Analisis Keberhasilan Revegetasi Pasca Tambang Batubara Di Pd. Baramarta Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

Jurnal Sylva Scienteae Vol. 03 No.

1 Februari 2020 ISSN 2622-8963 (media online)

ANALISIS KEBERHASILAN REVEGETASI PASCA TAMBANG


BATUBARA DI PD. BARAMARTA KABUPATEN BANJAR
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Analysis of Post-Coal Mining Revegetation Success in
PD. Baramarta District Banjar South Kalimantan Province
Ahmad Rizal, Kissinger, dan Syam’ani
Jurusan Kehutanan
Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat
ABSTRACT. The implementation of mining activities often causes environmental damage so it
must be followed by reclamation and revegetation activities. The purpose of this study is to
analyze the success of post-coal revegetation based on the percentage aspects of plant growth,
species diversity, percentage of health, tree diameter and height and increment in PD.
Baramarta Banjar Regency, South Kalimantan Province.The data collected is primary taken
from plots of 10 mx 50 m, the main stand were measured by se veral plots that size10 mx 10 m,
of sampling were measured in plot size 5 mx 5 m, natural plants seedling and understorey were
measured in plot size 2 mx 2 m, the secondary data were collected from institution of stake
holder.The highest growth percentage of the five research plots based on planting years was in
2014 (100%), plot 2016 (90.32%) and plot 2017 (100%). Conecluded that the revegetation
succes are very good because its succes were above 90%, the diversity of understorey in
reclamatation land is still low, especially for the sampling level while seedling levels are not
found on the land, plants in the five research plots are classified as healthy because 4 out of 5
plots measured the healthy percentage of plants over 90%, increment of diameter and height of
sengon laut trees and sengon buto is higher than the type of acacia, tread of diameter and
height revegetation relative better than first year after planting and decreasing with getting older
age of plants
Keywords: Postmining; revegetation; reclamation; diversity of types; percentage growing;
percentage of health.
ABSTRAK. Pelaksanaan kegiatan pertambangan seringkali menyebabkan kerusakan
lingkungan sehingga harus selalu diikuti dengan kegiatan reklamasi dan revegetasi. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk untuk menganalisis keberhasilan revegetasi pasca tambang
batubara berdasarkan aspek persentase tumbuh tanaman, keragaman jenis, persentase
kesehatan, diameter dan tinggi pohon serta riap di PD. Baramarta Kabupaten Banjar Provinsi
Kalimantan Selatan. Data yang dikumpulkan berupa data primer yang meliputi pembuatan plot
dengan ukuran 10 m x 50 m, tanaman pokok revegetasi diukur dalam petak 10 m x 10 m,
tumbuhan alami tingkat pancang 5 m x 5 m, tumbuhan alami tingkat semai dan tumbuhan
bawah 2 m x 2 m, dan juga pengumpulan data sekunder berupa data yang diperoleh dari pihak
atau instansi terkait mengenai revegetasi pasca tambang. Persentase tumbuh tertinggi dari
kelima petak penelitian berdasarkan tahun tanam terdapat pada tahun 2014 sebesar 100%,
2016 sebesar 90,32% dan 2017 sebesar 100%, bisa dikatakan baik sekali berdasarkan kategori
karena keberhasilannya diatas 90%, Keragaman jenis tumbuhan bawah di lahan reklamasi
masih rendah, terlebih untuk tingkat pancang sedangkan tingkat semai tidak ditemukan pada
lahan tersebut, Tanaman pada lima petak penelitian tergolong sehat karena 4 dari 5 petak
pengukuran persentase sehat tanaman lebih dari 90%, riap diameter dan tinggi pohon sengon
laut dan sengon buto lebih tinggi dari jenis akasia, dalam segi diameter dan tinggi pada tahun
pertama pasca penanaman relatif tinggi dan menurun seiring bertambahnya umur tanaman.
Kata kunci : Pascatambang; revegetasi; reklamasi; keragaman jenis; persentumbuh;
persentase kesehatan.
Penulis untuk korespondensi: surel: ahmad95rizal@gmail.com

13
Jurnal Sylva Scienteae Volume. 03 No. 1 Edisi Februari 2020

PENDAHULUAN Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang akan dilakukan


Pertambangan adalah salah satu dari menggunakan 2 metode pengumpulan
sekian banyak kegiatan pemanfaatan dan data, yaitu:
pengelolaan SDA yang berupaya memenuhi
1. Pengumpulan data primer.
keperluan manusia dan ikut serta sebagai
penyumbang tertinggi untuk devisa negara. Pengumpulan data primer dilakukan
Adanya aktivitas pertambangan seringkali dengan mengambil data langsung di
menyebabkan kerusakan lingkungan lapangan. Adapun pengambilan data primer
sehingga harus selalu diikuti dengan yang dilakukan di lapangan yaitu untuk
kegiatan reklamasi dan revegetasi. mengetahui persentase tumbuh, jumlah
Berdasarkan Peraturan Menteri ESDM tumbuhan/ha, komposisi jenis tumbuhan
Nomor 7 Tahun 2014, lahan pasca tambang dan pertumbuhan tanaman, serta kesehatan
harus melakukan aktivitas reklamasi dengan tanaman.
tujuan mengembalikan keadaan areal
seperti semula. 2. Pengumpulan data sekunder.
Data sekunder adalah data yang
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor:
diperoleh dari pihak atau instansi terkait
P.4/Menhut-II/2011 tentang Pedoman
mengenai revegatsi lahan pasca tambang.
Reklamasi Pasca Pertambangan Dalam
Tepatnya pada PD. Baramarta Kabupaten
Areal Hutan mengatakan kalau semua
Banjar Provinsi Kalimantan Selatan.
perusahaan tambang dan energi
mempunyai kewajiban untuk melakukan
reklamasi areal pasca pertambangan atas Analisis Data
areal hutan yang dipinjam-pakai. Kegiatan
analisis harus dilakukan untuk mengetahui Pengolahan data dilakukan untuk
status keberhasilan terlaksananya reklamasi mendapatkan nilai persentase tumbuh dan
yang sudah dilakukan oleh pengelola persentase kesehatan tanaman yang
tambang. Berdasarkan uraian diatas serta menunjukkan daya tumbuh dan performa
mengingat pentingnya suatu lahan untuk tanaman. Data diameter dan tinggi tanaman
dilakukan analisis keberhasilan areal pasca juga dilakukan pengolahan untuk
mendapatkan nilai rata-rata diameter dan
tambang.
tinggi tanaman dengan kondisi sehat,
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk kurang sehat dan merana. Berikut uraian
menganalisis keberhasilan revegetasi pasca dari pengolahan data yang dilakukan:
tambang batu bara berdasarkan aspek
persentase tumbuh tanaman, keragaman 1. Persentase tumbuh tanaman
jenis, persentase kesehatan, diameter dan Persentase tumbuh tanaman merupakan
tinggi pohon serta riap di PD. Baramarta hasil perbandingan antara jumlah tanaman
Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan yang hidup dengan jumlah tanaman yang
Selatan. Kemudian manfaat penelitian ini, ditanam pada plot contoh yang diamati. Nilai
peneliti berharap bisa dipakai oleh pihak persentase tumbuh tanaman dihitung
pengelola untuk acuan analisa terhadap menggunakan rumus menurut (Putri 2012),
aktivitas revegetasi lahan yang sudah di ∑ℎ𝑖
dengan persamaan: 𝑇 = ∑𝑁𝑖 × 100%.
kelola sebagai pertimbangan dalam
melakukan revegetasi di masa yang akan Keterangan: T = persen tumbuh tanaman
datang. (%), hi = jumlah tanaman yang hidup pada
plot ke-i, Ni = jumlah tanaman yang ditanam
pada plot ke-i
METODE PENELITIAN
2. Komposisi keragaman Jenis
Analisis data yang digunakan pada
Alat penelitian ini berupa: Kenaekaragaman
Jenis (H’). Keanekaragaman jenis adalah
Peta Lokasi penelitian di PD. Baramarta, parameter yang sangat berguna untuk
GPS (Global Positioning System), Pita ukur mengetahui tingkat keanekaragaman jenis:
diameter, Meteran 50 meter, Clinometer,
Tali rapia, Tally sheet, Laptop, Alat tulis,
Kamera.

