Keanekaragaman Vegetasi Riparian Sungai Tabir Desa Sungai Tabir Kecamatan Tabir Barat

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

BIOCOLONY: Jurnal Pendidikan Biologi dan Biosains

Keanekaragaman Vegetasi Riparian Sungai Tabir


Desa Sungai Tabir Kecamatan Tabir Barat

Pitri Handayani

Pendidikan Biologi STKIP YPM Bangko


Koresponden: pitrihandayani@gmail.com

Abstract

Riparian vegetation plays an important role in maintaining the productivity of river


fisheries. In addition, riparian vegetation also plays a role in controlling the entry
of nutrients and toxic materials that enter the waters and store ground water. This
research was conducted to find out how the level of vegetation diversity Riparian
River Tabir. The method used in the analysis of vegetation is the method of line in
print. The analysis of vegetation is done at the tree level. Sample plots made on the
left and right side of the river are 6 transects and each transect is 3 plots / plot so
that the total plot is 18 plot / plot. Data analysis includes calculation of Important
Value (NP) and Type Diversity (H ') from Shannon-Wiener. The results obtained
for tree level are 12 species from 9 families. The highest INP is Ficus racemosa
type with INP 48.3 and H '0.29. For pole level trees, 20 species of plants are found
in 14 families. The highest INP and H values were Hevea brasiliensis with INP 27
and H '0.22. For the tree level category, 14 tree species were found in 9 families.
The highest INP and H values were found in Clinemia hirta INP 29.80 H '0.28. The
diversity of riparian vegetation of the Tabir River is moderate for tree, pole and
stake.

Key words: Diversity, Riparian vegetation

PENDAHULUAN daratan (Tourbier 1994). Selain itu vegetasi


Secara Ekosistem sungai merupakan riparian berperan penting dalam menjaga
ekosistem air tawar yang paling penting di produktivitas perikanan sungai yaitu sebagai
bumi karena paling banyak digunakan untuk tempat bagi hewan-hewan sungai untuk
berbagai macam aktivitas. Bantaran sungai mencari perlindungan, pemasok nutrient,
yang merupakan rawan banjir (“floodplain”) kawin dan memijah (Mitsch dan Gosselink
ditumbuhi oleh berbagai jenis tumbuhan 1993; Sparks 1995; Jones et al. 1999).
yang telah beradaptasi untuk hidup di tempat Pemanfaatan wilayah riparian yang
yang seringkali tergenang air sungai tidak mempertimbangkan aspek ekologis
terutama saat hujan turun (Mitsch, (1999) telah berdampak pada rusaknya vegetasi
dalam Siahaan, R (2004)). Vegetasi yang riparian di kecamatan Tabir Barat.
tumbuh di tepian sungai tersebut dinamakan Kecamatan yang berada di Kabupaten
vegetasi riparian. Merangin ini berada di sepanjang sungai
Keberadaan vegetasi riparian Tabir. Dalam hal pemanfaatan sungai,
berdampak penting secara ekologis bagi masyarakat di keempat belas desa
sungai. Vegetasi riparian berfungsi antara kecamatan Tabir Barat telah memanfaatkan
lain untuk menjaga kualitas air sungai sungai untuk mata pencaharian. Mata
melalui pengaturan suhu air (Mitsch dan pencaharian yang dimaksud bukanlah
Gosselink 1993), pemasok serasah (Jones et bertambak ikan di sepanjang sungai,
al. 1999) dan penyerapan pencemar dari melainkan menggeruk sungai untuk mencari

