Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 19

|JURNAL SINAU VOL . 8 NO .

1 APRIL 2022

ANALISIS ENTREPRENEURSHIP DAN BERPIKIR KRITIS BERDASARKAN TEORI


FACIONE - ANGELO MELALUI PENGINTEGRASIAN STEM BERBASIS PJBL

Siti Yuliana Seventika


STKIP Pangeran Dharma Kusuma Indramayu
Email: nawafatar@gmail.com

Abstract
Based on preliminary research on the critical thinking of students X TKJ 1 SMK Yabujah Segeran
Indramayu can be seen that the students' ability in analyzing, evaluating and concluding the
results along with logical reasons has not been done. This study applies STEM learning based on
PjBL, where in reflection stage the students are given material for independent study, do small
research, discovery find their own research result, application next applied in solving problem,
communication finally report result of learning. The purpose of this study shows that learning is
effective, and to describe the attitudes of entrepreneurship and critical thinking. The critical
thinking indicator used is a modification of the Facione-Angelo critical thinking indicator,
which is to interpret, analyze, apply, evaluate and conclude the results with supporting
evidence. Research applied mix method. The scope of this study is the students above. Variables
of this research are attitude of entrepreneurship, critical thinking skill and critical thinking
ability. Data were taken by observation, questionnaire, and test and processed by descriptive
analysis, descriptive statistical test and statistical calculation. The results showed that there
was an increase in attitude of entrepreneurship and critical thinking skills with an average gain
score of 0.45 , a positive effect of 90.2% and effective on critical thinking skills characterized by
a valid learning device, the average value of 80.69 means a complete KKM and better than the
control class.
Kata Kunci: Critical Thinking; Entrepreneurship, SMK Yayasan Ibu Hajjah Chodijah

Abstrak
Berdasarkan penelitian awal mengenai kondisi berpikir kritis siswa X TKJ 1 SMK Yabujah
Segeran Indramayu dapat diketahui bahwa kemampuan siswa dalam menganalisis,
mengevaluasi dan menyimpulkan hasil disertai alasan yang logis belum dilakukan. Penelitian
ini menerapkan pembelajaran STEM berbasis PjBL, dimana pada tahapan reflection siswa
diberi bahan untuk belajar mandiri, research melakukan riset kecil, discovery menemukan
sendiri hasil risetnya, application selanjutnya diterapkan dalam memecahkan masalah,
communication akhirnya melaporkan hasil belajarnya. Tujuan penelitian ini menunjukkan
pembelajaran tersebut efektif, dan mendiskripsikan capaian sikap entrepreneurship dan
berpikir kritis siswa. Indikator berpikir kritis yang digunakan merupakan modifikasi dari
indikator berpikir kritis Facione – Angelo, yaitu menginterpretasikan, menganalisis,
menerapkan, mengevaluasi dan menyimpulkan hasil disertai bukti pendukung. Penelitian
diterapkan mix method. Ruang lingkup penelitian ini adalah siswa di atas. Variabel penelitian
ini adalah sikap entrepreneurship, keterampilan berpikir kritis dan kemampuan berpikir kritis.
Data diambil dengan observasi, angket, dan tes dan diolah dengan analisis deskriptif dan uji
statistik deskriptif serta perhitungan statistik. Hasil penelitian menunjukan bahwa terjadi
peningkatan sikap entrepreneurship dan keterampilan berpikir kritis dengan masing-masing
36
ANALISIS ENTREPRENEURSHIP DAN BERPIKIR ………|ISSN: 2685-1679|

skor gain 0,8 dan 0,55 . Berpengaruh positif sebesar 90,2% serta efektif terhadap kemampuan
berpikir kritis yang ditandai dengan perangkat pembelajaran valid, nilai rata-rata 80,69 yang
berarti tuntas KKM dan lebih baik dari kelas control.
Kata Kunci: Berfikir Kritis, Enterpreneurship, SMK Yayasan Ibu Hajjah Chodijah

PENDAHULUAN
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu jenjang pendidikan
menengah yang mempersiapkan lulusannya untuk siap bekerja. UU SISDIKNAS No.
20 tahun 2003 pasal 15, menyatakan Pendidikan Menengah Kejuruan bertujuan
untuk menyiapkan siswa terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Kenyataan
menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil lulusan dari pendidikan Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) yang memiliki jiwa kewirausahaan menurut Thomas W
Zimmerer (Rifai & Sucihatiningsih, 2016) dan Hakim (2010) adalah penerapan
kreativitas dan keinovasian untuk memecahkan permasalahan dan upaya untuk
memanfaatkan peluang yang dihadapi sehari-hari, sehingga diperlukan suatu upaya
untuk meningkatkan jiwa kewirausahaan sejak dini (Amalia, Wuryanto, &
Sukestiyarno, 2016). Oleh karena itu, perlu adanya pendidikan yang berorientasi
pada pembentukan entrepreneurship yang merujuk kepada fenomena kognitif
mencari idea dan peluang kewirausahaan yang inovatif dan kreatif (Syukri, 2013)
serta memiliki percaya diri, berorientasi pada tindakan, enerjik, toleran, mempunyai
inisiatif dan jiwa kepemimpinan (Nickels dan Suryana dalam Lestari (2013), Alma
(2006), Manurung (2013), Meredith et al. dalam Pujiastuti (2013), dan Widiyatnoto
(2013)).
SMK harus mempersiapkan siswa agar mampu memilih karir, memasuki
lapangan kerja, berkompetisi, dan mengembangkan dirinya dengan sukses di
lapangan kerja yang cepat berubah dan berkembang. Saat ini, Indonesia sudah
memasuki era persaingan bebas yang dimulai dengan adanya Masyarakat Ekonomi
ASEAN atau MEA sehingga memungkinkan SDM asing untuk bersaing dengan sumber
daya manusia lokal secara lebih bebas. Kenyataannya kemampuan matematika siswa
di Indonesia berada di urutan ke 62 dari 70 negara berdasarkan hasil survey PISA
pada tahun 2015, meningkat dibandingkan hasil PISA 2012 (OECD, 2015).
37
|JURNAL SINAU VOL . 8 NO . 1 APRIL 2022

