JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume VII Edisi 1 Januari - Juni 2020

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

Eksistensi Hukum Adat Minangkabau Dalam Menyelesaikan Tindak Pidana Penculikan Gadis Di

Talu Pasaman Barat

Oleh :Wulanda Septrila Metri

Pembimbing I : Dr. Erdianto, SH., M.Hum


Pembimbing II : Widia Edorita, SH., MH
Alamat: Jalan Kembang Kelayau Nomor. 47b, Kec. Sail, Pekanbaru
Email / Telepon :wulandasm@gmail.com / 0822-8441-0784

ABSTRACT

Indonesia is a country that is based on law. In social life, in addition to the existence of national
law, there is also customary law in the midst of the community that was born from the habits and behaviors
that have been developed, which are called adat law. This custom or habit will later become a provision
called adat law. Whereas customary law and customary law are still used by certain local communities,
especially in the Talu Pasaman Barat region where the community still uses customary criminal law to
resolve customary criminal acts, specifically the crime of kidnapping girls.

The author uses sociological research methods, or often called non-doctrinal theories that try to examine
the effectiveness of the application of law in society. This research is descriptive. This research was
conducted in Talu, Talamau District, West Pasaman Regency, West Sumatra Province. While the population
and sample are all parties related to the problems examined in this study, the source of the data used are
primary data, secondary data, and tertiary data, data collection techniques in this study with interviews and
document studies.

The conclusion that can be drawn from this research is that the existence of customary criminal sanctions
such as discarded and fined is still very strong and is still applied in Talu Pasaman Barat, including in
resolving cases of abduction of girls resolved through customary law not through positive Indonesian law,
so there must be cooperation between the police and traditional stakeholders to make it more efficient.

Keywords: Criminal act - kidnapping – Law Adat

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume VII Edisi 1 Januari – Juni 2020 1
I. PENDAHULUAN melainkan semata-mata menerapkan undang-
undang yang sudah ada ”.4
A. Latar Belakang Masalah
Dalam Pasal 18 b Ayat (2) Undang-
Indonesia adalah salah satu negara yang undang Dasar NKRI 1945 negara mengakui
memiliki penduduk terpadat didunia, sehingga dan menghormati kesatuan-kesatuan
banyak terjadi kasus kejahatan didalamnya. masyarakat hukum adat beserta hak-hak
Undang-undang dasar 1945 menegaskan tradisionalnya sepanjang masih hidup dan
bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan perkembangan masyarakat dan
adalah Negara yang berdasarkan atas hukum prinsip NKRI yang diatur dalam UU. Selain
(rechstaat). Karena merupakan Negara itu dalam Pasal 5 Ayat (1) dan Pasal 50 Ayat
hukum maka Indonesia selalu menjunjung (1) UU NO. 48 Tahun 2009 tentang
tinggi hak asasi manusia. Selalu menjamin Kekuasaan Kehakiman juga menyebutkan
hak segala warga Negara bersamaan hakim wajib menggali, mengikuti, dan
kedudukannya di dalam hukum dan memahami nilai-nilai hukum, dan rasa
pemerintahan serta wajib menjunjung hukum keadilan yang hidup dalam masyarakat .
dan pemerintahan itu dengan tidak ada Putusan pengadilan selain harus memuat
kecualinya.1 alasan dan dasar putusan, juga memuat pasal
Namun dalam kehidupan bermasyarakat tertentu dari peraturan perundang-undangan
selain berlakunya hukum nasional juga bersangkutan atau sumber hukum tak tertulis
berlaku hukum yang lahir dari kebiasaan- yang dijadikan dasar untuk mengadili.5
kebiasaan atau sikap tingkah laku masyarakat
itu sendiri yang dikenal dengan sebutan Dalam hukum Adat Minangkabau tidak
hukum adat. Istilah hukum adat sebenarnya mengenal “Pidana penjara”, hukuman bagi
berasal dari bahasa Arab “huk’m” dan “adah” pelaku kejahatan dibagi menjadi sebagai
(jamaknya ahkam) yang artinya suruhan atau berikut :6
ketentuan. Didalam hukum islam dikenal
misalnya hukum syari’ah yang berisi adanya 1. Buang siriah;
lima macam suruhan atau perintah yang 2. Buang bialah;
disebut Al-Ahkam yaitu fardh (wajib), haram 3. Buang tikarang;
(larangan), mandub atau sunnah (anjuran), 4. Buang daki.
makruh (celaan), dan jaiz, mubah, atau halal
Begitu juga hal nya di Talu, yang
(kebolehan). Adah atau adat ini dalam bahasa
merupakan salah satu daerah di wilayah
Arab disebut dengan arti “kebiasaan” yaitu
kecamatan Talamau, Kabupaten Pasaman
perilaku masyarakat yang selalu terjadi.2 Oleh
Barat. Berdasarkan kejadian-kejadian yang
karna itu Soerjono Soekanto mendifinisikan
penulis dengar dan informasi yang
hukum adat adalah perbuatan- perbuatan yang
dikumpulkan dari masyarakat setempat
diulang-ulang dalam bentuk yang sama
termasuk beberapa pemangku adat di Talu,
menuju pada “rechts vardigeordening
rentang waktu 2015-2018 niniak mamak telah
lebing”.3 Neil Duxbury mengatakan “ hukum
menjatuhkan hukum “Buang Daki” kepada
adat tumbuh dan berkembang dalam
beberapa masyarakat yang melakukan tindak
masyarakat dan dihormati, pengadilan yang
pidana penculikan gadis. Modus operandi
memutus perkara sesuai hukum adat bukan
kasus penculikan gadis di Talu yang di
berarti membuat norma hukum baru,
ketahui para pemangku adat setempat
dilakukan si pelaku dengan memacari anak

1 4
Bambang Waluyo, Pidana dan Pemidanaan, Sinar Neil Duxbury, 2017, “Costum as Law in English Law”,
Grafika, Jakarta, 2008, hal. 1. Cambridge Of Law, chapter LXXVI, series 2, Summer, 337-
2
Erdianto Effendi,Hukum Pidana Adat, Refika, Bandung: 359. Diakses melalui www.fh.ur.ac.id, diterjemahkan
2018,hlm.5. dengan Google, Tanggal, 23 Februari 2018.
3 5
Hayatul Ismi, Hukum Adat Indonesia, UR Press Erdianto Effendi, Loc.cit.hlm.31.
6
Universitas Indonesia, Pekanbaru, 2015, hal. 11. Ibid.hlm.2.

