Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 27

Provitae Jurnal Psikologi Pendidikan

2020, Vol. 13, No. 2, 86 - 112

Pengaruh Gaya Pengasuhan Orang Tua terhadap Efikasi Diri

Keputusan Karir Siswa SMK melalui Trait Kecerdasan Emosi

sebagai Variabel Mediator

Azkya Milfa Laensadi & Rose Mini Agoes Salim


Fakultas Psikologi Universitas Indonesia
corresponding author: azkyamilfa92@gmail.com

Abstract

Adolescents undergo an important process that is deciding which career path will
impact their future later. For vocational high school students, career decision making
is not an easy task because there are many career choices, which is go to college,
enter the workforce, or being entrepreneur. They have to be confident with themselves
that they are able to make the right career decisions. This study aimed to examine the
role of perceived parenting styles on career decision self-efficacy through mediation
of trait emotional intelligence in vocational high school students. The respondents of
the study were 702 students in 12th grade. The adapted Career Decision Self Efficacy
– Short Form, Parental Authority Questionnaire, and Trait Emotional Questionnaire
were used in this study. The data were analysed using Hayes’ PROCESS simple
mediation model. Mediation analyses showed that trait emotional intelligence
partially and positively mediated the effect of paternal and maternal authoritative
parenting styles on career decision self-efficacy; trait emotional intelligence partially
and negatively mediated the effect of paternal and maternal authoritarian parenting
styles on career decision self-efficacy. The implication for further research is given
on the end of study.

Keywords: Career decision self-efficacy; parenting styles; trait emotional


intelligence; vocational high school students

86
Pendahuluan Pada beberapa penelitian dari

Masa remaja adalah masa tahun ke tahun diungkapkan bahwa

transisi dari masa kanak-kanak menuju remaja mengalami kesulitan dalam

masa dewasa yang memiliki tugas pengambilan keputusan karirnya

utama yaitu mempersiapkan diri untuk (Albion, 2000; Albion & Fogarty,

memasuki kedewasaan. Persiapan 2002; Bacanli, 2015; Gati & Saka,

penting yang harus dilakukan remaja 2001). Arjanggi (2017) dalam

dengan baik adalah menyelesaikan penelitiannya juga mengungkapkan hal

sekolah hingga memilih jalur yang serupa bahwa remaja di Indonesia

pekerjaan (Santrock, 2016). Berawal masih sangat kesulitan mengambil

dari bentuk impian dan cita-cita saat di keputusan karir. Ketika seseorang

sekolah dasar kemudian berkembang merasa sulit dalam mengambil

menjadi proses mengambil keputusan keputusan karir, maka ia cenderung

karir yang lebih serius saat di sekolah akan menghindari proses tersebut,

menengah. Menurut teori menunda, atau membuat keputusan

perkembangan karir yang diungkapkan karir yang tidak optimal (Gati, Krausz,

oleh Super (1990), remaja di sekolah & Osipow, 1996).

menengah berada pada tahap Menurut Gati, Krausz, dan

eksplorasi, dimana mereka Osipow (1996), kesulitan yang muncul

mengembangkan konsep diri saat proses mengambil keputusan karir

vokasional kemudian mengaplikasikan yaitu kurangnya informasi mengenai

konsep diri vokasional ini dengan jalur diri sendiri. Hal ini juga terlihat ketika

karir yang dipilihnya (Super, 1990). banyak siswa sekolah menengah

kejuruan (SMK) yang tidak

87
mengetahui bakat dan minatnya yang institusi pendidikan yang bertujuan

berkaitan dengan pekerjaan yang untuk mempersiapkan peserta didik

diinginkan setelah lulus sekolah terutama untuk bekerja dalam bidang

(Budisiwi, 2013). Sebagaimana yang tertentu. Selain pendidikan dan latihan

diungkapkan oleh Super (1957), yang diberikan sekolah, siswa SMK

konsep diri vokasional tidak akan juga menjalani praktik kerja industri

terbentuk dengan baik jika remaja atau magang di industri yang sesuai

tidak mengetahui minat, bakat, dan dengan program jurusan keahlian yang

kemampuan dirinya. Selain itu, kurang ditekuni (Firdaus, 2012). Karena

tersedianya informasi mengenai perbedaan kurikulum ini, siswa SMK

pekerjaan dan cara-cara mencari akan menghadapi dua jalur karir, yaitu

informasi yang berkaitan dengan karir melanjutkan pendidikan ke perguruan

juga menjadi kesulitan yang dihadapi tinggi atau langsung memasuki dunia

dalam mengambil keputusan karir pekerjaan sesuai dengan keahlian yang

(Gati, Krausz, & Osipow, 1996). mereka pelajari di sekolah.

Aminurrrohim, Saraswati, dan Walaupun siswa SMK pada

Kurniawan (2014) dalam penelitiannya akhirnya diharapkan terampil dan siap

mengungkapkan bahwa mayoritas kerja, fakta di lapangan menunjukkan

siswa di salah satu SMK sulit dalam kondisi yang berbeda. Berdasarkan

mengambil keputusan karir setelah data yang dikeluarkan oleh Badan

tamat sekolah, salah satunya karena Pusat Statistik Indonesia selama

kurangnya informasi mengenai karir. beberapa tahun terakhir, lulusan SMK

Berbeda dengan SMA yang merupakan jumlah tingkat

bersifat umum, SMK merupakan pengangguran terbuka paling banyak

88
dibandingkan lulusan jenjang mengambil keputusan karir, seseorang

pendidikan lainnya. Pada Agustus harus memiliki tingkat efikasi diri yang

2018, tingkat pengangguran terbuka tinggi, terutama tingkat efikasi diri

lulusan SMK berjumlah 1,73 juta dalam pengambilan keputusan karir.

