Professional Documents
Culture Documents
Jurnal ELIA FERDANA ELKA M
Jurnal ELIA FERDANA ELKA M
ABSTRACT
This study aims to determine and analyze the implementation of the seller's responsibility to the
buyer over the overlapping dispute over land rights in Jambi City in Decision Number:
43/Pdt.G/2009/PN Jbi and to identify and analyze efforts to resolve the seller's responsibility
towards the buyer over the dispute over the ownership of land rights in Jambi City in Decision
Number: 43/Pdt.G/2009/PN Jbi. The formulation of the problems raised are 1) how is the
implementation of the seller's responsibility to the buyer for the overlapping dispute over land
rights in Jambi City in Decision Number: 43/Pdt.G/2009/PN Jbi? and 2) how are the efforts to
resolve the seller's responsibility to the buyer for the overlapping dispute over land rights in
Jambi City in Decision Number: 43/Pdt.G/2009/PN Jbi?. The method used is the type of
empirical juridical research. The results of the study indicate that 1) the implementation of the
seller's responsibility to the buyer for the overlapping dispute over land rights in Jambi City in
Decision Number: 43/Pdt.G/2009/PN Jbi has not been running properly as stipulated in the
provisions of Article 1471 and Article 1491 Civil Code and UUPA; 2) settlement efforts by
prioritizing the principle of win-win solution with the practice of mediation. Not all land rights
disputes are successful and can reconcile the disputing parties. Some sellers are willing to carry
out seller responsibilities for overlapping land rights ownership disputes by providing
compensation for the purchase price of land after mediation by the Jambi City Land Office and
there are several sellers who do not want to be responsible for the overlapping land rights
ownership disputes.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pelaksanaan tanggung jawab penjual
terhadap pembeli atas sengketa tumpang tindih pemilikan hak atas tanah di Kota Jambi pada
Putusan Nomor: 43/Pdt.G/2009/PN Jbi dan untuk mengetahui dan menganalisis upaya
penyelesaian terhadap tanggung jawab penjual terhadap pembeli atas sengketa tumpang tindih
pemilikan hak atas tanah di Kota Jambi pada Putusan Nomor: 43/Pdt.G/2009/PN Jbi. Perumusan
masalah yang diangkat yaitu 1) bagaimana pelaksanaan tanggung jawab penjual terhadap
pembeli atas sengketa tumpang tindih pemilikan hak atas tanah di Kota Jambi pada Putusan
Nomor: 43/Pdt.G/2009/PN Jbi? dan 2) bagaimana upaya penyelesaian terhadap tanggung jawab
penjual terhadap pembeli atas sengketa tumpang tindih pemilikan hak atas tanah di Kota Jambi
pada Putusan Nomor: 43/Pdt.G/2009/PN Jbi?. Metode yang digunakan adalah tipe penelitian
yuridis empiris. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) pelaksanaan tanggung jawab penjual
terhadap pembeli atas sengketa tumpang tindih pemilikan hak atas tanah di Kota Jambi pada
1
Putusan Nomor: 43/Pdt.G/2009/PN Jbi belum berjalan sebagaimana mestinya seperti yang
ditentukan dalam ketentuan Pasal 1471 dan Pasal 1491 KUHPerdata dan UUPA; 2) upaya
penyelesaian melalui mengutamakan prinsip win-win solution dengan praktek mediasi. Hal ini
tidak pada semua sengketa hak atas tanah berhasil dan bisa mendamaikan para pihak yang
bersengketa. Beberapa penjual bersedia melaksanakan tanggung jawab penjual terhadap sengketa
tumpang tindih pemilikan hak atas tanah dengan memberikan ganti rugi terhadap harga
pembelian tanah setelah dilakukan mediasi oleh Kantor Pertanahan Kota Jambi dan ada beberapa
orang penjual yang tidak mau bertanggung jawab terhadap sengketa tumpang tindih pemilikan
hak atas tanah tersebut.
Kata Kunci: Tanggung Jawab, Penjual, Sengketa Hak Atas Tanah.