Berdasarkan hasil tes awal berpikir kritis pada siswa X TKJ SMK Yabujah tahun
2016 menunjukan siswa belum mengevaluasi dan menyimpulkan dengan sempurna.
beberapa siswa hanya menginterpretasikan masalah dan menerapkan masalah
sedangkan menganalisis, mengevaluasi dan menyimpulkan merupakan indikator
yang jarang dilaksanakan. Sementara ada siswa memperoleh nilai dengan kualitas
yang rendah bahkan mengidentifikasi masalah mereka tidak dapat melakukannya
dengan baik. Hal tersebut diduga karena siswa masih terbiasa menghafal rumus yang
diberikan oleh guru bukan memahaminya. Terbukti dari hasil wawancara yang
dilakukan untuk mendalami kesulitan siswa pada tahapan indikator berpikir kritis,
diketahui bahwa kemampuan siswa dalam merumuskan, menganalisis,
menyelesaikan masalah dan menggunakan cara penyelesaian masalah sebelumnya
untuk menyelesaikan masalah yang serupa masih belum nampak. Berdasarkan
permasalahan tersebut, perlu adanya suatu pembelajaran yang dapat
mengembangkan kemampuan berpikir kritis tetapi dilakukan dengan cara yang
menyenangkan, menjadikan siswa aktif bertanya, mampu mengenal dan
menyelesaikan masalah, menganalisis serta mengevaluasi solusi masalah.
Pengintegrasian STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematics)
merupakan jawaban dalam menghadapi tuntutan bidang karir dan keterampilan
abad 21, siswa menggunakan sains, teknologi, rekayasa, dan matematika namun
tetap menyadari posisinya sebagai penyeimbang kegiatan manusia di bumi yang
sudah semakin terbatas memfasilitasi manusia di masa yang akan datang yang
bertujuan mengembangkan siswa yang melek STEM menurut Rustaman, (2016),
Bybee (2013), dan Reeve (2013). Sedangkan Asmuniv (2015) berpendapat
Pendidikan berbasis STEM membentuk SDM yang mampu bernalar dan berpikir
kritis, logis, dan sistematis, sehingga mereka nantinya mampu menghadapi tantangan
global serta mampu meningkatkan perekonomian negara. Pendidikan tersebut
mengasah kemampuan generasi muda Indonesia untuk memahami isu yang lebih
kompleks, sehingga dapat mencari solusi dengan pemikiran kritis karena menurut
R.H.Ennis (2011) dan Conklin (Arifin, 2016) mengungkapkan bahwa berpikir kritis
adalah self guided dan berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan
pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan. Hal senada
38
ANALISIS ENTREPRENEURSHIP DAN BERPIKIR ………|ISSN: 2685-1679|

disampaikan oleh Beyer (Buka, 2014), Johnson (Rofiah, Aminah, & Ekawati, 2013),
Wade (Rosnawati, 2009).
Penerapan pengintegrasian yang berbasis Proyek atau Project Based Learning
(PjBL) sangat menguntungkan untuk pengajaran interdisipliner karena secara alami
melibatkan banyak keterampilan akademik yang berbeda, seperti membaca, menulis,
dan matematika, cocok untuk membangun pemahaman konseptual melalui asimilasi
mata pelajaran yang berbeda (Capraro, et al. 2013, Watson-Glaser, 2008) dan Project
Based Learning adalah model pembelajaran yang mengorganisasi kelas dalam sebuah
proyek (Thomas, 2000). Sedangkan George Lucas Educational Foundation 2005
dalam Condliffe et al., (2016), (Prabawa, 2012), dan (Wijayanti, Isnarto, & Masrukan,
2016) mendefinisikannya sebagai pendekatan pembelajaran yang dinamis di mana
siswa secara aktif mengeksplorasi masalah di dunia nyata, memberikan tantangan,
dan memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam. Lima kriteria suatu
pembelajaran PjBL adalah sentralitas, mengarahkan pertanyaan, penyelidikan
kontruktivisme, otonomi, dan realistis (Thomas, 2000).
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah (1) Apakah pembelajaran dengan
pengintegrasian STEM berbasis PjBL efektif terhadap kemampuan berpikir kritis dan
entrepreneurship siswa? (2) Bagaimana deskripsi kemampuan berpikir kritis dan
entrepreneurship siswa dalam pengintegrasian STEM berbasis PjBL dalam
pembelajaran? Tujuan dalam penelitian ini adalah (1) Mengetahui keefektifan
pengintegrasian STEM berbasis PjBL terhadap entrepreneurship dan kemampuan
berpikir kritis siswa (2) Menganalisis entrepreneurship dan kemampuan berpikir
kritis siswa pada pembelajaran dengan pengintegrasian STEM berbasis PjBL dalam
proses pembelajaran.

