TPM Kelompok C - Sleeper Lamaaa

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 11

Jurnal Metalurgi dan Material Indonesia (JMMI)

Volume xx, Terbitan xx, April 20xx

Komposit UHMWPE Sebagai Alternatif Bantalan Rel


Kereta Api
Abel Evan1,a), Alia Kristika1,b), Farid Mulia Latief1,c)
1
Teknik Material, Institut Teknologi Bandung, Bandung
a)
abelevan@students.itb.ac.id
b)
alia.kristika@students.itb.ac.id
c)
faridmulialatief@students.itb.ac.id

Abstract.
Sleepers on railroads have an important role, one of which is to distribute the load received on the structure bellow
(ballast). In the past, generally the sleepers were made of wood. However, wooden sleepers have drawbacks, namely
short service life and difficult maintenance. Therefore, several materials were developed as a substitute for wooden
railway sleepers. Currently, the materials that are often used for sleepers are concrete and steel. Concrete has a
much higher strength than wood and the service life of concrete is very long and maintenance is easier when
compared to wood. Steel itself is also used as a sleeper. However, when viewed from the heavy material, concrete is
very heavy and the installation of concrete for consideration is difficult to do manually so it requires heavy
equipment. Therefore, humans began to develop materials that are lightweight but have a strength that resembles
concrete and of course have a long life. An alternative material currently used in Europe as sleeper is UHMWPE, it
is a polymer composite material. The advantages of UHMWPE sleepers are that they are environmentally friendly,
recyclable, and have more than three times higher corrosion resistance than wooden sleepers. Recyclable plastic
sleepers have good electrical insulation, good weather resistance and good durability.Also has strong chemical
resistance to liquids or gases, and good UV resistance.

Keywords: sleeper; wood; concrete, steel, alternative material; composite polymer

1 PENDAHULUAN
Rel kereta api merupakan komponen yang penting dalam dunia perkeretaapian karena menjadi lintasan agar
kereta dapat berjalan. Rel merupakan bagian dari railtrack berupa dua batang paralel yang membentang dengan
profil tertentu, rel menyediakan permukaan yang mendatar dan kontinu untuk pergerakan kereta api. Rel tidak
dapat berdiri sendiri, terdapat komponen-komponen lain yang berperan dalam lintasan kereta api, yaitu bantalan
rel (sleeper), penambat, dan ballast. Sleeper atau bantalan adalah komponen pendistribusi beban dari struktur
lintasan yang diletakkan melintang untuk menahan rel [1]. Sleeper atau bantalan pada rel berbentuk balok yang
diletakkan di bawah rel untuk menopang lintasan. Komponen utama pada rel kereta api diilustrasikan pada
Gambar 1.

Gambar 1. Komponen utama pada lintasan kereta api [2]

1
Jurnal Metalurgi dan Material Indonesia (JMMI)
Volume xx, Terbitan xx, April 20xx

Kayu merupakan material yang telah lama digunakan untuk bantalan rel kereta. Saat ini, lebih dari 2.5 juta
bantalan kayu yang dipasang pada lintasan kereta di seluruh dunia [3]. Hal ini dikarenakan pada saat itu orang
hanya terpikirkan kayu dan sumber dayanya yang melimpah. Kayu juga mudah dipasang menjadi bantalan
karena memiliki fleksibilitas yang tinggi. Bantalan kayu mampu menyerap guncangan dan getaran beban
bergerak yang berat [4]. Oleh karena itu, biasanya bantalan dari kayu banyak diaplikasikan pada jembatan rel
kereta api. Akan tetapi, kayu memiliki kelemahan, yaitu rentan terhadap degradasi secara biologis yang
ditunjukkan oleh Gambar 2 sehingga memerlukan perawatan yang berkala serta umur pakainya yang tidak lama.
Oleh karena itu, manusia mulai mencari material pengganti bantalan kayu dan ditemukanlah beton serta baja.