A. Pendahuluan
Dalam UUPA istilah jual beli haknya disebutkan dalam Pasal 26 yaitu yang
menyangkut jual beli hak milik atas tanah. Dalam pasal-pasal lainnya, tidak ada kata yang
menunjukkan suatu perbuatan hukum yang disengaja untuk memindahkan hak atas tanah
kepada pihak lain melalui jual beli, hibah, tukar-menukar, dan hibah wasiat. Jadi, meskipun
dalam pasal haknya disebutkan dialihkan, termasuk salah satunya adalah perbuatan hukum
Hak atas tanah yang dimaksudkan di sini, yaitu hak atas tanah yang ditentukan dalam
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, Pasal
16 menentukan:
(1) Hak-hak atas tanah sebagai yang dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)
ialah:
a. hak milik,
b. hak guna-usaha,
c. hak guna-bangunan,
d. hak pakai,
e. hak sewa,
f. hak membuka tanah,
g. hak memungut-hasil hutan,
2
h. hak-hak lain yang tidak termasuk dalam hak-hak tersebut di atas yang akan
ditetapkan dengan Undang-undang serta hak-hak yang sifatnya sementara
sebagai yang disebutkan dalam Pasal 53.
(2) Hak-hak atas air dan ruang angkasa sebagai yang dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (3) ialah:
a. hak guna air,
b. hak pemeliharaan dan penangkapan ikan,
c. hak guna ruang angkasa.
Mengenai jual beli, pengaturannya dapat dilihat dalam Buku III bab ke V Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata, dan yang rumusannya terdapat di dalam Pasal 1457 KUH
Perdata yang berbunyi: “Jual beli adalah suatu persetujuan, dengan mana pihak yang satu
mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk
a. Menyerahkan barang yang menjadi obyek jual beli dalam keadaan baik. Artinya
barang yang diserahkan itu harus sesuai dengan yang dipesan oleh pembeli dan
dalam keadaan baik.
b. Menanggung barang yang diserahkan.
Sebagai pengertian menyerahkan barang disebutkan: “Yang diartikan
menyerahkan barang adalah suatu pemindahan hak milik dan barang yang telah
dijual ke dalam kekuasaan dan kepunyaan pembeli”.1
a. Hak pembeli: menerima barang yang dibeli sesuai dengan pesanan dalam keadaan
b. Kewajiban pembeli:
1) Membayar harga barang dengan sejumlah uang sesuai dengan janji yang telah
2) Memikul biaya yang ditimbulkan dalam jual beli itu, misalnya ongkos antar,
biaya surat menyurat, biaya akta dan sebagainya, kecuali jika diperjanjikan
sebaliknya.
1
M. Yahya Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, 1986, hlm. 60.
3
Apabila kesepakatan antara pihak penjual dan pembeli telah tercapai maka akan
menimbulkan hak dan kewajiban di antara para pihak. Yang menjadi hak penjual adalah
menerima harga barang yang telah dijualnya dari pihak pembeli. Sedangkan kewajiban pihak
2
Salim HS, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Sinar Grafika, Jakarta, 2010. hlm. 54-
55.
4
a. Membayar harga pembelian terhadap barang pada waktu dan tempat yang telah
ditentukan.
b. Membayar bunga dari harga pembelian, jika barang yang dijual dan diserahkan
memberikan hasil.
Hak pembeli adalah menerima barang yang telah dibelinya, baik secara nyata maupun secara
yuridis.
Mengenai jual-beli hak atas tanah terdapat berbagai persoalan dan hal ini juga terjadi
1. Jual-beli tanah yang mengakibatkan terjadinya tumpang tindih pada pembuatan sertifikat
3. Jual beli tanah yang mengalami permasalahan karena penjual/pembeli tidak jujur/tidak
Pada tahun 2020 di Kota Jambi yaitu sebanyak 4 (empat) kasus sengketa batas
kepemilikan tumpang tindih tanah. Di sini dimaksudkan bahwa pemilik tanah tidak
mengetahui bahwa tanah yang dimilikinya tumpang tindih dengan tanah orang lain karena
terkait batas/luas tanah yang belum jelas. Adapun pengertian sertifikat tumpang tindih
(Overlapping) adalah “sertifikat-sertifikat yang menguraikan satu bidang tanah yang sama,
apabila terjadi sertifikat tumpang tindih maka salah satu harus dibatalkan”.4
Srikuntjoro mengemukakan: Overlapping (tumpang tindih) yaitu ada dua atau lebih
sertipikat yang tumpang tindih satu dengan lainnya sehingga bagian yang tumpang tindih
3
Wawancara dengan Achmad Zakki, Kasi Sengketa dan Konflik Pertanahan Kantor Pertanahan Kota
Jambi, tanggal 14 Januari 2021.
