Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

PENGARUH PELAYANAN ASUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT TERHADAP

STATUS KESEHATAN GIGI DAN MULUT SISWA SD DI WILAYAH KERJA


PUSKESMAS I DENPASAR SELATAN TAHUN 2011

Ni Made Sirat
Dosen Jurusan Keperawatan Gigi

Abstract. Oral and dental diseases are commerly founds as a community diseases which
are found in both children and adults since they affect deciduous as well as permanent
teeth. Oral Health constitutes an integral part of health in general with important aspects
in relation with the mastication, speech and esthetic functions. The objective of this
research is to identify the impact of dental and oral health counseling service towards
dental and oral health of elementary school students in the working area of community
health center in south Denpasar in 2011.The design of this research is observational, cross
sectional study. The sample are 128 persons, and in determining the samples the
systematic random sampling was conducted. The result of this research shows that the
counseling service has an impact to the OHI-S status with OR score of 9.930 and there is
an impact between the counseling service and DMF-T status (p=0.000) with OR score of
5.942. Based on Chi Square test, it is found that the X2 value is X2 = 1.312 with p is at
0.252 bigger that a=5% (0.252>0.05). This shows that there is no impact between the
knowledge of dental and oral health and OHI-S status of the students. There is no impact
between the attitude and OHI-S status (p=0.120) and there is no impact between the
attitude and the DMF-T status (p=0.209). There is an impact between the behavior and the
DMF-T status of the elementary school students in the working area of Puskesmas in South
Denpasar (p=0.001) with OR score of 5.800. The conclusion of this research is that in
addition to the counseling service program, the behavior of the students also plays a
significant role in the improvement of the dental and oral health of the elementary school
students. It is suggested that dental health personnel in their dental and oral counseling
service include not only the students and teachers but also the parents of the students as
the persons who are closest to the students. In addition to that, the activities emphasize
more on the promotional and preventive activities so that it can improve the level of the
dental and oral health in order to prevent new carries.

Key words : counseling service, dental and oral health status

Pendahuluan Karies adalah suatu penyakit


jaringan keras gigi yaitu email, dentin dan
Gigi merupakan bagian dari alat cementum yang disebabkan oleh aktivitas
pengunyahan pada sistem pencernaan jazad renik terhadap suatu jenis karbohidrat
dalam tubuh manusia, sehingga secara tidak yang dapat diragikan. Tandanya adalah
langsung berperan dalam status kesehatan adanya demineralisasi jaringan keras gigi
perorangan. Penyakit gigi yang sering yang kemudian diikuti oleh kerusakan
diderita oleh hampir semua penduduk bahan organiknya1. Karies merupakan
Indonesia adalah karies gigi. Karies gigi proses demineralisasi yang disebabkan oleh
merupakan penyakit yang sering ditemukan suatu interaksi antara (produk-produk)
pada setiap strata sosial masyarakat seperti: mikroorganisme, ludah, bagian-
Indonesia baik pada kaum laki-laki maupun bagian yang berasal dari makanan dan
kaum perempuan serta anak-anak dan email2.
dewasa. Pengetahuan, sikap, dan perilaku
siswa sekolah dasar tentang pencegahan

