Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 21

LITERATURE REVIEW: THE EFFECTIVENESS OF HYPNOBRITHING WITH

THE LABOR LENGTH OF KALA 1 AND ANXIETY LEVEL DURING DELIVERY


Midwifery Program, Medical Faculty, Poltekes Kemenkes Denpasar
Putu Elsa Yuliani
Email : putuelsayulianiLA@gmail.com

Abstract
Labor is the process of opening and thinning of the cervix and the fetus down into
the birth canal. The closer the labor process causes maternal feeling increasingly
anxious and the anxiety is causing more intense pain and vice versa. Almost all
maternal experienced anxiety and fear during pregnancy, labor, and after
childbirth. One of the methods is used to reduce childbirth anxiety namely
hypnobirthing. Hypnobirthing is the practice of self-hypnosis, which is then used
in labor and consists of several techniques that are very useful for reducing pain
and emotional distress during labor, without the use of anesthetic. Hypnobirthing
is a method for treating the subconscious to override the pain experienced by the
mother by way of guiding mothers still feel contractions, but the same time the
mother is also conditioned to reduce sensitivity to pain or be able to enjoy the
contractions that occur so that mothers feel comfortable. Neonatus given birth by
pregnant mothers suffering from excessive anxiety and stress have higher risk of
low-birthweight, small head circumference, low APGAR score at birth, in
adequate neurologyc development, premature birth, weak immunity system, and
emotional disorder, than those given birth by happy mothers. The purpose of this
study is generally to determine the effect hypnobirthing towards the long-stage
labor I and the effect of effectiveness of hypnobirthing in reducing anxiety level
during delivery.
The methods of this study is article uses a literature review study method from
scientific journals with keyword guidance, 8 scientific journals were selected,
each journal representing an giving hypnobirthing with the labor lenght of kala 1,
effectiveness of hypnobirthing in reducing anxiety level during delivery, and
associated factors with hypnobirthing implementation. Results: After intervention,
pregnant mothers who received hypnobirthing had anxiety level as low and have
delivery time shorter. Conclusion: Hypnobirthing can effectively reduce anxiety
among pregnant mothers during birth delivery and that labor with hypnobirthing
delivery time shorter than the delivery without hypnobirthing.

Keywords: Hypnobirthing, the first stage of labor, anxiety

1
Abstrak
Persalinan adalah proses pembukaan dan penipisan serviks dan janin turun ke
jalan lahir. Semakin dekat proses persalinan menyebabkan perasaan ibu semakin
cemas dan kecemasan tersebut menimbulkan rasa nyeri yang semakin hebat dan
sebaliknya. Hampir semua ibu mengalami kecemasan dan ketakutan selama
kehamilan, persalinan, dan setelah melahirkan. Salah satu metode yang
digunakan untuk mengurangi kecemasan persalinan yaitu hypnobirthing.
Hypnobirthing adalah praktik self-hypnosis, yang kemudian digunakan dalam
persalinan dan terdiri dari beberapa teknik yang sangat berguna untuk
mengurangi rasa sakit dan tekanan emosional selama persalinan, tanpa
menggunakan anestesi. Hypnobirthing adalah suatu metode untuk mengobati
alam bawah sadar untuk mengesampingkan rasa sakit yang dialami ibu dengan
cara membimbing ibu tetap merasakan kontraksi, namun pada saat yang sama
ibu juga dikondisikan untuk mengurangi kepekaan terhadap rasa sakit atau dapat
menikmati kontraksi yang terjadi sehingga ibu merasa nyaman. Neonatus yang
dilahirkan oleh ibu hamil yang menderita kecemasan dan stres yang berlebihan
memiliki risiko lebih tinggi untuk lahir dengan berat badan rendah, lingkar
kepala kecil, skor APGAR saat lahir rendah, dalam perkembangan neurologi
yang memadai, kelahiran prematur, sistem kekebalan yang lemah, dan gangguan
emosional, dibandingkan dengan yang melahirkan oleh ibu-ibu yang bahagia.
Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui pengaruh
hypnobirthing terhadap persalinan kala I dan pengaruh efektifitas hypnobirthing
dalam menurunkan tingkat kecemasan saat persalinan. Metode penelitian ini
adalah artikel menggunakan metode studi literature review dari jurnal ilmiah
dengan panduan kata kunci, dipilih 8 jurnal ilmiah, masing-masing jurnal
mewakili pemberian hypnobirthing dengan lama persalinan kala 1, efektifitas
hypnobirthing dalam menurunkan tingkat kecemasan saat persalinan, dan faktor
yang berhubungan dengan implementasi hypnobirthing. Hasil: Setelah dilakukan
intervensi, ibu hamil yang mendapatkan hypnobirthing memiliki tingkat
kecemasan yang rendah. Kesimpulan: Hypnobirthing efektif menurunkan
kecemasan ibu hamil saat persalinan dan persalinan dengan hypnobirthing waktu
persalinan lebih singkat dibandingkan dengan persalinan tanpa
hypnobirthing.ASI Eksklusif sangat dianjurkan untuk diberikan kepada bayi baru
lahir sampai usia enam bulan dan tanpa pemberian makanan pendamping ASI.
Kelancaran ASI pada ibu menyusui merupakan kebutuhan yang sangat penting
untuk memenuhi nutrisi bayi, ASI merupakan nutrisi terbaik bagi bayi untuk
mencegah infeksi dan beberapa penyakit lainnya. Pada ibu postpartum, keadaan
emosinya dianggap tidak stabil dan berhubungan dengan refleks oksitosin.
Persentase keadaan emosi ibu berhubungan dengan refleks oksitosin yang dapat
mempengaruhi produksi ASI sekitar 80% sampai 90%. Tujuan : Mengetahui
pengaruh pijat oksitosin dan perawatan payudara terhadap produksi ASI pada
ibu nifas. Metode: Artikel ini menggunakan metode studi literature review dari
jurnal ilmiah dengan panduan kata kunci. 8 jurnal ilmiah dipilih, masing-masing
jurnal mewakili efek pijat oksitosin dan perawatan payudara terhadap produksi