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume VII Edisi 1 Januari – Juni 2020 2
gadis tersebut dan berjanji akan menikahi Barat ialah melarikan anak gadis yang
gadis tersebut. Dengan demikian si gadis digolongkan pada kasus penculikan terhadap
tidak merasa curiga dan merasa laki-laki perempuan.
sebagai pelaku tersebut benar-benar akan
menikahinya. Selain itu laki-laki tersebut juga Dalam hukum positif Indonesia,
membawa para korban keluar dari kabupaten penculikan diatur dalam pasal 328 KUHP
Pasaman Barat untuk mengajak si korban yang berbunyi :
mencari pekerjaan bersama. Cara kerja para
pelaku penculikan gadis tersebut biasanya ”Barang siapa melarikan orang dari
dilakukan dengan memanfaatkan kondisi tempat kediamannya atau tempat tinggalnya
perekonomian dan keadaan keluarga korban sementara dengan maksud melawan hak akan
yang dianggap kurang harmonis sehingga membawa orang itu dibawah kekuasaannya
korban akan mudah untuk dilarikan, karena atau kekuasaan orang lain, atau akan
motif para pelaku yakni untuk membuat para menjadikan dia jatuh terlantar, dihukum
gadis tersebut bekerja dan hidup sesuai karena penculikan dengan pidana penjara
keinginan para pelaku. paling lama dua belas tahun”.
Namun, di Talu Pasaman Barat yang
Didalam hukum adat Minangkabau
sering terjadi adalah kasus penculikan gadis
khususnya di Talu Pasaman Barat tindak
(perempuan) yang diatur dalam,
pidana penculikan gadis tersebut di
kategorikan sebagai Tindak pidana berat, Pasal 332 ayat 1 KUHP ;
karena dianggap anak gadis adalah penerus
bundo kanduang yang harus dilindungi dan “Bersalah melarikan perempuan diancam
dihargai. Selain alasan tersebut tindak pidana dengan pidana penjara: (i) paling lama tujuh
penculikan gadis di Talu Pasaman Barat ini tahun, barangsiapa membawa pergi seorang
dikategorikan sebagai tindak pidana berat perempuan yang belum dewasa, tanpa
karena para pelaku penculikan gadis tersebut dikehendaki orang tuanya atau walinya tetapi
ialah para pemuda daerah Talu tersebut, dengan persetujuan perempuan itu, baik di
sehingga para pelaku dianggap tidak dalam maupun di luar perkawinan. (ii) paling
menghormati dan menghargai ketentuan adat lama sembilan tahun, barang siapa membawa
yang berlaku tetapi malah menghancurkan pergi seorang wanita dengan tipu muslihat,
masa depan anak gadis yang sebagai korban kekerasan atau ancaman kekerasan, dengan
tersebut padahal seharusnya tugas laki-laki maksud untuk memastikan penguasaannya
ialah melindungi kaum perempuan terutama terhadap wanita itu, baik didalam maupun
anak gadis yang ada didaerah nya sendiri. luar perkawinan.”
Disini korban di kategorikan sebagai korban
langsung, yaitu mereka secara langsung Kitab Undang-undang Hukum
menjadi sasaran atau objek perbuatan pelaku.7 Pidana(KUHP) sebagai hukum positif yang
Maka karena alasan tersebut niniak mamak telah dikodifikasikan dan merupakan hukum
menjatuhkan hukuman buang daki kepada pidana bangsa Indonesia yang bersifat
pelaku. Buang daki adalah hukuman dimana nasional tidak dapat memenuhi segala
seseorang yang telah melakukan kejahatan di kebutuhan hukum kehidupan masyarakat.
buang dari kehidupan sosial nagari.8 Masyarakat Indonesia yang terdiri dari
beraneka ragam suku serta kebudayaan,
Maka tindak pidana yang pernah keberanekaragaman kebudayaan tersebut
diselesaikan pemangku adat di Talu Pasaman tentu menyebabkan adanya perbedaan adat
istiadat mereka termasuk hukum pidana yang
7
mereka anut, Hukum pidana tersebut sifatnya
Bambang Waluyo, Viktimologi Perlindungan Korban dan hanya berlaku untuk mereka sendiri. Namun
Saksi, Sinar Grafika, Jakarta, 2012, hlm. 20.
8 suatu keadaan yang dicita-citakan adalah
M.Syukri, ”Perbandinga Sanksi Pidana Dalam Hukum
Pidana Dengan Hukum Adat Minangkabau Dalam Kasus
Pencurian Anak”, Skripsi ,Program Sarjana Universitas Riau,
Pekanbaru, 2018, hlm.3.

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume VII Edisi 1 Januari – Juni 2020 3
adanya kesesuaian antara hukum dengan a) Untuk mengidentifikasi dan mengetahui
sistem nilai tersebut.9 bentuk-bentuk tindak pidana yang
penyelesaiannya diserahkan kepada
Di Talu Pasaman Barat pemangku adat hukum adat minang
berpatokan pada pepatah “Anak dipangku, b) Untuk mengetahui bentuk penyelesaian
kamanakan dibimbiang” maka disana tindak pidana penculikan gadis menurut
perbuatan yang dilakukan oleh para muda hukum adat minang terhadap pelaku
mudi merupakan tanggung jawab Niniak tindak pidana di Talu Pasaman Barat
mamak setempat, dimana dalam kasus c) Untuk mengetahui sejauhmana daya
penculikan gadis tersebut diketahui bahwa mengikat dari keputusan hukum adat
pelaku nya adalah masyarakat daerah Talu minang dalam menyelesaikan tindak
tersebut. Untuk menjaga nama baik pidana penculikan gadis di Talu
pemangku adat Talu maka kasus penculikan Pasaman Barat
gadis yang seharusnya dilakukan menurut
hukum nasional tetapi dilakukan secara 2. Manfaat Penelitian
hukum adat saja, menimbang apabila melalui a) Sebagai salah satu syarat untuk
jalur hukum nasional dianggap akan merusak mendapatkan gelar sarjana hukum
nama baik pemangku adat setempat. Namun Fakultas Hukum Universitas Riau
apabila pelaku tindak pidana penculikan gadis b) Untuk menambah wawasan penulis dalam
tersebut maka Niniak mamak setempat bidang ilmu hukum pidana adat
memperbolehkan melalui jalur hukum positif khususnya dalam pengetahuan tentang
Indonesia asalkan meminta izin dan pidana penculikan gadis menurut hukum
memberitahu dahulu kepada Niniak mamak pidana adat minangkabau di Talu
dan pemangku adat setempat dan jika telah Pasaman Barat
mendapat izin pihak keluarga boleh melapor c) Sebagai sumbangan pemikiran penulis
ke pihak berwajib. kepada pengembangan kualitas hukum
Adat Minangkabau khususnya bagi
Dengan berdasarkan uraian diatas maka
wilayah Talu Pasaman Barat.
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
D. Kerangka Teori
yang dituangkan dalam bentuk skripsi dengan
1. Teori Penegakan Hukum
judul “Eksistensi Hukum Adat Minang
Penegakan hukum pidana di Indonesia
Dalam Menyelesaikan Tindak Pidana
masih belum sesuai dengan harapan. Hal ini
Penculikan Gadis di Talu Pasaman Barat ”
tidak terlepas dari kekurangan-kekurangan
B. Rumusan Permasalahan yang terdapat pada setiap komponen-
1. Apa sajakah bentuk-bentuk tindak pidana komponen penegakan hukum, baik peraturan
adat yang penyelesaiannya diserahkan maupun aparat penegak hukumnya, contoh
kepada hukum adat minang ? misalnya terhadap kasus penculikan gadis
2. Bagaimanakah bentuk penyelesaian tindak berdasarkan pasal 332 KUHP. Penegakan
pidana penculikan gadis terhadap pelaku hukum terhadap penculikan gadis ternyata
menurut hukum adat minang di Talu belum difungsikan semestinya.
Pasaman Barat ?
Padahal dalam Pasal 332 KUHP (Kitab
3. Sejauhmanakah daya mengikat dari
Undang-Undang Hukum Pidana) Tentang
keputusan hukum adat minang dalam
Penculikan Gadis Secara jelas mengatur
menyelesaikan tindak pidana penculikan
adanya hukuman yang dijatuhkan kepada
gadis di Talu Pasaman Barat ?
pelaku penculikan anak gadis. Tujuan dari
pada penegakan hukum yankni untuk
C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
mengatur masyarakat agar damai dan adil
1. Tujuan Penelitian
dengan mengadakan keseimbangan antar
kepentingan yang dilindungi, sehingga tiap-
tiap anggota masyarakat memperoleh
9
E.K.M.Masinambow, Hukum dan Kemajemukan Budaya,
Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2003, hlm. 151.