orang atau 11,24%, dimana lulusan Efikasi diri dalam pengambilan

SMA sebagai lulusan terbanyak kedua keputusan karir (Career Decision Self-

hanya berjumlah 7,95%. Menurut Efficacy/CDSE) didefinisikan sebagai

Bullock-Yowell, dkk. (2014), dalam keyakinan seseorang akan

penelitiannya mengungkapkan bahwa kemampuannya untuk berhasil dalam

orang-orang yang pengangguran melakukan tugas-tugas yang berkaitan

memiliki tingkat kesulitan dalam dengan keputusan karir (Taylor &

mengambil keputusan karir yang Betz, 1983). Lima tugas tersebut yaitu

tinggi. Hal ini disebabkan karena penilaian diri yang akurat, kemampuan

banyaknya informasi mengenai suatu dalam mengumpulkan informasi

pekerjaan serta pertimbangan dalam terkait karir yang diinginkan,

memilih suatu karir sehingga sulit kemampuan mengidentifikasi jalur

dalam memilih satu jalur karir. potensial yang sesuai dengan tujuan,

Masalah pengangguran ini merupakan kemampuan merencanakan langkah

dampak buruk dari kesulitan dalam selanjutnya yang berhubungan dengan

mengambil keputusan karir pada siswa karir, dan kemampuan untuk

SMK. mengatasi hambatan-hambatan yang

Fouad, Cotter, dan Kantamneni akan dihadapi (Taylor & Betz, 1983).

(2009) mengungkapkan bahwa untuk Kelima tugas ini penting dilakukan

dapat mengatasi kesulitan dalam agar dapat mengambil keputusan karir

89
yang tepat sesuai dengan minat dan pengambilan keputusan karir pada

bakat siswa. remaja.

Menurut Kniveton (2004), Gaya pengasuhan orang tua

efikasi-diri keputusan karir dapat merupakan sikap dan perilaku orang

dipengaruhi oleh orang tua, keluarga, tua yang menciptakan iklim emosional

teman sebaya, dan guru di sekolah. dari hubungan orang tua-anak (Darling

Hasil penelitian Kniveton (2004) ini & Steinberg, 1993). Menurut

menunjukkan bahwa orang tua Baumrind (1991) gaya pengasuhan

memiliki pengaruh paling besar dalam memiliki tiga tipe, yaitu authoritative,

proses pemilihan karir remaja, authoritarian, dan permissive. Orang

dibandingkan pengaruh guru, teman tua dengan gaya pengasuhan

sebaya atau saudara kandung. authoritative bersikap demokratis

Prabowo, Yusuf, dan Setyowati (2019) dengan tetap menyediakan dukungan

mengungkapkan bahwa pada budaya dan reinforcement yang positif.

Timur seperti Indonesia, orang tua Mereka menyeimbangkan antara

memiliki pengaruh yang besar dalam memberikan kebebasan dan juga rasa

pemilihan karir anaknya dan berfungsi tanggung jawab kepada anak

memberikan pertimbangan atau (Baumrind, 1991). Gaya pengasuhan

bimbingan kepada anaknya mengenai selanjutnya adalah gaya pengasuhan

jurusan kuliah yang harus diambil. authoritarian. Orang tua dengan gaya

Koumoundourou, dkk. (2011) pengasuhan authoritarian memiliki

mengungkapkan bahwa aspek dari peraturan dan struktur yang harus

orang tua yaitu gaya pengasuhan ditaati oleh anak. Mereka sama sekali

terbukti memiliki peran dalam proses tidak memberikan kebebasan dan juga

90
tidak mempertimbangkan perasaan patrilineal, ayah cenderung memiliki

anak (Baumrind, 1991). Gaya gaya pengasuhan authoritarian yang

pengasuhan lainnya adalah gaya berperan dalam mengatur perilaku

pengasuhan permissive. Orang tua anak dan efektif untuk membentuk

dengan gaya pengasuhan permissive kedisplinan, kesopanan, dan perilaku

cenderung bersikap toleran, suportif, ramah tamah. Untuk gaya pengasuhan

dan selalu menghargai keinginan anak. ibu di Indonesia cenderung permissive

Mereka tidak memaksa anak untuk dengan menciptakan lingkungan yang

memiliki rasa tanggung jawab dan suportif secara emosional dan sebagai

tidak akan menghukum anak dalam sumber kehangatan dan kasih sayang

situasi apapun. Anak akan diberikan bagi anak. Kedua gaya pengasuhan ini

kebebasan untuk berperilaku tanpa ada diyakini dapat menghasilkan

peraturan atau ajaran dari orang tua perkembangan anak yang optimal

(Baumrind, 1991). (Riany, Meredith, Cuskelly, 2017).

Gaya pengasuhan yang dimiliki Beberapa penelitian telah

oleh ayah maupun ibu dapat berbeda- membuktikan bahwa gaya pengasuhan

beda. Collins dan Russell (1991) orang tua dapat meningkatkan tingkat

mengatakan bahwa ayah dan ibu efikasi-diri keputusan karir remaja.

memberikan pengalaman sosialisasi White (2009) dalam penelitiannya

yang berbeda pada anaknya. Menurut mengungkapkan bahwa dari tiga gaya

Riany, Meredith, dan Cuskelly dalam pengasuhan, hanya gaya pengasuhan

kajian teorinya (2017) authoritative, baik ayah maupun ibu,

mengungkapkan bahwa di Indonesia, yang memiliki peran pada efikasi-diri

yang menganut budaya Timur dan keputusan karir remaja. Selain itu,

91
penelitian yang dilakukan oleh Lease belakang mengenai gaya pengasuhan

dan Dahlbeck (2009) juga mengkaji mana yang efektif dan memberikan

pengaruh gaya pengasuhan orang tua dampak positif bagi remaja. Selain itu,

terhadap efikasi-diri keputusan karir hasil ini juga menunjukkan adanya

namun penelitian ini menunjukkan perbedaan hasil penelitian dengan teori

hasil yang berbeda. Mereka mengenai gaya pengasuhan di

mengungkapkan bahwa gaya Indonesia. Maka dari itu, masing-

pengasuhan orang tua yang masing gaya pengasuhan ayah dan ibu

authoritarian, terutama pada gaya sebaiknya dilihat secara terpisah

pengasuhan ayah, akan menghasilkan pengaruhnya terhadap siswa SMK.

