Integrasi Manajemen Perubahan Pada Proyek Lean Six Sigma Dalam Peningkatan Mutu Dan Kinerja Perusahaan

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

DOI: https://doi.org/10.26593/jrsi.v10i2.4064.

113-120

Jurnal Rekayasa Sistem Industri Disampaikan : 26 Juli 2020


Direview : 19 Agustus 2020
Volume 10 No 2 - Oktober 2021 Diterima : 5 April 2021
http://journal.unpar.ac.id/index.php/jrsi/index
ISSN 2339-1499 (online) – ISSN 0216-1036 (print)

Integrasi Manajemen Perubahan pada Proyek Lean Six Sigma dalam


Peningkatan Mutu dan Kinerja Perusahaan

Ayesha Gilang Prahara1, Catharina Bada Nawangpalupi2


1,2)
Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Industri, Universitas Katolik Parahyangan
Jl. Ciumbuleuit 94, Bandung 40141
Email: ayeshgilang@gmail.com, katrin@unpar.ac.id

Abstract

PT X is a small enterprise producing various types of jute fabric products. As a traditional business, the
company still largely rely on the handiness and crafting skills from their workers. Whilst the business
competition increases, PT X requires to strengthen the business by improving product quality in an
efficient way. Besides high level of defects, PT X has also non-value-added activities in their production
resulting in high overtime hours of their workers. Although PT X considers the overtime is acceptable to
achieve the production target, there is room for improvement to reduce the defects as well as to
shorten the production lead time. This paper aims to tackle the inefficiency and quality of the company.
Lean six sigma is proposed to improve the condition and change management is implemented to
ensure the commitment and participation of all staff for the success of change. Hence, this paper
proposes the combination of change management and lean six sigma to improve production quality,
lead time and staff participation. Combining DMAIC methods with change management, a methodology
called DMA(C)IC is used with the middle C is for change. The implementation of the integration
between change management in lean six sigma has resulted in the reduced number of defects and
shorter lead time and the awareness of the workers to improve their working behavior.

Keywords: change management, lean six sigma, defects, DMAIC, quality improvement

Abstrak

PT X merupakan usaha kecil yang memproduksi berbagai jenis olahan kain goni. Sebagai usaha yang
bersifat tradisional, perusahaan masih menekankan pada kemampuan kerajinan tangan yang
didasarkan pada keahlian para pekerjanya. Dengan meningkatnya kompetisi usaha, PT X harus terus
memperkuat usahanya dengan meningkatkan mutu produk secara efisien. PT X masih memiliki jumlah
cacat produk yang tinggi disertai waktu produksi yang panjang. Banyaknya aktivitas yang tidak
memberikan nilai tambah membuat para pekerja di PT X sering lembur. Meskipun PT X menganggap
hal tersebut biasa dan tidak menjadi prioritas sejauh target produksi tercapai, terdapat ruang untuk
perbaikan dalam permasalahan ini. Artikel ini bertujuan untuk memetakan permasalahan efisiensi dan
peningkatan mutu produk secara sekaligus. Lean six sigma digunakan untuk menyelesaikan
permasalahan ini dan manajemen perubahan digunakan untuk memastikan komitmen dan partisipasi
seluruh pegawai dari setiap lini untuk keberhasilan perubahan. Oleh karena itu, integrasi manajemen
perubahan dalam proyek lean six sigma ditawarkan agar perusahaan dapat memperbaiki mutu, waktu
produksi dan partisipasi pegawai secara menyeluruh. Metodologi yang mengombinasikan DMAIC
dengan manajemen perubahan digunakan dengan metodologi yang disebut DMA(C)IC, dengan C di
tengah berarti “change”. Implementasi integrasi manajemen perubahan dalam lean six sigma
menghasilkan penurunan cacat, waktu produksi dan peningkatan kesadaran pegawainya untuk
memperbaiki kondisi kerjanya.