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume VII Edisi 1 Januari – Juni 2020 4
sebanyak mungkin apa yang menjadi Soerjono Soekanto menyatakan bahwa
haknya.10 masalah penegakan hukum sebenarnya
terletak pada factor-faktor yang mungkin
Penegakan hukum adalah suatu proses mempengaruhinya. Faktor-faktor pendukung
untuk mewujudkan keinginan-keinginan pelaksanaan keadilan tersebut adalah sebagai
hukum menjadi kenyataan. Sedangkan berikut :14
keinginan-keinginan hukum itu sendiri adalah
pikiran-pikiran badan pembuat undang- a) Faktor hukumnya sendiri;
undang yang dirumuskan dalam peraturan- b) Faktor penegakan hukum, yakni pihak-
peraturan hukum, maka dalam proses pihak yang membentuk maupun
penegakan hukum oleh para pejabat penegak menetapkan hukum;
hukum disini terkait erat dengan peraturan- c) Faktor sarana atau fasilitas yang
peraturan hukum yang telah ada.11 mendukung penegakan hukum;
d) Faktor masyarakat, yaitu lingkungan
Menurut Satjipto Rahardjo, perumusan dimana hukum tersebut berlaku atau
pikiran pembuat hukum yang dituangkan diterapkan; dan
dalam peraturan hukum akan turut e) Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil
menentukan bagaimana penegakan hukum itu karya, cipta, dan rasa yang didasarkan
dijalankan. Memperhatikan pengertian pada karsa manusia didalam pergaulan
penegakan hukum menurut Satjipto Rahardjo hidup.
diatas, dapat disimpulkan bahwa pembuat Kelima factor tersebut saling berkaitan
hukum (undang-undang) juga dapat diartikan karena merupakan esensi dari penegakan
sebagai komponen yang turut menentukan hukum, juga merupa kan tolak ukur dari
dalam system peradilan pidana, karena efektifitas penegakan hukum. Dalam era
bagaimanapun juga tindakan-tindakan dalam globalisasi ini, kepastian, keadilan, dan
proses penegakan hukum yang dilakukan oleh efesiensi dari menjadi sangat penting hal ini
para pejabat penegak hukum juga terikat menjadi hanya bias dijamin dengan hukum
aturan-aturan hukum yang berlaku hasil yang baik, maksudnya menempatkan hukum
perumusan para pembuat hukum(undang- itu pada tempat yang sebenarnya tanpa
undang).12 pandang bulu. Berbicara tentang kepastian,
keadilan, dan efesiensi hukum yang baik
Penegakan hukum adalah upaya yang
berarti kita berbicara tentang tatanan hukum.
dilakukan untuk melaksanakan suatu aturan,
Tatanan hukum dalam bahasa Belanda,
baik dalam arti formil yang sempit maupun
”rech orde” ialah susunan hukum, artinya
dalam arti materil yang luas, sebagai
memberikan tempat yang sebenarnya kepada
pedoman prilaku dalam setiap perbuatan
hukum. Yang dimaksud dengan memberikan
hukum, baik oleh para subjek hukum yang
tempat yang sebenarnya, yaitu menyusun
bersangkutan maupun oleh aparat penegak
dengan baik dan tertib aturan-aturan hukum
hukum yang resmi diberi tugas dan
dalam pergaulan hidup hal itu dilakukan
kewenangan oleh undang-undang untuk
supaya ketentuan yang berlaku dengan mudah
menjamin berfungsinya norma-norma hukum
dapat diketahui dan digunakan untuk
yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat
menyelesaikan setiap peristiwa hukum yang
dan bernegara.13
terjadi agar tercapai kepastian, keadilan, dan
efisiensi hukum itu.15
Hukum merupakan tumpuan harapan dan
10
RE.Baringbing.Catur Wangsa Simpul Mewujudkan kenyataan masyarakat untuk mengatur
Supremasi Hukum,Pusat Kajian pergaulan hidup bersama. Hukum merupakan
Informasi,Jakarta:2001,hlm.54
11 perwujudan atau manifestasi dari nilai
Satjipto Raharjo, Masalah Penegakan Hukum:Suatu
Tinjauan Sosiologis,Sinar Baru, Bandung: 2004, hlm.24. kepercayaan.Oleh karena itu, wajar apabila
12
ibid
13 14
Hans Kelsen, Teori Umum Hukum dan Negara Ibid,hlm.6-8
15
,(Terjemahan Muttaqien Raisul), Nusa Media, Bandung: Abdoel Djamil, Pengantar Hukum Indonesia, PT.Raja
2011,hlm.89. Grafindo Persada, Jakarta:2010, hlm.5

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume VII Edisi 1 Januari – Juni 2020 5
penegakan hukum diharapkan sebagai orang secara lengkap dan jelas tentang masalah
yang sepatutmya dipercaya, dan menegakkan yang diteliti. Dengan pendekatan ini maka
wibawa hukum pada hakikatnya berarti diharapkan akan adanya kesesuaian antara
menegakkan nilai kepercayaan dalam peraturan yang berlaku dengan kenyataan
masyarakat sosialnya atau dengan kata lain, antara law in
book dengan law in action atau kesesuaian
2. Teori Receptio a Contrario antara das sollen dan das sein
Teori ini dikenalkan oleh Hazirin setelah
kemerdekaan. Pengenalan teori ini merupakan 2. Lokasi Penelitian
bentuk protes keras atas teori yang Lokasi penelitian ini berada diwilayah
dikemukakan oleh Snouck hourgenje. Kecamatan Talamau Kabupaten Pasaman
Menurut Hazirin hukum adat adalah suatu Barat Provinsi Sumatera Barat. Kenagarian
yang berbeda dan tidak dapat serta tidak Talu dan Sinuruik, sebagai dua dari tiga
boleh dicampur adukan dengan hukum islam nagari yang ada di Kecamatan Talamau
sehingga keduanya mesti tetap terpisah. Kabupaten Pasaman Barat Provinsi Sumatera
Hukum adat timbul semata-mata dari Barat dimana di daerah tersebut diambil
kepentingan hidup kemasyarakatan dan sebagai penelitian karna terdapat beberapa
dijalankan atas ketaatan anggota masyarakat kasus yang berhubungan dengan penelitian
itu atau apabila ada pertikaian dijalankan oleh terjadi di daerah tersebut dan penyelesaian
penguasa adat sebagai penguasa dan hakim yang diambil adalah hukum buang daki. Dan
pengadilan negri. Dari uraian nya Hazirin juga di Talu tersebut masyarakat masih kuat
sampai pada kesimpulan bahwa hukum adat dengan hukum adat nya.
berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan
3. Populasi
hukum islam.16
Populasi adalah sekumpulan yang dapat
Jadi teori ini sesuai dengan hukum yang
berupa semua orang, barang atau masalah-
berlaku di Minangkabau dimana berpedoman
masalah lainnya yang mempunyai ciri-ciri
atau berpatokan pada “Adat Basandi
yang sama berhubungan dengan penelitian
Syara’,Syara’ Basandi Kitabullah”, dimana
yang dilakukan. 19 Adapun yang menjadi
disini jelas bahwa hukum yang tertinggi
populasi dalam penelitian ini terdiri dari:
adalah Al Qur’an dan hukum adat
berpedoman pada Al Qur’an. sangat 1) Niniak mamak
ditentukan oleh kemampuannya 2) Pemuka masyarakat
3) Ketua pemuda
E. Metode Penelitian 4) Keluargan korban
1. Jenis Penelitian 5) Masyarakat Talu Pasaman Barat.
Penelitian ini tergolong sebagai
penelitian hukum sosiologis yaitu penelitian 4. Sumber Data
sosiologis yaitu penelitian terhadap a. Data Primer
identifikasi hukum nyata dan bagaimana b. Data Sekunder
efektifitas hukum di lingkungan masyarakat. 1) Bahan Hukum Primer
17
Penelitian ini objeknya yaitu fenomena 2) Bahan Hukum Sekunder
hukum. 18 dan penelitian ini dilakukan 3) Bahan Hukum Tersier
langsung di lokasi atau di lapangan untuk
memperoleh data guna memberikan gambaran 5. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang
16
Oje Salman Soemadiningrat,Rekonseptualisasi Hukum digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
Adat Kontemporer, PT.ALUMNI, Bandung, 2002, hlm.81 berikut :
17
M.Syukri,”Perbandinga Sanksi Pidana Dalam Hukum
19
Pidana Dengan Hukum Adat Minangkabau Dalam Kasus M.Syukri,”Perbandinga Sanksi Pidana Dalam Hukum
Pencurian Anak”,Skripsi,Program Sarjana Universitas Pidana Dengan Hukum Adat Minangkabau Dalam Kasus
Riau,Pekanbaru,2018,hlm.14. Pencurian Anak”,Skripsi,Program Sarjana Universitas
18
Achmad Ali dan Wiewie Haryani, Menjelajahi Kajian Riau,Pekanbaru,2018,hlm.15.
Empiris Terhadap Hukum, Kencana, Jakarta,2012,hlm.5.