2
ASI dan memberikan informasi yang bervariasi. Hasil: Pijat oksitosin dan
perawatan payudara merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi produksi
ASI yang tidak lancar. Pemijatan dilakukan di sepanjang tulang belakang
(vertebrae) hingga tulang rusuk kelima dan keenam, pijat oksitosin merupakan
upaya untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin setelah melahirkan.
Perawatan payudara bertujuan untuk melancarkan peredaran darah dan
mencegah tersumbatnya saluran produksi ASI sehingga memperlancar aliran ASI
selama menyusui. Kesimpulan: Perawatan payudara dan pijat oksitosin secara
signifikan dapat meningkatkan produksi ASI. Ibu nifas dianjurkan untuk
melakukan perawatan payudara dan pijat oksitosin, guna meningkatkan produksi
ASI.
Kata kunci: Pijat Oksitosin, Produksi ASI, Nifas, Perawatan Payudara.

PENDAHULUAN

Cakupan bayi mendapat ASI eksklusif tahun 2020 yaitu sebesar 66,06%.
Angka tersebut sudah melampaui target Renstra tahun 2020 yaitu 40%.
Persentase tertinggi cakupan pemberian ASI eksklusif terdapat pada Provinsi
Nusa Tenggara Barat (87,33%), sedangkan persentase terendah terdapat di
Provinsi Papua Barat (33,96%). Terdapat empat provinsi yang belum mencapai
target Renstra tahun 2020, yaitu Maluku dan Papua Barat. Cakupan ASI
Eksklusif di Provinsi Bali sebesar 76,4 persen diatas target Renstra 2020 yaitu
sebesar 40 persen.

3
Berdasarkan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) 2030,
dengan menyusui dapat menjadi salah satu langkah awal bagi seorang manusia
yang baru lahir ke dunia untuk mendapatkan kehidupan yang sehat dan
sejahtera. Tercapainya target pemerintah Indonesia tentang ASI eksklusif berarti
ikut membantu dunia dalam mensukseskan tujuan dari SDGs. Tujuan yang paling
erat kaitannya dengan ASI eksklusif adalah tujuan SDGs nomor dua yaitu tentang
kelaparan.
Air Susu Ibu yang selanjutnya disingkat ASI adalah cairan hasil sekresi
kelenjar payudara ibu. ASI Eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi
sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan dan/atau
mengganti dengan makanan atau minuman lain. (Peraturan Pemerintah RI,
2012)
ASI mengandung kolostrum yang kaya akan antibodi karena mengandung
protein untuk daya tahan tubuh dan bermanfaat untuk mematikan kuman dalam
jumlah tinggi sehingga pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi risiko
kematian pada bayi. Kolostrum berwarna kekuningan yang dihasilkan pada hari
pertama sampai dengan hari ketiga. Hari keempat sampai hari kesepuluh ASI
mengandung immunoglobulin, protein, dan laktosa lebih sedikit dibandingkan
kolostrum tetapi lemak dan kalorinya lebih tinggi dengan warna susu yang lebih
putih. Selain mengandung zat makanan, ASI juga mengandung enzim tertentu
yang berfungsi sebagai zat penyerap yang tidak akan menganggu enzim lain di
usus. Susu formula tidak mengandung enzim tersebut sehingga penyerapan
makanan sepenuhnya bergantung pada enzim yang terdapat di usus bayi. (Profil
Kesehatan Indonesia, 2020)
Rendahnya cakupan ASI Eksklusif disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya karena kebanyakan ibu-ibu yang memiliki bayi bekerja mencari
nafkah untuk menunjang kebutuhan keluarga sehingga tidak ada kesempatan
untuk memberikan ASI secara eksklusif mulai sejak lahir sampai bayi berumur 6
bulan dan lebih banyak memberikan susu formula. Selain itu faktor lain yang
turut berperan adalah ASI yang tidak keluar yang menjadi salah satu penyebab
seseorang tidak dapat menyusui bayinya sehingga proses menyusui
terganggu/terhambat karena itu diperlukan pendekatan pada masyarakat untuk

4
dapat mengubah kebiasan buruk yaitu sebelum bayi berusia 6 bulan sudah
diberikan makanan pendamping ASI dan membantu ibu dalam proses menyusui
dengan mengenalkan berbagai metode untuk memperlancar ASI (Ulfa,
2013).Salah satu metode yang dapat dilakukan adalah pijat oksitosin.
Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi
ketidaklancaran produksi ASI. Pijat oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang
tulang belakang (vertebrae) sampai tulang costae kelima-keenam dan merupakan
usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin setelah melahirkan.
Selain memberi kenyamanan pada ibu dan merangsang refleks oksitosin, pijat
oksitosin juga memiliki manfaat lain, yaitu mengurangi pembengkakan payudara
(engorgement), mengurangi sumbatan ASI (plugged/milk,duct), dan membantu
mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit (Armini NW, Marhaeni
GA, Sriasih GK, 2020).
Perawatan payudara juga dapat dilakukan dan merupakan suatu tindakan
untuk merawat payudara terutama untuk persiapan menyusui agar dapat
memperlancar pengeluaran ASI (Kumalasari, 2015). Perawatan payudara juga
dapat memperbaiki sirkulasi darah, menjaga kebersihan payudara terutama
kebersihan puting susu agar terhindar dari infeksi, menguatkan otot payudara,
memperbaiki bentuk puting susu, mengetahui secara dini kelainan pada puting
susu dan melakukan usaha untuk mengatasinya serta mempersiapkan psikologis
ibu dalam periode menyusui (Maryunani, 2015).
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah kajian
(review) hasil-hasil penelitian yang terkait dengan pengaruh pijat oksitosin dan
perawatan payudara (breast care) terhadap produksi ASI pada masa nifas.
Literatur review atau kajian literature merupakan penelitian yang mengkaji atau
meninjau secara kritis pengetahuan, gagasan, atau temuan yang terdapat di
dalam tubuh literatur berorientasi akademik (academic-oriented literature), serta
merumuskan kontribusi teoritis dan metodologisnya untuk topik tertentu.
Literature review merupakan serangkaian penelitian yang berkenaan dengan
metode pengumpulan data pustaka, atau penelitian yang obyek penelitiannya
digali melalui beragam informasi kepustakaan. Data yang digunakan dalam

