Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 79

PERBANDINGAN VARIASI PEREKAT PADA PEMBUATAN

BRIKET TEMPURUNG KELAPA


(STUDI KASUS : KECAMATAN SUTERA KABUPATEN
PESISIR SELATAN)

TUGAS AKHIR

Untuk memenuhi persyaratan


guna memperoleh gelar Sarjana Teknik

Oleh
YOLA ALFIANOLITA
1410024428017

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND)
PADANG
2018
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI

Judul : Perbandingan Variasi Perekat Pada Pembuatan


Briket Tempurung Kelapa (Studi Kasus : Kecamatan
Sutra Kabupaten Pesisir Selatan)

Nama : Yola Alfianolita


NPM : 1410024428017
Program Studi : Teknik Lingkungan

Padang, November 2018

Menyetujui :

Pembimbing I, Pembimbing II,

Yaumal Arbi, MT Sri Yanti Lisha, ST,M.Si


NIDN : 1007058407 NIP : 1028017902

Ketua Program Studi, Ketua STTIND Padang,

Yaumal Arbi, MT Riko Ervil, MT


NIDN : 1007058407 NIDN : 1014057501
ABSTRACT
Comparison of Adhesive Variations in Coconut Shell Briquette Making as
Alternative Fuels

Nama : Yola Alfianolita


NPM : 1410024428017
Pembimbing I : Yaumal Arbi, MT
Pembimbing II : Sriyanti Lisha ST.M,Si

Coconut shell charcoal briquettes are an alternative type of fuel that is


environmentally friendly, economical, and can be updated in a relatively fast time.
The purpose of this study to be achieved from this study was to determine the effect
of different compositions and types of adhesives on the calorific value produced, to
determine the effect of different compositions and types of adhesive on the water
content produced, to determine the effect of the composition and type of adhesive
different levels of ash produced. To achieve the objectives of the research, it is
knowing the content of water content, ash content, calorific value with a variety of
adhesives by determining the composition of efficient briquette making charcoal,
calculating the value of water content, ash content, heating value. Based on the results
of the value of water content, ash content, and heating value. From the influence of
different compositions and types of adhesives on the calorific value most affected by
the type and percentage of adhesive can be seen in the starch adhesive the highest
calorific value produced on the adhesive percentage of 15% with the type of starch
adhesive. The effect of different compositions and types of adhesives on the highest
moisture content was obtained from mixing 10% starch and 90% charcoal. The effect
of different adhesive composition and type on ash content, calorific value and ash
content is best on the type of starch adhesive with 15% adhesive percentage, but the
moisture content is lower than 10% clay, but the ash content obtained for the highest
clay, starch with 15% parcent adhesive is a good adhesive and high carolate.

Keywords: briquettes, moisture content, ash content, heating value


ABSTRAK
Perbandingan Variasi Perekat Pada Pembuatan Briket Tempurung Kelapa
Sebagai Bahan Bakar Alternatif

Nama : Yola Alfianolita


NPM : 1410024428017
Pembimbing I : Yaumal Arbi, MT
Pembimbing II : Sriyanti Lisha ST.M.Si

Briket arang tempurung kelapa merupakan salah satu alternatif jenis bahan bakar
yang ramah lingkungan, ekonomis, serta dapat diperbarui dalam waktu yang relatif
cepat. Adapun tujuan dari studi ini yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh komposisi dan jenis perekat yang berbeda terhadap nilai kalori
yang dihasilkan, untuk mengetahui pengaruh komposisi dan jenis perekat yang
berbeda terhadap kadar air yang dihasilkan, untuk mengetahui pengaruh komposisi
dan jenis perekat yang berbeda terhadap kadar abu yang dihasilkan. Untuk mencapai
tujuan penelitian yaitu mengetahui kandungan kadar air, kadar abu, nilai kalori
dengan variasi perekat yakni dengan menentukan komposisi arang pembuatan briket
yang efesien, menghitung nilai kadar air, kadar abu,nilai kalor. Berdasarkan hasil
dari nilai kadar air, kadar abu, dan nilai kalor. Dari pengaruh komposisi dan jenis
perekat yang berbeda terhadap nilai kalori yang paling di pengaruhi jenis dan
parsentasi perekat dapat di lihat pada perekat kanji nilai kalori yg di hasilkan paling
tinggi pada parsentasi perekat 15% dengan jenis perekat tepung kanji. Pengaruh
komposisi dan jenis perekat yang berbeda terhadap kadar air yang paling tinggi
didapatkan dari pencampuran 10% kanji dan 90% arang. Pengaruh komposisi dan
jenis perekat yang berbeda terhadap kadar abu, nilai kalori dan kadar abu terbaik
pada jenis perekat kanji dengan parsentasi perekat 15%, tapi kadar air lebih rendah
dari tanah liat 10% , namun kadar abu yang didapatkan untuk tanah liat paling tinggi,
kanji dengan perekat parsentasi 15% adalah perekat yang baik dan mengahsilkan
karoli yg tinggi .

Kata kunci: briket, kadar air, kadar abu, nilai kalor


KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT

yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat

menyelesaikan proposalini dengan baik dan tepat pada waktunya. Proposal ini

disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam mengajukan proposal tugas

akhir. Proposal ini berjudul “Perbandingan Variasi Perekat pada pembuatan

briket tempurung kelapa”.Selama membuat proposalini penulis banyak

medapatkan bantuan dari berbagai pihak yang telah menyumbangkan waktu,saran

dan memberikan motivasi kepada penulis. Untuk itu penulis mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Kedua Orang Tua dari penulis yang telah memberikan bantuan baik dari

segi moril ataupun materil dalam mendukung penyeleseian tugas akhir ini.

2. Bapak Antonius S.E sebagai Ketua Yayasan Sekolah Tinggi Teknologi

Industri (STTIND) Padang;

3. Bapak Riko Ervil M.T sebagai Ketua Sekolah Tinggi Teknologi Industri

(STTIND) Padang;

4. Bapak Yaumal Arbi, M.T selaku Ketua Program Studi Teknik Lingkungan

danpembimbing 1 Program Studi Teknik Lingkungan Sekolah Tinggi

Teknologi Industri (STTIND) Padang;

5. Ibuk Sriyanti Lisha ST.,M.Si selaku pembimbing 2 Program Studi Teknik

Lingkungan Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang;

6. Rekan - rekan Jurusan Teknik Lingkungan Sekolah Tinggi Teknologi

Industri (STTIND) Padang dan semua pihak yang banyak membantu

penulis.

i
Penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagipenulis dan

pembaca.Penulis menyadari laporan tugas akhir ini masih jauh dari kesempurna,

untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi

kesempurnaan laporan tugas akhir ini.

Namun dari semua itu, penulis menyadari bahwa penyusun tugas akhir ini

masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu Penulis sangat mengharapkan kritikan

dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan

proposal penelitian ini.

Akhir kata penulis harapkan semoga tugas akhir ini bisa bemanfaat bagi

Pembaca umum dan penulis khususnya.

Padang, juli 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAM JUDUL
HALAMAN PESETUAJUAN
ABTRAK
ABSTRAK
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... v
DAFTAR TABEL......................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang ............................................................................... 1
I.2. Identifikasi Masalah ....................................................................... 3
I.3. Batasan Masalah ............................................................................. 3
I.4. Rumusan Masalah .......................................................................... 3
I.5. Tujuan Penelitian............................................................................ 4
I.6. Manfaat Penelitian.......................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II.1. Landasan Teori.............................................................................. 5
II.1.1. Biomasa.............................................................................. 5
II.1.2. Potensi Produksi Biomasa Di Indonesia ............................. 6
II.2. Sampah ................................................................................... 7
II.2.1. Jenis – Jenis Sampah................................................... 8
II.2.2. Berdasarkan Sumbernya ............................................. 8
II.2.3. Berdasarkan Jenisnya ................................................... 8
II.2.4. Berdasarkan Bentunya .................................................. 8
II.3. Kelapa .......................................................................................... 9
II.3.1 Tanaman Kelapa ............................................................... 9

iii
II.3.2 Kelapa Sebagai Pohon Kehidupan ................................... 11
II.3.3 Pengembangan Produk Dari Kelapa ................................. 14
II.3.4. Jenis Jenis Kelapa ............................................................ 15
II.3. 5 Tempurung Kelapa .......................................................... 18
II.4 Bahan Perekat ................................................................................ 20
II.4.1 Perekat Biobriket .................................................................. 20
II.4.2. Briket Bioarang ................................................................... 22
II.4.3 Tipe Briket ............................................................................ 24
II.4.3.1. Tipe Yontan ............................................................. 24
II.4.3.2. Tipe Egg ................................................................... 25
II.4.4 Jenis Jenis Briket.................................................................. 25
II.5. Pengertian Briket .......................................................................... 28
II.5. 1 Jenis Briket ................................................................... 28
II. 5.2 Cara Pembuatan Briket .................................................. 29
II. 5.3 Kegunaan Briket ............................................................ 31
II. 5.4 Keuntungan Briket Bioarang ......................................... 31
II. 5.5 Kualitas Briket Bioarang ............................................... 31
II.6. Kerangka Konseptual .................................................................... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


III.1. Jenis Penelitian ........................................................................... 34
III.2. Temapat Dan Waktu Penelitian .................................................. 34
III.2.1 Tempat Penelitian .............................................................. 34
III.2.2. Waktu Penelitian .............................................................. 34
III.3.Populasi Dan Sampel .................................................................... 34
III. 3.1. Populasi ............................................................................ 34
III.3.2. Sampel ............................................................................... 32
III.4. Variabel Penelitian....................................................................... 35
III.5. Data Dan Sumber Data ............................................................... 35
III.6. Teknik Pengolahan Dan Analisis Data ........................................ 35
III. 6.1 Mengetahui Nilai Kalori ..................................................... 35

iv
III. 6.1 Mengetahui Kandungan Air .............................................. 36
III. 6.1 Mengetahui Kandungan Abu ............................................. 37
III.7 Kerangka Metodologi .................................................................. 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


IV.1. Pembuatan Briket Tempurung Kelapa ........................................ 39
IV.2 Pengaruh Komposisi dan Jenis Perekat yang Berbeda Terhadap Nilai
Kalori ........................................................................................... 41
IV.3 Pengaruh Komposisi dan Jenis Perekat yang Berbeda Terhadap Nilai
Kalori ........................................................................................... 42
IV.4 Pengaruh Komposisi dan Jenis Perekat yang Berbeda Terhadap Nilai
Kalori ........................................................................................... 43

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


V.1. Kesimpulan ................................................................................... 46
V.2.Saran .............................................................................................. 46
DAFTAR KEPUSTAKAAN
LEMBAL KONSULTASI
LAMPIRAN
SURAT PERNYATAN
BIODATA WISUDAWAN /TI

v
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar II.1 Tanaman kelapa ........................................................................ 10

Gambar II.2 Akar kelapa ................................................................................ 12

Gambar II.3 Batang kelapa ........................................................................... 13

Gambar II.4 Daun kelapa ............................................................................... 13

Gambar II.5 Buah kelapa ............................................................................... 14

Gambar II.6 Kelapa gejalah ........................................................................... 16

Gambar II.7 Kelapa gading ............................................................................ 16

Gambar II.8 Kelapa merah ............................................................................. 17

Gambar II.9 Kelapa kuning ........................................................................... 18

Gambar II.10 Bentuk jengkol ........................................................................ 23

Gambar II.11 Bentuk bantal .......................................................................... 23

Gambar II.12 Bentuk silinder ........................................................................ 23

Gambar II.13 Bentuk sarang tawon .............................................................. 24

Gambar II.14 Bentuk segi empat .................................................................. 24

Gambar II.15 Briket tipe yontan ................................................................... 25

Gambar II.16 Briket telur .............................................................................. 25

Gambar IV.1 Nilai kalori terhadap jenis perekat .......................................... 41

Gambar IV.2 Pengaru kadar air briket tempurung kelapa ............................ 43