tingginya efikasi-diri keputusan karir Darling dan Steinberg (1993)

remaja. Gaya pengasuhan permissive mengungkapkan bahwa iklim

tidak ditemukan berkontribusi pada emosional yang tercipta dari gaya

efikasi-diri keputusan karir remaja. Di pengasuhan orang tua akan

Indonesia sendiri, dari penelitian mencerminkan sikap dan emosi yang

ditemukan bahwa gaya pengasuhan orang tua tampilkan kepada anak.

ayah authoritative terbukti memiliki Emosi yang disosialisasikan oleh

hubungan positif dengan efikasi-diri orang tua akan mempengaruhi

keputusan karir, walaupun dalam perkembangan dan pemahaman emosi

penelitian ini hanya menguji satu gaya anaknya (Denham & Kochanoff,

pengasuhan (Sianipar & Sawitri, 2015; 2002). Berkaitan dengan

Situmorang & Salim, 2018). Hasil dari perkembangan karir, Fouad dkk.

beberapa penelitian ini menunjukkan (2010) pada penelitiannya

adanya perbedaan yang bertolak mengungkapkan bahwa bentuk

92
pengaruh dari orang tua kepada remaja dalam proses pengembangan

yaitu dengan memberikan informasi keyakinan tentang karir. Faktor

mengenai karir, mendukung aspirasi berkaitan dengan emosi yang belum

karir, serta memberikan dukungan banyak diberikan perhatian terutama

finansial dan pengaruh emosional. yang berhubungan dengan

Gaya pengasuhan tertentu juga akan perkembangan karir adalah trait

menentukan seberapa besar dukungan kecerdasan emosi. Beberapa penelitian

emosional yang akan didapatkan oleh yang menguji trait kecerdasan emosi

remaja dari orangtuanya (Baumrind, juga mengungkapkan bahwa kesulitan

1991). dalam mengambil keputusan karir

Pada dasarnya Young, Valach, terbukti dapat dipengaruhi oleh tingkat

dan Collin (1996) mengungkapkan trait kecerdasan emosi (Di Fabio &

bahwa dalam pengembangan karir, Palazzeschi, 2009; Di Fabio,

emosi berperan di dalam proses Palazzeschi, & Bar‐On, 2012; Di

internal terbentuknya kebutuhan Fabio, dkk., 2013).

(needs), tujuan (goals), dan rencana Kecerdasan emosi pada dasarnya

masa depan seseorang (plans). Mereka memiliki dua perspektif, yaitu dilihat

juga menemukan tiga alasan mengapa sebagai ability ataupun sebagai trait.

emosi bersifat penting dalam proses Kecerdasan emosi yang dipandang

pemilihan karir, yaitu emosi akan sebagai ability merupakan serangkaian

memotivasi dan mendorong keterampilan mental yang diukur

munculnya suatu tindakan, emosi dengan tes yang berbasis maximum-

dapat mengontrol dan mengatur performance, seperti layaknya tes

tindakan, dan emosi dapat membantu psikodiagnostik untuk inteligensi.

93
Sedangkan kecerdasan emosi sebagai dengan efikasi-diri keputusan karir.

trait (trait emotional intelligence/TEI) Hal ini menunjukkan bahwa ketika

merupakan persepsi diri seseorang individu memiliki tingkat trait

akan kemampuannya berkaitan dengan kecerdasan emosi yang tinggi, maka

pengaturan emosi (Petrides & akan meningkatkan tingkat

Furnham, 2001). Trait kecerdasan kepercayaan dirinya saat mengambil

emosi ini terdiri dari 15 faset yang keputusan karir. Dari penjelasan ini

masuk ke dalam 4 komponen utama dapat dikatakan bahwa gaya

yaitu well-being, self-control, pengasuhan orang tua memiliki peran

emotionality, dan sociability. pada trait kecerdasan emosi, yang

Berdasarkan penelitian yang kemudian akan mempengaruhi efikasi-

dilakukan oleh Argyriou, diri keputusan karir pada remaja.

Bakoyannis, dan Tantaros (2016) Penelitian ini bertujuan untuk melihat

dengan sampel remaja Yunani berusia apakah trait kecerdasan emosi dapat

15-19 tahun, diungkapkan bahwa dari memediasi peran persepsi gaya

tiga tipe gaya pengasuhan, gaya pengasuhan orang tua, baik ayah

pengasuhan orang tua authoritative maupun ibu, pada efikasi-diri

terbukti memiliki hubungan yang keputusan karir siswa SMK.

signifikan dengan trait kecerdasan

emosi. Menurut penelitian oleh Jiang Kajian Teori

(2014, 2016) dan Darmayanti (2018), Berkembang dari teori efikasi

dengan sampel penelitian mahasiswa, diri Bandura dan teori kematangan

diungkapkan bahwa kecerdasan emosi karir Crites, konsep efikasi-diri

terbukti secara positif berhubungan keputusan karir atau career decision

94
self-efficacy (CDSE) dikemukakan kedalam tiga tipe, yaitu authoritative,

oleh Taylor dan Betz (1983). CDSE authoritarian, dan permissive.

didefinisikan sebagai keyakinan Maccoby dan Martin (1983) kemudian

seseorang akan kemampuannya untuk mengembangkan dua dimensi dasar

berhasil dalam melakukan tugas-tugas dari tiga tipe pengasuhan, yaitu

yang berkaitan dengan keputusan karir. dimensi responsiveness (warmth) dan

Menurut Taylor dan Betz (1983), demandingness (control).

terdapat lima bagian yang merupakan Demandingness adalah tingkat dimana

komponen utama dari efikasi-diri orang tua menetapkan peraturan dan

keputusan karir, yaitu Self-appraisal; ekspektasi akan perilaku anak dan

Occupational information; Goal meminta anak agar patuh dengan

selection; Planning; dan Problem mereka. Sedangkan responsiveness

solving. adalah tingkat dimana orang tua peka

Darling dan Steinberg (1993) dan sensitif akan kebutuhan anak

mendefinisikan gaya pengasuhan mereka serta orang tua menunjukkan

orang tua sebagai iklim emosional dari rasa cinta, kehangatan, dan kepedulian.