Gambar 2. (a) Kegagalan bantalan kayu akibat jamur, (b) Ujung bantalan kayu yang patah akibat degradasi
[5]
Beton memiliki keunggulan, yaitu umur pakai yang lebih lama dari kayu dan biaya perawatan yang lebih
rendah. Dengan bobotnya yang besar, bantalan beton memastikan stabilitas posisi yang optimal bahkan untuk
lalu lintas dengan kecepatan tinggi [5]. Saat ini bantalan dari beton banyak dikembangkan dan berhasil diuji.
Bantalan beton terdiri dari beberapa tipe, yaitu bantalan beton monoblok dan twin block. Bantalan beton
monoblok merupakan bantalan yang umum digunakan. Bantalan twin block menjadi populer karena bobotnya
yang lebih ringan dibandingkan dengan bantalan monoblok. Akan tetapi, penempatan bantalan twin block sulit
dikarenakan kecenderungan untuk memutar saat diangkat. Bantalan twin block terdiri dari dua bagian beton yang
didukung oleh baja tulangan. Bantalan beton monoblok dan twin block ditunjukkan pada Gambar 3. Akan tetapi,
bantalan beton memiliki beberapa kekurangan, yaitu bobotnya yang berat sehingga diperlukan mesin khusus
untuk peletakan dan pemasangan, biaya pembuatan dari bantalan beton juga lebih mahal dibandingkan dengan
bantalan kayu [6].

(a) (b)
Gambar 3. Bantalan monoblok (a) dan bantalan twin block (b) [7]
Bantalan berikutnya yang juga diaplikasikan pada rel kereta adalah bantalan yang terbuat dari material baja.
Bantalan baja biasanya hanya dipergunakan untuk jalur yang menikung ditunjukkan pada Gambar 4 karena
fleksibilitasnya yang tinggi dibandingkan dengan material lain [8]. Bantalan baja memiliki keuntungan lebih
ringan dari beton, mudah dipasang, dan memiliki umur pakai yang lebih tinggi dibandingkan dengan bantalan
dari kayu [8]. Sedangkan untuk kekurangannya adalah biaya perawatannya yang mahal karena rentan terhadap
korosi dan stabilitasnya yang kurang baik dibandingkan dengan bantalan kayu dan bantalan beton [8].

2
Jurnal Metalurgi dan Material Indonesia (JMMI)
Volume xx, Terbitan xx, April 20xx

Gambar 4. Bantalan rel dari material baja [9]


Ketiga material yang telah diaplikasikan pada bantalan rel kereta tentunya memiliki kelebihan dan
kekurangan. Perbandingan antara ketiga material ditunjukkan pada Tabel 1. Perbandingan tersebut didasarkan
pada sifat yang dimilliki oleh bantalan rel.
Tabel 1. Perbandingan antara bantalan kayu, beton, dan baja [5]
Sifat Kayu Keras Kayu Lunak Beton Baja

Adaptability Mudah Sulit Sulit Sulit

Workability Mudah Mudah Sulit Sulit


Penanganan dan
Mudah Mudah Sulit Sulit
Pemasangan
Daya tahan Rendah Rendah Tinggi Rendah

Perawatan Tinggi Tinggi Rendah Tinggi


Penggantian Mudah Mudah Sulit Sulit
Ketersediaan Rendah Tinggi Tinggi Tinggi
Harga Tinggi Rendah Sangat Tinggi Sangat Tinggi

Pengencang Bagus Buruk Sangat Bagus Buruk


Interaksi pengikat
Sangat Bagus Bagus Sangat Bagus Buruk
ballast
Konduktivitas
Rendah Rendah Tinggi Sangat Tinggi
elektrik
Impak Tinggi Tinggi Rendah Medium

Berat (kg) 60-70 60-70 285 70-80


Umur pakai
20-30 20 60 50
(years)

Selain kayu, beton, dan baja beberapa tahun lalu hingga saat ini mulai dikembangkan material komposit yang
dapat menjadi alternatif bantalan rel. Beberapa negara telah melakukan pengujian dan bahkan ada negara yang
telah mengaplikasikan komposit sebagai bantalan rel.

2 STANDAR PRODUK DAN STANDAR MATERIAL


Terdapat beberapa standar mengenai bantalan rel kereta api. Tiap negara juga memiliki standar masing-
masing. Beberapa standar terkait bantalan rel kereta api akan dijelaskan secara rinci pada subbab-subbab berikut.

