah dijadikan manisan buah. Analisis
data menggunakan analisis ketersediaan bahan baku dengan metode EOQ dan ROP
serta nilai tambah. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan bahan baku pala
adalah sebesar 30 kilogram sedangkan jumlah pemesanan ekonomis dengan metode
EOQ adalah sebesar 73 kilogram. Kebutuhan bahan baku asem adalah sebesar 25
kilogram sedangkan jumlah pemesanan ekonomis dengan metode EOQ adalah sebesar
32 kilogram, begitu juga dengan Kebutuhan bahan baku ceremai adalah sebesar 50
kilogram sedangkan jumlah pemesanan ekonomis dengan metode EOQ adalah sebesar
60 kilogram. Tingkat pemesanan kembali bahan baku dari semua produk manisan
pada Agroindustri Manisan Buah Rezeki Moro adalah efisien, dikarenakan nilai ROP
lebih kecil daripada nilai EOQ. Pengolahan manisan pala memberikan nilai tambah
sebesar Rp. 98,48,00 (39,39%). Nilai tambah pengolahan manisan asem sebesar Rp.
17.468,00 (46%). Selain itu, pengolahan manisan ceremai memiliki nilai tambah
sebesar Rp. 12.548,00 (43,5%).

Kata Kunci: pala, asam, ceremai, ketersediaan bahan baku, nilai tambah

180
Inkatama K., Djoko Soejono : Analisis Ketersediaan Bahan Baku dan Nilai Tambah…

PENDAHULUAN Agroindustri kecil manisan buah “Rezeki


Moro” yang ada di Desa Pesucen masih belum
Agroindustri merupakan suatu kegiatan yang melakukan perhitungan biaya persediaan
mengolah bahan yang dihasilkan dari usaha berdasarkan metode pengendalian bahan baku
pertanian dalam arti luas baik dari tanaman tertentu yang ditunjang dengan sistem
pangan, non pangan, peternakan maupun pencatatan persediaan bahan baku yang baik.
perikanan. Agroindustri merupakan Pemesanan bahan baku yang selama ini
industrialisasi di bidang pertanian dalam rangka dilakukan yaitu hanya ketika ingin membuat
peningkatan nilai tambah dan daya saing manisan maka pelaku usaha saat itu juga harus
produk pertanian. Agroindustri adalah solusi memesan bahan baku seperti pala dan asem,
yang paling penting untuk menjembatani karena banyaknya saingan yang melakukan
keinginan konsumen dan karakteristik produk usaha manisan juga bisa jadi bahan baku yang
pertanian yang variatif dan tidak bisa disimpan. diinginkan kurang mencukupi sehingga
(Kurniasari et al., 2015). mengganggu proses produksi manisan karena
Manisan buah adalah salah satu bentuk pemesanan bahan baku lebih kecil dari pada
makanan olahan yang banyak disukai oleh yang seharusnya, hal itu pula yang akan
msyarakat. Rasanya manis dan bercampur mengganggu pelaku usaha dalam memperoleh
dengan rasa khas buah yang sangat cocok untuk keuntungan yang lebih besar.
dinikmati diberbagai kesempatan dan paling Penelitian ini bertujuan untuk
banyak disajikan pada saat hari raya Idul Fitri. mengetahui: 1) pengendalian persediaan bahan
Manisan kering adalah produk olahan yang baku yang optimal, 2) waktu optimal
berasal dari buah-buahan dimana pemesanan kembali dan 3) nilai tambah
pemasakaannya dengan menggunakan gula manisan buah pada agroindustri manisan
kemudian dikeringkan. Produk ini mempunyai “Rezeki Moro” di Desa Pesucen Kecamatan
beberapa keuntungan diantarannya, bentuknya Kalipuro Kabupaten Banyuwangi.
lebih menarik, lebih awet volume serta
bobotnya yang lebih kecil sehingga mudah METODOLOGI PENELITIAN
diangkut, karena sebelum jadi manisan produk
pertanian khususnya buah-buahan mudah rusak Penentuan daerah penelitian dalam penelitian
dan tidak tahan lama (Hidayat, 2009). ini adalah secara sengaja (Purposive method).
Kecamatan Kalipuro merupakan salah Purposive method merupakan metode yang
satu Kecamatan di Kabupaten Banyuwangi digunakan dalam penentuan lokasi yang
yang merupakan pusat oleh-oleh manisan buah dilakukan secara sengaja berdasarkan
yang sudah terkenal dan di jual ke toko-toko pertimbangan-pertimbangan tertentu
dan pusat oleh-oleh Banyuwangi, Malang (Sugiyono, 2014). Penelitian ini dilaksanakan
hingga Surabaya dan Kalimantan. Salah satu di Desa Pesucen Kecamatan Kalipuro
Desa yang hampir sebagian warganya bekerja Kabupaten Banyuwangi. Metode yang
sebagai pembuat manisan adalah di Desa digunakan dalam penelitian ini adalah metode
Pesucen. Sebuah Desa yang banyak sekali deskriptif dan analitis. Metode ini
ditemui sejumlah halaman rumah sedang menggabungkan dua metode penelitian yakni
menjemur tumpukan-tumpukan buah yang metode deskriptif dan metode analitis.
sedang dalam proses pengeringan, seperti Penelitian deskriptif bertujuan untuk
manisan pala, asem, crème, belimbing wuluh, mendeskripsikan secara sistematis, faktual, dan
tomat, pepaya dan mangga yang diiris yang akurat terhadap suatu populasi atau daerah
bersalut gula diatas anyaman bambu. tertentu mengenai berbagi sifat dan faktor
Agroindustri kecil manisan buah “Rezeki tertentu, pencarian fakta dengan interpretasi
Moro” merupakan salah satu agroindustri yang yang tepat (Suryabrata, 2002; Nazir, 2003).
ada di Desa Pesucen yang juga membuat 7 Metode analitis digunakan untuk menganalisis
manisan buah diantaranya yaitu manisan pala, mengenai ketersediaan bahan baku, kapan
asem, cerme, tomat, belimbing wuluh, pepaya waktu optimal pemesanan kembali bahan baku
dan mangga, akan tetapi untuk manisan yang di serta untuk menganalisis secara mendalam
buat setiap harinya dan pasti ada pesanan tetap menganai nilai tambah yang kemudian
yaitu manisan pala, asam dan ceremai. diinterpretasikan (Rianse, 2009).