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume VII Edisi 1 Januari – Juni 2020 6
a) Penelitian kepustakaan (library memecahkan objek penelitian ke dalam
research) yaitu memanfaatkan unsur-unsur tertentu, untuk kemudian ditarik
perpustakaan sebagai sarana dalam suatu generalisasi seluas mungkin ruang
mengumpulkan data, dengan lingkupnya. Sedangkan data yang diperoleh
mempelajari buku-buku sebagai bahan dari wawancara akan diolah secara kuantitatif
referensi yang berhubungan dengan yaitu suatu tata cara penelitian yang
penelitian ini. menghasilkan data deskriptif-analisis, yaitu
b) Penelitian lapangan (Field work berupa apa yang dinyatakan oleh responden
research) yaitu penulis lakukan dengan yang terkait baik secara tertulis ataupun lisan,
jalan berhadapan langsung dengan dan juga perilakunya yang nyata, yang diteliti
objek yang diteliti dilapangan meliputi: dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh.
1) Observasi, yaitu mengadakan Dalam menarik kesimpulan digunakan
pengamatan langsung dilapangan metode berpikir deduktif yaitu menarik
mengenai keadaan dan kondisi objek kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum
penelitian untuk mendapatkan data yang kepada hal-hal yang bersifat khusus.20
diperlukan untuk menyusun penelitian
ini. II. HASIL PENELITIAN DAN
2) Wawancara, yaitu metode pengumpulan PEMBAHASAN
data dengan melakukan komunikasi
antara satu orang dengan orang lainnya A. Bentuk-Bentuk Tindak Pidana Adat
untuk mendapatkan suatu informasi Yang Penyelesaiannya Diserahkan Kepada
yang jelas dan lebih akurat. Dalam hal Hukum Adat Minang
ini dengan menanyakan langsung secara
lisan kepada Niniak mamak, pemuka 1. Defenisi Tindak Pidana Adat 21
masyarakat, ketua pemuda dan keluarga
korban, dan masyarakat setempat yang Dengan memperhatiakan pengertian
mengetahui tentang permasalahan yang hukum pidana di satu sisi dan hukum adat di
diangkat. Soal yang berpedoman pada sisi yang lain, jika konstruksi berpikirnya
daftar pertanyaan-pertanyaan yang telah seperti itu, maka tidak adalah apa yang kita
disiapkan terlebih dahulu mengenai hal- sebut sebagai hukum pidana adat. Untuk
hal yang berhubungan dengan menilai apa yang dimaksud dengan hukum
penelitian ini. Wawancara dilakukan pidana harus dilihat tiga masalah sentral
dengan mengajukan pertanyaan kepada dalam hukum pidana, yaitu perbuatan apa saja
narasumber. yang dilarang, pertanggungjawaban pidana,
3) Kuesioner, yaitu suatu teknik dan pidana.
pengumpulan informsi yang Berdasarkan pada pandangan Hilman
memungkinkan analisis mempelajari Hadi kusuma, pengertian hukum pidana adat
sikap-sikap, keyakinan, prilaku, tidak dilihat dari perspektif hukum pidana,
karakteristik beberapa orang utama tetapi melihatnya dari perspektif hukum adat.
dalam organisasi yang bisa terpengaruh Melihat hukum pidana adat dari perspektif
oleh system yang sudah ada. Dengan hukum pidana hanya akan menghasilkan
demikisn dapat menentukan seberapa pemahaman hukum dari perspektif
luas atau terbatasnya sentiment yang positivisme belaka. Hilman Hadikusuma
diekspresikan dalam suatu wawancara. menggunakan istilah hukum pidana adat
6. Analisi Data sebagai terjemahan dari istilah “adat
Data yang dikumpulkan melalui delictenrecht”. Ia mendefinisikan bahwa
wawancara, kemudian diolah secara kualitatif, hukum pidana adat adalah hukum yang
yaitu suatu tata cara penelitian dengan
20
melakukan penyorotan terhadap masalah serta M.Syukri,”Perbandinga Sanksi Pidana Dalam Hukum
usaha untuk pemecahannya, yang mana Pidana Dengan Hukum Adat Minangkabau Dalam Kasus
dilakukan dengan upaya-upaya yang lebih Pencurian Anak”,Skripsi,Program Sarjana Universitas
banyak didasarkan pada pengukuran yang Riau,Pekanbaru,2018,hlm.20.
21
Erdianto Effendi, Op.cit,hlm. 14-15.

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume VII Edisi 1 Januari – Juni 2020 7
menunjukan peristiwa dan perbuatan yang awalnya hanya diajak untuk pergi keluar
harus diselesaikan (dihukum) dikarenakan sebentar namun dibawa kabur oleh pelaku,
peristiwa dan perbuatan itu telah mengganngu sehingga korban pun tidak bisa kembali
keseimbangan masyarakat. kerumahnya, korban dibawa untuk tinggal di
Van Vollenhoven menyatakan bahwa rumah kontrakan pelaku yang dulunya tempat
yang dimaksud dengan delik adat adalah ia tinggal dengan mantan istri nya, diketahui
perbuatan yang tidak boleh dilakukan, oleh masyarakat lokasi tersebut berada di kota
walaupun dalam kenyataannya peristiwa atau Padang. Setelah mengetahui keberadaan
perbuatan itu hanya merupakan sumbang korban, keluarga korban bermaksud
yang kecil aja. Jadi yang dimaksud delik adat menjemput anak nya untuk dibawa pulang,
adalah semua perbuatan atau kejadian yang namun sang anak pun menolak karena merasa
bertentangan dengan kepatutan, kerukunan, tinggal dengan laki-laki tersebut semua
ketertiban, keamanan, rasa keadilan, dan keinginan dan kebutuhan nya terpenuhi,
kesadaran hukum masyarakat bersangkutan, karena keras kepala anak gadisnya tersebut
baik hal itu akibat perbuatan seseorang pihak keluarga bermaksud ingin melaporkan
maupun perbuatan penguasa adat sendiri. pelaku kepihak berwajib, namun tindakan nya
tersebut dilarang oleh pemangku adat
Sedangkan beradasarkan hasil setempat karena penyelesaiannya harus
wawancara dengan niniak Syamril selaku dilakukan melalui pengadilan adat.
Urang Tuo Adat yang baru di Koto Panjang Begitupun dengan kasus-kasus yang
Talu Nagari Sinuruik hukum pidana adat itu lainnya yang membawa lari gadis di Talu
dijelaskan sebagai suatu aturan yang Pasaman Barat tersebut tanpa izin dari
berkaitan dengan kejahatan yang terjadi orangtua dan tanpa ikatan pernikahan, namun
dalam adat minang dan dapat dijatukan sanksi setiap kasus penculikan gadis tersebut
adat bagi pelaku nya. Sedangkan Bentuk- memiliki modus yang berbeda-beda dalam
bentuk Tindak Pidana adat yang membujuk para gadis sebagai korbannya
penyelesaiannya di serahkan pada hukum adat tersebut lari, namun dalam pemutusan sanksi
minang adalah:22 sama-sama dijatuhi hukuman buang daki
yang merupakan hukuman paling berat di
Diantara bentuk-bentuk tindak pidana Talu Pasaman Barat yang dapat dijatuhkan
adat diatas, yang paling banyak terjadi di Talu kepada kasus yang dianggap berat.
Pasaman Barat yang memakai hukum adat Dalam berbagai macam jenis tindak
dalam penyelesaiannya adalah Sumbang- pidana adat maka dalam hukum adat minang
Salah yaitu membawa pergi anak gadis dan kabau dapat dilakukan penyelesaian secara
tinggal serumah tanpa ikatan pernikahan dan adat sehingga dapat dijatuhkan sanksi yang
persetujuan dari pihak keluarga gadis setimpal. Di Talu Pasaman Barat lebih
tersebut, sebagaimana yang telah dijelaskan diutamakan hukum adat sesuai dengan asas
sebelumnya terdapat beberapa kasus Lex specialis derogate legi generalis dimana
penculikan gadis yang di lakukan di Talu aturan yang khusus dapat mengenyampingkan
Pasaman Barat yang penyelesaiannya melalui aturan yang umum, dan hukum adat
musyawarah atau pengadilan adat. Dimana merupakan aturan yang khusus. Di
dalam salah satu kasus yang terjadi tersebut Minangkabau aturan yang utama adalah yang
dilakukan oleh pelaku berinisial B yang bersumber dari Tuhan berdasarkan pepatah
melakukan penculikan terhadap gadis yang nya “adat basandi syarak, syarak basandi
berinisial R, penculikan tersebut dilakukan kitabullah” dimana aturan atau hukum yang
karena si B ingin menikahi si R namun tidak berlaku di Minangkabau khususnya di Talu
mendapat restu dari kedua orangtua si R, Pasaman Barat tidak boleh bertentangan
sehingga pelaku membawa pergi korban yang dengan syariat agama islam.