3
Jurnal Metalurgi dan Material Indonesia (JMMI)
Volume xx, Terbitan xx, April 20xx

2.1 Peraturan Menteri Perhubungan RI Nomor PM 60 Tahun 2012


Di Indonesia sendiri bantalan rel kereta api diatur dalam Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia
Nomor PM. 60 Tahun 2012 tentang Persyaratan Teknis Jalur Kereta Api. Dalam peraturan ini dijelaskan bahwa
bantalan rel dapat terbuat dari kayu, baja, ataupun beton. Pemilihan jenis bantalan didasarkan pada kelas dan
kondisi lapangan serta ketersediaan dan spesifikasi masing-masing tipe bantalan harus mengacu pada persyaratan
teknis yang berlaku [10]. Persyaratan untuk masing-masing bantalan adalah sebagai berikut [10]:
a) Bantalan beton merupakan struktur prategang
1) Untuk lebar jalan rel 1.067 mm kuat tekan karakteristik beton tidak boleh kurang dari 500
kg/cm2 dengan kekuatan tarik minimum sebesar 1.655 MPa. Bantalan beton harus mampu
menahan momen minimum sebesar 1.500 kg m pada bagian dudukan rel dan -930 kg m
pada bagian tengah bantalan.
2) Untuk lebar jalur rel 1.435 mm kuat tekan karakteristika beton tidak boleh kurang dari 600
kg/m2 dengan kekuatan tarik minimum sebesar 1.655 MPa. Bantalan beton harus mampu
menahan momen minimum sesuai dengan desain beban gandar dan kecepatan.
3) Dimensi bantalan beton
a. Untuk lebar jalan rel 1.067 mm:
i. Panjang : 2.000 mm
ii. Lebar maksimum : 260 mm
iii. Tinggi maksimum : 220 mm
b. Untuk lebar jalan rel 1435 mm:
i. Panjang : 2.440 mm untuk beban gandar hingga 22,5 ton;
2.740 mm untuk beban gandar di atas 22,5 ton
ii. Lebar maksimum : 330 mm
iii. Tinggi di bawah dudukan rel 220 mm
b) Bantalan kayu harus memenuhi persyaratan kayu mutu A kelas 1 dengan modulus elastisitas
minimum sebesar 125.000 kg/ cm2 dan harus mampu menahan momen maksimum sebesar 800 kg
m. Berat jenis kayu minimum 0.9 g/cm3 dengan kadar air maksimum 15%, tanpa mata kayu, dan
retak tidak boleh sepanjang 230 mm dari ujung kayu.
c) Bantalan baja harus memiliki kandungan Carbon Manganese Steel Grade 900 A, pada bagian
tengah bantyalan maupun pada bagian bawah rel. Mampu menahan momen maksimum sebesar 650
kg m dengan tegangan tarik 88-103 kg m. Elongasi A1>10%.

2.2 UIC Code 713R


Selain Permenhub nomor 60 tahun 2012, terdapat pula code yang mengatur mengenai dimensi dan kekuatan
dari bantal rel kereta api berbahan beton yaitu UIC Code 713R. Dimana pada dimensi, disebutkan panjang 2.500
atau 2.600 mm, lebar maksimum 300 mm, base area minimum 6000 cm2 bagi panjang bantalan 2.500 mm dan
7.000 cm2 bagi panjang bantalan 2600 mm, serta tinggi 200-230 mm. Toleransi dari dimensi tersebut, harus
sesuai dengan Standard EN 12320. Untuk berat minimum bantalan adalah sebesar 240 kg untuk mencegah
terjadinya buckling pada rel. Untuk material yang digunakan, disarankan untuk menggunakan beton dengan kelas
C50/60 MPa, dimana kelas C45/55 MPa juga masih dapat diterima [11].

3 FUNGSI PRODUK DAN LINGKUNGAN KERJA BANTALAN

3.1 Fungsi Produk


Menurut Permenhub nomor 60 tahun 2012, bantalan rel umumnya berfungsi untuk meneruskan beban kereta
api dan berat konstruksi jalan rel ke ballast, mempertahankan lebar jalan rel dan stabilitas ke arah luar jalan rel
[10]. Selain itu, bantalan memiliki fungsi sebagai berikut [12]:
 Mengikat rel dengan penambat dan pelat andas sehingga geometri rel yang terkait dengan konsistensi
lebar rel tetap terjaga.
 Mendistribusikan beban yang diterima bantalan pada struktur pondasi yang ada di bawahnya (ballast)
dengan tegangan arah vertikal yang lebih kecil dan merata. 

4
Jurnal Metalurgi dan Material Indonesia (JMMI)
Volume xx, Terbitan xx, April 20xx

 Menstabilisasikan struktur jalan rel terhadap gaya lateral yang memaksa rel untuk bergeser ke arah luar
(penyimpangan arah lateral).
 Memberikan dukungan yang kuat dan merata pada rel.
 Menghindari kontak langsung antara rel dengan air tanah.