4
Denny Yandri Hotmauli, Penyelesaian Sengketa Akibat Kepemilikan Sertifikat Hak Atas Tanah Yang
Tumpang Tindih (Overlapping) (Studi Kasus Putusan NO.158/G.TUN/2005/PTUN.JKT,
http://digilib.esaunggul.ac.id/penyelesaian-sengketa-akibat-kepemilikan-sertifikat-hakatas-tanah-yang-tumpang-
tindih-overlapping-studi-kasusputusan-no158gtun2005ptunjkt-2719.html, tanggal akses 4 Maret 2021.
5
tersebut merupakan sertipikat ganda. Karena sebagian tanahnya termasuk dalam sertipikat
yang lain.5
Pembeli tanah jelas tidak mau dirugikan dan menuntut adanya tanggung jawab dari
pihak penjual. Beberapa kasus ada yang telah selesai, dan ada kasus yang belum jelas
penyelesaiannya.
Pengadilan Negeri Jambi tidak luput dari permasalahan sengketa tanah. Salah satu
contoh kasus yaitu Putusan Pengadilan Negeri Jambi Perkara Perdata No. 43/Pdt.G/2009/PN
Jbi mengenai sengketa kepemilikan hak atas tanah mengenai sertifikat tumpang tindih yang
diajukan oleh sdr. Wely Leman Nirsan tanggal 13 Mei 2019 yang diterima pada Kantor
Pertanahan Kota Jambi pada tanggal 05 Agustus 2019, yang mengemukakan bahwa sdr.
Wely Leman Nirsan memiliki sebidang tanah seluas 5.922 M² dengan bukti kepemilikan
melalui Sertipikat Hak Milik Nomor 442/Paal Lima gambar situasi Nomor 278/1983 tanggal
09 Maret 1983 terletak di Desa Paal Lima Kecamatan Telanaipura Kota Jambi (sekarang
kelurahan Paal Lima Kecamatan Kota Baru Jambi), ternyata atas bidang tanah tersebut telah
diterbitkan Sertipikat atas nama Irawan S, Sertipikat Hak Milik Nomor 1608/Paal Lima, Auw
Ting Hui sertipikat Hak Milik Nomor 1967/Paal Lima dan Doddy Sarwadi, pemegang
sertipikat hak milik Nomor 2131/Paal Lima dan Sertipikat hak milik Nomor 1968/Paal Lima.
Sertipikat Hak Milik Nomor 442/Paal Lima yang dimiliki sdr. Wely Leman Nirsan telah
mempunyai kekuatan hukum tetap berdasarkan surat dari Ketua Pengadilan Negeri Jambi
Putusan Pengadilan Negeri Jambi Perkara Perdata No. 43/Pdt.G/2009/PN Jbi telah diajukan
5
Srikuntjoro, Sertipikat Ganda, ttps://srikuntjoro.wordpress.com/2010/04/10/sertipikat-ganda, tanggal 4
Maret 2021.
6
banding dengan Putusan Nomor: 17/Pdt/2010/PT Jbi dan kasasi Putusan Nomor: 2969
K/Pdt/2010.
Jual beli tanah yang dilakukan oleh yang tidak berhak adalah batal demi hukum,
artinya, sejak semula hukum menganggap tidak pernah terjadi jual-beli. Dalam hal demikian
kepentingan pembeli sangat dirugikan. Sebab ia sudah membayar harga tanah itu kepada
penjual, sedangkan atas hak tanah yang dibelinya tidak beralih kepadanya walaupun
mungkin ia telah menguasai tanah itu. Dalam Pasal 1471 dan Pasal 1491 KUHPerdata
menentukan:
1471. Jual-beli atas barang orang lain adalah batal dan dapat memberikan dasar
kepada pembeli untuk menuntut penggantian biaya, kerugian dan bunga, jika
ia tidak mengetahui bahwa barang itu kepunyaan orang lain.