181
Inkatama K., Djoko Soejono : Analisis Ketersediaan Bahan Baku dan Nilai Tambah…

Metode pengumpulan data yang kekurangan stock bahan baku yakni dengan
digunakan dalam penelitian ini menggunakan menggunakan rumus reorder point (ROP).
data primer dan data sekunder. Data primer Rumus ROP adalah sebagai berikut:
adalah data yang diperoleh peneliti secara
langsung, sedangkan data sekunder adalah data ROP = safety stock + (lead time x A)
yang diperoleh peneliti dari sumber yang ada
yang diperoleh dari pihak lain atau data primer Keterangan:
yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan oleh ROP : Reorder point
pihak tertentu (Djaelani, 2013). Metode Safety stock : Persediaan pengaman
Analisis data untuk menjawab rumusan Lead time : Waktu tunggu
masalah yang pertama mengenai ketersedian A : Penggunaan bahan baku rata-
bahan baku menggunakan alat analisis rata per hari
Economic Order Quantity (EOQ) sebagai
berikut (Harming dan Nurnajamuddin, 2007): Teknik analisis data untuk menjawab rumusan
1. Jumlah pembelian bahan baku buah yang masalah ketiga mengenai besarnya nilai tambah
optimal di agroindustri manisan “Rezeki dari proses pengolahan buah menjadi manisan.
moro” dapat dihitung dengan menggunakan Nilai tambah menggambarkan imbalan bagi
rumus EOQ sebagai berikut: tenaga kerja, modal dan manajemen yang dapat
dinyatakan secara metematik. Menurut
Sudiyono (2002) rumus matematiknya dalah
EOQ = Q =
sebagai berikut:
Keterangan: Nilai tambah = f (K, B, T, U, H, h, L)
EOQ : Jumlah pembelian optimal bahan
baku manisan per bulan (kg) Keterangan:
D : Jumlah pembelian optimal bahan K : Kapasitas produksi
baku manisan (kg) B : Bahan baku yang digunakan
S : Biaya pemesanan bahan baku T : Tenaga kerja
manisan per bulan (Rp) U : Upah tenaga kerja
H : Biaya peyimpanan bahan baku H : Harga output
manisan per Kg (Rp) h : Harga bahan baku
L : Nilai input lain
2. Biaya total persediaan bahan baku dapat
diketahui dengan menggunakan rumus TIC Menurut Sudiyono (2002), Untuk menghitung
(Total Inventary Cost) sebagai berikut: nilai tambah dapat menggunakan formulasi
sebagai berikut:
VA = NP – IC
TIC = (S) + (H)
Keterangan:
Keterangan: VA : Nilai tambah (value added) atau nilai
TIC : Biaya total persediaan optimal tambah manisan
bahan baku (Rp) NP : Nilai produksi yakni harga jual manisan
Q : Jumlah pembelian optimal bahan per satuan bahan baku
baku per bulan (Rp) IC : Intermediate cost yakni biaya-biaya
D : Jumlah pembelian bahan baku per yang menunjang selama produksi
bulan (kg) manisan selain biaya tenaga kerja
S : Biaya pemesanan bahan baku per
bulan (Rp) Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh dapat
H : Biaya penyimpanan bahan baku disimpulkan besar atau tingkat perolehan nilai
per kg (Rp) tambah proses pengolahan manisan dengan
menggunakan kriteria pengambilan keputusan,
Teknik analisis data untuk menjawab rumusan adalah sebagai berikut: 1)VA > 0, proses
masalah kedua mengenai kapan waktu pengolahan manisan mampu memberikan nilai
pemesanan kembali bahan baku yang tepat tambah positif; VA < 0, proses pengolahan
sehingga tidak mengalami kelebihan dan

182
Inkatama K., Djoko Soejono : Analisis Ketersediaan Bahan Baku dan Nilai Tambah…

manisan mampu memberikan nilai tambah bahan baku sejumlah 0,1%. Penyusutan
negatif. merupakan kondisi penurunan kuantitas
bahan baku pala yang disimpan akibat
HASIL DAN PEMBAHASAN kerusakan yang dialami oleh agroindustri
manisan buah Rezeki Moro selama proses
Tingkat Pemesanan Bahan Baku Pala Pada penyimpanan maupun disebabkan oleh
Agroindustri Manisan Buah Rezeki Moro kondisi beberapa kilogram pala yang
Di Desa Pesucen ternyata kualitasnya tidak sesuai untuk
Analisis persediaan bahan baku pala yang diolah.
digunakan untuk membuat manisan pala pada
agroindustri manisan buah Rezeki Moro pada Biaya penyimpanan yang harus
penelitian ini menggunakan satuan waktu satu dibayarkan oleh agroindustri manisan buah
bulan. Produksi manisan pala dilakukan secara Rezeki Moro untuk tiap bahan baku yang
rutin sebanyak dua kali dalam seminggu, dalam dipesan adalah Rp. 6.300,00 yang diperoleh
kurun waktu satu bulan manisan pala di dari biaya penyusutan bahan baku sebesar
produksi sebanyak delapan (8) kali. Bahan Rp.210 per kilogram bahan baku dikalikan
baku juga rutin di pesan setiap tiga atau empat dengan jumlah bahan baku yang dipesan yakni
hari sekali ataupun dua kali dalam seminggu sebesar 30 kilogram untuk setiap satu kali
dengan jumlah pemesanan 30 kg untuk setiap pemesanan. Agroindustri manisan buah Rezeki
satu kali pemesanan. Pala sebagai bahan baku Moro dalam satu bulan melakukan pemesanan
utama dalam pembuatan manisan pala dibeli sebanyak delapan (8) kali dengan jumlah bahan
dari petani yang ada. Biaya persedian yang baku yang dipesan sebanyak 30 kilogram.
terdapat dalam sistem persediaan Agroindustri Biaya penyimpanan yang harus dibayarkan
manisan buah Rezeki Moro adalah sebagai untuk satu kali pemesanan bahan baku adalah
berikut: Rp. 6.300,00, sehingga apabila dalam satu
1. Biaya Pemesanan bulan pemesanan bahan bahan baku dilakukan
Biaya pemesanan terdiri dari biaya telepon sebanyak delapan kali maka biaya
dan biaya transportasi. Biaya telepon penyimpanan yang harus dibayarkan oleh
untuk setiap pemesanan pala adalah agroindustri manisan buah Rezeki Moro selama
sebesar Rp. 3.000,00 dan biaya satu bulan adalah sebesar Rp. 50.400,00.
transportasi untuk setiap pemesanan Berikut merupakan hasil analisis persediaan
adalah sebesar Rp. 20.000,00, maka biaya bahan baku pala dengan menggunakan metode
pemesanan untuk setiap delapan (8) kali Economic Order Quantity (EOQ).
dalam satu bulan, sehingga menghasilkan Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui
perhitungan untuk total biaya pemesanan bahwa kebutuhan pala sebagai bahan baku per
dalam satu bulan adalah sebesar Rp. bulan adalah 240 kg, biaya pemesanan
184.000,00. agroindustri manisan buah Rezeki Moro per
2. Biaya Penyimpanan pesanan adalah sebesar Rp. 23.000,00 dan
Harga pala yang dipesan oleh agroindustri biaya penyimpanan per penyimpanan adalah
adalah sebesar Rp.1.400,00. Penyusutan sebesar Rp. 2.100,00.

