Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP CITRA POLISI LALU LINTAS

DI POLSEK KECAMATAN TAMPAN KOTA PEKANBARU

Oleh :
Vania Avissa Wardani
Email : vaniaavisawardani@yahoo.com

Pembimbing : Yoskar Kadarisman

Jurusan Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau
Kampus Bina Widya Km. 12,5 Simp. Baru Pekanbaru 28293 Telp/Facs. 0761 – 63277

ABSTRAC

There were many phenomenons that deserved to be researched, one of the


phenomenons was a bribe exploits in arresting every vehicles. That was certainly giving
a positive and negative effect for the traffic warden image that was not ready been a
discipline in a rule of law equity yet.
To know the result of this research, that is the reason why the researcher applied
the collecting data technique by applying the observation technique and interviewing
the respondents. There was a way by assuming the sample or the respondents treated
with the Accidental Sample Technique, which was a stipulation by the respondents
treated so spontaneously by people as bikers that interviewed on highway directly. The
respondents amounted to 36 persons. The researcher has totalled the deduction of 36
persons based on the level of final data when the rejoinder was almost being homogeny
and the researcher satisfied to expect the information. The kind of this research used by
the researcher here is the descriptive quantitative research.
The result of this research indicated that it was sealed for the bribe exploits in
arresting many vehicles were actually happened. So that the people perception for the
traffic warden image became a negative thing, moreover a few people were perceptive
in a positive thinking. It could be seen with the perception factors, such as the individual
experience, the people experience, an interesting and a particular attention from the
societies.
The result of this research is expected to point out a general description for the
readers to collect the information about The People Perception for the Traffic Warden
Image in the Sector Police of Tampan Pekanbaru.

Keywords: Perception, Society, The Traffic Warden Image

PENDAHULUAN hukum serta memberikan perlindungan,


pengayoman dan pelayanan kepada
1.1. Latar Belakang
masyarakat dalam rangka terpeliharanya
Kepolisian Negara Republik keamanan dalam negeri.
merupakan alat negara yang berperan Kecenderungan lain yang tampak dalam
dalam memelihara keamanan dan kenyataan adalah, bahwa para penegak
ketertiban masyarakat menegakkan hukum lebih mementingkan kedudukan

Jom FISIP Volume 2 No. 1 – Februari 2015 1


daripada peranannya. Kenyataan bertindak adil. Polisi kemudian berubah
demikian menimbulkan kesulitan- menjadi sosok yang menakutkan.
kesulitan besar untuk menegakan Fenomena ini tidak sejalan dengan
tugas polisi yang tercantum dalam
hukum yang adil secara terpadu.
Undang-Undang Republik Indonesia
Tekanan pada kedudukan disandang Nomor 2 Tahun 2002 tentang
oleh para penegak hukum. Kepolisian Negara Republik Indonesia
Konsekuensinya adalah pengaruh dan yang seharusnya memberi perlindungan
persepsi negatif (Ronny, 2002). serta rasa aman dan nyaman, serta
Pandangan masyarakat terhadap mengayomi dan memberi pelayanan
keefektifan kinerja polisi juga memberi kepada masyarakat. Tetapi itu tidak
kontribusi cukup signifikan dalam citra sepenuhnya karena kesalahan polisi,
kepolisian sebagai aparat keamanan melainkan juga karena dilema-dilema
yang mampu mengemban tanggung yang dihadapi oleh polisi ditengah
jawab atas tugas dan kewajibannya masyarakat yang selalu mengalami
terhadap bangsa dan Negara perubahan serta tak terlepas dari
Tidak dapat dipungkiri citra beragam masalah yang kompleks.
polisi dalam masyarakat Indonesia Dengan adanya UU No. 22
belum menemukan bentuknya yang Tahun 2009 ini, bukan berarti bahwa
jelas. Khususnya pada polisi lalu lintas Polri akan berorientasi pada
yang dalam menjalankan tugas mereka kewenangan (authority). Akan tetapi,
bersentuhan langsung dengan harus disadari bahwa tugas dan fungsi
masyarakat. Polisi lalu lintas lebih dekat Polri di bidang lalu lintas, berikut
dengan masyarakat. kewenangan-kewenangan yang melekat,
Pelayanan kepada masyarakat di berkolerasi erat dengan fungsi
bidang lalu lintas dilaksanakan juga kepolisian lainnya baik menyangkut
untuk meningkatkan kualitas hidup aspek penegakan hukum maupun
