Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 24

Nidhomul Haq: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam E-ISSN: 2503-1481

Terakreditasi Ristekdikti: Hal: 62-79


DOI:

PENGEMBANGAN PROFESI GURU MADRASAH


SWASTA DI KOTA SERANG
Apud
Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten
apud@uinbanten.ac.id

Abstract
The purpose of this study is to explain the professional development of private madrasah teachers in
Serang City focusing on aspects of implementation, problems, and strategic steps. Data was collected
through interviews, observations, and documentation which where then analyzed using models from
Miles and Huberman through the steps of data collection, data reduction, data presentation, decision
making, and verification. The results showed that: Private Madrasas in Serang City had
implemented teacher professional development on a still limited scale through KKG, MGMP
activities, training, supervision and monitoring. The problem of teacher professional development can
be seen from two factors, namely: supporting factors and inhibiting factors. Supporting factors include
the availability of teachers with undergraduate qualifications and spiritual awareness that being a
teacher is a calling of soul (religious awareness). While the inhibiting factors are mismatch between
the scientific field and the subjects being taught, limited funds, and access to self-development;
Strategic steps in the development of the teaching profession in the form of human resource
development plans, empowerment of teacher working groups and subject teacher deliberations,
encourage teachers to carry out continuous professional development.
Keywords: development, teaching profession, private madrasa

Abstrak
Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan pengembangan profesi guru madrasah
swasta di Kota Serang fokus pada aspek implementasi, problematika, dan langkah
strategis. Data dikumpulkan melalui interview, pengamatan, dan dokumentasi yang
kemudian dianalisis menggunakan model dari Miles dan Huberman melalui langkah
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, pengambilan keputusan, dan
verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Madrasah Swasta di Kota Serang
telah mengimplementasikan pengembangan profesi guru dalam skala yang masih
terbatas melalui kegiatan KKG, MGMP, pelatihan, supervisi dan monitoring;
problematika pengembangan profesi guru dapat dilihat dari dua faktor, yaitu:
faktor pendukung dan faktor penghambat. Faktor pendukung berupa ketersediaan
guru dengan kualifikasi sarjana S1 dan kesadaran spiritual bahwa menjadi guru
merupakan panggilan jiwa dan pengabdian kepada Sang Kholik (religious awareness).
Sedangkan faktor penghambat berupa mismatch antara bidang keilmuan dengan
mata pelajaran yang diampu, keterbatasan dana, dan akses pengembangan diri;
Langkah strategis dalam pengembangan profesi guru berupa penyusunan rencana
pengembangan SDM, pemberdayaan kelompok kerja guru dan musyawarah guru
mata pelajaran, mendorong guru untuk melakukan pengembangan keprofesian
berkelanjutan.
Kata Kunci: pengembangan, profesi guru, madrasah swasta.
Nidhomul Haq, Vol 5 No 1 Tahun 2020

PENDAHULUAN (Juhji, 2017). Perannya sangat strategis


Undang-undang Nomor 20 Tahun dalam menentukan kualitas proses dan hasil
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional belajar. Fungsi guru sebagai pendidik,
menjelaskan bahwa madrasah merupakan pengajar, fasilitator, dan juga motivator
lembaga pendidikan formal yang berciri khas (Juhji, 2016) akan lebih menarik jika
keislaman. Undang-undang tersebut gurunya bermutu. Mutu proses dan hasil
menegaskan bahwa madrasah memiliki belajar sangat ditentukan oleh tingkat
kedudukan yang sama dengan sekolah yang kompetensi guru dan profesionalismenya.
sebelumnya madrasah masing dianggap Profesional berasal dari kata profesi yang
sebagai lembaga pendidikan subordinat, dalam pengertian sempit diartikan sebagai
tidak berdiri sendiri, masih bergantung kegiatan yang dijalankan berdasarkan
kepada kebijakan kementerian pendidikan. keahlian tertentu dan sekaligus dituntut
Hal tersebut berdampak kepada rendahnya daripadanya pelaksanaan norma-norma
keberpihakan negara dalam penguatan sosial dengan baik. Sedangkan dalam arti
kebijakan, pembiayaan, fasilitas pendidikan, luas, profesi adalah kegiatan apapun dan
dan juga sumber daya manusia pendidikan. siapa pun untuk memperoleh nafkah yang
Dengan keluarnya kebijakan pendidikan dilakukan dengan suatu keahlian tertentu.
tersebut madrasah memiliki peluang untuk Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
bisa berdiri sejajar dengan sekolah sekaligus (KBBI), profesi adalah bidang pekerjaan
menjadi tantangan yang harus dijawab oleh yang dilandasi pendidikan keahlian
seluruh stakeholders madrasah. Problem yang (keterampilan, kejuruan, dan sebagainya)
cukup serius di antaranya rendahnya tertentu, sedangkan profesional adalah
kompetensi guru madrasah, baik kompetensi sesuatu yang bersangkutan dengan profesi,
pedagogik (Juhji, 2019), profesional, memerlukan kepandaian khusus untuk
personal (Baharun, 2017), maupun sosial menjalankannya dan mengharuskan
(Batubara, 2017). Hal tersebut akan adanya pembayaran untuk melakukannya
berimplikasi kepada rendahnya kinerja guru (lawan amatir). UU Nomor 14 Tahun 2005
dan hasil belajar siswa(Hujaemah et al., Pasal 32 ayat (1) menjelaskan bahwa
2019). pengembangan diri guru dilakukan melalui
Padahal, aktor utama penentu pengembangan profesi yang meliputi
kesuksesan proses pendidikan adalah guru pengembangan kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian,