Jurnal Kesehatan Gigi Vol. 3 No. 2 (Agustus 2015) 92


penyakit gigi dan mulut pada umumnya terhadap stimuli sosial yang terkondisikan6.
masih kurang. Menurut pengertian dasar, Sikap juga dikatakan sebagai suatu respons
perilaku masyarakat bisa dijelaskan evaluatif, respons ini akan timbul apabila
merupakan suatu respon seseorang individu dihadapkan pada suatu stimulus
(organisme) terhadap stimulus atau yang menghendaki adanya reaksi
rangsangan yang berkaitan dengan sakit individual.
dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, Menurut Skinner (dalam
makanan serta lingkungan. Respon atau Notoatmodjo, 2003, perilaku kesehatan
reaksi manusia, baik bersifat pasif adalah suatu respon seseorang (organisme)
(pengetahuan, persepsi dan sikap), maupun terhadap stimulus atau objek yang bekaitan
bersifat aktif (tindakan yang nyata atau dengan sakit dan penyakit, sistem
practice)3. pelayanan kesehatan, makanan dan
Pengetahuan (knowledge) merupa- minuman, serta lingkungan7.
kan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah Menurut UU RI No. 36 tahun 2009
orang melakukan penginderaan terhadap tentang kesehatan, menjelaskan bahwa
suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut
melalui pancaindera, yakni indera adalah upaya kesehatan dengan pendekatan
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa pemeliharaan, peningkatan kesehatan
dan raba. Sebagian besar pengetahuan (promotif), pencegahan penyakit
manusia diperoleh melalui mata dan (preventif), pengobatan penyakit (kuratif)
telinga. Pengetahuan (cognitive) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif).
merupakan domain yang sangat penting Program ini dilaksanakan secara terencana,
dalam membentuk tindakan seseorang. menyeluruh, terpadu dan berkesinamb-
Pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi ungan, ditujukan pada kelompok tertentu
oleh berbagai faktor seperti: pengalaman, yang dapat diikuti dalam suatu kurun waktu
tingkat pendidikan, usia, frekuensi tertentu, untuk mencapai tujuan “kesehatan
penerimaan informasi yang dapat berupa gigi dan mulut yang optimal”8.
pelatihan-pelatihan, seminar, dan lain-lain4. Tujuan pelayanan asuhan kesehatan
Menurut Noor (dalam Herijulianti, gigi dan mulut adalah untuk meningkatkan
dkk., 2002, dengan meningkatkan mutu, cakupan, efisiensi pelayanan
pengetahuan seseorang dalam bidang kesehatan gigi dan mulut dalam rangka
kesehatan gigi dan mulut, maka akan tercapainya kemampuan pelihara diri di
diperoleh kesadaran masyarakat akan bidang kesehatan gigi dan mulut, serta
pentingnya upaya pemeliharaan kesehatan status kesehatan gigi dan mulut yang
gigi dan mulut5. Pengetahuan tersebut pula optimal.
akan mampu memperkenalkan kepada Upaya pelayanan asuhan ditujukan
masyarakat tentang penyakit-penyakit bagi anak usia sekolah dasar. Macam
dalam mulut, upaya penanggulangannya, kegiatan yang dilakukan mulai dari upaya
serta yang terpenting adalah mampu promotif, preventif dan kuratif sederhana.
menanamkan perilaku sehat sejak dini. Upaya promotif berupa penyuluhan
Sikap merupakan suatu konstrak kesehatan gigi untuk perorangan dan
multidimensional yang terdiri dari kognisi, kelompok yang dilakukan satu kali
afeksi, dan konasi. Menurut La Pierre seminggu, upaya preventif berupa sikat gigi
(dalam Azwar, 2003) sikap didefinisikan massal, kumur-kumur dengan larutan fluor,
sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau topikal aplikasi dengan mengulaskan
kesiapan antisipatif, predisposisi untuk larutan fluor pada permukaan gigi, fissure
menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau sealent serta upaya kuratif sederhana
secara sederhana, sikap adalah respons berupa penambalan gigi yang berlubang,

Jurnal Kesehatan Gigi Vol. 3 No. 2 (Agustus 2015) 93


pencabutan gigi susu yang sudah goyang 4, SD 7 dan SD 10 Sesetan. SD 13 dan SD
dan perawatan gigi yang sakit9. 4 Sesetan adalah SD yang mendapat
Tujuan dari penelitian ini adalah program Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi
untuk mengetahui status kesehatan gigi dan dan Mulut dari Poltekkes Denpasar Jurusan
mulut siswa SD pelayanan asuhan dan SD Kesehatan Gigi. Sedangkan SD 7 dan SD
yang tidak mendapat pelayanan asuhan 10 Sesetan merupakan SD UKGS yang
kesehatan gigi dan mulut di wilayah kerja tidak mendapat pelayanan asuhan kesehatan
Puskesmas I Denpasar Selatan. gigi dan mulut.

