Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 18

FASHION SEBAGAI KOMUNIKASI IDENTITAS SOSIAL MAHASISWA

FKIP UNS
Ghani Firdaus, Atik Catur Budiati, Nurhadi
Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta
gaga.create@gmail.com

ABSTRACT

Ghani Firdaus. K8412032. FASHION AS SOCIAL IDENTITY OF


STUDENTS OF FKIP UNS. Essay. Surakarta: the Faculty of Education. March
Surakarta University, November 2016.
This research aimed to identified factors underlying students of FKIP UNS in
used the fashion when studying, and described strategy of FKIP students in used
the fashion when studying.
This research used descriptive-qualitative approaches with case study. The objects
of this research is all the students of FKIP UNS. Data were gained from
informant. Making the subject of research with purposive sampling. In collecting
data using direct observation and structured interviews. Triangulation data used to
test the validity of the data. The technique of data analysis used interactive
analysis model.
The results of this research showed (1) the factors underlying students of FKIP
UNS in used the fashion when studying are: a) the recategorization was less going
well; b) the recategorization was strong to others identity; c) fashion as
artifactual’s communication of students of FKIP UNS. (2) Strategy of students in
used the fashion when studying is crossing category. The truth is individual may
have more than one identity, with the result that crossing category are
consequence of double identity. When students was studying and used the
uniforms that combined their fashion. However, the uniforms and fashion have
differential identity, this is crossing category in the context of social identity
communication in the fashion.
Based on the results, it can be concluded that the use of fashion on students of
FKIP UNS when studying is a manifestation of sosial identity. Besides uniforms,
students also have another identity that they show in the same time when
studying, that is fashion.

Keywords : fashion, communication, social identity


ABSTRAK
Ghani Firdaus. K8412032. FASHION SEBAGAI IDENTITAS SOSIAL
MAHASISWA FKIP UNS. Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sebelas Maret, November 2016.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi faktor yang
mendasari mahasiswa FKIP UNS dalam menggunakan fashion ketika kuliah, dan
mendeskripsikan strategi mahasiswa FKIP dalam menggunakan fashion ketika
kuliah.

Penelitian ini menggunakan bentuk pendekatan deskriptif kualitatif dengan jenis


penelitian studi kasus tunggal terpancang. Obyek penelitian adalah seluruh
mahasiswa FKIP UNS. Sumber data diperoleh dari informan. Teknik Sampling
diambil dengan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dengan
menggunakan observasi dan wawancara. Untuk mencari validitas data
menggunakan trianggulasi sumber. Teknik analisis data menggunakan model
analisis interaktif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) faktor yang mendasari mahasiswa FKIP
UNS dalam menggunakan fashion ketika kuliah antara lain: a) Rekategorisasi
yang kurang berjalan baik, b) kuatnya kategorisasi terhadap identitas lain, c)
fashion sebagai komunikasi artifaktual mahasiswa FKIP UNS. (2) Strategi
mahasiswa dalam menggunakan fashion ketika kuliah adalah dengan persilangan
kategori. Pada hakekatnya, individu dapat memiliki identitas lebih dari satu,
sehingga persilangan kategori merupakan konsekuensi dari identitas ganda. Ketika
kuliah mahasiswa mengenakan seragam yang dikombinasikan dengan fashion
mereka. Dimana seragam dan fashion mempunyai identitas yang berbeda, hal ini
merupakan persilangan kategori dalam hal komunikasi identitas sosial dalam
fashion.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan fashion pada


mahasiswa FKIP UNS ketika kuliah merupakan wujud dari identitas sosial. Selain
pakaian seragam, mahasiswa juga memiliki identitas lain yang mereka tampilkan
dalam waktu yang bersamaan ketika kuliah, yakni fashion.