5
penelitian ini adalah data sekunder, melalui beberapa artikel yang berkaitan
dengan pengaruh pijat oksitosin dan perawatan payudara (breast care) terhadap
produksi ASI pada masa nifas. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis anotasi bibliografi, dapat diartikan sebagai suatu daftar sumber-
sumber yang digunakan dalam suatu penelitian diberikan simpulan terkait
dengan apa yang tertulis di dalamnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Pengeluaran ASI Pada Ibu Post Partum
Primipara Di RSIA Srikandi IBI. Peneliti : Kholisotin, Zainal Munir , Lina Yulia
Astutik.

Penelitian ini dilakukan di RSIA Srikandi IBI Jember selama 1 bulan.


Yaitu April 2018 - Mei 2018. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Pra eksperimen dengan rancangan the static group comparison:
randomized control group only design. Rancangan jenis ini memerlukan dua
kelompok ekperimen yang diberi perlakuan dan satu kelompok kontrol yang tidak
diberi perlakuan. Pada keduanya tidak dilakukan pre-test, akan tetapi dilakukan
posttest saja. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien ibu post
partum primipara sebanyak 181 respoden berdasarkan data yang di dapatkan
dari Ruangan VK RSIA Srikandi IBI Jember selama 4 bulan terakhir. Sampel
dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi dan didapatkan sebanyak 36
responden (18 kelompok eksperimen dan 18 kelompok kontrol). Teknik
pengambilan sampel yang dilakukan adalah Non Probability Sampling.

Hasil penelitian pada ibu post partum primipara pada kelompok


responden sesudah dilakukan pijat oksitosin didapatkan nilai P < 0.05 yang
berarti terdapat pengaruh pijat oksitosin terhadap pengeluaran ASI ibu post
partum primipara pada kelompok eksperimen. Pijat okstosin ini dilakukan untuk
merangsang refleks Let Down saat bayi mengisap areola yang akan mengirimkan
stimulus ke neurohipofisis untuk memproduksi dan melepaskan oksitosin secara
intermiten. Oksitosin akan masuk ke aliran darah ibu dan merangsang sel otot

6
disekeliling alveoli sehingga berkontraksi dan membuat ASI yang telah terkumpul
didalamnya mengalir ke saluran duktus. (Kholisotin 2019)

Pada kelompok kontrol yang tidak diberikan pijat oksitosin dengan hasil
rata -rata P value menunjukkan nilai 0.001 < (0.05) menunjukkan terdapat
perbedaan yang signifikan pada kelompok kontrol. Banyak faktor yang
mempengaruhi komposisi ASI diantaranya stadium laktasi, ras, diit ibu dan
keadaan gizi seorang ibu, disamping itu metode lain seperti pijat oksitosin yang
dapat memperlancar produksi ASI. Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi
untuk mengatasi ketidaklancaran produksi ASI. Pijat oksitosin adalah pemijatan
pada sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai ketulang costae ke
limakeenam dan merupakan usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan
oksitosin setelah melahirkan. (Ratuliu, 2014).

Hasil analisis T - test kelompok pijat oksitosin (eksperimen) dan kelompok


kontrol Terdapat perbedaan yang signifikan pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. dengan dari P. value 0.001 yang berarti P < 0.05 Terdapat
perbedaan pada jumlah frekuensi yang dilakukan pijat dengan yang tidak
dilakukan pijat oksitosin. Pengeluaran ASI dapat dipercepat dengan tindakan non
farmakologi yaitu melalui pijat oksitosin dengan cara memijat area di sekitar
punggung yang bertujuan untuk merangsang keluarnya ASI, sehingga ibu akan
merasakan puas, bahagia, percaya diri, dan perasaan positif lainnya akan
membuat reflek oksitosin bekerja. (Kholisotin 2019)

2. Pijat Oksitosin Pada Ibu Postpartum Primipara Terhadap Produksi ASI dan
Kadar Hormon Oksitosin. Peneliti : Nove Lestari

Penelitian ini dilakukan di Wilayah kerja Pusekesmas Bendo dengan


desain penelitian adalah Quasi Eksperimental dengan pendekatan pre test dan
post test control group design. Populasi pada penelitian ini adalah ibu post
partum primipara yang tinggal di Desa Darungan. Pengambilan sampel
dilakukan dengan metode probability sampling tipe Simple Random Sampling.
Didapatkan 16 responden dalam penelitian ini dan dibagi menjadi dua kelompok
perlakuan yaitu kelompok kontrol dan kelompok pembanding. Variabel

7
independen dalam penelitian ini adalah pijat oksitosin dengan variabel dependen
dalam penelitian ini adalah produksi ASI dan kadar hormon oksitosin.