Tabel 1. Tingkat Pemesanan Pala yang Ekonomis pada Agroindustri Rezeki Moro dalam Kurun Waktu Satu
Bulan.
Parameter Satuan Hasil Parameter Satuan Hasil
Demand Rate (D) Kg 240 Optimal Order Kg 72,51
Quantity (Q*)
Setup Cost (S) Rp 23.000 Maximum Inventory Kg 72,51
Holding Cost (H) Rp 2.100 Average Inventory Kg 36,25
Lead Time hari 1 Orders Per Period Kali 3,31
Annual Setup Cost Rp 76.131,47
Annual Holding Cost Rp 76.131,46
Sumber: Data Primer, (2018)

183
Inkatama K., Djoko Soejono : Analisis Ketersediaan Bahan Baku dan Nilai Tambah…

Berdasarkan hasil analisis Economic yang dilakukan Agroindustri Manisan Buah


Order Quantity (EOQ) yang telah dilakukan Rezeki Moro dan jumlah pemesanan ekonomis
diperoleh hasil bahwa Agroindustri manisan dengan menggunakan metode EOQ. Jumlah
buah Rezeki Moro memiliki jumlah pemesanan pemesanan pala yang dilakukan oleh
pala yang ekonomis (EOQ) sebesar 72,51 agroindustri manisan buah sebesar 30 kilogram
kilogram atau sebesar 73 kilogram, artinya nilai dalam sekali pemesanan atau pemesanan yang
ini merupakan jumlah pemesanan yang dilakukan dua kali dalam seminggu.
meminimalkan total biaya persediaan yang Berdasarkan hasil analisis menggunakan
harus di bayarkan. Besar jumlah pemesanan metode EOQ jumlah pemesanan ekonomis pala
optimum hasil analisis Economic Order sebesar 72,51 kilogram atau dibulatkan menjadi
Quantity (EOQ) yang lebih kecil dari 73 kilogram. Biaya pemesanan dan biaya
kebutuhan pala dalam satu bulan menunjukkan penyimpanan masing-masing yang harus
bahwa pemesanan bahan baku yang selama ini dibayarkan oleh agroindustri manisan buah
telah dilakukan agroindustri manisan buah apabila jumlah pemesanan 30 kilogram adalah
belum ekonomis, sehingga hipotesis dapat Rp. 184.000,00 dan Rp. 50.400,00 dengan total
diterima. Untuk memenuhi kebutuhan pala biaya persediaan sebesar Rp. 234.000,00 untuk
dalam satu bulan dengan meminimumkan total total pemesanan yang dilakukan selama satu
biaya persediaan, seharusnya agroindustri bulan.
manisan buah Rezeki Moro melakukan Berdasarkan hasil analisis dengan
pemesanan sebesar 72,51 kilogram atau menggunakan metode Economic Order
dibulatkan menjadi 73 kilogram untuk setiap Quantity (EOQ) menunjukkan bahwa
pemesanan pala yang dilakukan dengan penggunaan metode EOQ pada kondisi
frekuensi pemesanan selama satu bulan adalah persediaan yang dilakukan agroindustri
3,31 kali atau dibulatkan menjadi 3 kali manisan buah Rezeki Moro dapat
pemesanan bahan baku pala dalam satu bulan. meminimalkan total biaya persediaan. pada
Berikut merupakan perbandingan jumlah hasil analisis menunjukkan bahwa penggunaan
persediaan ekonomis dengan metode EOQ dan bahan baku ekonomis maupun penggunaan
jumlah persediaan yang dilakukan oleh total persediaan yang ada pada agroindustri
Agroindustri Manisan Buah Rezeki Moro lebih besar didandingkan dengan menggunakan
dengan periode watu satu (1) bulan. metode EOQ. Total biaya persediaan tanpa
menggunakan metode EOQ yaitu sebesar Rp
Tabel 2. Pebandingan Jumlah Persediaan Ekonomis 234.000,00, dan total biaya persediaan dengan
EOQ dan Jumlah Persediaan Agroindustri menggunakan metode EOQ yaitu sebesar Rp.
Manisan dalam Waktu Satu Bulan 152.263,00.hal tersebut menunjukkan bahwa
No. Kriteria Persediaan kondisi yang dilakukan oleh Agroindustri
Metode Agroindus- Manisan Buah selama ini tidak ekonomis
EOQ tri manisan
sehingga hipotesis dapat diterima.
1. Jumlah 72,51 30
pemesanan (Kg)
2. Biaya 76.131 184.000 Tingkat Pemesanan Bahan Baku Asem Pada
pemesanan per Agroindustri Manisan Buah Rezeki Moro Di
bulan (Rp) Desa Pesucen
Biaya 76.131 50.400 1. Biaya Pemesanan
penyimpanan Biaya pemesanan yang harus dibayarkan
per bulan (Rp) yaitu oleh agroindustri manisan buah
Total biaya 152.263 234.400 Rezeki Moro untuk pembelian asem
persediaan (Rp) sebagai bahan baku pembuatan manisan
Selisih total 82.137 asem cenderung tetap yaitu sebesar Rp.
biaya persediaan
184.000,00 untuk setiap bulannya, dengan
(Rp)
Sumber: Data Primer, (2018)
kondisi pemesanan tiap bulan yaitu
sebanyak delapan kali. Tiap satu kali
Berdasarkan Tabel 2. dapat diketahui melakukan pemesanan asem biaya yang
bahwa perbandingan antara jumlah pemesanan harus dibayarkan yaitu sebesar Rp 23.00,00
yaitu terdiri dari biaya telepon atau biaya