Kata kunci : fashion, komunikasi, identitas sosial

PENDAHULUAN Penggunaan seragam dianggap


Latar Belakang Masalah mampu merangkum peran-peran
Seragam merupakan ekspresi sosial. Para akademisi terlebih
fashion yang akhir-akhir ini khusus di Indonesia, tentu memiliki
meningkat penggunaannya pada aturan berbusana yang sudah diatur
organisasi formal juga informal. oleh setiap instansi dan lembaganya
seperti Fakultas Keguruan dan Ilmu menyetarakan, namun pada
pendidikan Universitas sebelas maret kenyataannya jika kita cermati
yang telah menerapkan kebijakannya terkesan aneh bahkan malah
tentang penggunaan seragam. FKIP menciptakan berbagai pelanggaran
adalah satu-satunya fakultas di UNS aturan seragam. Setiap mahasiswa
yang memiliki aturan seragam untuk mempunyai keunikan teresendiri
mahasiswanya. FKIP UNS memiliki dalam berpakaian.
visi menjadi LPTK penghasil dan Dapat kita rasakan seiring
pengembang tenaga kerja waktu berjalan menyuguhkan
kependidikan yang berkarakter kuat perkembangan fashion yang tidak
dan cerdas. Salah satu upaya yang ada matinya, tidak dapat dipungkiri
dilakukan FKIP UNS untuk oleh setiap masyarakat pada
mewujudkan visi tersebut adalah umumnya termasuk mahasiswa. Hal
keluarnya kebijakan dekan tentang ini dapat kita lihat pemandangan
penggunaan seragam atasan dalam kehidupan kampus seperti
berwarna putih dan bawah berwarna yang sudah diterangkan, dengan
gelap. mudah dapat kita temui berbagai
Dari kejauhan memang macam model pakaian yang melekat
tampak seragam, semua mahasiswa pada tubuh mahasiswa. Yang sangat
terlihat kompak dengan pakaian yang disayangkan adalah ketika busana
mereka kenakan. Namun, jika kita yang dikenakan mahasiswa
cermati lebih dekat, tampaklah menabrak batas nilai dan norma yang
perbedaan-perbedaan dari pakaian berlaku. Terbukti dari penelitian
seragam tersebut. Dari ujung kaki yang dilakukan Muharromiyati
sampai ujung kepala hampir semua (2008), banyak mahasiswa yang
mahasiswa mengenakkan gaya memakai baju seksi atau ketat, kaos,
berpakaian yang berbeda, mulai dari celana jeans yang dilubangi, dan
baju, celana, warna jilbab bagi sandal. Hal ini juga didukung oleh
perempuan, sepatu, dan aksesoris- hasil penelitian Anisse Alami (2013)
aksesoris lain yang mereka pakai saat dengan judul Efektivitas
itu. Pakaian seragam yang Implementasi Kebijakan Dekan
seharusnya menyeragamkan dan tentang Penggunaan Seragam dalam
Rangka Pembentukan Karakter dalam artian bahwa ikatan yang
Mahasiswa FKIP UNS. Hasil terjalin diantara kelompok-kelompok
penelitian tersebut menerangkan ini menjadi terlihat jelas sehingga
bahwa, “dilihat dari segi context, sangat sulit untuk dilintasi. Negara-
latar belakang dibuatnya kebijakan negara maupun kelompok-kelompok
dekan tentang penggunaan seragam kepentingan telah menggunakan
bagi mahasiswa FKIP adalah kondisi aturan-aturan berpakaian untuk
cara berpakaian mahasiswa FKIP menciptakan penampilan yang kuat
yang tidak mencerminkan karakter dalam kontrol sosial, kebangsaan,
calon pendidik seperti memakai baju atau solidaritas kelompok.
ketat dan terlalu pendek, memakai Pemaparan yang terurai di
celana jeans pensil, berkaos, bahkan atas untuk konteks kampus menjadi
rambut diwarna dengan warna yang sangat menarik untuk dikaji. Kampus
tidak wajar” (Anisse Alami: 2013: menjadi ruang sosial multi-identitas
vi). dalam pandangan modernitas, di
Tentulah seragam akan mana pergulatan dan perebutan
membatasi mahasiswa dalam hal makna terjadi untuk merebut
fashion. Bagaimana mereka dominasi atas busana.
berbusana dan berdandan dengan Mahasiswa sebagai kaum
cara mereka tanpa mengesampingkan yang sedang gemar-gemarnya
identitas sosial sebagai mahasiswa mengolah fashion mereka namun
FKIP, yakni seragam. Pilihan-pilihan mereka diikat oleh aturan kampus
bebas dalam berpakaian tetap dalam berpakaian, bagaimana
dibatasi oleh macam-macam kaidah mereka mensinkronkan fashion
berpakaian tertentu dan hal itu tidak dengan aturan seragam menjadi
memungkinkan pilihan berpakaian penting dan menarik untuk dikaji
lainnya dapat dipakai, bahkan mengenai fenomena fashion di
beresiko untuk melanggarnya. kalangan mahasiswa. Berangkat dari
Disadari atau tidak, kaidah-kaidah uraian di atas dirasa perlu untuk
berpakaian menjadi sarana dalam diteliti tentang fashion di kalangan
membentuk dan mereproduksi mahasiswa FKIP, tentang bagaimana
berbagai kelompok masyarakat, mereka berbusana di lingkungan
kampus. Untuk itu, penulis tertarik merupakan salah satu cara seseorang
mengangkat judul, “Fashion sebagai mengkomunikasikan siapa dirinya
Komunikasi Identitas Sosial dan untuk menunjukkan identitasnya.