Kata kunci: manajemen perubahan, lean six sigma, cacat, DMAIC dan perbaikan mutu

113
DOI: https://doi.org/10.26593/jrsi.v10i2.4064.113-120

Pendahuluan oleh PT X merupakan hal yang lumrah bagi


Di bumi ini segalanya pasti selalu berubah. mereka, sehingga permasalahan yang jelas
Perubahan tersebut meliputi setiap individu, tergambarkan dalam PT X ini adalah
organisasi bahkan alam pun akan mengalami kurangnya kesadaran rasa ingin berubah, tidak
perubahan. Demikian yang terjadi pada reaktif menyikapi permasalahan, bahkan tidak
perusahaan, perusahaan akan hanya bertahan adanya rasa urgensi dari para pekerja maupun
jika mampu melakukan suatu perubahan. pemimpin dari perusahaan mengakibatkan PT
(Robbins, 2001) menyebutkan semua X tidak sulit berkembang.
perubahan yang dilakukan mengarah pada Banyaknya waste yang dihasilkan dan
peningkatan efektivitas organisasi dengan kurangnya kesadaran untuk berubah menjadi
tujuan mengupayakan perbaikan kemampuan permasalahan utama dalam perbaikan
organisasi dalam menyesuaikan diri terhadap penelitian ini.
perubahan lingkungan serta perubahan Menurut (Pyzdek, 2003), organizational
organisasi, perubahan organisasi dapat traditional thinking’s akan melakukan
dilakukan pada struktur yang mencakup perubahan jika mereka sudah mengalami
strategi dan sistem, teknologi, penetapan visi tanda bahaya, masalah, ataupun krisis
dan sumber daya manusia maka dari itu perlu terhadap perusahaan mereka. PT X
adanya usaha guna menciptakan perubahan merupakan salah satu industri yang harus
ke arah yang lebih baik lagi. bereaksi terhadap perubahan-perubahan yang
Perubahan tidak selamanya berdampak terjadi. Di tengah daya saing yang tinggi, PT X
baik, adapun perubahan yang berdampak dituntut terus berkembang guna terus menjadi
buruk, seperti halnya perusahaan-perusahaan perusahaan yang efektif dan efisien dalam
besar dulu berkembang dengan pesat, namun memenuhi konsumennya.
tidak muncul lagi di masa sekarang. Adapun beberapa penelitian terdahulu yang
Berdasarkan laporan bulanan BPS tahun 2015 dilakukan oleh beberapa peneliti mengenai
industri mikro, kecil dan menengah proyek perbaikan dan manajemen perubahan.
menunjukkan kenaikan yang signifikan dari Noori & Latifi (2018) menyebutkan bahwa
tahun sebelum. Hal ini memberikan dampak proyek perbaikan kualitas harus disisipkan
signifikan terhadap daya saing industri-industri aspek manajemen perubahan. Penelitian Noori
kecil menengah di tengah persaingan yang & Latifi menunjukkan bahwa pengembangan
sangat tinggi pada era ini. Kebutuhan yang model berbasis manajemen perubahan
sangat beragam menuntut perusahaan agar mampu mempercepat implementasi proyek.
terus memenuhi standar kualitas dari Selain itu, penerapan manajemen proyek
konsumen guna melanjutkan roda suatu dapat mengurangi resistensi individu,
organisasi perusahaan tersebut. kelompok, maupun organisasi pada lingkungan
PT X tergolong ke dalam perusahaan yang tersebut. Teknik manajemen perubahan
tradisional, dimana segala hasil produksinya tersebut disisipkan pada metode DMAIC
masih ditentukan oleh tangan kreativitas para (Define – Measure – Analyse – Improve –
pekerjanya. Kegiatan utamanya yaitu Control), sehingga menghasilkan DMA(C)IC. C
mengolah kain goni menjadi berbagai macam yang disisipkan di antara analyze dan improve
produk yang memiliki nilai jual lebih tinggi. adalah change management.
Kemudian dalam penelitian ini fokus penelitian Lertwattanapongchai & Swierczek (2014)
kepada 3 produk utama yaitu tas jinjing, tas menjelaskan bahwa beberapa indikator
jinjing bergambar dan karung kopi. keberhasilan penerapan proyek perbaikan
Dalam proses produksinya PT X ini masih kualitas merupakan komponen dari teknik
terdapat permasalahan yang harus dihadapi. manajemen perubahan, sehingga metode
Salah satu masalah yang sering terjadi yaitu manajemen perubahan dianggap sangat
defect product yang secara konsisten terus penting dalam pelaksanaan program proyek
dihasilkan setiap proses produksi. Terdapat perbaikan kualitas.
sebanyak 32% produk cacat pada produk Terkait pengembangan proyek lean six
karung kopi atau sebanyak 503 produk cacat sigma, banyak peneliti yang membuktikan
dari total produksi 1950 produk yang diamati. perlunya kedua metode tersebut untuk
Melihat banyaknya produk cacat yang dialami digabungkan. Pepper & Spedding (2010)
menjelaskan dalam proyek perbaikan kualitas,