6
Apud

6
Nidhomul Haq, Vol 5 No 1 Tahun

kompetensi sosial, dan kompetensi


mengembangkan dirinya sebagai bagian dari
professional.
proses pengembangan profesinya.
Undang-undang Nomor 14 Tahun
Keputusan Menteri Pendayagunaan
2005 tentang Guru dan Dosen
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
mengharuskan adanya pembinaan dan
Nomor 16 Tahun 2009 tentang jabatan
pengembangan profesi guru, seperti yang
fungsional guru dan angka kreditnya
tercantum dalam pasal 32 ayat (1), (2), (3),
mengisyaratkan keharusan bagi institusi
dan (4), yang menjelaskan bahwa
untuk memfasilitasi guru dalam
pengembangan profesi guru meliputi
mengembangkan profesinya. Secara
kompetensi pedagogik, kompetensi
operasional kegiatan pengembangan profesi
kepribadian, kompetensi sosial, dan
guru dapat dilaksanakan melalui kegiatan
kompetensi profesional dan dilakukan
kelompok kerja guru, musyawarah guru
melalui jabatan fungsional. Dengan
mata pelajaran, kegiatan workshop, pelatihan,
demikian, pengembangan profesi guru
dan monitoring.
madrasah swasta menjadi keharusan dan
Secara konseptual kerangka pemikiran
menjadi kesadaran kolektif agar para guru
penelitian ini dapat dilihat pada gambar
dapat mengikuti perkembangan ilmu
berikut:
pengetahuan dan teknologi, serta dapat
merespon berbagai perubahan yang terjadi
di dunia pendidikan dan dinamika yang
berkembang di masyarakat, sekaligus
mampu pengembangan diri secara
berkelanjutan(Fajriana & Aliyah, 2019).
Kegiatan pengembangan diri tersebut secara
personal dapat dilakukan oleh guru itu Tujuan penelitian ini untuk
sendiri, seperti: melanjutkan pendidikan ke mendeskripsikan pengembangan profesi
jenjang yang lebih tinggi, aktif di kegiatan guru madrasah swasta di Kota Serang.
KKG dan MGMP, seminar, dan kegiatan Secara rinci menjelaskan implementasi
pengembangan diri lainnya(Wardani, 2012). pengembangan profesi guru, problematika
Pengembangan diri guru juga dapat pengembangan profesi guru, dan langkah
dilakukan oleh para pihak yang bertanggung strategis yang dilakukan madrasah dalam
jawab terhadap mutu pendidikan, yaitu: pengembangan profesi guru. Badrun
pemerintah, pemerintah daerah, atau Kartowagiran, menemukan bahwa kinerja
masyarakat. Guru dituntut untuk terus guru professional pasca kegiatan sertifikasi
belum memuaskan.(Kartowagiran, 2011)

6
Nidhomul Haq, Vol 5 No 1 Tahun

Fakta ini membuktikan bahwa guru yang implementasi pengembangan profesi,


sudah mendapatkan pendidikan profesi problematika pengembangan, dan langkah
masih perlu terus ditingkatkan strategis yang dilakukan untuk mengatasi
kemampuannya secara berkelanjutan. Dalam problematika implementasi pengembangan
hal ini bisa dilihat dari hasil riset yang profesi guru ini. Dari hasil review terhadap
dilakukan oleh Jaskarti yang menemukan beberapa riset yang telah dilakukan belum
metode latihan dengan menggunakan ada satupun yang meneliti tentang aspek-
lembar kerja dapat meningkatkan aspek penelitian ini. Oleh karena itu hasil
kemampuan guru Madrasah Ibtidaiyah penelitian ini akan berkontribusi solutif
dalam menyusun RPP dengan dengan model terhadap problem pengembangan profesi
pembelajaran diskoveri, pembelaran berbasis guru di madrasah ibtidaiyah swasta di
masalah dan pembelajaran berbasis maksud.
proyek.(Jaskarti, 2018) Riset yang lain METODE PENELITIAN
mempertegas bahwa pengembangan profesi Penelitian ini merupakan penelitian
guru perlu terus dilakukan terutama di era lapangan atau penelitian kasus dengan
masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) yang pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk
menuntut guru juga harus memiliki mendeskripsikan pengembangan profesi dan
kompetensi literasi media. Sebuah riset yang dan pembinaan karir guru dengan lokus
dilakukan oleh Aziz menunjukkan bahwa penelitian di madrasah ibtidaiyah di Kota
kemampuan literasi media guru-guru SMA Serang. Penelitian dilakukan di tiga
di Bandung masih pada level menengah madrasah ibtidaiyah (MI) di Kota Serang,
(intermediate) belum mencapai level tinggi yaitu: MI Islamiyah Ciwaru Kecamatan
(advance) walaupun guru telah melek literasi Cipocok Jaya, MI Al-Khaeriyah
media, tetapi kesadarannya untuk Badamussalam Kecamatan Kasemen, dan
memproduksi pesan media dan menambah MI Al Falah Andamui Kecamatan Curug. Di
aktivitas pada tingkat informasi masih Kota Serang ada 21 madrasah ibtidaiyah
dibutuhkan.(Aziz, 2016) (MI) dengan status swasta. Penentuan
Berdasarkan paparan di atas penelitian sampel dilakukan dengan menggunakan
ini sangat penting dilakukan untuk sampel bertujuan (purposive sampling)(Supardi,
mendespripsikan pengembangan profesi 2017), yaitu: kepala madrasah, wakil kepala,
guru di madrasah ibtidaiyah swasta di dan guru. Pengumpulan data dilakukan
Kota Serang. Penelitian ini akan menjawab melalui wawancara, observasi, dan
berbagai persoalan terkait dengan dokumentasi. Data yang telah terkumpul