3.2 Lingkungan Kerja


Bantalan pada rel tentunya menerima beban dari kereta api secara periodik. Beban yang diterima oleh
bantalan rel berupa beban mekanik yang terdiri dari beban dinamik, statik, dan impak [13]. Beban dinamik
bekerja pada bantalan rel ketika kereta melintas. Beban tersebut diklasifikasikan berdasarkan vektor arahnya
sebagai berikut.
1. Beban Vertikal
Beban ini ditimbulkan oleh massa kereta api dan vibrasi akibat efek kecepatan kereta.
2. Beban Longitudinal
Beban ini ditimbulkan oleh efek traksi yang ditimbulkan roda kereta api, efek pengereman, serta efek
perubahan temperatur yang menyebabkan rel memuai.
3. Beban Lateral
Beban ini ditimbulkan oleh efek sentrifugal yang muncul saat kereta melewati tikungan.
Beban selanjutnya adalah beban statik. Beban statik bekerja pada bantalan rel ketika kereta berada pada posisi
diam dan hanya bekerja pada arah vertikal. Beban statik banyak diterima oleh bantalan rel yang terletak di area
stasiun. Beban impak bekerja pada bantalan rel apabila terdapat cacat wheel flat pada roda kereta. Beban impak
hanya bekerja pada arah vertikal.
Bantalan rel diaplikasikan pada lingkungan terbuka sehingga sangat rentan terhadap kerusakan yang muncul
akibat kondisi lingkungan seperti:
 Kandungan alkali pada tanah
Kandungan senyawa alkali pada tanah seperti CaCO 3, MgCl2, dan MgCO3 dapat menimbulkan reaksi
alkali-agregat yang menyebabkan keretakan pada bantalan rel beton.
 Kandungan sulfat pada tanah
Kandungan senyawa sulfat pada tanah seperti Na2SO4, K2SO4, dan Ca2SO4 dapat menimbulkan
reaksi pembentukan Ettringite dan Sulphate Attack yang menyebabkan keretakan pada bantalan rel
beton.
 Curah Hujan
Hujan yang mengandung asam seperti SO4 dan NOx dapat menyebabkan terjadinya korosi pitting
pada bantalan rel logam dan kerusakan struktur pada bantalan rel beton.
 Kelembaban tanah
Kelembaban dan kandungan air yang tinggi pada tanah khususnya pada area tunnel (40% - 70%)
dapat menyebabkan terjadinya korosi uniform pada bantalan rel logam dan timbulnya jamur pada
bantalan rel kayu.
 Perubahan temperatur
Temperatur yang selalu berubah antara siang dan malam menyebabkan bantalan rel logam
mengalami pemuaian dan penyusutan yang dapat menimbulkan beban dinamik dan menginisiasi
terjadinya fatigue.

4 PEMILIHAN MATERIAL
Pemilihan material untuk bantalan dalam jrunal ini menggunakan metode yang terdapat di dalam buku Ashby
[14] dengan menentukan fungsi, batasan, tujuan, serta indeks yang diperoleh dari batasan dan tujuan. Ilustrasi
pemilihan material bantalan rel ditunjukkan dalam Gambar 5. Batasan dalam hal ini ditentukan untuk
melakukan seleksi terhadap material yang cocok digunakan untuk bantalan rel. Indeks yang diperoleh dari
perhitungan batasan dengan tujuan akan digunakan untuk mengurutkan material yang paling cocok digunakan
untuk bantalan rel.

5
Jurnal Metalurgi dan Material Indonesia (JMMI)
Volume xx, Terbitan xx, April 20xx

Gambar 5. Proses pemilihan bantalan rel


Berdasarkan ilustrasi Gambar 5 maka didapat material-material yang dapat dijadikan sebagai bantalan rel
dan ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Daftar material yang telah memenuhi batasan untuk bantalan
Modulus Massa
Strength
Young Jenis
Material (MPa)
(GPa) (g/cm3)
AISI 1522 579,00 200,00 [12] 7,90 [12]
[17]
UIC Grade 900 A 880,00 180,00 [13] 7,80 [13]
[14]
ST 52-3 345,00 212,00 [18] 7,85 [18]
[18]
Prestressed Monoblock Concrete 100,05 51,00 [23] 3,15 [22]
[22]
Kayu Oak 57,90 [19] 12.30[19] 1,09 [19]