Gambar IV.3 Pengaruh kadar abu briket tempurung kelapa ......................... 45

vi
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel II.1. Jenis sumber biomasa ................................................................ 6
Tabel II.2.Komposisi kimia tempurung kelapa .............................................. 19
Tabel II.3.Standarisasi briket arang ............................................................. 30
Tabel IV.1 Tabel hasil uji nilai kalori ........................................................ 41
Tabel IV.2 Tabel hasil uji kadar air ............................................................. 43
Tabel II.3.Tabel hasil uji kadar abu ............................................................. 44

vii
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Energi merupakan permasalahan saat ini, tiap tahun kebutuhan energi
semakin meningkat seiring dengan meningkatnya aktifitas manusia yang
menggunakan bahan bakar terutama bahan bakar minyak. Kebutuhan bahan bakar
yang semakin mahal seperti minyak tanah dan gas LPG, dialami masyarakat
menengah ke bawah, mahal dan sulitnya bahan bakar seperti minyak tanah.
Untuk itu diperlukan suatu alternatif untuk mengurangi penggunaan bahan bakar
minyak. Salah satu alternatif tersebut dengan penggunaaan biomasa yang
dijadikan bahan bakar alternatif lebih ramah lingkungan, mudah diperoleh lebih
ekonomis. Bahan pembutan biomasa dapat diperoleh dari limbah pertanian.
Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kelapa utama di dunia .
Luas lahan kelapa Indonesia pada tahun 2000 mencapai 3,76 juta hektar yang
memproduksi hingga 14 milyar butir kelapa dan menjadi sumber pengahasilan
bagi 2,4 juta keluarga petani (setiawan, 2002). Pesisir Selatan merupakan daerah
yang dilalui garis pantai memiliki potensi mengembangkan kelapa. Potensi lahan
kelapa yang di miliki kabupaten seluas 8.360 hektar, luas lahan yang sudah di
tanam 6.232 hektar Kabupaten Pesisir Selatan mampu memproduksi buah kelapa
sebanyak 6.478 ton dari 1,14 ton per hektar per tahun. Produksi kelapa banyak di
daerah garis pantai Pesisir Selatan. Kelapa yang seringkali di jadikan kopra
maupun di jual mentah ke industri-industri kecil. Limbah tempurung kelapa yang
dihasilkan ditinggalkan begitu saja atau dibuang begitu saja tanpa mengolah dan
mengakibat pencemaran lingkungan dan menjadikan timbulan sampah.
Limbah tempurung kelapa sering tidak dimanfaatkan oleh masyarakat.
Padahal produksi kelapa banyak dan berkepanjangan. Jika dirubah menjadi energi
alternatif, diharapkan dapat menjadi suatu upaya agar limbah dari kelapa dapat
dimanfaatkan dengan baik, sehingga masyarakat tidak lagi bergantung pada kayu
bakar, minyak tanah,dan bahan bakar gas. Penggunaan tempurung kelapa juga

1
2

mengatasi masalah limbah tempurung kelapa. Hadirnya energi briket dapat


dijadikan sumber energi alternatif yang ramah terhadap lingkungan. Pembentukan
maupun pemanfaatan briket arang tempurung kelapa memiliki dua keuntungan
yaitu pertama mendorong kajian teknologi energi pengganti yang terbaharukan
dan keuntungan yang kedua adalah bisa menjadi salah satu penyelesaian
permasalahan sampah lingkungan karena sumber utama bahan bakunya adalah
sampah tempurung kelapa (Budi Esmar,2011).
Briket arang tempurung kelapa merupakan salah satu alternatif jenis bahan
bakar yang ramah lingkungan,ekonomis,serta dapat di perbarui dalam waktu yang
relatif cepat. Penggunaan bahan tempurung kelapa yang masih kurang tujuan
pembuatan briket dari arang tempurung kelapa adalah untuk mengurangi
pencemaran dan meningkatkan nilai ekonomis tempurung kelapa.
Pembuatan briket arang tempurung kelapa biasanya mengunakan bahan
perekat untuk mempermudah dalam mencetak briket, dan bahan perkat jugah
dapat mempengaruhi briket yang di hasilkan. Bahan perekat adalah bahan
pencampur pada pembuatan briket yang terdiri dari bahan perekat organik dan
bahan perekat anorganik. Pencampur pada pembuatan briket yang penambahan
perekat dalam pembuatan briket arang di masukkan agar partikel arang saling
berkaitan dan tidak mudah hancur. Mutu briket juga di pengaruhi oleh keberadaan
perekat dalam briket baik jumlah maupunn jenis perekat. Perekat organik
menghasilkan abu yang relatif sedikit setelah pembakaran briket dan umumnya
bahan perekat yang efektif, minsalnya tepung tapioka (kanji).
Penggunaan perekat kanji memiliki keuntungan yaitu harga murah, mudah
pemakaiannya, dan dapat menghasilkan tekatan yang kering tinggi (lestari et al,
2010). Sagu merupakan tanaman tropik yang sangat produktif sebagai penghasil
pati dan energi. Tepung sagu juga dapat di jadikan sebagai perekat dalam
pembutan briket, selain penggunaan tepung sagu pada pembuatan briket, tepung
sagu mudah didapatkan dan harganya terjangkau. Tepung sagu juga mengahsilkan
abu yang relatif sedikit. Begitupun dengan tanah liat juga dapat dijadikan sebagai
bahan perekat , jenis tanah liat yang dapat di pakai adalah jenis dengan warna
tanah liat kemerahan- merahan, ke kuning-kuningan , dan abu- abu. Tanah liat ini
3

mudah di dapatkan. Selain mudah di dapatkan tanah liat ini juga dapat dijadikan
pengeras pada pembuatan briket. Pengujian terhadap hasil analisa jenis perekat
menunjukan bahwa jenis perekat berpengaruh terhadap kadar air briket arang
dari kulit bintaro (Ernlinda Ningsi, Dkk 2016). Jumlah perekat yang digunakan
dalam pembuatan briket arang tempurung kelapa berpengaruh terhadap
keutuhandan kekerasan briket, semakin tinggi parsentasi perekat kanji semakin
lama waktu pembakaran briket (Sudding dan Jamaludin).
Diharapkan kepada masyarakat agar nantinya masyarakat bisa menerapkan
dan mengajak masyarakat lainnya untuk mengolah dan memberdayakan
masyarakat untuk pengolahan briket tempurung kelapa, di Kecamatan Sutra,
Kabupaten Pesisir Selatan, upaya meminimalisir angka pengangguran di nagari
tersebut dan menjadi nilai ekonimis bagi masyarakat dan mempermudah
mendapatkan bahan bakar. Oleh karena itu, penulis tertarik membahas pada
penelitian ini dengan Judul “Perbandingan Variasi Perekat Pada Pembuatan
Briket Tempurung Kelapa Sebagai Bahan Bakar Alternatif”.

I.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat di identifikasi masalah pada
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Tempurung kelapa yang tidak dimanfaatkan
2. Banyaknya timbulan sampah yang disebabkan tempurung kelapa

I.3 Batasan Masalah


Agar penelitian ini lebih terarah maka batasan masalah dalam penelitian
ini adalah penulis hanya membahas tentang variasi perekat tanah liat, tepung sagu
dan tepung kanji dengan komposisi perekat 10%,15%,20,% pada pembuatan
briket tempurung kelapa.

I.4 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh variasi komposisi dan jenis perekat yang berbeda
terhadap nilai kalori yang dihasilkan?
4

2. Bagaimana pengaruh variasi komposisi dan jenis perekat yang berbeda


terhadap kadar air yang dihasilkan?
3. Bagaimana pengaruh variasi komposisi dan jenis perekat yang berbeda
terhadap kadar abu yang dihasilkan?

I.5 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari studi ini yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh komposisi dan jenis perekat yang berbeda
terhadap nilai kalori yang dihasilkan
2. Untuk mengetahui pengaruh komposisi dan jenis perekat yang berbeda
terhadap kadar air yang dihasilkan.
3. Untuk mengetahui pengaruh komposisi dan jenis perekat yang berbeda
terhadap kadar abu yang dihasilkan

I.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :


1. Bagi Masyarakat
Dapat memberikan ilmu kepada masyarakat mengenai komposisi perekat
dan jenis perekat yang bagus, manfaat tempurung kelapa dan dapat
menjadikan limbah tempurung kelapa sebagai bahan bakar alternatif .

2. Bagi Peneliti
Penulis dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat dalam perkuliahan
dengan bentuk penelitian, dan meningkatkan kemampuan penulis dalam
menganalisa suatu permasalahan serta menambah wawasan penulis
khususnya dibidang keilmuan teknik lingkungan.

3. Bagi STTIND Padang


Dapat dijadikan sebagai salah satu masukan untuk pembuatan jurnal dan
dapat dijadikan sebagai referensi dan pedoman bagi mahasiswa yang akan
melakukan penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Biomassa
Biomassa adalah suatu limbah benda padat yang bisa dimanfaatkan
kembali sebagai sumber bahan bakar. Energi biomassa dapat menjadi sumber
energi alternatif pengganti bahan bakar fosil karena beberapa sifatnya
mengguntungkan yaitu dapat dimanfaatkan secara lestari karena sifatnya yang
dapat diperbarui.Sumber energi ini relatif tidak mengandung sulfur sehingga tidak
menyebabkan polusi udara dan juga dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan
sumber daya hutan dan pertanian (SuryaU, 2012).
Energi alternatif dapat dihasilkan dari teknologi tepat guna yang sederhana
dan sesuai untuk daerah pedesaan, yaitu pembuatan briket dengan memanfaatkan
limbah biomassa misalnya tempurung kelapa, sekam padi, serbuk gergaji kayu.
Sejalan dengan itu,berbagai pertimbangan untuk memanfaatkan tempurung
kelapa, serbuk gergaji kayu jati,sekam padi menjadi penting mengingat limbah ini
sering, bahkan belum dimanfaatkan secara maksimal (Jamilatun, 2011).

II.1.1 Karakteristik Pembakaran Biomassa


Salah satu cara pemamfaatan biomassa dapat dilakukan dengan cara
pembakaran langsung. Proses pembakaran biomassa menghasilkan arang sebagai
sisa pembakaran. Pada umumnya, biomassa memiliki kandungan volatile matters,
moisture content dan fixed carbon.
Volatile matters merupakan material mudah terbakar yang dikandung
biomassa. Moisture content adalah kandungan air pada biomassa. Fixed carbon
pembangkit utama panas ketika pembakaran berlangsung. Jika kandungan
moisture content tinggi dan fixed carbon rendah menyebabkan biomassa memiliki
nilai panas rendah sehingga panas pembakaran tidak stabil. Penggunaan biomassa
sebagai bahan bakar sebaiknya dilakukan pengolahan terlebih dahulu seperti
pengeringan dan pencampuran dengan material lainnya.Pengeringan biomassa
dapat meningkatkan volatile matters (Siti Jamilatun, 2018).

5
6

II.1.2 Potensi Produksi Biomassa Di Indonesia


Indonesia memiliki potensi produksi biomassa yang sangat baik. Hal ini di
dukung dengan luas wilayah yang besar, kondisi tanah, dan iklim yang baik.
Potensi energi yang berasal dari biomassa di tinjau dari tiga sector utama, yitu
hutan, pertanian, dan perkebunan (Indriati, 2001).