B. Bentuk Penyelesaian Tindak Pidana


22
Wawancara dengan Niniak Syamril selaku Urang Tuo Adat Penculikan Gadis Terhadap Pelaku Menurut
yang baru di Koto Panjang Nagari Sinuruik. Pada tanggal 11 Hukum Adat Minang di Talu Pasaman Barat
September 2019

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume VII Edisi 1 Januari – Juni 2020 8
Hukum adat adalah aturan-aturan hidup Penyelesaian perkara yang dilakukan
akan tetapi aturan ini tidak dalam bentuk oleh KAN /Pemangku Adat adalah perkara
aturan tertulis. Seperti yang telah diuraikan yang berkaitan dengan sako dan pusako.
juga, bahwa hukum adat minangkabau adalah Dengan catatan perkara ini tidak dapat lagi di
suatu aturan yang tidak tertulis yang diakui selesaikan pada tingkat jorong. Pada
masyarakat minangkabau yang didalamnya persoalan pidana, perkara yang sampai pada
terdapat sanksi-sanksi adat yang wajib peradilan KAN adalah apabila perbuatan yang
dipatuhi masyarakat minangkabau. dilakukan melibatkan 2 (dua) atau lebih
Berdasarkan wawancara penulis Yurman kampung. Contoh kasus terjadinya tawuran
alias niniak Buyuang Perti Selaku Urang Tuo yang melibatkan Jorong A dengan Jorong B
Adat yang lama di Koto Panjang Nagari yang dimana kedua jorong ini berada pada
Sinuruik sebelum membahas lebih jauh satu wilayah nagari.
tentang hukum adat minangkabau, perlu
dipahami hukum adat di setiap nagari yang Berdasarkan wawancara penulis dengan
ada di minangkabau akan berbeda-beda, Bapak Adi Mitra, selaku Tamalin di Koto
tergantung dengan bagaimana kesepakatan Panjang Nagari Sinuruik diketahui alur
niniak mamak dalam nagari tersebu. 23 Ini penyelenggaraan musyawarah adat sebagai
sejalan dengan pepatah “adat salingka berikut:24
nagari”, artinya aturan adat yang berlaku a) Adanya laporan anggota masyarakat
disetiap nagari berbeda. atau tangkap tangan secara langsung,
Seperti hal nya dalam sistem hukum b) Setelah adanya laporan masyarakat,
pidana Indonesia, bahwa dalam hukum adat niniak mamak melalaui Lembaga
minangkabau juga dikenal adanya tingatan Musyawarah Jorong (LMJ) akan
peradilan, yakni: melakukan pertemuan yang dihadiri
a) Musyawarah dalam kaum. oleh:
1) Niniak mamak setiap kaum;
Proses penyelesaian perkara pidana ini 2) Saksi-saksi yang melaporkan;
dilakukan hanya dalam satu kaum atau 3) Orang tua pelaku, biasanya kehadiran
keluarga, yang biasanya penyelesaian perkara orang tua pelaku di damping oleh
dalam kaum ini terjadi akibat permasalahan mamak kaum. Akan tetapi dalam
dalam kaum yang bersangkutan, yang tidak beberapa kasus ada juga yang tidak
mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat perlu dihadiri mamak kaumnya.
sekitar. Contoh perkara nya, seorang
kemenakan dianggap telah menentang mamak a) Setelah semua elemen yang disebut
dalam kaum tersebut. diatas telah berkumpul, maka rapat
b) Musyawarah melalui Lembaga musyawarah akan dimulai dengan
Musyawarah Jorong (LMJ) menunjuk seorang hakim, biasanya
yang menjadi hakim adalah niniak
Perkara yang diadili pada tingkat ini mamak nan dituokan di nagari tersebut
adalah perkara yang mempunyai pengaruh b) Apabila niniak mamak dari pihak
sosial lebih luas dari pada kaum. Atau dengan pelaku tidak hadir, maka musyawarah
kata lain perbuatan seseorang melakukan akan tetap dilanjutkan dengan
perbuatan yang mengganggu kehidupan konsekuensi apapun hasil persidangan
kampung, dan tidak cukup diselesaikan dalam ini harus diterima oleh pelaku dan
kaum. keluarga maupun kaumnya.
c) Musyawarah melalui Kerapat Adat c) Didalam persidangan ini, niniak mamak
Nagari / Pemangku Adat akan mendengarkan seluruh
pertimbangan dari perwakilan yang
23
Wawancara dengan niniak Yurman alias niniak Buyuang
24
Perti Selaku Urang Tuo Adat yang lama di Koto Panjang Wawancara dengan Bapak Adi Mitra selaku Jumanti Adat
Nagari Sinuruik. Pada tanggal 12 September 2019. di Koto Panjang Nagari Sinuruik. Pada 15 September 2019.