Mahasiswa FKIP UNS”. Identitas Sosial
Menurut Tajfel (1982),
Tujuan Penelitian “social identity (identitas sosial)
Tujuan penelitian ini adalah adalah bagian dari konsep diri
untuk mengidentifikasi faktor yang seseorang yang berasal dari
mendasari mahasiswa FKIP UNS pengetahuan mereka tentang
dalam menggunakan fashion ketika keanggotaan dalam suatu kelompok
kuliah, dan mendeskripsikan strategi sosial bersamaan dengan signifikansi
mahasiswa FKIP dalam nilai dan emosional dari keanggotaan
menggunakan fashion ketika kuliah. tersebut” (Sarwono: 2005: 92). Jadi,
identitas sosial berkaitan dengan
Kajian Pustaka keterlibatan akan keanggotan
Konsep Fashion sebagai seseorang ke dalam suatu kelompok
Komunikasi atau kategori sosial, yang di
Fashion, pakaian, busana sudah dalamnya berkaitan dengan rasa
menjadi bagian penting dari gaya, peduli dan juga rasa bangga dari
trend, penampilan keseharian. keanggotaan dalam suatu kelompok
Sebagai fenomena budaya dan tertentu.
komunikasi. Tak heran, kalau dalam Menurut Hogg dan Abraham,
kata-kata Thomas Carlyle, pakaian “ada dua proses penting yang terlibat
menjadi “perlambang jiwa” dalam pembentukan identitas sosial,
(emblems of the soul). Pakaian bisa yaitu kategorisasi diri dan
menunjukkan siapa pemakainya. perbandingan sosial, menghasilkan
Dalam kata-kata tersohor dari Eco, “I konsekuensi perbedaan” (Stets dan
speak through my clothes” (aku Burke: 2000: 225). Jadi, dalam
berbicara lewat pakaianku). pembentukkan identitas sosial
(Ibrahim: 2006: vi). Hal ini seseorang, didasari oleh proses
menunjukkan bahwa pakaian yang penempatan diri seseorang sebagai
dikenakan oleh seseorang, objek yang dikategorisasikan, selain
itu seseorang juga akan cara, gaya, dan corak serta aksesoris
membandingkan dengan individu pakainnya. Dalam dunia mahasiswa,
lain atau kelompok lain. busana yang dikenakan mampu
Fashion merupakan media menafsirkan banyak makna seperti
penandaan yang paling jelas, dari identitas. Selain identitas sebagai
sebuah fashion seseorang kita akan mahasiswa FKIP, dari cara fashion
dengan cepat akan seorang mahasiswa dapat
mengidentifikasikan orang tersebut menunjukkan makna identitas lain.
dari kelompok mana. Seperti yang Hal ini dapat dilihat dari atribut-
diungkapkan Ibrahim, menurut atribut lain yang berasal dari
Ibrahim, “busana adalah salah satu identitas dari kelompok sosial
dari seluruh rentang penandaan yang tertentu. Mahasiswa-mahasiswa yang
paling jelas dari penampilan luar, menggunakan jeans, sepatu gunung
yang dengannya orang akan dan yang berbusana Syar’i misalnya,
menempatkan diri mereka terpisah secara sadar atau tidak sadar pakaian
dari yang lain, dan selanjutnya, tersebut akan mengkomunikasikan
diidentifikasikan sebagai suatu makna lain selain identitas sebagai
kelompok tertentu” (Ibrahim: 2006: mahasiswa FKIP. Untuk itu dapat
x). kita simpulkan bahwa, fashion
Dalam konteks seragam, dengan karakteristik tertentu akan
tentu mahasiswa FKIP yang mengkomunikasikan identitas sosial
mengenakan dapat diidentifikasikan tertentu pula.
dengan mudah dari fakultas mana.
Namun, tidak selesai sampai disitu, METODE PENELITIAN
kampus sebagai tempat multi Penelitian ini mengambil lokasi
identitas bagi mahasiswa, dengan di Kampus Fakultas Keguruan dan
aksesoris, dandanan, pakaian dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
fashion mahasiswa dapat pula Maret. Adapun dasar pertimbangan
diidentifikasikan ke dalam kelompok pemilihan lokasi penelitian, karena
sosial lainnya selain FKIP. Ibrahim hanya mahasiswa FKIP UNS yang
(2007) melihat ada kekayaan dikenakan aturan seragam.
semiotic fashion dengan melihat dari
Penelitian ini menggunakan fashion, buku pedoman akademik
pendekatan kualitatif yang FKIP UNS. Dalam penelitian ini,
didefinisikan sebagai penelitian yang teknik pengambilan informan yang
bermaksud untuk memahami digunakan ialah purposive sampling,
fenomena tentang apa yang dialami Peneliti tidak menjadikan semua
oleh subjek penelitian. Esensi dari orang sebagai informan, tetapi
penelitian kualitatif adalah peneliti memilih informan yang
memahami apa yang dirasakan orang mempunyai ciri khas dalam hal
lain, memahami pola pikir dan sudut fashion. Selain itu, peneliti juga
pandang orang lain, memahami memlilih informan yang berbusana
sebuah fenomena berdasarkan sudut menarik atau fashionable. Dilihat
pandang sekelompok orang atau dari segi cara atau teknik pengumpul
komunitas tertentu dalam latar data, penelitian ini menggunakan
alamiah. Memahami yang dimaksud teknik observasi (pengamatan) dan
adalah benar-benar memahami dari interview (wawancara).