Tabel II.1
Jenis Sumber Biomassa yang Berpotensi Sebagai Bahan Bakar
Jumlah Potensi
Sumber Rasio Limbah LHV Energi
Limbah
Biomasa Limbah % Juta (MJ/kg) (Juta GJ/
ton/thn Thn
Bagas 32 8,5 18,1 78,00
Tebu Daun dan
30 1,3 15,81 20,55
pucuk tebu
TKKS 27 12,9 8,16 105,26
Kelapa Sawit Serat 15 6,7 11,34 75,98
Tempurung 9 3,5 18,83 65,91
Limbah
Pohon Karet 2,8 46,45
kayu karet
Sekam padi 23 13,5 12,69 171,32
Padi
Jerami 40 49 10,9 534,10
Serabut 6,7 18,62 124,75
Kelapa
Tempurung 16 3 16,78 50,34

Limbah Cair
Ubi Kayu Pabrik 7,3 70,11
Tapioka

Limbah
Industri Kayu 8,3 70,11
Kayu

TOTAL 1475,90

Sumber : Indriati, 2001


7

II.2 Sampah
Sampah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industri maupun domestik (rumah tangga). Sementara didalam UU No 18 Tahun
2008 tentang Pengelolaan Sampah, disebutkan sampah adalah sisa kegiatan sehari
hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat
organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang
dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang ke lingkungan. Sampah bisa
berasal dari berbagai tempat, seperti : Sampah dari pemukiman penduduk pada
suatu pemukiman biasanya sampah dihasilkan oleh suatu keluarga yang tinggal
disuatu bangunan atau asrama. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya cendrung
organik,seperti sisa makanan atau sampah yang bersifat basah, kering, abu plastik
dan lainnya.
Sampah dari tempat-tempat umum dan perdagangan tempat tempat umum
adalah tempat yang dimungkinkan banyaknya orang berkumpul dan melakukan
kegiatan.Tempat-tempat tersebut mempunyai potensi yang cukup besar dalam
memproduksi sampah termasuk tempat perdagangan seperti pertokoan dan pasar.
Jenis sampah yang dihasilkan umumnya berupa sisa-sisa makanan,sayuran busuk,
sampah kering,abu,plastik,kertas,dan kaleng-kaleng serta sampah lainnya.Sampah
dari permukiman penduduk dan tempat-tempat umum hanyalah bagian kecil saja
dari sumber-sumber sampah yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini menunjukkan bahwa kehidupan manusia tidak akan pernah lepas dari
sampah.Terutama penumpukan sampah yang terjadi di tempat-tempat umum
seperti di pasar-pasar.

II.2.1 Jenis – Jenis Sampah


II.2.1.1 Berdasarkan Sumbernya
1. Sampah Alam: Sampah yang diproduksi dikehidupan liar di integrasikan
melalui proses daur ulang alami, seperti daun-daun kering di hutan yang
terurai menjadi tanah.
2. Sampah Manusia: Hasil-hasil dari pencernaan manusia, seperti feses dan
urin.
8

3. Sampah Rumah Tangga: Sampah dari kegiatan di dalam rumah tangga,


sampah yang dihasilkan oleh kebanyakan rumah tangga adalah kertas dan
plastik.
4. Sampah Konsumsi: Sampah yang dihasilkan oleh manusia dari proses
penggunaan barang seperti kulit makanan dan sisa makanan.
5. Sampah Perkantoran: Sampah yang berasal dari lingkungan perkantoran
dan pusat perbelanjaan seperti sampah organik, kertas, tekstil, plastik dan
logam.
6. Sampah Nuklir: Sampah yang dihasilkan dari fusi dan fisi nuklir yang
menghasilkan uranium dan thorium yang sangat berbahaya bagi
lingkungan hidup dan juga manusia (Alex, 2012)

II.2.1.2 Berdasarkan Jenisnya


Sampah Organik adalah buangan sisa makanan misalnya daging, buah,
sayuran dan sebagainya. Sampah Anorganik adalah sisa material sintetis seperti
plastik, logam, kaca, keramik dan sebagainya.

II.2.1.3 Berdasarkan Bentuknya


Sampah Padat adalah segala bahan buangan selain kotoran manusia, urin
dan sampah cair. Sampah Cair adalah bahan cairan yang telah digunakan lalu
tidak diperlukan kembali dan dibuang ke tempat pembuangan sampah.
Limbah pada dasarnya berarti sesuatu bahan yang terbuang ,atau sengaja
di buang darisuatu sumber hasil atau aktivitas manusia maupun proses–proses
alam dan yang belum mempunyai nilai ekonomis, bahkan dapat mempunyai nilai
ekonomi, bahkan dapat mempunyainilai ekonomi yang negatif, karena di perlukan
biaya tambahan untuk pengumpulan, penangannan dan pembuangannya. Hal
tersebut merupakan pengertian secara umum, sedangkan secara khusus untuk
limbah padat di sebut dengan sampah, yang memiliki pengertian suatu bahan yang
terbuang dari sumber hasil aktifitas manusia maupun proses alam yang belum
memiliki nilai ekonomis ( arni , 2013).
9

Ketika sampah tampa pengolahan secara baik dan benar, kerugian akan di
dasarkan karena timbulan banjir, maningkatnya pemasaran iklim, menurunya
kandungan organik kebun dan pertanian, sanitasi lingkungan makin buruk dan
ancaman meningkat berbagai penyakit. Sampah yang di kelola akan menjadi nilai
tambah yang ekonomis dan sebaliknya sampah tidak di kelola akan menimbulan
masalah.
Menurut Daniel (2009) terdapat tiga jenis sampah, di antaranya:
1. Sampah organik: Sampah yang terdiri dari bahan-bahan yang bisa terurai
secara alamiah/biologis, seperti sisa makanan dan guguran daun. Sampah
jenis ini juga biasa disebut sampah basah.
2. Sampah anorganik: Sampah yang terdiri dari bahan-bahan yang sulit
terurai secara biologis. Proses penghancurannya membutuhkan
penanganan lebih lanjut di tempat khusus, misalnya plastik, kaleng dan
styrofoam. Sampah jenis ini juga biasa disebut sampah kering.
2. Sampah bahan berbahaya dan beracun (B3): Limbah dari bahan-bahan
berbahaya dan beracun seperti limbah rumah sakit, limbah pabrik dan lain-
lain.

II.3 Kelapa (Cocos nucifera L)


II.3.1 Tanaman Kelapa
Tanaman kelapa (Cocos nucifera L) merupakan salah satu tanaman industri
yang memegang peranan penting dalam perekonomian di Indonesia. Bila ditinjau
dari sudut areal penanaman kelapa, Indonesia merupakan negara yang menempati
kedudukan pertama (Child, 1971). Keadaan iklim Indonesia sangat cocok untuk
pertumbuhan tanaman kelapa. Hal tersebut terbukti Indonesia memiliki populasi
tanaman kelapa terbesar di dunia. Tanaman kelapa tumbuh menempati tidak
kurang dari 3 juta hektar lebih di Indonesia atau 30% dari total kelapa dunia.
Pohon kelapa biasa disebut pohon nyiur. Tanaman kelapa biasanya tumbuh pada
daerah atau kawasan tepi pantai. Dalam klasifikasi tumbuhan, pohon kelapa
termasuk dalam genus: cocos dan spesies: nucifera.
10

Di Indonesia, tanaman kelapa telah dikenali sejak tahunan lalu. Karena


tanaman kelapa dapat tumbuh mulai di sepanjang pesisir pantai dan di dataran
tinggi dan di lereng-lereng gunung di daerah tropis. Ditinjau dari biologi
pohonkelapa termasuk jenis Palmae yang berumah satu (monokotil). Batang
tanaman tumbuh lurus ke atas dan tidak bercabang. Adakalanya pohon kelapa
dapat bercabang, namun keadaan ini merupakan keadaan yang abnormal.
Misalnya, kejadian abnormal terjadi akibat serangan hama tanaman. (Andrianto,
2014).

Gambar II.1 Tanaman Kelapa

Dalam tata nama atau sistematika (taksonomi) tumbuh-tumbuhan, tanaman kelapa


(Cocos nucifera) dimasukkan ke dalam klasifikasi sebagai berikut:

Kingdom : Plantae (Tumbuh-tumbuhan)


Divisio : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)
Sub-Divisio : Angiospermae (Berbiji tertutup)
Kelas : Monocotyledonae (Biji berkeping satu)
Ordo : Palmales
Familia : Palmae
Genus : Cocos
Spesies : Cocos nucifera L.
Penggolongan varietas kelapa pada umumnya didasarkan pada perbedaan
umur pohon mulai berbuah, bentuk dan ukuran buah, warna buah, serta sifat-sifat
khusus yang lain. Tanaman kelapa memiliki multi fungsi yang dapat
meningkatkan kesejahteraan bagi rakyat Indonesia. Manfaat yang dapat kita
11

peroleh dari pohon kelapa sangat banyak, mulai dari batang, daun dan buahnya.
Dengan demikian membudidayakan tanaman kelapa secara ekonomis sangat
menguntungkan.
Mengingat tanaman kelapa memiliki nilai ekonomis yang tinggi, maka
tanaman kelapa secara komersial diperkebunkan di Indonesia. Perkebunan
tanaman kelapa yang ada di Indonesia sebagian besar merupakan
perkebunanrakyat (96,6%) sisanya milik negara (0,7%) dan swasta (2,7%). Di
lihat dari datatersebut Indonesia sangat potensial sebagai penghasil produk
berbahan dasarkelapa, seperti produk kelapa, sabut, tempurung dan sebagainya.
Tetapi kenyataannya dari potensi produksi sebesar 15 milyar butir kelapa per
tahun, kelapa yang dimanfaatkan baru sekitar 7,5 milyar butir pertahu atau sekitar
50% dari potensi produksi. Masih banyak potensi kelapa yang belum
dimanfaatkan karena berbagai kendala terutama teknologi, permodalan, dan daya
serap pasar yang belum merata (Andrianto, 2014)

II.3.2 Kelapa sebagai Pohon Kehidupan


Kelapa merupakan tree of life (pohon kehidupan) karena hampir semua
bagian tanaman tersebut bermanfaat bagi kehidupan manusia. Adapun bagian
dari tanaman kelapa yang bisa dimanfaatkan adalah sebagai berikut:
1. Akar
Akar kelapa sangat berguna bagi lingkungan hidup kita. Pohon kelapa
mempunya akar yang menyurupai rambut dan memiliki sistem akar berserat. Akar
pohon kelapa mempunyai sifat piretik yang berfungsi menurunkan gejala panas
dan demam tubuh. Akar pohon kelapa juga dapat dimanfaatkan sebagai pewarna,
bahan dasar pembuatan sikat gigi, dan bahan dasar untuk alat pencuci mulut.
Rebusan akar kelapa juga dapat membantu mengobati berbagai macam gangguan
pencernaan seperti diare, disentri, dan juga dapat mengobati gatal -gatal. Akar
pohon kelapa juga bermanfaat untuk kerajinan tangan seperti pembuatan gelang
kalung dan lain sebagainya.
12

Gambar II.2 Akar Kelapa


2. Batang
Kayu atau batang pohon kelapa sangatlah berguna, selain harga yang
relatif murah dengan kualitas menengah, kayu ini banyak dipakai sebagai
alternatif bahan bangunan, furniture, interior dan eksterior, juga digunakan
sebagai bahan dasar pembuatan kertas. Batang kelapa memiliki tiga macam
kepadatan yang terbagi dalam kepadatan keras yang cocok untuk struktural umum
seperti pilar, gulungan, arung jeram, kusen pintu dan jendela. Kemudian
kepadatan menengah yang dapat digunakan untuk dinding, langit-langit, balok,
dan kancing horizontal. Bagian ketiga dengan kepadatan rendah digunakan dalam
aplikasi bantalan non-beban seperti panel kayu, lis internal dan langit-langit, serta
peralatan rumah tangga.

Gambar II.3 Batang Kelapa


3. Daun
13

Sama halnya seperti Akar dan Batang, daun juga memiliki kegunaan yang
sangat signifikan seperti masyarakat Bali pada umumnya daun kelapa digunakan
dalam berbagai upacara keagamaan dan juga sebagai hiasan pada acara-acara
pernikahan. Daun kelapa yang masih muda atau biasa disebut janur dapat
dimanfaatkan untuk berbagai macam hal seperti bahan anyaman, dekorasi sebuah
acara adat, pembungkus makanan dan lain sebagainya. Daun kelapa yang sudah
tua digunakan sebagai bahan anyaman atap maupun dinding bangunan. Batang
daun atau lidi dimanfaatkan sebagai bahan alat kebersihan seperti sapu lidi.