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume VII Edisi 1 Januari – Juni 2020 9
hadir terhadap kesaksian yang didapat kelakuan/ budi pekerti buruk seseorang dalam
dari saksi maupun pelaku sendiri kampung, meskipun yang terkena sanksi
d) Kemudian niniak mamak akan masih tinggal dikampung tetapi tidak boleh
mengambil kesepakatan berupa mengikuti kegiatan social dikampung.
hukuman apa yang akan dijatuhkan 3) Buang tikarang
terhadap pelaku, apakah akan dijatuhi Buang tikarang adalah seseorang yang
denda, atau hukuman buang. Dalam dibuang didalam kampung, tidak boleh
konteks penelitian ini kemudian niniak mendekati kampung sama sekali, akan tetapi
mamak menjatuhkan hukuman buang biasanya buang tikarang ini diikuti dengan
daki kepada pelaku yang melakukan hukum denda sebagai syarat pengampunan
penculikan tersebut. kesalahan. Artinya apabila denda di bayar
maka tidak berlaku lagi baginya hukuman
Untuk mengurai secara lebih jelas jenis- buang, Jadi denda yang dibayar dapat
jenis sanksi dalam hukum adat di Talu Nagari diberlakukan sebagai pengganti dari hukuman
Sinuruik, melalui wawancara peneliti dengan buang tikarang yang dijatuhkan kepadanya.
bapak Refi Irawan selaku Mamak Tuo Adat 4) Buang daki
diketahui bahwa jensi-jenis sanksi dalam Buang daki adalah hukum buang yang
hukum adat di Talu Nagari Sinuruik sebagai paling keras di Talu Nagari Sinuruik. Dimana
berikut: 25 seseorang yang dibuang dari nagari, dan tidak
boleh kembali ke nagari, apapun alasannya.
a. Hukuman buang sapanjang adat Apabila orang yang telah dijatuhi hukuman
Adalah hukuman kepada seseorang yang buang daki, nekat kembali ke nagari
berbuat salah secara adat, dimana orang yang walaupun hanya untuk menjenguk orang tua,
bersangkutan di sisihkan dalam kehidupan maka pemuda-pemuda di nagari tidak akan
kampung. Kemudian lebih rinci, hukum segan-segan melukai, bahkan lebih dari
Buang Sapanjang Adat ini terbagi lagi sekedar melukai. Konsekuensi yang lebih
menjadi: jelas terhadap hukuman buang daki ini
1) Buang siriah adalah, seseorang yang dijatuhi hukuman ini
Hukuman buang ini, seseorang dibuang maka semua bentuk hubungan sosial nya baik
dari kehidupan kaum nya, namun tetap dengan keluarga, teman sebaya dan
diterima dalam kehidupan nagari. Misalkan seterusnya, akan habis karena dia dibuang
seseorang bertengkar dengan saudara keluar nagari nya, jadi hukuman ini
kandung nya, kemudian didamaikan oleh merupakan hukuman yang tidak ada toleransi
niniak mamak. Apabila salah satu pihak tidak sama sekali seperti yang dijatuhkan kepada
mau melaksanakan putusan niniak mamak kemenakan yang melakukan penculikan
tersebut, maka dia akan disisihkan dalam terhadap gadis yang ada di Talu Pasaman
kehidupan kaumnya. Karna hakikatnya Barat yang memakai hukum Adat minang.
putusan yang dibuat niniak mamak itu telah b. Denda
menimbang segala sesuatu dengan arif dan Denda adalah hukuman berupa
bijaksana dengan sudah memikirkan dengan membayar sejumlah uang atau benda kepada
matang dampak dari dijatuhkan nya hukuman nagari. Denda bisa juga dianggap sebagai
tersebut dan sudah disepakati sejak lama oleh pengganti hukuman buang yang dijatuhkan
para pemangku adat dan masyarakat. kepada pelaku yang melanggar hukum adat.
2) Buang bilah Jumlah hukuman denda bervariasi, tergantung
Buang bilah adalah seseorang yang dari besar kecil nya kesalah, dan skala
secara sosial dicabut hak-haknya dari dampak dari perbuatan yang dilakukan.
kehidupan kampung. Akan tetapi tidak Denda yang paling kecil adalah memotong
disuruh keluar dari kampung. Ini akibat dari seekor ayam, dan denda paling besar
memotong seekor kerbau atau dapat diganti
denda 30 sak semen.
25
Wawancara dengan Bapak Refi Irawan selaku Mamak Tuo
Adat. Pada 17 September 2019.

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume VII Edisi 1 Januari – Juni 2020 10
Berdasarkan wawancara dengan Hukum adat bagi masyarakat
Yurmidas sebagai salah satu niniak mamak berfungsi sebagai neraca yang dapat
yang hadir dalam rapat musyawarah tersebut menimbulkan kadar baik atau buruk, salah
menjelaskan alasan dari penjatuhan hukuman atau benar, patut atau tidak patut, pantas atau
buang daki adalah perbuatan yang dilakukan tidak pantas atas sesuatu perbuatan atau
kemenakan sebagai pelaku telah mengganggu peristiwa dalam masyarakat, sehingga
keamanan dan ketertiban masyarakat eksistensi hukum adat lebih sebagai pedoman
kampung.26 untuk menegakkan dan menjamin
Selain itu pada saat musyawarah adat terpeliharanya etika kesopanan, tata tertib,
dilaksanakan pihak keluarga pelaku moral, dan nilai adat dalam kehidupan
didampingi oleh mamak kandung. Mengingat masyarakat. Ini berarti bahwa hukum adat
keluarga pelaku adalah merupakan orang asli dengan sejumlah aturannya yang tidak
dari kampung. tertulis, pada hakikatnya di dalamnya sudah
Kemudian peneliti mewawancarai Ibu diatur dan disepakati bagaimana seseorang
Dahlena selaku orang tua korban penculikan bertindak, berprilaku baik dalam lingkungan
yang juga dijatuhi hukuman buang daki social masyarakat. 29
karena anaknya memilih menikah dan tinggal Berdasarkan wawancara dengan Uda
bersama dengan pelaku yang telah menjadi Dori Kurnia Lusta selaku Ketua Pemuda di
suaminya, mengatakan pada waktu sidang Koto Panjang Talu Pasaman barat
adat beliau tidak punya pilihan lain selain menjelaskan bahwa dengan adanya hukum
menyerahkan urusan kepada niniak mamak. adat minang yang dipakai di Talu Pasaman
Setelah putusan dijatuhkan beliau mengakui Barat sangat membantu membuat jera para
tidak lagi bisa mengawasi dan mendidik anak pelaku karena dengan hukuman buang daki
nya sebagaimana mestinya, namun keputusan tersebut sehingga para pemuda yang lainnya
itu dapat diterima sang ibu karena itu lebih berfikir dalam melakukan kejahatannya
merupakan kesalahan dari anak gadis nya karena takut terputus hubungan sosial dengan
yang memilih mengikuti pelaku tersebut.27 keluarga dan orang terdekat lainnya. 30
Untuk mengetahui dampak putusan Sedangkan menurut Bapak Yonfiardi
buang daki, peneliti mewawancarai saudara selaku masyarakat di Talu Pasaman Barat ,
Ratni yang mengatakan setelah berpisah dari Bahwa keputusan hukum adat minang di Talu
keluarga dan tinggal jauh dari orang tua, dia Pasaman Barat dalam kasus penculikan gadis
terpaksa mengurangi komunikasi yang di Talu Pasaman Barat sangat membantu
membuat hubungannya dengan keluarga dalam meminimalisir tindak pidana
menjadi renggang, namun menurutnya penculikan gadis yang terjadi di Talu tersebut,
hubungan antara orang tua dengan anak tidak meskipun tidak secara keseluruhan dipatuhi
akan pernah terpisahkan meskipun dia tidak karena masih ada keluarga pelaku yang tetap
dapat lagi tiggal bersama orangtua nya. 28 berhubungan dan berkomunikasi dengan
Sanksi-sanksi tersebut dilakukan sebagai pelaku yang sudah di buang dari nagari
bentuk penegakan hukum adat di Talu tersebut, baik itu dengan cara mengunjungi
Pasaman Barat dan sesuai dengan teori yang pelaku di luar nagari maupun komunikasi
digunakan. lewat media telephone. Namun putusan adat
yang menjatuhkan sanksi hukuman buang
C. Daya Mengikat Dari Keputusan Hukum daki tesebut dapat membantu keluarga korban
Adat Minang Dalam Menyelesaikan Tindak menjadi lebih tenang karena tidak akan
Pidana Penculikan Gadis di Talu Pasaman berjumpa dengan pelaku di dalam nagari lagi,
Barat

26 29
Wawancara dengan Mamak Yurmidas. Pada 17 Suriyaman Mustari Pide, Hukum Adat Dahulu Kini dan
September 2019. Nanti, PRENADAMEDIA GROUP, Jakarta, 2014.hlm.88.
27 30
Wawancara dengan ibu Dahlena selaku orang tua korban Wawancara dengan Uda Dori Kurnia Lusta selaku Ketua
penculikan gadis. Pada 12 September 2019. Pemuda di Koto Panjang Nagari Sinuruik Talu. Pada 28
28
Wawancara dengan uni Ratni, Pada 15 September 2019. September 2019.

