Professional Documents
Culture Documents
Potret Keberhasilan Pembelajaran Pendidikan Agama
Potret Keberhasilan Pembelajaran Pendidikan Agama
Abstract
The practice of Islamic learning education (PAI) in madrasah aliyah (MA) is expected to become holistic,
systematic, integrated, and capable in combining cognitive, affective, and psychometric objectives. The educational
process is to create students with strong faith, high moral fiber, polite personality, dedicated, humble, possessing
a holistic intellectuality, individually and socially religious, emotionally mature, and modest. This research exists
to identify the teaching implementation of Islam education in MA. Specifically, this paper is to distinguish the
development level of success in teaching PAI in MA. The result of this research indicates that the level of MA
students in achieving cognitive learning in PAI is relatively well with the score of 78 to 80. The achievement
from the psychometric level is measured by 3 well-behave aspects inevitably by the religious practices, however,
there are still 2 among the students which still need guidance. Based on the affective aspect, five of the PAI issue
studies are still considered unsuccessful. Factors that applies the success of PAI teachings include; the quality of
the madrasah, behavior of the teachers, routine of the host families, and so on.
Keyword: learning success, Islamic education, madrasah aliyah
Abstrak
Praktik pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) di Madrasah Aliyah (MA) seharusnya dilakukan secara
holistik, sistematis dan integral, serta mampu memadukan target capaian kognitif, afektif dan psikomotorik.
Proses pendidikan agama di madrasah diharapkan mampu melahirkan peserta didik yang beriman dan bertakwa,
bermoral tinggi, berkepribadian yang sopan, ramah, bermartabat, berakhlak mulia, serta memiliki intelektualitas
yang tinggi secara holistik, saleh di ranah individual dan sosial, dewasa secara emosional, serta santun secara
sosial. Penelitian ini untuk mengetahui bagaimana implementasi pembelajaran pendidikan Agama Islam di MA.
Secara khusus penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana tingkat keberhasilan PAI di MA dan faktor
apa saja yang mempengaruhi tingkat keberhasilan pembelajaran PAI di MA. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa hasil capaian kognitif siswa MA dalam pembelajaran PAI relatif sudah cukup baik dengan nilai 78 sampai
80. Hasil capaian aspek psikomotorik diukur dari 3 aspek perilaku juga cukup baik, terutama dalam ritual ibadah
keagamaan, namun pada 2 aspek perilaku siswa laianya masih perlu perbaikan. Pada hasil capaian aspek afektif
dilihat dari lima rumpun bidang isu pelajaran PAI masih kurang berhasil. Beberapa faktor ikut mempengaruhi
tingkat keberhasilan pembelajaran PAI di MA, seperti kualitas madrasah, sikap keagamaan guru, pola asuh orang
tua, dan sebagainya.
Kata Kunci: keberhasilan pembelajaran, pendidikan agama Islam, madrasah aliyah
Naskah diterima 27 September 2013. Revisi pertama, 15 Oktober 2013. Revisi kedua, 15 November 2013 dan revisi
terahir 3 Desember 2013.
kehidupan nyata, baik di level individu, anggota lebih utuh di bidang agama Islam sebagai hasil
keluarga, masyarakat dan warga negara. Di sini, dari pembelajaran PAI dari tingkat dasar hingga
perpanduan hasil capaian kognitif, afektif dan menengah.
psikomotorik menjadi sangat penting, agar Permasalahan survei ini adalah hasil
via hasil PAI, Islam dapat lebih menjadi agama pembelajaran PAI di MA pada peserta didik.
praksis. Dengan demikian, peserta didik Islam Adapun pertanyaan penelitiannya adalah: 1)
memiliki pengetahuan, sikap kecenderungan, Bagaimana tingkat keberhasilan pembelajaran
dan perilaku islami dalam kehidupan sehari- PAI di MA, dan 2) Faktor-faktor apa saja yang
hari. Dengan kata lain, potret perilaku nyata mempengaruhi keberhasilan pembelajaran
di level kehidupan sehari-hari adalah penting PAI di MA?
untuk dijadikan sebagai satu indikator untuk
Tujuan survei ini adalah untuk: 1) Menge
menilai keberhasilan PAI di MA pada peserta
tahui tingkat keberhasilan PAI di MA, dan 2)
didik.