114
DOI: https://doi.org/10.26593/jrsi.v10i2.4064.113-120

filosofi lean dan six sigma merupakan suatu perbaikan, dan perbandingan kondisi sebelum
metode yang melengkapi satu sama lain. perbaikan dan setelah perbaikan.
Penerapan lean atau six sigma saja ditengarai
oleh Arneither & Maleyef (2005) tidak terlalu Metodologi
efektif jika diterapkan secara luas dalam Metode penelitian terdiri dari tiga bagian
organisasi. Selain itu, Salah, Rahim, & besar yaitu tahap pendahuluan, tahap
Carretero (2010) menyebutkan bahwa lean six implementasi model manajemen perubahan
sigma merupakan metode yang saling dan lean six sigma, serta tahap kesimpulan
melengkapi dan diterima secara luas oleh dan saran.
perusahaan yang mengejar keunggulan Tahap pendahuluan terdiri dari 5 aktivitas
operasional dan layanan. Kedua metode yaitu studi lapangan, penentuan topik,
tersebut akan menghasilkan metode yang identifikasi masalah, studi literatur, dan sintesis
sangat kuat ketika mereka saling berintegrasi. penelitian.
Penerapan manajemen perubahan Tahap implementasi penelitian merupakan
merupakan hal yang sangat relevan dalam penggabungan model manajemen perubahan
transformasi dan proyek perbaikan. Gupta dan lean six sigma. Model manajemen
(2011) menjelaskan secara rinci relevansi perubahan yang digunakan adalah model
proses transformasi model perubahan (Lewin, perubahan manajemen Kotter dan Lewin yang
1951) maupun (Kotter, 1995) dengan kedua metode tersebut digabungkan dengan
perubahan organisasi. Gupta menegaskan metode DMAIC pada lean six sigma. Tabel 1
kekuatan model perubahan Kotter maupun menunjukkan penggabungan metode
Lewin yang dapat digabungkan dalam sebuah manajemen perubahan dengan lean six sigma
matriks. Pada pendidikan tinggi, Hess & DMAIC.
Benjamin (2015) menyatakan bahwa
penerapan lean six sigma di mempengaruhi Tabel 1. Penggabungan model manajemen
perubahan budaya, sejauh adanya perubahan dan metode DMAIC
pengelolaan bersama dan partisipasi dosen Lewin Kotter D M A I C
dan karyawan. Studi empiris yang dilakukan Un- Menumbuhkan
freezing rasa urgensi ✔ ✔
Hudnurkar & Ambekar (2019) menunjukkan
Menciptakan
bahwa kegagalan proyek Six Sigma ✔
koalisi pengarah
diakibatkan karena dukungan manajemen Membangun visi
yang lemah, kurangnya pengelolaan dan strategi
✔ ✔
perubahan dan belum matangnya organisasi. Changing Mengomunikasikan
Berdasarkan studi terdahulu yang visi yang telah ✔ ✔
kontekstual dengan permasalahan yang terjadi berubah
Pemberdayaan
di PT X, perlu adanya perbaikan dengan
pekerja
✔ ✔
metode yang tepat. Pendekatan lean six sigma Membangkitkan
diharapkan dapat digunakan untuk analisis kemenangan ✔ ✔
perbaikan serta mengurangi waste yang jangka pendek
dihasilkan di PT X salah satunya yang menjadi Mengonsolidasikan
masalah utama yaitu defect product. keuntungan lebih ✔
lanjut
Kemudian, pendekatan manajemen perubahan Re- Menancapkan ✔ ✔
diharapkan menjadi gaya pendorong proyek freezing pendekatan baru
perbaikan yang akan dilakukan di PT X,
sehingga kedua metode ini dapat menjadi Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa
metode yang tepat untuk menjawab sebenarnya penggabungan model manajemen
permasalahan yang ada di PT X. Berdasarkan perubahan secara definisi bersinggungan
paparan hasil identifikasi yang telah dengan lean six sigma DMAIC. Tahapan
dijabarkan, maka dapat dibuat beberapa model perubahan Kotter ini memperlihatkan
rumusan masalah yaitu hal apa saja yang langkah-langkah metode perubahan yang lebih
perlu dilakukan dalam menerapkan terperinci. Hal tersebut sesuai dengan metode
manajemen perubahan terhadap proyek lean DMAIC yang secara khusus memberikan
six sigma, pengaruh terhadap proyek tahapan dalam meraih keunggulan proyek
perbaikan.
115
DOI: https://doi.org/10.26593/jrsi.v10i2.4064.113-120