BIOCOLONY Vol. 1 No. 1, Juni 2018. Hal: 21-27 21


BIOCOLONY: Jurnal Pendidikan Biologi dan Biosains

logam mulia secara illegal. Aktivitas ini 5 Kamera Untuk dokumentasi


tentunya berdampak pada kualitas air sungai penelitian
dan sangat mengancam vegetasi pinggir 6 Patok kayu Untuk menandai
sungai. daerah pengamatan
Salah satu vegetasi riparian yang 7 Higrometer Untuk mengukur
umum ditemukan adalah vegetasi pohon. kelembaban
Pohon dikelompokkan ke dalam tiga udara dan suhu
kelompok umur yaitu pancang, tiang, dan 8 Kantung Untuk
pohon. Keberadaan pancang, tiang, dan plastik mengumpulkan
pohon di suatu vegetasi akan memberikan ukuran 20 hasil
gambaran sejauh mana komponen pohon kilo pengambilan
sudah membentuk struktur komunitas sampel dari
tumbuhan (Rasnovi, 2006). lapangan
Studi keanekaragaman vegetasi 9 Buku Untuk
Riparian sungai Tabir Kecamatan Tabir identifikasi mengidentifikasi
Barat belum pernah dilakukan. Penelitian tumbuhan
ini dilakukan untuk mengetahui 10 Alkohol Untuk mengawetkan
bagaimanakah tingkat keanekaragaman 70% specimen
vegetasi Riparian Sungai Tabir. Sebagai 11 Kertas Untuk meletakkan
upaya pengumpulan data dalam rangka karton specimen
pelestarian kawasan riparia. yang sangat putih
perlu untuk dipertahankan kelestariaannya
karena memiliki fungsi dan peranan yang
besar bagi keberlangsungan hidup manusia Metode Pengumpulan Data
dan mahluk lainnya. Metode purposive sampling
digunakan dalam penentuan lokasi
MATERI DAN METODOLOGI penelitian dari hulu (Stasiun I), tengah
Tempat dan Waktu (Stasiun II) dan hilir (Stasiun III) Sungai
Waktu penelitian dilaksanakan selama Tabir, dengan asumsi petak contoh tersebut
1 (satu) bulan dari tanggal 20 Januari -20 dapat mewakili kondisi vegetasi riparian
Februari 2018. Tempat penelitian Kecamatan tabir Barat.
dilaksanakan di Tepian Sungai desa Sungai Data struktur dan komposisi vegetasi
Tabir Kecamatan Tabir Barat Kabupaten riparian diperoleh melalui analisis vegetasi.
Merangin Provinsi Jambi. Metode yang digunakan dalam melakukan
analisis vegetasi yaitu metode garis berpetak
Alat dan Bahan (Soerianegara dan Indrawan 2008). Analisis
Tabel 1: Alat dan Bahan yang Digunakan vegetasi dilakukan pada tingkatan pohon.
dalam Penelitian pembuatan petak contoh yang dibuat pada
No Alat dan Fungsi sisi kiri dan kanan sungai sebanyak 6 transek
bahan dan masing-masing transek sebanyak 3
1 Tali raffia Untuk menentukan plot/petak sehingga total plot sebanyak 18
luas petak plot/petak. Ukuran petak ditentukan dengan
2 Meteran Untuk mengukur menggunakan kategori pengelompokan
luas area Istomo dan Kusmana (1997) yaitu 5 m x 5 m
3 Plot 20 x 20 Untuk menentukan (pancang), 10 m x10 m (tiang), 20m x 20 m
m luas area (pohon).
pengamatan Sampel vegetasi riparian dikoleksi dan
4 Alat tulis Untuk mencatat hasil diawetkan dengan alkohol 96%.
pengamtan Selanjutnya, vegetasi dikeringkan dalam
oven pada suhu 40-50ºC selama sekitar 48