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan wawancara dan


lembar observasi kemudian dianalisis dengan menggunakan uji Mann-Whitney
test didapatkan nilai U sebesar 8.000dengan p-value = 0.003 p-value tersebut
dibandingkan = 0.05 maka p-value < α , sehingga disimpulkan bahwa H0 ditolak
atau ada perbedaan produksi ASI dan kadar hormon oksitosin antara kelompok
kontrol dengan kelompok perlakuan

Hasil penelitian terdahap produksi ASI terdapat perbedaan yaitu bayi


minum ASI pada waktu lahir adalah 8 kali yang meningkat pada minggu pertama
dan kedua. Bila dilihat secara teori bila bayi cukup mendapatkan nutrisi maka
rata-rata frekuensi menyusu bayi antara 8–12 kali dan bayi akan tidur tenang
atau nyenyak 2–3 jam setelah menyusu. Hal ini menunjukkan bahwa bila bayi
menyusu semakin sering maka ASI yang di produksi semakin banyak karena
semakin tinggi kadar oksitosin pada peredaran darah yang akan merangsang
prolaktin untuk terus memproduksi ASI

Berdasarkan hasil uji statistik proses laktasi merupakan suatu interaksi


yang sangat kompleks antara ransangan mekanik, saraf, dan bermacammacam
hormon. Hal ini dipengaruhi oleh faktor dari proses laktogenesis III yang dapat
mempengaruhi produksi ASI, menyusui setiap dua-tiga jam akan menjaga
produksi ASI tetap tinggi. Untuk wanita pada umumnya, menyusui atau memerah
ASI delapan kali dalam 24 jam akan menjaga produksi ASI tetap tinggi pada
masa-masa awal menyusui, khususnya empat bulan pertama.

Dari hasil uji statistik didapatkan bahwa pijat oksitosin dapat


meningkatkan kadar hormon oksitosin. Jika kadar hormon oksitosin meningkat
juga akan mempengaruhi produksi ASI. Pijat oksitosin ini dilakukan untuk
merangsang refleks oksitosin atau refleks let down. Pijat oksitosion ini dilakukan
dengan cara memijat pada daerah punggung sepanjang kedua sisi tulang
belakang sehingga diharapkan dengan dilakukan pemijatan ini, ibu akan merasa
rileks dan kelelahan setelah melahirkan akan hilang. Faktor lain yang dapat

8
mempengaruhi produksi ASI adalah nutrisi, ketenangan jiwa dan pikiran, alat
kontrasepsi, pola istirahat, perawatan payudara, anatomis payudara ,faktor
fisiologis dan faktor isapan bayi atau frekuensi menyusui. (Lestari N, 2017)

3. Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Pengeluaran ASI Pada Ibu Postpartum


Primipara. Peneliti : Ridawati Sulaeman, Putu Lina, Masadah, Dewi
Purnamawati.

Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental dengan rancangan


one group pre and post test design. Populasi dalam penelitian ini adalah semua
ibu postpartum normal hari pertama yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas se
Kota Mataram tahun 2018. Sampel yang didapat dalam penelitian ini adalah
sebanyak 30 responden. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
proportional random sampling. Kriteria inklusi adalah Ibu postpartum hari
pertama yang bersedia menjadi sampel; lbu postpartum hari pertama yang
berdomisili di kota Mataram; lbu Postpartum normal primipara; adanya suami
atau tinggal bersama suami. Kriteria Eklusi penelitian ini adalah Ibu postpartum
yang bayinya meninggal; lbu postpartum yang memiliki kelainan pada payudara
seperti mastitis; lbu postpartum yang menderita penyakit menular seperti
HIV/AIDS dan Hepatitis; Bayi yang dilahirkan memiliki kelainan bawaan seperti
labiokisis dan labiopalatokisis; Ibu yang mengalami postpartum blues. Analisis
yang digunakan dalam penelitian ini uji statistic Wilcoxon.

Hasil peneliitian pada 30 responden didapatkan sebelum dilakukan


intervensi pijat oksitosin didapatkan 30 responden (100%) termasuk ke dalam
katergori cukup dan setelah dilakukan intervensi didapatkan 30 responden
(100%) termasuk ke dalam kategori cukup. Selain itu didapatkan peningkatan
pengeluaran ASI sebesar 4,25 kali lebih besar setelah dilakukan pijat oksitosin.
hasil uji statistik menggunakan Wilcoxon Match Pairs Test menunjukan bahwa
setelah dilakukan intervensi pijat oksitosin dengan nilai p value = 0,000 atau p <
α=0,05 yang ada pengaruh yang signifikan Pijat Oksitosin Pada Ibu Post Partum
Primipara di wilayah kerja Puskesmas se - Kota Mataram.

9
Pengeluaran ASI dapat dipercepat dengan tindakan non farmakologis
yaitu melalui pijatan atau rangsangan pada tulang belakang, neurotransmitter
akan merangsang medulla oblongata langsung mengirim pesan ke hypothalamus
di hypofise posterior untuk mengeluarkan oksitosin yang menyebabkan payudara
mengeluarkan ASI. Terjadinya peningkatan produksi ASI pada kelompok
perlakuan juga dapat memberikan efek rileks pada ibu yang secara tidak
langsung dapat menstimulasi hormone oksitosin yang dapat membantu proses
kelancaran produksi ASI.

Pijat oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang tulang belakang


(vertebrae) sampai tulang costae kelima-keenam dan merupakan usaha untuk
merangsang hormon prolaktin dan oksitosin setelah melahirkan. Pijat oksitosin
dilakukan di daerah punggung di area tulang belakang menggunakan kedua ibu
jari dengan gerakan me!ingkar (gerakan love). Pijatan ini bisa dilakukan dua
kali dalam sehari dengan durasi 3 - 5 menit. Pijat oksitosin merupakan salah satu
solusi untuk mengatasi ketidaklancaran produksi ASI. (Sulaeman R, 2018)

4. Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Produksi ASI Pada Ibu Nifas. Peneliti :
Yusari Asih.