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
PAI di MA oleh banyak pihak dikiritk tingkat keberhasilan PAI di MA. Secara
dan dinilai masih belum berhasil, jika diukur praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat
dengan standar perpaduan capaian kognitif, dijadikan bahan masukan bagi para praktisi dan
afektif dan psikomotorik. Harus dicamkan bahwa pemangku kebijakan pendidikan Islam untuk
saat ini, masyarakat umum sangat menaruh membenahi pembelajaran PAI di MA. Hal
harapan besar terhadap peran MA melalui ini penting mengingat bahwa perencanaan,
pembelajaran PAI, sesuai dengan tugas pokok kebijakan dan praktek pembelajaran PAI di
dan fungsinya, untuk menyiapkan peserta yang madrasah-madrasah, tepatnya di institusi
intelek, bermoral, dewasa dan santun secara pendidikan Islam, baik modern atau tradisional,
sosial, bermartabat, dan berakhlak mulia di selama ini, masih belum begitu kuat mengacu
ranah personal. Di sini, peran MA diharapkan pada hasil studi empiris. Dengan kata lain, hasil
mampu menjawab tantangan kemajuan ilmu penelitian ini, sedikit-banyak, dapat memberi
pengetahuan dan teknologi, tanpa harus pijakan empiris dan strategis bagi kebijakan
kehilangan identitas luhur keagamaan, dan yang lebih kuat, valid dan reliabel untuk
fungsi primernya sebagai lembaga pendidikan merancang bangun dan mengevaluasi hasil
formal yang berbasis agama. MA juga diharapkan PAI di MA. Secara akademis, hasil penelitian ini
bisa membekali peserta didik dengan pendidikan diharapkan dapat dijadikan dasar bagi praktisi
agama dan keagamaan. dan pakar pendidikan agama untuk menyusun
Kritik terhadap keberhasilan pembelajaran dan mengembangkan serangkaian konsep
PAI adalah menarik untuk dievaluasi tingkat pendidikan, pembelajaran, serta strategi,
keberhasilan pembelajaran PAI di MA. media dan teknik pengajaran PAI. Hal ini
“Bagaimana hasil capaian pembelajaran PAI pada sangat bermakna mengingat bahwa guru PAI,
peserta didik di MA?” Karena itu, Pusat Penelitian umumnya, masih cenderung menggunakan
dan Pengembangan Pendidikan Agama dan model dan strategi pembelajaran konvensional
Keagamaan, Kementerian Agama Tahun dalam mengajar materi agama Islam. Hasil
Anggaran 2012 melakukan survei tentang studi ini diharapkan dapat memberi satu
keberhasilan pembelajaran PAI di MA di 16 pijakan ilmiah untuk rancang bangun materi,
provinsi yang menjadi basis utama PAI dengan pendekatan, metode, strategi dan teknik
beragam karakter lokalnya. Pemilihan MA pengajaran dan pembelajaran PAI di MA.
sebagai fokus survei didasarkan pada pemikiran
bahwa MA merupakan jenjang pendidikan
menengah tertinggi yang lulusannya
diharapkan telah memiliki kompetensi yang
perubahan (sikap dan perilaku) yang dinamis spiritual. Ketiga, penalaran dan argumentasi
terjadi pada diri peserta didik. penyelesaian isu-isu keagamaan aktual kurang
Secara ringkas, sesuai dengan tujuan mendapat perhatian yang memadai. Keempat,
dasarnya, keberhasilan pembelajaran PAI di orientasi beragama di ranah penghayatan
MA mencakup tiga ranah capaian, yaitu unsur terhadap lingkungan kehidupan sosial masih
kognitif, afektif (sikap-penghayatan) dan sangat rendah. Kelima adalah parsialitas
psikomotorik (perilaku keagamaan). Dalam kebijakan dan keterbatasan perhatian
studi ini, keberhasilan dirumuskan sebagai pemangku kebijakan dan praktisi pendidikan
hasil capaian suatu program terrencana, yang agama terhadap model, strategi dan metode PAI
terukur secara kuantitatif dengan standar acuan yang lebih efektif dan efisien. Keenam, ukuran
numerik. Keberhasilan pembelajaran PAI dilihat keberhasilan PAI masih sebatas standar
dari capaian kognitif, sikap dan perilakunya, kognitif. Terakhir, hasil PAI belum secara khusus
yaitu dalam bentuk penguasaan pengetahuan, dijadikan sebagai indikator krusial dalam
model penyikapan terhadap isu-isu keagamaan pendidikan karakter anak didik dalam perilaku
Islam yang diajarkan, ketrampilan berpikir, keseharian.