hubungan orang tua-anak yang tercipta Menurut Baumrind (1971, 1991)

oleh sikap dan perilaku orang tua. terdapat tiga tipe gaya pengasuhan

Diana Baumrind (1971, 1991) orang tua, yaitu (a) Authoritative

mengembangkan konsep gaya adalah gaya pengasuhan dimana orang

pengasuhan orang tua (parenting tua memiliki tingkat demandingness

styles) dalam menjelaskan penyesuaian yang tinggi dan tingkat responsiveness

sosial anak, dimana ia menciptakan yang tinggi pula. (b) Authoritarian

tipe-tipe gaya pengasuhan orang tua adalah gaya pengasuhan dimana orang

95
tua memiliki tingkat demandingness trait happiness dan trait optimism; (2)

yang tinggi, namun tingkat Self-Control, yang terdiri dari emotion

responsiveness yang rendah. (c) regulation, stress management, serta

Permissive adalah gaya pengasuhan impulsiveness; (3) Emotionality, yang

dimana orang tua memiliki tingkat terdiri dari emotion perception,

demandingness yang rendah, namun emotion expression, trait empathy dan

tingkat responsiveness yang tinggi. relationship skills; (4) Sociability,

Berdasarkan beberapa teori yang terdiri dari social awareness,

kecerdasan emosi sebelumnya, emotion management, serta

Petrides, dkk (2004) mengembangkan assertiveness. Dua faset yang tidak

konsep kecerdasan emosi menjadi trait termasuk dalam empat faktor namun

kepribadian, yang sebelumnya masuk ke dalam TEI secara global

merupakan kemampuan mental. adalah Adaptability dan Self-

Petrides, dkk (2016) mengungkapkan motivation.

bahwa trait kecerdasan emosi Metode

merupakan persepsi dari kemampuan Responden


Responden penelitian adalah siswa
emosional individu, seberapa besar
kelas 12 dari sembilan SMK di Jakarta
keyakinan seseorang dalam
dan Depok. Jumlah responden adalah
memahami, meregulasi, dan
sebanyak 702 siswa SMK. Terdiri dari
mengekspresikan emosinya. Menurut
55.6% siswa laki-laki dan 44.4% siswa
Petrides (2011), trait kecerdasan emosi
perempuan. Usia responden berkisar
terdiri dari 15 faset yang termasuk ke
dari 16 hingga 20 tahun. Pengumpulan
dalam 4 faktor besar, yaitu (1) Well-
data dilakukan dengan memperoleh
Being, yang terdiri dari self-esteem,

96
izin dari masing-masing pihak sekolah. hingga 6 (sangat percaya diri). Kelima

Responden diminta untuk mengisi subskala dari CDSES-SF adalah self-

informed consent yang menandakan appraisal, occupational information,

kesediaan untuk berpartisipasi dalam goal selection, planning, dan problem

penelitian ini. Informed consent juga solving. Hasil uji validitas dari

berisi pernyataan bahwa data yang penelitian ini menunjukkan dari 25

diberikan oleh responden akan dijaga item terdapat 6 item yang tidak valid

kerahasiaannya dan hanya dan dieliminasi. Sisa 19 item dengan

dipergunakan untuk kepentingan nilai reliabitas Alpha Cronbach sebesar

penelitian. 0.825. Nilai factor loading dari 19 item

Pengukuran berkisar dari 0.25 hingga 0.67 (t-value


Efikasi-diri keputusan karir diukur
> 1.96). dan nilai crit berkisar antara
dengan Career Decision Self-Efficacy
0.283-0.547.
Scale – Short Form (Betz, Klein,
Gaya pengasuhan orang tua
Taylor, 1996; Betz & Taylor, 2001).
diukur dengan Parental Authority
Penelitian ini menggunakan skala yang
Questionnaire yang dikembangkan
telah diadaptasi oleh Sawitri (2009).
oleh Buri (1991). Alat ukur ini telah
Berjumlah 25 item, masing-masing 5
diadaptasi menjadi Bahasa Indonesia
item untuk setiap lima subskala: Self-
melalui proses back-translation serta
Appraisal; Gathering Occupational
expert judgment. Untuk penelitian ini,
Information; Making Plans; Goals
peneliti menggunakan bentuk form
Selection; dan Problem Solving.
yang diisi oleh anak, maka jawaban
Menggunakan skala likert 6 poin, dari
yang diberikan adalah persepsi
1 (tidak percaya diri sama sekali)
responden dari gaya pengasuhan orang

97
tua mereka. Penelitian ini juga versi gaya pengasuhan ayah dan gaya

menggunakan versi ibu dan ayah pengasuhan ibu.

secara terpisah. Kata “ibu” atau “ayah” Untuk alat ukur gaya pengasuhan

pada alat ukur ini bersifat fleksibel dan ayah, hasil uji validitas penelitian ini

responden diperbolehkan untuk menunjukkan dari 30 item terdapat 10

mengacu pada siapa saja yang mereka item yang tidak valid dan dieliminasi.