Kayu Ulin 50,50 [20] 13,50 [21] 1,19 [21]

Composite UHMWPE 20 [15] 31,00 [16] 0,96[15]

Continuous Glass Fiber Reinforced Rigid Polyurethane 468,00 26,80 [24] 1,76 [24]
Foam [24]
Untuk menghitung indeks dari material di atas guna mengetahui material mana yang lebih cocok, maka
diperlukan biaya dari masing-masing material dan juga umur pakai dari material tersebut. Harga dan umur pakai
dari kedelapan material terdapat pada Tabel 3.
Tabel 3. Harga dan umur pakai material untuk bantalan

Pada screening yang dilakukan pada beberapa alternatif material, maka material UHMWPE ini dapat
dijadikan sebagai alternatif komponen bantalan pada rel dan telah diaplikasikan di beberapa negara. Bantalan
yang saat ini diaplikasikan pada rel kereta api di Eropa adalah bantalan dari komposit yang terbuat dari
UHMWPE [15]. Keuntungan dari bantalan UHMWPE adalah ramah lingkungan, dapat didaur ulang, dan
memiliki ketahanan korosi lebih dari tiga kali lebih tinggi dari bantalan kayu. Bantalan plastik yang dapat didaur
ulang memiliki insulasi listrik yang baik, ketahanan cuaca yang baik, dan penyerapan goncangan yang baik serta
peredam kebisingan. Juga memiliki ketahanan kimia yang kuat terhadap cairan atau gas, dan ketahanan UV yang
baik [15].
Karakteristik dari bantalan UHMWPE, yaitu [15]:

6
Jurnal Metalurgi dan Material Indonesia (JMMI)
Volume xx, Terbitan xx, April 20xx

 Penampilan bantalan plastik mirip dengan bantalan kayu.


 Bantalan komposit plastik daur ulang memiliki koefisien ekspansi termal dan konduktivitas termal
yang rendah, ketahanan goncangan, ketahanan kompresi, kekuatan tarik, kekuatan lentur tinggi, dan
masa pakai yang lama.
 Tahan air, tahan serangga, anti korosi, tidak beracun, ramah lingkungan, dan dapat didaur ulang dan
digunakan kembali.
 Tetap stabil di bawah kondisi cuaca buruk jangka panjang

5 PROSES MANUFAKTUR

6 ASPEK KEBERLANJUTAN

Hal-hal yang dipaparkan dalam bab ini adalah sebagai berikut. (Style = Paragraph)
a) Material dan reagen yang digunakan dalam penelitian beserta nama produsen, merek, dan serialnya.
b) Nama alat pembuatan spesimen maupun alat karakterisasi, lengkap dengan merek dan serialnya.
c) Gambar atau foto alat karakterisasi tidak perlu dimasukkan dalam makalah, kecuali
diperlukan untuk membantu penjelasan karena adanya modifikasi khusus.
d) Nasari singkat mengenai metode eksperimen, karakterisasi, dan simulasi. Seluruh variabel dan
parameter wajib dicantumkan.
e) Material dan Metode dipaparkan dalam sub bab yang berbeda dengan styles Heading 2 seperti
berikut.

6.1 Material (Style = Heading 2)


Material dan metode. Material dan metode. Material dan metode. Material dan metode. Material dan metode.
Material dan metode. Material dan metode. Material dan metode. Material dan metode. Material dan metode.
Material dan metode. Material dan metode. Material dan metode. Material dan metode. Material dan metode.
Material dan metode. Material dan metode. Material dan metode. Material dan metode. Material dan metode.
Material dan metode. Material dan metode. Material dan metode. Material dan metode. Material dan metode.
Material dan metode. Material dan metode. Material dan metode. Material dan metode. Material dan metode.
Material dan metode. Material dan metode. Material dan metode. Material dan metode. Material dan metode.
Material dan metode. Material dan metode. Material dan metode. Material dan metode. Material dan metode.
Material dan metode. Material dan metode. Material dan metode. Material dan metode. Material dan metode.
Material dan metode. Material dan metode. Material dan metode. Material dan metode. Material dan metode.
Material dan metode. Material dan metode. Material dan metode. Material dan metode. (Style = Paragraph)