masyarakat, karena dalam masyarakat pemeliharaan Kamtibmas dan
yang modern lalu lintas merupakan pencegahan kejahatan secara terpadu.
faktor utama pendukung Salah satu tantangan yang
produktivitasnya. Dan dalam lalu lintas dihadapi polisi lalu lintas adalah adanya
banyak masalah atau gangguan yang kesenjangan persepsi masyarakat atas
dapat menghambat dan mematikan tugas-tugas polisi seharusnya dengan
proses produktivitas masyarakat. kenyataan yang terjadi sekarang di
Seperti kecelakaan lalu lintas, masyarakat. Masyarakat mengharapkan
kemacetan maupun tindak pidana yang kehadiran polisi akan membawa
berkaitan dengan kendaraan bermotor. ketentraman, ketertiban dan keadilan
Untuk itu polisi lalu lintas juga dalam kehidupan sehari-hari di tengah
mempunyai visi dan misi yang sejalan masyarakat. Oleh karena itu penelitian
dengan bahasan Polri di masa depan ini bertujuan mendeskripsikan persepsi
(Lubis, 1988). masyarakat terhadap kineja plisi lalu
Dapat dijabarkan dalam lintas, dan mencari sebab timbulnya
beberapa kasus yang harusnya persepsi masyarakat tersebut, karena
diselesaikan dengan baik oleh polisi, persepsi masyarakat merupakan faktor
justru malah mempertegas anggapan yang mempengaruhi manajemen
masyarakat bahwa polisi semakin tidak strategi kepolisian.
dapat mengayomi dan tidak dapat Setelah sekitar empat belas
tahun Polri pisah dari TNI, masyarakat
Jom FISIP Volume 2 No. 1 – Februari 2015 2
tentuya dapat memberikan persepsi atas Di dalam kepolisian, suap
kinerja polisi setelah terjadinya biasanya bermula ketika terjadi tindak
reformasi dalam tubuh Polri dengan pelanggaran hokum yang diselesaikan
dilatar belakangi masalalu kepolisian di dengan cara-cara diluar hokum yang
jaman orde baru. berlaku. GDS 2002 menunjukkan
Dapat dilihat dari fenomena bahwa cara-cara tersebut, antara lain,
nasional, suap dalam pelayanan public melalui pemerasan, menyelesaikan
masih banyak dijumpai dalam berbagai kasus secara pilih kasih, ataupun
jenis pelayanan public. Ada banyak melalui “musyawarah”.
faktor yang menyebabkan suap dalam Berangkat dari sejarah dan
birokrasi menjadi fenomena yang lazim fenomena tersebut, penulis merasa perlu
didalam praktik pelayanan public di mengkaji sejauh apa masyarakat menilai
Indonesia. Bahkan ada juga yang kinerja Polisi di Kota pekanbaru dalam
menganggap fenomena suap tersebut menjalankan fungsi yang jelas
sebagai sesuatu yang menguntungkan. tercantum dalam Undang-Undang
Penuturan seorang masyarakat Kepolisian Nomor 2 Tahun 2002.
Jawa Tengah (Data Kualitatif GDS, Bagaimana polisi yang harusnya
2002) dalam Reformasi, 2003 : menjadi mitra dan pelindung
“Zaman sekarang ini masih masyarakat memberikan pengabdian.
adabudaya suap. Suap dalam hal ini, Hal tersebut sangat menarik perhatian
selain sebagai usaha untuk penulis untuk meneliti masalah yang
memperlancar prosedur juga sebagai diberi judul: “Persepsi Masyarakat
ucapan terima kasih. Kalau dulu Terhadap Citra Polisi Lalu Lintas di
sebelum reformasi, sudah harus Polsek Kecamatan Tampan Kota
menyuap, prosedurnya berbelit-belit Pekanbaru”.
pula. Sekarang lebih enakan, walaupun
harus ngasih uang rokok 1.2. Perumusan masalah
segala.manurut saya, aparat itu dalam
melayani memang terkesan mencari- 1. Bagaimana persepsi masyarakat
cari kesempatan supaya dapat uang tentang citra polisi lalu lintas di
tambahan. Ada saja alasannya, untuk Polsek kecamatan Tampan Kota
biaya stempel, pokoknya kelihatan Pekanbaru?’
sekali kalau dicari-cari dan tidak ada 2. Faktor-faktor apa saja yang
dalam peraturan. Keadaan birokrasi membentuk persepsi masyarakat
pelayanan kita memang sudah akut, terhadap citra polisi lalu lintas di
apalagi ditambah dengan tidak adanya Polsek Kecamatan Tampan Kota
pengawasan. Wah, semakin akut saja” Pekanbaru?
(Reformasi, 2003).
Dari sisi petugas pemberi 1.3. Tujuan penelitian
pelayanan, fenomena suap dalam
pelayanan public diakui tidak hanya Sejalan dengan permasalahan
disebabkan dari permintaan petugas yang telah disebutkan diatas, secara
pelayanan semata untuk mendapatkan spesifik penelitian ini bertujuan sebagai
penghasilan tambahan. Namun juga berikut :
karena adanya dorongan dari 1. Untuk mengetahui bagaimana
masyarakat yang menginginkan agar persepsi masyarakat terhadap citra
urusannya segera selesai. polisi lalu lintas di Polsek