BIOCOLONY Vol. 1 No. 1, Juni 2018. Hal: 21-27 22


BIOCOLONY: Jurnal Pendidikan Biologi dan Biosains

jam di Laboratorium Biologi STKIP YPM (H’) dari Shannon-Wiener (Krebs 1972;
Bangko. Identifikasi dilakukan dengan Magurran 1991) dengan rumus berikut:
menggunakan buku-buku indentifikasi. H’ = - Σ pi ln pi
Keterangan:
Metode Analisis Data H’ = Indeks Keanekaragaman Jenis
Analisis data dilakukan secara Shannon-Wiener
kualitatif dan kuantitatif, yaitu: pi = proporsi kerapatan jenis ke-i = (ni/N)
1. Analisi kualitatif ni = kerapatan jenis ke-i
Analisis kualitatif dilakukan untuk N = kerapatan seluruh jenis
mendeskripsikan spesies pohon yang K = kerapatan =
terdapat di pinggir sungai tabir desa sungai jlh individu suatu jenis dl luas plot contoh
tabir kecamatan tabir barat kabupaten
merangin. luas plot contoh
Tingkat keanekaragaman jenis
2. Analisis kuantitatif menggunakan kriteria Fachrul (2007) yaitu:
 Nilai Penting a. Nilai H’ > 3 menunjukan bahwa
Nilai penting digunakan untuk keanekaragaman jenis tinggi.
mengamati dominansi jenis tumbuhan dalam b. Nilai H’ 1 ≤ H’ ≤ 3 menunjukan bahwa
kelompok bentuk hidup maupun kelompok keanekaragaman jenis sedang.
umur di setiap tapak. Nilai penting c. Nilai H’ < 1 menunjukan bahwa
didapatkan dari hasil penjumlahan kerapatan keanekaragaman jenis rendah atau
relatif, kerimbunan relatif, dan frekuensi sedikit.
relatif yang jika dijumlahkan bernilai 300
persen. Adapun formula yang digunakan HASIL DAN PEMBAHASAN
untuk menghitung indeks nilai penting
adalah: (Soerianegara dan Indrawan 1982). Keanekaragaman Jenis Vegetasi Tingkat
Kerapatan (K) Pohon
= Jumlah individu Hasil penelitian analisis vegetasi
Luas petak ukur riparian sungai Tabir desa Sungai tabir dari
Kerapatan relatif (KR) ke enam plot dengan luasan 0,24 Ha
= Kerapatan satu jenis x 100% menggunakan metode jalur, untuk tingkat
Kerapatan seluruh jenis
pohon diketahui bahwa total jenis yang
Frekwensi (F)
ditemukan yaitu 12 yang tersebar dalam 6
= Jumlah petak penemuan suatu jenis
Jumlah seluruh petak famili (tabel 2).
Frekwensi relatif (FR) Indek keanekaragaman tingkat pohon
= Frekwensi suatu jenis x 100% dapat dikatakan sedang. Hal ini terlihat dari
Frekwensi seluruh jenis nilai indeks keanekaragamannya yaitu H’ =
Dominansi (D) = Luas 2,39. Penggolongan ini berdasarkan kriteria
Bidang Dasar suatu jenis yang ditetapkan Shannon-Wiener, yaitu bila
Luas petak ukur H’ > 3 menunjukan bahwa keanekaragaman
Dominansi relatif (DR) jenis tinggi, bila nilai H’ 1 ≤ H’ ≤ 3
= Dominansi suatu jenis x 100% menunjukan bahwa keanekaragaman jenis
Dominansi seluruh jenis sedang dan bila Nilai H’ < 1 menunjukan
Indeks Nilai Penting (INP) untuk pohon, tiang
bahwa keanekaragaman jenis rendah atau
dan pancang = KR + FR +DR
sedikit. Spesies yang mendominasi yaitu
Hevea brasilensis. Sedangkan famili yang
 Indeks Keanekaragaman Jenis (H’) mendominasi adalah euphorbiaceae,
Keanekaragaman jenis diketahui arecaceae , myrtaceae dan sapindaceae.
berdasarkan Indeks Keanekaragaman Jenis

BIOCOLONY Vol. 1 No. 1, Juni 2018. Hal: 21-27 23


BIOCOLONY: Jurnal Pendidikan Biologi dan Biosains

Tabel 2. Komposisi Jenis Vegetasi Tingkat Pohon, Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Relatif
(FR), Dominasi Relatif (DR), Indeks Nilai Penting (INP), indeks keanekaragaman spesies
(H’).