serta ketrampilan motorik bidang materi ajar Kritik lain menegaskan bahwa kekurang-
PAI. Ranah keberhasilan kognitif diukur dengan berhasilan pembelajaran PAI terutama di MA
nilai akhir semester ganjil-genap tahun akademik disebabkan oleh beberapa faktor lain. Faktor-
2011-2012, sebagai hasil capaian siswa per faktor tersebut anatara lain keterbatasan waktu
satuan mata pelajaran PAI. Sementara nilai pembelajaran, materi ajar PAI yang lebih terfokus
keberhasilan di ranah afektif dan psikomotorik pada model pengayaan pengetahuan, minim
juga diukur dengan skala numerik. Kualitas dalam pembentukan sikap dan pembiasaan dan
validitas dan reliabilitas instrumen penelitian habituasi, keterbatasan porsi partisipasi guru
ini telah diuji berdasar hasil ujicoba instrumen mata pelajaran lain dalam memberi motivasi,
pengumpulan data memantau, dan mengawal peserta didik dalam
mempraktekkan nilai-nilai agama dalam
Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan kehidupan sehari-hari. Faktor penyebab lainnya
Pembelajaran PAI adalah titik lemah kualitas sumberdaya guru PAI
Lulusan dan peserta didik MA dituntut dalam pengembangan pendekatan, strategi,
memiliki wawasan ilmu agama yang mendalam metode, dan teknik yang lebih variatif dalam
di level kognitif, santun, ramah dan dewasa di pengajaran PAI, keterbatasan partisipasi aktif
ranah afektif dan psikomotorik dalam kehidupan para orangtua, kekurangan berbagai sarana
keagamaan. Namun faktanya, banyak kritik dan prasarana pelatihan dan pengembangan
terhadap keberhasilan PAI di MA. Kritik ini, strategi, metode, teknik dan media belajar-
nampaknya terkait dengan model pembelajaran mengajar PAI.9
PAI di MA.8 Pertama, materi pelajaran agama Kekurang-berhasilan PAI nampaknya juga
Islam sampai saat ini cenderung diajarkan disebabkan faktor orientasi dan pemahaman
sebatas hafalan, padahal ajaran Islam sarat konsep PAI yang kurang tepat. Di sini, ada
dengan nilai-nilai yang harus dihayati dan 2 kritik lain terhadap orientasi PAI, yaitu (1)
dipraktekkan. Kedua, PAI lebih ditekankan pada pembelajaran PAI tidak memiliki strategi
relasi formal antara hamba dengan Tuhannya, penyusunan dan pemilihan materi yang tepat,
sebaliknya penghayatan terhadap nilai-nilai akibatnya terjadi kerancauan, miminal tumpang-
dasar agama kurang ditekankan. Di ranah ritual
formal, fungsi agama sering kehilangan sentuhan
9
Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kurikulum
dan Hasil Belajar Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Agama Islam
8
M. Arifin. 1991. Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan di Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Pusat
Umum). Jakarta: Bumi Aksara,. h. 96-100;. Kurikulum, Balitbang, Depdiknas. h. 6;
tindih materi ajar PAI, dan (2) keterbatasan Selanjutnya, berdasarkan kerangka
pengembangan materi ajar PAI yang lebih teoritis, mekanisme alur logis kerja variabel
luas, holistik, dan mendalam, serta kurangnya penelitian ini adalah disajikan pada Bagan
penugasan prinsip kunci dan pokok materi agama 1. Variabel Y adalah tingkat keberhasilan
kepada peserta, sehingga tidak sesuai dengan pembelajaran PAI yang dipilah ke dalam 3
semangat dan konteks pesan luhur agama.10 ranah (kognitif, afektif, dan psikomotorik)
Mengacu pada kerangka teori dan kritik dengan skala pengukuran yang telah dijelaskan.
di atas, secara ringkas, ada dua variabel utama Sedang variabel independen (internal) adalah
yang dalam penelitian ini diteoritisasikan X1 (keberadaan MA, mencakup status hukum-
menentukan hasil pembelajaran PAI di MA, akreditasi) MA, prestasi siswa MA, aktivitas
yaitu faktor internal dan eksternal MA. Faktor sosial-keagamaan MA, dan sistem pengelolaan
internal MA mencakup faktor guru dengan siswa), dan X2 (proses belajar-mengajar guru PAI,
rincian turunannya; kualitas MA, sistem dan sikap dan kegiatan sosial-keagamaannya).
pengelolaan siswa, hidden dan ekstra-kurikuler. Variabel kontrolnya adalah pola asuh orangtua,
Faktor guru mencakup kegiatan pedagogisnya lingkungan sosial-geografis-demografis MA.
di kelas dalam proses kegiatan belajar-mengajar
dan sikap dan perilaku sosial keagamaannya. Metode Penelitian
Sedang faktor eksternal MA mencakup konteks
Penelitian ini dilakukan di 16 propinsi, yaitu:
geografis, demografis dan lingkungan sosial MA,
(1) Daerah Istimewa Nangroe Aceh Darussalam,
serta lingkungan keluarga siswa (status sosial-
ekonomi, dan pola asuh sosial-keagamaan).