METODE
Metode Penelitian ini menggunakan jenis mixed method yaitu pendekatan
penelitian yang menggabungkan atau menghubungkan metode penelitian kualitatif
dengan kuantitatif (Creswell, 2014) dengan model concurent embedded yaitu metode
penelitian yang menggabungkan antara metode penelitian kualitatif dan kuantitatif

39
|JURNAL SINAU VOL . 8 NO . 1 APRIL 2022

dengan cara mencampur keduanya secara tidak berimbang (Sugiyono, 2015). Subyek
penelitian ini adalah siswa kelas X TKJ 1 SMK Yabujah Indramayu yang terpilih
dengan teknik random sampling. Sumber data yang digunakan adalah TKBK awal dan
akhir, hasil Angket, observasi, dan wawancara tentang entrepreneurship serta
beberapa catatan lapangan dan dokumen pendukung. Sedangkan pada penelitian
kualitatif, subjek penelitian yang dipilih sebagai sumber data adalah siswa kelas X TKJ
1 yaitu dua siswa yang memiliki nilai terendah, dua siswa yang memiliki nilai sedang,
dan dua siswa yang memiliki nilai tertinggi berdasarkan hasil TKBK awal.
Penelitian tahap pertama untuk mengetahui kondisi awal entrepreneurship
menggunakan angket, wawancara serta tes kemampuan berpikir kritis untuk
mendapatkan data kemampuan berpikir kritis awal siswa. Tahap kedua
melaksanakan kegiatan pengumpulan data melalui pembelajaran untuk
mendapatkan data keterampilan dan kemampuan berpikir kritis siswa melalui Tes
Kemampuan Berpikir Kritis siswa (TKBK). Selanjutnya dilakukan analisis data secara
kualitatif untuk menganalisa data kondisi awal pada tahap pendahuluan sehingga
diperoleh pengelompokan subyek menjadi 3 kelompok yaitu: Siswa Kelompok Atas
(SKA), Siswa Kelompok Tengah (SKT), dan Siswa Kelompok Bawah (SKB).
Dalam penelitian ini yang berperan sebagai variabel bebas adalah
keterampilan berpikir kritis dan entrepreneurship sedangkan variabel terikatnya
adalah kemampuan berpikir kritis. Teknik pengumpulan data yang dibutuhkan untuk
memperoleh informasi tentang entrepreneurship siswa diperoleh dengan
menggunakan metode angket, pengamatan entrepreneurship selama pembelajaran
dan wawancara mendalam terhadap 6 siswa pilihan. Informasi tentang keterampilan
berpikir kritis diperoleh dari pengamatan selama proses pembelajaran, catatan
lapangan dan wawancara mendalam terhadap 6 siswa pilihan. Informasi tentang
kemampuan berpikir kritis diperoleh dari tes kemampuan berpikir kritis dengan
menggunakan modifikasi indikator berpikir Facione (2015) –Angelo (1995).
Kriteria yang digunakan untuk menentukan apakah instrumen penelitian
layak digunakan adalah jika instrumen tersebut memenuhi kriteria valid. Instrumen
penelitian divalidasi dalam penelitian ini meliputi Silabus, RPP, LKS, TKBK, pedoman

40
ANALISIS ENTREPRENEURSHIP DAN BERPIKIR ………|ISSN: 2685-1679|

wawancara, angket, dan hasil pengamatan. Hasil validasi instrumen penelitian


minimal termasuk kriteria baik.
Analisis butir soal tes kemampuan berpikir kritis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah uji validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran.
hasil analisis ujicoba TKBK meliputi validitas butir soal, reliabilitas soal, daya
pembeda, dan tingkat kesukaran butir soal maka Dari hasil olah Analisis tersebut
diperoleh butir soal TKBK yang dibuat sebanyak 8 soal. Soal nomor 1 dinyatakan
tidak valid, sedangkan soal nomor 2 sampai dengan 8 dinyatakan valid Hal ini
dikarenakan butir soal nomor 2 termasuk katagori tidak valid, daya pembedanya
kurang baik dan untuk indikator yang sama telah terwakili oleh butir soal yang lain.
Analisis data kuantitatif terbagi menjadi dua yaitu analisis data kondisi awal
dan analisis keefektifan pembelajaran. Analisis awal diambil dari hasil tes
kemampuan berpikir kritis awal yang bertujuan untuk mengetahui kesamaan rata-
rata kelas eksperimen dan kelas kontrol. Analisis awal menggunakan uji normalitas,
uji homogenitas dan uji kesamaan dua rata-rata. Kemampuan berpikir kritis kelas
eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal, homegen dan rata-rata sama.
Sedangkan analisis keefektifan pembelajaran dilakukan setelah pembelajaran dengan
menggunakan uji prasyarat, uji ketuntasan, uji banding dan uji pengaruh. Analisis
data kualitatif mengacu pada pendapat Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2015)
yaitu reduksi data, penyajian data, dan menarik simpulan atau verifikasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil tes kemampuan berpikir kritis pendahuluan pada siswa kelas X TKJ 1
SMK Yabujah Segeran diperoleh hasil bahwa pada langkah menginterpretasikan
masalah terlihat sebagian siswa belum memetakan informasi berdasarkan
permasalahan, apa yang diketahui, apa yang ditanyakan dengan benar terutama pada
siswa dengan kategori kurang sehingga mengalami kesulitan pada indikator kedua
yaitu menganalisis masalah. Selanjutnya pada indikator menerapkan solusi masalah
juga mendapat kategori kurang, sebagian besar siswa memilih strategi penyelesaian
masalah dengan menebak jawaban, walaupun jawabannya benar. Pada langkah

41
|JURNAL SINAU VOL . 8 NO . 1 APRIL 2022

mengevaluasi solusi masalah dan menyimpulkan hasil, masih banyak siswa yang
belum melaksanakan kedua indikator tersebut, sebagian besar siswa hanya sampai
menuliskan hasil atau jawaban yang didapat. Siswa dengan kategori baik sudah mulai
menyimpulkan walaupun kurang lengkap dan tanpa disertai dengan alasan yang
mendukung.