Unfreezing terdiri dari 2 orang pekerja untuk


Pada tahapan ini tahap yang dilakukan menyelesaikan prosesnya.
bertujuan sebagai pencairan. Pencairan yang Proses selanjutnya adalah penyablonan.
dimaksud adalah mengurangi resistensi yang Dalam proses ini terdapat 2 orang yang
ditimbulkan oleh lingkungan PT X, khususnya mengerjakannya. Sebelum dilakukan proses
karyawan maupun pemimpin, dengan cara penyablonan, terlebih dahulu dilakukan
membuka pola pikir baru terhadap cara pencetakan gambar menggunakan kertas
pandangan bekerja. Adapun langkah-langkah kalkir yang ditransformasikan ke digital
yang dilakukan seperti berikut: printing, hasil dari printing tersebut dicocokkan
a) Proses wawancara informal. dengan ukuran kain goni, kemudian dibuatlah
b) Mengidentifikasi aliran proses produksi PT cetakan untuk proses sablon pada kain goni,
X dengan membuat value stream mapping, hasil cetakan tersebut dikeringkan
melihat waste yang dihasilkan akibat dari menggunakan dryer dan dibantu oleh sinar
proses yang berlangsung, serta matahari.
menghitung DPMO. Setelah memperoleh kain goni yang sudah
c) Membentuk tim agen perubahan. terdapat gambar sablon, proses selanjutnya
d) Membentuk Visi dan Misi di PT X adalah penjahitan. Pada proses jahit terdapat
menggunakan metode. 2 orang pekerja. Dalam proses ini juga
e) Mengidentifikasi penyebab terjadinya dilakukan penambahan komponen lain seperti
masalah kualitas penambahan aksesoris sebagai penambah
nilai estetika dari produk PT X.
Changing Proses akhir dari proses produksi di PT X
Pada tahapan ini tahap dimana seluruh adalah inspeksi. Proses ini terdiri dari
pekerja diberikan informasi baru, cara pandang menghilangkan serat dan sisa benang jahitan
baru, serta mengatasi masalah baru dalam serta proses pembakaran menggunakan fire
bekerja. Tahapan ini juga pekerja diberikan torch kemudian packing dan delivery.
wewenang lebih dalam bekerja guna
mengembangkan kemampuannya, seperti Unfreeze
halnya ikut berperan aktif dalam melakukan Fase ini merupakan fase eksplorasi dan
improve atau perbaikan menggunakan metode perencanaan, didasarkan pada keputusan
brainstorming. mengapa perlu membuat perubahan spesifik
dalam operasi khususnya proses produksi di
Refreezing PT X.
Tahapan ini berisikan tentang penguatan, Tahapan ini juga sangat penting dilakukan
pemberian motivasi secara penuh, membantu dalam proses perubahan, namun sebelum
orang lebih menyesuaikan dengan kondisi masuk ke tahap ini, perlu dilakukan
yang baru. Kemudian tahap kesimpulan dan wawancara. Wawancara ini dilakukan untuk
saran yang merupakan akhir dari proses mengetahui respons pemimpin dan pekerja
penelitian. melihat konsistensi dihasilkannya produk
cacat. Wawancara ini penting karena setiap
Hasil dan Diskusi perubahan akan terjadi jika terdapat motivasi
Proses produksi di PT X secara umum untuk berubah yang dimiliki oleh seluruh tim.
dimulai dari proses pemotongan, penyablonan, Wawancara ini juga mengidentifikasi tingkat
penjahitan hingga proses inspeksi. inisiatif para pekerja, khususnya pemimpin
Proses pemotongan masih dilakukan dalam memimpin perubahan. Pertanyaan yang
secara manual dibantu dengan mesin diajukan kepada responden terdiri atas empat
pemotong. Kain goni yang panjang dipotong poin utama, yaitu:
sesuai dengan ukuran produk yang telah • Apakah proses produksi untuk produk
ditentukan, pengukuran pemotongan karung kopi, tas jinjing gambar, dan
menggunakan penggaris meteran dan ditandai jinjing sudah sesuai dengan keinginan
oleh spidol kemudian di potong dengan tanda Anda.
dan ukuran yang telah dibuat, dalam proses ini • Jika ya, apa alasan ketidaksesuaian
proses yang ada pada masing-masing
produk tersebut.
116
DOI: https://doi.org/10.26593/jrsi.v10i2.4064.113-120

