Download as pdf
Download as pdf
You are on page 1of 9
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA J.D, Panjaitan, Kebon Nanas, Jakarta 13410, Indonesia * Kotak Pos/PO Box 7777 JAT 13000 - ‘Telepon:021 -8517148 (hunting), 8580067 69 Faksimile:021 - 8517147 «Website: www.menih.goid Jakarta, , Oktober 2010 Nomor B-](3 /Dep.1V/LH/10/2010 Kepada Yth. Lampiran 1 (satu) berkas Direktur Utama Perihal Penyampaian Surat Keputusan PT. Teknotama Lingkungan Menteri Negara Lingkungan Hidup Internusa di Tangerang, 1 Memerhatikan Surat Saudara Nomor: 311/TLV/KWC/VU/10 tanggal 21 Juni 2010 perihal permohonan perpanjangan izin pengolahan limbah B3 Kepada PT Teknotama Lingkungan Internusa Lokasi Majelengka. Berdasarkan hal tersebut di atas, bersama ini kami sampaikan Sura¢ Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: 247 Tahun 2010 tentang Izin Pengumpulan dan Pemanfaatan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun PT. ‘Teknotama Lingkungan Internusa. Demikian disampaikan atas perhatiannya diucapkan terima kasih Deputi IV MENLH Bidang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun dan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Imam Hendargo Abu Ismoyo G Tembusan Yth I. Menteri Negara Lingkungan Hidup (sebagai laporan) 2. Kepala Pusat Pengelolaan Lingkungan Hidup Regional Jawa di Yogyakarta; 3. Gubernur Jawa Barat u.p. Kepala Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat; 4. Bupati Majalengka u.p. Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka, PK PM 0150 15 SALINAN KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 247 TAHUN 2010 TENTANG IZIN PENGUMPULAN DAN PEMANFAATAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PT. TEKNOTAMA LINGKUNGAN INTERNUSA, MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang a b Mengingat Dd - 2. bahwa limbah bahan berbahaya dan beracun mempunyai potensi untuk menimbulkan pencemaran dar/atau kerusakan lingkungan hidup oleh karena itu perlu dilakukan pengelolaan dengan baik, melalui perangkat perizinan, yang memuat ketentuan-ketentuan yang harus ditaati oleh Penanggungjawab Kegiatan; bahwa berdasarkan hal tersebut di atas dan sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 40 ayat (1) huruf a Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 85 Tahun 1999, maka dipandang perlu menetapkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup tentang Izin Pengumpulan dan Pemanfaatan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun PT. Teknotama Lingkungan Internusa; Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3815) scbagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 190, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3910); -1- Memerhatikan_ 10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3838). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara; Keputusan Kepala Bapedal Nomor Kep-01/Bapedal/09/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknik Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3, Keputusan Kepada Bapedal Nomor Kep-02/Bapedal/09/1995 tentang Dokumen Limbah bahan Berabhaya dan Beracun. Keputusan Kepala Bapedal Nomor Kep-05/Bapedal/09/1995. tentang Simbol dan Label Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun 2008 tentang Pemanfaatan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 18 Tahun 2009 tentang Tata Cara Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. bahwa berdasarkan hasil evaluasi administrasi surat permohonan dari PT. Teknotama Lingkungan Internusa Ref.#: 311/TLV/KWC/VV/10 tanggal 21 Juni 2010 perihal permohonan perpanjangan izin pengolahan limbah bahan berbahaya dan beracun kepada PT Teknotama Lingkungan Internusa Lokasi Majalengka ; Laporan pelaksanaan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor ; 622 Tahun 2008 Tentang Izin Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Kepada PT Teknotama Lingkungan Internusa Lokasi Majalengka; Hasil verifikasi lapangan oleh Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Kementerian Lingkungan Hidup tanggal 20 Juli 2010; PERTAMA KEDUA KETIGA MEMUTUSKAN KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP TENTANG IZIN| PENGUMPULAN DAN PEMANFAATAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PT. TEKNOTAMA LINGKUNGAN INTERNUSA. Memberikan izin pengumpulan dan pemanfaatan limbah bahan berbahaya dan beracun kepada: a. Nama Perusahaan : PT. Teknotama Lingkungan Internusa b. Bidang Usaha Pengelolaan limbah B3 ¢. Alamat Kantor: Pusat Perkantoran Pinangsia Blok B No.16-17, Lippo Karawaci, Kab.Tangerang, Provinsi Banten. 