Metode Karakteristik Responden

Penelitian ini merupakan penelitian Responden adalah siswa kelas VI


observasional dengan rancangan cross SD yang mendapat program pelayanan
sectional study. Penelitian ini dilakukan asuhan kesehatan gigi dan mulut yaitu
pada 4 SD di wilayah kerja Puskesmas I sebanyak 64 orang, terdiri dari 20 orang
Denpasar Selatan pada bulan Agustus laki-laki (31,3%) dan 44 orang perempuan
sampai dengan bulan Oktober 2011. (68,7%), sedang responden pada SD UKGS
Kriteria pengambilan subyek penelitian jumlahnya sama yaitu sebanyak 64 orang,
yaitu siswa sekolah dasar yang bersedia terdiri dari 34 orang laki-laki (53,1%) dan
menjadi subyek penelitian umur 11-14 30 orang perempuan (46,9%). Umur
tahun. Jumlah sampel yang memenuhi responden antara 11-14 tahun, umur 11
criteria sebanyak 128 orang. Sampel tahun lebih banyak pada SD UKGS yaitu
diambil secara systematic random sampling sebesar 32,8%, umur 12 tahun paling
yaitu pengambilan sampel dilakukan secara banyak pada SD pelayanan asuhan yaitu
acak sistematis dari masing-masing SD sebanyak 67,1%. Berdasarkan hasil
yang ada di wilayah kerja Puskesmas I penelitian menunjukkan bahwa dari 128
Denpasar Selatan. Variabel penelitian responden, hanya sebesar 32,8% responden
terdiri dari variabel bebas yaitu pelayanan memiliki tingkat pengetahuan baik. Namun
asuhan kesehatan gigi dan mulut, responden pada SD pelayanan asuhan
pengetahuan, sikap dan perilaku, variabel memiliki tingkat pengetahuan tentang
terikat adalah status kesehatan gigi dan kesehatan gigi dan mulut dengan kategori
mulut. Data dikumpulkan dengan kuesioner baik sebesar 45,3% dan SD UKGS sebesar
dan wawancara terstruktur serta 20,3%. SD yang mendapat pelayanan
pemeriksaan langsung. asuhan memiliki tingkat pengetahuan lebih
baik dari SD UKGS.
Hasil penelitian
Tabel.1. Distribusi pengetahuan responden ber-
dasarkan SD pelayanan asuhan dan SD
Puskesmas I Denpasar Selatan UKGS di wilayah kerja Puskesmas I
berada di wilayah Kecamatan Denpasar Denpasar Selatan Tahun 2011
Selatan dengan luas wilayah kerja seluas
14,87 Km2, terdiri dari 3 wilayah kerja Variabel
Pengetahuan
yaitu Kelurahan Sesetan dengan luas Baik % Buruk %
wilayah 7,39 Km2, Kelurahan Panjer Pelayanan Asuhan 29 45,3 35 54,7
UKGS 13 20,3 51 79,7
dengan luas wilayah 3,59 Km2 dan Desa Total 42 32,8 86 67,2
Sidakarya dengan luas wilayah 3,89 Km2.
Di Kelurahan Sesetan terdapat 13 SD Hasil penelitian menunjukkan
negeri. SD yang menjadi sampel dalam bahwa, secara keseluruhan responden
penelitian ini ada 4 SD meliputi: SD 13, SD memiliki sikap yang baik terhadap

Jurnal Kesehatan Gigi Vol. 3 No. 2 (Agustus 2015) 94


pencegahan penyakit gigi dan mulut yaitu Tabel 4 Rata-rata DMF-T siswa SD Pelayanan
sebesar 46,9%. Namun responden pada Asuhan dan SD UKGS di wilayah kerja
Puskesmas I Denpasar Selatan Tahun
SD pelayanan asuhan memiliki sikap 2011
dengan kategori baik yaitu sebesar 59,4%
dan SD UKGS hanya sebesar 32,4%. Hal Status DMF-T Pelayanan UKGS
ini menunjukkan bahwa sikap responden asuhan
pada SD pelayanan asuhan lebih baik dari Decay 1,80 2,50
Missing 0,05 0,40
SD UKGS.
Filling 0,15 0,00
Tabel 2 Distribusi Sikap Responden pada SD DMF-T 2,00 2,90
Pelayanan Asuhan UKGS di wilayah
kerja Puskesmas I Denpasar Selatan Rata-rata indeks OHI-S responden pada SD
Tahun 2011 pelayanan asuhan adalah 0,99 termasuk
kategori baik (0,0 -1,2) lebih baik dari SD
Sikap UKGS yaitu 3,22 termasuk kategori buruk
Variabel
Baik Buruk (3,1 – 6,0).
F % F %
Pelayanan Asuhan 38 59,4 26 40,6
Tabel 5 Rata-rata OHI-S Siswa SD Pelayanan
UKGS 22 32,4 42 65,6
Asuhan dan SD UKGS di Wilayah
Total 60 46,9 68 53,1
Kerja Puskesmas I Denpasar Selatan
Tahun 2011
Hasil penelitian menunjukkan Status OHI-S Pelayanan UKGS
bahwa, secara keseluruhan responden asuhan
pada SD di wilayah kerja Puskesmas I Debris 0,70 2,00
Denpasar Selatan mempunyai perilaku baik Calculus 0,29 1,22
terhadap kesehatan gigi dan mulut yaitu OHI-S 0,99 3,22
sebesar 40,6% sedang responden pada SD
pelayanan asuhan mempunyai perilaku Pengaruh Pelayanan Asuhan Kesehatan
kesehatan gigi dan mulut lebih baik yaitu Gigi dan Mulut, Pengetahuan, Sikap dan
sebesar 57,8%. Perilaku terhadap Status Kesehatan
Gigi dan Mulut Siswa SD di wilayah
Tabel 3 Distribusi Perilaku Responden pada SD Kerja Puskesmas I Denpasar Selatan
Pelayanan Asuhan dan SD UKGS di Tahun 2011
wilayah kerja Puskesmas I Denpasar
Selatan Tahun 2011 Berdasarkan hasil uji statistik
Perilaku
menunjukkan bahwa, variabel pelayanan
Variabel asuhan dengan nilai DMF-T diperoleh nilai
Baik Buruk
F % F % X2=14,458 dengan p=0,000. Hal ini
Pelayanan Asuhan 37 57,8 27 42,2 menunjukkan ada pengaruh antara
UKGS 15 23,4 49 76,6 pelayanan asuhan dengan status DMF-T
Total 52 40,6 76 59,4 siswa. Nilai OR sebesar 5,942 berarti siswa
SD pelayanan asuhan kemungkinan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata- mempunyai nilai DMF-T baik 5,942 kali
rata DMF-T pada SD UKGS adalah 2,90, dibandingkan dengan siswa SD UKGS.
lebih tinggi dari SD pelayanan asuhan yaitu Pelayanan asuhan dengan indeks OHI-S
2,0. Rata-rata decay (karies) adalah 4,30 menunjukkan adanya pengaruh dengan nilai
lebih tinggi dari missing dan filling. Rata- p=0,000 lebih kecil dari α=5%
rata filling (0,15) sangat kecil bahkan tidak (0,000<0,05). Dengan nilai OR = 9,930
ada sama sekali pada SD UKGS yang yang berarti siswa SD pelayanan asuhan
berarti tidak ada gigi yang ditambal. kemungkinan mempunyai nilai OHI-S baik