sudut pandang subjek atau Validitas data dalam hasil
sekelompok subjek, dan fungsi penelitian ini diperoleh dengan
peneliti hanya sebagai orang yang metode triangulasi data (sumber).
“mengemas” apa yang dilihat oleh Dalam penelitian ini, triangulasi data
subjek alamat sekelompok subjek (sumber) dilakukan dengan cara
(Herdiansyah:2010:18). Dalam hal membandingkan hasil wawancara
ini peneliti berusaha memahami antara informan yang satu dengan
tentang fashion yang mahasiswa informan yang lain, dan
FKIP kenakan berkaitan dengan membandingkan data dari dokumen
identitas sosial mereka. Sumber data atau arsip dengan data dengan hasil
dalam penelitian kualitatif dapat wawancara dari informan. Analisis
menggunakan sumber data primer, data pada penelitian ini
dan sumber data sekunder. Data menggunakan analisis interaktif.
primer bersumber dari informan Data yang diperoleh dari hasil
penelitian, data sekunder berasal dari penelitian akan dianalisa secara
sumber-sumber lain seperti sumber kualitatif dengan memberikan
bacaan jurnal ilmiah yang meneliti informasi yang jelas dan mendalam,
hasil dari informasi tersebut akan data yang diperoleh lebih mudah
diinterpretasikan sesuai dengan hasil dipahami untuk dianalisis. Tahap
penelitian dengan mengacu pada terakhir adalah verifikasi, verifikasi
teori yang relevan. Dalam melakukan merupakan pengkonfirmasian
analisis data terlebih dahulu sejumlah pertanyaan yang ada agar
dilakukan pengumpulan data, proses data yang dihasilkan diketahui
reduksi data, pengklasifikasian kejelasan sumbernya. Setelah proses
(penyajian data) dan verifikasi wawancara mendalam dilakukan,
(penarikan kesimpulan). Dalam peneliti berusaha mengkroscek
penelitian ini, peneliti kembali data yang telah peneliti catat
mengumpulkan data dari berbagai dari informan, hal ini dilakukan
sumber antara lain buku-buku yang untuk menghindari kesalahan dan
relevan, informasi dan keterangan kekurangan data.
berupa pendapat, tanggapan, serta
pandangan yang diperoleh dari HASIL PENELITIAN
informan. Dalam hal ini adalah data Faktor yang Mendasari
tentang bagaimana mahasiswa FKIP Mahasiswa Menggunakan Fashion
UNS mengomunikasikan identitas Ketika Kuliah
sosial mereka dalam hal fashion,
. Hal ini mencakup hal-hal apa saja
khususnya saat mengenakan
yang mendorong mahasiswa
seragam. Kemudian dilanjutkan
menggunakan fashion, terlebih
proses reduksi data yang dimaksud
khusus pada hari senin-selasa, yang
ialah merangkum, memilih hal-hal
mana pada hari itu terdapat aturan
yang pokok, memfokuskan pada hal-
berpakaian seragam. Berdasarkan
hal yang penting dan membuang data
hasil observasi dan wawancara,
yang tidak perlu. Setelah data
faktor-faktor yang mendasari
direduksi selanjutnya dilakukan
mahasiswa dalam menggunakan
pengklasifikasian atau
fashion, yaitu (a) Mahasiswa kurang
pengelompokan, dalam hal ini
bangga dengan seragam FKIP, (b)
peneliti membagi temuan data yang
Mahasiswa FKIP ingin dianggap
diperoleh dari penelitian menjadi
sama dengan mahasiswa fakultas lain
beberapa kategori tertentu, sehingga
dalam hal fashion, (c) Mahasiswa aturan seragam tidak
sangat menyukai fashion. menenggelamkan gairah mahasiswa
Banyak pendapat-pendapat dalam fashion, mereka tetap
yang mendasari mengapa ia menerapkan fashion yang mereka
menggunakan fashion ketika kuliah. sukai ketika berseragam.
Berdasarkan wawancara dengan Strategi Mahasiswa FKIP UNS
beberapa informan, pandangan dalam Menggunakan Fashion
mereka hampir sama dalam hal Ketika Kuliah
pakaian seragam FKIP. Salah satu Ada bermacam strategi
faktor mahasiswa menggunakan mahasiswa dalam menggunakan
fashion ketika kuliah adalah fashion ketika kuliah. Intinya,
rendahnya rasa bangga mahasiswa mereka mengombinasikan suatu
terhadap pakaian seragam FKIP, fashion dengan pakaian seragam,
sehingga mahasiswa cenderung seperti penggunaan jeans dan jilbab
menggunakan fashion yang mereka warna-warni dikombinasikan dengan
sukai agar merasa lebih percaya diri kemeja putih, penggunaan sneaker
ketika kuliah. dengan kesan santai yang dipadukan
Meskipun mempunyai aturan dengan pakaian seragam,
seragam yang mengikat, disisi lain penggunaan kemeja bermotif, dan
mahasiswa FKIP terkesan ingin lain-lain. Pada dasarnya mahasiswa
mensederajatkan fashion mereka berupaya melestarikan fashion
dengan mahasiswa fakultas lain. mereka meskipun terhambat oleh
Dalam artian mahasiswa FKIP ingin aturan seragam.
dianggap sama dengan mahasiswa
fakultas lain yang tidak dikenakan Pembahasan
aturan seragam ketika kuliah. Faktor yang Mendasari
Berkenaan dengan aturan Mahasiswa FKIP UNS
seragam, hal ini tentu menjadi Menggunakan Fashion Ketika