• Apakah hal-hal tersebut berpengaruh atau tim koalisi pengarah kuat yang bertujuan
terhadap keuntungan perusahaan. mengarahkan perubahan yang direncanakan
• Apakah Anda ingin mengubah sehingga perubahan itu akan berdampak
ketidaksesuaian hal tersebut. signifikan.
Berdasarkan hasil pengamatan awal
Setelah dilakukan proses wawancara pemimpin bertindak sebagai perencana,
informal terhadap seluruh responden yaitu sedangkan pekerja bertugas sebagai
pemimpin dan pekerja, diperoleh bahwa pelaksana. Dalam situasi awal, kurangnya
seluruh responden ingin mengubah koordinasi dan komunikasi mengakibatkan
ketidaksesuaian proses bekerja. Alasan-alasan ketidakjelasan instruksi kerja dan kurangnya
seperti profit yang belum maksimal, tidak pengawasan dalam bekerja. Padahal,
jelasnya instruksi kerja bahkan lingkungan manajemen perubahan akan optimal jika
kerja yang tidak baik banyak dikemukakan kemampuan komunikasi dilakukan secara
oleh responden. Dari hasil wawancara ini efektif dan adanya komitmen terhadap
memperlihatkan bahwa penciptaan motivasi pengembangan individu yang terlibat saat
pekerja dan pemimpin sudah muncul untuk pengambilan keputusan untuk perubahan.
melakukan perubahan. Menindaklanjuti hal tersebut dibuatlah tim
Untuk memperlihatkan bahwa PT X berada koalisi pengarah yang terdiri dari pemimpin
pada situasi krisis, perlu ditambahkan masalah dan pengawas produksi. Pengawas produksi
yang terjadi di kegiatan proses produksi ini dipilih oleh pemimpin yang membantu
dengan cara identifikasi aliran proses. Proses memantau, memeriksa serta memberikan
identifikasi dalam penelitian ini menggunakan informasi atas segala perintah pimpinan
value stream mapping untuk ketiga produk terhadap kinerja lainnya. Pemimpin tim koalisi
yang diamati, kemudian persentase cacat, sebaiknya fokus dalam proses pengawasan
DPMO (defect per million opportunities) dan dan rencana kerja. Namun pada hakikatnya
nilai sigma yang dihasilkan dari proses awal pembentukan tim koalisi pengarah harus
sebelum dam sesudah perbaikan dilakukan. memiliki peran kritis dan aktif, oleh karena itu
Rasa puas diri merupakan kesalahan dalam membentuk tim koalisi pengarah
umum yang sering terjadi dalam proses disarankan lebih selektif pemilihannya, karena
perubahan. Tabel 2 memperlihatkan bahwa tidak semua karyawan PT X memiliki peran
proses produksi di PT X berada di kondisi yang dibutuhkan dalam pembentukan tim
krisis, bahkan jauh dari efektif dan efisien. perubahan.
Setelah dibentuk tim koalisi pengarah
Tabel 2. Data proses produksi sebelum kondisi selanjutnya adalah penentuan visi misi. Visi
perubahan dan perbaikan akan menggambarkan cita–cita, impian, tujuan
Indikator Tas jinjing Tas jinjing Karung di masa depan dari suatu organisasi atau
gambar kopi perusahaan yang harus di capai, begitu pula
VA 6,96 jam 7,20 jam 6,69 jam
misi merupakan strategi–strategi guna
NVA 1,24 jam 1,36 jam 1,38 jam
% Cacat 19 % 29 % 32 % merealisasikan visi yang telah ditetapkan.
DPMO 65555,65 68250 80000 Visi dan misi ditetapkan berdasarkan hasil
Nilai sigma 3.010 2,989 2,945 diskusi bersama, kualitas menjadi landasan
utama dalam pembentukan visi. Dengan
Situasi seperti ini akan berdampak positif diskusi bersama, maka visi dan strategi
bagi proses perubahan, karena tekanan untuk organisasi ini diharapkan mampu menjadi
proses perubahan akan lebih besar selama pedoman pelaksanaan kegiatan proses
lingkungan tersebut mengalami situasi krisis, produksi di PT X yang dijalankan secara
atau dapat dikatakan bahwa waktu terbaik konsisten.
melakukan perubahan adalah pada saat
terjadinya krisis. Changing
Dalam menciptakan suatu perubahan yang Setelah terbentuknya tim koalisi yang
signifikan akan sulit untuk dilakukan, oleh dipimpin oleh pemimpin PT X dan
karena itu diperlukan dukungan dan motivasi beranggotakan satu orang sebagai tangan
besar guna menerapkan proses perubahan kanan pemimpin diharapkan dapat
tersebut. Perlu adanya dukungan yang terarah mempermudah proses komunikasi pemimpin