4. LokasiKegiatan : JI, Raya Palimanan — Jatiwangi KM 9; Desa Banjaran, Blok Banjarsari, Kec,Sumberjaya, Kab. Majalengka, Provinsi Jawa Barat, Dalam melaksanakan kegiatan pengumpulan dan pemanfaatan limbah berbahaya dan beracun (limbah B3), Penanggungjawab Kegiatan wajib memenuhi kewajiban dan persyaratan teknis sebagai berikut : A. JENIS LIMBAH LIMBAH B3 YANG DIKUMPULKAN DAN DIMANFAATKAN 1. Kegiatan pengumpulan dan pemanfaatan limbah B3 PT. Teknotama Lingkungan Internusa lokasi Majalengka merupakan kegiatan utama yang sumber limbah B3-nya berasal kegiatan lain, 2. Jenis limbah B3 yang dikumpulkan dan dimanfaatkan berupa a. limbah B3 fasa padat yang dapat didaur ulang sebagai substitusi bahan baku utama dan atau bahan penolong. >. Limbah B3 fasa cair yang dapat didaur ulang sebagai substitusi bahan baku utama dan atau bahan penolong. 3. Penanggungjawab Kegiatan tidak diperkenankan mengumpulkan dan memanfaatkan limbah B3 yang memiliki karakteristik eksplosif, infeksius dan radioaktif. B. PENGUMPULAN LIMBAH B3 1. Memenubi persyaratan tempat pengumpulan limbah B3_sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Kepala Bapedal Nomor Kep- 01/Bapedal/09/1995 tentang Tata Cara Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3, 2. Lokasi pengumpulan limbah B3 harus : a. bebas banjir tahunan dengan Iuas mencakup bangunan penyimpanan dan fasilitas lainnya b._sesuai dengan rencana tata ruang yang ditetapkan, 3. Melaksanakan tata cara pengumpulan limbah bahan berbahaya dan beracun sebelum dimanfaatkan : a. fasilitas pengumpulan merupakan fasilitas Kkhusus yang harus dilengkapi dengan berbagai sarana penunjang dan tata ruang yang tepat sehingga kegiatan pengumpulan dapat berlangsung dengan baik dan aman bagi lingkungan, ». rancang bangun dan Iuas pengumpulan sesuai dengan jenis, jumlah dan karakteristik limbah bahan berbahaya dan beracun yang dimiliki yaitu seluruhnya berukuran 132 m x 26 mj ¢. mengatur limbah bahan berbahaya dan beracun yang disimpan sesuai jenis dan karakteristiknya; 4d. mencegah tumpahan, ceceran limbah bahan berbahaya dan beracun yang disimpan dan prosedur housekeeping yang baik harus dilaksanakan; ¢. fasilitas pengumpulan harus dilengkapi dengan peralatan dan sistem pemadam kebakaran, fasilitas pertolongan pertama dan_perlatan komunikasi, pintu darurat dan alarm, f, memasang tanda (simbol) limbah B3 sesuai dengan peraturan yang berlaku. 8. tidak diperkenankan mengumpulkan limbah bahan berbahaya dan beracun di tempat lain selain tempat pengumpulan yang ditetapkan h, kondisi tempat pengumpulan tersebut huruf b di atas tidak boleh dirubah ataupun dipindah tanpa seizin Kementerian Lingkungan Hidup; i, memiliki peralatan keselamatan dan Kesehatan kerja yang umum (standar) harus dimiliki oleh Penanggungjawab Kegiatan, termasuk antara lain peralatan pemadam kebakaran, shower/eye wash, dan fasilitas tanggap darurat 4, Melakukan uji laboratorium finger print test untuk setiap jenis limbah B3 yang dikumpulkan dan dimanfaatkan sesuai dengan tujuan pengelolaan limbah B3 selanjutnya; C. PEMANFAATAN LIMBAH B3 1, Proses pemanfaatan limbah B3 sebagai altematif bahan baku dan atau bahan penolong dan atau alternatif bahan bakar meliputi kegiatan- kegiatan sebagai berikut : a, sebelum dimanfaatkan limbah B3 harus disimpan sesuai dengan karakteristik dan hasil analisis laboratorium, b. kegiatan pemilahan dan pengelompokan limbah B3_disesuaikan dengan tujuan pengelolaan lebih lanjut. ¢. limbah B3 yang telah dipilah sesuai jenis, bentuk dan Karakateristiknya, selanjutnya dilakukan proses blending dengan ‘menggunakan alat berat sehingga memenuhi kriteria sebagai alternatif bahan baku dan atau bahan penolong dan atau alternatif bahan bakar bagi pemanfaat limbah B3 yang memiliki izin dari Kementerian Lingkungan Hidup. Hasil pemanfaatan sebagai altematif bahan baku harus dilakukan quality control. 