Apud
6
Nidhomul Haq, Vol 5 No 1 Tahun

kemudian dianalisis dengan menggunakan


didefinisikan sebagai upaya yang dilakukan
model analisis dari Miles dan Huberman,
secara sistematis, terencana, dan terukur
yaitu: mengolah data kualitatif dan
untuk memberikan nilai tambah berupa
mendeskripsikannya melalui alur berpikir
kemampuan teoritis, konseptual, praktis, dan
induktif dengan langkah: (1) Analisis data,
moral melalui proses pendidikan dan
(2) Reduksi data, (3) Penyajian data, dan (4)
pelatihan berhubungan dengan profesi.
Penarikan kesimpulan/ verifikasi(Sugiyono,
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005
2013).
tentang Guru dan Dosen, Pasal 1 Ayat (1)
Untuk menjamin keabsahan data penguji
dan Peraturan Pemerintah Republik
melakukan triangulasi data. Pengujian
Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang
tingkat validitas data dilakukan melalui uji
Guru, Pasal 1 ayat (1). Menjelaskan bahwa
kredibilitas, dependabilitas, dan
Guru adalah pendidik profesional dengan
konfirmabilitas yang dilakukan melalui
tugas utama mendidik, mengajar,
triangulasi, membercheck, dan audit trail.
membimbing, mengarahkan, melatih,
Teknik sampling menggunakan sampel
menilai, dan mengevaluasi peserta didik
bertujuan (purposive sampling), yaitu:
pada pendidikan anak usia dini jalur
informan yang sangat mengetahui permasalah
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
tersebut mulai kepala madrasah, kepala
pendidikan menengah.
madrasah, dan guru.
Guru MI di Kota Serang masih fokus
HASIL DAN PEMBAHASAN
pada pengembangan kompetisi pedagogik
Pengembangan Profesi Guru
dan sedikit kegiatan pada pengembangan
Jumlah guru di tiga madrasah ibtidaiyah
aspek profesional. Padahal, amanat UU
yang menjadi lokus penelitian sebanyak 40
mengharuskan guru profesional memiliki
orang dengan rincian MI Islamiyah Ciwaru
empak kompetensi yang dipersyaratkan.
10 orang, MI Al-Khaeriyah Badamussalam
Berdasarkan Undang-undang Nomor 4
21 orang, dan MI Al-Falah Andamui 9
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal
orang. Guru yang sudah tersertifikasi pada
10 ayat (1) kompetensi guru meliputi
tiga madrasah ibtidaiyah tersebut MI
kompetensi pedagogik, kompetensi
Islamiyah Ciwaru 8 orang, MI Al-Khaeriyah
kepribadian, kompetensi sosial, dan
Badamussalam 15 orang, dan MI Andamui 3
kompetensi profesional yang diperoleh
orang.
melalui pendidikan profesi. Depdiknas
Mayoritas Guru, guru profesional yang
(2004) menyebut kompetensi ini berkaitan
dibuktikan dengan sertifikat pendidik yang
dengan kompetensi merencanakan program
dimiliki. Pengembangan profesi dapat
belajar mengajar, kemampuan melaksanakan

6
Nidhomul Haq, Vol 5 No 1 Tahun

interaksi atau mengelola proses belajar dengan 8 standar nasional pendidikan


mengajar, dan kemampuan melakukan (SNP), yang terdiri atas: Standar isi, standar
penilaian. Chotimah menjelaskan bahwa proses, standar kompetensi lulusan, standar
peningkatan mutu pendidikan dan pendidik dan tenaga kependidikan, standar
pembelajaran dapat ditingkatkan melalui sarana prasarana, standar pengelolaan,
kegiatan pendidikan dan pelatihan. standar pembiayaan, dan standar penilaian.
Pendidikan dan pelatihan merupakan bagian Pengembangan profesi guru pada aspek
dari kegiatan pengembangan peningkatan kompetensi guru belum
profesi.(Anggara & Chotimah, 2012) dilakukan secara menyeluruh terhadap
Proses pengembangan profesi di MI empat kompetensi yang dipersyaratkan
Swasta Kota Serang tersebut dilakukan harus dimiliki oleh seorang guru, yaitu:
secara sistemis, terencana, dan terstruktur. kompetensi personal, kompetensi sosial,
Proses yang sistematis dimaksudkan bahwa kompetensi pedagogik, dan kompetensi
kegiatan tersebut mengikuti alur input-process- profesional(Mulyani, 2019). Di MI Swasta
output. Proses yang terrencana dilakukan Kota Serang kebijakan pengembangan
melalui penyusunan Rencana Kerja profesi guru belum dilaksanakan secara
Madrasah (RKM), yang tahapannya menyeluruh terhadap keempat aspek
dilakukan melalui kegiatan analisis internal kompetensi tersebut. Aspek pengembangan
dan eksternal madrasah yang dari analisis profesi lebih banyak pada aspek kompetensi
tersebut dibuat visi, misi, tujuan, kebijakan, pedagogik, sedangkan aspek-aspek yang lain
program dan kegiatan serta evaluasi belum secara formal dilakukan
program. pengembangannya. Hal tersebut bisa
Sedangkan secara terstruktur bahwa dilihatkan dari program dan kegiatan yang
kegiatan tersebut dilakukan dengan dilakukan di forum KKG masing terbatas
mengikuti alur walaupun masih banyak pada kegiatan latihan penyusunan perangkat
bersifat top-down daripada bottom-up, yakni: di pembelajaran, penyusunan program tahunan
mulai dari kegiatan pada tingkat Kelompok dan program semesteran, penyusunan
Kerja Madrasah (KKM) di tingkat Kota rencana program pembelajaran (RPP),
Serang, kelompok kerja guru (KKG) di mendiskusikan model pembelajaran, metode
tingkat kecamatan, dan musyawarah guru pembelajaran, strategi dan media
mata pelajaran (MGMP). KKM menjadi pembelajaran, latihan penyusunan
forum kepala madrasah sebagai wadah perencanaan penilaian, cara menyusun kisi-
untuk mendiskusikan berbagai hal terkait kisi, membuat soal ujian, dan menganalisis

Apud
6
Nidhomul Haq, Vol 5 No 1 Tahun

butir soal, dan menyusun rubrik penilaian. lesson


Kegiatan tersebut dilakukan oleh KKG yang
pelaksanaannya dibagi ke dalam empat zona,
yaitu: zona Cipocok Jaya-Walantaka,
Serang- Curug, Kasemen, dan Taktakan.
Madrasah melakukan kegiatan
pengembangan profesi guru secara mandiri
berdasarkan zona masing-masing. Karena,
kegiatan pengembangan profesi guru di
madrasah menjadi salah satu tanggung
jawab kepala madrasah, sebagai seorang
pemimpin kepala madrasah memiliki
kewenangan untuk mengelola madrasah
dan berperan dalam memajukan kualitas
madrasah.(Latief & Masruroh, 2017)
Madrasah yang baik dan berkualitas
membutuhkan kemampuan kepala madrasah
dalam hal mengelola dan mengawasi proses
pembelajaran agar berlangsung sesuai
dengan tujuan pendidikan yang dicita-
citakan. Di samping kegiatan pengembangan
profesi guru secara formal, juga dilakukan
secara tidak formal dalam bentuk kegiatan
mandiri oleh guru, di sela-sela kegiatan rutin
mengajar dalam bentuk diskusi tentang
kurikulum(Maarif & Rofiq, 2018), silabus,
penyusunan RPP(Budi & Apud, 2019), dan
penyusunan soal-soal ujian. Pola seperti itu,
disebabkan oleh belum efektifnya MGMP
yang ada dan belum berfungsi dengan
baik. Padahal MGMP dapat menjadi
wadah bagi guru untuk
meningkatkan
profesionalismenya. Chotimah dalam
risetnya menemukan bahwa penerapan