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume VII Edisi 1 Januari – Juni 2020 11
sehingga menciptakan rasa lega dihati (3) menerapkan mediasi penal
keluarga korban penculikan gadis tersebut.31 (penyelesaian) menurut masyarakat
Sejauh ini daya mengikat keputusan adat tanpa campur tangan Negara sama
Minang yang dijatuhkan di Talu Pasaman sekali.
Barat sangat kuat, ini penulis simpulkan
berdasarkan wawancara dengan Bapak Wizar Penyelesaian secara adat merupakan
selaku Alim Ulama Cadiak Pandai, yang bentuk dari mediasi penal dan termasuk
menjelaskan bahwa sejauh ini putusan- dalam bentuk penyelesaian perkara yang ke
putusan yang dijatuhkan oleh pemangku adat tiga. Mediasi penal merupakan penyelesaian
Minang di Talu Pasaman Barat masih perkara pidana dengan sarana mediasi melalui
dipatuhi dan ditaati oleh masyarakat musyawarah dengan bantuan mediator yang
terkhusus di Talu Pasaman Barat, dimana netral, dihadiri oleh korban dan pelaku baik
masyarakat masih mengikuti aturan-aturan secara sendiri-sendiri maupun beserta
adat yang ada di Talu Pasaman Barat keluarga dan perwakilan masyarakat (tokoh
meskipun peraturan yang ada dan berlaku agama, tokoh masyarakat, tokoh adat, dll),
tersebut tidak dibuat secara tertulis, namun yang dilakukan secara sukarela, dengan
sudah menjadi kebiasaan-kebiasaan yang tujuan pemulihan bagi korban, pelaku dan
sudah turun-temurun dari nenek moyang. 32 lingkungan masyarakat. 35 Mediasi penal ini
Selain itu hukum adat juga menjadi suatu pada dasarnya merupakan penerapan dari
aturan yang di utamakan di Talu Pasaman prinsip keadilan restorative. Mediasi penal
Barat di bandingkan dengan hukum nasional sebagai alternative dalam system peradilan
Indonesia, sesuia dengan asas lex specialis pidana pada kasus penculikan gadis di Talu
derogate legi generalis hukum yang khusus Pasaman Barat yang pelakunya merupakan
mengenyampingkan hukum yang umum, masyarakat setempat, sangat dibutuhkan dan
disini sudah jelas bahwa hukum adat sangat diperlukan, dikarenakan :36
merupakan hukum yang khusus jadi
masyarakat hukum adat lebih mengutamakan a. Diharapkan dapat mengurangi
aturan hukum adat dibanding hukum nasional penumpukan perkara;
Indonesia, selama masih diatur dalam aturan b. Merupakan salah satu proses penyelesaian
hukum adat maka para pemangku adat lah sengketa yang dianggap lebih cepat, murah
yang berhak menyelesaikannya. Bapak dan sederhana;
Syamril selaku Mak Tuo adat yang baru di c. Dapat memberikan akses seluas mungkin
Koto Panjang Talu Nagari Sinuruik juga kepada para pihak yang bersengketa untuk
mengatakan bahwa aturan-aturan yang ada memperoleh keadilan, dan
dalam hukum adat juga dapat berubah-ubah d. Memperkuat dan memaksimalkan fungsi
sesuai dengan ketetapan dan kesepakatan lembaga pengadilan dan penyelesaian
pemangku adat dan masyarakat adat nya.33 sengketa di samping proses menjatuhkan
pemidanaan.
Tiga model penyelesaian perkara pidana yaitu : 34
(1) pengakuan nilai-nilai yang hidup Dari penjelasan diatas dapat kita ketahui
dimasyarakat dalam system hukum bahwa pengadilan adat yang termasuk salah
modern, satu bentuk mediasi penal melibatkan
(2) penerapan mediasi penal yang kemudian pemangku adat sebagai mediator nya,
dilegalisasi oleh system peradilan meskipun bukan berasal dari pengadilan
Negara, dan langsung namun pemangku adat sangat diakui
sebagai mediator tertiggi bagi masyarakat di

31 35
Wawancara dengan bapak Yonfiardi, Pada 08 September Barda Nawawi Arief, Mediasi Penal Penyelesaian Perkara
2019. Luar Pengadilan, Pustaka Magister, Semarang, 2008.
32 36
Wawancara dengan Bapak Wizar selaku Alim Ulama DS. Dewi dan Fatahillah A Syukur, Mediasi Penal :
Cadiak pandai. Pada 09 September 2019. Penerapan Restoratif Justice di Pengadilan Anak Indonesia,
33
Wawancara dengan bapak Syamril. Indie Publishing, Jakarta,2011, hlm.80.
34
Erdianto Effendi, Op.cit,hlm. 65

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume VII Edisi 1 Januari – Juni 2020 12
Talu Nagari Sinuruik, Kecamatan Talamau, yakni: a) Musyawarah dalam kaum, b)
Kabupaten Pasaman Barat, dikarenakan Musyawarah melalui lembaga
masyarakat adat di Talu tersebut masih musyawarah jorong, c) Musyawarah
menjunjung tinggi hukum adat yang berlaku. melalui kerapatan adat nagari / pemangku
Bukan hanya dalam penyelesaian dalam kasus adat. Sedangkan jensi-jenis sanksi dalam
pidana adat yang diselesaikan melalui hukum adat di Talu Nagari Sinuruik
pengadilan adat saja, namun untuk mengatasi sebagai berikut: a) Buang Siriah, b) Buang
kesulitan menentukan bagaimana hukum yang Bilah, c) Buang Tikarang, d) Buang Daki.
hidup, dalam proses pengadilan dapat Dan dalam kasus penculikan gadis di Talu
memanggil para tertua adat untuk Pasaman Barat hukuman yang dijatuhkan
didengarkan keterangan nya sebagai ahli terhadap pelaku adalah buang daki dimana
tentang adat.37 pelaku di buang dari nagari dan tidak
boleh kembali lagi kenagari, apapun
III. PENUTUP alasannya.
3. Hukum adat bagi masyarakat berfungsi
A. Kesimpulan sebagai neraca yang dapat menimbulkan
Setelah diuraikan secara menyeluruh kadar baik atau buruk, salah atau benar,
tentang perbandingan sanksi dalam hukum patut atau tidak patut, pantas atau tidak
pidana nasional dengan hukum pidana adat pantas atas sesuatu perbuatan atau
minangkabau dalam kasus penculikan peristiwa dalam masyarakat, sehingga
terhadap gadis yang terjadi di Talu Pasaman eksistensi hukum adat lebih sebagai
Barat, dapat diketahui secara jelas bagaimana pedoman untuk menegakkan dan
penyelesaiannya. Dengan demikian penulis menjamin terpeliharanya etika kesopanan,
dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: tata tertib, moral, dan nilai adat dalam
kehidupan masyarakat. Berdasarkan
1. Hukum pidana adat itu dijelaskan sebagai penjelasan diatas bahwa daya mengikat
suatu aturan yang berkaitan dengan putusan hukum adat minang di Talu
kejahatan yang terjadi dalam adat minang Pasaman Barat sangat kuat, dimana
dan dapat dijatukan sanksi adat bagi masyarakat masih mengikuti aturan-aturan
pelaku nya. Sedangkan bentuk-bentuk adat yang berlaku, putusan adat tersebut
Tindak Pidana adat yang penyelesaiannya juga sangat berpengaruh dalam membuat
di serahkan pada hukum adat minang efek jera pada masyarakat yang telah
adalah : Tikam-Bunuh, Upas-Racun, mendapatkan hukuman buang daki
Samun-Sakar, Siar-Bakar, Maling-Curi, tersebut. setiap keputusan yang
Dago-Dagi, Sumbang-Salah . Dalam menyangkut kepentingan orang banyak
berbagai macam jenis tindak pidana adat dapat di uji kebenarannya dan bebas
tersebut maka dalam hukum adat minang menurut hukuman yang mencerminkan
kabau dapat dilakukan penyelesaian secara asas keadilan dan kepatutan.
adat sehingga dapat dijatuhkan sanksi yang B. Saran
setimpal. Adapun saran-saran yang peneliti
2. Hukum adat di setiap nagari yang ada di sampaikan terhadap permasalahan yang telah
minangkabau akan berbeda-beda, diuraikan adalah :
tergantung dengan bagaimana kesepakatan 1. Saran peneliti kepada kalangan adat yang
niniak mamak dalam nagari tersebut. Ini menggunakan hukum adat sebagai dasar
sejalan dengan pepatah “adat salingka pemidanaan terhadap perilaku masyarakat
nagari”, artinya aturan adat yang berlaku yang melanggar norma adat, terkhusus
disetiap nagari berbeda. Seperti hal nya pada pelaku yang melakukan penculikan
dalam sistem hukum pidana Indonesia, terhadap gadis adalah sebaiknya adat mau
bahwa dalam hukum adat minangkabau membuka diri dan lebih berhati-hati dalam
juga dikenal adanya tingatan peradilan, menjatuhkan hukuman terhadap pelaku,
agar putusan yang dijatuhkan adat kepada
37
pelaku sebagai kemenakannya tidak terlalu
Erdianto Effendi, Op.cit,hlm. 67