Gambar II.4 Daun Kelapa


4. Buah Kelapa
Buah kelapa yang paling banyak mempunyai manfaat selain isinya dapat
dimakan, dibuatkan santan, dijadiadikan sebagai minyak goreng dan ampas dari
isinya dapat dijadikan Patarana. Serabut kepala juga tidak kalah pentingnya
dengan bagian buah kelapa lainnya yang kebanyakan orang tidak tahu bahwa
serabut ini bisa diolah dan dijadikan barang komersil seperti keset kaki bahkan
jika diolah lebih lanjut bisa digunakan sebagai isi jok atau isi kasur. Untuk bagian
tempurung atau batok ini yang paling bernilai seni seperti wadah minuman
sebagai pengganti gayung, centong kuah dan juga berbagai macam aksesoris
menarik lainnya.
14

Gambar II.5 Buah Kelapa


5. Bunga Kelapa
Untuk bunga kelapa mulai mekar ketika berumur sekitar 4 sampai 6 tahun,
bunga-bunga kelapa ini berwarna kuning dan beraroma manis. Bagian bunga ini
tersusun majemuk yang pada rangkaiannya dilindungi oleh Bractea. Bunga kelapa
dimanfaatkan sebagai hasil fermentasi dari getah bunga kelapa yang digunakan
sebagai bahan pembuatan alkohol dan cuka. Sebagai bahan obat-obatan
tradisional dan juga sebagai bahan kerajinan seperti topi, tas dan sandal tali.

II.3.3 Pengembangan Produk dari Kelapa


Adapun pengembangan produk dari kelapa adalah sebagai berikut:
1. Daging Buah
Hasil dari pengolahan daging dari buah kelapa minyak kelapa, ampas dan
blondo yang didapatkan dari proses pembuatan minyak kelapa. Kualitas minyak
yang dihasilkan berupa minyak yang putih, jernih yang banyak dipaarkan sebagai
VCO. Produk samping yang dihasilkan dari pengolahan minyak kelapa yaitu
ampas dan blondo. Ampas biasanya digunakan sebagai pakan ternak sedangkan
blondo di beberapa daerah digunakan sebagai bahan campuran makanan.
2. Tempurung Kelapa
Tempurung kelapa merupakan bagian pelindung pada inti buah kelapa, yang
terletak didalam buah kelapa setelah sabut. Biasanya tempurung kelapa di lakukan
15

pengolahan dengan proses pirolisis dan destilasi, dimana nantinya dari proses
pirolisis dan destilasi tempurung kelapa menghasilkan asap cair. Adapun arang
yang tersisa masih bisa juga dimanfaatkan sebagai arang aktif dengan beberapa
perlakuan.
3. Sabut Kelapa
Sabut kelapa biasanya dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan keset.
Namun pengembangan pemanfaatan sabut kelapa terus meningkat dengan
melakukan banyak cara sehingga bisa menghasilkan produk yang memiliki nilai
ekonomi tinggi, seperti : benang serabut, kerajinan tangan dan lain-lain.
4. Air Kelapa
Air kelapa memiliki kandungan unsur yang tinggi selain unsur makro,
namun juga mengandung unsur mikro. Unsur makro yang terkandung dalam air
kelapa adalah karbon dan nitrogen. Air kelapa biasanya di olah menjadi produk
makanan yaitu nata de coco.

II.3.4 Jenis-Jenis Kelapa


Adapun beberapa jenis kelapa antara lain sebagai berikut :
1. Kelapa Genjah
Kelapa genjah adalah golongan kelapa yang memiliki umur berbunga
relative muda yaitu sekitar 4-5 tahun. Umur tanaman mencapai 50 tahun dengan
masa produktif 25 tahun. Warna buah bervariasi , kuning, hijau dan jingga. Buah
memiliki ukuran kecil 1,5 kg – 2 kg, daging buah 0,5 kg dan air sekitar 200cc.
Setiap butir kelapa menghasilkan kopra 150 gram perbutir dan minyak 68%.
16

Gambar II.6 Kelapa Genjah

2. Kelapa Gading
Kelapa gading merupakan jenis kelapa genjah yang memiliki buah
berwarna kuning gading. Sebagian daun juga berwarna kuning. Tanaman ini
berbuah pada umur 3 tahun.

Gambar II.7 Kelapa Gading

3. Kelapa Hijau (C.Viridis)


Kelapa hijau adalah golongan kelapa yang memiliki kulit buah berwarna
hijau. Kelapa hijau termasuk golongan kelapa dalam. Memiliki pohon yang besar
dan tinggi, serta buah berukuran besar. Biasanya buah kelapa hijau digunakan
17

untuk upacara–upacara sesaji tradisional. Airnya dapat digunakan untuk penawar


racun, mengatasi muntah-muntah dan kepala pusing.
4. Kelapa Merah (C.Rubecens)
Kelapa merah adalah golongan kelapa yang memiliki kulit buah berwarna
merah atau cokelat. Jenis kelapa ini termasuk golongan kelapa dalam. Pohonnya
memiliki ukuran yang tinggi dan besar. Buah yang dihasilkan berbentuk bulat dan
besar dan kandungan minyak cukup tinggi.

Gambar II.8 Kelapa Merah (C.Rubecens)

5. Kelapa Kuning (C.Eburen)


Kelapa kuning adalah golongan kelapa yang memiliki kulit buah berwarna
kuning. Jenis kelapa ini termasuk golongan kelapa genjah yang sudah mulai
berbuah pada umur 3 tahun, pada saat tanaman setinggi 1m – 1,5m. Ukuran pohon
tidak terlalu besar dan tidak terlalu tinggi. Buah berbentuk bulat dan berukuran
kecil-kecil.
18

Gambar II.9 Kelapa Kuning (C.Eburen)

II.3.5 Tempurung Kelapa


Tempurung kelapa terletak di bagian dalam kelapa setelah sabut kelapa.
Pada pangkal tempurung terdapat 3 buah lubang tumbuh(ovule) yang menunjukan
bahwa bakal buah asalnya berlubang 3 dan yang tumbuh biasanya satu buah.
Tempurung merupakan lapisan keras dengan ketebalan 3 mm sampai 5 mm tapi
mempunyai kadar lignin yang lebih tinggi dan kadar seluosa lebih rendah
dengan kadar air 6-9 % (dihitung berdasarkan berat kering)dan terutama tersusun
dari ligin, selulosa dan hemiselulosa.
Apabila tempurung kelapa dibakar padatemperatur tinggi dalam ruangan
yang tidak berhubungan dengan udara maka akan terjadi rangkaian proses
penguraian penyusun tempurung kelapa tersebut dan akan menghasilkan arang.
tempurung kelapa yang dijadikan arang haruslah tempurung yang bersih dan
berasal dari kelapa tua, bahan harus kering agar proses pembakaran berlangsung
lebih cepat dan tidak menghasilkan banyak asap.Arang tempurung kelapa adalah
produk yang diperoleh dari pembakaran tidak sempurna terhadap tempurung
kelapa. Arang lebih menguntungkan dari pada kayu.Arang memberikan kalor
pembakaran yang lebih tinggi dari asap yang lebih sedikit .
Arang dapat ditumbuk kemudian dikempa menjadi briket dalam berbagai
macam briket dalam berbagai macam bentuk. Briket lebih praktis
penggunaanyadibandingkan kayu bakar. Arang dapat diolah lebih lanjut menjadi
arang aktif dan sebagai bahan pewarna pada industri karet dan plastik.
19

Pembakaran tidak sempurna pada tempurung kelapa menyebabkan senyawa


karbon kompleks tidak teroksidasi menjadi karbon dioksida, peristiwa tersebut
disebut sebagai pirolisis. Pada proses pirolisis energi panas mendorong terjadinya
oksidasi sehingga molekul karbon yang kompleks terurai sebagian besar menjadi
karbon atau arang. Pirolisisi untuk pembentukan arang tersebut di sebut sebagai
pirolisis primer .arang dapat mengalami perubahan dalam proses yang lebih
lanjut menjadi karbon monoksida,gas hidrogen dan gas–gas hidrokarbon.
Peristiwa ini disebut sebagi pirolisis sekunder (arni,2013).
Sifat kerasnya disebabkan oleh banyaknya kandungan silika (SiO2) yang
terdapat pada tempurung tersebut. Dari berat total buah kelapa antara 15%
sampai 19% merupakan berat tempurungnya,selain itu, tempurung juga banyak
mengandung lignin, sedangkan kandungan metholyldalam tempurung hampir
sama dengan yang terdapat dalam kayu umunya, pada umumnya nilai kalori
yang terkandung dalam tempurung kelapa adalah berkisar antara 18200j/kg
hingga 19338,05 kj/kg. Komposisi kimia yang terdapat pada tempurung kelapa
dapat pada tabel II.2 di bawah ini.
Tabel II.2
Komposisi Kimia Tempurung Kelapa
Unsur kimia Kandungan (%)
Sellulosa 26.60
Penotsan 27
Lignin 29,40
Kadar abu 0,60
Solven ekstraktif 4,20
Uranot anhydrad 3,50
Nitrogen 0,11
Air 8,00
Sumber : Trisno,2006
20

II.4 Bahan Perekat


Untuk merekatkan partikel-partikel zat dalam bahan baku pada proses
pembuatan briket maka diperlukan zat pengikat sehingga dihasilkan briket yang
kompak. Berdasarkan sifat/bahan baku perekat briket maka karakteristik bahan
baku perekatan untuk pembuatan briket adalah memiliki gaya kohesi yang baik
bila dicampur dengan semikokas atau batubara, mudah terbakar dan tidak berasap,
dan mudah di dapat dalam jumlah banyak murah harganya dan tidak bau, tidak
beracun dan tidak berbahaya. (Harsanto,1989 dalam Tobing dkk, 2007)

II.4.1 Perekat Biobriket (Binder)


Bahan pengikat adalah bahan campuran pada pembuatan briket batubara
yang terdiri dari bahan pengikat organik dan bahan pengikat anorganik. Bahan
pengikat organik adalah bahan pencampur pada pembuatan briket batubara
karbonisai, tanpa karbonisasi, maupun briket biobatubara yang dapat merembes
ke dalam permukaan dengan cara terabsorpsi sebagian kedalam pori-pori atau
celah yang ada, antara lain seperti molasis, larutan kanji (tepung sagu) (Peraturan
Mentri Energi Dan Sumberdaya Mineral nomor 47 tahun 2006). Pengikat organik
menghasilkan abu yang relatif sedikit setelah pembakaran briket dan umumnya
merupakan bahan perekat yang efektif.
Sagu merupakan tanaman tropik yang sangat produktif menghasilkan pati
dan energi. Diperkirakan produktifitas sagu dapat mencapai dua kali produktifitas
ubi kayu. Pada saat ini potensi produksi sagu di Indonesia diperkirakan 4,913 ton
tepung kering per tahun. Jumlah ini masih dapat dikembangkan menjadi 90 kali
lipat jika dilakukan pemanfaatan 50% dari total daerah rawa yang ada dan
dilakukan perbaikan teknik budidaya (Setiawan,2014).
Bahan pengikat anorganik adalah bahan pencampur pada pembuatan briket
batubara karbonisasi, tanpa karbonisasi, maupun briket biobatubara yang
berfungsi sebagai perekat antar permukaan partikel batubara yang tidak reaktif
dan berfungsi sebagai stabilizer selama pembakaran, contohnya tanah liat
(Peraturan Mentri Energi Dan Sumberdaya Mineral nomor 47 tahun 2006).
Pengikat anorganik dapat menjaga ketahanan briket selama proses pembakaran
21

sehingga dasar permeabilitas bahan bakar tidak terganggu. Pengikat anorganik ini
mempunyai kelemahan yaitu adanya tambahan abu yang berasal dari bahan
pengikat sehingga dapat mengambat dan menurunkan nilai kalor. Berikut
beberapa contoh dari perekat yang bisa digunakan:
1. Perekat aci
Perekat aci terbuat dari tepung tapioka, cara pembuatannya sangat
gampang dan biaya pembuatannya sangat murah, tetapi produk yang
sudah jadi biasanya sering ditumbuhi oleh jamur parasit.
2. Perekat tanah liat
Tanah liat atau tanah merah kering bisa dipakai sebagai perekat karbon.
Penampilan briket menggunakan perekat ini menjadi kurang menarik dan
membutuhkan waktu lama dalam pengeringan. Selain itu, briket agak
sulit menyala ketika dibakar. Namun dari segi biaya pembuatan bisa
dikatakan paling murah dan praktis karna tidak perlu dicamput dengan
air panas.
3. Perekat getah karet
Daya lekat getah lebih kuat dibandingkan dengan lem aci mau pun tanah
liat namun ongkos produksinya lebih mahal dan sulit untuk mendapatkan
karena harus membeli. Briket yang menggunakan perekat getah ini akan
menghasilkan asap tebal berwarna hitam dan beraroma kurang sedap jika
dibakar. Oleh karena itu model perekat ini jarang dipilih oleh produsen
briket.
4. Perekat getah pinus
Getah pinus mirip dengan getah karet, keunggulan dari penggunaan lem
getah pinus ini terletak pada daya benturan briket yang kuat, meskipun
dijatuhkan briket tetap utuh. Briket yang dihasilkan akan mengkilat dan
mudah menyala jika dibakar, namun asap yang dihasilkan sangat banyak
dan bau yang sangat menusuk hidung.
5. Perekat pabrik
Perekat pabrik adalah lem khusus yang di produksi oleh pihak yang
berhubungan langsung dengan industri pengolahan kayu seperti tripleks,
22

multipleks dan furniture. Lem tersebut sangat kuat, tetapi kurang


ekonomis jika diterapkan pada briket kecuali untuk pesanan khusus
konsumen.