Keefektifan pembelajaran STEM berbasis PjBL


Keefektifan pembelajaran ditunjukkan dengan hasil validasi instrumen
diperoleh rata-rata nilai untuk silabus dan RPP dalam kriteria sangat baik sedangkan
LKS dan TKBK termasuk kriteria baik berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa perangkat pembelajaran valid dan instrumen penelitian layak digunakan.
selanjutnya instrumen uji prasyarat kelas kontrol dan eksperimen berdistribusi
normal dan homogen.
Uji ketuntasan dilakukan pada hasil posttest kelas eksperimen dengan
menggunakan uji ketuntasan rata-rata dan proporsi. Berdasarkan hasil uji ketuntasan
rata-rata kelas diperoleh nilai t hitung = 8,563 lebih besar dari ttabel yaitu 1,6603. Hal ini

berarti bahwa rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa melampaui batas


ketuntasan maksimal yaitu 70. Sedangkan hasil uji proporsi diperoleh nilai
lebih besar dibandingkan yaitu 1,645 dengan dan taraf kesalahan 5%.
Hal ini berarti proporsi peserta didik yang mencapai ketuntasan pada kelas
eksperimen dengan pembelajaran model pengintergasian STEM berbasis PjBL
tercapai lebih dari . Hasil ini sejalan dengan temuan Snyder & Snyder (2008),
Peter (2012) dan Chukwuyenum (2013) menyatakan siswa yang berpikir kritis akan
mampu menyelesaikan masalah secara efektif.. Hal ini juga sesuai dengan pendapat
Snyder & Snyder (2008) yaitu terlalu banyak menghapal dan sedikit berpikir. sedikit
menguasai konsep, siswa tidak diberi latihan berpikir kritis, sehingga wajar jika
seseorang memiliki kemampuan berpikir kritis yang rendah. Pembelajaran dengan
menggunakan model pengintegrasian STEM berbasis PjBL mampu meningkatkan
kemampuan berpikir kritis dan prestasi belajar, hal ini sesuai dengan pendapat dari
Svecova, Rumanova, dan Pavlovicova, 2013, Chukwuyenum, 2013, serta Duron,
Limbach & Waugh, 2006 yaitu Untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis ,
42
ANALISIS ENTREPRENEURSHIP DAN BERPIKIR ………|ISSN: 2685-1679|

hendaknya merancang suatu pembelajaran yang menekankan kemampuan berpikir


kritis sehingga menghasilkan peengalaman belajar yang lebih menyenangkan dan
berharga bagi siswa maupun bagi guru.

Berdasarkan hasil uji banding TKBK diperoleh nilai signifikansi pada kolom
sig.(2-tailed) hal ini menunjukkan bahwa kelas eksperimen mempunyai
nilai rata-rata lebih tinggi dari pada kelas kontrol yang artinya pembelajaran model
pengintergasian STEM berbasis PjBL yang lebih menekankan pada entrepreneurship
dan keterampilan berpikir kritis siswa lebih baik dari pada pembelajaran ekspositori
yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan Banerjee (2015) dan Capraro (2013)
penerapan STEM PjBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, sehingga
mampu menyelesaikan berbagai macam permasalahan dan mendorong siswa untuk
belajar lebih aktif, mempersiapkan diri dalam segala situasi, menggunakan
bermacam-macam keterampilan, mencari sendiri cara penyelesaian permasalahan
tersebut, sehingga mereka lebih terlatih untuk selalu menggunakan keterampilan
pengetahuannya.
Hasil uji regresi menunjukkan bahwa entrepreneurship dan keterampilan
berpikir kritis secara bersama-sama mempengaruhi secara positif terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa yaitu sebesar 90,2 % sedangkan sisanya
dipengaruhi faktor lain. Keterampilan berpikir kritis meliputi menginterpretasikan
masalah, menganalisis solusi masalah, menerapkan solusi yang diperoleh,
mengevaluasi solusi yang digunakan, serta menyimpulkan hasil disertai bukti yang
mendukung dapat membantu pemikiran siswa dalam memahami suatu konsep dan
menentukan strategi memecahkan masalah yang mereka hadapi, sehingga dapat
meningkatkan hasil kemampuan berpikir kritis mereka. Menurut Laboy-Rush (2013)
penelitian saat ini tentang pembelajaran STEM berbasis proyek dapat meningkatkan
rasa percaya diri siswa dalam memecahkan masalah nyata, bekerja sama,
membangun solusi secara mandiri karena berfokus pada masalah nyata, siswa dapat
merefleksikannya dalam proses penyelesaian masalah. Hasil uji peningkatan
kemampuan berpikir kritis matematika siswa berdasarkan skor pretest dan posttest
mendapatkan rata-rata Normalisai Gain sebesar 0,45 yang berarti tafsiran
43
|JURNAL SINAU VOL . 8 NO . 1 APRIL 2022

peningkatan kemampuan berpikir kritis yang terjadi termasuk kategori sedang.


Sedangkan sikap entrepreneurship juga mengalami peningkatan yang signifikan pada
setiap pertemuannya dengan mendapat nilai N - Gain sebesar 0,8. Sesuai pendapat
Firman (2016) yang menyatakan bahwa konsep pendidikan STEM yang sedang
berkembang di negara maju dapat mengembangkan kemampuan berinovasi,
pemikiran saintifik, keterampilan matematika dan tekonologi yang ada dengan
melakukan proses desain rekayasa.
Implementasi pembelajaran STEM juga menjadikan lulusan terlatih
menggunakan pengetahuan yang dimiliki untuk mengkreasi produk inovatif yang
mampu memecahkan masalah-masalah yang terjadi di masyarakat, sehingga
pembelajaran ini memberikan pengaruh positif terhadap entrepreneurship dan
keterampilan siswa sehingga pembelajaran ini juga mampu meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa. diperkuat dengan pendapat Laboy-Rush (2013),
penerapan pembelajaran dengan model integrasi STEM berbasis Project Based
Learning dapat mengorganisasi kelas dalam sebuah proyek (Thomas, 2000).
Sedangkan George Lucas Educational Foundation 2005 dalam Condliffe et al., (2016),
(Prabawa, 2012), dan (Wijayanti, Isnarto, & Masrukan, 2016) mendefinisikan
pendekatan pembelajaran yang dinamis di mana siswa secara aktif mengeksplorasi
masalah di dunia nyata, memberikan tantangan, dan memperoleh pengetahuan yang
lebih mendalam dan memberikan kesempatan siswa untuk membangun pengetahuan
baru dan kemampuan menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Deskripsi sikap entrepreneurship dan keterampilan berpikir kritis siswa


Pemaparan hasil yang diperoleh pada kelas eksperimen dengan menyajikan
hasil perkembangan pembentukan entrepreneurship secara deskriptif. Berikut
merupakan gambaran rata-rata skor entrepreneurship siswa disetiap pertemuan.