6.2 Metode
Material dan metode. Material dan metode. Material dan metode. Material dan metode. Material dan metode.
Material dan metode. Material dan metode. Material dan metode. Material dan metode. Material dan metode.
Material dan metode. Material dan metode. Material dan metode. Material dan metode. Material dan metode.
Material dan metode. Material dan metode. Material dan metode. Material dan metode. Material dan metode.
Material dan metode. Material dan metode. Material dan metode. Material dan metode. Material dan metode.
Material dan metode. Material dan metode. Material dan metode. Material dan metode. Material dan metode.
Material dan metode. Material dan metode. Material dan metode. Material dan metode. Material dan metode.
Material dan metode. Material dan metode. Material dan metode. Material dan metode. Material dan metode.
Material dan metode. (Style = Paragraph)
Bab pendahuluan harus mengandung paparan mengenai hal-hal sebagai berikut.
a) Justifikasi kebaruan topik penelitian
b) Latar belakang masalah dilakukannya penelitian
c) Tujuan penelitian

7
Jurnal Metalurgi dan Material Indonesia (JMMI)
Volume xx, Terbitan xx, April 20xx

Paparan hal tersebut di atas ditulis dalam 1 kolom huruf Times New Roman, 10 pt, Justify, spasi tunggal,
indentasi spesial (first line) 0,5 cm. Untuk memudahkan penulisan, pilih styles Paragraph seperti digambarkan
pada gambar berikut.
Klik untuk menggunakan
Styles yang disediakan pada
Template, sehingga
memudahkan penformatan
makalah.

7 HASIL DAN PEMBAHASAN

7.1 Penulisan Tabel


Huruf dalam tabel berukuran 9 pt dan spasi tunggal (1). Tabel hanya menggunakan garis horizontal tanpa
garis vertikal. Garis horizontal hanya diberikan pada sisi atas (top) dan bawah (bottom) tabel dengan ketebalan 1
pt, sedangkan sisi bawah judul/header dengan ketebalan ½ pt.

Tabel 6. Perbandingan Sifat dari Masing-masing Material Bantalan Rel Kereta Api[1]

Tabel 7. Seleksi Material Alternatif Menggunakan Metode Fuzzy [12]

Tabel 9. Sifat Mekanik Bantalan Rel dari UHMWPE

Tabel 1 Contoh penulisan tabel

No Komponen 1 Komponen 2 Komponen 3


1
2
3
4
5

8
Jurnal Metalurgi dan Material Indonesia (JMMI)
Volume xx, Terbitan xx, April 20xx

7.2 Penampilan Gambar


Gambar / kurva / grafik yang diperoleh dari Microsoft Excel di-paste-special dan pilih Microsoft Office
Graphic Object, bukan dalam bentuk gambar//picture/.
125

B
100

75
Komponen 1

50

25

0
A B C D F

Komponen 2

Gambar 1 Contoh penulisan diagram batang. Penggunaan warna dalam pembedaan Komponen sumbu X tidak disarankan,
melainkan menggunakan kontur. (Style = Figure Caption)

300

A B C
250

200
Komponen 2

150

100

50

0
1 2 3 4 5 6
Komponen 1

Gambar 2 Contoh penulisan diagram garis dan titik. Contoh penulisan diagram batang. Penggunaan warna dalam pembedaan
Komponen sumbu X tidak disarankan, melainkan menggunakan perbedaan garis / titik.

9
Jurnal Metalurgi dan Material Indonesia (JMMI)
Volume xx, Terbitan xx, April 20xx

12

10

8
Komponen 1
6

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Komponen 2

Gambar 3 Contoh penulisan diagram data acak (scatter) dengan regresi linear. Persamaan garis hasil regresi tidak perlu
dicantumkan jika tidak membantu dalam pemaparan hasil.

7.3 Penulisan Persamaan


Persamaan diberi nomor sesuai dengan penyebutan dalam makalah. Nomor diberikan di sisi kanan
persamaan, sejajar dengan posisi margin kanan sedemikian hingga persamaan dalam posisi tengah (center).
1 2
r = a t +v o t+ r 0 (1)
2

7.4 Penulisan Sitasi


Penulisan daftar pustaka dan kutipan mengacu pada format IEEE, yaitu dengan angka dan kurung siku
(contoh [1], [2] dan [3]–[5]). Panduan penulisan kutipan dapat diunduh dalam
http://www.materialmetalurgi.id/public/files/ IEEE-Citation-StyleGuide.pdf . Guna memudahkan pemrosesan
makalah, dewan redaksi mewajibkan penulis untuk menggunakan perangkat lunak manajemen
referensi /reference manager seperti Mendeley (disarankan), Zotero, EndNote dan lain lain.