184
Inkatama K., Djoko Soejono : Analisis Ketersediaan Bahan Baku dan Nilai Tambah…

komunikasi dan biaya transportasi atau Berdasarkan Tabel 3.diketahui bahwa


biaya pengangkutan kebutuhan asem sebagai bahan baku per bulan
2. Biaya penyimpanan adalah 200 kg, dengan biaya pemesanan per
Harga asem yang dipesan oleh agroindustri pesanan adalah sebesar Rp. 23.000,00 dan
adalah sebesar Rp.7.000,00, dengan biaya penyimpanan per penyimpanan adalah
penyusutan sebesar 0,1%. Penyusutan sebesar Rp. 8.750,00. Berdasarkan hasil
merupakan kondisi penurunan kuantitas analisis Economic Order Quantity (EOQ) yang
bahan baku asem yang disimpan akibat telah dilakukan diperoleh hasil bahwa
kerusakan yang dialami oleh agroindustri Agroindustri manisan buah Rezeki Moro
manisan buah Rezeki Moro selama proses memiliki jumlah pemesanan asem yang
penyimpanan maupun disebabkan oleh ekonomis (EOQ) sebesar 34,43 kilogram atau
kondisi beberapa kilogram asem yang dibulatkan menjadi 34 kilogram, artinya nilai
ternyata kualitasnya tidak sesuai untuk ini merupakan jumlah pemesanan yang
diolah. Biaya penyimpanan yang harus meminimalkan total biaya persediaan yang
dibayarkan oleh agroindustri manisan buah harus di bayarkan. Besar jumlah pemesanan
Rezeki Moro untuk tiap bahan baku yang optimum hasil analisis Economic Order
dipesan adalah sebesar Rp.21.875,00 yang Quantity (EOQ) yang lebih kecil dari
diperoleh dari biaya penyusutan bahan kebutuhan asem dalam satu bulan menunjukkan
baku sebesar Rp. 857,00 per kilogram bahwa pemesanan bahan baku yang selama ini
bahan baku dikalikan dengan jumlah bahan telah dilakukan agroindustri manisan buah
baku yang dipesan yakni sebesar 25 belum ekonomis, sehingga hipotesis dapat
kilogram untuk setiap satu kali pemesanan. diterima. Untuk memenuhi kebutuhan asem
Agroindustri manisan buah Rezeki Moro dalam satu bulan dengan meminimumkan total
dalam satu bulan melakukan pemesanan biaya persediaan, seharusnya agroindustri
sebanyak delapan (8) kali dengan jumlah manisan buah Rezeki Moro melakukan
bahan baku yang dipesan sebanyak 25 pemesanan sebesar 34 kilogram untuk setiap
kilogram. Biaya penyimpanan yang harus pemesanan asem yang dilakukan dengan
dibayarkan untuk satu kali pemesanan frekuensi pemesanan selama satu bulan adalah
bahan baku adalah Rp.21.875,00, sehingga 6,17 kali atau dibulatkan menjadi 6 kali
apabila dalam satu bulan pemesanan bahan pemesanan bahan baku asem dalam satu bulan.
bahan baku dilakukan sebanyak delapan Tabel 4 merupakan perbandingan jumlah
kali maka biaya penyimpanan yang harus persediaan ekonomis dengan metode EOQ dan
dibayarkan oleh agroindustri manisan buah jumlah persediaan yang dilakukan oleh
Rezeki Moro selama satu bulan adalah Agroindustri Manisan Buah Rezeki Moro
sebesar Rp. 175.000,00. Berdasarkan biaya dengan periode watu satu 1 bulan.
pemesanan dan biaya penyimpanan yang Berdasarkan Tabel 4. dapat diketahui
telah diketahui, maka dapat dianalisis bahwa perbandingan antara jumlah pemesanan
tingkat persediaan bahan baku asem yang yang dilakukan Agroindustri Manisan Buah
dilakukan agroindustri manisan buah Rezeki Moro dan jumlah pemesanan ekonomis
Rezeki Moro dengan metode Economic dengan menggunakan metode EOQ.
Order Quantity (EOQ).

Tabel 3.Tingkat Pemesanan Asem yang Ekonomis pada Agroindustri Rezeki Moro dalam Satu Bulan.
Parameter Satuan Hasil Parameter Satuan Hasil
Demand Rate (D) Kg 200 Optimal Order Kg 32,43
Quantity (Q*)
Setup Cost (S) Rp 23.000 Maximum Inventory Kg 32,43
Holding Cost (H) Rp 8.750 Average Inventory Kg 16,21
Lead Time hari 1 Orders Per Period Kali 6,17
Annual Setup Cost Rp 141.862,6
Annual Holding Cost Rp 141.862,6
Sumber: Data Primer, (2018)