117
DOI: https://doi.org/10.26593/jrsi.v10i2.4064.113-120

terhadap bawahannya, salah satunya adalah pemimpin dan pekerja saja, tetapi PT X juga
mengkomunikasikan visi misi yang telah merasakan akan keuntungannya, contoh
berubah, sehingga memiliki pemahaman visi bentuk keuntungannya dapat dilihat dalam
dan strategi PT X yang sama dalam mencapai Tabel 4, seperti rasio cacat yang berkurang
tujuannya. Dalam penelitian ini juga dibuat dan nilai sigma yang bertambah. Namun
aliran informasi sebagai bentuk komunikasi perubahan yang benar-benar nyata tidak
dengan media formulir guna untuk penunjang terjadi dalam waktu yang singkat.
proses produksi seperti formulir target kerja Kemenangan jangka pendek hanya
dan rencana, formulir produk cacat, formulir merupakan tahap awal dari apa yang perlu
inspeksi alat dan formulir produksi. Semua dilakukan untuk mencapai perubahan jangka
formulir memiliki fungsinya masing-masing dan panjang, maka dari itu sangatlah penting untuk
diharapkan menjadi salah satu bentuk terus mengonsolidasikan keuntungan atau
komunikasi secara tidak langsung dari keberhasilan jangka pendek sebagai catatan-
pimpinan ke bawahannya. catatan dari setiap proses perubahan ke arah
Perbaikan dan perubahan akan berdampak yang lebih baik lagi.
signifikan jika semua terlibat dan berperan aktif
secara umum dan luas. Aksi pemberdayaan Tabel 3. Peranan seluruh karyawan terhadap
karyawan secara luas berarti upaya untuk perbaikan proses produksi di PT X
membuat karyawan menjadi lebih berdaya dan Jabatan Peran aktif dalam perbaikan proses
produksi
mendorong mereka menjadi lebih terlibat
Pemimpin Merumuskan dan
dalam pengambilan keputusan yang berkaitan mengimplementasikan hal-hal yang
dengan pekerjaannya. dapat meningkatkan keefektifan dan
Dalam proses perbaikan seluruh karyawan efisien kegiatan produksi
dan pemimpin berperan aktif guna membuat Operator Merancang stasiun kerja cutting yang
proses produksi lebih baik menjadi lebih efektif cutting baik agar kinerja pekerja efektif
Operator Memberikan ide mengenai
dan efisien. Berikut merupakan peranan sablon pembuatan formulir kegiatan proses
seluruh responden yang di bagi berdasarkan produksi
divisi proses produksi terhadap perbaikan Operator Memberikan ide mengenai
proses produksi di PT X melalui metode jahit pengecekan jarum secara berkala dan
brainstorming. tata letak alat proses jahit
Operator Memberi gagasan dalam pembuatan
Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa
finishing prosedur kerja di proses finishing
seluruh karyawan yang terlibat lebih berdaya
lebih dapat menuangkan gagasannya untuk Tabel 4. Data proses produksi untuk semua produk
menjadi kenyataan, hal ini akan menimbulkan setelah kondisi perubahan dan perbaikan
meningkatkan motivasi atau rasa kepemilikan Indikator Tas jinjing Tas jinjing Karung
yang lebih atas raihan pekerjaan yang mereka performa bergambar Kopi
lakukan. proses
Setelah berbagai perbaikan dilakukan serta VA 6,67 jam 6,91 jam 6,67 jam
NVA 1,36 jam 1,55 jam 1,26 jam
diimplementasikan, berikutnya adalah memberi
% Cacat 13 % 18 % 14 %
keyakinan serta kepastian atas bukti DPMO 49167 55039 53498
keberhasilan raihan yang telah dicapai. Bukti Nilai
3,20 3,06 3,19
atas raihan pencapaian ini dapat dilihat di sigma
Tabel 4.
Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa Pada dasarnya fase ini adalah
performansi proses untuk semua produk yang mengimplementasikan perubahan yang ditarik
diamati di PT X lebih baik jika dibandingkan dari berbagai perencanaan di fase
kondisi sebelum perubahan dan perbaikan. sebelumnya. Proses perubahan yang
Meskipun nilai NVA cenderung bertambah tapi menyangkut desain untuk menggerakkan
jam kerja karyawan cenderung menurun atau organisasi dari keadaan sekarang yaitu
berjalan normal. Normal yang dimaksud keadaan dimana banyak dihasilkannya waste
adalah karyawan atau pekerja tidak mengalami menuju ke keadaan yang akan datang atau
jam lembur dalam melakukan kegiatan proses yang diharapkan yaitu memproduksi sedikit
produksi. Kemenangan jangka pendek tidak waste.
hanya membawa dampak positif untuk moral