1491. Penanggungan yang menjadi kewajiban penjual terhadap pembeli, adalah
untuk menjamin dua hal, yaitu: pertama, penguasaan barang yang dijual itu
secara aman dan tenteram; kedua, tiadanya cacat yang tersembunyi pada
barang tersebut, atau yang sedemikian rupa sehingga menimbulkan alasan
untuk pembatalan pembelian itu.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat bahwa dari sudut dassein atau peristiwa
hukum konkrit, pelaksanaan tanggung jawab penjual terhadap sengketa tumpang tindih
pemilikan hak atas tanah di Kota Jambi pada Putusan Nomor: 43/Pdt.G/2009/PN Jbi,
tumpang tindih pemilikan hak atas tanah di Kota Jambi yang dilakukan di lapangan. Artinya
kaidah hukum atau das sollen, belum mampu diterapkan secara optimal oleh para pihak yang
terlibat dalam sengketa tumpang tindih pemilikan hak atas tanah di Kota Jambi di lapangan.
pelaksanaan penyelesaian sengketa tumpang tindih pemilikan hak atas tanah di Kota Jambi di
Kota Jambi. Dassein atau peristiwa konkrit, berupa rendahnya pelaksanaan penyelesaian
sengketa tumpang tindih pemilikan hak atas tanah yang terjadi di Kota Jambi.
7
B. Tanggung Jawab Penjual Terhadap Pembeli Atas Sengketa Tumpang Tindih Pemilikan
Hak Atas Tanah Di Kota Jambi (Studi Kasus Putusan Nomor: 43/Pdt.G/2009/PN Jbi)
tindih pemilikan hak atas tanah di Kota Jambi pada Putusan Nomor: 43/Pdt.G/2009/PN
Jbi, berkaitan dengan 2 (dua) hal yaitu: 1) subjek jual beli; dan 2) objek jual beli.
Pelaksanaan perjanjian jual beli hak atas tanah di Kota Jambi, tidak terlepas dari
sebagai berikut:
sebagai berikut:
1. Sengketa tanah antara Junaidi Ahmad selaku kuasa dari M. Rozi Bin Wancik
Sengketa tanah antara Junaidi Ahmad selaku kuasa dari M. Rozi Bin Wancik
Bafadhal dengan Irawan S dari Sertipikat Hak Milik Nomor 1608/PaaI Lima seluas
974 M2. Irawan S membeli tanah tersebut dari M. Rozi Bin Wancik Bafadhal).
8
Julian Ahmad mengemukakan: “bahwa tanah tersebut memang milik M. Rozi
Bin Wancik Bafadhal dan saya selaku kuasanya”6. Sdr. M. Rozi Bin Wancik
miliki.
penyelesaian sengketa tanah tersebut dan Sdr. M. Rozi Bin Wancik Bafadhal tidak
memberikan ganti rugi sebesar Rp.28.000.000 kepada Sdr. Irawan S dan tidak ada
iktikad baik dari Sdr. M. Rozi Bin Wancik Bafadhal untuk mengembalikan uang
penjualan tersebut.
2. Sengketa tanah antara Sdr Auw Ting Hui dengan Sdr. M. Rozi Bin Wancik Bafadhal
Sengketa tanah antara Sdr Auw Ting Hui dengan Sdr. M. Rozi Bin Wancik
Bafadhal terjadi setelah terjadinya kasus sengketa kepemilikan hak atas tanah
mengenai sertifikat tumpang tindih oleh sdr. Wely Leman Nirsan tanggal 13 Mei
2019 yang diterima pada Kantor Pertanahan Kota Jambi pada tanggal 05 Agustus
2019 yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap berdasarkan surat dari Ketua
perihal keterangan terhadap Putusan Pengadilan Negeri Jambi Perkara Perdata No.
Auw Ting Hui membeli tanah dari Sdr. M. Rozi Bin Wancik Bafadhal
seharga Rp. 145.000.000,-, dan Sdr. M. Rozi Bin Wancik Bafadhal tidak mengetahui
bahwa tanah tersebut tumpang tindih dengan tanah yang dimiliki oleh sdr. Wely
6
Wawancara dengan Julian Ahmad, Kuasa M. Rozi Bin Wancik Bafadhal Penjual Tanah, Kota Jambi,
tanggal 14 Mei 2021.