Jom FISIP Volume 2 No. 1 – Februari 2015 3


Kecamatan Tampan Kota mungkin sangat berbeda dari
Pekanbaru kenyataannya (Thoha, 1983 : 141-142).
2. Untuk mengetahui faktor apa saja Lebih lanjut, Duncan merumuskan
yang membentuk persepsi persepsi dengan berbagai cara, persepsi
masyarakat terhadap citra polisi diartikan sebagai yang lebih dari
lalu lintas di Polsek Kecamatan sekedar mendengar, melihat atau
Tampan Kota Pekanbaru. merasakan sesuatu. Menurut guru besar
Universitas of Alaboma ini, persepsi
1.4. Manfaat penelitian yang signifikan itu adalah jika diluar
jangkauan lima indera. Dan jika
Adapun manfaat penelitian ini persepsi dimaksudkan sebagai indera
adalah sebagai berikut : keenam, maka menurut Luthans, belum
1. Diharapkan mampu menjadi ada kesepakatan yang penuh diantara
bahan masukan bagi para ahli tentang indera keenam tersebut
pengembangan ilmu (Thoha, 1983 : 142-143).
pengetahuan khususnya terhadap Persepsi ditentukan oleh
ilmu sosiologi itu sendiri beberapa faktor. Krech dan Cruthfield
2. Diharapkan hasil dari penelitian (1997: 235) sebagaimana dikutip oleh
ini dapat menjadi acuan dalam Rachmat (2005) menyebutkan faktor
mempelajari kajian sosiologis fungsional dan faktor structural, adapun
mengenai Kepolisian khususnya penjelasannya sebagai berikut :
yang berkaitan dengan polisi a. Faktor fungsional
lalu lintas Berdasarkan hal di atas, Krech
3. Untuk menambah pengetahuan dan Cruthfield dalam Rakhmat (2005)
pembaca dan sumbangan merumuskan dalil persepsi yang
pemikiran bagi masyarakat lain pertama : persepsi yang bersifat selektif
yang melakukan penelitian secara fungsional, artinya objek-objek
serupa secara lebih luas. yang mendapat tekanan dalam persepsi
individu biasanya objek-objek yang
KERANGKA TEORI memenuhi tujuan individu yang
melakukan persepsi. Contohnya :
2.1. Pengertian Persepsi pengaruh kebutuhan kesiapan mental,
suasana emosional, dan latar belakang
Menurut Wade Carole dan budaya terhadap persepsi titik.
Travis Carole (2008 : 193-194) persepsi b. Faktor struktural
adalah sekumpulan tindakan mental Faktor struktural berasal dari
yang mengatur impuls-impuls sensorik sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf
menjadi suatu pola yang memiliki yang ditimbulkan pada sistem saraf
makna. Tidak jarang sebuah gambaran individu. Teori Gestalt merupakan
sensorik dapat menghasilkan persepsi prinsip-prinsip persepsi yang bersifat
yang berbeda-beda. Sedangkan Kartono struktural yang dirumuskan oleh para
(1986 : 151) menjelaskan bahwa psikolog, teori ini menyatakan bahwa
persepsi adalah kemampuan untuk Gestalt (1959) apabila individu
melihat dan menanggapi realitas nyata. mempersepsikan sesuatu, maka individu
Krech menyimpulkan bahwa tersebut mempersepsikannya secara
persepsi adalah suatu proses kognitif keseluruhan, tidak melihat bagian-
yang kompleks dan menghasilakn suatu bagiannya, lalu menghimpunnya.
gambaran unik mengenai sesuatu yang
Jom FISIP Volume 2 No. 1 – Februari 2015 4
Persepsi manusia terbagi dua, seseoarang merasakannya atau
yakni persepsi terhadap objek menerimanya.
(lingkungan fisik) dan persepsi terhadap - Ukuran dan penempatan dari
manusia (persepsi sosial). obyek atau stimulus
a. Persepsi Terhadap Lingkungan - Warna
Fisik (Objek) - Keunikan dan kekontrasan
Persepsi terhadap lingkungan stimulus
fisik merupakan persepsi terhadap objek - Intensitas
melalui lambing-lambang fisik. Persepsi - Motion atau gerakan
terhadap objek adalah persepsi yang Yusmar yusuf (1991 : 108)
menanggapi sifat-sifat luar. Kebanyakan menjelaskan bahwa persepsi merupakan
objek tidak mempersepsikan individu “pemaknaan hasil pengamatan”
ketika individu tersebut termasuk lingkungan yang menyeluruh,
mempersepsikan objek-objek tersebut. lingkungan dimana individu berada dan
b. Persepsi Terhadap Manusia dibesarkan, dan kondisi merupakan
(Persepsi Sosial) untuk persepsi.
Persepsi sosial merupakan suatu
proses dalam menangkap arti dari 2.2. Pengertian Masyarakat
objek-objek sosial dan kejadian-
kejadian yang dialami oleh suatu Masyarakat adalah elemen
lingkungan. Berikut prinsip penting terpenting dalam interaksi dan pola
dalam persepsi sosial. hubungan sosial. Menurut Kingsley
Menurut Gibson, dkk (1989) Davis, Masyarakat adalah kelompok
dalam Jiang Rinto (2009) faktor yang sosial terkecil yang bertempat tinggal
mempengaruhi terbentuknya persepsi didaerah tertentu yang didalamnya
meliputi faktor internal dan eksternal. mengandung seluruh aspek kehidupan.
Adapun penjelasannya sebagai berikut : Philip Roup juga mengemukakan
1. Faktor Internal yang masyarakat merupakan kelompok sosial
mempengaruhi persepsi, yaitu yang memiliki ciri-ciri : kesamaan
faktor-faktor yang terdapat dalam tempat tinggal, kesamaan sistem nilai,
diri individu, yang mencakup kesamaan aktivitas dan pola tingkah
beberapa hal antara lain : laku (Ngadiyono, 1994 : 15)
- Pengalaman Menurut Mayo (1998 : 162)
- Fisiologis sebagaimana dikutip oleh Suharto
- Minat (2005) mengaklasifikasi kan masyarakat
- Kebutuhan yang searah kedalam dua konsep. Pertama,
- Perhatian Khusus masyarakat sebagai sebuah “tempat
- Suasana hati bersama”, yakni di sebuah wilayah
2. Faktor Eksternal yang geografis yang sama. Kedua,
mempengaruhi persepsi, masyarakat sebagai “kepentingan
merupakan karakteristik dari bersama”, yakni kesamaan kepentingan
linkungan dan obyek-obyek yang berdasarkan kebudayaan dan identitas.
terlibat didalamnya. Elemen-
elemen tersebut dapat mengubah 2.3. Pengertian Polisi Lalu Lintas
sudut pandang seseorang terhadap
dunia sekitarnya dan Kepolisian Negara Republik
mempengaruhi bagaimana Indonesia atau yang sering disingkat
dengan Polri dalam kaitannya dengan
Jom FISIP Volume 2 No. 1 – Februari 2015 5
Pemerintahan adalah salah satu fungsi 2. Persepsi masyarakat yang
pemerintahan negara di bidang dimaksud dalam penelitian ini
pemeliharaan keamanan dan ketertiban adalah persepsi beberapa individu
masyarakat, penegakan hukum, yang dianggap dapat mewakili
perlindungan, pengayoman, dan masyarakat lainnya dalam wilayah
pelayanan kepada masyarakat, yang yang sama.
bertujuan untuk mewujudkan keamanan 3. Masyarakat yang dimaksud dalam
dalam negeri yang meliputi penelitian ini adalah beberapa
terpeliharanya keamanan dan ketertiban individu pengguna sepeda motor di
masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, wilayah polsek kecamatan Tampan
terselenggranya perlindungan, yang memiliki Surat Izin
pengayoman, dan pelayanan kepada Mengemudi (SIM).
masyarakat, serta terbinanya 4. Karakteristik responden yang
ketentraman masyarakat dengan dimaksud dalam penelitian ini
menjunjung tinggi hak azasi manusia. adalah masyarakat yang berada di
Kecamatan Tampan dengan
2.4. Pengertian Citra polisi klasifikasi jenis kelamin, umur,
tingkat pendidikan, dan pekerjaan.
Citra adalah gambaran atau 5. Polisi Lalu Lintas yang dimaksud
bayangan yang dihasilkan oleh suatu dalam penelitian ini adalah polisi
objek yang memperlihatkan suatu lalu lintas yang berada di pos polisi
keadaan (Nur Kholif Hazin, 2003). wilayah polsek kecamatan tampan
Citra Polisi lalu lintas di mata maupun polisi lalu lintas yang
masyarakat juga dapat diperbaiki berada dijalan raya wilayah
dengan melaksanakan praktik tersebut.
penegakan hukum secara transparan. Di 6. Citra polisi yang dimaksud dalam
dalam Rencana Strategis Polri (Renstra penelitian ini adalah gambaran
Polri) secara tegas dinyatakan, bahwa yang ditangkap oleh masyarakat
strategi yang dipandang tepat untuk pengguna sepeda motor dipolsek
menumbuhkan kepercayaan masyarakat kecamatan Tampan tentang kinerja
terhadap Polri adalah dengan polisi sesuai dengan tugas dan
mengupayakan dengan optimal tugas wewenang polisi lalu lintas
dan fungsi yang telah diatur dalam UU
kepolisian. METODE PENELITIAN