185
Inkatama K., Djoko Soejono : Analisis Ketersediaan Bahan Baku dan Nilai Tambah…

Tabel 4. Perbandingan jumlah persediaan ekonomis Tingkat Pemesanan Bahan Baku Ceremai
EOQ dan Agroindustri Pada Agroindustri Manisan Buah Rezeki
No Kriteria Persediaan Moro Di Desa Pesucen
Metode Agro 1. Biaya Pemesanan
EOQ industri Biaya pemesanan yang harus dibayarkan
manisan yaitu oleh agroindustri untuk pembelian
1. Jumlah pemesanan 32,43 25 ceremai sebagai bahan baku pembuatan
(Kg) manisan ceremai cenderung tetap yaitu
2. Biaya pemesanan 141.863 184.000 sebesar Rp. 224.000,00 untuk setiap
per bulan (Rp) bulannya, dengan kondisi pemesanan tiap
Biaya penyimpanan 141.863 175.000
per bulan (Rp)
bulan yaitu sebanyak delapan kali. Tiap
Total biaya 283.725 359.000 satu kali melakukan pemesanan asem biaya
persediaan (Rp) yang harus dibayarkan yaitu sebesar Rp
Selisih total biaya 72.275 28.00,00 yaitu terdiri dari biaya telepon
persediaan (Rp) dan biaya transportasi. Biaya telepon
Sumber: Data Primer, (2018) kurang lebih sebesar Rp.3000,00 untuk
menentukan jumlah yang dipesan dan
Jumlah pemesanan asem yang dilakukan prosedur pengirimannya. Biaya
oleh agroindustri manisan buah sebesar 25 pengangkutan sebesar Rp. 25.000,00 yang
kilogram dalam sekali pemesanan atau merupakan biaya untuk pengiriman dari
pemesanan yang dilakukan dua kali dalam Ketapang ke lokasi agroindustri.
seminggu. Berdasarkan hasil analisis 2. Biaya penyimpanan
menggunakan metode EOQ jumlah pemesanan Harga ceremai yang dipesan oleh
ekonomis asem sebesar 32,43 kilogram atau agroindustri adalah sebesar Rp.2.500,00,
dibulatkan menjadi 32 kilogram. Biaya dengan penyusutan sebesar 0,1%.
pemesanan dan biaya penyimpanan masing- Penyusutan merupakan kondisi penurunan
masing yang harus dibayarkan oleh kuantitas bahan baku asem yang disimpan
agroindustri manisan buah apabila jumlah akibat kerusakan yang dialami oleh
pemesanan 25 kilogram adalah Rp. 184.000,00 agroindustri manisan buah Rezeki Moro
dan Rp.175.000,00 dengan total biaya selama proses penyimpanan maupun
persediaan sebesar Rp. 359.000,00 untuk total disebabkan oleh kondisi beberapa kilogram
pemesanan yang dilakukan selama satu bulan. ceremai yang ternyata kualitasnya tidak
Berdasarkan hasil analisis dengan sesuai untuk diolah.Biaya penyimpanan
menggunakan metode Economic Order yang harus dibayarkan oleh agroindustri
Quantity (EOQ) menunjukkan bahwa manisan buah Rezeki Moro untuk tiap
penggunaan metode EOQ pada kondisi bahan baku yang dipesan adalah sebesar
persediaan yang dilakukan agroindustri Rp. 31.250,00 yang diperoleh dari biaya
manisan buah Rezeki Moro dapat penyusutan bahan baku sebesar Rp. 625,00
meminimalkan total biaya persediaan. Pada per kilogram bahan baku dikalikan dengan
hasil analisis menunjukkan bahwa penggunaan jumlah bahan baku yang dipesan yakni
bahan baku ekonomis maupun penggunaan sebesar 50 kilogram untuk setiap satu kali
total persediaan yang ada pada agroindustri pemesanan. Agroindustri manisan buah
lebih besar dibandingkan dengan menggunakan Rezeki Moro dalam satu bulan melakukan
metode EOQ. Total biaya persediaan tanpa pemesanan sebanyak delapan (8) kali
menggunakan metode EOQ yaitu sebesar Rp dengan jumlah bahan baku yang dipesan
234.000,00, dan total biaya persediaan dengan sebanyak 50 kilogram. Biaya penyimpanan
menggunakan metode EOQ yaitu sebesar Rp. yang harus dibayarkan untuk satu kali
152.263,00. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemesanan bahan baku adalah Rp.
kondisi yang dilakukan oleh Agroindustri 31.250,00, sehingga apabila dalam satu
Manisan Buah selama ini tidak ekonomis bulan pemesanan bahan bahan baku
sehingga hipotesis dapat diterima. dilakukan sebanyak delapan kali maka
biaya penyimpanan yang harus dibayarkan
oleh agroindustri manisan buah Rezeki

186
Inkatama K., Djoko Soejono : Analisis Ketersediaan Bahan Baku dan Nilai Tambah…

Tabel 5. Tingkat Pemesanan Ceremai yang Ekonomis pada Agroindustri Rezeki Moro dalam Kurun Waktu
Satu Bulan.
Parameter Satuan Hasil Parameter Satuan Hasil
Demand Rate (D) Kg 4000 Optimal Order Quantity (Q*) Kg 59,87
Setup Cost (S) Rp 28.000 Maximum Inventory Kg 59,87
Holding Cost (H) Rp 6.250 Average Inventory Kg 29,93
Lead Time hari 1 Orders Per Period Kali 6,68
Annual Setup Cost Rp 187.082,9
Annual Holding Cost Rp 187.082,9
Sumber: Data Primer, (2018)

Tabel 6. Perbandingan jumlah persediaan ekonomis EOQ dan jumlah persediaan Agroindustri Manisan
dalam waktu satu bulan
No. Kriteria Persediaan
Metode EOQ Agroindustri manisan
1. Jumlah pemesanan (Kg) 60 50
2. Biaya pemesanan per bulan (Rp) 187.083 224.000
Biaya penyimpanan per bulan (Rp) 187.083 250.000
Total biaya persediaan (Rp) 374.165 474.000
Selisih total biaya persediaan (Rp) 99.835
Sumber: Data Primer, (2018)