Jurnal Kesehatan Gigi Vol. 3 No. 2 (Agustus 2015) 95


9,930 kali dibandingkan dengan siswa SD Tabel 6 Distribusi Pelayanan Asuhan, Pengetahuan,Sikap
serta Perilaku terhadap Status Kesehatan Gigi
UKGS. dan Mulut Siswa SD di wilayah kerja Puskesmas
Pengetahuan dengan DMF-T I Denpasar Selatan Tahun 2011
2 DMF-T OHI-S
diperoleh nilai X =1,282 dengan p = 0,258 Variabel
Baik Buruk Baik Buruk
lebih besar dari α = 5% (0,258 > 0,05), f % f % f % f %
- Pelayanan 57 89,1 7 10,9 61 95,3 3 4,7
maka Ho diterima. Hal ini menunjukkan Asuhan
tidak ada pengaruh antara pengetahuan - UKGS 37 57,8 27 42,2 43 67,2 21 32,8
X2=14,458 p=0,000 X2=14,821 p=0,000 OR=9,930
dengan status DMF-T. Pengetahuan dengan OR=5,942
OHI-S diperoleh nilai X2 = 1,312 dengan Pengetahuan
- Baik 34 81,0 8 19,0 37 88,1 5 11,9
p= 0,252 lebih besar dari α = 5% (0,252 > - Buruk 60 69,8 26 30,2 67 77,9 19 22,1
0,05). Hal ini menunjukkan tidak ada X2=1,282 p=0,258 X2=1,312 p=0,252
Sikap :
pengaruh antara pengetahuan tentang -Baik 45 75 15 25 52 86,7 5 11,9
-Buruk 49 72,1 19 27,9 52 76,5 19 22,1
kesehatan gigi dan mulut dengan status X2=0,031 p=0,861 X2=1,557 p=0,212
OHI-S siswa. Perilaku :
-Baik 47 90,06 5 9,6 50 96,2 2 3,8
Sikap dengan DMF-T diperoleh -Buruk 47
2
61,8 29 38,2 54
2
71,1 22 28,9