9
Leman Nirsan. M. Rozi Bin Wancik Bafadhal mengemukakan bahwa kalau tanah
tersebut terbukti memang milik sdr. sdr. Wely Leman Nirsan, dia akan
mengembalikan uang pembelian tanah tersebut kepada Sdr. Auw Ting Hui.7
penyelesaian secara damai terhadap permasalahan tanah antara Sdr Auw Ting Hui dengan
Sdr. M. Rozi Bin Wancik Bafadhal. Sdr. M. Rozi Bin Wancik Bafadhal bersedia
pemilikan hak atas tanah di Kota Jambi pada Putusan Nomor: 43/Pdt.G/2009/PN Jbi,
dapat dikemukakan penjual tanah ada bersedia melaksanakan tanggung jawab penjual
terhadap sengketa tumpang tindih pemilikan hak atas tanah dengan memberikan ganti
rugi terhadap harga pembelian tanah setelah dilakukan mediasi oleh Kantor Pertanahan
Kota Jambi dan ada penjual yang tidak mau bertanggung jawab terhadap sengketa
Terjadinya permasalahan dalam perjanjian jual beli terhadap tanah telah membuat
atas sengketa tumpang tindih pemilikan hak atas tanah di Kota Jambi pada Putusan
Nomor: 43/Pdt.G/2009/PN Jbi belum berjalan sebagaimana mestinya baik itu yang
bahwa dalam kasus ini pihak Kantor Pertanahan Kota Jambi telah menengahi
7
Wawancara dengan Sdr. Auw Ting Hui, Pembeli Tanah, Kota Jambi, 10 Mei 2021.
10
permasalahan antara pihak yang bersengketa dengan dilakukannya mediasi. Hal ini belum
menghasilkan kesepakatan bersama antara para pihak yang bersengketa. Dan pihak
penjual tidak ada itikad baik untuk ganti rugi atas penjualan tanah tersebut.
Jambi adalah:
1. Hambatan yang timbul dari dalam Kantor Pertanahan Kota Jambi (Intern)
melalui mediasi oleh Badan Pertanahan Kota Jambi dilaksanakan oleh Deputi Bidang
Mediator yang ada dalam kantor tersebut. Hanya terdapat beberapa orang saja yang
a. Tidak ada iktikad baik dari salah satu pihak yaitu dengan tidak hadirnya pihak
tersebut, biasanya adalah pihak terlapor. Hal ini dapat menghambat berjalannya
kronologi masing-masing pihak dalam sengketa tersebut dan keinginan dari para
pihak.
b. Mediasi Deadlock atau kebuntuan, kedua pihak hadir dalam mediasi dan
belah pihak dibantu oleh Mediator tidak dapat menghasilkan solusi yang memberi
8
Wawancara dengan Maryani, Analis Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah Kantor Pertanahan Kota Jambi,
Sengeti, tanggal 19 Mei 2021.
11
kepuasan sehingga sulit untuk menghasilakn kesepakatan. Maka dari itu harus
dihentikan sementara.9
tindih pemilikan hak atas tanah di Kota Jambi pada Putusan Nomor: 43/Pdt.G/2009/PN
Jbi, dapat dikemukakan penjual bersedia melaksanakan tanggung jawab penjual terhadap
sengketa tumpang tindih pemilikan hak atas tanah dengan memberikan ganti rugi
terhadap harga pembelian tanah setelah dilakukan mediasi oleh Kantor Pertanahan Kota
Jambi dan ada orang penjual yang tidak mau bertanggung jawab terhadap sengketa
tumpang tindih pemilikan hak atas tanah tersebut. Penyelesaian yang dilakukan oleh
Kantor Pertanahan Kota Jambi hanya sebatas mediasi, hasil kesepakatan yang
diwujudkan dalam perjanjian diserahkan kepada para pihak untuk dipenuhi sebagai
dalam jual beli tanah biasanya diselesaikan secara musyawarah mufakat antara para
Pengadilan”.10
9
Wawancara dengan Kasanuddin, Kepala Sub Perkara Pertanahan Kantor Pertanahan Kota Jambi, Sengeti,
tanggal 19 Mei 2021.
10
Wawancara dengan Firdaus, BPN Kota Jambi, tanggal 20 Mei 2021.