44
ANALISIS ENTREPRENEURSHIP DAN BERPIKIR ………|ISSN: 2685-1679|

Gambar 1.
Rata-rata skor entrepreneurship siswa

Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa entrepreneurship terlihat


meningkat dari setiap pertemuan. Berikut deskripsi entrepreneurship pada tiap
kelompok siswa. Siswa kelompok atas (E-9 dan E-15) pada dasarnya memiliki
entrepreneurship yang cukup baik, diperolehnya data bahwa di awal pembelajaran
siswa cukup memiliki entrepreneurship dikarenakan siswa E-9 dan E-15 masih
merasa asing dalam pembelajaran model pengintegrasian STEM berbasis PjBL yang
peneliti terapkan. Terbukti setelah siswa E-9 dan E-15 memperoleh pembelajaran
model pengintegrasian STEM berbasis PjBL dan melakukan serangkaian kegiatan
diperoleh kesimpulan bahwa siswa memiliki entrepreneurship yang tinggi/baik, yang
artinya terjadi peningkatan entrepreneurship siswa E-9 dan E-15. Sependapat dengan
Taufik rizal (2012) bahwa penerapan entrepreneurship bertujuan untuk memberikan
bekal pengetahuan, keterampilan dan jiwa wirausaha berbasis IPTEK agar menjadi
pengusaha yang tangguh dan sukses menghadapi persaingan global.

Siswa kelompok tengah, Pada awal penelitian diperoleh informasi mengenai


entrepreneurship yang dimiliki siswa siswa E-3 dan E-16 memiliki entrepreneurship
sama dengan dari siswa kelompok atas. Namun sangat disayangkan tingginya
entrepreneurship yang dimiliki siswa siswa E-3 dan E-16 merupakan bentuk
entrepreneurship yang belum tepat. Dari 7 karakteristik entrepreneurship yang
menjadi indikator, hanya 4 karakteristik yang dimiliki siswa kelompok tengah
dengan baik, 3 karakterisktik entrepreneurship yaittu memiliki inisiatif dan inovasi,

45
|JURNAL SINAU VOL . 8 NO . 1 APRIL 2022

berani menanggung resiko, dan berorientasi pada masa depan hanya berada pada
kategori cukup.
Siswa kelompok bawah, Pada proses pembelajaran model pengintegrasian
STEM berbasis PjBL pada pertemuan ketiga dibandingkan pertemuan keempat ,tidak
terjadi peningkatan yang signifikan. Hal ini mungkin berpengaruh dari latar belakang
siswa siswa E-4 dan E-11 berpandangan bahwa ketika lulus nanti, mereka akan
bekerja dan melanjutkan sekolah yang lebih tinggi daripada berwirausaha. Mereka
berasalan bahwa menjadi pegawai lebih bergenggsi daripada menjadi pencipta
lapangan kerja. Pada proses pembelajaran model pengintegrasian STEM berbasis
PjBL, peneliti berusaha keras agar siswa kelompok bawah mampu meningkatkan
entrepreneurship yang dimiliki. Tetapi dengan latar belakang keluarga yang
mayoritas bekerja di kantoran, berpengaruh terhadap minat wirausaha, karena
lingkungan keluarga juga berperan pentng sebagai pengarah bagi masa depan anak,
sehingga secara langsung orangtua mempengaruhi minat terhadap pekerjaan bagi
anak dimasa yang akan datang (Kurniawan, 2016).
Dengan demikian entrepreneurship akan terbentuk dengan pembiasaan
penerapan rasa percaya diri, disiplin, semangat tinggi dalam pembelajaran,
menyelesaikan tugas tepat waktu dan sungguh-sungguh, selalu berpikir kreatif dan
inovatif akan berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa.
Dari deskripsi diatas diperoleh kesimpulan bahwa dengan dikembangkannya
perangkat pembelajaran model pengintegrasian STEM berbasis PjBL dapat
membentuk entrepreneurship siswa pilihan penelitian di SMK Yabujah Segeran
dengan diperolehnya perkembangan entrepreneurship sampai membudayanya nilai
atau entrepreneurship dalam mempelajari matematika. Pembelajaran model
pengintegrasian STEM berbasis PjBL yang menanamkan siswa mengalami peristiwa
secara langsung dengan membuat proyek menjadikan entrepreneurship siswa
meningkat. Hal ini sejalan dengan Rogers dalam Dalyono (2012) salah satu prinsip
pembelajaran yang penting ialah manusia itu mempunyai kemampuan untuk belajar
secara alami. Prinsip inilah yang menjadi salah satu dorongan bagi seorang siswa
untuk mempunyai rasa percaya diri, memiliki inisiatif dan inovatif, disiplin, enerjik
dalam belajarnya. Adanya kemampuan yang didorong dengan kemauan untuk belajar
46
ANALISIS ENTREPRENEURSHIP DAN BERPIKIR ………|ISSN: 2685-1679|

secara alami akan menumbuhkan semangat dan entrepreneurship untuk belajar


dalam diri siswa.
Sama halnya dengan entrepreneurship, peneliti juga telah melakukan
pengamatan terhadap keterampilan berpikir kritis matematika siswa. Dalam proses
penelitian peneliti melakukan pengamatan mengenai keterampilan berpikir kritis
siswa guna dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Siswa diamati
setiap pembelajaran yang dilakukan, sehingga peneliti memperoleh data bahwa
terjadi peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa disetiap pertemuannya.
Gambar berikut merupakan gambaran rata-rata skor keterampilan berpikir kritis
siswa disetiap pertemuan.