nilai X2 = 0,031 dengan p= 0,861 lebih X =11,473 p=0,001


OR=5,800
X =11,175 p=0,001
OR=10,185
besar dari α = 5% (0,861 > 0,05), maka Ho
diterima. Hal ini menunjukkan tidak ada Berdasarkan hasil analisis regresi
pengaruh antara sikap dengan status DMF- logistik ganda menunjukkan bahwa variabel
T. Sikap dengan OHI-S diperoleh nilai X2 = pelayanan asuhan memberikan pengaruh
1,557 dengan p=0,212 lebih besar dari α = secara signifikan sebesar (p = 0,003),
5% (0,212 > 0,05). Hal ini menunjukkan dengan risk ratio (RR) 4,262 yang berarti
tidak ada pengaruh antara sikap dengan bahwa siswa SD yang mendapat pelayanan
status OHI-S siswa. asuhan memiliki risiko DMF-T baik 4,262
Perilaku dengan status DMF-T kali lebih besar dibandingkan dengan SD
diperoleh nilai X2 = 11,473 dengan p UKGS.
=0,001 lebih kecil dari α = 5% (0,001 <
0,05), maka Ho ditolak. Hal ini Tabel 7 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda
menunjukkan ada hubungan antara perilaku antara Pelayanan Asuhan dan Perilaku
dengan status DMF-T siswa. Dengan nilai dengan DMF-T siswa SD di wilayah
kerja Puskesmas I Denpasar Selatan
OR sebesar 5,800 berarti siswa SD yang Tahun 2011
mempunyai perilaku baik kemungkinan
mempunyai nilai DMF-T baik 5,800 kali
Variabel BE S.E Wald df Sig. Exp(B)
dibandingkan dengan siswa SD yang
Pelayanan
mempunyai perilaku buruk. Asuhan 1.450 0.493 8.636 1 0.003 4.262
Untuk perilaku dengan status OHI-S
diperoleh nilai X2 = 11,175 dengan p= Perilaku 1.350 0.551 6.091 1 0.014 3.893

0,001 lebih kecil dari α = 5% (0,001 < Constan 0.039 0.276 0.019 1 0.889 1.039
0,05), maka Ho ditolak. Hal ini
menunjukkan ada pengaruh antara perilaku
dengan status OHI-S siswa. Dengan nilai Hasil analisis regresi logistik ganda
OR sebesar 10,185 berarti siswa SD yang menunjukkan bahwa variabel yang paling
mempunyai perilaku baik kemungkinan dominan memberikan pengaruh secara
mempunyai nilai OHI-S baik 10,185 kali signifikan terhadap status OHI-S siswa SD
dibandingkan dengan siswa SD yang di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar
mempunyai perilaku buruk. Selatan Tahun 2011 adalah variabel
pelayanan asuhan sebesar (p = 0,004).
Dengan risk ratio (RR) 6,726 artinya bahwa
siswa SD yang mendapat pelayanan asuhan