2.5. Konsep Operasional 3.1. Lokasi penelitian

Konsep adalah sesuatu yang Penelitian ini dilakukan pada


mengungkapkan pentingnya gejala, agar wilayah Polsek Tampan, hal ini
gejala yang dimaksud dapat jelas dan dilakukan karena Polsek Tampan
terbentuk secara sistematis. Maka dalam merupakan polsek yang berada pada
penelitian ini peneliti memberi batasan wilayah yang sedang berkembang, yang
konsep : selalu di hadapkan dengan masalah
1. Persepsi yang dimaksud dalam kemacetan, sehingga banyak
penelitian ini adalah proses masyarakat yang lebih memilih
penilaian seseorang terhadap citra menggunakan sepeda motor.
polisi lalu lintas di wilayah polsek
kecamatan Tampan.
Jom FISIP Volume 2 No. 1 – Februari 2015 6
3.2. Populasi dan Sampel dan wawancara. Teknik observasi
adalah pengamatan langsung
Populasi adalah keseluruhan dilapangan, mengenai kondisi lokasi
objek penelitian baik berupa manusia, penelitian.
gejala, nilai, benda-benda atau peristiwa Sedangkan teknik wawancara
(Nasution, 2003). Yang menjadi objek dilakukan dengan melakukan
didalam penelitian ini yaitu masyarakat wawancara langsung kepada responden
Kota Pekanbaru, khususnya dengan mempersiapkan pedoman
penngendara sepeda motor di polsek wawancara. Wawancara dilakukan
kecamatan Tampan. secara terbuka, dengan kata lain peneliti
menanyakan hal-hal yang perlu
3.3. Jenis Data memberikan sepenuhnya kepada
responden untuk menjawab tanpa
Penelitian memerlukan data dipengaruhi.
yang dapat membantu pengumpulan
data lapangan. Data terbagi atas dua 3.5. Analisis Data
jenis, yaitu :
1. Data Primer Analisis data merupakan tahap
Data primer merupakan data akhir penelitian, dilakukan dengan
yang dikumpulkan dari responden yang proses pengorganisasian dan
berguna untuk menjawab permasalahan mengurutkan data penelitian kedalam
yang ada. Data ini diperoleh langsung pola, kategori dan satuan uraian data
dari lapangan dengan metode sehinggga dapat dikekahui dari
wawancara terstruktur yaitu dengan penelitian dengan masalah yang telah
menggunakan wawancara mendalam ditetapkan. Analisi data dilakukan
untuk memperoleh informasi yang secara kuantitatif yang dipaparkan
dibutuhkan. Data primer ini berisi secara deskriptif, yaitu dengan member
tentang persepsi masyarakat, gambaran mengenai keadaan
identifikasi responden, pekerjaan masyarakat sebenarnya.
pokok, tingkat pendidikan, dan lain- GAMBARAN UMUM POLISI
lain. SEKTOR TAMPAN
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data 4.1. Wilayah Polisi Sektor Tampan
yang dikumpulkan peneliti dari sumber-
sumber yang ada guna mendukung Luas wilayah hukum polisi
informasi yang diperoleh dari lapangan. sektor Tampan Pekanbaru yang terdiri
Data primer dikumpulkan dari beberapa dari 1 (satu) Kecamatan yaitu
informasi penting dari instansi terkait Kecamatan Tampan dengan luas 59,81
seperti kantor polisi, kecamatan, KM2 yang terdiri dari 4 (empat)
kelurahan, hasil-hasil penelitian kelurahan.
terdahulu, dan juga literature yang
berhubungan langsung atau tidak. 4.2. Struktur Organisasi Polisi
Sektor Tampan
3.4. Teknik Pengumpulan Data’

Teknik pengambilan data yang


digunakan dalam penelitian adalah
dengan menggunakan teknik observasi
Jom FISIP Volume 2 No. 1 – Februari 2015 7
4.3. Jumlah Personil Polisi Sektor 4.6. Penerbitan Surat Izin
Tampan Mengemudi (SIM)