dilema bagi mahasiswa FKIP. Kuliah
Bagaimana tidak, fashion telah a. Rekategorisasi yang kurang
menjadi passion di kalangan berjalan baik
mahasiswa. Namun pada realitanya,
Dengan ditetapkannya sebuah dengan yang mereka sukai, yang
aturan seragam, maka tujuan aturan mana setiap fashion mengandung
tersebut tidak lain adalah sebuah unsur identitas di dalamnya. Menurut
upaya penyeragaman yang mengarah Bettencourt (1997), “kelemahan
pada pembentukkan identitas sosial, paling dasar dari rekategorisasi
identitas FKIP sendiri. adalah kurang diperhatikannya
Penyeragaman dari heterogenitas category distinction sebagai hal yang
fashion di FKIP merupakan sebuah sulit diubah” (Hewstone.,dkk : 590-
upaya rekategorisasi. Penggabungan 591: 2002). Analoginya seperti
kelompok-kelompok menjadi satu seorang individu bisa saja menjadi
dan identitasnya dileburkan, Satu hal Warga Negara Indonesia tetapi dia
yang pasti, rekategorisasi melalui tidak akan bisa dengan mudahnya
penggabungan berarti memaksakan melepaskan atributnya sebagai orang
diversitas yang besar masuk ke Jawa/Cina/Batak, atau yang lain, dan
dalam satu kategori baru. Menurut kategorisasi yang lebih tinggi
Brewer, Gaerthner, & Hewstone, sebagai WNI tersebut sering tidak
“rekategorisasi merupakan upaya memuaskan kebutuhan akan
untuk menstrukturisasi ulang kekhasan yang dimiliki seperti pada
kategorisasi kelompok pada level kategorisasi yang lebih rendah. Sama
yang lebih tinggi secara inklusif halnya mahasiswa FKIP, seragam
(Hewstone.,dkk : 590: 2002). belum bisa memuaskan kebutuhan
Berkaitan dengan seragam mahasiswa akan kekhasan yang
FKIP, mahasiswa menunjukkan dimiliki, sehingga tidak bisa dengan
kurangnya rasa bangga mereka mudah melepaskan atributnya yakni
terhadap pakaian seragam. Dari fashion. Hal ini ditunjukkan oleh
pendapat beberapa informan, dapat mahasiswa ketika mereka merasa
disimpulkan bahwa mahasiswa kurang bangga dengan seragam
mengedepankan fashion mereka FKIP, yang mana seragam tersebut
ketika kuliah agar mereka merasa merupakan identitas FKIP sendiri.
percaya diri ketika kuliah. b. Kuatnya Kategorisasi
Mahasiswa biasa mengenakan terhadap Identitas Lain
berbagai macam fashion sesuai
Rasa bangga yang lemah dirinya sebagai anggota salah satu
tentu akan mempengaruhi bagaimana atau beberapa kelompok (karena
mahasiswa mengkategorisasikan diri individu bisa menjadi anggota lebih
ke dalam identitas sosial mahasiswa dari satu kelompok) dalam
FKIP. Bahkan peneliti menemukan lingkungan sosialnya. Berdasarkan
hal unik disini, bahwa mahasiswa pernyataan beberapa informan
FKIP berusaha mengkategorisasikan tersebut, berarti mahasiswa FKIP
dirinya ke dalam identitas sosial telah mengkategorikan dirinya
mahasiswa secara umum dalam hal kedalam kategori lain. Dalam hal
fashion. Mahasiswa secara umum fashion dapat dilihat dari mahasiswa
dalam artian mahasiswa yang FKIP yang mengenakan fashion
menggunakan berbagai macam ketika kuliah, seperti fashion pecinta
fashion tanpa diikat aturan seragam. alam, fashion syar’i, fashion sporty,
Hogg dan Abrams (1988) fashion trendy, dan lain-lain.
mengatakan, “In social identity c. Fashion sebagai Komunikasi
theory, a social identity is a Artifaktual Mahasiswa FKIP
person's knowledge that he or she UNS
belongs to a social category or fashion merupakan bagian dari
group.”(Stets dan Burke: 2000: 225). mahasiswa yang begitu penting. Dari
Menurut Hogg dan Arbams, identitas beberapa informan, mereka
sosial adalah pengetahuan seseorang berpendapat bahwa fashion
tentang kategori sosial atau merupakan jati diri, ekspresi,
kelompok miliknya. Dari mana looking, lambang kelas sosial, dan
identitas sosial berdasar adalah dari lain-lain. Fashion merupakan salah
diri individu sendiri, bagaimana ia satu media komunikasi identitas diri
mengkategorisasikan dirinya ke mereka dengan orang lain. Ada suatu
dalam sebuah kelompok atau pesan yang ingin mereka sampaikan
kategori sosial tertentu. Jika kita lewat fashion mereka. Pada
kaitkan dengan teori tersebut, maka realitanya, aturan seragam tidak
seorang mahasiswa FKIP akan menenggelamkan gairah mahasiswa
memperoleh suatu identitas sosial dalam fashion, mereka tetap
ketika ia telah mengkategorikan menerapkan fashion yang mereka
sukai ketika berseragam dengan estetis. Roach dan Eicher (1979)
alasan unsur komunikasi dalam mengatakan, “Individu-individu itu
fashion. Menurut Thomas Carlyle, pun mungkin memperoleh
pakaian menjadi “perlambang jiwa” kesenangan estetis baik dari
(emblems of the soul). Pakaian bisa ‘penciptaan pameran pribadi’
menunjukkan siapa pemakainya. maupun dari apresiasi orang