Bagan 1 : Mekanisme Interaksi Fungsional Variabel Penelitian Hasil Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di MA
Bagan 1: Mekanisme Interaksi Fungsional Variabel Penelitian Hasil Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di MA
Variabel – X1
Keberadaan MA
(Sistem dan kualitas) €
Pyx1
€
Variabel – Yi
Keberhasilan Pendidikan
Agama Islam di MA
Variabel – X2
Faktor guru Pyx2
(Aspek Pedagogik-
Atribut Keagamaan)
Variabel – Kontrol – Mediasi
1. Latar belakang sosial-ekonomi keluarga siswa
2. Lingkungan sosial Madrasah
3. Lingkungan sosial siswa (di luar sekolah)
10
Mukhtar. 2003. Desain Pembelajaran Pendidikan
METODE
Agama Islam. Jakarta: PENELITIAN
Miska Galiza. h.21; Nyayu Khodijah.
2009. “Peningkatan Keberhasilan Pembelajaran
Penelitian ini dilakukan PAI di yaitu : (1) Daerah Istimewa Nangroe Aceh Darussalam,
di 16 propinsi,
SMA dengan Pendekatan Belajar Reflektif”, Jurnal Teknologi
(2) Sumatera Utara, (3) Sumatera Barat, (4) Riau, (5) Lampung, (6) DKI Jakarta, (7) Jawa Barat, (8)
Pendidikan, Vol 9, No. 3. , h. 171.
Jawa Tengah (plus Sleman D.I. Yogyakarta), (9) Jawa Timur, (10) Bali, (11) Nusa Tenggara Barat,
(12) Kalimantan Barat, (13) Kalimantan Selatan, (14) Sulawesi Tengah, (15) Sulawesi Selatan, (16)
Maluku.
324 EDUKASI Volume 11, Nomor 3, September-Desember 2013
Populasi penelitian ini adalah seluruh peserta didik dan guru PAI MA yang berada di wilayah
survei. Sedang populasi sasaran adalah seluruh peserta didik MA kelas XI dan XII dan guru PAI
yang mengajar di kelas X, XI dan XII MA yang menjadi target penelitian. Selain peserta didik dan
guru PAI, survei juga melibatkan partisipasi narasumber lain, yaitu pimpinan dan staf administrasi
POTRET KEBERHASILAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MADRASAH ALIYAH
(2) Sumatera Utara, (3) Sumatera Barat, (4) Riau, kabupaten-kota yang sangat variatif
(5) Lampung, (6) DKI Jakarta, (7) Jawa Barat, (8) diusahakan terwakili, mengingat secara
Jawa Tengah (plus Sleman D.I. Yogyakarta), (9) kultural dan tradisi keagamaan, daerah-
Jawa Timur, (10) Bali, (11) Nusa Tenggara Barat, daerah tersebut memiliki keunikan
(12) Kalimantan Barat, (13) Kalimantan Selatan, tersendiri. Untuk itu, pemilihan kota-
(14) Sulawesi Tengah, (15) Sulawesi Selatan, (16) kabupaten sangat mempertimbangkan
Maluku. faktor sebaran wilayah.
Populasi penelitian ini adalah seluruh b. Di tahap berikutnya, populasi distratifikasi
peserta didik dan guru PAI MA yang berada mengacu pada pertimbangan faktor teoritis,
di wilayah survei. Sedang populasi sasaran yang diyakini mempengaruhi hasil capaian
adalah seluruh peserta didik MA kelas XI dan pembelajaran PAI. Di level ini, populasi MA
XII dan guru PAI yang mengajar di kelas X, XI dipilah ke dalam kategori (a) status hukum
dan XII MA yang menjadi target penelitian. (negeri-swasta), dan (b) status akreditasi
Selain peserta didik dan guru PAI, survei juga (belum-sudah terakreditasi dengan
melibatkan partisipasi narasumber lain, yaitu rinciannya). Pada tahap ini, sampel MA
pimpinan dan staf administrasi MA. Kelompok diseleksi dengan menggunakan prosedur
terakhir ini diminta memberi data tentang simple random sampling.
kelembagaan MA. 1) Sampel Siswa. Di setiap MA diseleksi
10 orang siswa secara random. Masing-
n= atau sampel = 5.419
1 + 5.419 x0.05 2
=369 madrasah masing kelas (XI dan XII) diseleksi 5
Keterangan : n = Besaran sampel
orang siswa. Sampel siswa per kelas
diseleksi dengan systematic random
N = Besaran populasi
sampling berbasis daftar hadir siswa.