Nama Jumlah
No Nama Latin Lokal Family individu KR FR DR INP H'
Archidendron
1 jiringa Jariang Fabaceae 8 15,1 17,1 9,18 41,4 0,27
2 Arenga pinata Aren Arecaceae 5 9,43 11,4 6,59 27,5 0,22
3 Artocarpus sp Nangko Moraceae 2 3,77 5,71 11,5 21 0,19
4 Durio Zibethinus Durian Bombaceae 2 3,77 2,86 11,9 18,5 0,17
5 Eugenia aguea Jambu air Myrtaceae 4 7,55 2,86 7,41 17,8 0,17
6 Ficus racemosa Aro Sapindaceae 12 22,6 17,1 8,47 48,3 0,29
7 Hevea brasiliensis Karet Euphorbiceae 10 18,9 17,1 5,29 41,3 0,27
8 Hibiscus tiliaceus Waro Malvaceae 2 3,77 5,71 8,82 18,3 0,17
9 Lansium domesticum Langsek Sapindaceae 2 3,77 5,71 4,47 14 0,14
10 Mangifera foetida Bacang Annacardiaceae 2 3,77 5,71 9,18 18,7 0,17
11 Metroxylon sagu Sagu Arecaceae 1 1,89 2,86 12,9 17,7 0,17
12 Pometia pinnata Kasai Sapindaceae 3 5,66 5,71 4,24 15,6 0,15
Total 53 100 100 100 300 2,39

Tabel 3. Komposisi Jenis Vegetasi Tingkat Tiang, Kerapatan Relatif, Frekuensi Relatif,
Dominasi Relatif dan Indeks Nilai Penting

No Nama Latin Nama Lokal Famili Total KR FR DOR INP H'


individu % % %
1 Areca catechu Pinang arecaceae 9 5,81 10 4,10 19,90 0,18
2 Artocarpus sp Nangko Moraceae 2 1,29 3,33 7,65 12,27 0,13
3 Averrhoa bilimbi Belimbing Oxalidaceae 4 2,58 5 6,83 14,41 0,15
4 Bambusa sp Bambu Poaceae 10 6,45 6,67 7,38 20,50 0,18
5 Cocos nucifera Kalapa arecaceae 2 1,29 3,33 6,01 10,63 0,12
6 Cyathea contaminans paku tiang Cyatheaceae 3 1,94 5 4,10 11,03 0,12
7 Erythrina fusca Cangkiang Fabaceae 15 9,68 3,33 3,01 16,02 0,16
8 Eugenia aquea jambu air Myrtaceae 5 3,23 5 7,38 15,60 0,15
9 Hevea brasiliensis karet Euphorbiceae 20 12,9 10 4,10 27 0,22
10 Macaranga sp Marango Euphorbiaceae 12 7,74 5 3,28 16,02 0,16
11 Musa paradisiaca Pisanghutan Musaceae 22 14,2 10 7,10 31,30 0,24
12 Nephelium lappaceum Rambutan Sapindaceae 7 4,52 5 8,20 17,71 0,17
13 Pandanus tectorius Pandan Pandanaceae 2 1,29 3,33 7,65 12,27 0,13
14 Parkia speciosa Petai Fabaceae 2 1,29 3,33 4,92 9,542 0,11
15 Peronema canescens Sungkai Verbeaceae 18 11,6 3,33 4,92 19,86 0,18
16 Piper aduncum sirih-sirihan Piperaceae 11 7,1 6,67 4,10 17,86 0,17
17 Pometia pinnata Kasai Sapindaceae 1 0,65 1,67 3,28 5,59 0,07

BIOCOLONY Vol. 1 No. 1, Juni 2018. Hal: 21-27 24


BIOCOLONY: Jurnal Pendidikan Biologi dan Biosains

18 Psidium guajava jambu biji Myrtaceae 2 1,29 1,67 3,01 5,96 0,08
20 Solanum torvum Rimbang solanaceae 8 5,16 8,33 3,01 16,5 0,16
Total 155 100 100 100 300 2,87