Secara keseluruhan, polisi sektor SIM di gunakan sebagai tanda


Tampan memiliki 107 personil yang bukti legitimasi kompetensi, alat kontrol
terdiri dari beberapa unit bagian tugas dan data forensik Kepolisian bagi
dalam menjalankan Undang-Undang seseorang yang telah lulus uji
Kepolisian Negara Republik Indonesia. pengetahuan, kemampuan dan
4.4. Satuan Fungsi. keterampilan untuk mengemudikan
Ranmor di jalan sesuai dengan
Dalam melaksanakan tugas dan persyaratan yang di tentukan
fungsi, personil kepolisian di berdasarkan Undang-Undang Lalu
kelompokkan dalam beberapa unit yang Lintas dan Angkutan Jalan (Pasal 77
tiap-tiap unitnya memiliki tugas dan ayat (1) UU No.22 Tahun 2009).
fungsi masing-masing.
PELAKSANAAN TUGAS DAN
4.5. Dasar Hukum Pelaksanaan FUNGSI POLISI LALU LINTAS
Tugas
Polisi lalu lintas sebagai aparat
Dasar hukum pelaksanaan tugas keamanan yang menangani masalah
merupakan peraturan resmi yang berlalu lintas, mempunyai tugas yang
menaungi setiap kegiatan maupun tugas relative penting. Menggambarkan
polisi lalu lintas serta menjadi landasan pelaksanaan tugas dan fungsi polisi lalu
polisi lalu lintas dalam menjalankan lintas dapat dilakukan melalui suatu
tugas. Adapun jenjang dasar penelitian yang dilakukan terhadap
pelaksanaan hukum polisi lalu lintas masyarakat yang dalam penelitian ini di
adalah sebagai berikut : khususkan untuk pengguna kendaraan
1. Undang–Undang Nomor 2 roda dua. Hasil penelitian terhadap
Tahun 2002 tentang Kepolisian masyarakat dapat dijelaskan sebagai
Negara Republik Indonesia berikut:
2. Undang-Undang Nomor 22
tahun 2009 tentang Lalu Lintas 5.1. Identitas Responden
dan Angkutan Jalan
3. Undang-Undang Nomor 25 5.1.1. Umur Responden
Tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik Berdasarkan hasil penelitian maka
4. Peraturan Pemerintah Republik umur responden dapat di kategorikan ke
Indonesia No. 50 Tahun 2010 dalam 4 (empat) kelompok umur yaitu
tanggal 25 Mei 2010 tentang responden yang berumur antara 20 – 30
Tarif Atas Jenis Penerimaan tahun, 31 – 40 tahun, 41 – 50 tahun dan
Negara Bukan Pajak yang responden yang berumur di atas 50
berlaku pada Kepolisian Negara tahun.
Republik Indonesia
5. Peraturan Kapolri Nomor 9 5.1.2. Etnis Responden
Tahun 2012 tentang Surat Ijin
Mengemudi. Berdasarkan hasil penelitian
maka etnis responden dapat di
kategorikan ke dalam 5 (lima)
Jom FISIP Volume 2 No. 1 – Februari 2015 8
kelompok etnis yaitu responden dengan kecenderungan untuk bersikap sesuai
etnis minang, melayu, jawa, batak dan apa yang di lakukan objek.
sunda. Hubungan timbal balik antara
sikap dan persepsi sangat erat kaitannya
5.1.3. Agama Responden yaitu, sikap yang ditangkap oleh
seseorang dapat mempengaruhi persepsi
Mayoritas responden adalah seseorang terhadap suatu objek. Sebab
beragama islam, yaitu sebanyak 30 dalam persepsi terkandung 2 unsur
orang (83,3 %). Dan sebagian lagi penting, yaitu harapan dan kenyataan.
beragama Kristen protestan sebanyak 6 Selanjutnya, persepsi secara tidak
orang (16,7 %). langsung akan mempengaruhi cara
seseorang bersikap dan berperilaku
5.1.4. Jenis Pekerjaan Responden terhadap sesuatu yang ada di sekitarnya.
Untuk lebih dapat memahami
Berdasarkan hasil penelitian keterkaitan diatas, dapat di gambarkan
maka jenis pekerjaan responden dapat melalui tabel berikut.
di kategorikan ke dalam 5 (lima)
kelompok pekerjaan yaitu responden 5.2.1. Pengetahuan Masyarakat
yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Terhadap Polisi Lalu Lintas
Sipil (PNS), Wiraswasta, Buruh, Guru
dan Mahasiswa Pengetahuan
No. Tentang Polisi Frekuensi Persentase
5.1.5. Jumlah Pendapatan Responden Lalu Lintas
1. Tahu 36 100,0
Berdasarkan hasil penelitian 2. Tidak tahu 0 00,0
maka jenis pekerjaan responden dapat Total 36 100,0
dikategorikan ke dalam 3 (tiga)
kelompok jumlah pendapatan yaitu Sumber : Data primer, 2014
responden yang memiliki pendapatan Keseluruhan responden (100,0
sebesar Rp.1.000.000 - Rp.2.000.000 %) mengetahui adanya perbedaan antara
per bulan, responden yang memiliki polisi lalu lintas dengan polisi yang
pendapatan lebih dari Rp.2.000.000 – non-lalu lintas, hal ini memberikan
Rp.4.000.000 per bulan, dan responden gambaran bahwa sosok polisi lalu lintas
yang memiliki pendapatan lebih dari sudah sangat dikenal dan diketahui oleh
Rp.4.000.000 perbulan. pengendara sepeda motor, maka di
harapkan responden dapat memberikan
5.2. Sikap dan Persepsi Terhadap jawaban sebagai informasi akurat
Citra Polisi tentang hal-hal yang di perlukan dalam
penelitian ini.
Sikap adalah evaluasi umum
yang di buat manusia terhadap dirinya
sendiri, orang lain, objek atau isu. Sikap
dapat berupa reaksi atau respon
seseorang yang masih tertutup terhadap
suatu objek atau lingkungan di tempat
ia berada. Dalam pengertian serupa,
sikap merupakan pandangan-pandangan
atau perasaan yang di sertai
Jom FISIP Volume 2 No. 1 – Februari 2015 9
5.2.2. Interaksi Masyarakat Dengan Yang artinya responden yang akan
Polisi Lalu Lintas menjadi pemberi persepsi telah
memenuhi seluruh persyaratan untuk
No. Pengalaman mengendarai sepeda motor, termasuk
Berinteraksi Dengan Frekuensi Persentase peraturan dan pelanggaran apa saja
Polisi Lalu lintas
yang harus di hindari.
1. Pernah 36 100,0
2. Tidak pernah 0 00,0
5.2.4. Pengalaman di Tilang
Total 36 100,0

Kepemilikan Pengalaman Ditilang


Seluruh responden (100,0 %) No.
SIM Pernah Tidak Pernah
Total
menyatakan pernah berinteraksi dengan 1. Ada 35 1 36
polisi lalu lintas, hal ini memberikan 2. Tidak Ada 0 0 0
gambaran bahwa paling tidak responden Total 35 1 36
sudah mengetahui sikap dan perilaku
seorang polisi lalu lintas ketika
Kelompok yang paling banyak
memberikan pelayanan publik serta
memiliki pengalaman tilang adalah
menindak setiap pelanggaran. Dengan
responden yang telah memiliki SIM
adanya proses interaksi, responden
yaitu sebanyak 35 orang (97,2 %), Hhl
sudah tentu mampu dan tidak ragu
ini menggambarkan bahwa kesalahan
dalam memberi penilaian berdasarkan
dan pelanggaran atas aturan bisa di
pengalaman, baik yang di lihat, di
lakukan oleh siapa saja, bahkan oleh
dengar dan di alami oleh responden
individu yang sudah mengetahui
sendiri maupun di lihat dan di alami
peraturan yang harus ditaati. Sisanya
oleh orang lain.
hanya 1 orang (2,8 %) yang belum
pernah di tilang. Kenyataan ini memberi
5.2.3. Kepemilikan Surat Izin
gambaran bahwa pengendara sepeda
Mengemudi (SIM) Responden
motor cukup lalai dalam mentaati
peraturan.
Surat Izin Mengemudi (SIM)
adalah bukti registrasi dan identifikasi
5.2.5. Membujuk Polisi Lalu Lintas
yang di berikan oleh Polri kepada
Untuk Berdamai (Sogok) Di
seseorang yang telah memenuhi
Tempat
persyaratan administrasi, sehat jasmani
dan rohani, memahami peraturan lalu No. Berusaha
lintas dan terampil mengemudikan Membujuk Polisi
Frekuensi Persentase
kendaraan bermotor. Lalu Lintas
Berdamai
1. Pernah 24 66,7
No. Kepemilikan SIM Frekuensi Persentase
2. Tidak Pernah 12 33,3
1. Iya 36 100,0
Total 36 100,0
2. Tidak 0 00,0
Total 36 100,0 Jumlah terbanyak adalah
responden yang pernah berusaha
Seluruh responden (100,0 %) membujuk polisi lalu lintas untuk
telah memiliki Surat Izin Mengemudi berdamai (sogok) di tempat, yaitu
(SIM). Hal ini memberi gambaran sebanyak 24 orang (66,7 %). Hal ini
bahwa responden sudah taat memenuhi menggambarkan bahwa sudah terbentuk
satu syarat penting dalam berkendara. krisis kepercayaan responden terhadap