Gambar 2.
Rata-rata skor keterampilan berpikir kritis

Pada gambar 2 terlihat bahwa keterampilan berpikir kritis siswa meningkat


disetiap pertemuannya. Pertemuan pertama mendapat rata-rata skor 3,13 dan
meningkat pada pertemuan keempat yaitu mendapat skor 4,16 dari total skor 5. Hal
ini berarti bahwa tingkat keterampilan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran
model pengintegrasian STEM berbasis PjBL tiap kelompoknya berbeda-beda. Berikut
deskripsi keterampilan berpikir kritis pada tiap kelompok siswa.
Siswa kelompok atas merupakan subjek penelitian yang memiliki kemampuan
berpikir kritis tinggi didasarkan pada hasil pretest. Pada awal penelitian, dari hasil
pengamatan yang diperoleh, siswa E-9 dan E-15 sudah cukup terampil dalam
mengerjakan soal berpikir kritis. Akhir pertemuan keempat, keterampilan berpikir
kritis keduanya meningkat dengan signifikan.
47
|JURNAL SINAU VOL . 8 NO . 1 APRIL 2022

Sama dengan siswa kelompok atas, pada awal penelitian keterampilan


berpikir kritis siswa kelompok tengah E-3 dan E-16 sudah cukup terampil dalam
mengerjakan soal berpikir kritis. Berdasarkan pengamatan, selama proses
pembelajaran pada setiap pertemuan, peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa
E-3 dan E-16 berada pada kategori terampil. Penerapan pembelajaran model
pengintegrasian STEM berbasis PjBL dapat meningkatkan keterampilan berpikir
kritis siswa E-3 dan E-16. Hasil pengamatan keterampilan berpikir kritis siswa E-3
dan E-16 mengalami peningkatan sedikit. Hal ini menunjukkan siswa E-3 dan E-16
cukup terampil dalam menyelesaikan soal berpikir kritis, tetapi kurang maksimal.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pertemuan pertama sampai pertemuan
keempat menunjukkan keterampilan berpikir kritis siswa kelompok bawah yaitu E-4
dan E-11 mengalami kenaikan yang cukup signifikan (sedang). Pada awal penelitian,
siswa E-4 dan E-11 terlihat kurang terampil dalam menyelesaikan soal berpikir kritis.
Tetapi setelah pembelajaran, siswa E-4 dan E-11 mengalami kenaikan pada setiap
pertemuan dengan kategori cukup terampil bahkan E-11 meningkat secara
siginifikan , berawal dari kurang terampil menjadi terampil dalam mengerjakan soal
berpikir kritis. Hal ini berarti pembelajaran model pengintegrasian STEM berbasis
PjBL cukup efektif meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa E-4 dan E-11.
Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Carson (2007) meskipun
siswa mengetahui suatu konsep namun belum tentu siswa dapat menerapkan
bagaimana menggunakannya. kurangnya latihan dalam mengevaluasi mengakibatkan
keterampilan berpikir kritis siswa rendah (Snyder & Snyder, 2008; Peter 2012).\

Deskripsi kemampuan Berpikir kritis


Hasil posttest kemampuan berpikir kritis dikelompokkan dalam tiga kategori
diperoleh: 22% kategori baik, 63% dengan kategori cukup, dan 16% dengan kategori
kurang. Selanjutnya hasil tes kemampuan berpikir kritis simpulkan kedalam masing-
masing indikator berpikir kritis dimana 88% siswa sudah mampu
menginterpretasikan masalah,, 72 siswa mampu menganalisis alternatif solusi
masalah, 81% siswa mampu menerapkan solusi yang diperoleh, 63 siswa mampu

48
ANALISIS ENTREPRENEURSHIP DAN BERPIKIR ………|ISSN: 2685-1679|

mengevaluasi solusi yang digunakan, dan 69% siswa sudah membuat kesimpulan
yang disertai alasan yang logis.
Setelah membiasakan tahapan berpikir kritis Facione-Angelo pada
pembelajaran model pengintegrasian STEM berbasis PjBL, kemampuan berpikir kritis
siswa materi logika matematika terjadi peningkatan, karena pembelajaran ini
membantu seseorang untuk memecahkan dan menemukan soluasi dari suatu
masalah (Laboy-Rush, 2013). Berdasarkan hasil analisis, peneliti dapat
mengidentifikasi tiga kelompok siswa, yaitu atas, tengah, dan bawah dilihat dari hasil
kemampuan berpikir kritis setelah dilaksanakan model pengintegrasian STEM
berbasis PjBL.
Siswa kelompok atas sudah mampu Siswa mampu menuliskan informasi soal
secara lengkap dan jelas. Menuliskan yang diketahui dan ditanyakan dengan
sistematis. Menggambarkan ulang keterangan pada soal untuk memperjelas
informasi, mengolah informasi yang diperoleh menjadi strategi untuk menyelesaikan
masalah berdasarkan konsep dengan benar, sehingga jelas bagaimana menyelesaikan
masalah tersebut. Siswa kelompok ini juga sudah mampu memvisualisasikan
informasi dengan pemisalan atau gambaran untuk memperjelas maksud dari soal,
menerapkan strategi yang direncanakan dengan benar sesuai dengan konsep dan
rumus yang relevan dengan permasalahan, melaksanakan evaluasi berdasarkan
solusi yang diperoleh dengan tepat dan bervariasi, menyimpulkan jawaban dengan
menyajikan alasan dan bukti yang mendukung jawaban secara lengkap dan tepat.
Ada beberapa siswa kelompok ini yang membuat kesimpulan tanpa menyertakan
alasan yang logis, menerapkan strategi yang sudah direncanakan dengan benar,
tetapi kadang-kadang masih kurang teliti sehinga jawaban akhirnya masih ada yang
salah, melaksanakan evaluasi dengan menuliskan keterangan singkat.
Siswa kelompok tengah sudah mampu menuliskan informasi yang ada pada
soal dengan jelas. Menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan dengan benar. Siswa
sudah membuat analisis dengan benar, strategi yang akan digunakan juga ditulis
dengan singkat. Sudah mampu menghubungkan permasalahan dengan konsep yang
relevan. Analisis ditulis dengan singkat. Tetapi pada beberapa soal, ada siswa yang