II.4.2 Briket Bioarang


Briket bioarang adalah gumpalan-gumpalan atau batang-batangan yang
terbuat dari bioarang (bahan lunak). Bioarang yang sebenarnya termasuk bahan
lunak yang dengan proses tertentu diolah menjadi bahan arang keras dengan
bentuk tertentu. Kualitas dari bioarang ini tidak kala dengan batu bara atau bahan
bakar jenis arang lainya.
Pembuatan briket arang limbah pertanian dapat dilakukan dengan
penambahan bahan perekat, dimana bahan Baku diarangkan terlebih dahulu
kemudiandi tumbuk, dicampur dengan perekat, dicetak sesuai dengan yang
diinginkan dangan kekeringan secara manual.
Kualitas briket bioarang juga ditentukan oleh bahan pembuat atau
penyusun sehingga menpengaruhi kualitas nilai kalor, kadar air, kadar abu,
dengan kadar karbon terikat padabriket tersebut. pembuatan briket mengunakan
bahan perekat akan lebih baik hasilnya jika di bandingkantampamengunakan
bahan perekat.Disamping meningkatnya nilai bakar dari bioarang, kekuatan briket
bioarang dari tekanan luar juga lebih baik(tidak mudah pecah).

Gambar II.10 Bentuk Jengkol


23

Gambar II.11 Bentuk Bantal

Gambar II.12 Bentuk Silinder

Gambar II.13 Bentuk Sarang Tawon


24

Gambar II.14 Berbentuk segi empat

II.4.3 Tipe Briket


II.4.3.1 Tipe Yontan
Yontan adalah nama sebuah tempat di Korea kemudia di gunakan
sebagai salah satu tipe briket batubara. Tipe Yontan, di smping memiliki ukuran
khusus juga menawarkan formula khusus pula. Oleh sebab itu disebut formula
Yontan. Briket formula Yontan berbentuk silinder dengan ragis tengah 150 mm,
tinggi 142 mm, berat 3,5 kg, punya lubang saling sejajar sepanjang bentukan
silinder sebanyak 22 lubang, lubang ini bertujuan untuk tempat perangkap
oksigen (yang berasal dari udara) sehingga briket mudah dibakar.
Teknik pembuatannya, serbuk batubara berukuran 5 mm dicampur
dengan air 10% dan lempung 20%. Pembriketan dilakukan dengan cara
memasukkan campuran ke dalam cetakan, lalu ditekan secara mekanik sehingga
di peroleh briket. Penambahan lempung dapat mengurangi bau pada saat
pembakaran dan meningkatkan kualitas briket (tidak mudah pecah) tetapi
mengurangi nilai kalor.

Gambar II.15 briket tipe Yontan


25

II.4.3.2 Tipe Egg


Briket ini berbentuk telur, dengan ukuran lebar 32-39 mm, dengan
panjang 46-58 mm, dan tebal 20-24 mm. Untuk formula telur, lempung atau
tepung kanji diganti dengan molasses sebanyak 7%. Pada bagian tepi dibuat pipih
tumpul (tidak meruncing), sehingga mudah dipindahkan dan mudah dibakar mulai
dari pinggir ke bagian tengah,
Dalam prakteknya, untuk penyalaan awal dipermudah dengan
membasahi briket dengan minyak tanah. Sebagai tempat pembakaran briket dibuat
tungku khusus yang dapat diatur umpan udaranya, dengan cara memperkecil atau
memperlebar lubang dengan katup yang sudah disediakan.

Sumber: Sukandarrumidi, 2009

Gambar II.16 briket tipe egg

II.4.4 Jenis –jenis briket bioarang


Briket bioarang tidak hanya dapat tebuat dari tempurung kelap, adapun
bahan organik yang dapat di jadikan briket biorang sebagai berikut :
1. Briket sekam padi
Sekam padi merupakan lapisan keras yang meliputi kariopisis yang
terdiri dari dua belahan yang di sebut lem dan palea yang bertautan. pada
proses penggilingan beras, sekam akan terpisah dari butir beras dan menjadi
bahan sisa atau limbah pengilingan. Sekam padi dikategorikan sebagai biomassa
yang dapat di gunakan untuk berbagai kebutuhan seperti bahan baku
industri,pekan ternak dan energi atau bahan bakar.
Dari proses pengilingan padi biasanya diperoleh sekam sekitar 20-30
dedak antara 8-12 danberas gilingan antara 0-63, dan bobot awal gebah.
26

sekam dengan parsentase yang tinggi dapat menimbulkan problem


lingkungan.berdasarkan data BPS sulawesi tengah, hasil perhitungan angka
(TETAP) produksi padi propinsi sulawesi tengah, tahun 2010 sebesar 97.108 ton
gabah kering giling (GKG), sertahasil perhitungan angka ramalan III (ARAM
III) produksi padi sulawesi tengah tahun 2011 diperkirakan mencapai 1.023.720
ton (GKG),naik sebesar 66.612 ton (6,96 persen) dibanding dengan produksi
dengan produksitahun 2010 yang mencapai 97.108 ton GKG.

Dari data produksi propinsi sulawesi tengah tahun 2010 dihasilkan


limbah sekam padi sebesar 191.421,6 – 278. 132,4 ton. Bahan bakar dari
biomasa minsalnya sekam untuk mempermudah pengarangan maka sebelum
digunakan terlebih dahulu di buat briket. Pembriketan pada prinsipnya adalah
pemadatan material untuk diubah kebentuk tertentu. Pembriketan pada dasarnya
didefenisikanb atau pemampatan baku yang bertujuan untuk memperbaiki sifat
fisik satuan bahan sehingga memudahkan pengaranganya. Briket arang dapat di
buat dengan dua cara yaitu dengan membentuk briket dengan cara
memanmpatkan dan di arang.
2. Briket Jerami
Jerami padi merupakan biomasa yang dianggap sampah dan untuk
menghilangkan dengan cara dibakar. Limbah jerami padi yang berada di daerah
pertanian selama ini belum dimanfaatkan secara maksimal penggunaan limbah
jerami padi maka dapat diolah menjadi bahan bakar alternatif salah satunya
berupa briket (sudiro 2014).
3. Briiket Batubara
Briket batubara merupakan bahan bakar padat yang meupakan alternatif
penganti minyak tanah yang mepunyai kelayakan teknis untuk digunakan sebagai
bahan bakar rumah tangga, industri kecil ataupun menengah. Batubara juga
mempunyai keuntungan ekonomis karna dapat diproduksi secara sederhana,
memiliki nilai kalor yang tinggi, dan ketersedian batubara cukup banyak di
indonesia sehingga dapat bersaing denganbahan bakar lain (sudiro 2014).
27

4. Briket arang nipah


Nipah (nypa fruicans) merupakan tumbuhan yang termasuk famili palmae
dan tumbuhan di daerah pasangsurut. Selama ini nipah hanya ditanam untuk
melindungi daratan/ pantai dari abrasin laut , padahl banyak sekali manfatnya
yang dapat di ambil dari tanaman nipah. Hampir dari setiap bagian tumbunahn ini
dapat di manfaatkan seperti daunya untuk atap, niranya untuk gula, dan buahnya
untuk makanan segar atau di buat tepung. Tanaman yang tumbuhb subur di hutan
daerah pasang surut ( hutan mangrove) dan daerah rawa- rawa atau muara- muara
sungai yang berair payau. Diindonesia liat tanaman nipah adalh 10 pesen dari
luas daerah pasang surut sebesar 7 jutaha atau sekitar 700.000 ha. Penebaran
meliputi wilaya kepulauan sumatra, kalimantan ,jaw sulawesi maluku dan irian
jaya( mulyadi 2013).
Di wilayah propinsi jawa timur, daerah sentra taman nipah berada di
pulau bawean, diwilyah tersebut sekarang terdapat 280 ha tanaman nipa yang
tersebar di kawasan pantai. Dalam rangka memaksimalkan peningkatan nilai
ekonomis btanaman nipa selain di manfaatkan nira untuk produksi gula, juga
perlu di versifikasikan menjadi produk yang nilai ekonominya tinggi,
diantaranya adalah pemafaatan kulit buah untuk biobriket. Pemafatan limbah
agroindustri sebagaai bahn baku briket dinilai strategis untuk mengganti minyak
tanah. Briket yang dihasilkan relatif lebih ramha lingkungan karena tidak
menghasilkan emisi gas beracun, seperti Nox dan Sox ( mulyadi 2013).

II.5 Pengertian Briket


Briket adalah bahan padat yang dapat digunakan sebagai sumber energy
alternatif yang mempunyai bentuk tertentu. Proses pembriketan adalah proses
pengolahan yang mengalami perlakuan pengerusan, pencampuran bahan baku,
pencetakan dan pengeringan pada kondisi tertentu, sehingga diperoleh briket
dengan bentuk, ukuran fisik, dan sifat kimia tertentu. Tujuan pembriketan adalah
untuk meningkatkan kualitas bahan bakar, mempermudah penanganan dan
transportasi serta mengurang kehilangan bahan dalam bentuk debu pada proses
pengangkutan. Factor-faktor yang mempengaruhi pembriketan ukuran dan
28

distribusi partikel, kekerasan bahan dan sifat elastisitas dan plastisitas bahan
(Hasjim, 1991 dalam Tobing dkk, 2007)
II.5.1 Jenis briket yang sekarang sudah populer di masyarakat :
1. Menurut bahan bakunya :
Briket batubara, briket arang batok, briket arang kayu, briket sawdust,
briket jerami padi, briket sisa sabut kelapa, dll tergantung bahan baku
apa saja yang bisa dipadatkan.
2. Menurut Proses Adonannya/ cara cetaknya:
Proses kering biasanya langsung cetak tanpa lem/perekat biasanya
menggunakan mesin dengan presure tinggi, proses adonan basah
biasanya di cetak pakai perekat ditambah bahan lain untuk menambah
kuat tekan/kekerasan
3. Menurut jenisnya (perlakuannya):
Briket non karbonisasi (tanpa diarangkan dahulu), briket karbonisasi
(diarangkan) briket karbonisasi harganya lebih mahal di pasar lebih
panas dan kalorinya lebih tingi
4. Menurut bentuknya:
Briket bentuk telur, bentuk bantal, bentuk dom, bentuk elipse, bentuk
kenari, bentuk biji jengkol, bentuk biji kenari,bentuk sarang tawon
(honey comp) bentuk hexagonal/segi enam, bentuk kubus, bentuk bulat
silindris. briket dicetak dengan bentuk tertentu hanya untuk
memepermudah penyalaan/mempermudah supply oksigen pas waktu
proses pembakaran, selebihnya hanya mengikuti tren pasar dan
mengikuti produsen mesin yang tersedia di suatu negara supaya
variatif. Bentuk briket tidak mencerminkan kualiatas secara khusus.
II.5.2 Cara Pembuatan Briket
Prosedur KerjaProsedur kerjameliputi persiapan bahan baku, pengarangan,
penggilingan dan penyaringan, pencampuran dengan perekat, pencetakan dan
pengempaan, pengeringan, penentuan lama pembakarandengan menggunakan
tungku.
29