14
Rizal, A. et al. 2020. Analisis Keberhasilan Revegetasi … (03): 13 - 25

𝒏𝒊 𝒏𝒊 Keterangan:
[( ) 𝒍𝒏 ( )]
𝐇′ = - ∑𝒔𝒊=𝟏 𝑵 𝑵 d = rata-rata diameter (cm),
t = rata-rata tinggi (m),
Keterangan: ti = diameter dan tinggi pohon ke-i,
H’ = Indeks Keanekaragaman Shannon- n = jumlah pohon yang diukur.
Wiener, Rata-rata riap diameter dan tinggi pohon
s= Jumlahjenis, diukur dengan rumus sebagai berikut:
ni= Kerapatan jenis ke-i, _
N= Total kerapatan. 𝑑
Riap rata-rata diameter = 𝑢𝑚𝑢𝑟 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛 , Riap
_
𝑡
rata-rata tinggi =
𝑢𝑚𝑢𝑟 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛
3. Persentase kesehatan tanaman
Persentase kesehatan tanaman
merupakan hasil perbandingan antara HASIL DAN PEMBAHASAN
jumlah tanaman sehat dengan jumlah
tanaman yang hidup pada plot yang diamati.
Nilai persentase kesehatan tanaman Pengamatan dan inventarisasi dilakukan
dihitung dengan persamaan: di lima petak pengamatan dengan luasan
500 meter. Tanaman yang dianalisis dan
∑𝑟𝑖
𝐾 = ∑ℎ𝑖 × 100%. dihitung berdasarkan acuan pertambahan
tumbuhnya yaitu tanaman yang tahun
Keterangan: penananamannya 2010, 2012, 2014, 2016
K = persentase kesehatan tanaman (%), dan 2017. Parameter pertumbuhan yang
R i= jumlah tanaman sehat pada plot ke-i, diukur meliputi persentase tumbuh,
hi = jumlah tanaman yang hidup pada plot kesehatan tanaman, keragaman jenis, tinggi
ke-i. dan diameter tanaman, serta riap. Tanaman
revegetasi yang dianalisis adalah tanaman
sengon.
4. Diameter dan tinggi tanaman
Masing-masing plot contoh dilakukan Persentase Tumbuh dan Sehat Pohon di
perhitungan rata-rata diameter dan rata-rata Lahan Reklamasi
tinggi tanaman untuk tanaman sehat dan
tidak sehat. Persamaan untuk menghitung Nilai persentase pertumbuhan tanaman
rata-rata tinggi dan diameter tanaman dapat dilihat caranya yaitu melakukan
dihitung menggunakan rumus menurut (Putri perbandingan dari total semua tanaman
2012), yaitu sebagai berikut: yang bertahan hidup dengan total semua
_ 𝑛
_ 𝑛
tanaman pada saat melakukan penanaman
𝑑 = ∑𝑖=1 𝑑1 ⁄𝑛 &𝑡 = ∑𝑖=1 𝑡1 ⁄𝑛. pada plot percontohan. Nilai persentase
tumbuh merupakan faktor utama dalam
tingkat keberhasilan revegetasi dilahan
reklamasi pasca tambang.

Tabel 1. Hasil perhitungan persen tumbuh pohon dilahan reklamasi


Jarak Luas Petak Pohon Pohon Persentase
Tahun Kategori
Tanam Pengamatan Ditanam Tumbuh Tumbuh (%)

2010 4x4 m 500 m 31 15 48,39 tidakbaik

2012 4x4 m 500 m 31 22 70,97 agakbaik

2014 4x4 m 500 m 31 31 100,00 baiksekali

2016 4x4 m 500 m 31 28 90,32 baiksekali

2017 4x4 m 500 m 31 31 100,00 baiksekali

15
Jurnal Sylva Scienteae Volume. 03 No. 1 Edisi Februari 2020

Hasil perhitungan persentase tumbuh Persentase tumbuh mengalami


yang disajikan pada Tabel 1 menunjukkan peningkatan pada tahun tanam 2012
bahwa tanaman tahun 2017 dan 2014 menjadi agak baik dengan persentase
memiliki persentase tumbuh tertinggi 70,97% karena pada tahun tersebut lokasi
dengan besar persentase tumbuh 100,00% tempat tumbuh dengan kelerangan 35° dan
dan tanaman yang ditanam tahun 2010 drainase yang sudah cukup baik dan pada
memiliki nilai persen tumbuh terendah, yaitu tahun tanam 2014 meningkat lagi menjadi
sebesar 48,39% karena pada tahun tersebut baik sekali dengan persentase 100% pada
merupakan tahun pertama revegetasi tahun tanam ini areal yang ditanami dekat
dilakukan sehingga penanaman yang dengan sungai diikuti dengan drainase yang
dilakukan masih banyak sekali kekurangan baik dan tempat yang tidak terlalu curam
yang mengakibatkan pertumbuhan tanaman dengan kelerengan 15°. Namun penurunan
menjadi tidak maksimal seperti drainase persentase tumbuh pada tahun 2016 yang
yang masih belum sebaik sekarang dan hanya sebesar 90,32% diduga disebabkan
tempat tumbuh yang terlalu curam dengan oleh faktor eksternal seperti hama penyakit
kelerengan 40°, sehingga mengakibatkan dan iklim mengingat tempat tumbuh pada
banyak pohon yang tumbang serta faktor tahun ini tergolong landai. Diagram
eksternal lainnya. persentase sehat tanaman disajikan pada
Gambar 1.