49
|JURNAL SINAU VOL . 8 NO . 1 APRIL 2022

tidak menganalisis karena tidak bisa membayangkan strategi apa yang akan
digunakan.
Siswa kelompok bawah sudah mampu menuliskan informasi pada soal dengan
jelas tetapi kurang lengkap, lebih sering hanya menuliskan apa yang diketahui saja,
tidak menuliskan apa yang ditanyakan atau yang harus dicari, justru hal tersebut
dituliskan pada saat menganalisis solusi yang akan digunakan untuk menyelesaikan
masalah. Saat menganalisis siswa justru menuliskan hal informasi yang ditanyakan,
hal tersebut dilakukan pada tahap menginterpretasikan masalah. Siswa sudah
menerapkan solusi walaupun langkah-langkah yang digunakan masih salah. Bahkan
ada beberapa siswa kelompok ini yang mengerjakan jawaban soal sesuai dengan
kemampuan mereka tidak melakukan analisis terlebih dahulu. Siswa kelompok ini
juga sudah menuliskan evaluasi tetapi belum tepat. Bahkan masih ada kelompok siswa
yang tidak melakukan evaluasi. Hanya sebagian siswa yang menyimpulkan jawaban
tanpa menyajikan alasan yang logis atau bukti pendukung. Sebagian lagi tidak
membuat kesimpulan atau kesimpulan yang dibuat sama dengan menuliskan evaluasi.
Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dapat terjadi karena
pembelajaran model pengintegrasian STEM berbasis PjBL adalah pembelajaran yang
di stimulus dan yang memerlukan invesigasi mendalam serta didukung tugas
terstruktur, sementara itu model pengintegrasian STEM berbasis PjBL meningkatkan
keterlibatan siswa (Laboy-Rush, 2013), membentuk SDM yang mampu bernalar dan
berpikir kritis, logis, dan sistematis (Asmuniv, 2015), pengembangan keterampilan
abad ke-21 (Capraro & Nite, 2014), meningkatkan kreatifitas dan inovasi (Firman,
2016), dan meningkatkan daya saing Global (Reeve, 2013), S. Han, Capraro, & Capraro
(2014), León, Núñez, & Liew (2015), dan Guerra et al., 2015) menyimpulkan bahwa
penerapan STEM berbasis PjBL atau berbasis kinerja dapat mempengaruhi prestasi
siswa bahkan dengan tingkat kemampuan dan latar belakang (etnis, status ekonomi)
yang berbeda. Sehingga siswa terbiasa menginterpretasikan, menganalisis solusi,
menerapkan solusi yang sudah dianalisis, mengevaluasi dan menyimpulkannya
disertai alasan yang logis. Dengan dilakukan latihan rutin berupa soal berpikir kritis
untuk siswa dengan kemampuan menalar melalui latihan pada setiap pertemuan.
Siswa selalu diberi intruksi untuk tidak hanya sekali membaca soal dalam setiap
50
ANALISIS ENTREPRENEURSHIP DAN BERPIKIR ………|ISSN: 2685-1679|

latihan, setidaknya dua kali, serta diberi arahan untuk tidak terpaku pada satu
permasalahan saja. Hal tersebut guna melatih siswa untuk memeriksa kembali
permasalahan dan yang sudah terlibat mengevaluasi solusi yang digunakan.
Dari deskripsi diatas diperoleh kesimpulan bahwa dengan dikembangkannya
pembelajaran model pengintegrasian STEM berbasis PjBL dapat membentuk sikap
entrepreneurship dan kemampuan berpikir kritis siswa dengan diperolehnya
perkembangan entrepreneurship sampai membudayanya nilai atau entrepreneurship
dan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa sesuai dengan indikator berpikir
kritis Facione-Angelo. Pembelajaran model pengintegrasian STEM berbasis PjBL
menanamkan siswa mengalami peristiwa secara langsung dengan membuat proyek
menjadikan entrepreneurship siswa meningkat yang berimbas pada peningkatan
kemampuan berpikir kritis.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
(a). Kondisi awal kemampuan berpikir kritis adalah siswa masih kesulitan untuk
menyelesaikan soal berpikir kritis yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
Sebagian besar siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari
dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dimanfaatkan. Hal ini terjadi karena
kemampuan siswa dalam menginterpretasikan masalah, menganalisis, menerapkan,
mengevaluasi, dan menyimpulkan masih rendah. Hal tersebut didasari oleh pengajar
di SMK Yabujah Segeran belum membiasakan siswa mengerjakan soal-soal non rutin,
seperti soal tes kemampuan berpikir kritis, (b). Pembelajaran model pengintegrasian
STEM berbasis PjBL dikatakan efektif, karena (1) Perangkat pembelajaran yang
digunakan valid; (2) Ketuntasan belajar secara klasikal pada nilai rata-rata TKBK
kelas eksperimen dengan pembelajaran model pengintegrasian STEM berbasis PjBL
tercapai; (3) kemampuan berpikir kritis matematika siswa yang dikenakan
pembelajaran model pengintegrasian STEM berbasis PjBL lebih tinggi daripada
kemampuan berpikir kritis siswa kelas kontrol; (4) Entrepreneurship dan
keterampilan berpikir kritis siswa berpengaruh positif terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa; (5) Terjadi peningkatan entrepreneurship, keterampilan
51
|JURNAL SINAU VOL . 8 NO . 1 APRIL 2022