6
Nidhomul Haq, Vol 5 No 1 Tahun
study berbasis MGMP memberikan dampak
positif terhadap peningkatan kompetensi
profesional guru PKn SMP se-Kabupaten
Ogan Ilir(Anggara & Chotimah, 2012).
Pengembangan profesi guru pada
aspek kompetensi profesional di MI
Swasta Kota Serang belum sesuai dengan
amanat Undang-undang No. 14 tahun
2005 tentang Guru dan Dosen yang
dengan jelas mengamanatkan bahwa guru
harus memiliki kompetisi profesional agar
memiliki kemampuan penguasaan materi
pelajaran secara luas dan mendalam.
Kompetensi profesional sebenarnya bisa
lebih efektif jika dilakukan oleh MGMP.
Dari hasil riset yang dilakukan
peneliti terhadap MI Swasta di Kota
Serang ternyata madrasah belum
seluruhnya memiliki MGMP dan yang
sudah ada belum diberdayakan. Kegiatan
MGMP belum merancang dengan baik
dan mendorong guru untuk meningkatkan
penguasaan materi pelajaran bahkan
cenderung vacuum. Pada jenjang
pendidikan guru madrasah ibtidaiyah
sebenarnya telah memiliki organisasi
resmi yang dapat mendukung kegiatan
pengembangan guru MI secara
keseluruhan, namun kehadiran organisasi
PGMI pada tingkat kabupaten/kota belum
optimal menginisiasi program-program
peningkatan kompetensi profesional guru.
Sedangkan dua kompetensi yang lain, yaitu:
kompetensi kepribadian dan sosial
belum

6
Nidhomul Haq, Vol 5 No 1 Tahun

ada wadah yang secara khusus faktor penghambat, terbatasnya sumber


menanganinya. dana dan sumberdaya yang dimiliki oleh
Problematika Pengembangan Profesi madrasah terutama dukungan dana dari
Guru pemerintah terhadap madrasah swasta. Hal
Madrasah merupakan lembaga tersebut sedikit banyak berkontribusi
pendidikan formal di lingkungan terhadap rendahnya mutu pendidikan
Kementerian Agama. Secara kuantatif madrasah. Walaupun harus diakui banyak
jumlah madrasah di seluruh Indonesia juga madrasah yang dapat berkembang dan
cukup banyak termasuk di Provinsi maju tanpa dukungan dana dari pemerintah
Banten. Dari data Badan Pusat Statistik (Ma`arif & Kartiko, 2018).
Provinsi Banten tahun 2017 jumlah Pada sisi lain, hal yang tidak bisa
madrasah ibtidaiyah berjumlah 1036, dan dianggap ringan adalah kualitas sumber daya
untuk Kota Serang berdasarkan data tahun guru di madrasah dan harus mendapatkan
2019 berjumlah 21 madrasah yang perhatian serius. Karena guru memiliki
semuanya berstatus swasta. peranan penting (important role) dan strategis
Secara kuantitatif jumlah cukup besar dalam proses pembelajaran di madrasah.
walaupun secara kualitatif masih perlu Peran guru bukan hanya sebagai pengajar
ditingkatkan. Mutu madrasah ditentukan tapi juga sebagai pendidik yang bertugas
oleh faktor internal dan faktor eksternal untuk melakukan transfer pengetahuan dan
(Apud, 2018). Secara umum, faktor nilai (transfering knowledge and values).
pendukung madrasah adalah adanya Berdasarkan hasil wawancara dengan
kesadaran kolektif anggota masyarakat kepala madrasah ibtidaiyah di Kota Serang
tentang pentingnya menyiapkan generasi diketahui bahwa faktor pendukung
penerus yang cerdas, berakhlak mulia, dan pengembangan profesi dan pembinaan
terampil. Masyarakat kemudian bahu karir guru adalah: (1) adanya motivasi
membahu mendirikan lembaga pendidikan mengabdi yang tinggi dari guru-guru dalam
di tengah-tengah keterbasan sumber daya melaksanakan tugas. Pengajar mereka bukan
yang dimilikinya termasuk sumber daya berorientasi semata-mata mencari nafkah
manusia (SDM) baik guru maupun tenaga tapi juga didorong oleh kesadaran
kependidikan. Kondisi tersebut tidak keagamaan (religious awareness). Dari sisi
menyurutkan langkah untuk berkontribusi honor yang diterima masih jauh dari cukup
terhadap pembangunan generasi yang bahkan jauh di bawah umpah minimum
bermutu dan berakhlak mulia. Sedangkan regional (UMR) tapi mereka tetap semangat

Apud
7
Nidhomul Haq, Vol 5 No 1 Tahun

menjalankan tugasnya sebagai guru; (2) Rasa


Strategi Pengembangan Profesi Guru
kebersamaan yang tinggi di antara warga
Keputusan Menteri Pendayagunaan
madrasah; (3) Jumlah guru yang memadai
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
dan telah memenuhi kualifikasi pendidikan
Nomor 16 Tahun 2009 tentang jabatan
sarjana; (4) Adanya organisasi atau forum
fungsional guru dan angka kreditnya
yang secara khusus berfungsi untuk
berkaitan dengan pengembangan profesi
mengembangkan mutu madrasah ibtidaiyah
dan pembinaan karir guru di Madrasah
yaitu: Organisasi pendidikan guru madrasah
Ibtidaiyah Swasta (MIS) di Kota Serang
ibtidaiyah (PGMI), Kelompok kerja
belum seluruhnya diimplementasikan dalam
madrasah (KKM), kelompok kerja guru
proses pendidikannya, disebabkan oleh
(KKG), dan musyawarah guru mata
keterbatasan sumber daya dan sumber
pelajaran (PGMI); dan (5) Adanya program
dana yang dimiliki, karena madrasah
dan kegiatan yang diselenggarakan oleh
merupakan lembaga pendidikan yang
pemerintah maupun lembaga non
tumbuh dan berkembang di masyarakat,
pemerintah berupa sertifikasi guru melalui
didirikan oleh pemerintah ataupun
PLPG/ PPG, pendidikan dan pelatihan
masyarakat. Madrasah memiliki visi, misi,
(diklat), pelatihan, workshop, dan seminar
dan tujuan untuk mencerdaskan kehidupan
yang melibatkan guru-guru madrasah.
bangsa dan untuk mencapai visi, misi, dan
Sementara faktor penghambat dalam
tujuan tersebut perlu upaya dan langkah
pengembangan profesi dan pembinaan
strategis yang memungkinkan madrasah
karir guru adalah: (1) Masih rendahnya
dapat merespon kebutuhan masyarakat dan
budaya akademik di kalangan guru, (2)
perubahan global serta tuntutan pengguna
Ketersediaan pendanaan untuk
pendidikan yakni output pendidikan yang
pengembangan guru sangat terbatas, (3)
bermutu. Perlu upaya untuk merumuskan
Sarana dan prasarana yang mendukung
strategi dalam rangka mengembangkan
peningkatan kompetensi guru belum
rencana jangka panjang melalui analisis
memadai, (4) Madrasah tidak memiliki
SWOT. Perumusan strategi meliputi
sumber dana lain yang tetap kecuali dari
penentuan visi, misi, dan tujuan- tujuan
dana biaya operasional madrasah (BOM),
yang dapat dicapai, pengembangan
dan (4) masih rendahnya kreatifitas dan
strategi, dan penetapan pedoman
inovasi guru dalam mengembangkan
kebijakan(Hunger & Wheelen, 2000).
metode dan strategi pembelajaran.
Dengan melihat kepada kekuatan dan
kelemahan sumber daya guru, Madrasah
Ibtidaiyah Swasta (MIS) di Kota Serang