118
DOI: https://doi.org/10.26593/jrsi.v10i2.4064.113-120

Keadaan sekarang mewajibkan bahwa 1. Proses perubahan dan perbaikan yang


setiap individu aktif terlibat dalam berlangsung berdampak signifikan terhadap
mengupayakan perubahan, setiap individu kepuasan kinerja Anda.
mempunyai porsi dan peranan penting atas 2. Apakah proses perubahan dan perbaikan
dicetuskannya suatu proses perubahan. yang selama ini berlangsung memberikan
Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa banyak keuntungan bagi perusahaan.
setiap individu memiliki peranan dan 3. Apakah proses perubahan dan perbaikan
tanggungan jawab untuk ikut aktif melakukan yang selama ini berlangsung memberikan
suatu perubahan. Proses perubahan banyak keuntungan bagi Anda sendiri.
mengerucut ke bagian sub proses paling 4. Jika suatu waktu Anda didesak untuk
terkecil untuk satu tujuan yaitu visi yang telah melakukan suatu perubahan yang
ditetapkan. hal ini menandakan bahwa setiap berdampak terhadap perbaikan proses
individu lebih berdaya, keberdayaan setiap produksi di PT X, apakah Anda siap.
para pekerja ditandai dengan keterlibatan
mereka. Proses perubahan yang baik akan Pertanyaan-pertanyaan tersebut ditanyakan
menghasilkan lingkungan yang baik dan akan kepada seluruh responden yaitu seluruh
berdampak bagi karyawan juga PT X itu karyawan dan pemimpin PT X, guna sebagai
sendiri. evaluasi pada tahapan refreezing, dan berikut
merupakan hasil wawancaranya yang dapat
Refreezing dilihat pada Tabel 5 di bawah ini.
Setelah dilakukan proses perbaikan dan
perubahan terhadap proses produksi tas Tabel 5. Evaluasi tahapan refreezing
jinjing, tas jinjing bergambar dan karung kopi, Pertanyaan evaluasi tahap refreeze di
harus diakui bahwa kondisi pada saat ini Jabatan PT X
1 2 3 4
adalah kondisi yang sangat mudah kembali
Pemimpin Ya Ya Ya Ya
untuk berubah atau disebut kondisi rawan. Cutting Tidak Ya Tidak Tidak
Perlu adanya tindakan-tindakan khusus guna tahu
menciptakan sesuatu yang berkaitan dengan Cutting Ya Ya Ya Ya
budaya organisasi. Adapun strategi-strategi Sablon Tidak Ya Tidak Ya
yang diusulkan guna menytabilisasi kondisi tahu
Sablon Ya Ya Ya Ya
perusahaan serta karyawan pada saat proses
Jahit Ya Ya Ya Ya
perubahan telah dilakukan, dan berikut Jahit Ya Ya Ya Ya
usulannya: Inspeksi Ya Ya Ya Ya
• Pemberian pelatihan serta Inspeksi ya Ya Ya Ya
pengetahuan secara berkala guna
peningkatan efektivitas kinerja para Berdasarkan Tabel 5 mayoritas
pekerja keseluruhan karyawan PT X merasakan
• Evaluasi secara berkala yang dampak positif akibat proses perubahan dan
dilakukan oleh pemimpin guna perbaikan yang berlangsung dengan baik.
penciptaan standar kinerja perusahaan Pekerja cutting dan sablon yang menjawab
• Melakukan kegiatan yang dapat “tidak” pada beberapa pertanyaan merupakan
mengupayakan hubungan antara pekerja yang perlu ditingkatkan peran dan
pekerja maupun pemimpin terjalin, partisipasinya untuk memberi dampak yang
sehingga menciptakan bonding yang lebih baik.
sangat kuat. Ketika kebutuhan yang telah terpenuhi
dengan melihat tahapan sebelumnya, serta
Selain bentuk usulan yang diusulkan, mendapatkan raihan dampak positif atas
tahapan akhir yang dilakukan peneliti dalam proses perubahan dan perbaikan yang telah
proses perubahan adalah wawancara, sebagai dilakukan, kemudian sebaiknya dibekukan
bentuk evaluasi setelah terjadinya perubahan atau ditetapkan. Fase ini merupakan keadaan
dan perbaikan di PT X. Berikut merupakan yang diharapkan dalam fase perencanaan atau
poin pertanyaan yang ditanyakan: unfreeze. Kegiatan proses produksi yang
sudah lebih baik dari sebelumnya seharusnya