Penelitian ini dilakukan di BPM Lia Maria Kecamatan Sukarame, Bandar


Lampung tahun 2017. Penelitian ini bertujuan untuk membedakan produksi ASI
ibu nifas yang diberi perlakuan pijat oksitosin dan tanpa perlakuan. Metode
penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimental dengan
desain rancangan posttest dengan kelompok kontrol. Populasi pada penelitian ini
adalah ibu nifas 3 jam postpartum di BPM Lia Maria dengan jumlah 80 orang.
Sampel kemudian diambil melalui cara purposive sampling. Kemudian
didapatkan jumlah sampel sebanyak 32 orang dimana 16 orang sebagai
responden yang diberikan intervensi pijat oksitosin dan 16 responden sebagai
variabel kontrol. Data yang diperoleh kemudian diproses dan dianalisa secara
univariat dan bivariat dengan menggunakan uji chi - square.

Pada penelitian ini sebagian besar responden multigravida dengan


rentang usia 20 - 30 tahun dan sebagian besar responden tidak bekerja.

10
Berdasarkan analisis pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi ASI diketahui
bahwa dari 16 responden yang melakukan pijat oksitosin terdapat 15 orang
mengalami produksi ASI yang cukup, sedangkan dari 16 responden yang tidak
melakukan pijat oksitosin terdapat 9 orang mengalami produksi ASI yang cukup.
Hasil Uji statistik menggunakan chi-square (x2 ) diperoleh p-value= 0,037 (p-
value ≤0,05) yang berarti ada pengaruh signifikan antara pijat oksitosin
terhadap produksi ASI pada ibu post partum. Dari hasil analisa juga diperoleh
nilai OR =11,667 (1,227- 110,953), yang artinya ibu post partum yang
melaksanakan pijat oksitosin mempunyai peluang 11,667 kali mengalami
produksi ASI cukup dibandingkan dengan ibu yang tidak melakukan pijat
oksitosin.

Dari 16 responden terdapat 15 responden yang memiliki produksi ASI


yang cukup. kecukupan produksi ASI pada ibu nifas di BPM Lia Maria
Kecamatan Sukarame Bandar Lampung adalah baik. Pijat oksitosin yang
dilakukan pada ibu nifas dapat membuat rileks dan nyaman, sehingga dapat
mengurangi rasa lelah setelah melahirkan terutama pijat yang dilakukan setelah
3 jam postpartum. Ibu nifas yang dilakukan pijat oksitosin mengatakan bahwa
selama dilakukannya pijat oksitosin ibu merasa nyaman dan rileks sehingga
selama pemijatan ibu merasakan adanya aliran ASI yang menetes keluar. 16
responden yang tidak melakukan pijat oksitosin didapatkan 9 orang memiliki
produksi ASI yang cukup. Hal ini dapat terjadi karena terdapat beberapa faktor
yang diidentifikasi dapat mempengaruhi laktasi di antaranya adalah Faktor
Biologis (Nutrisi, kondisi payudara, sistem endokrin, paritas, umur kehamilan,
kebiasaan, istirahat), faktor psikologis, faktor sosial (sosio-emosional, sosio-
ekonomi, tingkat pendidikan, faktor lainnya (perawatan payudara, pijat oksitosin,
teknik marmet). Kecukupan ASI baik pada kelompok kontrol karena sebagian
paritas responden adalah multipara sehingga responden memiliki kecenderungan
lebih baik daripada sebelumnya dalam hal lactogenesis dan galaktopoiesis serta
telah memiliki pengalaman dalam menyusui. Dalam penelitian ini responden juga
memiliki asupan nutrisi yang cukup serta sebagian besar responden tidak bekerja
sehingga memiliki cukup waktu untuk menyusui.(Asih Y, 2017)

11
5. Meningkatkan Kelancaran ASI dengan Metode Pijat Oksitosin Pada Ibu Post
Partum. Peneliti : Nelly Indrasari.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pijat oksitoksin


terhadap kelancaran ASI pada ibu post partum.Metode penelitian ini
menggunakan desain quasi eksperimen. Penelitian ini membandingkan antara
kelompok yang mendapat perlakuan dan kelompok kontrol. Kelompok perlakuan
diberikan perlakuan pijat oksitosin & Breastcare, serta kelompok control diberi
perlakuan Breast Care.

Sampel penelitian ini adalah ibu nifas dengan jumlah sampel sabanyak 15
responden untuk keolompok eksperimen dan 15 responden untuk kelompok
kontrol, sehingga keseluruhan responden sejumlah 30 respoden. Pengumpulan
data dengan cara melakukan intervensi sebanyak 2 kali sehari selama 5 hari,
kemudian dilakukan. pengamatan kelancaran ASI pada hari ke tiga sampai hari
kelima. Selanjutnya data dinalisis menggunakan analisis statistik deskriptif dan
analisis statistik dengan uji anova.

Analisis univariat didapatkan setelah dilakukan intervensi dengan teknik


pijat oksitosin & Breastcare rata-rata kelancaran ASI 12,87, dan kelompok
kontrol diberi intervensi breast care rata-rata kelancaran ASI 11,73. Analisis
bivariat terlihat bahwa ratarata tanda kelancaran ASI yang dirasakan responden
dengan jenis intervensi dengan teknik pijat oksitosin & Breastcare rata-rata
tanda kelancaran ASI adalah 12,87 dengan standar deviasi 1,246, sedangkan
untuk kelompok kontrol diberi intervensi Breast Care rata tanda kelancaran ASI
adalah 11,73 dengan standar deviasi 1,280. Hasil uji statistik didapatkan nilai p
= 0,005, berarti dapat disimpulkan ada perbedaan rata-rata tanda kelancaran
ASI antara intervensi dengan kelompok kontrol.

Pada penelitian ini ditemukan rata-rata kelancaran ASI terbesar


didapatkan jika dilakukan intervensi dengan teknik pijat oksitosin & Breastcare,
dan selanjutnya yaitu intervensi dengan Breastcare saja. Hasil penelitian ini
membuktikan bahwa standar baku berupa Breastcare yang selama ini menjadi
rujukan bukan satu-satunya perlakuan yang dapat membantu kelancaran

12
produksi ASI pada ibu nifas. Usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan
oskitosin pada ibu setelah melahirkan selain dengan memeras ASI, dapat
dilakukan juga dengan melakukan perawatan atau pemijatan payudara,
membersihkan puting, sering-sering menyusui bayi meskipun ASI belum keluar,
menyusui dini dan teratur serta pijat oksitosin.