E = Nilai kritis yang ditetapkan (% error) karena salah penarikan
sampel) Karena jumlah siswa per kelas rata-rata
berkisar antara 25-35 orang, sampel
siswa dipilih dengan menggunakan
Ketika survei ini berusaha mengestimasi
angka kelipatan 7 (diasumsikan 30:4=7).
karakter populasi MA dengan tingkat
signifikansi 95 %, dan kesalahan pencuplikan 2) Sampel Guru. Jika guru PAI di MA
sampel 5 %, dengan rumus Slovin, jumlah terpilih hanya ada empat orang, semua
sampel normatif untuk penelitian adalah guru tersebut langsung ditetapkan
369 MA. Untuk kepentingan analisis, sebaran sebagai sampel. Jika di MA yang terpilih
sampel survei untuk MAN dilebihkan, menjadi ada lebih dari 4 orang guru, seleksi
84 buah, dan 285 MAS. Pengurangan proporsi sampel guru harus memperhatikan
jumlah sampel MAS didasarkan pada fakta representasi guru menurut setiap mata
sifat homogenitas MAS. Sampel MA bervariasi pelajaran PAI. Jika ada beberapa guru
menurut jumlah MA di wilayah survei terhadap untuk satu pelajaran PAI, maka sampel
jumlah total MA di provinsi survei. diseleksi dengan sistem pengundian.
Prosedur penentuan-seleksi sampel dan Jika di MA hanya ada satu atau dua
sebaran sampel menurut provinsi, kabupaten- orang guru PAI, hanya guru-guru
kota, status MA, dan sampel siswa dan guru tersebut yang dijadikan responden.
adalah sebagai berikut:
a. Sampel diseleksi dengan menggunakan Instrumen pengumpulan data terdiri atas
teknik random berjenjang (multi-stage tiga unit, yaitu dua kuesioner, dan satu daftar
random sampling). Pada level penentuan
isian. Kuesioner pertama untuk pengumpulan
kabupaten-kota, wilayah survei dirumpun
data yang terkait dengan siswa, dan kuesioner
(clustered) mengacu pada regional cluster
kedua untuk data guru. Instrumen ketiga
kabupaten-kota. Di sini, sebaran daerah
adalah daftar isian untuk mendapatkan data- (c) sikap terhadap wacana formalisasi hukum
informasi tentang kelembagaan MA. Islam dalam tata kehidupan bernegara dan
bermasyarakat, (d) dukungan terhadap doktrin
jihad berbasis kekerasan, dan (e) dukungan
HASIL DAN PEMBAHASAN terhadap prinsip demokrasi. Score maksimal
untuk setiap rumpun bidang yang dianalisis
Hasil Capaian Kognitif
ini direntang dari 1-7. Indikator untuk dua
Capaian kognitif bervariasi menurut status rumpun dimaksud dikonstruksi dengan model
MA, bidang pelajaran dan semester. Pertama, pernyataan negatif, kecuali untuk rumpun
capaian nilai siswa untuk semua pelajaran masalah Fikih dan politik hukum Islam dan
PAI semester ganjil baru mencapai standar demokrasi yang dirumuskan dalam redaksi
cukup baik, di level antara 78-80). Sementara positif.
itu, hasil capaian semester genap relatif lebih
baik untuk semua pelajaran. Nilai kognitif Grafik 1: Sikap (Capaian Afektif) Siswa terhadap
siswa MAN sudah mencapai taraf BAIK (81- Etika Teologis Relasi Lintas Agama
90), kecuali untuk pelajaran SKI. Kedua, hasil
capaian kognitif pelajaran al-Quran-Hadis dan
Fikih di atas rata-rata hasil capaian pada dua
pelajaran lainnya, yaitu Akidah-Akhlak dan SKI.
Ketiga, hasil capaian kognitif siswa MAN selalu
HASIL DAN lebih tinggi dibanding dengan hasil capaian
PEMBAHASAN
Pada aspek ini menunjukkan bahwa etika sosial relasilintas agama belum mampu
proses pembelajaran PAI dalam konteks etika menanamkan secara hakiki sikap toleran,
teologis relasi lintas agama terbukti belum inklusif dan terbuka terhadap kehadiran non
mampu mencapai hasil maksimal, bahkan muslim. Dengan kata lain, siswa MA masih tidak
masih cenderung belum mampu mencapai positif menyikap hak-hak dan kepentingan non
batas wajar capaian afektif. Hal ini harus betul- Islam, terutama pada lima indikator etika sosial
betul disadari oleh para guru Akidah-Akhlak. relasi lintas agama. Siswa MA lebih cenderung
Di sini, pembelajaran materi toleransi dalam tidak memberi ruang dan kelonggaran yang
pelajaan Akidah-Akhlak masih belum mampu lebih pada model relasi yang lebih inklusif
membentuk sikap positif siswa kepada non dalam interaksi lintas agama di kehidupan
muslim; para siswa belum mampu memberi, sehari-hari. Alhasil, resistensi siswa terhadap
menciptakan siswa ruang batin yang positif pada ajaran PAI yang mengajarkan keramahan lintas
model relasi kerukunan yang ramah, dan terbuka agama dalam bingkai perbedaan keyakinan dan
untuk menerima kehadiran orang-orang yang keragaman sosial keagamaan masih sangat
berbeda keyakinan atau agama dalam lingkup perlu diperhatikan.