1. Pengeringan bahan baku


Pada prosesini tempurung kelapa di bersikan terlebih dahulu dari bahan
pengotor seperti sabut-sabut, tanah dan kotoran-kotoran lain yang menempel
pada tempurung . selanjutnya tempurung di potong menjadi ukururan yang lebih
kecil untuk memudahkan pada proses pengarangan . tempurung kemudian di
keingkan di bawah sianar matahari.
2. Karbonisasi
Tempurung kelapa yang sudah kering sesuai yang diinginkan dengan
diarang mengguanakan drum . sebelum temputung kelapa di masukan ke drum ,
terlebih dahulu pada bagian bawah drum diletakan sabut kelapa sebagai umpan,
selanjutnya sabut kelapa di bakar hingga bahan baku terbakar dan menyala .
penutupan drum di bagian bawah ditutup sedangkan penutup pada bagian atas
ada lubang udara disekeliling drum di biarkan terbuka . pada saaat asap yang di
timbulkan dari prosespembakaran mulai menipis dan tempurung telah menjadi
bara yang dapatdi lihat dari lubang udara di tutup. Pembakaran selesai ditandai
dengan asap yang keluar menipis. prosespembakaran dibiarkan berlangsung
selama 4 jam. selanjutnya arang di dinginkan selama 1 jam dan di lakukan
penyotiran dengan memisah antara arang yang berwarna hitam dengan arang
yang telah membentuk abu maupun arang yang telah tebentuk sempurna.
1. Penggilingan dan penyaring
Arang yang telah terbentuk pada proses karbonisasi selanjutnya
di haluskan dengan menggunakan mesingiling di ayak sehingga
di peroleh serbuk arang dengan ukuran 60 mes sesuai dengan
(SNI 01-6235-2000)
2. Pencampuran dengan bahan perekat
Perekat yang digukan dengan cara memasak tepung kanji ,tepun
sagu dan tanahliat sebagai perekat sesuai dengan jumlah perekat
yang digunakan, kemudian dicampur dengan serbuk arang
secaramerata hingga membentuk adonan.
3. Pencetakan dan pengempaan
30

Briket arang yang di hasilkan pada cetakan berbentuk silener dan


lingkaran kemudian di padatkan dengan menggunakan pencetak
briket
4. Pengeringan
Briket arang yang di hasilkan kemudian di keringkan dibawah
sinar matahari. briketyang telah dikeringkan siap digunakan.
Tabel II.3
Standarisasi Briket Arang( 01-6235-2000)
NO STANDARISASI MAKSIMAL
1 kadar air maksimal 8 %
2 kadar voatile metter maksimal 14 %
3 kadar abu maksimal 8 %
4 nilai kalori minimal 5000kal/g
Sumber : Sudiro

II.5.3 Kegunaaan Briket


Briket bioarang merupakan bahan bakar alternatif yang cukup berkualitas.
Bahan bakar dapat di manfaaatkan dengan teknologi yang sederhana , tetapi panas
yang dihasilkan cukup besar,cukup lama dan aman. Bahan bakar ini cocok di
gunakan oleh para pedagang atau pengusaha yang memerlukan pembakaran yang
terus menerus dalam waktu yangcukup lama.

II.5.4 Keuntungan Briket Bioarang


Keuntungan yang di peroleh dari penggunaan briket bioarang antara lain
adalah seabgai berikut :
1. Bentuk dan ukuran seragam ,karena briket bioarang di buat dengan
alat pencetak khusus yang berbentuk dan besar kecilnya bisa
dikehendaki.
2. Mempunyai panas pembakaran yang lebih tinggi di banding arang
biasa.
31

3. Tidak berasap ( jumlah asap kecil sekali) dibanding arang biasa.


4. Tampak lebih menarik, karena bentuk dan ukuranya bisa di sesuaikan
dengan kehendak kita. Disamping itu pengemasan juga mudah
5. Cara menggunkan briket juga mudah

II.5.5 Kualitas Briket Bioarang


Kualitas briket bioarang ditentukan oleh beberapa meter dan faktor yang
mempengaruhi, berikut yang mempengaruhi kualitis briket bioarang.kualitas
briket bioarang dapat dinilai dari beberapa parameter:
1. Kadar Air
Kadar air adalah perbandingan berat air briket dengan berat kering briket
setelah diovenkan. Kadar air dapat berpengaruh pada kualitas briket arang,
semakin rendah kadar air maka semakin tinggi nilai kalor dan daya
pembakarannya. Arang mempunyai kemamapuan menyerap air yang sangat besar
dari udara disekelilingnya. Kemamapuan menyerap air dipengaruhi oleh luas
permukaan dan pori-pori arang dan dipengaruhi oleh kadar karbon terikat yang
terdapat pada briket tersebut. Dengan demikian semakin kecil kadar karbon terikat
pada briket arang, kemampuan briket arang menyerap air dari udara sekililingnya
semakin besar (Rustini, 2004).
Tingginya kadar air akan menyebabkan penurunan nilai kalor. Hal ini
disebabkan karena panas yang tersimpan dalam briket terlebih dahulu digunakan
untuk mengeluarkan air yang ada sebelum kemudian menghasilkan panas yang
dapat dipergunakan sebagai panas pembakaran (Hendra dkk, 2000).
Briket dengan kadar air yang tinggi, menyebabkan kualitas briket menurun
ketika penyimpanan karena pengaruh mikroba. Kadar air yang tinggi juga dapat
menimbulkan asap yang banyak saat pembakaran (Riseanggara, 2008).
2. Kadar Abu
Kadar abu briket dipengaruhi oleh kandungan abu, silika, bahan baku
serbuk dan kadar perekat yang digunakan. Salah satu unsur utama penyusun
abuadalah silika dan pengaruhnya kurang baik terhadap nilai kalor briket arang
yang dihasilkan. Semakin tinggi kadar abu maka semakin rendah kualitas briket
32

karena kandungan abu yang tinggi dapat menurunkan nilai kalor briket arang
sehingga kualitas briket arang tersebut turun (Lubis, 2008).
3. Nilai Kalor
Nilai kalor adalah besarnya panas yang diperoleh dari pembakaran suatu
jumlah tertentu bahan bakar. Semakin tinggi berat jenis bahan bakar, maka
semakin tinggi nilai kalor yang diperolehnya. Nilai kalor perlu diketahui dalam
pembuatan briket karena untuk mengetahui nilai panas pembakaran yang dapat
dihasilkan oleh briket sebagai bahan bakar. Semakin tinggi nilai kalor yang
dihasilkan oleh bahan bakar briket maka akan semakin baik pula kualitas briket
yang dihasilkan. Nilai kalor juga dipengaruhi oleh kadar air dan kadar abu yang
ada dalam briket arang, semakin rendah kadar air dan kadar abu dalam briket
arang maka akan meningkatkan nilai kalor bakar briket arang yang dihasilkan
(Koesoemadinata, 1980).
Faktor jenis bahan baku juga sangat mempengaruhi besarnya nilai kalor
bakar briket yang dihasilkan dan dalam setiap jenis bahan baku briket memiliki
kadar karbon terikat yang berbeda sehingga mengakibatkan nilai kalor bakar yang
berbeda. Bahan baku yang memiliki kadar karbon terikat yang rendah akan
menghasilkan nilai kalor bakar briket yang tinggi. (Hendra dkk, 2003).
33

II.6 Kerangka Konseptual

Berdasarkan dari landasan teori maka dapat dibuat kerangka konseptual.

INPUT PROSES OUTPUT

1. Pembuatan Mengetahui persentasi briket


1. Limbah pertanian yang baik sesuai nilai kalori ,
berupa tempurung briket
kadar air , kadar abu yang di
kelapa tempurung
hasilkan
kelapa
2. Parsentasi 2. Pengujian
campuran perekat mutu briket

Gambar II.17 Kerangka Konseptual

Keterangan :
1. Input , merupakan dasar permasalahan yang dibutuhkan untuk di
lanjutkan
2. Proses, merupakan langkah yang akan dilakukan sehingga menghasilkan
output dari penelitian .
3. Output, yakni hasil dari proses yang dihasilkan.
BAB III
METODE PENELITIAN

III.1 Jenis Penelitian


Penelitian eksperimen dapat didefenisikan penelitian yang dilakukan
dengan melakukan memanipulasi yang tujuannya mengetahui akibat manipulasi
terhadap individu yang diamanti (latipum 2002).Berdasarkan penjelasan diatas,
maka penelitian ini dapat dikatakan penelitian eksperimen, yaitu bertujuan untuk
mengetahui pengaruh jumlah perekat dan jenis perekat terhadap karakteristik
briket arang tempurung kelapa.

III.2 Tempat dan Waktu Penelitian


III.2.1 Tempat Penelitian
Kegiatan penelitian ini dilakukan empat tempat yakni di Kabupaten
Pesisir Selatan untuk pengambilan sampel, di Laboratorium STTIND Padang
pembuatan dan pengujian kadar air ,dan di Laboratorium UNP untuk pengujian
nilai kalori dan untuk kadar abu di lakuan di Kopertis Wilayah X.

III.2.2 Waktu Penelitian


Waktu pelaksanaan penelitan di lakukan pada bulan Maret - Juli 2018.
III.3 Populasi Dan Sampel
III.3.1 Populasi
Populasi adalah jumlah dari keseluruhan objek kajian penelitian yang
memililiki karakteristik tertentu. Populasi pada penelitian ini adalah limbah
tempurung kelapa.

III.3.2 Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi data yang dianggap mewakili
populasi keseluruhan. Sampel pada penelitian ini adalah arang tempurung kelapa.
III.4 Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek
pengamatan penelitian. Sesuai dengan permasalahan yang diteliti maka variabel

34
35

penelitian adalah membandingkan nilai kalori ,kadar air, dan kadar abu dengan
variasi dan jenis perekat yang berbeda pada pembuatan briket tempurung kelapa.
III.5 Data dan Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang di ambil adalah data primer. Untuk data
primer penulis gunakan berasal dari uji laboratorium yang merupakan data
kualitas briket tempurung kelapa.
III.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Untuk mencapai tujuan penelitian yaitu mengetahui kandungan kadar air,
kadar abu, nilai kalori dengan variasi perekat. Maka berikut uraian langkah -
langkah yang harus di lakukan mencapai tujuan tersebut.