anggap sebagai figur ayah ataupun ibu Untuk alat ukur gaya pengasuhan ibu,

dalam kehidupan mereka. Terdapat terdapat 9 item yang tidak valid dan

pilihan-pilihan di awal alat ukur dieliminasi. Nilai factor loading dari

(ibu/ayah; paman/tante; kakek/nenek; seluruh alat ukur PAQ berkisar dari

dan lainnya) yang menjadi indikator 0.40 hingga 0.88 (t-value > 1.96). Nilai

siapa yang mereka jadikan acuan reliabitas Alpha Cronbach untuk

dalam menjawab pernyataan. masing-masing tipe gaya pengasuhan

Pengukuran ini berisi 30 item, masing- yaitu 0.885 untuk gaya pengasuhan

masing 10 item untuk mengukur tiap authoritative ayah; 0.710 untuk gaya

tipe pengasuhan orang tua, maka total pengasuhan authoritarian ayah; 0.648

adalah 60 item untuk mengukur gaya untuk gaya pengasuhan permissive

pengasuhan ayah dan ibu. Skala ini ayah; 0.842 untuk gaya pengasuhan

menggunakan skala likert 6 poin, dari authoritative ibu; 0.802 untuk gaya

1 (sangat tidak setuju) hingga 6 (sangat pengasuhan authoritarian ibu; dan

setuju). Dalam pengisian alat ukur ini, 0.749 untuk gaya pengasuhan

responden yaitu siswa SMK masing- permissive ibu.

masing mengisi dua alat ukur yaitu Alat ukur yang digunakan untuk

mengukur trait kecerdasan emosi

98
adalah Trait Emotional Intelligence > 1.96). dan nilai crit berkisar antara

Questionnaire – Short Form yang 0.251-0.531.

dikembangkan oleh Petrides dan Teknik Analisis


Penelitian ini menggunakan teknik
Furnham (2006). Alat ukur ini terdiri
Pearson Correlation untuk melihat
dari 30 item, yang mengukur 15 faset
korelasi antar variabel serta teknik
yang berkaitan dengan emosi yang
mediasi sederhana PROCESS Hayes
tersebar dalam empat faktor besar,
(2013) untuk menguji peran mediasi
yaitu well-being, self-control,
trait kecerdasan emosi. Untuk alat ukur
emotionality, dan sociability. Alat ukur
persepsi gaya pengasuhan orang tua,
ini telah diadaptasi menjadi Bahasa
analisis dilakukan terpisah untuk gaya
Indonesia melalui proses back-
pengasuhan ayah dan gaya pengasuhan
translation serta expert judgment.
ibu, masing-masing menggunakan
Menggunakan skala likert 6 poin, dari
teknik regresi berganda.
1 (sangat tidak setuju) hingga 6 (sangat

setuju). Hasil uji validitas dari


Hasil dan Pembahasan
penelitian ini menunjukkan dari 30
Berdasarkan hasil pengujian korelasi
item terdapat 10 item yang tidak valid
pada Tabel 1, dapat dilihat bahwa
dan dieliminasi. Sisa 20 item dengan
variabel efikasi-diri keputusan karir
nilai reliabitas Alpha Cronbach sebesar
berkorelasi positif dan signifikan
0.817. Nilai factor loading dari 20 item
dengan semua variabel dalam
berkisar dari 0.25 hingga 0.59 (t-value
penelitian ini.

99
Tabel 1 Nilai Korelasi Antar Variabel Penelitian
M SD 1 2 3 4 5 6 7 8
1 CDSE 5.01 .44 -
2 AyahAVE 4.54 .80 .344** -
3 AyahAN 4.07 .87 .213** .393** -
4 AyahPM 4.44 .85 .209** .629** .274** -
5 IbuAV 4.71 .73 .360** .549** .292** .357** -
6 IbuAN 4.17 .84 .158** .239** .636** .199** .340** -
7 IbuPM 4.65 .76 .227** .360** .261 .508** .672**
.273** -
-
8 TEI 4.01 .55 .319** .218** -.051 .095* .146* .070 -
.101**
Note: CDSE = Career Decision-making Self-efficacy; AVE = Authoritative; AN = Authoritarian; PM
= Permissive; TEI = Trait Emotional Intelligence. *p < .05. **p < .01.

100
Untuk gaya pengasuhan ayah, korelasi peran terhadap efikasi-diri keputusan

yang paling tinggi adalah dengan karir (b= 0.219, p < .001). Selain itu,

variabel gaya pengasuhan ayah yang gaya pengasuhan ayah yang

authoritative (r= 0.344). Untuk gaya authoritative secara langsung

pengasuhan ibu, korelasi yang paling memprediksi efikasi-diri keputusan

tinggi juga dengan variabel gaya karir (c’= 0.126, p < .001). Secara

pengasuhan ibu yang authoritative keseluruhan, hasil menunjukkan

(r=0.360). Selain itu, variabel trait bahwa trait kecerdasan emosi

kecerdasan emosi berkorelasi positif signifikan terbukti memediasi secara

dan signifikan dengan beberapa parsial peran gaya pengasuhan ayah

variabel lain, dengan korelasi yang yang authoritative pada efikasi-diri

paling tinggi dengan variabel efikasi- keputusan karir (ab= 0.048,

diri keputusan karir (r=0.319). Hal ini BootLLCI= 0.029, BootULCI= 0.071).