Persentase Tumbuh (%)


100 90,32 100
200.00%
Axis Title

70,97
100.00% 48,39

0.00%
2010 2012 2014 2016 2017
Hijau = Sengon laut Biru = Sengon buto

Gambar 1. Diagram persentase tumbuh tanaman sengon

Persentase tumbuh tanaman sengon Tingkatan persentase pertumbuhan juga


yang beragam menunjukan bahwa tanah terpengaruh oleh keadaan dan cara
dilahan reklamasi memiliki unsur hara yang bagaimana bibit tersebut dipindahkan, serta
relatif berbeda dengan lahan normal. pula secara perlakuan penanaman dan
Dengan kondisi lahan yang marginal pasca bagaimana cara pemberian pupuk. Bahan
tambang biasanya tanaman tidak tumbuh organik yang terkandung didalam tanah
dengan baik, hal ini dikarenakan sifat fisik tentu menjadi alasan lain dalam berhasilnya
dan kimia tanahnya. Tanah yang baik harus penanaman. Hal ini terjadi karena bahan
memiliki kandungan hara makro dan mikro, organik bisa membuat kesuburan kimia
pH yang normal dan drainase yang baik. menjadi meningkat, biologi tanah maupun
Berdsarkan hal itu maka pada lahan fisika (Pratiwi et al. 2012).
reklamasi sangat dianjurkan untuk mencari
Faktor penting lainya untuk keberhasilan
jenis tanaman yang persyaratan tumbuhnya
revegetasi adalah persentasi sehat tanaman
tidak terlallu sulit, lalu dapat pula tetap
yang ditanaman. Nilai persentase sehat
tumbuh dengan kondisi baik pada jenis
tanaman diperoleh dari perbandingan total
lahan yang unsur haranya miskin dan dapat
keseluruhan tanaman yang tumbuh sehat
tumbuh dengan baik pada kondisi tanah
dengan total keseluruhan tanaman yang
dengan pH rendah serta tingkat kesuburan
tumbuh di dalam plot percontohan.
yang tidak bagus (Istomo et al. 2013).

16
Rizal, A. et al. 2020. Analisis Keberhasilan Revegetasi … (03): 13 - 25

Tabel 2. Hasil perhitungan persentase sehat pohon dilahan reklamasi


Tahun Pohon Hidup Tanaman Sehat Persentase Sehat Kategori
2010 15 10 66,67 Merana
2012 22 21 95,45 Sehat
2014 31 30 96,77 Sehat
2016 28 27 96,43 Sehat
2017 31 30 96,77 Sehat

Tahun 2017 mempunyai nilai persentase mencapai tanah overburden yang diduga
kesehatan tanaman tertinggi sebesar tanah mempunyai kandungan logam berat.
96,77% dan tahun 2010 mempunyai nilai Persentase kesehatan tanaman dari tahun
dengan persentase kesehatan terendah tanam 2012 sampai tahun tanam 2017
dengan nilai 66,67% hal itu disebabkan mengalami peningkatan kesehatan
karena kurangnya perawatan pada awal tanaman. Diagram persentase sehat
dilakukan kegiatan revegetasi serta tanaman disajikan pada Gambar 2.
kemungkinan besar perakaran sudah

Persentase Kesehatan Tanaman (%)


95,45 96,77 96,43 96,77
150.00%
66,67
Axis Title

100.00%
50.00%
0.00%
2010 2012 2014 2016 2017
Hijau = Sengon laut Biru = Sengon buto

Gambar 2. Diagram persentase sehat tanaman sengon

Tanaman revegetasi di lahan reklamasi Komposisi Jenis Tumbuhan Bawah di Lahan


memiliki tingkat kesehatan yang baik (Tabel Reklamasi
2). Kesehatan tanaman biasanya akan
terganggu karena adanya hama penyakit Pengukuran komposisi jenis juga
yang menyerangnya. Selain hama penyakit dilakukan pada tumbuhan bawah dan
faktor lain yang bisa mengakibatkan pancang. Tumbuhan bawah ialah vegetasi
tanaman tidak sehat adalah gulma dan dasar yang berada pada bagian bawah dari
tanaman bawah yang bersifat merugikan, tegakan di dalam hutan yang disana
seperti benalu. Kemampuan tanaman terdapat rerumputan, semak belukar dan
beradaptasi dengan tempat tumbuh juga herba. Dalam stratifikasi hutan hujan tropika,
menjadi faktor penting yang mempengaruhi tumbuhan bagian bawah menempati stratum
kesehatan tanaman. D dan bagian berlapis tumbuhan penutup
tanah pada stratum E (Soerianegara &
Indrawan 2008).

Tabel 3. Hasil perhitungan komposisi jenis tingkat tumbuhan bawah (H’)


Jumlah Komposisi Jenis Tumbuhan Bawah
Tahun Kategori
Jenis (H')
2010 7 0,41 Keragaman rendah
2012 7 0,58 Keragaman rendah
2014 7 1,20 Keragaman rendah
2016 10 1,76 Keragaman rendah
2017 12 2,30 Keragaman sedang

17
Jurnal Sylva Scienteae Volume. 03 No. 1 Edisi Februari 2020

Komposisi jenis tumbuhan bawah dikatakan tinggi jika nilai H’ lebih dari 3
tertinggi diperoleh pada petak tahun tanam (Magurran 1988). Jenis tumbuhan bawah
2017 dengan nilai 2,30. Komposisi jenis yang ditemukan pada petak diantaranya
terendah dengan nilai 0,41 diperoleh dipetak rumput Jari-Jari, rumput Pikang,
tahun tanam 2010. Penurunan intensitas Kekucingan, Serapangan, Kerinyuh
komposisi juga terjadi pada tahun petak (Chromolaena odorata), Kekacangan,
tahun tanam 2012. Peningkatan terjadi pada Melanau, Urang Aring Babi (Eclipta Akba),
petak tahun tanam 2014, 2016 sampai petak Karamunting duduk (Rhodomyrtus
tanam 2017. Namun secara keseluruhan tomentosa), Putri malu (Mimosa pudica),
komposisi jenis tumbuhan bawah di lahan Balaran Tapah, Ilalang (Imperata cylindrica),
revegetasi memiliki keragaman yang rendah Bagang, Pati-pati Ulat, Garut Mamar,
dan sedang. Hal ini karena nilai Bandotan (Ageratum conyzoides), Bilaran
komposisinya kurang dari 3. Berdasarkan Kusan, Bilungkaan, Sampairingan, laus
indek Shannon keragaman jenis dapat (Alpinia galanga) dan Papaikatan.