kehidupannya
Grafik 3
Grafik 2 Sikap (Capaian Afektif) Siswa terhadap Doktrin
Sikap (Capaian Afektif) Siswa terhadap Etika Jihad Berbasis Kekerasan
Sosial Relasi Lintas Agama (Toleransi)
yang relavan dengan konteks keindonesiaan. baik, dan konsep kesetaraan umat manusia
Gejala dukungan terhadap doktrin jihad dalam konteks ranah kehidupan sosial.
berbasis kekerasan ini dapat dijadikan indikator
oleh kelompok tertentu yang menyimpulkan
Grafik 5
bahwa basis dan benih radikalisme juga Sikap (Capaian Afektif) Siswa terhadap Etika
mengakar kuat sikap siswa MA. Fenomena ini Demokrasi
harus mendapat perhatian dari para praktisi
pendidikan Islam, pemuka agama, dan para
pemangku kebijakan pengembangan PAI.
Grafik 4
Sikap (Capaian Afektif) Siswa terhadap Wacana
Formalisasi Hukum Islam
relasi lintas agama, baik pada aspek relasi mengaku tidak pernah mengerjakan kegiatan
yang lebih sosial, atau pada relasi yang ibadat dimaksud minimal sekali sebulan.
berisan dengan faktor teologi.
3) Dengan kata lain, ada dua model capaian Grafik 7
afektif hasil pembelajaran PAI di MA. Capaian Psikomotirik Pembelajaran PAI Aspek
Kenyataan ini mengisyaratkan bahwa ada Perilaku Moral-Susila
faktor yang mempengaruhi keberhasilan
capaian afektif hasil pembelajaran PAI.
afektif siswa dalam pembelajaran PAI capaian afektif pembelajaran PAI. Dengan kata
berkorelasi secara positif dengan beberapa lain, tingkat capaian afektif siswa MA di bidang
variabel atribut pedagogik guru PAI. Analisis pembelajaran PAI tidak banyak dipengaruhi oleh
korelasi menunjukan bahwa faktor perilaku faktor perilaku pedagogik guru PAI. Temuan
pedagogik guru tidak berkorelasi, dan juga juga ini mengisyaratkan bahwa faktor yang
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap lebih determinan dalam membentuk hasil
pembentukan sikap siswa pada lima aspek capaian afektif pembelajaran PAI siswa berada
materi ajar PAI yang diteliti, yaitu sikap di luar kerangka kegiatan proses belajar-
terhadap etika sosial dan teologis lintas agama, mengajar dan atribut pada guru PAI itu sendiri.
dukungan terhadap formalisasi penelitan Faktor-faktor non kependidikan, dan faktor
hukum Islam, dukungan terhadap wacana luar sekolah nampaknya lebih menentukan
demokrasi, dan dukungan terhadap konsep hasil capaian afektif.
jihad yang bernuansa kekerasan. Apakah capaian afektif siswa dipengaruhi
Hubungan antara Beberapa Variabel oleh atribut sikap dan cara pandang
Atribut Pedagogik Guru PAI dengan Hasil keagamaan para guru PAI? Hubungan antara
Capaian Afektif Siswa dalam Pembelajaran beberapa variabel Sikap Keagamaan Guru
PAI mengindikasi beberapa aspek berikut. (a) PAI dengan Hasil Capaian Afektif Siswa
Intensitas guru menggunakan media dan dalam Pembelajaran PAI menunjukkan
sumber belajar, dan intensitas pengelolaan tentang korelasi ini. Hampir seluruh aspek
kelas oleh guru saat mengajar hanya berkorelasi sikap keagamaan guru berkorelasi signifikan
signifikan dengan sikap siswa terhadap wacana dengan beberapa hasil capaian afektif siswa
formalisasi hukum Islam di ranah kehidupan dalam proses pembelajaran PAI. Sikap radikal
bernegara dan bermasyarakat. (b) Intensitas keagamaan guru tidak berkorelasi positif
penggunan strategi pembelajaran berkorelasi dan signifikan dengan hasil capaian afektif
signifikan dengan dukungan terhadap etika aspek dukungan terhadap etika sosial dan
teologis dan sosial relasi lintas agama, dukungan teologis. Seperti halnya dengan fungsi perilaku
terhadap konsep jihad yang berbasis kekerasan, pedagogik guru, korelasi seuruh faktor sikap
serta dukungan terhadap wacana demokrasi. keagamaan guru, walaupun signifikan, hanya
(c) Intensitas guru melakukan evaluasi dan sangat lemah dengan hasil capaian afektif
penerapan implikasinya hanya berkorelasi pembelajaran PAI di MA. Dengan kata lain, hasil
signifikan dengan sikap terhadap etika sosial capaian afektif pembelajaran PAI tidak banyak
lintas agama, dan dukungan terhadap wacana dipengaruhi oleh sikap keagamaan guru PAI.