menunjukkan bahwa semakin tinggi Hasil pengujian model mediasi 2

tingkat kecerdasan emosi seseorang ditemukan bahwa gaya pengasuhan

maka semakin tinggi efikasi-diri ayah yang authoritarian signifikan

keputusan karir. secara negatif memiliki peran terhadap

Hasil pengujian model mediasi 1 trait kecerdasan emosi (a= -0.101, p <

ditemukan bahwa gaya pengasuhan .001) serta trait kecerdasan emosi

ayah yang authoritative secara positif signifikan secara positif memiliki

dan signifikan memiliki peran terhadap peran terhadap efikasi-diri keputusan

trait kecerdasan emosi (a= 0.220, p < karir (b= 0.219, p < .001). Selain itu,

.001) serta trait kecerdasan emosi gaya pengasuhan ayah yang

secara positif dan signifikan memiliki authoritarian secara langsung

101
memprediksi efikasi-diri keputusan ini dapat disimpulkan bahwa ketika

karir (c’= 0.069, p < .001). Secara remaja mempersepsikan ayah mereka

keseluruhan, hasil menunjukkan memiliki gaya pengasuhan

bahwa trait kecerdasan emosi authoritarian, maka tingkat trait

signifikan terbukti memediasi secara kecerdasan emosi mereka akan rendah,

parsial peran gaya pengasuhan ayah yang kemudian mengakibatkan tingkat

yang authoritarian terhadap efikasi- efikasi-diri keputusan karir juga

diri keputusan karir (ab= -0.022, rendah. Hasil pengujian model mediasi

BootLLCI= -0.037, BootULCI= - 3 ditemukan bahwa gaya pengasuhan

0.010). Tanda negatif pada efek tidak ayah yang permissive tidak signifikan

langsung dari trait kecerdasan emosi memiliki peran pada trait kecerdasan

menunjukkan terjadinya inconsistent emosi. Secara keseluruhan, hasil

mediation pada model ini. Inconsistent menunjukkan bahwa trait kecerdasan

mediation adalah situasi dimana emosi tidak signifikan memediasi

besaran hubungan antara variabel peran gaya pengasuhan ayah yang

independen dan variabel dependen permissive terhadap efikasi-diri

menjadi lebih besar ketika variabel keputusan karir. Dari hasil tiga

ketiga (mediator) digabungkan, atau pengujian mediasi ini, maka

dapat juga disebut suppression didapatkan model penelitian dengan

(MacKinnon, et al., 2000). Dari hasil gaya pengasuhan ayah pada Gambar 1.

102
Trait
Kecerdasan
**
a=0.220 Emosi
b=0.219**
Ayah
Authoritative
c’=0.126** / c=0.174**
a=-0.101** CDSE
Ayah c’=0.069 / c=0.047
** *

Authoritarian
a=-0.041

Ayah c’=0.000 / c= -0.009


Permissive

Gambar 1. Model penelitian gaya pengasuhan ayah

103
Hasil pengujian model mediasi 4 serta trait kecerdasan emosi signifikan

ditemukan bahwa gaya pengasuhan ibu secara positif memiliki peran terhadap

yang authoritative secara positif dan efikasi-diri keputusan karir (b= 0.227,

signifikan memiliki peran pada trait p < .001). Selain itu, gaya pengasuhan

kecerdasan emosi (a= 0.174, p < .001) ibu yang authoritarian secara langsung

serta trait kecerdasan emosi secara memprediksi efikasi-diri keputusan

positif dan signifikan memiliki peran karir (c’= 0.047, p < .05). Secara

pada efikasi-diri keputusan karir (b= keseluruhan, hasil menunjukkan

0.227, p < .001). Selain itu, gaya bahwa trait kecerdasan emosi

pengasuhan ibu yang authoritative signifikan terbukti memediasi secara

secara langsung memprediksi efikasi- parsial peran gaya pengasuhan ibu

diri keputusan karir (c’= 0.182, p < yang authoritarian terhadap efikasi-

.001). Secara keseluruhan, hasil diri keputusan karir (ab= -0.025,

menunjukkan bahwa trait kecerdasan BootLLCI= -0.041, BootULCI= -

emosi signifikan terbukti memediasi 0.012). Tanda negatif pada efek tidak

secara parsial peran gaya pengasuhan langsung dari trait kecerdasan emosi

ibu yang authoritative terhadap menunjukkan terjadinya inconsistent

efikasi-diri keputusan karir (ab= 0.040, mediation pada model ini. Hasil

BootLLCI= 0.019, BootULCI= 0.062). mediasi ini menunjukkan bahwa ketika

Hasil pengujian model mediasi 5 remaja mempersepsikan ibu mereka

ditemukan bahwa gaya pengasuhan ibu memiliki gaya pengasuhan

yang authoritarian signifikan secara authoritarian, maka tingkat trait

negatif memiliki peran terhadap trait kecerdasan emosi mereka akan rendah,

kecerdasan emosi (a= -0.111, p < .001) yang kemudian mengakibatkan tingkat

104
efikasi-diri keputusan karir juga emosi tidak signifikan memediasi

rendah. Sedangkan hasil pengujian peran gaya pengasuhan ibu yang

model mediasi 6 ditemukan bahwa permissive terhadap efikasi-diri

gaya pengasuhan ibu yang permissive keputusan karir. Dari hasil tiga

tidak signifikan memiliki peran pengujian mediasi ini, maka

terhadap trait kecerdasan emosi. didapatkan model penelitian dengan

Secara keseluruhan, hasil gaya pengasuhan ibu pada Gambar 2.

menunjukkan bahwa trait kecerdasan

Trait
Kecerdasan
**
a=0.174 Emosi
b=0.227**
Ibu
Authoritative
c’=0.182** / c=0.222**
a=-0.111** CDSE
Ibu c’=0.047** / c=0.022*
Authoritarian
a=-0.028

Ibu c’=0.011 / c= -0.017


Permissive

Gambar 2. Model penelitian gaya pengasuhan ibu

105
Hasil pengujian dari model (Lamborn, dkk., 1991). Orang tua yang

mediasi menunjukkan bahwa trait authoritative juga mengasuh dengan

kecerdasan emosi terbukti menjadi responsivitas dan kehangatan yang

mediator parsial dari peran gaya memudahkan remaja untuk

pengasuhan authoritative ayah mengembangkan kemampuan

terhadap efikasi-diri keputusan karir. mengatur emosinya (Jabeen, dkk.,

Berkaitan dengan gaya pengasuhan 2013). Kemampuan penyesuaian diri,

yang sama, hasil pengujian juga kompetensi, serta kemampuan

menunjukkan bahwa trait kecerdasan mengatur emosi merupakan bentuk

emosi terbukti menjadi mediator dari trait kecerdasan emosi. Hasil ini

parsial dari peran gaya pengasuhan mengindikasikan bahwa orang tua

authoritative ibu terhadap efikasi-diri yang authoritative menyediakan iklim

keputusan karir. Hasil dua model ini emosional yang positif pada selama

sejalan dengan penelitian terdahulu tumbuh kembang remaja dengan

dari Argyriou, Bakoyannis, dan memberikan kebebasan berperilaku

Tantaros (2016) yang mengungkapkan dan berpendapat serta memberikan

bahwa gaya pengasuhan orang tua dukungan dan arahan. Hal ini membuat

yang authoritative dapat meningkatkan remaja akan lebih mudah beradaptasi

tingkat trait kecerdasan emosi remaja. terhadap situasi dan merasa lebih aman

Orang tua dengan gaya pengasuhan dan nyaman untuk berdiskusi dan

authoritative akan menghasilkan berinteraksi dengan orang tua yang

remaja yang memiliki kemampuan akan mempengaruhi tingkat efikasi-

penyesuaian diri yang baik dan diri keputusan karir.