Jurnal Kesehatan Gigi Vol. 3 No. 2 (Agustus 2015) 96


memiliki risiko OHI-S baik 6,726 kali lebih responden hanya sebesar 32,8% responden
besar dibandingkan dengan siswa SD yang memiliki tingkat pengetahuan baik.
tidak mendapat pelayanan asuhan. Responden pada SD pelayanan asuhan
memiliki tingkat pengetahuan tentang
Tabel 8 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara kesehatan gigi dan mulut dengan kategori
Pelayanan Asuhan dan Perilaku dengan
OHI-S siswa SD di wilayah kerja Puskesmas baik sebesar 45,3% dan SD UKGS sebesar
I Denpasar Selatan Tahun 2011 20,3%. Hal ini kemungkinan disebabkan
oleh karena SD pelayanan asuhan mendapat
Variabel BE E.E Wald df Sig. Exp
(B) penyuluhan tentang kesehatan gigi dan
Pelayanan 1.906 0.666 8.182 1 0.004 6.726 mulut secara rutin setiap 2 minggu sekali
Asuhan
Perilaku 1.843 0.787 5.477 1 0.019 6.313 dari Poltekkes Denpasar Jurusan Kesehatan
Constan 0.403 0.288 2.012 1 0.156 1.504 Gigi. Waktu penyuluhan frekuensinya lebih
banyak dan diberikan selama kurang lebih
Pembahasan 15-20 menit. Materi penyuluhan berupa
cara pemeliharaan serta pencegahan
Status kesehatan gigi dan mulut terhadap penyakit gigi dan mulut dengan
siswa SD di wilayah kerja Puskesmas I metode ceramah, tanya jawab dan
Denpasar Selatan dapat dilihat dari status demonstrasi. Sedang SD UKGS mendapat
DMF-T dan OHI-S. Status kesehatan gigi penyuluhan hanya 1 bulan sekali, sehingga
dan mulut siswa sekolah dasar yang kemungkinan tidak semua kelas dapat
mendapat pelayanan asuhan dengan rata- diberikan penyuluhan serta dengan
rata DMF-T 2,0 dan SD UKGS dengan frekuensi penyuluhan yang kurang tersebut
rata-rata DMF-T 2,90. Bila dibandingkan tidak semua pokok bahasan dapat
dengan data Riset Kesehatan Dasar disampaikan.
Provinsi Bali tahun 2007 rerata DMF-T Pengetahuan tidak memberikan pengaruh
0,91, menunjukkan bahwa DMF-T siswa secara signifikan terhadap status DMF-T
sekolah dasar di wilayah kerja Puskesmas I dan status OHI-S siswa, karena seseorang
Denpasar Selatan lebih tinggi (Depkes RI., yang berpengetahuan tinggi belum cukup
2008). Rata-rata OHI-S pada siswa untuk mempengaruhi status kesehatan gigi
pelayanan asuhan adalah 0,99, angka ini dan mulut menjadi rendah apabila
termasuk kategori baik (0,0-1,2) dan SD pengetahuan tersebut belum diterapkan
UKGS 3,22 termasuk kategori buruk (3,1- dalam perilaku sehari-hari. Diperlukan
6,0) dalam kriteria tingkat kebersihan upaya-upaya untuk memotivasi siswa agar
mulut10. pengetahuan kesehatan gigi dan mulut yang
Hasil penelitian ini sejalan dengan dimilikinya dapat diwujudkan dalam
penelitian yang dilakukan oleh Warni perilaku kesehatan giginya sehari-hari.
(2009)11 terhadap siswa SD di wilayah Berdasarkan hasil penelitian
Kecamatan Delitua Kabupaten Deli menunjukkan bahwa, responden memiliki
Serdang menunjukkan bahwa status sikap yang baik terhadap pencegahan
kesehatan gigi dan mulut siswa baik, dilihat penyakit gigi dan mulut sebesar 46,9%.
dari tidak adanya karies gigi yang tinggi Namun siswa SD pelayanan asuhan
(0%). Hal ini berarti bahwa dominan memiliki sikap yang baik sebesar 59,4%
responden memiliki status kesehatan gigi dan SD UKGS hanya sebesar 32,4%.
dan mulut yang baik. Sebagian besar responden memiliki sikap
Hasil penelitian terhadap setuju sikat gigi yang baik mempunyai
pengetahuan siswa SD di wilayah kerja kepala sikat yang kecil yaitu sebesar
Puskesmas I Denpasar Selatan 79,7%, selanjutnya 63,3% responden
menunjukkan bahwa dari keseluruhan memiliki sikap setuju pasta gigi berfluoride