7
Nidhomul Haq, Vol 5 No 1 Tahun

melakukan beberapa langkah strategis untuk madrasah berupa pemetaan guru, rasio
mengembangkan profesi guru, yaitu: guru dan siswa, kebutuhan guru,
Membuat Rencana Kerja Madrasah kualifikasi akademik, dan tingkat
(RKM) kompetensi guru serta kesesuaian antara
Kegiatan penyusunan RKM dimulai guru dengan materi yang diampu. Dari hasil
dengan melakukan analisis SWOT (strength, analisis SWOT madrasah bisa merumuskan
weakness, opportunity, threat), yaitu: suatu visinya. Formulasi visi merupakan
kegiatan evaluasi diri yang dilakukan oleh bayangan cermin mengenai keadaan
madrasah ibtidaiyah swasta (MIS) di Kota internal, kehandalan inti seluruh organisasi
Serang untuk melihat posisi madrasah dan merupakan gambaran tentang masa
sekarang dan memetakan kekuatan, depan (future) yang realistik dan
kelemahan, peluang, dan tantangan diwujudkan dalam kurun waktu tertentu
(ancaman) yang dimiliki madrasah sebagai (Akdon, 2009).
langkah strategis dengan melakukan analisis Perumusan Visi MI Swasta di Kota
dan diagnosis lingkungan internal dan Serang dirumuskan berdasarkan inspirasi
eksternal serta memetakan kecenderungan- dari lingkungan, nilai, dan daya perilaku
kecenderungan dengan cara-cara strategis. madrasah yang menjadi ciri khas madrasah
Langkah ini dimaksudkan untuk serta menjadi subyek evaluasi atas dasar
mendapatkan informasi yang cukup untuk kecerdasan penghayatan nilai-nilai moral,
pengambilan keputusan strategis sebagai akademis, ilmiah, dan sistematis dalam
bagian dari proses manajemen strategis. memecahkan berbagai problema madrasah.
Glueck menjelaskan bahwa proses Visi madrasah tersebut kemudian
manajemen adalah cara dengan jalan mana diterjemahkan ke dalam guidelines yang lebih
perencana strategis menentukan sasaran dan pragmatis dan kongkrit yang dapat dijadikan
mengambil keputusan.(Jauch & Glueck, sebagai acuan dalam mengembangkan
1999) strategi dan aktivitas dalam madrasah yang
Di samping itu, analisis terhadap sumber disebut misi. Proses merumuskan visi
daya manusia (SDM) merupakan bagian dimulai dengan ide-ide kreatif atau dengan
penting dalam perencanaan mutu strategis, menciptakan ide-ide baru dengan menggali
karena dari hasil analisis tersebut MIS di dari tuntutan lingkungannya. Apabila visi
Kota Serang dapat melakukan formulasi sudah dirumuskan dengan baik dan
strategi yang berbentuk visi, misi, tujuan, sempurna, selanjutnya dirumuskan misi dan
strategi dan kebijakan. Analisis SWOT statemen misi dijadikan acuan menyusun

Apud
7
Nidhomul Haq, Vol 5 No 1 Tahun

rencana dan program sekolah/madrasah


Mempersiapkan sumber daya manusia
(Sagala, 2009).
(SDM); memberikan pelatihan dan
Pernyataan misi yang jelas akan
kesempatan belajar pada jenjang magister
memberikan arahan jangka panjang bagi
(S2) bagi para guru; dan mempersiapkan
MIS di Kota Serang untuk meraih tujuan
tenaga pendidikan yang professional; (2)
pendidikan, karena pada dasarnya proses
Mengembangkan proses pembelajaran yang
pengembangan misi sangat ditentukan oleh
diarahkan pada penguasaan “basic knowledge
aspirasi dan persepsi pelanggan maupun
of science and technology” dan “leadership life
input dari stakeholders termasuk aspirasi
skill”; dan (3) Mengembangkan networking
kepala madrasah, wakil kepala madrasah,
dengan berbagai pihak. Walaupun
guru, tenaga kependidikan, dan masyarakat
demikian, langkah-langkah ideal MI
madrasah lainnya yang akan dijadikan
Swasta di atas masih menemukan kesulitan
elemen fundamental penyelenggaraan
dalam pelaksanaannya. Walaupun di atas
program madrasah berlandaskan alasan yang
kertas tercantum berbagai langkah strategis
jelas dan konsisten dengan nilai-nilai
yang direncanakan tapi dalam
madrasah.
pelaksanaannya belum bisa dijalankan
Aktivitas selanjutnya dalam formulasi
secara optimal karena berbagai faktor yang
strategi MI Swasta di Kota Serang
menghambat implementasinya. Hal
merumuskan tujuan pendidikanya. Tujuan
tersebut masih dapat dikatakan sebagai
merupakan statemen yang akan menjelaskan
langkah maju bagi madrasah karena telah
apa yang akan diselesaikan dan kapan
dapat membuat rencana strategis madrasah
diselesaikan, menggambarkan keadaan
yang didasarkan pada kondisi real di
masaakan datang yang berusaha dikejar dan
lapangan.
diwujudkan, karena itu tujuan adalah
Membuat Rencana Kerja dan Anggaran
keadaan yang dikehendaki pada masa yang (RKA)
akan datang yang sengaja dikejar organisasi Upaya madrasah ibtidaiyah swasta di
agar direalisasikan. Kota Serang dalam mengembangkan profesi
Selanjutnya MI Swasta di Kota Serang guru dengan menyediakan anggaran dana
menetapkan strategi berupa pengembangan pengembangan pendidik yang dicantumkan
rencana komprehensif dengan dalam RKA. Langkah ini dilakukan untuk
mengintegrasikan berbagai sumber daya dan mengestimasi anggaran yang dibutuhkan
kemampuan yang dimiliki untuk dalam rangka membiayai program-program
mengoptimal pencapaian tujuan jangka yang telah direncanakan. Secara teoritis
menengah melalui beberapa hal: (1) langkah ini sudah tepat karena secara
fungsional pembiayaan akan berpengaruh