memiliki kompetensi yang lebih tinggi

106
Hasil dari model mediasi menghasilkan tingkat efikasi-diri

selanjutnya menunjukkan bahwa trait keputusan karir yang juga rendah.

kecerdasan emosi terbukti menjadi Gaya pengasuhan authoritarian adalah

mediator parsial dari peran gaya dimana orang tua memiliki tingkat

pengasuhan authoritarian ayah pada demandingness yang tinggi, namun

efikasi-diri keputusan karir. Berkaitan tingkat responsiveness yang rendah.

dengan gaya pengasuhan yang sama, Mereka menerapkan disiplin yang

hasil pengujian juga menunjukkan kaku dan meminta anak untuk patuh

bahwa trait kecerdasan emosi terbukti pada peraturan atau standar yang

menjadi mediator parsial dari peran ditetapkan (Baumrind, 1971, 1991).

gaya pengasuhan authoritarian ibu Hal ini dapat disimpulkan bahwa gaya

terhadap efikasi-diri keputusan karir. pengasuhan orang tua authoritarian

Namun, untuk kedua model gaya akan menghadirkan iklim emosional

pengasuhan authoritarian ini, peran yang negatif bagi anak karena mereka

trait kecerdasan emosi bersifat negatif tidak diberikan ruang untuk

di masing-masing modelnya. Hasil ini berpendapat atau berekspresi. Hal ini

juga sejalan dengan penelitian akan membuat remaja merasa kurang

Argyriou, Bakoyannis, dan Tantaros percaya diri dan tidak mampu

(2016) yang mengungkapkan bahwa bersosialisasi dengan baik karena

ketika remaja mempersepsikan ayah komunikasi yang terjalin dengan orang

atau ibu mereka memiliki gaya tua lebih bersifat satu arah. Maka dari

pengasuhan authoritarian, maka itu, dengan gaya pengasuhan orang tua

tingkat trait kecerdasan emosi mereka yang authoritarian akan menghasilkan

akan rendah, yang kemudian remaja yang memiliki tingkat

107
kecerdasan emosinya rendah yang kepada anak. Dengan begitu, orang tua

kemudian akan menurunkan efikasi- dengan gaya pengasuhan permissive

diri keputusan karir. memberikan kebebasan pada siswa

Hasil pengujian juga SMK untuk melakukan apa saja yang

menunjukkan bahwa trait kecerdasan mereka inginkan.

emosi tidak terbukti signifikan menjadi Hasil pengujian ini menunjukkan

mediator dalam peran gaya tidak adanya peran yang signifikan dari

pengasuhan permissive ayah pada orang tua dengan gaya pengasuhan

efikasi-diri keputusan karir. Berkaitan permissive pada efikasi-diri keputusan

dengan gaya pengasuhan yang sama, karir maupun trait kecerdasan emosi

hasil pengujian juga menunjukkan siswa SMK. Hal ini juga dapat

bahwa trait kecerdasan emosi tidak dijelaskan dari masa perkembangan

terbukti signifikan menjadi mediator siswa SMK yang masih remaja.

dalam peran gaya pengasuhan Mereka masih membutuhkan

permissive ibu pada efikasi-diri bimbingan orang dewasa yang lebih

keputusan karir. Hasil yang berpengetahuan dan berpengalaman.

menunjukkan non-signifikansi ini Ketika orang tua di rumah, baik ayah

dapat dijelaskan dari gaya pengasuhan maupun ibu, tidak memberikan aturan,

permissive yaitu orang tua memiliki arahan, dan bimbingan, maka remaja

tingkat demandingness yang rendah, mungkin mencari dukungan dan

namun tingkat responsiveness yang arahan dari orang lain, seperti guru

tinggi (Baumrind, 1971, 1991). Hal ini atau teman sebaya. Hasil dari gaya

ditandai dengan orang tua yang kurang pengasuhan permissive ini dapat

memberikan tuntutan dan arahan diteliti lebih lanjut agar diketahui

108
alasan tidak berpengaruhnya gaya terkait seperti konselor atau psikolog

pengasuhan permissive orang tua pada sekolah dapat melibatkan orang tua

siswa SMK. dalam meningkatkan efikasi-diri

Kesimpulan keputusan karir siswa SMK.

Penelitian ini menguji pengaruh gaya Daftar Pustaka

pengasuhan orang tua, baik ayah Albion, M. J. (2000) Career decision


making difficulties of adolescent
maupun ibu, terhadap efikasi-diri
boys and girls. Australian Journal
keputusan karir melalui mediasi trait
of Career Development, 9 (2). pp.
kecerdasan emosi pada siswa SMK. 14-19.
Albion, M. J., & Fogarty, G. J. (2002).
Penelitian ini menemukan bahwa gaya
Factors influencing career
pengasuhan authoritative ayah dan ibu
decision making in adolescents
terbukti memiliki peran positif pada and adults. Journal of Career
Assessment, 10(1), 91-126.
efikasi diri dalam pengambilan karir
Aminurrohim, A. W., Saraswati, S., &
melalui mediasi parsial trait
Kurniawan, K. (2014). Survei
kecerdasan emosi. Gaya pengasuhan Faktor-Faktor Penghambat
Perencanaan Karir
authoritarian ayah dan ibu terbukti
Siswa. Indonesian Journal of
memiliki peran negatif pada efikasi-
Guidance and Counseling: Theory
diri keputusan karir melalui mediasi and Application, 3(2).
Arjanggi, R. (2017). Identifikasi
parsial trait kecerdasan emosi.
permasalahan pengambilan
Sedangkan gaya pengasuhan
keputusan karir remaja. Jurnal
permissive ayah dan ibu tidak terbukti psikologika, 22(1), 28-35.
Bacanli, F. (2015). Career decision-
memiliki peran pada efikasi-diri
making difficulties of Turkish
keputusan karir melalui mediasi trait
adolescents. International Journal
kecerdasan emosi. Dari hasil ini, pihak for Educational and Vocational