Tabel 4. Hasil perhitungan komposisi jenis tingkat pancang (H’)


JumlahJeni
Tahun KomposisiJenis Tingkat Pancang(H') Kategori
s
2010 3 0,63 Keragaman rendah
2012 3 0,00 Keragaman rendah
2014 4 2,99 keragaman sedang
2016 1 0,14 Keragaman rendah
2017 2 0,69 keragaman rendah

Komposisi jenis tingkat pancang tertinggi Tumbuhan bawah dianggap sebagai


diperoleh pada petak tanam tahun 2014 vegetasi awal yang dapat melindungi tanah
dengan nilai H’ 2,99 dengan predikat sebelum adanya tanaman pokok. Di lahan
keragaman sedang, karena nilai H’ lebih ada bekas tambang tumbuhan bawah memiliki
diatas 2. Komposisi jenis terendah dengan dampak positif diantaranya untuk
nilai H’ 0,00 dan 0,14 pada petak tanam menstabilkan lahan, tetapi memiliki dampak
tahun 2012 dan 2016. Petak tanam tahun negatif yaitu dapat menjadi pesaing
2016 dan 2017 memiliki nilai H, aksen y pertumbuhan tanaman pokok (Sheoran et
yaitu 0,14 dan 0,69 termasuk kedalam petak al. 2010). Adanya tumbuhan bagian bawah
tanam dengan keragaman rendah karen di lantai hutan memiliki fungsi untuk
nilai H’ kurang dari 2 dan 3. Jenis tanaman menahan hantaman air hujan dan aliran
tingkat pancang yang ditemukan dipetak yang ada permukaan yang akibatnya dapat
ukur diantaranya Mada, Alaban Tulang meminimalisir erosi. Kemudian tumbuhan
(Vitex sp), Sungkai (Peronema canescens), bagian bawah juga sering menjadi indikator
Nangka (Artocarpus heterophyllus) dan suburnya suatu tanah dan menghasilkan
Akasia (Acacia mangium). serasah dengan tujuan peningkatan
suburannya tanah (Pananjung 2013).
Proses penambangan akan merubah
bentang alam dan tutupan tanah secara Keragaman tumbuhan bawah diharapkan
total, sehingga dalam merehabilitasi lahan ada pada tingkat sedang, karena pada
pasca tambang harus dikendalikan. Lahan tingkat keberagaman yang tinggi tumbuhan
pasca tambang diolah sedemikian rupa bawah dapat menjadi penghambat bagi
untuk mengembalikan lahan seperti rona tanaman pokok, terutama yang monokultur.
awal. Tegakan yang ada di lahan revegetasi Sejalan dengan penelitian Mansur (2013)
merupakan tanaman homogen hasil yang menyatakan Tumbuhan bawah atau
budidaya manusia. Kondisi demikian yang tanaman penutup tanah akan menjadi gulma
menyebabkan jenis yang dijumpai di lahan (tanaman pengganggu) atau sebagai
revegetasi hanya sedikit, sehingga kompetitor tanaman pokok yang
memungkinkan jika di lahan revegetasi mengganggu apabila dalam komposisi yang
memiliki keragaman jenis yang rendah belebih. Tanaman bawah ini akan menjadi
(Setiawan et al 2017). kompetitor bagi tanaman pokok. Persaingan
yang terjadi bisa berupa persaingan cahaya,
air, unsur hara, dan naungan. Beberapa

18
Rizal, A. et al. 2020. Analisis Keberhasilan Revegetasi … (03): 13 - 25

jenis gulma juga memiliki sifat merambat, akasia tinggi tertingginya adalah 28 m dan
melilit, atau mencekik tanaman pokok. terendahnya ada di 9 m, lalu untuk diameter
tebesar memiliki ukuraan 14,650 cm dan
Riap Diameter dan Riap Tinggi Pohon di yang terkecil ada pada 7,006 cm.
Lahan Revegetasi Pohon tertinggi pada tahun tanam 2014
yaitu 15 meter dan terendah 7 meter,
Pertumbuhan tegakan adalah sebuah sedangkan diameter terbesar yaitu 23,880
fase pertambahan (riap) dari suatu besaran cm dan 9,554 cm. Tahun tanam 2016 pohon
tegakan dalam suatu periode acak. Besaran tertinggi dan terendah untuk sengon laut
riap tegakan bisa diketahui dari parameter yaitu 8 meter dan 3 meter, dengan diameter
diameter, volume atau tinggi. Oleh sebab itu, terbesar 17,834 cm dan terkecil 5,414 cm,
bentuk dinamis dari pertumbuhan tegakan sedangkan untuk akasia tertinggi pada 9 m
dapat diprediksi dengan memakai sebuah dan terendahnya pada 3 m, lalu untuk
model matematis berbentuk hubungan diameter terkecil adalah 4,140 cm dan
antara parameter pertumbuhan diameter, terbesar 16,561 cm. Pohon tertinggi di tahun
tinggi dan volume dengan umur (Cita 2013). tanam 2017 adalah sengon buto yaitu 3,5
Tahun tanam 2010 pohon tertinggi yaitu 31 meter dan yang terendah 1 meter,
meter dan terendah 10 meter untuk sengon sedangkan diameternya terbesar 7,070 cm
laut, dengan diameter terbesar 45,541 cm dan terkecil 1,592 cm. Nilai riap juga
serta diameter terkecilnya yaitu 18,949 cm, menjadi perhatian penting dalam
kemudian untuk pohon akasia tinggi tertinggi mengetahui tingkat keberhasilan revegetasi
adalah 18 m dan terendah 6 m, dengan di lahan reklamasi pasca tambang.Rerata
diameter terbesar 38,217 cm lalu terkecil riap diameter pohon yang ditanam dilahan
8,917 cm. Tinggi pohon tahun 2012 yang reklamasi disajikan pada Tabel 5.
tertinggi 30 meter dan terendah 21 meter,
sedangkan diameter terbesarnya 39,490 cm
dan terkecilnya 7,006 cm, kemudian untuk