Dalam kata-kata tersohor dari Eco, “I lain”(Barnard: 2011: 85). Mahasiswa
speak through my clothes” (aku mengungkapkan bahwa dengan dia
berbicara lewat pakaianku). menggunakan fashion, orang lain
(Ibrahim: 2006: vi). Hal ini akan lebih senang melihatnya, dan
menunjukkan bahwa pakaian yang pemakainya merasa lebih percaya
dikenakan oleh seseorang, diri. Ini merupakan bentuk
merupakan salah satu cara seseorang kesenangan estetis yang timbul
mengkomunikasikan siapa dirinya melalui apresiasi dari orang lain.
dan untuk menunjukkan identitasnya. Ketidaksopanan dan Daya Tarik,
Berkaitan dengan komunikasi motivasi mengenakan pakaian
artifaktual tersebut tentu ada pesan dijelaskan dalam hal ini adalah
yang ingin mahasiswa sampaikan ketidaksopanan atau
lewat fashion, diantaranya adalah (1) ekshibisionisme, dalam pandangan
Ekspresi Individualistik; (2) Barnard, “fungsi pakaian adalah
Ketidaksopanan dan Daya Tarik; dan untuk menarik perhatian pada
(3) Status Sosial. tubuh”(Barnard: 2011: 79). Dari
Ekspresi Individualistik, berdasar beberapa pandangan informan dapat
dari mahasiswa yang mengenakan ditarik kesimpulan bahwa fashion
pakaian dengan motiv untuk digunakan mahasiswa salah satunya
mengekspresikan keunikan dirinya. untuk menarik perhatian orang lain.
Setiap mahasiswa tentu mempunyai Status Sosial, dalam
keunikan masing-masing, sehingga kehidupan manusia tak lekang dari
mereka menggunakan fashion bayang-bayang peningkatan status
sebagai komunikasi ekspresi sosial yang ia miliki. Salah satu hal
individual mereka. elain keunikan, yang menjadi media peningkatan
efek lainnya adalah efek kesenangan status sosial adalah fashion. Seperti
yang dikatakan Malcolm Barnard menggunakan atribut-atribut fashion
bahwa, “Pakaian fashion sering dengan mode yang fashionable dan
digunakan untuk menunjukkan nilai trendy, yang kemudian
sosial atau status, dan orang kerap dikombinasikan dengan pakaian
membuat penialaian terhadap nilai seragam FKIP UNS. Misalnya
sosial atau status orang lain penggunaan hijab, sepatu sporty, rok
berdasarkan apa yang dipakai orang yang sedang trend, blazer, span,
tersebut” (Barnard: 2011: 86). celana sobek, kaos, celana jeans,
Berdasarkan pandangan salah satu jaket, dan lain-lain. Penampilan
informan, fashion sendiri bagi mereka istilahnya mix and match.
mahasiswa merupakan media
Dalam dunia nyata,
komunikasi status sosial mahasiswa.
kebanyakan dari individu pun
Good looking itu sendiri yang menjadi
biasanya memiliki keanggotaan
dasar penilaian dari orang lain, dengan
kelompok yang lebih dari satu,
penampilan fashion yang modis atau
sehingga memberikan pengaruh pada
good looking, mahasiswa akan
bias terhadap kategorisasi sosial dan
memperoleh status yang lebih dimata
in-group. Sama halnya dengan
orang lain.
mahasiswa FKIP UNS, maka
2. Strategi Mahasiswa FKIP seorang mahasiswa dapat memiliki
UNS dalam Mengelola Fashion beberapa identitas sosial, inilah yang
disebut identitas ganda. Secara
Pada pembahasan sebelumnya juga
operasional identitas ganda yang
telah dijelaskan bahwa mahasiswa
dimaksud bisa horisontal atau sejajar.
pada dasarnya memiliki kategorisasi
Konsekuensi dari identitas ganda
pada kelompok-kelompok sosial
adalah terjadi persilangan kategori.
selain FKIP UNS. Jadi, mereka
Hal ini akan lebih jelas tampak pada
mempunyai identitas lain pada saat
identitas ganda horizontal. Pada
berseragam.
kenyataannya, persilangan kategori
Berdasarkan pengamatan dan juga merupakan hal yang lumrah dan
wawancara, ada banyak cara terjadi pada berbagai kondisi. Jadi,
mahasiswa dalam menggunakan dengan banyaknya kategori-kategori
fashion ketika berseragam, yakni fashion di lingkungan kampus, di sisi
lain mahasiswa FKIP memiliki motivasi dari strategi penggunaan
aturan seragam yang mengikat. fashion saat berseragam. Pertama,
Untuk mensiasati hal tersebut, Mahasiswa memiliki loyalitas ganda,
mahasiswa melakukan persilangan ini akan mereduksi arti pentingnya
kategori, sehingga mahasiswa FKIP satu identitas saja, terutama dalam
melakukan kombinasi fashion mendefinisikan diri sebagai bagian
dengan aturan seragam pada saat dari kelompok. Pada mahasiswa
yang sama. Yang mana, keduanya FKIP, mereka menganggap ada
memiliki identitas masing-masing. identitas lain yang juga penting bagi
Menurut Brewer & Gaerthner mereka, yakni fashion. Hal ini
(2003), dilihat dari sisi motivasional disebabkan oleh loyalitas ganda dari
ada beberapa faktor yang dapat mereka, fashion dan aturan seragam
meningkatkan rasa persatuan pada bagi mereka sama pentingnya untuk
persilangan kategori. dilestarikan pada saat yang sama.