demokrasi. (d) Intensitas guru PAI melakukan Pengaruh guru terhadap sikap dukungan
pembinaan karakter siswa berkorelasi signifikan siswa pada beberapa aspek yang dianalisis
dengan dukungan terhadap wacana formalisasi bervariasi secara signifikan. Secara keseluruhan
hukum Islam di Indonesia. bahwa perbedaan pengaruh-peran guru PAI
Walaupun dalam beberapa kasus signifikan, dalam menanamkan sikap keagamaan (capaian
korelasi perilaku pedagogik guru PAI dengan afektif) terbukti hanya berbeda secara signifikan
beberapa aspek yang dianalisis hanya pada dimensi etika teologis dan sosial relasi lintas
berkorelasi sangat lemah, yaitu selalu di bawah dan dukungan pada wacana formalisasi hukum
0.1. Ini artinya bahwa keragaman tingkat capaian Islam di Indonesia. Pada ketiga dimensi lainnya,
afektif hasil pembelajaran PAI di MA tidak begitu pengaruh guru PAI, apapun mata pelajaran yang
akurat dijelaskan dengan variabel perilaku diajarkan tidak terbukti berpengaruh signifikan
pedagogik guru PAI. Ringkasnya, faktor perilaku terhadap hasil capaian afektif pembela-jaran
pedagogik guru tidak begitu bermakna untuk PAI. Ini artinya bahwa keberhasilan penanaman
mengkritisi besar pengaruhnya terhadap hasil semangat etis terhadap materi ajar pelajaran PAI
pada etika teologis dan sosial relasi lintas dan berkorelasi signifikan dengan tingkat capaian
dukungan pada wacana formalisasi hukum Islam psikomotorik hasil pembelajaran PAI di MA.
di Indonesia, sangat terkait erat dengan latar Korelasi antara Pola Asuh-Pembinaan
belakang guru bidang pelajaran tertentu. Di sini, Karakter Keagamaan di Keluarga dengan
guru bidang pelajaran SKI dan al-Quran-Hadis Hasil Capaian Psikomotorik Siswa dalam
cenderung tidak terlalu berhasil menanamkan Pembelajaran PAI menunjukkan bahwa tingkat
nilai-nilai etis relasi lintas agama. keberhasilan pembelajaran PAI di ranah
Jika variabel perilaku pedagogik guru psikomotorik jauh lebih dipengaruhi oleh
dan sikap keagamaannya tidak berkorela kuat pola asuh sosial-keagamaan orangtua dalam
dengan capaian hasil afektif pembelajaran PAI, keluarga. Temuan ini sejalan dengan temuaan
lalu apakah faktor atau variabel lain (kontrol) sebelumnya yang menunjukkan bahwa sistem
justru sangat mempengaruhi capaian hasil asrama berpengaruh signifikan terhadap hasil
pembelajaran PAI? Hubungan antara Beberapa capaian afektif. Sebetulnya, efek minimal
Variabel Sikap Keagamaan Guru PAI dengan proses kegiatan belajar-mengajar (KBM) dalam
Hasil Capaian Afektif Siswa dalam Pembelajaran pembentukan sikap dan perilaku keagamaan
PAI (Korelasi Parsial dengan Sistem peserta didik di bidang pelajaran PAI sangat
Pengelolaan Siswa) menunjukkan tentang masuk akal. Pertama, waktu pembinaan
korelasi atribut keagamaan guru dengan hasil keagamaan siswa di MA sangat terbatas. Kedua,
capaian afektif siswa pembelajaran PAI saat bahkan hubungan guru dengan siswa dalam
dikontrol dengan variabel sistem pengelolaan pembinaan keagamaan siswa cenderung sangat
siswa. Berdasarkan data hasil korelasi, tidak bersifat formal, kurang menyentuh relasi
ada satu faktor atribut atau sikap keagamaan emosional yang menjadi prasyarat pencapaian
guru yang berkorelasi signifikan dengan hasil lebih maksimal hasil dalam pembentukan
capaian afektif. Dengan kata lain, faktor sistem karakter, sikap dan perilaku keagamaan siswa.