7
Nidhomul Haq, Vol 5 No 1 Tahun
terhadap motivasi, memungkinkan
adanya

7
Nidhomul Haq, Vol 5 No 1 Tahun

koordinasi kerja, dapat digunakan untuk Implementasi Rencana Strategis


kegiatan koreksi bila ada penyimpangan, Pengembangan Profesi Guru
meningkatkan alokasi sumber, Implementasi merupakan kegiatan
meningkatkan komunikasi, dan sebagai alat mengeksekusi perencanaan yang telah dibuat
evaluasi dan pengawasan. dalam RKM dan RKA termasuk kegiatan
Berdasarkan pengamatan mutu lulusan pengembangan kompetensi guru melalui
ditentukan oleh besarnya dukungan biaya pemberdayaan Kelompok Kerja Guru
yang menunjang kegiatan belajar-mengajar. (KKG), pemberdayaan Musyawarah Guru
Oleh karena itu, penyusunan rencana Mata Pelajaran (MGMP), supervisi
anggaran biaya pendidikan yang dilakukan akademik, Observasi Kelas, Supervisi Klinis,
adalah penting agar proses peningkatan dan rapat tinjauan manajemen.
mutu pendidikan dapat terjamin Kelompok kerja guru (KKG) yang
pelaksanaanya. Dalam melakukan budgeting, telah dibentuk merupakan wadah strategis
maka harus diketahui dulu budget yang bagi SDM guru. Guru didorong untuk
tersedia. Rencana yang dimaksud dalam terus meningkatkan profesionalismenya
budgeting ini adalah rencana operasional melalui kegiatan seminar, workshop,
keuangan, rencana sistematik untuk efisiensi, penataran, dan lain-lain. Kegiatan dalam
dan rencana keuangan yang diprioritaskan bentuk seminar, workshop, dan penataran
dengan pola pengawasan operasional(Sagala, bagi guru MIS di Kota Serang telah
2009). direncanakan dalam RKM dan dijabarkan
Walaupun RKA telah dibuat secara dalam RKTM. Perencanaan program
cermat dengan mengikuti pedoman peningkatan SDM guru tersebut dibuat
penyusunannya, namun pada tahap eksekusi untuk membantu guru mengembangkan
kegiatan banyak yang tidak tertutupi oleh kemampuan hard skill agar mereka dapat
anggaran yang tersedia, karena hampir bekerja secara optimal dan profesional.
semua madrasah ibtidaiyah swasta di Kota Hal tersebut dilakukan dalam rangka
Serang mengandalkan Dana BOS dalam merespon perkembangan ilmu pengetahuan
penyelenggaraan pendidikannya. Padahal dan teknologi. Berkembangnya ilmu
dana BOS tidak bisa dipakai untuk pengetahuan menuntut guru-guru untuk
kegiatan selain yang ditentukan dalam menguasai teori dan konsep pendidikan
juknis BOS. Namun secara manajemen, yang mutakhir agar pengetahuan yang
madrasah telah melakukan langkas disampaikannya selalu up-date setiap saat.
strategis untuk pengembangan profesi Pesatnya perkembangan IT mendorong guru-
guru. guru untuk melek IT dan

7
Nidhomul Haq, Vol 5 No 1 Tahun
Apud

7
Nidhomul Haq, Vol 5 No 1 Tahun

memanfaatkannya dalam proses


berkomunikasi, belajar, dan bertukar pikiran
pembelajaran melalui e-learning,
dan pengalaman dalam rangka
memanfaatkan teknologi internet sebagai
meningkatkan kinerja guru yang
media pembelajaran dan sumber belajar.
profesional(Supardi, 2014). MIS di Kota
Adapun bentuk penyelenggaraannya
Serang berusaha melakukan pemberdayaan
dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
MGMP dengan cara memfasilitasi sarana
Madrasah yang bersangkutan mengadakan
dan prasarana serta fasilitas yang dibutuhkan
penataran dan kegiatan diselenggarakan
dalam pelaksanaannya.
dengan mengoptimalkan peran KKG untuk
Madrasah mengembangkan profesi guru
menyelenggarakan kegiatan dimaksud,
dengan melakukan kegiatan supervisi
mengikutsertakan guru untuk mengikuti
akademik oleh kepala madrasah, karena
kegiatan serupa tentang pendidikan baik
kepala madrasah merupakan penggerak
yang diadakan oleh Kementerian Agama
utama dalam proses pendidikan di madrasah
maupun oleh Non-Government Organization
yang pemimpinnya. Peningkatan
(LSM), dan Madrasah ibtidaiyah di Kota
keprofesionalan tersebut merupakan tugas
Serang mengirimkan atau mengutus para
kepala madrasah dalam ranahnya sebagai
guru untuk mengikuti penataran yang
seorang supervisor akademik. Kegiatan
dilaksanakan oleh sekolah lain, atau lembaga
supervisi akademik ini sangat penting untuk
departemen yang membawahinya.
dilakukan. Kinerja guru yang sesungguhnya
Profesi guru juga dikembangkan melalui
dapat diketahui secara jelas dengan
MGMP sebagai sarana bagi guru untuk
pelaksanaan kegiatan ini.(Latief & Masruroh,
meningkatkan kemampuan teoritis dan
2017) Susanto (2016) seperti yang dikutip
praktis pendidikan, dengan menguasai
oleh Djafar tentang keberhasilan kepala
empat standar dari delapan standar
sekolah atau madrasah dalam mengelola
nasional pendidikan, yaitu: standar isi,
guru atau pendidik dan tenaga kependidikan
standar kompetensi lulusan, standar
menentukan keberhasilan pendidikan di
proses, dan standar penilaian. Penguasaan
sekolah. Keberhasilan tersebut ditunjukkan
standar- standar tersebut perlu terus
dengan kemampuannya dalam melaksanakan
dilakukan karena sifatnya yang terus
tanggung jawabnya menyelenggarakan
berubah, guru dituntut untuk terus belajar
kegiatan pendidikan, administrasi sekolah,
baik secara berkelompok ataupun secara
pembinaan tenaga kependidikan lainnya dan
individual agar selalu mendapatkan
pendayagunaan serta pemeliharaan (Djafar
informasi terbaru dari perubahan-perubahan
& Nurhafizah, 2018).
yang mungkin terjadi, dan MGMP
berfungsi sebagai sarana untuk