“Pertama, persilangan kategori Kedua, dengan persilangan kategori
berarti juga ada ’loyalitas’ pada dalam fashion mahasiswa, akan
beberapa kelompok. Loyalitas ganda menyadarkan bahwa dalam sebuah
ini akan mereduksi arti pentingnya lingkungan sosial terdapat banyak
satu identitas saja, terutama dalam kelompok-kelompok sosial yang
mendefinisikan diri sebagai bagian berbeda. Perasaan in-group atau out-
dari kelompok. Kedua, persilangan group adalah sesuatu yang biasa
kategori akan menyadarkan bahwa terjadi, ini terjadi ketika mahasiswa
outgroup juga bisa sebagai fellow FKIP merasa kurang bangga dengan
sehingga sikap-sikap negatif seragam FKIP dan kemudian mereka
terhadap outgroup juga akan menutupi dengan fashion mereka.
berkurang. Ketiga, persilangan Ketiga, mahasiswa berinteraksi di
kategori akan meningkatkan interaksi lingkungan kampus dengan berbagai
interpersonal dan mobilitas lintas macam kelompok sosial yang
batas kelompok“ (Hewstone, Rubin, berbeda, dan kemudian mereka
& Willis: 2002: 592). melakukan mobilitas. Dalam hal
fashion, mereka menggunakan
Ditinjau dari pandangan
berbagai macam mode fashion
Brewer dan Gaerthners, ada beberapa
meskipun mereka terikat oleh aturan b. Kuatnya Kategorisasi terhadap
seragam. Identitas Lain
Lingkungan kampus
merupakan lingkungan sosial yang di
SIMPULAN DAN SARAN
dalamnya menyuguhkan begitu
Simpulan
banyak kategori identitas-identitas
Berdasarkan hasil analisis penelitian
sosial. Melalui identifikasi kelompok
mengenai fashion sebagai
sosial dalam hal fashion selama di
komunikasi identitas sosial
kampus, kemudian mahasiswa
mahasiswa FKIP UNS dapat diambil
mengkategorisasikan diri mereka ke
kesimpulan sebagai berikut :
dalam identitas-identitas lain, seperti
1. Faktor-faktor yang mendasari
identitas fashion mahasiswa secara
mahasiswa FKIP UNS dalam
umum yang khas dengan tampilan
menggunakan fashion ketika
modis dan trendi, identitas fashion
kuliah
mahasiswa yang sporty, artistik,
a. Rekategorisasi yang Kurang
syar’i, dan lain-lain.
Berjalan Baik
c. Fashion sebagai Komunikasi
Tujuan aturan seragam tidak
Artifaktual Mahasiswa FKIP
lain adalah sebuah upaya
UNS
rekategorisasi, penyeragaman yang
Faktor yang kedua ini
mengarah pada pembentukkan
berhubungan dengan fungsi penting
identitas sosial, identitas FKIP
fashion bagi mahasiswa. Fungsi
sendiri. Penggabungan kelompok-
fashion bagi mahasiswa adalah
kelompok menjadi satu dan
sebagai komunikasi, ada pesan non-
identitasnya dileburkan. Namun
verbal yang mereka sampaikan lewat
upaya tersebut masih kurang berjalan
fashion, antara lain: ekspresi
baik karena lemahnya rasa bangga
individualistik, ketidaksopanan dan
mahasiswa terhadap identitas sosial
daya tarik, dan status sosial.
FKIP UNS, yakni seragam.
2. Strategi mahasiswa FKIP UNS
Sedangkan dalam sebuah proses
dalam menggunakan fashion
tumbuhnya identitas sosial, rasa
ketika kuliah
bangga adalah pupuk.
Dalam hal fashion, mahasiswa telah b. Fakultas harus merencanakan
mengkategorisasikan diri mereka ke kebijakan lain guna
dalam identitas tertentu. Namun, meningkatkan kualitas
aturan seragam merupakan suatu lulusan FKIP, karena
kewajiban yang harus ditaati kebijakan aturan seragam
mahasiswa FKIP UNS. Untuk kurang berjalan efektif pada
menggunakan fashion ketika kuliah kalangan mahasiswa.
tentu membutuhkan suatu strategi, c. Fakultas perlu
ditinjau dari teori identitas sosial mempertimbangkan
strategi yang mereka gunakan adalah peningkatan tenaga
persilangan kategori. Jadi, pada saat kependidikan dan fasilitas
yang sama ketika kuliah mereka fisik dibanding merencanakan
mengenakan seragam yang tata aturan yang kurang
dikombinasikan dengan fashion berdampak besar untuk
mereka. Dimana seragam dan mahasiswa sebagai celon
fashion mempunyai identitas yang pendidik.
berbeda, hal ini terjadi sebuah
2. Bagi Tenaga Kependidikan
persilangan kategori dalam hal
FKIP UNS
fashion.
Saran a. Perlu peningkatan kepedulian
Setelah mengadakan penelitian pada seluruh dosen dan
dan pengkajian mengenai fashion tenaga kependidikan FKIP
sebagai komunikasi identitas sosial UNS terkait penggunaan
mahasiswa FKIP UNS, penulis seragam dengan pemberian
memberikan saran-saran sebagai ketauladanan.
berikut: b. Perlu membantu fakultas
1. Bagi Fakultas dengan mengembangkan
inisiatif metode perkuliahan
a. Perlu sosialisasi yang lebih
demi tercapainya visi
baik dan jelas dari fakultas
fakultas dalam mencetak
agar mahasiswa lebih merasa
calon pendidik berkuaitas.
memiliki identitas FKIP yang
harus dijaga. 3. Bagi Mahasiswa
a. Perlu kesadaran dalam Sosial. Jakarta: Salemba
menjaga identitas FKIP. Humanika.