Moro selama satu bulan adalah sebesar Rp. kebutuhan ceremai dalam satu bulan
250.000,00. Berdasarkan biaya pemesanan menunjukkan bahwa pemesanan bahan baku
dan biaya penyimpanan yang telah yang selama ini telah dilakukan agroindustri
diketahui, maka dapat dianalisis tingkat manisan buah belum ekonomis, sehingga
persediaan bahan baku ceremai yang hipotesis dapat diterima. Untuk memenuhi
dilakukan agroindustri manisan buah kebutuhan ceremai dalam satu bulan dengan
Rezeki Moro dengan metode Economic meminimumkan total biaya persediaan,
Order Quantity (EOQ). Berikut merupakan seharusnya agroindustri manisan buah Rezeki
hasil analisis persediaan bahan baku Moro melakukan pemesanan sebesar 60
ceremai dengan menggunakan metode kilogram untuk setiap pemesanan ceremai yang
Economic Order Quantity (EOQ). dilakukan dengan frekuensi pemesanan selama
satu bulan adalah 6,68 kali atau dibulatkan
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui menjadi 7 kali pemesanan bahan baku ceremai
bahwa kebutuhan ceremai sebagai bahan baku dalam satu bulan. Jumlah persediaan ekonomis
per bulan adalah sebesar 400 kg, biaya akan dicapai ketika biaya pemesanan ceremai
pemesanan Agroindustri manisan buah Rezeki sama dengan biaya penyimpanan ceremai.
Moro per pesanan adalah sebesar Rp. 28.000,00 Berikut merupakan perbandingan jumlah
dan biaya penyimpanan per penyimpanan persediaan ekonomis ceremai dengan metode
adalah sebesar Rp. 6.2500,00. Berdasarkan EOQ dan jumlah persediaan yang dilakukan
hasil analisis Economic Order Quantity (EOQ) oleh Agroindustri Manisan Buah Rezeki Moro
yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa dengan periode watu satu bulan berdasarkan
Agroindustri manisan buah Rezeki Moro Tabel 6. Jumlah pemesanan ceremai yang
memiliki jumlah pemesanan pala yang dilakukan oleh agroindustri manisan buah
ekonomis (EOQ) sebesar 59,87 kilogram atau sebesar 50 kilogram dalam sekali pemesanan
sebesar 60 kilogram, artinya nilai ini atau pemesanan yang dilakukan dua kali dalam
merupakan jumlah pemesanan yang seminggu.
meminimalkan total biaya persediaan yang Berdasarkan hasil analisis menggunakan
harus di bayarkan. Besar jumlah pemesanan metode EOQ jumlah pemesanan ekonomis
optimum hasil analisis Economic Order ceremai sebesar 59,87 kilogram atau dibulatkan
Quantity (EOQ) yang lebih kecil dari menjadi 60 kilogram. Biaya pemesanan dan

187
Inkatama K., Djoko Soejono : Analisis Ketersediaan Bahan Baku dan Nilai Tambah…

biaya penyimpanan masing-masing yang harus Tabel.7. Hasil perhitungan Tingkat Pemesanan
dibayarkan oleh agroindustri manisan buah Kembali Bahan Baku Pala
apabila jumlah pemesanan 25 kilogram adalah Parameter Nilai Parameter Nilai
Rp. 224.000,00 dan Rp.250.000,00 dengan total Lead Time 1 Re-Order 30
biaya persediaan sebesar Rp. 474.000,00 untuk (Hari) Point
(ROP) (Kg)
total pemesanan yang dilakukan selama satu
Kebutuhan 30
bulan. BB/produksi
Berdasarkan hasil analisis dengan (Kg)
menggunakan metode Economic Order Safety Stock 0
Quantity (EOQ) menunjukkan bahwa Sumber: Data Primer, (2018)
penggunaan metode EOQ pada kondisi
persediaan yang dilakukan agroindustri Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa
manisan buah Rezeki Moro dapat pemesanan pala sebagai bahan baku
meminimalkan total biaya persediaan. Pada pembuatan manisan pala memiliki waktu
hasil analisis menunjukkan bahwa penggunaan tunggu atau waktu tenggang (Lead time)
bahan baku ekonomis maupun penggunaan selama satu hari dengan kebutuhan bahan
total persediaan yang ada pada agroindustri baku pala untuk setiap satu kali proses
lebih besar dibandingkan dengan menggunakan produksi yaitu sebesar 30 kilogram.
metode EOQ. Total biaya persediaan tanpa Agroindustri Manisan Buah Rezeki Moro
menggunakan metode EOQ yaitu sebesar Rp tidak memiliki cadangan pengaman (Safety
474.000,00, dan total biaya persediaan dengan stock), sehingga didapatkan nilai Re-Order
menggunakan metode EOQ yaitu sebesar Point (ROP) sebesar 30 kilogram. Nilai
Rp.374.165,00. Hal tersebut menunjukkan ROP tersebut diperoleh berdasarkan jumlah
bahwa kondisi yang dilakukan oleh unit permintaan setiap kali produksi yang
Agroindustri Manisan Buah selama ini tidak dikali dengan Lead time ditambah dengan
ekonomis sehingga hipotesis dapat diterima. Safety stock atau cadangan pengaman. Nilai
Re-Order Point (ROP) yang lebih rendah
Tingkat Pemesanan Kembali Bahan Baku dari jumlah pemesanan ekonomis
Pada Agroindustri Manisan Buah Rezeki (Economic Order Quantity / EOQ)
Moro menunjukkan bahwa tingkat pemesanan
Tingkat pemesanan kembali dapat dianalisis kembali bahan baku pala pada Agroindustri
dengan menggunakan analisis Reorder Point. Manisan Buah Rezeki Moro adalah tidak
pemesanan kembali dilakukan dengan mengalami kekurangan bahan baku.
memperhatikan jumlah penggunaan bahan aku
selama waktu tunggu, jika pemesanan terlalu 2. Tingkat Pemesanan Kembali Bahan Baku
cepat makan akan menimbulkan tambahan Asem Pada Agroindustri Manisan Buah
biaya untuk proses penyimpanan bahan baku, Rezeki Moro.
namun juga sebaliknya apabila bahan baku Pemesanan kembali bahan baku asem dapat
yang dipesan lebih lambat maka juga akan dijelaskan menggunakan tabel sebagaimana
mengganggu jalannya proses produksi manisan yang disajikan pada Tabel 8. Pemesanan
atau bahkan produksi manisan buah terpaksa di asem sebagai bahan baku pembuatan
hentikan karena telatnya pemesanan bahan manisan asem memiliki waktu tunggu atau
baku, sehingga sangat penting mengetahui waktu tenggang (Lead time) selama satu
kapan waktu pemesanan kembali atau Reorder hari dengan kebutuhan bahan baku asem
Point. untuk setiap satu kali proses produksi yaitu
sebesar 25 kilogram. Agroindustri
1. Tingkat Pemesanan Kembali Bahan Baku Manisan Buah Rezeki Moro tidak memiliki
Pala Pada Agroindustri Manisan Buah cadangan pengaman (Safety stock),
Rezeki Moro. sehingga didapatkan nilai Re-Order Point
Pemesanan kembali bahan baku pala dapat (ROP) sebesar 30 kilogram.
dijelaskan pada Tabel 7.