Jom FISIP Volume 2 No. 1 – Februari 2015 10


polisi lalu lintas. Responden dengan lintas, yaitu sebanyak 12 orang (33,3 %)
berani telah memberi ruang kepada responden. Hal ini menggambarkan
terciptanya budaya sogok-menyogok bahwa responden justru memandang
yang jelas akan merusak moral bangsa polisi yang baik adalah polisi yang tidak
dan mengganggu stabilnya keteraturan menjalankan peraturan lalu lintas
umum. dengan benar. Sementara menurut
ketentuan hukum yang sebenarnya.
5.3. Faktor-Faktor Yang Membentuk Tindakan polisi yang seperti demikian
Persepsi Masyarakat adalah bentuk ketidak disiplinan polisi
lalu lintas dalam menindak suatu
Dalam penelitian ini peneliti pelanggaran lalu lintas.
menggunakan teori yang dikemukakan
oleh Gibson, dkk (1989) dalam Jiang 5.3.2. Mendengar Pengalaman
Rinto (2009) faktor yang Orang Lain Mengenai Polisi
mempengaruhi terbentuknya persepsi Lalu Lintas
meliputi beberapa faktor antara lain
pengalaman baik langsung maupun
Bentuk Pengalaman Yang Di Persentase
pengalaman yang di dapat dari orang No.
Ceritakan Orang Lain
Frekuensi
(%)
lain, fisiologi, psikologis, minat dan
perhatian khusus. 1. Menilang Dengan Kasar 6 16,7
2. Meminta Uang Damai Saat
24 66,6
Menilang
5.3.1. Pengalaman Dengan Polisi
3. Tidak menjawab 6 16,7
Lalu Lintas
Total 36 100,0

Pengalaman adalah kejadian Sumber : Data primer, 2014


yang pernah dialami (dijalani,
dirasakan, ditanggung, dan sebagainya) Mayoritas responden yaitu
baik yang sudah lama atau baru saja sebanyak 30 orang (83,3 %)
terjadi. Pengalaman memungkinkan menyatakan pernah mendengar
seseorang menjadi tahu akan seseuatu pengalaman orang lain mengenai
hal. Dalam penelitian ini, pengalaman perlakuan polisi lalu lintas. Dari
menjadi salah satu faktor utama dalam pernyataan responden, pengalaman
proses pembentukan persepsi. Hal ini yang di ceritakan bukan pengalaman
dikarenakan, semakin banyak responden baik, tapi justru pengalaman tidak
memiliki pengalaman dengan polisi lalu menyenangkan. Sebanyak 6 orang (16,7
lintas, maka semakin cermat dan paham %) responden menyatakan mendengar
responden dalam memberikan persepsi. pengalaman orang lain yang di
Dari 36 orang responden perlakukan kasar oleh polisi lalu lintas
sebagian besar pernah mempunyai ketika di tilang. Dan sebanyak 24 orang
pengalaman baik dengan polisi lalu (66,6 %) responden menyatakan
lintas (69.4 %) sedangkan responden mendengar pengalaman orang lain yang
yang tidak menjawab (30,6 %) dimintai uang damai (sogok) oleh polisi
responden tidak menjawab. Dari 69,4 % ketika di tilang. Hal ini menunjukkan
responden yang pernah mempunyai bahwa fenomena sogok menyogok
pengalaman yang baik dengan polisi dalam proses penilangan bukan lagi hal
menyatakan pengalaman baik dengan langka dalam masyarakat. Fenomena ini
polisi lalu lintas tersebut berupa tidak di bahkan berkembang dari mulut ke
tilang saat melanggar peraturan lalu mulut. Mendengar pengalaman orang

Jom FISIP Volume 2 No. 1 – Februari 2015 11


lain mampu menjadi sugesti bagi Hal ini menggambarkan bahwa polisi
responden sehingga terpengaruh untuk lalu lintas masih memiliki peran penting
memberi persepsi buruk terhadap polisi sebagai tokoh utama uang paling di
lalu lintas. andalkan dalam urusan serta masalah-
masalah lalu lintas. Polisi telah
5.3.3. Melihat Hal Yang Berkaitan menjalankan peran dengan baik.
Dengan Perilaku Polisi Lalu Sedangkan hanya 1 orang responden
Lintas (2,7 %) yang menyatakan tidak pernah
melihat polisi lalu lintas membantu
Persepsi seseorang tidaklah pengguna jalan lain.
timbul begitu saja, ada berbagai proses
yang harus dilalui oleh seseorang untuk 5.3.4. Minat
bisa berpersepsi. Salah satu proses
tersebut adalah proses fisiologis, yaitu Ingin Anak Atau
ketika stimulus suatu objek diterima Saudara
No. Frekuensi Persentase
Menjadi
oleh alat indera (dalam hal ini mata), Seorang Polisi
peristiwa, atau hubungang-hubungan 1. Iya 18 50,0
antar gejala yang kemudian disalurkan 2. Tidak 18 50,0
ke otak melalui syaraf sensoris. Total 36 100,0