8 KESIMPULAN
Kesimpulan. Kesimpulan. Kesimpulan. Kesimpulan. Kesimpulan. Kesimpulan. Kesimpulan. Kesimpulan.
Kesimpulan. Kesimpulan. Kesimpulan. Kesimpulan. Kesimpulan. Kesimpulan. Kesimpulan. Kesimpulan.
Kesimpulan. Kesimpulan. Kesimpulan. Kesimpulan. Kesimpulan. Kesimpulan. Kesimpulan. Kesimpulan.
Kesimpulan. Kesimpulan. Kesimpulan. Kesimpulan. Kesimpulan. Kesimpulan. Kesimpulan. Kesimpulan.
Kesimpulan. Kesimpulan. Kesimpulan. Kesimpulan. Kesimpulan. Kesimpulan. Kesimpulan. Kesimpulan.
Kesimpulan. Kesimpulan.

UCAPAN TERIMA KASIH


Terima kasih. Terima kasih. Terima kasih. Terima kasih. Terima kasih. Terima kasih. Terima kasih. Terima
kasih. Terima kasih. Terima kasih. Terima kasih. Terima kasih. Terima kasih. Terima kasih. Terima kasih.
Terima kasih. Terima kasih. Terima kasih. Terima kasih. Terima kasih. Terima kasih. Terima kasih. Terima
kasih. Terima kasih. Terima kasih. Terima kasih. Terima kasih. Terima kasih. Terima kasih. Terima kasih.
Terima kasih. Terima kasih.

10
Jurnal Metalurgi dan Material Indonesia (JMMI)
Volume xx, Terbitan xx, April 20xx

DAFAR PUSTAKA

[1] E. M. J. C. D. L. Cope, “Track Terminology,” British railway track, vol. 1, 2001.


[2] Hendriyana, “Konstruksi Rel Kereta Api,” [Online]. Available:
https://hendriyana90.wordpress.com/konstruksi-rel-kereta-api/. [Diakses 12 September
2021].
[3] E. Rothlisberger, “History and Development of Wooden Sleeper,” [Online]. Available:
groupe-corbat.ch/files/4/Timber_sleeper-history_and_development.pdf. [Diakses 15
Oktober 2021].
[4] Y. Sayoga, “Jenis-Jenis Bantalan Rel Kereta Api (Sleepers),” [Online]. Available:
https://www.yusronsayoga.com/2020/06/jenis-jenis-bantalan-rel-kereta-api-
sleepers.html. [Diakses 29 Oktober 2021].
[5] T. A. W. K. A. T. A. Manalo, “A Review of Alternative Materials for Replacing Existing
Timber Sleepers,” Elsevier, 2009.
[6] R. Kohoutek, “Dynamic and Static Performance of Interspersed Railway Track,”
Railway Engineering Conference , 1991.
[7] Agico Group, “Concrete Sleeper,” Agico Group, [Online]. Available: http://www.rail-
fastener.com/concrete-sleeper.html. [Diakses 29 Oktober 2021].
[8] AGICO Group, “Railway Sleeper Overview,” AGICO Group, 2 Februari 2016. [Online].
Available:
https://www.railway-technology.com/contractors/engineering/agico/pressreleases/
pressrailway-sleeper-overview/. [Diakses 29 Oktober 2021].
[9] D. Civil, “Types of Sleepers Used in Railway,” [Online]. Available:
https://dailycivil.com/railway-sleepers-types-1/. [Diakses 29 Oktober 2021].
[10] K. P. R. Indonesia, Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM. 60
Tahun 2012 tentang Persyaratan Teknis Jalur Kereta Api, Kementrian Perhubungan
Republik Indonesia, 2012.
[11] I. U. o. Railways, UIC Code 713R Design of Monoblovk Concrete Sleepers, 2004.
[12] S. Ganguli, “Railway Sleepers: Functions, Types, Advantages and Disadvantages,” 28
Juli 2020. [Online]. Available: https://civilwale.com/railway-sleepers-functions-types-
advantages-and-disadvantages/#The_Function_of_Sleepers.. [Diakses 27 September
2021].
[13] K. S. D.Kishore Kumar, “Static and Dynamic Analysis of Railway Track Sleeper,”
International Journal of Engineering Research and General Science, vol. 2, no. 6, 2014.

11

You might also like