7
Nidhomul Haq, Vol 5 No 1 Tahun

Hal tersebut sejalan dengan tugas pemberitahuan, tanpa pemberitahuan, dan


pokok dan fungsi kepala madrasah, yaitu: atas undangan. Sedangkan mekanisme
menilai dan membina observasi dilakukan melalui kegiatan
penyelenggaraan pembelajaran di persiapan, menentukan tata cara observasi di
madrasah. Sebagai pembina, kepala MIS di dalam kelas, dan diskusi hasil observasi.
Kota Serang melakukan pembinaan Mekanisme yang harus diperhatikan
dengan memberikan arahan, bimbingan, dalam persiapan observasi, yaitu: Kepala
dan contoh dalam proses pembelajaran di madrasah menyampaikan informasi kepada
madrasah sekaligus melakukan supervisi guru yang akan diobservasi dan
proses pembelajaran. Tujuan dilakukan membicarakan indikator yang akan menjadi
supervisi adalah: (1) Membangkitkan dan bahan observasi; Tata cara observasi di
merangsang semangat guru-guru dalam kelas dilakukan melalui langka-
menjalankan tugasnya terutama dalam langkah berikut: Kepala madrasah memberi
pembelajaran, (2) Mengembangkan kegiatan salam kepada guru yang mengajar, mencari
belajar mengajar, dan (3) Upaya tempat duduk yang tidak mencolok, tidak
pembinaan dalam pembelajaran. Supervisi menegur kesalahan guru di dalam kelas,
akademik yang dilakukan oleh Kepala MIS mencatat setiap kegiatan, dan
Kota serang berupa supervisi informal dan mempersiapkan daftar check list; Sedangkan
supervisi formal. Kepala madrasah diskusi hasil observasi dilakukan melalui
melaksanakan kegiatan supervisi kepada pertemuan kepala madrasah dengan guru
guru-guru dengan harapan agar guru mampu dengan mekanisme kepala madrasah
memperbaiki proses pembelajaran yang menentukan waktu dan tempat,
dilaksanakan mulai dari membuat mempersiapkan data bahan diskusi, diskusi
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan dilakukan dengan penuh keakraban,
tindak lanjut hasil supervisi tersebut dengan percakapan seputar masalah hasil observasi,
menggunakan instrumen yang telah guru diberikan kesepatan untuk
ditetapkan. menyampaikan hasil refleksi terkait dengan
Observasi Kelas apa yang dirasakannya dan apa yang akan
Observasi kelas merupakan salah satu dilakukan selanjutnya, kepala madrasah
cara paling baik dalam memberikan memberikan saran dan masukan untuk
supervisi pembelajaran(Indana, 2018) karena perbaikan pembelajaran selanjutnya. Hasil
dapat melihat kegiatan guru, murid, dan diskusi kemudian didokumentasikan oleh
masalah yang timbul(Daswati, 2019). Ada
tiga macam observasi yaitu dengan

7
Nidhomul Haq, Vol 5 No 1 Tahun
Apud

7
Nidhomul Haq, Vol 5 No 1 Tahun

masing-masing guru untuk kemudian


pendidikan yang bermutu. Upaya
dilakukan tindak lanjut.
pengembangan profesi guru di madrasah
Selain supervisi akademik juga
swasta di Kota Serang dilakukan melalui
dilakukan supervisi klinis karena termasuk
peningkatan kompetensi pedagogik,
bagian dari supervisi pengajaran.
kepribadian, sosial, dan professional.
Perbedaannya dengan supervisi yang lain
Problematika pengembangan profesi
adalah prosedur pelaksanaannya ditekankan
didasarkan pada dua faktor, yaitu: faktor
kepada mencari sebab-sebab atau
faktor pendukung dan faktor penghambat.
kelemahan yang terjadi dalam proses
Faktor-faktor tersebut berasal dari
pembelajaran dan kemudian langsung
lingkungan internal dan juga eksternal
diusahan perbaikan kekurangan dan
madrasah.
kelemahan tersebut. Kegiatan supervisi ini
Sedangkan langkah dan upaya strategis
hanya bagi guru-guru yang sangat lemah
terus dilakukan madrasah dalam
dalam melaksanakan tugasnya. Untuk
mengembangkan profesi guru melalui
memperbaikinya tidak cukup dilakukan satu
penyusunan RKM, RKA, dan implementasi
atau dua kali supervisi, melainkan
rencana strategis melalui pemberdayaan
dibutuhkan serentetan supervisi untuk
KKM, KKG, MGMP, supervisi akademik,
memperbaiki satu persatu kelemahannya.
dan supervisi klinis.
Mekanisme yang dilakukan dalam supervisi
REFERENSI
ini adalah: Kepala madrasah membuat
Akdon, A. (2009). Strategic Management
kesepakatan dengan guru tentang hal-hal
for Educational Management.
yang akan disupervisi melalui diskusi yang
Alfabeta.
akrab dan hangat, kepala madrasah dan guru
Anggara, R., & Chotimah, U. (2012).
menyepakati instrumen yang akan
Penerapan Lesson Study Berbasis
dikembangkan, guru melakukan persiapan
Musyawarah Guru Mata Pelajaran
dengan menentukan aspek-aspek apa saja
(MGMP) Terhadap Peningkatan
yang akan diperbaiki, pelaksanaannya sama
dengan teknik observasi kelas, setelah selesai Kompetensi Profesional Guru PKn

mengajar guru melakukan refleksi, kepala SMP Se-Kabupaten Ogan Ilir.

madrasah memberikan umpan balik, guru Jurnal Forum Sosial, 5(2), 188–

yang diobservasi melakukan perbaikan dan 197.