4. limbah plastik dan kemasan non logam hasil pemilahan, dihancurkan dengan mesin crushing untuk dimanfaatkan sebagai alternatif bahan bakar bagi pemanfaat limbah B3 yang memiliki izin dari Kementerian Lingkungan Hidup Proses pemanfaatan limbah B3 sebagai batako : a. limbah B3 yang dimanfaatkan sebagai batako adalah limbah fly ash dan bottom ash dicampur dengan bahan baku kapur dan gipsum. b. total prosentase untuk parameter SiOz, Alz03, Fe;0; dan CaO di dalam fly ash dan bottom ash harus > 75 % (lebih besar dan atau sama dengan tujub puluh lima persen). ¢. kadar karbon dalam fly ash dan bottom ash yang diperkenankan untuk dimanfaatkan adalah maksimum 10 % (sepuluh persen). d. batasan kadar logam berat pada fly ash dan bottom ash untuk dimanfaatkan sebagai batako sebagaimana tercantum pada Tabel 1. ‘Tabel 1. Batasan Total Konsentrasi Logam Berat Dalam Fly & Bottom Ash No Parameter Total Konsentrasi (ppm) _ | 1. | Arsen S15 2.__| Kadmium <5 3._| Kromium < 250 4. | Lead $300 3._| Merkurt <12 6._| Thallium <2 7._| Antimoni ‘= 120 8._| Cobalt <2 9.__| Nikel ‘< 100 10. | Copper < 100 1. | Vanadium < 25 12. | Zine << 500 (33. T Selenium <10 e. limbah B3 fly ash dan bottom ash dihancurkan dengan mesin crusher untuk memperoleh ukuran yang homogen. f. limbah B3 fly ash, bottom ash, kapur dan gipsum dicampur dalam mesin mixing drum. Komposisi bahan baku fly ash dan bottom ash : semen : kapur = 40% : 15% : 45%, Hasil campuran yang homogen ditransfer dengan belt conveyor menuju mesin pencetakan. & produk batako basah selanjutnya ditransfer menuju mesin autoclave untuk dilakukan proses high steam. h. produk batako wajib memenuhi syarat, mutu kualifikasi SNI 03- 0348-1989 dengan kuat tekan 50 kg/om?. Mencatat setiap kegiatan pengumpulan dan pemanfaatan limbah B3 sesuai sumber, jenis, jumlah dan waktunya dalam lembar kegiatan pemanfaatan limbah B3 sebagaimana tercantum dalam Lampiran 1 dan mengisi neraca limbah pada periode waktu pentaatan tertentu sebagaimana tercantum dalam Lampiran II. KEEMPAT KELIMA 4. Pengangkutan limbah B3 ke lokasi PT TLI dan atau limbah B3 hasil pemanfaatan sebagai altematif bahan baku dan atau bahan penolong dan atau alternatif bahan bakar ke pemanfaat limbah B3 yang memiliki izin dari Kementerian Lingkungan Hidup, harus dilakukan oleh pengangkut yang telah memiliki rekomendasi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan izin dari Kementerian Perhubungan, Pengangkutan tersebut hanya dapat dilaksanakan apabila PT Teknotama Lingkungan Intemusa telah melakukan kontrak kerjasama dengan penghasil limbah B3 dan atau pemanfaat limbah B3 yang memiliki izin dari Kementerian Lingkungan Hidup. 5. Limbah B3 yang terbentuk dari hasil Kegiatan pengumpulan dan pemanfaatan wajib dikelola lebih lanjut oleh PT Teknotama Lingkungan Internusa. Apabila tidak dapat dilakukan sendiri, maka dapat menyerahkannya ke pemanfeat dan atau pengolah dan atau penimbun yang memiliki izin dari Kementerian Lingkungan Hidup, : Pelabelan limbah B3 yang dikumpulkan dan dimanfaatkan harus sesuai dengan ketentuan sebagaimana tercantum dalam Keputusan Bapedal Nomor : Kep- 05/Bapedal/09/1995 tentang Simbol dan Label Limbah B3. : Penanggungjawab Kegiatan harus melakukan pemantauan kualitas air pada sumur pantau di lokasi kegiatan paling sedikit 3 (tiga) bulan sekali dengan parameter sebagaimana tercantum pada Tabel 2. Tabel 2. Batasan Parameter Pemantauan Air Sumur Pantau No | Parameter Satuan Baku Mutu 1._| pH 6,0-9.0 2._| Besiterlarut ‘mail 3 3._| Mangan terlarut mg/l 2 4._| Barium (Ba) mg/l 2 5._| Tembaga (Cu) mg/l 2 6._| Seng Zn) mg/l 3 7._| Krom heksavalent (Cr) mg! Or 8._| Krom total (Cr)_ “mg | 0,5 9._| Kadmium (Cd) ‘mg/l 0,05 10. | Merkuri (Hg) mg/l 0,002 11. | Timah Hitam (Pb) mg/l O41 12__| Stannum (Sn) mg/l 2 13._| Arsen (As) mg Ou 14, | Selenium (Se) mg/l 0,05 15. [ Nikel (Ni) ‘mg/l 0.2 16. | Cobalt (Cop ‘mg/l 04 KEENAM KETUJUH KEDELAPAN KESEMBILAN KESEPULUH KESEBELAS : Pengangkutan limbah B3 