119
DOI: https://doi.org/10.26593/jrsi.v10i2.4064.113-120

menjadi standar atau awalan untuk adalah defect yang menjadi fokus utama
melanjutkan pola yang lebih baik lagi. perbaikan pada proyek lean six sigma.
Pada umumnya dalam fase ini berisikan 3. Proses perubahan dan perbaikan yang
tentang memperkuat usaha-usaha yang telah berlangsung memberikan dampak positif
dilakukan dikuatkan kembali. Hal ini akan bagi karyawan dan PT X itu sendiri.
seperti menjaga serta melanjutkan momentum Perbandingan performa proses produksi
yang sudah terjalin berlangsung baik pada setelah perubahan dan perbaikan lebih baik
proses perubahan. Namun fase ini juga seperti jika dilihat dari nilai value added, non value
yang dibahas sebelumnya merupakan kondisi added, persentase cacat, nilai DPMO dan
rawan, maka dari itu jika tidak dijaga dan nilai sigma.
dipelihara besar kemungkinan setiap individu
untuk kembali pada metode dan perilaku Daftar Pustaka
sebelumnya. Terdapat dua usaha yang Arneither, E.D., & Maleyeff, J. (2005). The
seharusnya dilakukan pemimpin untuk Integration of Lean Management and Six
menjaga momentum ini yaitu memberikan Sigma. The TQM Magazine, 17(1), 5-8.
dukungan penuh pada tim koalisi perubahan Gupta, P. (2011). Leading Innovation Change -
dan membantu karyawan lebih menyesuaikan The Kotter Way. International Journal of
dengan kondisi yang sekarang, karena dalam Innovation Science, 3, 141-149.
evaluasi tahapan ini terdapat beberapa orang Hess, J. D., & Benjamin, B. A. (2015). Applying
yang memiliki tingkat resistensi tinggi dapat Lean Six Sigma within the University:
dilihat pada Tabel 5, individu-individu seperti Opportunities for Process Improvement and
itu perlu perlakukan khusus sehingga untuk Cultural Change. International Journal of
menjalankan misi demi tercapainya visi yang Lean Six Sigma, 6(3), 249-262.
ditetapkan. Hudnurkar, M., Ambekar, S., & Bhattacharya,
Bagi usaha kecil seperti PT X, upaya S. (2019). Empirical analysis of Six Sigma
melakukan manajemen perubahan bukan hal Project Capability Deficiency and Its Impact
yang mudah. Peningkatan partisipasi on Project Success. The TQM Journal,
karyawan di tingkat operator memerlukan 31(3), 340-358.
pendekatan yang terus menerus dengan Kotter, J.P. (1996). Leading Change. Boston:
menekankan manfaat bagi karyawan sendiri. Harvard Business School Press.
Pentingnya pendampingan oleh tim koalisi dan Lertwattanapongchai, S. & Swierczek, F.W.
bukti nyata bagi para karyawan itu sendiri bisa (2016). Assesing the Change Process of
menjadi momentum perbaikan yang dapat Lean Six Sigma. International Journal of
bersifat jangka panjang. Lean Six Sigma, 5(4), 423-443.
Noori, B., & Latifi, M. (2018). Development of
Kesimpulan Six Sigma Methodology to Improve
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat Grinding Processes: A Change
ditarik kesimpulan sebagai berikut: Management Approach. International
1. Hal-hal yang berpengaruh dalam Journal of Lean Six Sigma, 9(1), 50-63.
penerapan manajemen perubahan Pepper, M., & Spedding, T. (2010). The
terhadap proyek perbaikan lean six sigma Evolution of Lean Six Sigma. International
adalah menciptakan rasa urgensi, Journal of Quality and Reliability
membentuk tim koalisi, membangun visi Management, 27(2), 138-298.
dan misi, mengomunikasikan visi, Pyzdek, T. (2003). The Six Sigma Handbook
pemberdayaan pekerja, membangkitkan Revised and Expanded. McGraw-Hill.
kemenangan jangka pendek, Robbins, S.P. (2001). Organizational
mengonsolidasikan keuntungan, dan Behaviour. New Jersey: Prentice Hall
menancapkan pendekatan baru ke dalam International.
budaya. Salah, S., Rahim, A., & Carretero, J, A. (2010).
2. Pada proses penerapan manajemen The Integration of Six Sigma and Lean
perubahan di dalam proyek perbaikan lean Management. International Journal of Lean
six sigma DMAIC, masih terdapat jenis Six Sigma, 1(3), 249-274.
pemborosan, salah satu di antaranya

120

You might also like