188
Inkatama K., Djoko Soejono : Analisis Ketersediaan Bahan Baku dan Nilai Tambah…

Tabel. 8 Hasil perhitungan Tingkat Pemesanan Re-Order Point (ROP) yang lebih rendah
Kembali Bahan Baku Asem dari jumlah pemesanan ekonomis
Parameter Nilai Parameter Nilai (Economic Order Quantity / EOQ)
Lead Time 1 Re-Order 25 menunjukkan bahwa tingkat pemesanan
(Hari) Point (ROP) kembali bahan baku ceremai pada
(Kg)
Agroindustri Manisan Buah Rezeki Moro
Kebutuhan 25
BB/produksi adalah tidak mengalami kekurangan bahan
(Kg) baku.
Safety Stock 0
Nilai Tambah Manisan Buah Pada
Sumber: Data Primer, (2018) Agroindustri Manisan Buah Rezeki Moro
Tabel 10 menggambarkan besarnya nilai
Nilai ROP tersebut diperoleh berdasarkan tambah manisan pala, asam dan ceremai pada
jumlah unit permintaan setiap kali produksi Agroindustri Manisan Buah Rezeki Moro dapat
yang dikali dengan Lead time ditambah dilihat pada Tabel 10. Harga manisan pala yang
dengan Safety stock atau cadangan sudah dalam kemasan memiliki nilai jual
pengaman. Nilai Re-Order Point (ROP) sebesar Rp.27.000,00 per kilogram. Harga ini
yang lebih rendah dari jumlah pemesanan merupakan nilai yang diterima oleh
ekonomis menunjukkan bahwa tingkat Agroindustri Manisan Buah Rezeki Moro dari
pemesanan kembali bahan baku asem penjualan manisan pala. Harga input nilai
adalah tidak mengalami kekurangan bahan bahan baku (pala dan gula) adalah sebesar Rp.
baku. 12.400,00 per kilogram. Biaya input lain seperti
3. Tingkat Pemesanan Kembali Bahan Baku kemasan, stiker sebesar Rp. 2.752.00. Nilai
Ceremai Pada Agroindustri Manisa Buah manisan pala merupakan hasil perkalian dari
Rezeki moro faktor konversi dengan harga jual manisan pala.
Pemesanan kembali bahan baku ceremai Niali output manisan pala yang dihasilkan pada
diilustrasikan pada Tabel 9. Pemesanan pengolahan pala menjadi manisan pala adalah
ceremai sebagai bahan baku pembuatan Rp. 25.000 per kilogram, artinya nilai manisan
manisan ceremai memiliki waktu tunggu pala yang dihasilkan dengan pengolahan setiap
atau waktu tenggang (Lead time) selama 1 kilogram pala adalah Rp. 25.000,00. Nilai
satu hari dengan kebutuhan bahan baku manisan pala ini dialokasikan untuk
ceremai untuk setiap satu kali proses intermediate cost yaitu biaya bahan baku
produksi yaitu sebesar 50 kilogram. berupa pala dan gula dan biaya input lain. Nilai
tambah yang diperoleh dari pengolahan setiap 1
Tabel. 9. Hasil perhitungan Tingkat Pemesanan kilogram pala menjadi manisan pala adalah
Kembali Bahan Baku Ceremai sebesar Rp. 9.848,00. Nilai ini merupakan
Parameter Nilai Parameter Nilai selisih antara nilai manisan pala dan
Lead Time 1 Re-Order Point 50
intermediate cost. Rasio nilai tambah adalah
(Hari) (ROP) (Kg)
39,4%, artinya untuk setiap Rp.100,00 nilai
Kebutuhan 50
manisan pala akan diperoleh nilai tambah
BB/produksi
(Kg) sebesar Rp. 39,4. Hasil pengolahan pala
Safety Stock 0 menjadi manisan pala mempunyai nilai tambah
yang tergolong besar, dan juga dari pengolahan
Sumber: Data Primer, (2018) tersebut mendapatkan nilai tambah yang
positif, sehingga hipotesis diterima.
Agroindustri Manisan Buah Rezeki Moro Nilai tambah yang diperoleh dari
tidak memiliki cadangan pengaman (Safety pengolahan setiap 1 kilogram asem menjadi
stock), sehingga didapatkan nilai Re-Order manisan asem adalah sebesar Rp. 17.648,00.
Point (ROP) sebesar 50 kilogram. Nilai Nilai ini merupakan selisih antara nilai manisan
ROP tersebut diperoleh berdasarkan jumlah asem dan intermediate cost.
unit permintaan setiap kali produksi yang
dikali dengan Lead time ditambah dengan
Safety stock atau cadangan pengaman. Nilai

189
Inkatama K., Djoko Soejono : Analisis Ketersediaan Bahan Baku dan Nilai Tambah…

Tabel 10. Nilai Tambah Pengolahan Manisan pada Agroindustri Manisan Rezeki Moro
No Variabel Formula Nilai Produk
Output, Input dan Harga Pala Asam Ceremai
1. Output manisan (Kg/proses 1 28 25 48
produksi)
2. Input bahan baku (Kg/proses 2 30 25 50
produksi)
3. Input tenaga kerja (Jam/proses 3 40 35 50
produksi)
4. Faktor konversi (4) = (1) / (2) 0,92 0,96 0,96
5. Koefisien tenaga kerja (Jam/kg) (5) = (3) / (2) 1,3 1,4 1
6. Harga manisan (Rp/kg) 6 27.000 40.000 30.000
7. Upah tenaga kerja (Rp/jam) 7 3.750 4.464 3.750
Pendapatan dan Keuntungan

8. Harga input bahan baku (Rp/kg) 8 12.400 18.000 13.500


9. Biaya input lain (Rp) 9 2.752,04 2.752,04 2.752,04
10. Nilai output (Rp/kg) (10) = (4) x (6) 25000 38.400 28.800
11. a. Nilai tambah (Rp/kg) (11a)= (10)-(8)-(9) 9.848 17.648 12.548
b. Rasio nilai tambah (%) (11b)= (11a)/(10)x100 39,39% 46% 43,5%
12. a. Pendapatan tenaga kerja (Rp/kg) (12a)= (5) x(7) 4.875 6.249,6 3.750
b. Pangsa tenaga kerja (Rp) (12b)=(12a)/(11a)x100 49,5% 32,46% 30%
13. a. Keuntungan (Rp/kg) (13a)=(11a)-(12a) 4.973 11.398 8.798
b. Rasio keuntungan (%) (13b)=(13a)/(11)x100 50,49% 64,5% 70%
Sumber: Data Primer, (2018)