12
“Penyelesaian sengketa pertanahan yang diajukan ke Kantor Pertanahan Kota Jambi
Hal ini pada umumnya berhasil dan bisa mendamaikan para pihak yang bersengketa”.11
panjang dan memakan waktu dan biaya yang sangat besar membuat masyarakat
seharusnya berpikir dua kali untuk membawa permasalahan tersebut ke Pengadilan. Jalan
musyawarah antara para pihak dan jalur mediasi bisa dipilih untuk mencarikan
penyelesaiannya.
bersifat litigasi maupun non litigasi tetapi dalam banyak hal hasilnya terasa kurang
memuaskan. Penyelesaian secara mediasi baik yang bersifat tradisional ataupun melalui
berbagai Lembaga Alternative Dispute Resolution (ADR) yang bersifat modern walaupun
untuk satu dua kasus tertentu dapat diselesaikan dengan baik, tetapi dalam kebanyakan
masyarakat tidak memuaskan. Tidak sedikit mereka yang telah menduduki tanah selama
karena adanya pihak lain yang menguasai tanah yang bersangkutan. Atau sebaliknya
bagi pihak yang menguasai tanah tidak cukup kuat atau gugatan kurang beralasan.
C. Penutup
Pelaksanaan tanggung jawab penjual terhadap pembeli atas sengketa tumpang tindih
pemilikan hak atas tanah di Kota Jambi pada Putusan Nomor: 43/Pdt.G/2009/PN Jbi belum
11
Wawancara dengan Riska, Kasubsi Sengketa Kantor Pertanahan Kota Jambi, tanggal 19 Mei 2021.
13
berjalan sebagaimana mestinya seperti yang ditentukan dalam ketentuan Pasal 1471 dan Pasal
1491 KUHPerdata dan UUPA. Upaya penyelesaian terhadap tanggung jawab penjual terhadap
pembeli atas sengketa tumpang tindih pemilikan hak atas tanah di Kota Jambi pada Putusan
praktek mediasi. Hal ini tidak pada semua sengketa hak atas tanah berhasil dan bisa
tanggung jawab penjual terhadap sengketa tumpang tindih pemilikan hak atas tanah dengan
memberikan ganti rugi terhadap harga pembelian tanah setelah dilakukan mediasi oleh Kantor
Pertanahan Kota Jambi dan ada beberapa orang penjual yang tidak mau bertanggung jawab
terhadap sengketa tumpang tindih pemilikan hak atas tanah tersebut. Hendaknya Kantor
Pertanahan Kota Jambi mempunyai tenaga lapangan yang lebih profesional dan memperbaiki
sistem administrasinya dengan baik atau tertib administrasi, baik dalam hal penerimaan dan
kepastian hukum yang merupakan tujuan pendaftaran tanah dapat terwujud sehingga
terjadinya tumpang tindih sertipikat dapat dihindari pada waktu yang akan datang.
Hendaknya Kantor Pertanahan Kota Jambi dan pihak-pihak yang bersengketa memahami
Pasal 37 dan Pasal 46 Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional (Permen Agraria) Nomor 11 Tahun 2016 tentang Penyelesaian Kasus Pertanahan
Daftar Pustaka
14
Buku
Salim HS. Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak. Sinar Grafika, Jakarta, 2010.
Suteki dan Galang Taufani. Metodologi Penelitian Hukum (Filsafat, Teori dan Praktik).
Rajawali Pers, Depok, 2018.
Kamus
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke-Empat, Depdiknas, Jakarta, 2008.
Peraturan Perundang-Undangan
Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 11 Tahun 2014.
Internet
Denny Yandri Hotmauli, Penyelesaian Sengketa Akibat Kepemilikan Sertifikat Hak Atas Tanah
Yang Tumpang Tindih (Overlapping) (Studi Kasus Putusan
NO.158/G.TUN/2005/PTUN.JKT, http://digilib.esaunggul.ac.id/penyelesaian-sengketa-
akibat-kepemilikan-sertifikat-hakatas-tanah-yang-tumpang-tindih-overlapping-studi-
kasusputusan-no158gtun2005ptunjkt-2719.html, tanggal akses 4 Juni 2018.
https://eleveners.wordpress.com.
15