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume VII Edisi 1 Januari – Juni 2020 13
merugikan kemenakannya tersebut dalam DAFTAR PUSTAKA
kelangsungan hidup masa depannya.
peneliti juga menyarankan agar polisi dan A. Buku
kalangan adat bekerjasama dengan Abdulkadir, Muhammad, 2004, Hukum dan
mengadakan diskusi bersama mengkaji Penelitian Hukum, Citra Aditya
tentang penanganan terbaik pada pelaku Bakti,Bandung.
yang melakukan perkara pidana, terkhusus Ali, Achmad dan Wiewie Haryani, 2012,
pidana penculikan gadis, agar kekakuan Menjelajahi Kajian Empiris
niniak mamak dalam menjalankan aturan Terhadap Hukum, Kencana,
adat merugikan pelaku yang harus Jakarta.
dilindungi kepentingan masa depannya, Ali, Zainuddin, 2015, Metode Penelitian
karena penculikan juga diatur dalam Hukum, Sinar Grafika,Jakarta.
hukum positif yang seharusnya juga Baringbing, R.E, 2001, Catur Wangsa
ditangani oleh pihak berwajib seperti Simpul Mewujudkan Supremasi
polisi. Hukum, Pusat Kajian Informasi,
2. Dalam hal pengoptimalan hukum adat Jakarta.
sebagai alternatife peradilan untuk Dewi, DS dan Fatahillah A. Syukur, 2011,
menangani kasus penculikan adat di Talu Mediasi Penal : Penerapan
Pasaman barat tersebut, peneliti juga Restorative Justice Di Pengadilan
menyarankan kepada niniak mamak agar Anak Indonesia, Indie Publishing,
lebih memaksimalkan peran mamak. Jakarta
Sesuai dengan pepatah Adat “Anak Djamil, Abdoel, 2010, Pengantar Hukum
dipangku, Kamakan dibimbiang”. Bahwa Indonesia, PT Raja Grafindo
seorang mamak haruslah betul betul Persada, Jakarta.
mendidik, dan mengawasi setiap perilaku Efendi, Erdianto, 2018, Hukum Pidana
anak kemenakannya. Dalam hal peradilan Adat, Refika, Bandung.
adat sendiri, dengan memaksimalkan peran Firdaus, Emilda dan Sukamariko Andrikasmi,
2016,Hukum Perlindungan Anak Dan
seorang mamak maka tidak perlu ada lagi
Wanita, Alaf Riau, Pekanbaru.
putusan hukum buang daki bagi kepada
Hamzah, Andi, 2009, Delik Dalam KUHP,
pelaku, yang dengan jelas merugikan masa
Sinar Grafika, Jakarta.
depan seorang dan memisahkan pelaku
Hapsah Isfardiyana, Siti, 2018, Hukum Adat,
dengan orang tua, keluarga, serta orang-
UII Press, Yogyakarta.
orang terdekatnya.
Hasanah Ulfiah, 2012, Hukum Adat, Pusat
3. Cara penyelesaian kasus penculikan
Pengembangan Pendidikan UNRI,
terhadap gadis di Talu Pasaman Barat yang
Pekanbaru.
melalui peradilan adat harus tetap
Ismi Hayatul, 2015, Hukum Adat Indonesia,
dipertahan kan meskipun harus melakukan
UR Press Universitas Indonesia,
perbaikan dalam penjatuhan sanksinya,
Pekanbaru.
namun sebagaimana yang kita ketahui
Kadir, Abdul, 2006, Etika Profesi Hukum,
dalam asas lex specialis derogate legi
PT Citra Aditya Bakti, Bandung,
generalis, dimana hukum yang khusus
Kelsen, Hans, 2011, Teori Umum Hukum
mengenyampingkan hukum yang umum,
dan Negara, Nusa Media,
jadi hukum adat yang merupakan hukum
Bandung.
khusus memang harus diutamakan. Dan
Mahyuddin, Suardi dan Araustam Rahman,
kepada masyarakat terutama orang tua
2002, Hukum Adat Minang Kabau
yang memiliki anak gadis disarankan
Sejarah Perkembangan Rao-rao,
untuk lebih menjaga dan mendidik anak
Citatama Mandiri, Jakarta.
nya agar tidak menjadi korban penculikan
Masinambow E.K.M, 2003, Hukum dan
gadis seperti kasus-kasus diatas.
Kemajemukan Budaya, Yayasan
Obor Indonesia, Jakarta.

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume VII Edisi 1 Januari – Juni 2020 14
Muhammad, Bushar, 2013, Pokok-pokok www,fh.ur.ac.id, diterjemahkan
Hukum Adat, Balai Pustaka, dengan google tanggal 15
Jakarta. November 2019.
MS, Suardi. Dkk, 2011, Hukum Adat M.Syukri, 2018, “Perbandingan Sanksi
Melayu Riau, Alaf Riau, Pidana dalam Hukum Pidana
Pekanbaru. dengan Hukum Adat Minang
Mustari Pide, Suriyaman, 2014, Hukum Kabau dalam Kasus Pencurian
Adat Dahulu Kini dan Nanti, Anak”, Skripsi, Fakultas Hukum
Prenadamedia Group, Jakarta. Universitas Riau.
Nawawi Arief, Barda, 2008, Mediasi Penal
Penyelesaian Perkara diluar Tiyo Sendi Taruna Mukhti Sugiyanto,
Pengadilan,Pustaka Magister, 2016,”Tindak Penculikan Anak
Semarang. Yang Dilakukan Oleh Anak”,
Raharjo, Satjipto, 2004, Masalah Skripsi, Universitas Erlangga
Penegakan Hukum, Sinar Surabaya.
Baru,Bandung.
Rato, Dominikus dan Husen Alting, 2011, C. Website :
Suatu Pengantar Singkat
http://Pasbana.com/2016/10/Siapakah-
Memahami Hukum Adat di
ninik-mamak.html.diakses,tanggal, 18
Indonesia ,Laksbang, Jakarta.
Februari 2019
Salman Soemadiningrat, Oje, 2002,
Rekonsetualisasi Hukum Adat Duxbury, Neil, 2017, “Costum as Law in
Kontemporer, PT Alumni Bandung, English Law”, Cambridge Of Law,
Bandung. chapter LXXVI, series 2, Summer,
Setiady, Tolib, Intisari Hukum Adat 337-359. Diakses melalui
Indonesia, Alfabeta, Bandung. www.fh.ur.ac.id, diterjemahkan
Waluyo, Bambang, 2008, Pidana dan dengan Google, Tanggal, 23
Pemidanaan, Sinar Grafika, Februari 2018.
Jakarta.
--------, 2012, Viktimologi Perlindungan
Korban dan Saksi, Sinar Grafika, Jakarta.
Wignjodipoero, Soerajo, 1988, Pengantar
dan Asas-asas Hukum Adat , CV
Haji Masagung, Jakarta.

B. Jurnal/Skripsi/Kamus
Departemen Pendidikan Nasional, 2008,
Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Balai Pustaka, Jakarta.
J. Crim. L., 2004, “eligbility right liberty
discrimination”, Vathek Publishing,
Chapter LXVIII, Series 6, Winter,
hlm 473-475. Diakses melalui
www,fh.ur.ac.id, diterjemahkan
dengan google tanggal 15
November 2019.
Neil Duxbury,2017, “Costum as Law in
English Law ”, Cambridge Of Law,
Chapter LXXVI, series 2, Summer,
337-359. Diakses melalui

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume VII Edisi 1 Januari – Juni 2020 15

You might also like