Tabel 5. Diameter pohon yang ditanam di lahan reklamasi


Jenis Jumlah _
Tahun Pohon Diameter ke-i
Pohon 𝑑
2010 29,800 15
2012 27,900 22
Sengon Laut 0,219
2014 15,660 31
2016 10,910 28
Jumlah - 98
Rerata 21,068 -
2017 Sengon Buto 3,646 31 0,118
Jumlah - 31
Rerata 3,646 -
2010 17,150 7
2012 12,100 5
Akasia
2016 6,420 12 0,50
Jumlah - 24
Rerata 11,890 -

Berdasarkan hasil pengukuran diameter tahun tanam 2010. Diameter terendah jenis
pohon setiap petak contoh, diperoleh akasia yaitu 6,420 pada petak tahun tanam
diameter seperti pada Tabel 5. Diameter 2016.
tertinggi pohon sengonlaut yaitu pada petak
Diameter pohon yang ditanam tahun
tanam tahun 2010 yaitu 29,800 cm. Lalu
2017 rendah dikarenakan umur yang masih
terendahnya terdapat pada tahun tanam
muda, diameter antar pohon yang masih
2016 dengan 10,910 m. Kemudian Diameter
kecil, sehingga diameter keseluruhan
pohon sengon buto diperoleh pada petak
pohonnya juga rendah. Nilai rerata diameter
tanam tahun 2017 yaitu 3,646 cm. Jenis
ke-i 21,068 cm untuk jenis sengon laut,
akasia diameter tertinggi yaitu 17,150 pada
3,646 untuk sengon buto dan 11,890 untuk

19
Jurnal Sylva Scienteae Volume. 03 No. 1 Edisi Februari 2020

jenis akasia. Diameter rata-rata adalah Perhitungan riap juga dilakukan untuk
0,219, 0,118 juga 0,50 cm untuk setiap jenis tinggi pohon, sehingga perlu dilakukan
pohon. Data keseluruhan diameter perhitungan tinggi pohon secara
digunakan untuk mengetahui rerata keseluruhan pada setiap petak tanam.
diameter untuk perhitungan riap pohon
berdasarkan umur pohon.

Tabel 6. Tinggipohon yang ditanam di lahanreklamasi


Jenis Jumlah _
Tahun Pohon Tinggi Pohonke-i
Pohon 𝑡
2010 19,467 15
2012 23,045 22
Sengon Laut 0,179
2014 12,065 31
2016 5,464 28
Jumlah - 96
Rerata 17,144 -
2017 Sengon Buto 2,561 31 0,083
Jumlah - 31
Rerata 2,561 -
2010 13,430 7
2012 Akasia 13,400 5
2016 4,920 12 0,441
Jumlah - 24
Rerata 10,583 -

Tinggi pohon sengon tertinggi yaitu maka diperoleh tinggi rata-ratanya sebesar
23,045 meter pada petak tanam 2012. 0,179 meter sedangkan sengon buto
Tinggi ini merupakan penjumlahan tinggi mempunyai rerata 2,561 meter dan jumlah
seluruh pohon yang terdapat dipetak tanam, pohon 31, maka diperoleh tinggi rata-
kemdian tinggi terendahnya ada pada tahun ratanya sebesar 0,083 meter. Tinggi rerata
2016 sebesar 5,464 m. Jumlah tinggi pohon pohon akasia untuk tahun tanam 2010 dan
sengonbuto yang ada di petak 2017 yaitu 2012 selisih 0,30 dengan tinggi mencapai
2,561 meter pada petak tanam tahun 2017. 13,400. Akasia termasuk tanaman cepat
Sejalan dengan jumlah diameternya, tinggi tumbuh dan pionir.
pohon yang ditanam pada tahun 2017
Nilai rerata diameter dan tinggi pohon ke-
tentunya saja rendah, hal ini dikarenakan
i kemudian digunakan untuk mengetahui
umur yang masih muda, pertumbuhannya
besarnya riap pohon disetiap petak tanam.
masih berlangsung. Dari penjumlahan
Riap ini diperoleh dengan membandingkan
seluruh tinggi pohon sengon laut dengan
masing-masing diameter dan tinggi pohon
rerata 17,144 meter dan jumlah pohon 96,
dengan umur tanaman.

Tabel 7. Riap diameter dan tinggi pohon yang di lahan reklamsi berdasarkan umur tanaman

Umur Tanaman Jenis Pohon Riap Diameter Riap Tinggi


8 0,027 0,022
6 0,037 0,030
Sengon Laut
4 0,055 0,045
2 0,110 0,090
1 Sengon Buto 0,118 0,083
8 0,062 0,055
6 Akasia 0,083 0,073
2 0,248 0,220