berpikir kritis, serta kemampuan berpikir kritis siswa setelah dikenakan


pembelajaran model pengintegrasian STEM berbasis PjBL serta peningkatan
kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol,
siswa dapat memilih dan menerapkan strategi memecahkan masalah dengan tepat,
hasil dari penelitian umumnya memuat 3 aspek utama yang penting, yaitu aspek
afektif, aspek kognitif, dan aspek psikomotor. Yang masing-masing mempunyai hasil
yang berbeda dalam pembelajaran. Hasil afektif pada penelitian ini adalah
meningkatnya entrepreneurship siswa dengan baik. Untuk hasil psikomotor dalam
penelitian ini siswa terampil dalam menyelesaikan soal berpikir kritis, dengan
melalui serangkaian kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Sedangkan untuk
hasil kognitif dalam penelitian ini, entrepreneurship dan keterampilan berpikir kritis
dapat berpengaruh positif terhadap kemampuan berpikir kritis.
Saran yang dapat direkomendasikan dalam penelitian ini adalah (1)
Pembelajaran dengan model pengintegrasian STEM berbasis PjBL dapat dijadikan
alternatif bagi guru dengan catatan perlu dilakukan modifikasi seperlunya guna
menyesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat sehingga siswa dapat belajar
melalui pengalamannya sendiri yang menimbulkan entrepreneurship tinggi (2)
Kelemahan model pembelajaran STEM berbasis PjBL yaitu dalam pelaksanaa proyek,
siswa selalu diingatkan agar melaksanakannya dengan serius, (3) Indikator berpikir
kritis yang belum maksimal dalam peningkatannya adalah megevaluasi dan
menyimpulkan, jadi dalam penggunaan model pembelajaran ini guru dianjurkan
untuk menekankan pada indikator mengevaluasi dan menyimpulkan.

52
ANALISIS ENTREPRENEURSHIP DAN BERPIKIR ………|ISSN: 2685-1679|

DAFTAR PUSTAKA

BUKU
Asmuniv. 2015. Pendekatan Terpadu Pendidikan STEM Dalam Upaya Mempersiapkan
Sumber Daya Manusia Indonesia Yang Memiliki Pengetahuan Interdisipliner
Untuk Menyosong Kebutuhan Bidang Karir Pekerjaan Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA). Yogyakarta: Widyaiswara PPPG Matematika.

Kemendikbud. 2014. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013: SMA


Matematika. Diterbitkan oleh Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan: Jakarta.

JURNAL
Banerjee, P. A. 2016. "A longitudinal evaluation of the impact of STEM enrichment
and enhancement activities in improving educational outcomes : Research
protocol. International Journal of Educational Research, 76,1-11
https://doi.org/10.1016/j.ijer.2015.12.003.

Buka, P. 2014. "Effectiveness of Critical Thinking Instruction". Mediterranean Journal


of Social Sciences, 5(22), 479–485.

Chukwuyenum, Asuai Nelson. 2013. “Impact of Critical thinking on Performance in


Mathematics among Senior Secondary School Students in Lagos State”.IOSR
Journal of Research & Method in Education, 3(5): 18-25.

Condliffe, B., Visher, M. G., Bangser, M. R., Drohojowska, S., & Larissa, S. 2016. Project-
based learning : A literature review". Prepared for Lucas Education Research A
Division of the George Lucas Educational Foundation. 1-91.
https://doi.org/10.5897/ERR2014.1777.

Duron, Robert, Barbara Limbach, dan Wendy Waugh. 2006 "Critical thinking
framework for any discipline." International Journal of Teaching and Learning in
Higher Education 17.2 (2006): 160-166.

Facione, P. A. 2015. "Critical Thinking : What It Is and Why It Counts". Insight


assessment. https://doi.org/ISBN 13: 978-1-891557-07-1.

Hakim, A. 2010. "Model Pengembangan Kewirausahaan Sekolah Menengah Kejuruan


(SMK) Dalam Menciptakan Kemandirian Sekolah". Riptek UNINSULA. 4 (1), 1–
14.

Han, S., Capraro, R., & Capraro, M. M. 2014. "How science, technology, engineering,
and mathematics (STEM) project-based learning (pbl) affects high, middle, and

53
|JURNAL SINAU VOL . 8 NO . 1 APRIL 2022

low achievers differently: the impact of student factors on achievement".


International Journal of Science and Mathematics Education, 13(5), 1089–1113.
https://doi.org/10.1007/s10763-014-9526-0.

Kurniawan, Agus., dkk. 2016. “Pengaruh lingkungan keluarga, motivasi, dan


kepribadian terhadap minat wirausaha melalui self efficacy”. Journal of
Economic Education UNNES. 5 (1).

Manurung, H. 2013. "Peluang Kewirausahaan Sekolah Melalui Kreativitas dan


Inovasi". Jurnal Bisnis Dan Kewirausahaan, 1(1), 81–119.

Peter, Ebiendele Ebosele. 2012. “Critical thinking: Essence for teaching mathematics
and mathematics problem solving skills”. African Journal of Mathematics and
Computer Science Research, 5(3) : 39-43

Setiawan, Satria. Sujati, Budi. (2019). Gambaran Ahmad Dahlan dan Wahab Hasbullah
dalam Pendidikan Islam terhadap Nasionalisme Indonesia. Semarang: Jurnal Al-
Fikri; Jurnal Studi dan Penelitian Pendidikan IslamVol. 2 No. 1 Februari.

PROSIDING

Firman, H. 2016. "Untuk meningkatkan daya saing bangsa dalam era masyarakat
ekonomi ASEAN STEM education as framework for chemical education
innovation to strengthen the national competitiveness". Prosiding Seminar
Nasional Kimia Dan Pembelajarannya, (17 September 2016).

Guerra, R. C. C., et al. 2015. "Innovation corps for learning: Evidence-based


entrepreneurship to improve (STEM) education". Proceedings-
FrontiersinEducationConference,FIE.Vol.2015.https://doi.org/10.1109/FIE.201
4.7044484.

54

You might also like