pengelolaan siswa dalam format diasramakan Akhirnya dalam pola relasi seperti ini, fungsi
dan tidak, sangat berpengaruh terhadap hasil guru PAI hanya sebatas penyampai informasi,
capaian afektif siswa. Ringkasnya, sistem ilmu bidang agama Islam, tetapi tidak sampai
asrama sangat berpengaruh terhadap capaian menyentuh dominan pembentukan watak
afektif pembelajaran PAI. Oleh sebab itu, keagamaan peserta didik. Dengan kata lain,
pengelolaan siswa dalam sistem asrama sangat fungsi guru PAI dalam pembentukan sikap
penting untuk memaksimalisasi hasil capaian dan perilaku keagamaan peserta didik hanya
pembelajaran PAI. terhenti pada perannya sebagai penyampai
Apakah hasil capaian psikomotorik informasi, ilmu di bidang agama Islam.
dipengaruhi oleh sejumlah variabel lain, Sebaliknya, pengaruh positif pola asuh
yaitu pola asuh orangtua di keluarga? Hasil sosial-keagamaan orangtua di keluarga tidak
penelitian menunjukkan bahwa ada korelasi hanya terbatas pada aspek perilaku ritual
antara pola asuh orangtua dalam keluarga keagamaan siswa, tetapi juga menyentuh
dengan hasil capaian psikomotorik dalam dimensi perilaku moral-susila dan sosial.
pembelajaran PAI. Perilaku ritual (pelaksanaan Siswa yang diasuh oleh orangtua yang penuh
ibadat) berkorelasi positif, signifikan, dan perhatian atau ketat dalam kontrol pembinaan
relatif kuat dengan sejumlah model pola asuh sosial, moral keagamaan anak-anaknya, juga
keagamaan dan sosial orangtua di keluarga. terbukti dapat menekan perilaku menyimpang
Secara spesifik, umpama, faktor pembiasaan anak-anaknya.
beribadat (salat berjamaah, dan melaksanakan
kegiatan keagamaan lainnya) dalam keluarga
ketimbang fungsi pendidikan yang lebih Daulay, Haidar Putra (2004): Pendidikan Islam,
kreatif, inovatif, dan lebih berorientasi pada Jakarta, Kencana.
kepentingan siswa untuk pembentukan Departemen Pendidikan Nasional (2002):
karakter sikap dan perilaku keagamaannya. Kurikulum dan Hasil Belajar Kompetensi
Oleh sebab itu, pelibatan para guru PAI Dasar Mata Pelajaran Agama Islam di Sekolah
dalam pelatihan peningkatan kemampuan Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta,
pedagogis dan kapasitasnya sebagai
Pusat Kurikulum, Balitbang, Depdiknas.
pendidik harus diprioritaskan dalam
pembuatan kebijakan pembinaan karir Khodijah, Nyayu (2009): “Peningkatan Keber
guru PAI, terutama guru-guru PAI di MAS. hasilan Pembelajaran PAI di SMA dengan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pendekatan Belajar Reflektif”, Jurnal
mayoritas responden guru PAI di sini tidak Teknologi Pendidikan, Vol 9, No. 3.
pernah mengikuti pelatihan ketrampilan Khodijah, Nyayu (2009): “Peningkatan
di bidang kependidikan dari Kementerian Keberhasilan Pembelajaran Pendidikan
Agama. Ini sesuatu yang ironis. Agama Islam (PAI) dengan Pendekatan
Reflective Learning”, Jurnal Pembangunan
Manusia, Vol. 7 (1).
SUMBER BACAAN
Mukhtar (2003): Desain Pembelajaran Pendidikan
Alim, Muhammad (2006): Pendidikan Agama Agama Islam. Jakarta, Miska Galiza.
Islam, Upaya Pembentukan Pemikiran dan Sahertian, P.A. (2000), Konsep Dasar dan Teknik
Kepribadian Muslim. Bandung, PT Remaja Supervisi Pendidikan. Jakara, Rineka Cipta.
Rosdakarya. Simamora, Bilson (2005): Analisis Multivariat
Arifin, M. (1991): Kapita Selekta Pendidikan (Islam Pemasaran. Jakarta, Gramedia Pustaka
dan Umum). Jakarta: Bumi Aksara. Utama.
Azizy, A. Qodri (2000): Islam dan Permasalahan Zuhairini (1983): Metodik Khusus Pendidikan
Sosial: Mencari Jalan Keluar. Yogjakarta, Agama. Surabaya, Usaha Nasional.
Pustaka Pelajar.
Bawani, Imam (1993): Ilmu Pendidikan Islam,
Jakarta, Bumi Aksara.