Melihat Bantuan Polisi Lalu


No. Lintas Kepada Pengguna Frekuensi Persentase
Bahwa sebagian responden yaitu
Jalan sebanyak 18 orang (50,0 %)
1. Membantu pejalan kaki menyatakan berkeinginan agar anggota
14 38.9
menyebrang keluarganya menjadi seorang anggota
2. Memberi informasi arah
6 16.7 polisi lalu lintas, hal ini
jalan yang benar
menggambarkan bahwa profesi sebagai
3. Membantu pengendara
yang sepeda motornya 4 11.1
polisi lalu lintas tetap di anggap sebagai
mogok profesi yang menjanjikan. Minat
4. Membantu saat terjadi masyarakat dalam bidang profesi kerja
11 30.6
kecelakaan biasanya di pengaruhi oleh ambisi untuk
5. Tidak menjawab 1 2.7 mendapatkan kekayaan.
Total 36 100.0
Sumber : Data primer, 2014 5.3.5. Perhatian Khusus

Bahwa mayoritas responden Sengaja


(97,3 %) menyatakan pernah melihat Memperhatikan
No. Frekuensi Persentase
Kinerja Polisi
polisi lalu lintas ketika sedang Lalu Lintas
membantu pengguna jalan raya, baik 1. Pernah 20 55.6
pengendara kendaraan bermotor roda 2. Tidak Pernah 16 44.4
empat dan rodan dua, maupun para Total 36 100.0
pejalan kaki. Sebanyak 14 orang
responden (38,9 %) menyatakan pernah Bahwa sebanyak 20 orang
melihat polisi lalu lintas membantu responden (55,6 %) menyatakan pernah
pejalan kaki yang kesulitan menyebrang dengan sengaja memperhatikan kinerja
dan 11 orang responden (30,6 %) polisi lalu lintas. Menurut hasil
menyatakan pernah melihat polisi lalu wawancara, responden menyatakan
lintas membantu korban kecelakaan. pernah dengan sengaja memperhatikan

Jom FISIP Volume 2 No. 1 – Februari 2015 12


polisi lalu lintas ketika bertugas dan penilangan, sering terjadi kegiatan
memberi pelayanan kepada pengguna sogok menyogok antara polisi lalu
jalan lain, hal ini di sebabkan oleh lintas dengan pengendara sepeda
pengalaman tidak di layani oleh polisi motor yang terkena tilang.
lalu lintas ketika melapor. - Adanya anggapan dari masyarakat
Bahwa dari 12 orang responden bahwa ketika terjadi penilangan,
yang pernah mengalami kejadian tidak polisi lalu lintas bukan sedang
dilayani oleh petugas polisi menyatakan menjalankan tugas, tetapi sedang
dengan sengaja memperhatikan kinerja mencari uang saku tambahan
polisi sebanyak 6 orang (50,0 %), hal sebagai alternatif pendapatan.
ini disebabkan oleh adanya rasa tidak - Disamping adanya persepsi negatif
puas terhadap pelayanan yang juga terdapat persepsi positif
diberikan, sehingga timbul rasa ingin masyarakat terhadap polisi lalu
tahu masyarakat tentang kinerja polisi lintas. Persepsi positif hanya
lalu lintas. Namun di sisi lain, sebanyak dibeikan oleh sebahagian kecil
6 orang responden (50,0 %) yang responden
pernah tidak di layani oleh polisi lalu - Dari hasil penelitian, faktor-faktor
lintas menyatakan tidak pernah dengan yang paling berperan membentuk
sengaja memperhatikan kinerja polisi persepsi masyarakat terhadap polisi
lalu lintas, hal ini menggambarkan lalu lintas adalah faktor
bahwa masyarakat memilih tidak mau pengalaman masyarakat itu sendiri
tau dan apatis saja. Masyarakat sudah dan pengalaman yang mereka
terbiasa dengan birokrasi dan pelayanan dengar dan lihat dari orang sekitar
yang kurang ramah dari pemerintah dan mereka. Sebanyak 69,4 %
institusi jajarannya, sehingga responden menyatakan memiliki
menganggap pelayanan yang tidak baik pengalaman buruk dengan polisi
menjadi hal yang lumrah di Indonesia. lalu lintas, di ikuti dengan sebanyak
Suatu proses pengamatan 63,9 % responden yang
seseorang yang berasal dari proses menyatakan pernah melihat
kognitif secara terus menerus dan perilaku buruk polisi lalu lintas
dipengaruhi oleh informasi baru dari kepada pengendara sepeda motor
lingkungannya adalah salah satu faktor lain.
terbentuknya persepsi. Semakin banyak - Besarnya perhatian masyarakat
informasi yang di dapat tentang polisi terhadap kinerja polisi lalu lintas.
lalu lintas, maka akan semakin objektif Terbukti sebesar 55,6 % responden
penilaian yang di berikan oleh mengaku pernah secara sengaja
responden. memperhatikan kinerja polisi lalu
lintas, hal ini menunjukkan
PENUTUP besarnya keinginan masyarakat
agar polisi lalu lintas memunculkan
6.1. Kesimpulan loyalitas mereka dalam memberi
Dari penelitian yang telah pelayanan maupun dalam
dilakukan dapat di simpukan bahwa : penindakan pelanggaran.
- Persepsi masyarakat terhadap polisi
lalu lintas lebih besar kearah
persepsi yang negative, hal ini
dapat di buktikan pada saat proses