yang dikumpulkan dan dimanfaatkan harus dilakukan sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 31 dan Pasal 32 Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 jo Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Spesifikasi alat/kendaraan angkut limbah B3 harus sesuai izin yang diberikan Kementerian Perhubungan dan rekomendasi dari Kementerian Lingkungan Hidup. : Tidak menyimpan limbah bahan berbahaya dan beracun yang dikumpulkan dan atau dihasilkan dari kegiatan pengumpulan dan pemanfaatan melebihi jangka waktu 90 (sembilan puluh) hari, oleh karenanya harus segera diserahican ke pemanfaat yang telah mempunyai izin pemanfaatan deri Kementerian Negara Lingkungan Hidup, + Penanggungjawab Kegiatan wajib memiliki laboratorium analisa atau alat analisa limbah B3 di lokasi kegiatan serta tenaga terdidik di bidang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun; + Penanggungjawab Kegiatan wajib memiliki sistem dan _peralatan penanggulangan kecelakaan yang memadai, seperti peralatan pemadam kebakaran dan saluran khusus untuk mencegah masuknya tumpahan dan atau limpasan limbah B3 ke lingkungan. Mekanisme penanggulangan kecelakaan yang diakibatkan oleh kegiatan pengumpulan dan pemanfaatan limbah B3 merujuk kepada ketentuan dan peraturan yang ditetapkan, : Penanggungjawab Kegiatan wajib melakukan upaya pemantauan lingkungan untuk 1. _jenis dan jumlah limbah B3 yang dikumpulkan dan dimanfaatkan; 2. limbah B3 yang dihasilkan dari kegiatan pemanfaatan; 3. memenuhi baku mutu ambien sebagaimana ditetapkan Peraturan Pemerintah No : 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. 4. uji ambien udara yang dilakukan setiap 3 (tiga) bulan sekali; : Penanggungjawab Kegiatan diwajibkan melaporkan realisasi_pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali kepada : 1. Menteri Negara Lingkungan Hidup u.p. Deputi Bidang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun dan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun; 2. Kepala Pusat Pengelolaan Lingkungan Hidup Regional Jawa. 3. Gubernur Jawa Barat u.p. Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jawa Barat; 4. Bupati Majalengka wp. Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka; KEDUA BELAS 1. Kementerian Negara Lingkungan Hidup dan/atau Badan Lingkungan Hidup Provinsi dan atau Badan Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota yang bersangkutan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kewajiban- kewajiban yang dilakukan oleh Penanggungjawab Kegiatan, sekurang- kurangnya | (satu) tahun sekali; 2. Hasil evaluasi pengawasan menjadi pertimbangan untuk mengusulkan bahwa keputusan ini dapat tidak berlaku atau dicabut, apabila Penanggungjawab Kegiatan tidak © melaksanakan —kewajibannya sebagaimana ketentuan dan atau persyaratan di atas. KETIGABELAS —: 1. Dokumen dan lampiran dari izin ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Keputusan ini. 2. Keputusan ini berlaku selama 5 (lima) tahun sejak tanggal ditetapkan, 3. Permohonan perpanjangan terhadap izin ini diajukan selambat lambatnya 2 (dua) bulan sebelum masa berlaku izin ini berakhir. 4. Segala kerugian yang ditimbulkan akibat kegiatan pemanfaatan limbah B3 termasuk pencemaran, kerusakan lingkungan serta biaya pemulihan lingkungan, sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemegang keputusan ini 5. Apabila dikemudian hari ditemukan kekeliruan dalam penerbitan keputusan ini, maka akan dilakukan peninjauan ulang untuk perbaikan seperlunya. Ditetapkan di: Jakarta pada tanggal : 04 Oktober 2010 Menteri Negara Lingkungan Hidup, ttd Prof. Dr. Ir. Gusti Muhammad Hatta, MS. Salinan ini sesuai dengan aslinya Deputi IV MENLH Bidang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun dan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, & Jinam Hendargo Abu Ismoyo a Kepbtisan ini disampaikan kepada Yth Kepala Pusat Pengelolaan Lingkungan Hidup Regional Jawa di Yogyakarta; 2. Gubernur Jawa Barat u.p. Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jawa Barat; 3. Bupati Majalengka u.p. Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka, “fe

You might also like