Perawatan Payudara pasca persalinan merupakan kelanjutan perawatan


payudara semasa hamil yang mempunyai tujuan antara lain: menjaga kebersihan
payudara sehingga terhindar dari infeksi, mengenyalkan puting susu, supaya
tidak mudah lecet, menonjolkan puting susu, menjaga bentuk buah dada tetap
bagus, mencegah terjadinya penyumbatan, dan memperbanyak produksi ASI.

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis serta


pembahasan hasil penelitian, maka dapt disimpukan bahwa ada pengaruh yang
bermakna intervensi dengan teknik pijat oksitosin dan breast care terhadap rata-
rata kelancaran ASI. Pada penelitian ini ditemukan rata-rata kelancaran ASI
terbesar didapatkan jika dilakukan intervensi dengan teknik pijat oksitosin &
Breastcare, dan selanjutnya yaitu intervensi dengan Breastcare saja. (Indraari N,
2019)

6. Effect of Breast Care and Oxytocin Massage on Breast Milk Production: A


study in Sukoharjo Provincial Hospital. Peneliti : Tutik Rahayuningsih, Ambar
Mudigdo , Bhisma Murti.

Penelitian ini dilakukan dilakukan di Rumah Sakit Sukoharjo pada


tanggal 19 Oktober 2016 - 18 November 2016. Desain penelitian ini adalah
Randomized Controlled Trial (RCT). Populasi pada penelitian ini adalah 90 ibu
post partum yang dipilih dengan metode simple random sampling sebagai
variabel dependent penelitian. Dari 90 sampel yang dipilih, 60 sampel sebagai
kelompok kontrol sementara 30 sampel dilakukan intervensi perawatan payudara
dan pijat oksitosin.

Variabel independen dalam penelitian ini adalah perawatan payu dara


(breast care) dan pijat oksitosin. Hasil setelah dilakukan intervensi dilakukan

13
dengan Mann-Whitney test. Analisis univariat penelitian ini didapatkan adanya
pengaruh perawatan payudara dan pijat oksitosin yang awalnya 10 cc menjadi
50 cc setelah posttest. Uji Normalitas data didapatkan p< 0.001 menunjukkan
data tidak terdistribusi normal. Analisis bivariat menunjukkan adanya perbedaan
produksi asi sebelum dan sesudah dilakukan intervensi. Pada penelitian ini
didapatkan perbedaan yang bermakna antara kelompok yang dilakukan pijat
oksitosin dan perawatan payudara jika dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Hasil yang didapatkan pada mean ± SD pada kelompok intervensi 17.57 ±


9.70 dan pada kelompok kontrol 1.57 ± 1.69.Hal ini menunjukkan H0 ditolak dan
H1 dapat diterima yang berarti terdapat pengaruh yang bermakna perawatan
payudara dan pijat oksitosin terhadap produksi ASI.

Penelitian Sulistyawati (2009) juga menyebutkan hal yang sama,


kombinasi kedua metode akan menyebabkan peningkatan produksi ASI melalui
peningkatan oksitosin yang menyebabkan kontraksi sel myoepitelial. Perawatan
payudara adalah perawatan khusus dengan melakukan pijatan untuk merangsang
otot payudara ibu. Perawatan payudara ini lebih baik dilakukan pada pagi dan
sore hari sebelum mandi dan diharapkan memberikan rangsangan pada kelenjar
mamae sehingga menghasilkan ASI.

Secara fisiologis perawatan payudara dilakukan dengan cara


merangsang payudara yang akan mempengaruhi hipofise posterior untuk
mensekresi hormon oksitosin. Selain itu pengeluaran oksitosin juga dipengaruhi
oleh hisapan bayi dengan merangsang reseptor pada sistem ductus mamae.
Ketika sistem ductus mamae diberikan rangsangan melalui pijatan, duktus akan
menjadi lebih lebar dan lunak dan akan mengeluarkan oksitosin dari hipofisis
yang berakibat keluarnya ASI dari alveoli mamae.

Kesimpulan penelitian ini terdapat perbedaan yang bermakna antara


kelompok kontrol dan kelompok intervensi (perawatan payudara dan pijat
oksitosin).Produksi ASI yang meningkat dapat dilihat dari volume ASI sebelum
intervensi sejumlah 10 cc menjadi 50 cc setelah intervensi. (Rahayuningsih T,
2016).

14
7. Effectiveness Of Oxytocin Massage And Breast Treatment About The Adequacy
Of Breast Milk In Post Partum. Peneliti : Rahayu Budi Utami , Puji Astutik,
Sefrina Rukmawati , Risa Nurhayati , Ambar Dwi Retnoningrum.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pijat oksitosin dan


perawatan payudara terhadap kecukupan ASI pada ibu postpartum. Desain
penelitian ini adalah comparative design dan penelitian ini dilakukan pada 7
April - 7 Mei 2020. Populasi pada penelitian ini adalah ibu post partum dengan
teknik pengambilan sampel purposive sampling technique dan didapatkan
sebanyak 24 responden.

Variabel independen pada penelitian ini adalah pijat oksitosin dan


perawatan payudara sedangkan variabel dependen pada penelitian ini adalah
kecukupan ASI. Data dilakukan analisis dengan Wilcoxon dan Mann - Whitney
Test dengan α = 0.05.