b. Perlunya kesadaran pada diri H.B. Sutopo. (2006). Metodologi


mahasiswa FKIP yang Penelitian Kualitatif: Dasar
Teori dan Teranpannya
merupakan seorang calon
dalam Penelitian. Surakarta:
guru dengan cara berseragam UNS Press
yang baik.
Hewstone Miles, Rubin Mark, &
c. Perlu mempertimbangkan Willis Hazel. (2002).
etika berpakaian yang cocok Intergroup Bias. Oxford:
University of Oxford.
untuk mengikuti kuliah.
DAFTAR PUSTAKA Hogg, M. A. & Reid, S. A. (2006).
Social Identity, Self-
Barnard, Malcolm (2011). Fashion
categorization, and the
sebagai Komunikasi (Cara
communication of group
Mengkomunikasikan
norms. Vol 16(1), pg. 7-30.
Identitas Sosial, Seksual,
Brisbane: University of
Kelas, dan Gender).
Queesland.
Yogyakarta: Jalasutra.
Ibrahim, Idy Subandy. (2006).
Fakultas Keguruan dan Ilmu
Budaya Populer Sebagai
Pendidikan, Universitas
Komunikasi. Yogyakarta:
Sebelas Maret. (2012). Buku
Jalasutra.
Pedoman Akademik
Fakultas Keguruan dan Kellner, Douglas. (2010). Budaya
Ilmu Pendidikan tahun Media: Cultural Studies,
2012/2013. Surakarta: Identitas, dan Politik
Universitas Sebelas Maret. Modern dan Postmodern.
Yogyakarta: Jalasutra
Gunawan, Imam (2015). Metode
Penelitian Kualitatif: Teori Lexy J. Moelong. (2011).
dan Praktik. Jakarta: PT Metodologi Penelitian
Bumi Aksara Kualitatif. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Hartley, John (2010).
Communication, Cultural, Ritzer, George. (2012). Teori
& Media Studies. Sosiologi (Dari Sosiologi
Yogyakarta: Jalasutra Klasik sampai
Perkembangan Terakhir).
Haris, Herdiansyah. (2010).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Metodologi Penelitian
Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu
Sarwono, Sarlito Wirawan. (2005). Intergroup Behavior.
Psikologi Sosial : Psikologi Bristol: University of
Kelompok dan Psikologi Bristol
Terapan. Jakarta: Balai
Pustaka Fathurohman. (2007). Model-model
Psikologi
Usman Dan Purnomo Setiady. Kebhinnekatunggalikaan
(2000). Metodologi dan Penerapannya di
Penelitian Sosial, Jakarta: Indonesia. Publikasi Online:
Bumi Aksara UGM
Sumber:
Stets, Jan. E. , & Burke, Peter J.
http://fatur.staff.ugm.ac.id/
(2000). Identity Theory and
diakses pada 23/12/2015
Social Identity Theori.
Washington State
University

Tajfel, Henry, & Turner John. C. The


Social Identity Teori of

You might also like