20
Rizal, A. et al. 2020. Analisis Keberhasilan Revegetasi … (03): 13 - 25

Penambahan diameter pohon dengan sangat signifikan pada sengon. Setelah


umur 8 tahun yaitu 0,027 cm pertahun untuk umur 3 tahun, sengon masih melakukan
jenis sengon laut, 0,118 cm untuk jenis pertumbuhan akan tetapi tidak lebih besar
sengon buto dan 0,062 cm untuk jenis dari pada umur 0-3 tahun.
akasia. Diameter riap tertinggi pohon
Akasia tidak ditanam namun tumbuh
sengon laut dan sengon buto yang ditanam
secara alami pada lahan revegetasi. Jenis
pada tahun 2016 dan 2017 yaitu 0,110 cm,
ini bisa menyesuaikan diri dengan baik di
0,118 cm dan jenis akasia sebesar 0,248
berbagai jenis tanah dan juga kondisi
cm. Tingginya riap diameter tanaman yang
lingkungan yang beragam pula. Akasia bisa
ditanam 2017 didasarkan pada umur
bertumbuh dengan cepat pada lokasi yang
tanaman yang muda, sehingga sel-sel
tingkat nutrisi tanahnya rendah, bahkan
pertumbuhan membelah dan berkembang
pada tanah yang asam dan mengalami
dengan baik. Riyanto & Pamungkas (2010)
penurunan. Jenis ini masih bisa tumbuh baik
dalam penelitiannya di Kediri mengatakan
pada tanah berjenis laterit, yaitu
bahwa riap diameter optimum sengon
mengandung oksida besi juga aluminium
terpenuhi apabila tegakan umurnya 2 tahun
tinggi (Otsamo et al. 2002). Umumnya,
dan 3 tahun. Riap akan menjadi menurun
rataan diameter akasia bertambah lumayan
sampai hampir nol setiap waktuunya dengan
cepat mencapai 15 cm di tegakan yang
bertambahnya umur. Berdasarkan Tabel 7
umurnya di bawah dari 3 tahun. Kecepatan
terlihat bahwa riap diameter pohon
tumbuh kemudian melambat pada tahun ke
cenderung menurun seiring umur tanaman
5, dan di umur 8 tahun diameter mulai
yang semakin tua.
bertahan berkisar pada 25 cm.
Tinggi riap tanaman yang ditanam tahun Pertumbuhan tinggi juga memperlihatkan
2017 memiliki tinggi riap 0,083 meter untuk kecenderungan yang mirip seperti pada
sengon buto dan riap tinggi sengon laut pertumbuhan diameter. Pada umur 2–3
tertinggi ditanam pada tahun 2016 sebesar tahun, tinggi mengalami peningkatan
0,090 meter. Riap tinggi tanaman dengan sedang sampai 10–15 m dan lalu
umur 8 tahun yaitu 0,012 meter dalam setelahnya meningkat dengan signifikan
setahun. Tingginya ukuran pohon di tahun hingga 25 m pada umur kisaran 5 tahun,
awal tanam dikarenakan umur pohon yang setelah itu tinggi mulai menetap. Laju
masih muda, sehingga sel-sel masih aktif pertumbuhansangat berbeda-beda
membelah. Penambahan riap tinggi juga berdasarkan lokasi, umur dan jarak tanam
semakin menurun seiring bertambahnya (Hardiyanto & Wicaksono 2008; Krisnawati
umur tanaman. Sejalan dengan penelitian et al. 2010).
Simon (2007) yang menyatakan sama
Penelitian Siregar et al. (2008)
halnya riap diameter, riap tinggi juga
pertambahan diameter yang tinggi (lebih
cenderung mengalami penurunan setelah
dari 4 cm/tahun) terjadi di tegakan yang
umur 2 tahun. Hal ini sering terjadi kepada
memiliki umur di bawah dari 3 tahun, lalu
tegakan yang ada di hutan tanaman
pertambahan diameter biasanya menurun
seragam karena disesuaikan oleh
pada angka 1,5-2 cm/tahun. Pertambahan
karakteristik tumbuhan yang awalnya
tinggi rata-rata biasanya berada diantara 1,8
tumbuh tidak cepat, kemudian cepat, lalu
dan 5,8 m/tahun, dan pertambahan tinggi
semakin berkurang.
yang signifikan (lebih dari 4 m/tahun) juga
Sengon termasuk spesies yang dikabarkan terjadi pada tegakan berumur
membutuhkan cahaya dan merupakan kurang dari 3 tahun. Pertambahan tinggi
spesies paling mudah pertumbuhannya di (lebih dari 4 m/tahun) juga dikabarkan terjadi
dunia, sehingga wajar pada penelitian ini pada tegakan akasia dewasa pada
riap diameter dan tinggi sengon pada tahun beberapa lokasi di Sumatra Selatan dan di
pertama cukup besar. Penelitian Fadri Riau (Hardiyanto & Wicaksono 2008).
(2010) yang dilakukan dikebun campuran di
desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Tingkat Keberhasilan Revegetasi di
Bogor, Jawa Barat memperoleh bahwa Lahan Pasca Tambang
rerata diameter berukuran sekitar 3.4–40.1
cm dengan rerata tinggi 3.9–27.9 meter Berdasarkan hasil yang didapat dalam
untuk tegakan dalam rentang waktu 10 tabel 1 yang membahas tentang
tahun. Hal ini diperkuat oleh Al- Hadad perhitungan persen tumbuh pohon di lahan
(2017) pada penelitiannya menyatakan di revegetasi tahun 2010 memiliki nilai persen
umur 0-3 tahun pertumbuhan menjadi tumbuh terendah, yaitu sebesar 48,39%