Hasil penelitian kecukupan ASI terhadap responden yang telah dilakukan


intervensi pijat oksitosin. Sebelum dilakukan intervensi pijat oksitosin didapatkan
9 responden (75%) mengalami kekurangan ASI, akan tetapi setelah dilakukan
pijat oksitosin 8 responden (66.67%) mengalami kecukupan ASI. Hasil Wilcoxon
test terhadap kelompok intervensi menunjukkan p value = 0.025 ≤ α = 0.05
sehingga Ha dapat diterima dan H0 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh yang bermakna pijat oksitosin terhadap kecukupan ASI pada ibu post
partum.

Hasil penelitian kecukupan ASI terhadap responden yang telah dilakukan


intervensi perawatan payudara (breast care) .Pada penelitian ini sebelum
dilakukan intervensi didapatkan 8 responden (66.67%) mengalami kekurangan
ASI, setelah dilakukan intervensi perawatan payudara sebanyak 12 responden
(100%) mengalami kecukupan ASI. Hasil dari Wilcoxon test pada kelompok yang
dilakukan perawatan payudara didapatkan d p value = 0.005 ≤ α = 0.05
sehingga Ha diterima dan H0 ditolak. Dapat disimpulkan terdapat pengaruh

15
bermakna perawatan payudara (breast care) terhadap kecukupan ASI pada
pasien post partum.

Hasil penelitian kecukupan ASI terhadap responden yang telah dilakukan


intervensi pijat oksitosin perawatan payudara (breast care). Dari data kedua
intervensi diatas, maka hasil dari Mann - Whitney test didapatkan p value =
0.020 ≤ α = 0.05 sehingga dapat disimpulkan Ha diterima dan H0 ditolak yang
berarti terdapat pengaruh yang signifikan perawatan payudara dan pijat
oksitosin terhadap kecukupan ASI pada ibu post partum.

Perawatan Payudara (breast care) adalah langkah awal untuk menjaga


kebersihan dan kesehatan payudara yang bertujuan untuk merangsang kelenjar
payudara untuk memproduksi ASI dan mencegah adanya sumbatan. Pada
penelitian ini responden melakukan perawatan payudara sebanyak 1-2 kali per
hari. Perawatan payudara juga dapat memperbaiki sirkulasi darah, menjaga
puting susu tetap bersih.

Pijat oksitosin dapat dilakukan pasien pada posisi duduk dan senyaman
mungkin, sehingga hal - hal negatif dapat diminimalisir. Pijat oksitosin bertujuan
untuk menstimulasi let down reflexes, mengurangi sumbatan payudara,
menstimulasi pelepasan hormon oksitosin, dan menjaga produksi ASI. Pijat
oksitosin ini dilakukan disepanjang vertebra sampai iga kelima - keenam untuk
menstimulasi hormon oksitosin dan prolactin setelah melahirkan. (Utami.B.R,
2020).

8. Oxytocin Massage Increase Milk Production During Breastfeeding. Peneliti :


Siti Farida, Etik Sulistyorini, Radettya Bella Retnaning Pangestu.

Desain penelitian ini adalah Pre - Experimental One Group Pre and Post
Test Design.

Total sampling digunakan dalam pengambilan sampel pada penelitian ini, dan
didapatkan 10 ibu post partum hari pertama dan kedua. Analisis statistik yang
digunakan adalah non-parametric Wilcoxon Signed Rank Test.

16
Pada penelitian ini didapatkan produksi ASI pada hari pertama sampai
hari kedua semenjak melahirkan berada di kisaran 50 - 100 ml/ hari. Jumlah ini
dapat meningkat sampai 500 ml pada minggu kedua. Produksi ASI akan semakin
efektif dan meningkat pada 10 - 14 hari setelah melahirkan. Pada penelitian
didapatkan rata - rata produksi ASI setelah dilakukan pijat oksitosin adalah 56
dengan standar deviasi 8,097. Pijat oksitosin dapat dilakukan1 - 2 hari setelah
melahirkan, sebelum menyusui dan dapat diulang beberapa kali setelah
menyusui.Pijat oksitosin dapat dilakukan selama 3 - 5 menit dan efeknya dapat
dilihat 6 - 12 jam setelah dilakukan pemijatan.

Pada penelitian ini didapatkan “Negative Rank” sebelum dan sesudah


pijat oksitosin adalah 0 yang mengindikasikan tidak adanya penurunan produksi
ASI saat sebelum dan sesudah dilakukan pijat oksitosin.Positive Rank dari 10 ibu
postpartum didapatkan peningkatan produksi ASI sebelum dan sesudah pijat
oksitosin. Mean terjadi peningkatan 5,50 dan Jumlah Positive Rank 55.
Berdasarkan hal tersebut didapatkan p-value 0,005 ≤ 0.05, maka Ha dapat
diterima sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh signifikan pijat oksitosin
terhadap produksi asi pada ibu postpartum. (Farida. S. 2021)

Penelitian lain yang dilakukan oleh Eko Mardiyaningsih. et. Al meneliti


tentang efek marmet teknik dan pijat oksitosin yang dilakukan pada ibu post SC
didapatkan efek kedua teknik ini dalam meningkatkan produksi ASI.
(Mardyaningsih E. 2011)

Penelitian yang dilakukan oleh Johan Aziah membuktikan oksitosin dapat


meningkatkan produksi ASI. Pijat Oksitosin dapat dilakukan pada tulang costae 5
- 6 sampai ke scapula yang akan menstimulasi sistem saraf parasimpatis dan
merangsang hipofisis posterior untuk mensekresi oksitosin. (Johan I. 2016)

Penelitian yang dilakukan oleh Lutfiana Puspita Sari tentang kombinasi


pijat oksitosin dan hypnobreastfeeding didapatkan pengaruh yang signifikan
dalam menurunkan ansietas dan meningkatkan produksi ASI pada ibu post
partum. (Sari, L.P. 2017).