109
Guidance, 16(2), 233– analysis. Developmental review,
250. doi:10.1007/s10775-015- 11(2), 99-136.
9304-8 Darling, N., & Steinberg, L. (1993).
Bandura, A. (1997). Self-efficacy: The Parenting style as context: An
exercise of control. New York: integrative model. Psychological
Freeman. bulletin, 113(3), 487.
Baumrind, D. (1991). Effective Denham, S., & Kochanoff, A. T.
parenting during the early (2002). Parental contributions to
adolescent transition. In P.A. preschoolers' understanding of
Cowan & E.M. Hetherington emotion. Marriage & Family
(Eds.), Advances in family Review, 34(3-4), 311-343.
research (Vol. 2). Hillsdale, NJ: Firdaus, Z. Z. (2012). Pengaruh unit
Erlbaum. produksi, pengalaman prakerin
Budisiwi, H. (2013). Model dan dukungan keluarga terhadap
Bimbingan Karir Holland Untuk kesiapan kerja siswa SMK. Jurnal
Meningkatkan Kematangan Pendidikan Vokasi, 2(3).
Pilihan Karir Siswa. Cakrawala: Fouad, N. A., Cotter, E. W.,
Jurnal Pendidikan, 7(1). Fitzpatrick, M. E., Kantamneni,
Bullock‐Yowell, E., Leavell, K. A., N., Carter, L., & Bernfeld, S.
McConnell, A. E., Rushing, A. D., (2010). Development and
Andrews, L. M., Campbell, M., & validation of the family influence
Osborne, L. K. (2014). Career scale. Journal of Career
decision‐making intervention with Assessment, 18(3), 276-291.
unemployed adults: When good Fouad, N., Cotter, E. W., &
intentions are not Kantamneni, N. (2009). The
effective. Journal of employment effectiveness of a career decision-
counseling, 51(1), 16-30. making course. Journal of Career
Collins, W. A., & Russell, G. (1991). Assessment, 17(3), 338-347.
Mother-child and father-child Gati, I., & Saka, N. (2001). High
relationships in middle childhood school students' career‐related
and adolescence: A developmental decision‐making

110
difficulties. Journal of Counseling core self-evaluations. Journal of
& Development, 79(3), 331-340. Career Assessment, 19(2), 165-
Gati, I., Krausz, M., & Osipow, S. H. 182.
(1996). A taxonomy of difficulties Lease, S. H., & Dahlbeck, D. T.
in career decision making. Journal (2009). Parental influences, career
of Counseling Psychology, 43(4), decision-making attributions, and
510–526. self-efficacy: Differences for men
Jiang, Z. (2014). Emotional and women?. Journal of Career
intelligence and career decision‐ Development, 36(2), 95-113.
making self‐efficacy: national and Prabowo, W., Yusuf, M., & Setyowati,
gender differences. Journal of R. (2019). Pengambilan keputusan
employment counseling, 51(3), menentukan jurusan kuliah
112-124. ditinjau dari student self efficacy
Jiang, Z. (2016). Emotional dan persepsi terhadap harapan
intelligence and career decision‐ orang tua. Jurnal Psikologi
making self‐efficacy: Mediating Pendidikan dan Konseling: Jurnal
roles of goal commitment and Kajian Psikologi Pendidikan dan
professional Bimbingan Konseling, 5(1), 42-
commitment. Journal of 48.
Employment Counseling, 53(1), Riany, Y. E., Meredith, P., & Cuskelly,
30-47. M. (2017). Understanding the
Kniveton, B. H. (2004). The influences influence of traditional cultural
and motivations on which students values on Indonesian parenting.
base their choice of Marriage & Family Review,
career. Research in 53(3), 207-226.
Education, 72(1), 47-59. Santrock, J.W. (2016). Adolescence
Koumoundourou, G., Tsaousis, I., & (16th Ed.). New York: McGraw-
Kounenou, K. (2011). Parental Hill.
influences on Greek adolescents’ Sawitri, D. R. (2009). Pengaruh status
career decision-making identitas dan efikasi diri keputusan
difficulties: The mediating role of karier terhadap keraguan

111
mengambil keputusan karier pada Brooks, The Jossey-Bass
mahasiswa tahun pertama di management series and The
Universitas Diponegoro. Jurnal Jossey-Bass social and behavioral
Psikologi Undip, 5(2), 1-14. science series. Career choice and
Sianipar, C. S., & Sawitri, D. R. development: Applying
(2015). Pola asuh otoritatif orang contemporary theories to
tua dan efikasi diri dalam practice (pp. 197-261). San
mengambil keputusan karir pada Francisco, CA, US: Jossey-Bass.
mahasiswa tahun Taylor, K. M. & Betz, N. E. (1983).
pertama. Empati, 4(4), 1-7. Applications of self-efficacy
Spera, C. (2005). A review of the theory to the understanding and
relationship among parenting treatment of career indecision.
practices, parenting styles, and Journal of Vocational Behavior,
adolescent school 22, 63-81.
achievement. Educational White, R. J. (2009). The role of
psychology review, 17(2), 125- parenting style, ethnicity, and
146. identity style on identity
Steinberg, L., & Silk, J. S. (2002). commitment and career decision
Parenting adolescents. Handbook self-efficacy (Order No. 3368670).
of parenting, 1, 103-133. Available from ProQuest
Super, D. E. (1990). A life-span, life- Dissertations & Theses Global.
space approach to career (304996545).
development. In D. Brown & L.

112

You might also like