21
Jurnal Sylva Scienteae Volume. 03 No. 1 Edisi Februari 2020

karena pada tahun tersebut merupakan bahan kimia allelopathy (Indriyanto, 2006).
tahun pertama revegetasi dilakukan Djufri (2012) kalua jumlah spesies yang
sehingga penanaman yang dilakukan masih rendah hidup dibawah Acacia nilotica
banyak sekali kekurangan yang dibandingkan dengan areal terbuka
mengakibatkan pertumbuhan tanaman kemungkinan terjadi karena ada pengaruh
menjadi tidak maksimal seperti drainase dari zat alelopati Acacia nilotica yang
yang masih belum sebaik sekarang dan membuat lingkungan sekitarnya berubah
tempat tumbuh yang terlalu curam dengan menjadi bersifat racun bagi tumbuhan yang
kelerengan 40°, sehingga mengakibatkan lain.
banyak pohon yang tumbang serta faktor
Upaya pemulihan lahan yang sukses
eksternal lainnya, danhasil data dari tabel 2
bergantung kepada pemilihan tanaman yang
pada tahun 2010 mempunyai nilai dengan
mudah beradaptasi, bibit yang unggul,
persentase kesehatan terendah dengan nilai
tumbuh sesuai karakteristik dari iklim, tanah
66,67% hal itu disebabkan karena
dan kegiatan pasca tambang. Faktor
kurangnya perawatan pada awal dilakukan
lingkungan yang bisa berpengaruh terhadap
kegiatan revegetasi serta kemungkinan
pertumbuhan tanaman yaitu suhu, curah
besar perakaran sudah mencapai tanah
hujan, tanah, kelembaban dan iklim. Lahan
overburden yang diduga tanah mempunyai
bekas pertambangan memiliki karakteristik
kandungan logam berat. Berdasarkan data
lahan dan kondisi lingkungan yang berbeda
berikut diketatahui tingkat keberhasilan pada
dengan tanah biasa (Setiadi 2012).
tahun 2010 bisa lebih diintensifkan
Penyebab lingkungan misalnya kondisi
revegetasinya.
tanah menjadi satu diantara hambatan
Pengelolaan lahan tambang yang tidak dalam upaya menumbuhkan tanaman.
baik dapat berdampak buruk terhadap nilai Kondisi tersebut mengakibatkan lahan
mutu udara dari debu-debu yang tempat tumbuh untuk tanaman sengon
ditimbulkan, air tanah, air permukaan, memiliki kendala karena tanah yang lebih
pemanfaatan pasca tambang, serta bentuk terang umumnya memiliki tingkat
permukaan areal berupa tumpukan kemasaman dan kesuburan yang lebih
overburden dari rona permulaan (Putri rendah karena kurangnya kandungan bahan
2012). Permasalahan yang ditimbulkan organik. Rendahnya kandungan bahan
pasca penambangan antara lain tanah organik pada tanah bekas tambang
menjadi tidak subur, pH yang masam, dan batubara diduga akibat terjadinya
unsur hara yang sedikit. Permasalahan perubahan susunan lapisan tanah
tersebut dapat diatasi dengan kegiatan dibandingkan dengan susunan tanah
reklamasi untuk memperbaiki dan sebelum penambangan.
mengembalikan kegunaan areal ke kondisi
Berdasarkan hal itu perlu dilakukan
yang lebih produktif dan baik (Setiadi 2015).
upaya pengolahan tanah yang lebih baik
Jenis tanaman yang ditanam dilahan lagi, agar tanaman sengon dapat bertahan
revegetasi lahan pasca Tambang PD. hidup dan berkembang dengan baik dilahan
Baramarta adalah sengon Laut reklamasi. Pengolahan tanah yang dapat
(Paraserianthes falcataria), Sengon Buto dilakukan satu diantaranya adalah
(Enterolobium Cyclocarpum) dan ada pengolahan lapisan atas tanah (top soil)
sebagian akasia (Acacia mangium) yang (Simanjorang 2017). Pengelolaan top soil
tumbuh secara saporadik pada petak sangat berpengaruh terhadap berhasilnya
tertentu. Sengon dijadikan tanaman kegiatan reklamasi pada lahan bekas
revegetasi karena bisa menyesuaikan diri tambang. Top soil digunakan sebagai bahan
dengan iklim yang lembab dengan kisaran penutup lahan bekas tambang dan sebagai
curah hujan yang dihasilkan adalah 200- tempat tumbuh untuk tanaman yang
2700 mm/th, bisa ditanam pada tanah yang digunakan dalam reklamasi. Tanah ini
tidak subur, dapat tumbuh namun tidak memiliki sifat kimia, fisika dan biologi yang
subur pada areal dengan system pengairan lebih baik dibandingkan dengan areal bekas
yang tidak bagus (Fadri 2010). tambang. Hasil penelitian Simanjorang
(2017) dan Manalu (2017) bahwa ordo
Tanaman akasia sudah tidak dijadikan
tanah tempat pengambilan top soil yang
sebagai tanaman revegetasi karena
baik yaitu ordo Ultisol. Ultisol adalah tanah-
berdasarkan beberapa penelitian jenis
tanah tua yang sudah mengalami pelapukan
akasia mengandung zat racun yaitu
lanjut.
allelopathy. Pada banyak kejadian, tidak
sedikit organisme yang menjadi rugi karena

22
Rizal, A. et al. 2020. Analisis Keberhasilan Revegetasi … (03): 13 - 25

Faktor lain yang sangat penting selain riap diameter dan tinggi pohon sengon laut
tanah, keberhasilan revegetasi juga dan sengon buto lebih tinggi dari jenis
dipengaruhi oleh perawatan tanaman akasia, pada tahun pertama pasca
revegetasi pasca tanam, manipulasi penanaman dan makin menurun seiring
lingkungan termasuk pemeliharaan dan bertambahnya umur tanaman.
pencegahan hama penyakit terpadu.
Pemeliharaan intensif sangat diperlukan Saran
terutama ketika tanaman masih dalam
kondisi muda. Gulma menjadi pesaing Monitoring berkala harus dilakukan guna
tanaman pokok pada waktu muda. mengetahui tingkat keberhasilan revegetasi.
Persaingan tersebut diantaranya terhadap Penanaman jenis tanaman lain yang
ruang tumbuh, unsur hara, dan cahaya memiliki adaptasi tinggi selain sengon juga
matahari. bisa dipertimbangkan oleh perusahaan.
Putri (2012) untuk peningkatan Penelitian lanjutan yang harus dilakukan
keberhasilan reklamasi pihak Perusahaan adalah indentifikasi sifat fisik dan kimia
dapat melakukan pemantauan kepada tanah, serta identifikasi hama penyakit
tanaman. Pengolahanan tanah dan
kontraktor dalam melakukan penataan lahan
pemeliharaan pasca penanaman
perlu dilakukan agar pemanfaatan lahan
tanamanan sengon harus sering dilakukan
terganggu sesuai dengan ketentuan tempat
untuk meningkatan tingkat keberhasilan
untuk tumbuh tanaman. Analisis tanah
terhadap areal pemanfaatan sebelum revegetasi pada lahan reklamasi.
penanaman supaya bisa diketahui soil
amendment yang diperlukan agar kondisi
tanah disaat tumbuhan ingin ditaman sudah DAFTAR PUSTAKA
mendukung untuk pertumbuhan tanaman.
Tanaman yang terlanjur ditanam kemudian
sudah mengalami stagnasi bisa diperbaiki Al-Hadad M. F. 2017. Estimasi Riap
caranya dengan penyulaman menggunakan Tegakan Sengon (Paraserianthes
jenis tumbuhan yang tahan pada tanah yang Falcataria (L) Nielsen) Di Iuphhk-HTI
kandungan Al yang tinggi dan asam, Trans Pt Belantara Subur Kalimantan
misalnya harendong (Melastoma Timur. [skripsi]. Departemen
malabathricum) dan tembesu (Fragraea Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan
fragrans). Peniaian dan pemantauan Institut Pertanian Bogor
baiknya dilaksanakan secara berkala dan Cita F. A. 2013. Pendugaan Riap dan
kontinu oleh pengelola agar menjadi acuan Biomassa Mangrove di PT Kandelia
untuk kegiatan pemeliharaan selanjutnya Alam dan PT Bina Ovivipari Semesta
(Nirawati et al. 2013). Kalimantan Barat [Skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
KESIMPULAN DAN SARAN Djufri. 2012. Pengaruh tegakan akasia
(Acacia nilotica) terhadap komposisi dan
keanekaragaman tumbuhan bawah di
Kesimpulan savana Balanan Taman Nasional
Baluran Jawa Timur. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Biologi. 3(2):38--50.
Persentase tumbuh tertinggi pada kelima
petak penelitian berdasarkan tahun tanam Fadri A. 2010. Pertumbuhan Tanaman
terdapat pada tahun 2014 sebesar 100%, Sengon (Paraserianthes Falcataria (L.)
2016 sebesar 90,32% dan 2017 sebesar Nielsen) Pada Kebun Campuran Di Desa
100%, bisa dikatakan baik sekali Karacak, Kecamatan Leuwiliang,
berdasarkan kategori karena Kabupaten Bogor. [skripsi]. Departemen
keberhasilannya diatas 90%,Keragaman Silvikultur Fakultas Kehutanan Institut
jenis tumbuhan bawah di lahan reklamasi Pertanian Bogor
masih rendah, terlebih untuk tingkat
pancang sedangkan tingkat semai tidak Hardiyanto, E.B. & Wicaksono, A. 2008.
ditemukan pada lahan tersebut, tanaman Interrotation site management, stand
pada lima petak penelitian tergolong sehat growth and soil properties in Acacia
karena 4 dari 5 petak pengukuran mangium plantations in South Sumatra,
persentase sehat tanaman lebih dari 90%, Indonesia. CIFOR, Bogor, Indonesia.