SIMPULAN DAN SARAN

17
Hasil literature review dari delapan artikel,yang terdiri dari 5 jurnal
nasional dan 3 jurnal internasional dapat dijelaskan bahwa pijat oksitosin dan
perawatan payudara (breast care) memiliki manfaat untuk memperlancar
produksi ASI pada ibu nifas. Pijat oksitosin ini dapat dilakukan pemijatan pada
sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai ketulang costae ke lima keenam
dan merupakan usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin setelah
melahirkan.Perawatan Payudara (breast care) merupakan langkah awal untuk
menjaga kebersihan dan kesehatan payudara yang bertujuan untuk merangsang
kelenjar payudara untuk memproduksi ASI dan mencegah adanya sumbatan.
Hasil - hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi dalam memberikan
terapi non farmakologis pada ibu yang mengalami masalah dalam pemberian ASI
selama masa nifas.

DAFTAR PUSTAKA

1. Armini NW, Marhaeni GA, Sriasih GK. 2020. Manajemen Laktasi.


Denpasar: Nuha Medika.

2. Asih Y, 2017. Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Produksi ASI Pada Ibu
Nifas. Jurnal Keperawatan. 8 (2).
http://www.ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JKEP/article/view/931

3. Farida. S., Sulistyorini. E., Pangestu. R.,B.,R. 2021. Oxytocin Massage


Increase Milk Production During Breastfeeding. International Conference of
Health, Science and Technology. 2021. pp : 80 - 82

18
4. Indrasari N. 2019. Meningkatkan Kelancaran ASI dengan Metode Pijat
Oksitosin Pada Ibu Post Partum. Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik. 15
(1). https://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JKEP/article/view/1325

5. Johan, I., & Azizah, N. (2016). The Effect of Oxytocin Massage on Breastmilk
Production Postpartum Mothers in Peterongan PHC Area, Jombang, East
Java, Indonesia. Global Nursing Challenges in The Free Trade Era 5. Issue
1, 1-9

6. Kholisotin, Munir Z, Astutik LY. 2019. Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap


Pengeluaran ASI Pada Ibu Post Partum Primipara Di RSIA Sri Kandi IBI.
Jurnal Keperawatan Profesional. 7 (2).
https://ejournal.unuja.ac.id/index.php/jkp/article/view/598.

7. Kumalasari, I. 2015. Panduan Praktik Laboratorium dan Klinik Perawatan


Antenatal, Intranatal, Postnatal, Bayi Baru Lahirdan kontrasepsi. Salemba
Medika. Jakarta

8. Lestari N. 2017. Pijat Oksitosin Pada Ibu Post Partum Primipara Terhadap
Produksi Asi dan Kadar Hormon Oksitosin. Jurnal Ners dan Kebidanan. 4
(2). p120-124. http://jnk.phb.ac.id/index.php/jnk/article/view/0177/pdf

9. Mardiyaningsih. E., Setyowati., Sabri.L (2011). Efektivitas Kombinasi Teknik


Marmet dan Pijat Oksitosin terhadap Produksi ASI Ibu Post Sectio. Jurnal
Keperawatan Soedirman (JKS), Vol. 06, No.1, Maret 2011

10. Maryunani, A. 2015. Inisiasi menyusui dini, ASI eksklusif dan manajemen
laktasi.  Trans Info Media. Jakarta

11. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 33. 2012. Pemberian Air Susu
Ibu Ekslusif. Diakses pada 6 Mei 2022 melalui :
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PP%20No.%2033%20ttg
%20Pemberian%20ASI%20Eksklusif.pdf

12. Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Badung 2020. 2021. Cakupan
Pemberian ASI Eksklusif. Diakses pada 6 Mei 2022 melalui :
https://diskes.baliprov.go.id/download/profil-kesehatan-badung-2020/

19
13. Profil Kesehatan Indonesia 2020. Kementerian Kesehatan RI 2021. Inisiasi
Menyusui Dini dan Pemberian ASI Eksklusif. Diakses pada 6 Mei 2022
melalui :
https://www.kemkes.go.id/downloads/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatan-indonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia-Tahun-2020.pdf

14. Rahayuningsih T, Mudigdo A, Murti B. Effect of Breast Care and Oxytocin


Massage on Breast Milk Production: A study in Sukoharjo Provincial
Hospital. “ Journal Of Maternal And Child Care” 1.2 (2016). 101-109.
Diakses pada 6 Mei 2022
melalui :https://doi.org/10.26911/thejmch.2016.01.02.05

15. Ratuliu, M. (2014). ASI pintar dan Menyusui. jakarta selatan: PT mizan
publika.

16. Sari, L. P., Salimo, H., & Budihastuti, U. R. (2017). Optimizing the
Combination of Oxytocin Massage and Hypnobreastfeeding for Breast Milk
Production among Post-Partum Mothers. Journal of Maternal and Child
Health, Vol.1, No. 1.2017.pp: 20-29

17. Sulaeman R, Lina P, Masadah, Purnamawati D. 2018. Pengaruh Pijat


Oksitosin Terhadap Pengeluaran ASI Pada Ibu Postpartum Primipara.
Jurnal Kesehatan Prima. 13 (1).
http://jkp.poltekkes-mataram.ac.id/index.php/home/article/view/193

18. Sulistyawati A (2009). Buku ajar asuhan kebidanan pada ibu nifas. Ed. 1.
Yogyakarta: Andi.

19. Ulfa, R. R. M. (2013). Efektivitas Pemberian Teknik Marmet Terhadap


Pengeluaran ASI Pada Ibu Menyusui 0-6 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas
Arjasa Kabupaten Jember. Jurnal Universitas Jember.

20. Utami B.R. Astutik P. et.al. Effectiveness Of Oxytocin Massage And Breast
Treatment About The Adequacy Of Breast Milk In Post Partum. “ European
Journal of Molecular & Clinical Medicine” 7.2 (2020). 4725- 4732. Diakses
pada 6 Mei 2022 melalui :
https://ejmcm.com/article_3055_b104ce249c94fc69247496b36df5a33b.pdf

20
21

You might also like