Jurnal Kesehatan Gigi Vol. 3 No. 2 (Agustus 2015) 97


dapat mencegah terjadinya gigi berlubang. menyikat gigi. Selanjutnya responden
Namun hanya sebagian kecil responden mengetahui cara menyimpan sikat gigi
memiliki sikap setuju untuk memeriksakan hanya sebesar 38,3% dan memeriksakan
gigi paling lambat setiap enam bulan sekali kesehatan gigi sebesar 41,4%. Hasil analisis
yaitu sebesar 7,8%. Sikap tidak bivariat menunjukkan perilaku memberikan
memberikan pengaruh yang signifikan pengaruh yang signifikan sebesar p =
dengan p=0,209 terhadap status DMF-T, 0,001 terhadap status DMF-T, dengan nilai
dan antara sikap dengan status OHI-S tidak OR sebesar 5,8 berarti siswa SD yang
memberikan pengaruh yang signifikan mempunyai perilaku baik kemungkinan
(p=0,120). mempunyai nilai DMF-T baik 5,8 kali
Penyuluhan tentang pencegahan dibandingkan dengan siswa yang
terhadap penyakit gigi dan mulut perlu mempunyai perilaku buruk. Sedangkan
ditingkatkan lagi baik dari materi maupun antara perilaku dengan status OHI-S
frekuensi penyuluhan, dengan tujuan agar memberikan pengaruh sebesar (p = 0,001),
siswa sekolah dasar mempunyai sikap dengan nilai OR sebesar 10,2 berarti siswa
positif terhadap kesehatan gigi dan mulut. SD yang mempunyai perilaku baik
Sikap merupakan reaksi atau respon kemungkinan mempunyai nilai OHI-S baik
seseorang yang masih tertutup terhadap 10,2 kali dibandingkan dengan siswa SD
suatu stimulus atau objek. Sikap tidak yang mempunyai perilaku buruk.
langsung dilihat tetapi hanya dapat Perilaku adalah realisasi dari
ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku pengetahuan dan sikap menjadi suatu
yang tertutup. Sikap secara nyata tindakan nyata. Perilaku juga merupakan
menunjukkan konotasi adanya kesesuaian respon seseorang terhadap stimulus dalam
reaksi terhadap stimulus tertentu yang bentuk nyata atau terbuka. Respon terhadap
dalam kehidupan sehari-hari adalah reaksi stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk
yang bersifat emosional terhadap stimulus tindakan atau praktek yang dengan mudah
sosial. dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
Tidak ada jaminan bahwa sikap Secara aplikatif terdapat hal yang
akan benar-benar ditampakkan dalam berbanding terbalik antara perilaku
bentuk perilaku yang sesuai. Meskipun terhadap status kesehatan gigi dan mulut.
siswa memiliki pengetahuan yang baik Semakin baik perilaku seseorang maka
terhadap kesehatan gigi, tetapi belum tentu semakin tinggi tingkat kebersihan giginya
mereka memiliki perilaku yang baik dan semakin rendah pula status karies
terhadap pemeliharaan kesehatan gigi. giginya. Hal tersebut dilihat dari apa yang
Sikap yang dimiliki suatu individu tidaklah telah dilakukan sesuai dengan tingkatan
berarti dapat memprediksikan perilaku pelayan kesehatan gigi yang didapat.
individu tersebut dengan akurasi yang Sebaliknya, jika perilaku yang tidak baik
tinggi. Sikap merupakan kecenderungan akan semakin rendah tingkat kebersihan
untuk bertindak, namun demikian walaupun gigi dan mulutnya serta semakin tinggi
individu mempunyai sikap positif tidak status karies giginya.
dapat diharapkan perilaku orang tersebut Pengetahuan, sikap serta perilaku
positif. yang baik terhadap kesehatan gigi dan
Hasil penelitian menunjukkan mulut yang dimiliki oleh siswa sekolah
bahwa siswa SD di wilayah kerja dasar diasumsikan karena adanya tenaga
Puskesmas I Denpasar Selatan mempunyai kesehatan gigi (dokter dan perawat gigi)
perilaku yang baik sebesar 76,6% dalam yang secara berkala memberikan
menyikat gigi yang baik, dan hanya 23,4% bimbingan, arahan dan penyuluhan tentang
responden memiliki perilaku buruk dalam kesehatan gigi pada saat memberikan