23
Jurnal Sylva Scienteae Volume. 03 No. 1 Edisi Februari 2020

Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Penerbit Pananjung WG. 2013. Tegakan Sengon
Bumi Aksara. Jakarta Buto (Enterolobium Cyclocarpum
Griseb.) Dan Trembesi (Samanea
Istomo, Y Setiadi, & A. N. Putri. 2013.
Saman Merr.) Di Lahan Pasca Tambang
Evaluasi Keberhasilan Tanaman Hasil
Batubara Pt Kitadin, Embalut, Kutai
Revegetasi Di Lahan Pasca Tambang
Kartanegara, Kalimantan Timur.
Batubara Site Lati PT. Berau Coal
[Skripsi]. Departemen Silvikultur Fakultas
Kalimantan Timur. Jurnal Silvikultur
Kehutanan Institut Pertanian Bogor
Tropika, 4(2):77 – 81
Putri A. N. 2012. Evaluasi Keberhasialan
Kementrian Kehutanan. 2011. Peraturan
Tanaman Hasil Revegetasi di Lahan
Menteri Kehutanan Republik Indonesia
Pasca Tambang Batubara Site Lati PT
Nomor: P.04/Menhut-II/2011 tentang
Berau Coal Kalimantan Timur. [Skripsi].
Pedoman Reklamasi Hutan. Jakarta:
Departemen Silvikultur, Institut Pertanian
Kemenhut.
Bogor
Kementrian ESDM. Tentang Pelaksanaan
Pratiwi, Santoso, E. & Turjaman, M. 2012.
Reklamasi dan Pasca Tambang Pada
Penentuan Dosis Bahan Pembenah
Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral
Ameliorant Untuk Perbaikan Tanah dari
dan Batubara. No. 7. 2014.
Tailing Pasir Kuarsa Sebagai Media
Krisnawati, H., Wang, Y. & Ades, P.K. 2010. Tumbuh Tanaman Hutan. Jurnal
Generalised height-diameter model for Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Acacia mangium Willd. plantations in 9(2): 163-174.
South Sumatra. Journal of Forestry
Riyanto H. D. & Pamungkas B. P. 2010.
Research,7:17-36.
Model Pertumbuhan Tegakan Hutan
Magurran AE. 1998. Ecological Diversity and Tanaman Sengon Untuk Pengelolaan
Its Measurement. London: Croom Helm Hutan. Tekno Hutan Tanaman. 3(3): 113
Ltd. – 120.
Manalu P. D. P. 2017. Evaluasi Sifat Kimia Setiadi A. 2015. Evaluasi Keberhasilan
Tanah dan Status Kesuburan Tanah di Tanaman Revegetasi Lahan Pasca
Lahan Pasca Tambang Batubara (Studi Tambang Batu Bara Pada Blok M1w Pt
Kasus di PT Nan Riang Desa Ampelu Jorong Barutama Greston, Kalimantan
dan Jebak Kecamatan Muara Tembesi, Selatan. [skripsi]. Departemen Silvikultur
Kabupaten Batang Hari. [Skripsi]. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Jambi. Bogor
Jambi.
Setiadi Y. 2012. Pembenahan Lahan Pasca
Mansur I. 2013. Teknik Silvikultur untuk Tambang (Soil Amendment Post Mined
Reklamasi Lahan Bekas Tambang. Land). Post Mining Restoration Technical
eameo Biotrop: Bogor Note. Silvicultural practice. Winrock
International dan Food and Agriculture
Nirawati, B Nurkin & B Putranto. 2013. Organization of the United Nations,
Evaluasi Keberhasilan Pertumbuhan Bangkok, Thailand.
Tanaman Pada Kegiatan Rehabilitasi
Hutan Dan Lahan (Gnrhl) Di Taman Setiawan K. A., Sutedjo & Paulus Matius.
Nasional Bantimurung Bulusaraung 2017. Komposisi Jenis Tumbuhan Bawah
(Studi Kegiatan Gnrhl Tahun 2003-2007). Di Lahan Revegetasi Pasca Tambang
Jurnal Sains & Teknologi, 13(2): 175 – Batubara. Jurnal Hutan Tropis 1(2): 182-
183 195
Otsamo, A., Ådjers, G., Hadi, T.S., Sheoran V., Sheroran A. S., Poonia P. 2010.
Kuusipalo, J., Tuomela, K. dan Vuokko, Soil reclamation of abandoned mine land
R. 1995 Effect of site preparation and by revegetation. Soil, Sediment and
initial fertilization on the establishment Water 3(2): h-13.
and growth of four plantation tree species
used in reforestation of Imperata
cylindrica (L.) Beauv. dominated
grasslands. Forest Ecology and
Management 73: 271–277.

24
Rizal, A. et al. 2020. Analisis Keberhasilan Revegetasi … (03): 13 - 25

Simanjorang BN. 2017. Evaluasi Siregar S.T.H., Nurwahyudi & Mulawarman


Kesesuaian Lahan Beberapa Jenis K. 2008. Effects of inter-rotation
Tanaman Di Areal Reklamasi Pasca management on site productivity of
Tambang Batubara: Studi Kasus di PT. Acacia mangium in Riau Province,
Nan Riang, Desa Ampelu dan Jebak Sumatera, Indonesia. CIFOR, Bogor,
Kecamatan Muara Tembesi, Kabupaten Indonesia
Batanghari. [Skripsi]. Fakultas Pertanian
Soerianegara I & A. Indrawan. 2008. Ekologi
Universitas Jambi. Jambi.
Hutan Indonesia. Bogor. Laboratorium
Simon H. 2007. Metode Inventore Hutan. Ekologi Hutan. Fakultas Kehutanan.
Yogyakarta (ID): Pustaka Pelajar. Institut Pertanian Bogor.

25

You might also like