perencanaan tindak lanjut. Apud, A. (2018). Manajemen mutu


KESIMPULAN pendidikan man insan cendekia.
Guru profesional menjadi salah satu Tarbawi: Jurnal Keilmuan
syarat mutlak dalam menciptakan proses

8
Nidhomul Haq, Vol 5 No 1 Tahun

Manajemen Pendidikan, 4(02), meulaboh aceh barat. Tarbawi:


171–190. Jurnal Keilmuan Manajemen
Aziz, F. (2016). Media Literacy Pendidikan, 5(01), 35–48.
Competency-Oriented Life skill for Djafar, H., & Nurhafizah, N. (2018).
High School Teacher in the City of Pengaruh Motivasi Kepala Sekolah
Bandung in the Face of MEA. Terhadap Kinerja Guru Dan
Journal of Education, Teaching Pegawai Di Smk Muhammadiyah 3
and Learning, 1(2), 99–106. Makassar. Idaarah: Jurnal
Baharun, H. (2017). Peningkatan Manajemen Pendidikan, 2(1), 24–
Kompetensi Guru Melalui Sistem 36.
Kepemimpinan Kepala Madrasah. https://doi.org/10.24252/idaarah.v2
At-Tajdid: Jurnal Ilmu Tarbiyah, i1.5064
6(1), 1–26. Fajriana, A. W., & Aliyah, M. A. (2019).
Batubara, D. S. (2017). Kompetensi Tantangan Guru dalam
Teknologi Informasi dan Meningkatan Mutu Pendidikan
Komunikasi Guru SD/MI (Potret, Agama Islam Di Era Melenial.
Faktor-faktor, dan Upaya Nazhruna: Jurnal Pendidikan
Meningkatkannya). Muallimuna : Islam, 2(2), 246–265.
Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, 3(1), https://doi.org/10.31538/nzh.v2i2.3
48–65. 24
Budi, A. M. S., & Apud, A. (2019). Peran Hujaemah, E., Saefurrohman, A., & Juhji,
kurikulum kulliyatul mu’allimin al- J. (2019). Pengaruh penerapan
islamiyah (kmi) gontor 9 dan model snowball throwing terhadap
disiplin pondok dalam hasil belajar ipa di sekolah dasar.
menumbuhkembangkan karakter Muallimuna : Jurnal Madrasah
santri. Tarbawi: Jurnal Keilmuan Ibtidaiyah, 5(1), 23–32.
Manajemen Pendidikan, 5(01), 1– Hunger, J. D., & Wheelen, T. L. (2000).
10. Manajemen Strategi (6th ed.). Andi
Daswati, D. (2019). Peningkatan Offset.
kemampuan hafalan materi al- Indana, N. (2018). Penerapan Kurikulum
qur’an hadits melalui model savi Terintegrasi Dalam
pada siswa kelas viii mtsn 1 Mengembangkan Mutu Belajar

8
Nidhomul Haq, Vol 5 No 1 Tahun
Apud

8
Nidhomul Haq, Vol 5 No 1 Tahun

Siswa (Studi Kasus Di Sma Darul


Kartowagiran, B. (2011). Kinerja Guru
‘Ulum 1 Unggulan Bppt Jombang).
Profesional (Pasca Sertifikasi).
Nidhomul Haq : Jurnal Manajemen
Cakrawala Pendidikan, 30(3),
Pendidikan Islam, 3(2), 121–147.
643–473.
Jaskarti, E. (2018). Implementation
Latief, J., & Masruroh, N. A. (2017).
Assistance Workshop Curriculum
Kepala Madrasah sebagai
2013 Improving Teacher Ability In
Supervisor Akademik untuk
Mi (Madrasah Ibtidaiyah) To Make
Meningkatkan Kinerja Guru MTs
Plan Of Learning In East District
N Donomulyo Kulonprogo.
Of Jatitujuh. Journal of Elementary
MANAGERIA: Jurnal Manajemen
Education Primaryedu, 2(1), 53–
Pendidikan Islam, 1(2), 275–296.
62.
https://doi.org/10.14421/manageria
Jauch, L., & Glueck, W. (1999).
.2016.12-06
Manajemen Strategis dan
Ma`arif, M. A., & Kartiko, A. (2018).
Kebijakan Perusahaan (3rd ed.).
Fenomenologi Hukuman di
Erlangga.
Pesantren: Analisis Tata Tertib
Juhji, J. (2016). Peran Urgen Guru dalam
Santri Pondok Pesantren
Pendidikan. Studia Didaktika:
Daruttaqwa Gresik. Nadwa, 12(1),
Jurnal Ilmiah Bidang
181–196.
Kependidikan, 10(1), 52–62.
https://doi.org/10.21580/nw.2018.1
Juhji, J. (2017). Profesi Pendidik dan
2.1.1862
Tenaga Kependidikan. Pusat
Maarif, M. A., & Rofiq, M. H. (2018).
Penelitian dan Penerbitan LP2M
Pola pengembangan kurikulum
IAIN Sultan Maulana Hasanuddin
pendidikan pesantren berkarakter:
Banten.
Studi pondok pesantren nurul
Juhji, J. (2019). Analyzing Madrasah
ummah mojokerto. TADRIS:
Ibtidaiyah Teacher Candidates
Jurnal Pendidikan Islam, 13(1), 1–
Skill of Technological Pedagogical
16.
Content Knowledge on Natural
Mulyani, N. (2019). Pengembangan
Science Learning. Al Ibtida: Jurnal
profesionalisme guru pada mtsn 1
Pendidikan Guru MI, 6(1), 1–18.
serang melalui peningkatan
http://dx.doi.org/
kompetensi profesional dan
10.24235/al.ibtida.snj.v6i1.3658
pedagogik. Tarbawi: Jurnal

8
Nidhomul Haq, Vol 5 No 1 Tahun

Keilmuan Manajemen Pendidikan,


5(01), 87–96.
Sagala, S. (2009). Manajemen Strategik
dalam Peningkatan Mutu
Pendidikan. Alfabeta.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian
Pendidikan: Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Alfabeta.
Supardi, S. (2014). Kinerja Guru (Vol. 1).
Rajawali Pers PT. RajaGrafindo
Persada.
Supardi, S. (2017). Statistik Penelitian
Pendidikan. PT RajaGrafindo
Persada.
Wardani, I. (2012). Mengembangkan
Profesionalisme Pendidik Guru
Kajian Konseptual dan
Operasional. Jurnal Pendidikan,
13(1), 32–44.

Apud
8

You might also like