Jurnal Kesehatan Gigi Vol. 3 No. 2 (Agustus 2015) 98


pelayanan kesehatan gigi. Dokter dan dilaksanakan secara berkesinambungan dan
perawat gigi pada sekolah dasar tersebut dikembangkan ke sekolah-sekolah lain
memberikan pelayanan pemeriksaan, yang belum mendapat pelayanan asuhan.
pengobatan dan tindakan secara berkala 2 Selain itu untuk SD UKGS upaya-upaya
kali seminggu (setiap hari Senin dan Rabu). kesehatan gigi serta frekuensi kunjungan
Hasil penelitian menunjukkan petugas kesehatan gigi lebih ditingkatkan
bahwa variabel pelayanan asuhan paling lagi. Dengan adanya program pelayanan
dominan berpengaruh terhadap status asuhan kesehatan gigi dan mulut dapat
DMF-T dan OHI-S siswa SD di wilayah meningkatkan status kesehatan gigi dan
kerja Puskesmas I Denpasar Selatan. mulut siswa sekolah dasar.
Variabel pelayanan asuhan memberikan
pengaruh secara signifikan sebesar p=0,003 Kesimpulan
terhadap status DMF-T siswa, dengan nilai
OR sebesar 5,942 berarti siswa SD yang Berdasarkan hasil dan pembahasan
mendapat pelayanan asuhan kemungkinan dalam penelitian ini, maka dapat ditarik
mempunyai nilai DMF-T baik 5,942 kali kesimpulan bahwa:
dibandingkan dengan siswa SD UKGS. 1. Status kesehatan gigi dan mulut siswa
Sedangkan pelayanan asuhan terhadap pada SD pelayanan asuhan lebih baik
status OHI-S siswa memberikan pengaruh dari SD UKGS, dilihat dari indeks
secara signifikan sebesar p= 0,004, dengan DMF-T dan OHI-S.
nilai OR sebesar 9,9 berarti siswa SD yang 2. Tidak ada pengaruh antara pengetahuan
mendapat pelayanan asuhan kemungkinan dan sikap dengan status kesehatan gigi
mempunyai nilai OHI-S baik 9,9 kali dan mulut siswa SD, dilihat dari indeks
dibandingkan dengan siswa SD UKGS. DMF-T dan OHI-S.
Hal ini kemungkinan disebabkan 3. Ada pengaruh antara perilaku dengan
oleh karena SD pelayanan asuhan status kesehatan gigi dan mulut siswa
memperoleh pelayanan kesehatan gigi SD, baik dari indeks DMF-T maupun
secara menyeluruh, antara lain: sikat gigi OHI-S.
masal yang dilaksanakan secara rutin setiap 4. Ada pengaruh antara pelayanan asuhan
2 minggu sekali, kumur-kumur larutan kesehatan gigi dan mulut dengan status
fluor, topikal aplikasi, serta penambalan kesehatan gigi dan mulut siswa SD,
gigi yang karies. Sedangkan pada SD dilihat dari indeks DMF-T dan OHI-S.
UKGS pelayanan yang diberikan hanya
berupa penyuluhan kesehatan gigi oleh Saran
tenaga kesehatan gigi Puskesmas dan guru
yang diberikan 1 bulan sekali, sehingga 1. Bagi Poltekkes Denpasar Jurusan
kegiatan ini kurang maksimal. Kesehatan Gigi agar lebih
Hasil penelitian ini sejalan dengan mengoptimalkan upaya promotif,
hasil penelitian Nur Amaniah (2009)12 sehingga dapat meningkatkan
terhadap siswa sekolah dasar di Kabupaten pengetahuan serta sikap siswa SD
Aceh Tamiang menunjukkan bahwa status dalam menjaga dan memelihara
DMF-T dan OHI-S siswa baik. Hal ini kebersihan gigi dan mulut.
kemungkinan disebabkan karena 2. Dalam melakukan upaya promotif
tersedianya sarana/prasarana yang baik dan sebaiknya lebih menekankan pada
frekuensi kunjungan petugas kesehatan gigi metode demonstrasi sehingga siswa SD
dan mulut baik. lebih memahami materi yang diberikan.
Program pelayanan asuhan keseha- 3. Untuk pemegang program pelayanan
tan gigi dan mulut bagi siswa SD terus asuhan, disarankan agar pelaksanaan

Jurnal Kesehatan Gigi Vol. 3 No. 2 (Agustus 2015) 99


kegiatan melibatkan pihak yang terkait, 5. Herijulianti, E., Indriani, TS., Artini, S.,
seperti: sekolah, siswa, guru, serta 2002, Pendidikan kesehatan Gigi,
orang tua siswa sebagai orang yang Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.
paling dekat dengan siswa.
4. Bagi Poltekkes Denpasar Jurusan 6. Houwink, Dirks B, Winchel, C., 2000,
Kesehatan Gigi, program pelayanan Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan,
asuhan kesehatan gigi dan mulut lebih Gadjah Mada University Press,
dikembangkan lagi ke sekolah-sekolah Yogyakarta.
lain sehingga dapat meningkatkan status
kesehatan gigi dan mulut siswa. 7. Kidd, E.A.M., Sally, J., Bechal, 1992,
Dasar-dasar Karies Gigi dan
Daftar Pustaka Penanggulangannya, EGC, Jakarta.

1. Amaniah, N., 2009, Hubungan Faktor 8. Notoatmojo, S., 2003, Pendidikan dan
Managemen dan Tenaga Pelaksana Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta,
UKGS dengan Cakupan Pelayanan Jakarta.
UKGS serta Status Kesehatan Gigi dan
Mulut Murid Sekolah dasar di 9. Notoatmojo, S., 2007, Promosi
Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2009, Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta:
Tesis Program Magister Ilmu Kesehatan Rineka Cipta.
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
10. Priyono, B., 2000, Pengantar
2. Azwar, S., 2003, Sikap Manusia, Teori Epidemiologi untuk Kesehatan Gigi dan
dan Pengukurannya, Edisi 2, Pustaka Mulut, Fakultas Kedokteran Gigi,
Pelajar Ofset, Yogyakarta. Universitas Gajah Mada.

3. Depkes RI., 1999, Tata Cara Kerja 11. Undang-undang Republik Indonesia
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan No. 36 Tahun 2009, tentang Kesehatan,
Mulut diPuskesmas, Direktorat Jendral Jakarta.
Direktorat Kesehatan Gigi, Jakarta.

4. Depkes RI., 2004, Pedoman Upaya


Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di
Puskesmas, Direktorat Kesehatan Gigi,
Jakarta.

Jurnal Kesehatan Gigi Vol. 3 No. 2 (Agustus 2015) 100

You might also like