Rasio nilai tambah adalah 46%, artinya untuk rasio keuntungan ini menunjukkan bahwa
setiap Rp.100,00 nilai manisan asem akan pengolahan asem menjadi manisan asem
diperoleh nilai tambah sebesar Rp.46. Hasil memberikan keuntungan yang layak bagi
pengolahan asem menjadi manisan asem Agroindustri Manisan Buah Rezeki Moro
mempunyai nilai tambah yang tergolong besar, sehingga pengolahan manisan buah ini bisa
dan juga dari pengolahan tersebut mendapatkan terus diusahakan.
nilai tambah yang positif, sehingga hipotesis Nilai tambah yang diperoleh dari
diterima. pengolahan setiap 1 kilogram ceremai menjadi
Keuntungan agroindustri ini adalah manisan ceremai adalah sebesar Rp. 12.548,00.
selisih antara penerimaan yang diperoleh Nilai ini merupakan selisih antara nilai manisan
dengan semua biaya total dalam waktu satu ceremai dan intermediate cost. Rasio nilai
bulan (Rakhmawati, 2018). Keuntungan yang tambah adalah 43,5%, artinya untuk setiap
diperoleh dari proses pengolahan asem menjadi Rp.100,00 nilai manisan ceremai akan
manisan asem adalah Rp. 11.398,00 dengan diperoleh nilai tambah sebesar Rp.43,5. Hasil
rasio keuntungan sebesar 64,5% dari nilai pengolahan manisan ceremai mempunyai nilai
manisan asem. Keuntungan ini merupakan tambah yang tergolong besar, dan juga dari
keuntungan bersih karena sudah pengolahan tersebut mendapatkan nilai tambah
memperhitungkan pendapatan tenaga kerja. yang positif, sehingga hipotesis diterima.
Keuntungan pengolahan ini didapatkan dari Keuntungan yang diperoleh dari proses
hasil pengurangan antara nilai tambah manisan pengolahan ceremai menjadi manisan ceremai
asem dengan pendapatan tenaga kerja, adalah Rp.8.798,00 dengan rasio keuntungan
sedangkan rasio keuntungan didapatkan dari sebesar 70% dari nilai manisan ceremai.
hasil keuntungan manisan asem itu sendiri Keuntungan ini merupakan keuntungan bersih
dibagi dengan nilai output manisan asem karena sudah memperhitungkan pendapatan
dikalikan dengan 100%. Nilai keuntungan dan tenaga kerja. Nilai keuntungan dan rasio

190
Inkatama K., Djoko Soejono : Analisis Ketersediaan Bahan Baku dan Nilai Tambah…

keuntungan ini menunjukkan bahwa hanya satu untuk pala dan asem serta satu
pengolahan ceremai menjadi manisan ceremai pemasok untuk bahan baku ceremai, sehingga
memberikan keuntungan yang layak bagi apabila tidak mendapat kiriman bahan baku
Agroindustri Manisan Buah Rezeki Moro maka proses produksi akan terhenti, untuk itu
sehingga pengolahan manisan buah ini bisa diperlukan lagi pemasok bahan baku dari
terus diusahakan. pemasok lain.

KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA

Kesimpulan Djaelani. 2013. Teknik Pengumpulan Data


1. Tingkat pemesanan bahan baku manisan dalam Penelitian Kualitatif. Majalah
buah pada Agroindustri Manisan Buah Ilmiah Pawiyatan, 20(1), 8293.
Rezeki Moro tidak ekonomis. Kebutuhan
bahan baku pala adalah sebesar 30 Harming, M. dan Nurnajamuddin, M. 2007.
kilogram sedangkan jumlah pemesanan Manajemen Produksi Modern. Jakarta:
ekonomis dengan metode EOQ adalah Bumi Aksara.
sebesar 73 kilogram. Kebutuhan bahan
baku asem adalah sebesar 25 kilogram Hidayat, N. 2009. Pengembangan Produk dan
sedangkan jumlah pemesanan ekonomis Teknologi Proses. Jurnal Teknologi dan
dengan metode EOQ adalah sebesar 32 Industri Pangan, 1(1): 110.
kilogram, begitu juga dengan Kebutuhan
Kurniasari, E., Kusnandar., F. Widadie. 2014.
bahan baku ceremai adalah sebesar 50
Analisis Nilai Tambah Manisan Carica
kilogram sedangkan jumlah pemesanan
di Kabupaten Wonosobo. Skripsi.
ekonomis dengan metode EOQ adalah
Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas
sebesar 60 kilogram.
Maret. Surakarta.
2. Tingkat pemesanan kembali bahan baku
dari semua produk manisan pada Nazir, M. 2003. Metodologi Penelitian. Ghalia
Agroindustri Manisan Buah Rezeki Moro Indonesia, Jakarta.
adalah efisien, dikarenakan nilai ROP
lebih kecil daripada nilai EOQ. Rakhmawati, A., Marwanti, S. dan Setyowati.
3. Produk manisan buah pada Agroindustri 2018. Strategi Pengembangan Industri
Manisan Buah Rezeki Moro memberikan Bandeng Presto Bu Jumiati Di
nilai tambah yang positif. Pengolahan pala Kecamatan Juwana Kabupaten Pati.
menjadi manisan pala memberikan nilai SEPA, 15(1), 28 – 38
tambah sebesar Rp. 98,48,00 dengan rasio
nilai tambah sebesar 39,39%. Pengolahan Rianse, A. 2009. Metodologi Penelitian
asem menjadi manisan asem memberikan Sosial dan Ekonomi (Teori Dan
nilai tambah sebesar Rp. 17.468,00 dengan Aplikasi). Bandung: Alfabeta.
rasio nilai tambah sebesar 46%.
Pengolahan ceremai menjadi manisan Sudiyono, A. 2002. Pemasaran Pertanian.
ceremai juga memberikan nilai tambah Malang: Universitas Muhammadiyah
sebesar Rp. 12.548,00 dengan rasio nilai Malang.
tambah sebesar 43,5%.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif,
Saran Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Agroindustri Manisan Buah Rezeki Moro Suryabrata, S. 2002. Metodologi Penelitian.
sebaiknya menambah pemasok bahan baku, Jakarta: Rajawali.
karena hingga saat ini pemasok bahan baku

191

You might also like