III.6.1 Mengetahui Pengaruh Komposisi dan Jenis Perekat terhadap Nilai


Kalori yang dihasilkan
Berdasarkan Dalam jurnal chamica Volume 16 nomor 1, suding dan
jamaludin,2015 menyebutkan penentuan nilai kalor menggunkan bom
kalorimerter dengan berat bahan 1 gram.Menrut Tirono dan Ali (2011) langka –
langka penujian nilai kalor bahan bakar adalah sebagai berikut :
1. Siapkan 2 liter air , kemudian masukan kedalam oval bucket.
2. Timbang 1 gram dari bahan bakar yang di uji,kemudian masukan
kedalam combustion capsule.
3. Pasang kawat sepanjang 10 cm sehingga mengenai uji tampa mengenai
permukaan besi combustion capsule dengan mengunakn bantuan bomb
head suppurt stand.
4. Masukan 1 gram bahan bakar yang di uji dalam combustion capsule
tadi bersama dengan kawat kedalam oxygen bom.
5. Hubungkan semua peralatan bomb kalorimeter dengan listrik.
6. Isi oxygen bomb dengan oksigen yang tekanan 30 atm- 35 atm
mengunakan bantuan auto charger.
7. Setelah selesai, masukan oxygen bomb kedalam oval bucket yang
telah berisi air
8. Kemudian masukan oval buvket kedalam kalori meter, lalu tutup
36

9. Pindakan posisi switch ke posisi on


10. Sterilkan/samakan suhu water jacket dengan suhu switch hot/cold
11. Setelah sama, catat suhu yang terjadi
12. Kemudian, bakar bahan bakar yg di uji tersebut
13. Berapa saat kemudian, catat suhu yang terjadi pada air
14. Alat di matikan kemudian bomb di keluarkan

III.6.2 Mengetahui pengaruh komposisi dan jenis perekat terhadap kadar air
yang dihasilkan
Kadar air briket dapat ditentukan dengan cara menimbang cawan
aluminium kosong kemudian dimasukan sampel sampel diratakandi masukan
kedalaam ovenyang telah diatur suhunya sebesar 150oC selama15menit. Cawan di
dinginkan dalam eksikator kemudian di timbang bobot penentuan kadar air
dilakukan sebanyak 2 kali pengulangan. Kadar airdapat dihitung menggunakan
persamaan berikut:

Kadar air (%) = .......... (Pers 1)

Dimana :

W1= bobot cawan kosong


W2= bobot cawan kosong + bobot sampel sebelum pemanasan (gram)
W3= bobot cawan kosong + bobot sampel setelah pemanasan (gram)

III.6.3 Mengetahui Pengaruh Komposisi dan Jenis Perekat terhadap Kadar


Abu yang dihasilkan
Penentuan kadar abu untuk mengetahui bagian yang tidak terbakar yang
sudah tidak memiliki unsur karbon lagi setelah briket di bakar kadar abu
sebanding dengan kandungan bahan anorganik yang terdapat dalam briket.
Penentuan kadar abu dilakukan dengan cara mengeringkan cawan porselin dalam
tanur bersuhu 600°C selama 30 menit. Selanjutnya cawan didinginkan di dalam
eksikator selama 30 menit dan ditimbang bobot kosongnya. Kemudian ke dalam
37

cawan kosong tersebut dimasukkan sampel sebanyak 1gram. Cawan yang telah
berisi sampel selanjutnya dimasukkan kedalam tanur dengan suhu 850°C selama 4
jam sampai sampel menjadi abu. Selanjutnya cawan diangkat dari dalam tanur dan
didinginkan di dalam eksikator, lalu ditimbang. Penentuan kadar abu dilakukan
sebanyak tiga kalipengulangan (triplo). Penentuan kadar abu untuk mengetahui
bagian yang tidak terbakar yang sudah tidak memiliki unsur karbon lagi setelah
briket di bakar kadar abu sebanding dengan kandungan bahan anorganik yang
terdapat dalam briket. Kadar abu dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Kadar abu (%) = .............................(Pers 2)

Dimana
A = bobot abu (gram)
B = bobot sampel (gram)

III.7 Kerangka Metodologi


Adapun langkah - langkah penelitian yang di gunakan penulis dapat di lihat
pada kerangka metodologi berikut :
38

START

STUDI LITERATUR

Identifikasi Masalah

Batasan Masalah

Rumusan Masalah

Pengumpulan Data

a. Data Primer: limbah tempurung kelapa


b. Data Sekunder : standar mutu briket arang

Pengolahan Data

a. Menentukan komposisi arang pembuatan briket yang


efesien
b. Menghitung nilai kadar air, kadar abu,nilai kalor

Analisis data, hasil dan pembahsan

Kesimpulan dan Saran

Gambar III.1 Kerangka Metodologi


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Pembuatan Briket Tempurung Kelapa


Adapun alat, bahan dan langkah dalam pengerjaan pembuat briket
tempurung kelapa ini sebelum di uji kualitas kadar air, abu, dan nilai kalorinya
adalah sebagai berikut.
IV.1.1 Alat dan Bahan

1. Alat
Alat yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Tempat pengarangan
2) Ayakan
3) Timbangan
4) Alat cetakan briket
5) Kompor briket
6) Termometer
7) Wadah pemanas air
8) Stopwat dan kamera

2. Bahan
Bahan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Tepung kanji
2) Tanah liat
3) Tepung sagu
4) Korek api
5) Briket tempurung kelapa
6) Minyak tanah
7) Air

39
40

IV.1.2 Proses Pembuatan Briket


1) Bahan baku dalam keadaan kering dan siap di karbonisasi
2) Lakukan pembakaran di dalam drum (pembakaran dilakukan tidak
samapai menjadi abu)
3) Tempurung yang sudah terbakar semua, drum di tutup mengunakan
karung goni basah dan dilengkapi dengan tutup drum
4) Setelah ditutup beberapa jam keringkan arang tempurung.
5) Arang tempurung yang sudah dikeringkan,haluskan dengan cara
penumbukan
6) Setelah dilakukan penumbukan,arang tempurung diayak untuk
mendapatkan partikel yang lebih halus
7) Campurkan larutan kanji, tanah liat,tepung sagu pada arang
tempurung yang telah diayak perlahan- lahan sambil di aduk agar
proses pengelaman merata.
8) Cetak arang tempurung kelapa mengunakan alat yang sudah di
sediakan
9) Briket yang telah jadi, di jemur sampai kering
10) Briket arang tempurung kelapa siap di gunakan

IV.2 Pengaruh Komposisi dan Jenis Perekat yang Berbeda Terhadap Nilai
Kalori
Pengujian Briket di lakukan setelah pembuatan briket sesuai komposisi
dan jenis perekat yang berbeda dimana pembuatan briket dilakukan sekitar 7 hari
dengan proses pengumpulan sampel, pembakaran, penumbukan, pengayakan,
pencetakan briket dan pengeringan briket. Setelah semua selesai hasil pengeringan
di lakukan pengujian lab dan di peroleh hasil sebagai berikut .
41

Tabel IV. 1
Hasil Uji Nilai Kalori
No Arang (%) Perekat(%) Jenis perekat Nilai kalori
( cal/ gr)
1 90 (%) 10 (%) Tepung kanji 6370
2 85 (%) 15 (%) Tepung kanji 6476
3 80 (%) 20 (%) Tepung kanji 6299
4 90 (%) 10 (%) Tanah liat 5805
5 85 (%) 15 (%) Tanah liat 5610
6 80 (%) 20 (%) Tanah liat 5414
7 85 (%) 15 (%) Tepung sagu 6289
8 90 (%) 10 (%) Tepung sagu 6310
9 80 (%) 20 (%) Tepung sagu 6100
Sumber : Hasil Uji Lapangan

7000

6000

5000

4000

3000

2000

1000

0
Tepung Tepung Tepung Tanah Tanah Tanah Tepung Tepung Tepung
Kanji 10 Kanji 15 Kanji 20 Liat10 Liat 15 Liat 20 Sagu 10 Sagu 15 Sagu 20

Gambar IV.1 Nilai Kalori terhadap Jenis Perekat

Pada grafik, nilai kalori briket tempurung kelapa yang di hasilkan rata-
rata berkualitas baik diatas batas minimal kadar kalori yang ditetapkan oleh SNI
01-6235-2000 yaitu 5000 cal/gr. Nilai kalori untuk sampel dengan pencampuran
42

10% perekat tepung kanji yaitu 6370 cal/gr, untuk sampel dengan pencampuran
15% perekat tepung kanji didapatkan nilai kalori yang lebih tinggi yaitu ±6476
cal/gr, sedangkan untuk sampel dengan pencampuran perekat kanji 20%
didapatkan nilai kalori ±6299 cal/gr. Untuk briket dengan perekat tanah liat dapat
dilihat pada grafik, sampel dengan pencampuran 10% perekat tanah liat bernilai
kalori ±5805cal/gr, sampel dengan pencampuran 15% dan 20% perekat tanah liat
bernilai masing-masingnya ±5610cal/gr. dan ±5414 cal/gr. Untuk sampel briket
dengan perekat tepung sagu didapatkan nilai masing-masingnya untuk
pencampuran perekat 10% didapatkan nilai kalori diatas batas minimal yang di
tetapkan SNI 01-6235-2000 yang berarti kualitas briket dengan pencampuran sagu
20% ini kurang baik, pencampuran perekat sagu 15% dan 85% yaitu ±6289 cal/gr
dan pencampuran perekat sagu 10% dan 90% yaitu ±6310 cal/gr. Dari grafik
dapat disimpulkan bahwa nilai kalori yang paling di pengaruhi jenis dan
parsentasi perekat dapat di lihat pada perekat kanji dan perekat tepung sagu
nilai kalori yg di hasilkan paling tinggi pada parsentasi perekat 15% . dan dengan
jenis perekat tanah liat nilaikalori paling tinggi di dapat kan pada parsensi 10%.
dari sembilan sampel di dapatkan nilai kalori paling tinggi pada perekat kanji
dengan paesentasi 15%. di mana parsentasi perekat mempengaruhi nilai kalori.
Dan pada perekat tanah liat didapatkan semakin sedikit parsentasi perekat maka
nilai kalori yang di hasilkan semakin tinggi .

IV.2.2 Pengaruh Komposisi dan Jenis Perekat yang Berbeda Terhadap


Kadar Air

Pada pengujian kadar air terdapat pengruh terhadap komposisi dan jenis
perekat yang mana hasil pengujian briket tempurung berdasarkan kadar air dapat
di lihat tabel IV. 2 berikut :
43

Tabel IV.2
Hasil Uji Kadar Air
No Arang (%) Perekat(%) Jenis perekat Kadar air %
1 90 (%) 10 (%) Tepung kanji 6,25
2 85 (%) 15 (%) Tepung kanji 2,33
3 80 (%) 20 (%) Tepung kanji 3,70
4 90(%) 10 (%) Tanah liat 0,88
5 85 (%) 15 (%) Tanah liat 3,23
6 80 (%) 25 (%) Tanah liat 1,50
7 90 (%) 10 (%) Tepung sagu 4,30
8 85 (%) 15 (%) Tepung sagu 1,84
9 80 (%) 20 (%) Tepung sagu 1,21
Sumber : Hasil Uji Lapangan

9
8
7
6
5
4
3 kadar air (%)
2 SNI MAKSIMAL
1
0

Gambar IV.2 Pengaruh Kadar Air Briket Tempurung Kelapa

Dari hasil pengukuran kadar air briket tempurung kelapa untuk sampel
dengan pencampuran 10% 15% dan 20% perekat tepung kanji di dapatkan
masing-masingnya ±6,2%, ±2,2% dan 0. Menurut SNI 01-6235-2000 kadar air
maksimal untuk briket tempurung kelapa adalah 8%. Untuk sampel briket dengan
pencampuran perekat tanah liat 10% didapatkan kadar air sebanyak ±0,9% , untuk
44

sampel dengan pencampuran perekat tanah liat sebanyak 15% dan 20% masing-
masingnya adalah 0% dan 1,5%. Sedangkan untuk sampel dengan perekat tepung
sagu didapatkan kadar air masing-masingnya ±4,2% ±1,8% ±1,2% untuk
pencampuran 10%, 15%, 20%. Dari grafik untuk kadar air yang paling tinggi
didapatkan dari pencampuran 10% kanji dan 90% arang. Dari grafik di atas dapat
dilihat kadar air tebaik di dapatkan pada perekat tanah liat dengan 10 % , karna
kadar air yang di hasilkan adalah paling kecil.