Jom FISIP Volume 2 No. 1 – Februari 2015 13


6.2. Saran adanya partisipasi masyarakat atau
Dari kesimpulan yang di dapat Lembaga Suadaya Masyarakat
dari hasil penelitian, maka saran yang (LSM) sebagai fungsi kontrol yang
dapat peneliti berikan adalah sebagai menjaga dan mengawasi kinerja
berikut : polisi lalu lintas dalam hal
- Sebagaimana tugas dan fungsinya pelaksanaan.
sebagai mitra terdekat masyarakat - Dengan adanya masalah-masalah
di jalan raya, polisi lalu lintas harus yang timbul dalam pelaksanaan
mampu merebut kembali simpati tertib lalu lintas, dan dengan adanya
masyarakat agar fungsi dan perhatian masyarakat akan maslah-
tugasnya mendapat dukungan masalah yang timbul terkait kinerja
masyarakat. polisi lalu lintas, di harapkan
- Polisi lalu lintas sebagai aparat adanya partisipasi masyarakat atau
yang di harapkan mampu Lembaga Suadaya Masyarakat
meningkatkan penegakkan hukum (LSM) sebagai fungsi kontrol yang
dengan seadil-adilnya tanpa menjaga dan mengawasi kinerja
pandang bulu dan tebang pilih polisi lalu lintas dalam hal
dalam penindakan pelanggaran. pelaksanaan.
Polisi lalu lintas tidak harus
melakukan tindakan keras dan DAFTAR PUSTAKA
kasar ketika menjalankan tugas.
- Ternyata masih ada sebagian kecil Agus Dwiyanto, Dkk, 2003. Reformasi,
masyarakat memiliki persepsi Kajian Tata Pemerintahan Dan
positif kepada polisi lalu lintas, dan Otonomi Daerah. Penerbit Pusat
inilah yang harus di pertahankan Studi Kependudukan dan
dan di tingkatkan oleh polisi. Polisi Kebijakan Universitas Gadjah
lalu lintas harus meningkatkan Mada, Yogyakarta.
kualitas di berbagai segmen, Abdulrahman, Agus, 2013. Psikologi
misalnya di bidang pelayanan Sosial Dan Integrasi Pengetahuan
kepada masyarakat, baik pelayanan Dan Empirik. Penerbit Raja
dalam pengurusan surat-surat Grafindo Persada, Jakarta.
penting maupun pelayanan yang di Cohen Bruce J, 1985. Sosiologi Suatu
butuhkan masyarakat di jalan raya. Pengantar. Penerbit Rineka Cipta,
- Berdasarkan faktor-faktor yang Jakarta.
membentuk persepsi masyarakat, Dedy Rahmat, 2012. Konsep Polisi
faktor pengalaman diri sendiri dan Sebagai Penegak Hukum Dan
pengetahuan pengalaman orang lain Pelayanan Masyarakat : Sebuah
adalah faktor yang paling dominan. Metamorfosis. (http://fisip
Pengalaman seseorang menjadi .unla.ac.id/)
stimulus bagi dirinya sendiri untuk Dwi Prasetya Danarjati, Adi Murtiadi,
memberi penilaian. Ari Ratna Ekawati, 2013.
- Dengan adanya masalah-masalah Pengantar Psikologi Umum.
yang timbul dalam pelaksanaan Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.
tertib lalu lintas, dan dengan adanya Heri, P, 1998, Pengantar Perilaku
perhatian masyarakat akan maslah- Manusia. Penerbit EGC, Jakarta.
masalah yang timbul terkait kinerja Jiang Rinto, 2009. Persepsi Psikologi.
polisi lalu lintas, di harapkan Penerbit PT Alex Media

Jom FISIP Volume 2 No. 1 – Februari 2015 14


Komputindo Kelompok Gramedia, Pembangunan Kesejahteraan
Jakarta. Sosial dan Pekerjaan Sosial.
Kartono, Kartini. 1986. Psikologi Penerbit Refika Aditama, Bandung.
Umum. Penerbit Kasgoro, Jakarta. Sukanto, Kamanto. 2004. Pengantar
Leavitt, Harold J, 1978. Psikologi Sosiologi. Penerbit Fakultas
Manajemen. Penerbit Erlangga, Ekonomi Universitas Indonesia,
Jakarta. Jakarta.
Lubis, Mochtar, 1988. Citra Polisi. Sunaryo, 2002. Psikologi Untuk
Penerbit Yayasan Obor Indonesia, Keperawatan. Penerbit EGC,
Jakarta. Jakarta.
Nasution, S. 2003. Metode Resech Team Rafa Pustaka, 2010. Kamus
(Penelitian Ilmiah). Penerbit Sosiologi. Penerbit Rafa Pustaka,
PT.Bumi Aksara, Jakarta. Jakarta.
Ngadiyono, 1994. Kelembagaan Dan Thoha, Miftah. 1983. Perilaku
Masyarakat. Penerbit Bumi Aksara, Organisasi. Penerbit , Jakarta.
Jakarta. Whayudin, Handra. 2007. Persepsi
Nur Kholif Hazin, 2003. Kamus Masyarakat Terhadap Program
Lengkap Bahasa Indonesia. Community Develpoment (CD)
Penerbit Terbit Terang, Surabaya. Pendidikan PT. Medco Eksplorasi
Pandji Susilo, 2012. Pos Polisi Untuk dan Produksi (E&P) Indonesia di
Kebenaran.(http://pospolisi.wordpr Desa Lambang Sari I,II Kecamatan
ess.com) Lirik. Penerbit Riau Skripsi,
Rakhmat, 2005. Persepsi Masyarakat Pekanbaru.
Terhadap Birokrasi. Penerbit Riau Wade Carole, Travis Carole, 2008.
Skripsi, Pekanbaru. Psikologi Sosial. Penerbit Erlangga,
Rakhmat, Jalaluddin, 1986. Psikologi Jakarta.
Komunikasi, (Bandung : Remadja Walgito, Bimo, 2002. Pengantar
Rosdakarya). Psikologi Umum. Penerbit Andi
Rinto, Raharjo, 2013. Tertib Lalu Offset, Yogyakarta.
Lintas. Penerbit Shafa Media, Yoyok, Ucuk Suyona, 2013. Hukum
Jakarta. Kepolisian Kedudukan Polri Dalam
Ronny, hanitijo Soemitra, 2002. Sistem Ketatanegaraan Indonesia
masalah-masalah sosiologi hokum. Setelah Perubahan UUD 1945.
Sinar Baru, Bandung. Penerbit Laksbang Grafika,
Rahardjo, Satjipto. 2000. Perspektif Yogyakarta.
Sosiologi Hukum, Ekonomi Dan Yusmar, Yusuf. 1991. Psikologi Antar
Agama. Penerbit Muhammadiyah Budaya. Penerbit Remadja
University Press, Surakarta. Rosdakarya, Bandung.
Rahardjo, Satjipto. 2006. Sisi Lain Cara Laporan Bulanan Polsek Tampan
Polisi Dan Masyarakat Polresta Pekanbaru Periode Bulan
Memandang Hukum. Penerbit PT Juni 2014
Raja Grafindo Persada, Jakarta. Undang-Undang Dasar 1945
Soerjono, Soekamto. 2009. Sosiologi UU No. 2 Tahun 2002 tentang
Suatu Pengantar. Penerbit Rajawali Kepolisian Negara
Pers, Jakarta. http://www.polri.go.id/
Suharto, Edi. 2005. Membangun
Masyarakat Memberdayakan
Masyarakat: Kajian Strategis
Jom FISIP Volume 2 No. 1 – Februari 2015 15

You might also like