IV.2.3 Pengaruh Komposisi dan Jenis Perekat yang Berbeda Terhadap


Kadar Abu

Hasil pengujian briket tempurung berdasarkan kadar abu dapat di lihat tabel IV. 3
berikut :

Tabel IV. 3
Hasil Uji Kadar Abu
No Arang (%) Perekat(%) Jenis perekat Kadar abu %
1 90 (%) 10 (%) Tepung kanji 0,1
2 85 (%) 15 (%) Tepung kanji 0
3 80 (%) 20 (%) Tepung kanji 0,1
4 90(%) 10 (%) Tanah liat 3
5 85 (%) 15 (%) Tanah liat 2,3
6 80 (%) 25 (%) Tanah liat 2
7 90 (%) 10 (%) Tepung sagu 0,1
8 85 (%) 15 (%) Tepung sagu 0
9 80 (%) 20 (%) Tepung sagu 0,2
Sumber : Hasil Uji Lapangan
45

9
8
7
6
5
4
3 kadar abu
2 sni maksimal
1
0

Gambar IV.3 Pengaruh Kadar Abu Briket Tempurung Kelapa

Dari hasil pengujian kadar abu pada briket yang dihasilkan yaitu untuk
sampel briket dengan perekat tepung kanji (kanji 10% dan arang 90%) didapatkan
kadar abu sebanyak 0,1% , dan untuk sampel dengan pencampuran (kanji
15%,20% dan arang 85%,80%) didapatkan kadar abu masing-masingnya
sebanyak 0 dan 0,1%. Untuk sampel briket dengan perekat tanah liat didapatkan
kadar abu masing-masingnya (tanah liat 10% dengan arang 90%) sebanyak 2%,
(tanah liat 15% dengan arang 85%) sebanyak 0%, (tanah liat 20% dengan arang
80%) sebanyak 0,1%. Dari hasil pengujian yang dilakukan dapat disimpulkan
bahwa dalam penelitian ini briket yang dihasilkan memeiliki kadar abu yang
cukup rendah yaitu di bawah 2%, kadar abu tertinggi yang didaptkan adalah 3%
dan tidak melebihi kadar abu maksimal untuk briket tempurung kelapa menurut
SNI 01-6235-2000 yaitu 8%. Dari sembilan sampel yang di daptkan jenis perekat
dan parsentasi perekat yg baik untuk briket arang dengan menggunakan perekat
tepung kanji dan tepung sagu dengan parsentasi (15%, arang 85%,) karna tidak
mengahsilkan abu, bagus di gunakan untuk perekat briket arang.
Dari grafik di atas dapat di simpulkan untuk nilai kalori dan kadar abu
terbaik pada jenis perekat kanji dengan parsentasi perekat 15%,, tapi kadar air
lebih rendah dari tanah liat 10% , namun kadar abu yang didapatkan untuk tanah
46

liat paling tinggi, kanji dengan perekat parsentasi 15% adalah perekat yang baik
dan mengahsilkan karoli yg tinggi .
BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari penjelasan pada bab – bab sebelumnya dapat dibuatkan
kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan dari hasil uji nilai kalori, komposisi dan jenis perekat
berpengaruh terhadap hasil nilai kalori. Yang mana komposisi dan jenis
perekat yang baik adalah arang 85 % dan tepung kanji sebagai perekat
dengan persentase 15% dengan hasil nilai kalori sebesar 6476 cal/gr.
2. Berdasarkan dari hasil uji kadar air, komposisi dan jenis perekat
berpengaruh terhadap hasil kadar air. Yang mana komposisi dan jenis
perekat yang baik adalah arang 90 % dan tanah liat sebagai perekat
dengan persentase 10% dengan hasil kadar air sebesar 0,88 %.
3. Berdasarkan dari hasil uji kadar abu, komposisi dan jenis perekat
berpengaruh terhadap hasil kadar abu. Yang mana komposisi dan jenis
perekat yang baik adalah arang 85 % dan tepung kanji sebagai perekat
dengan persentase 15% dan jenis perekat tepung sagu dengan persentase
yang sama, dengan hasil kadar abu sebesar 0%.

V.2 Saran

1. Agar dapat memanfaatkan limbah tempurung kepala di kabupaten pesisir


selatan sebagai alternatif bahan bakar sehingga dapat mengurangi
timbulan sampah.

2. Di harapkan dimasa yang akan datang penelitian ini dapat dilanjutkan lagi
oleh mahasiswa yang lain tentang perhitungan nilai ekonomis dari briket
tempurung kepala.

47
DAFTAR PUSTAKA

Riko Ervil dkk. “Metode Penulisan Skripsi”, Sekolah Tinggi Teknologi Industri
Padang, 2016.

Miman,firmansyah”.Macam-macam dan jenis kelapa”.diaksespada 12 februari


2018.firman.blogspot.com

Peraturan pemerintah nomor 81 tahun 2012 tentang “Pengolaan Sampah Rumah


Tangga Dan Sejenis Sampah Rumah Tangga” . diakses 12 februari 2018

Sudding dan jamaludin.”Pengaruh Jumlah Perekat Kanji Terhadap Lama Briket


Terbakar Menjadi Abu”.2015. jurnal Teknik chemica Universitas negri makasar.

Hemiwan silvia henny dkk,” Pengaruh Jenis Perekat Pada Briket Dari Kulit
Buah Bintaro Terhadap Waktu Bakar”.2016. jurnal pengembangan sumber daya
alam indonesia.teknik kimia,fti,upn”veteran”yogyakarta.

Maryon, Sudding dan rahmawati.”Pembuatan Dan Analisis Mutu Briket Arang


Tempurung Kelapa Di Tinjau Dari Kadar Kanji”.2013.Jurnal Teknik chemica.
Universitas negri makasar

Sukandar Rumidi,”Rekayasa Gambuk,Briket Batubara, Dan Sampah


Organic”,2009 gajamada university press.
LEMBARAN KONSULTASI

Nama : Yola Alfianolita


NPM : 1410024428017
Program Studi : Teknik Lingkungan
Judul Skripsi : Perbandingan Variasi Perekat Pada Pembuatan Briket
Tempurung Kelapa (Studi Khasus : Kecamatan Sutera
Kabupaten Pesisisr Sekatan)

No Tanggal Saran / Perbaikan Paraf


10 februari 2018 1. Meperbaiki Latar Belakang
1 2. Meperbaiki Huruf Kapital
3. Memperbaiki Tujuan
Peneitian
2 19 februari 2018 1. Tambahkan Daftar Pustaka
2. Tambahkan Ladasan Teori
3. Memperbaiki Kerangka
Konseptual
3 28 Februari 2018 1. Memperbaiki Gambar
2. Memperbaiki Tabel Bab II
4 12 April 2018 1. Meperbaiki Metodelogi
Penelitan
2. Memperbaiki Kerangka
Metodologi
5 April 2018 1. Acc Seminar Proposal

6 16 Mei 2018 1. Pengambilan Sampel Dan


Persiapan Penelitian
2. Perbaikan Bab II
3. Pembuat Briket

7 16 Juni 2018 1. Memperbaiki Spasi Pada


Cover
2. Mempebaikan Spasi Pada
Daftar Pustaka
3. Mem Perbaiki Tabel Pada
Bab Iv
4. Memperbaiki Grafik Pada
Bab Iv
8 3 Agustus 2018 1. ACC Kompresif
9 16 Okrober 2018 1. Memperbaiki Abstrak

10 24 Okrober 2018 1. ACC jilid

Padang ..................................2018

Pembimbing I

YAUMAL ARBI .MT


NIDN. 1007058407
LEMBARAN KONSULTASI

Nama : Yola Alfianolita


NPM : 1410024428017
Program Studi : Teknik Lingkungan
Judul Skripsi : Perbandingan Variasi Perekat Pada Pembuatan Briket
Tempurung Kelapa (Studi Khasus : Kecamatan Sutera
Kabupaten Pesisisr Sekatan)

No Tanggal Saran / Perbaikan Paraf


14 februari 2018 1. Memperbaiki Kata
1 Pengantar
2. Meperbaiki Latar
Belakang
3. Meperbaiki Huruf Kapital
4. Memperbaiki Tujuan
Peneitian
5. Memperbaiki Kata
Pengantar
2 22 februari 2018 1. Tambahkan Daftar Pustaka
2. Tambahkan Ladasan Teori
3. Memperbaiki Spasi Pada
Bab I
4. Memperbaiki Kerangka
Konseptual
3 28 Februari 2018 1. Memperbaiki Gambar
2. Memperbaiki Tabel Bab II
3. Memperbaiki Spasi Pada
Tabel Bab II
4 14 April 2018 1. Meperbaiki Metodelogi
Penelitan
2. Memperbaiki Kerangka
Metodologi
3. Meperbaiki Spasi
5 April 2018 1. ACC seminar proposal
6 18 Mei 2018 1. Pengambilan Sampel Dan
Persiapan Penelitian
2. Perbaikan Bab II
3. Pembuat Briket
7 13 Juni 2018 1. Memperbaikan Spasi Pada
Cover
2. Mempebaikan Spasi Pada
Daftar Pustaka
3. Mem Perbaiki Tabel Pada
Bab IV
4. Memperbaiki Grafik Pada
Bab IV
8 3 Agustus 2018 1. ACC kompresif

9 10 Okrober 2018 1. Perbaiki Grafik


2. Tambahkan Daftar Pustaka
Memperbaiki Abstrak
10 24 Okrober 2018 1. ACC Jilid

Padang ..................................2018

Pembimbing II

SRI YANTI LISHA, ST.M.Si


NIDN. 1028017902
lampiran 1 perhitungan kadar air
1. Sampel 1

2. Sampel 2

3. Sampel 3

4. Sampel 4

5. Sampel 5

6. Sampel 6

7. Sampel 7

8. Sampel 8
9. Sampel
lampiran 2 perhitungan kadar abu

1. 0,1

2. 0

3. 0,1

4. 3

5. 2,.3

6. 2

7. 0,1

8.

9. 0,2
YAYASAN MUHAMMAD YAMIN
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
Jln. Prof Dr. Hamka No. 121 Tabing Padang Telp (0751) 7054350 Fax (0751) 443000
Email : info@sttind.ac.id, pertambangan@sttind.ac.id, http://sttind.ac.id

PENGUJIAN KADAR AIR BIOBRIKET

LABORATORIUM STTIND PADANG

NAMA: YOLA ALFIANOLITA

HARI : RABU 18 JULI 2018

Kadar
NO Ket Pengikat % No.Sampel W1(gram) W2(gram) W3(gram)
Air%
1 Tepung Kanji 10 1 13,9 24,1 23,5 6,25
2 Tepung Kanji 15 2 14,1 31,7 31,3 2,33
3 Tepung Kanji 20 3 14,1 28,1 27,6 3,70
4 Tanah Liat 10 4 14 36,8 36,6 0,88
5 Tanah Liat 15 5 13,9 26,7 26,3 3,23
6 Tanah Liat 20 6 14 34,3 34 1,50
7 Tepung Sagu 10 7 13,8 23,5 23,1 4,30
8 Tepung Sagu 15 8 13,9 30,5 30,2 1,84
9 Tepung Sagu 20 9 14,1 30,8 30,6 1,21

Padang, Juli 2018

Penanggung Jawab Labor

(REFKY ADI NATA, MT)


Lampiran 3
Lampiran 4 dokumentasi

Penimbangan sampel

Penimbangan sampel
Proses Penimbangan Perekat

Proses Pembutanperekat
Proses pengeringan sampel

proses penimbangan sampel


Briket arang

pengukuran kadar abu


Timbangan analitik

arang tempurung kelapa


Pengecekan sampel

Limbah tempurung kelapa


Perekat tana liat

Pengukuran kadar abu


Furnes

mesin penghalus sampel


Tanur
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : YOLA ALFIANOLITA

NPM : 14100224428017

Program Studi : Teknik Lingkungan

Dengan ini menyatakan bahwa tugas akir yang saya susun dengan judul:

“ PERBANDINGAN VARIASI PEREKAT PADA PEMBUATAN BRIKET

TEMPURUNG KELAPA (STUDI KHASUS: KCAMATAN SUTERA

KABUPATEN PESISIR SELATAN)”

Adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan plagiat

skripsi orang lain. Apabila kemudian dari pernyataan saya tidak benar, maka saya

bersedia menerima sanksi akademis yang berlaku (dicabut predikat kelulusan dan

gelar kesarjanaannya).

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, untuk dapat

digunakan sebagaimana mestinya.

Padang, November2018

Pembuat Pernyataan

(Yola Alfianolita)
BIODATA WISUDAWATI

No. Urut :
Nama : Yola Alfianolita
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tgl : Alai
Lahir 24 Februari1995
Nomor Pokok : 1410024428017
Masiswa
Program Studi : Teknik Lingkungan
Tanggal Lulus : 4 Agustus 2018
IPK : 3,41
Predikat Lulus : Dengan Pujian
Judul Skripsi : Perbandingan Variasi Perekat Pada
Pembuatan Briket Tempurung Kelapa
(Studi Khasus: Kecamatan Sutra
Kabupaten Pesisir Selatan)

Dosen : 1. Yaumal Arbi, MT.


Pembimbing 2. Sri Yanti Lisha, ST. M.Si.
Asal SMTA : SMA 1 Sutra
Nama Orang Tua : Despendri
Gusnidar
Alamat / Telp / : Alai Kecamatan Sutra Kabupaten
HP Pesisir Selatan /081267226883

You might also like