Keanekaragaman vegetasi tingkat Tiang


Indeks keanekaragamn tingkat tiang dapat dikatakan sedang. Hal ini dikarenakan
memiliki nilai keanekaragaman H’=. 2,87. Untuk pohon tingkat tiang, ditemukan 20 jenis
tanaman yang tersebar ke dalam 14 famili (tabel 3). Nilai INP dan H’ tertinggi yaitu Hevea
brasiliensis dengan INP 27 dan H’ 0,22. Selanjutnya diikuti oleh Areca catechu dengan INP
19,90 dan H’ 0,18 dan Peronema canescens (sungkai) dengan INP 19,86 dan H’ 0,18.
Kelompok terendah yaitu Pometia pinnata (kasai) dengan INP 5, 59 dan H’ 0,07.
Spesies yang mendominasi adalah Musa paradisiaca dan Hevea brasilliensis. Sedangkan
famili yang mendominasi adalah myrtaceae, arecaceae, musaceae, fabaceae dan euphorbiaceae.

Keanekaragaman vegetasi tingkat Tiang


Indeks keanekaragamn tingkat tiang dapat dikatakan sedang. Hal ini dikarenakan
memiliki nilai keanekaragaman H’=. 2,87. Untuk pohon tingkat tiang, ditemukan 20 jenis
tanaman yang tersebar ke dalam 14 famili (tabel 3). Nilai INP dan H’ tertinggi yaitu Hevea
brasiliensis dengan INP 27 dan H’ 0,22. Selanjutnya diikuti oleh Areca catechu dengan INP
19,90 dan H’ 0,18 dan Peronema canescens (sungkai) dengan INP 19,86 dan H’ 0,18.
Kelompok terendah yaitu Pometia pinnata (kasai) dengan INP 5, 59 dan H’ 0,07.
Spesies yang mendominasi adalah Musa paradisiaca dan Hevea brasilliensis. Sedangkan
famili yang mendominasi adalah myrtaceae, arecaceae, musaceae, fabaceae dan euphorbiaceae.
adalah Clidemia hirta, Bambusa sp, dan Hevea brasiliensis. Maguran (1988) dalam Ismaini, et
al., (2015) mengemukakan bahwa indeks keanekaragaman berhubungan dengan kekayaan
spesies pada lokasi tertentu, tetapi juga dipengaruhi oleh kelimpahan spesies. Semakin tinggi
nilai indeks H’ maka, semakin tinggi pula keanekaragaman spesies dalam komunitas dan
ekosistem semakin stabil, sebaliknya semakin rendah H’ maka tingkat kestabilan
keanekaragaman jenis dalam komunitas semakin rendah (Odum, 1996).
Pola pemanfaatan zona riparian untuk kebutuhan masyarakat setempat seperti pertanian,
lahan permukiman, industri, dan penguatan tebing menjadi penyebab hilangnya vegetasi
riparian (Malanson 1995, Maryono 2005 dalam Siahaan, Ratna dkk. 2017).
Jenis-jenis pohon yang ditemukan di sepanjang pinggir sungai Tabir beberapa
merupakan jenis komersil diantaranya, Hevea brasiliensis (karet), Durio Zibethinus (durian),
Lansium domesticum (duku), Archidendron jiringa (jengkol), Parkia speciosa (petai),
Nephelium lappaceum (rambutan), Areca catechu (pinang), Arenga
pinnata (aren). Namun dari kesemua jenis menjadi sumber pendapat utama masyarakat adalah
Hevea brasiliensis (karet). Hal ini dikarenakan komodi utama propinsi jambi dibidang
perkebunan adalah karet. Dimana karet telah memberikan kontribusi besar terhadap pendapatan
daerah Provinsi Jambi (Anonim, 2018).
Keanekaragaman vegetasi riparian Sungai Tabir perlu dijaga dan dilestarikan mengingat
fungsi dan manfaat vegetasi riparian yang penting dalam mempertahankan kualitas air sungai
yang dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk keperluan sehari-hari, maupun untuk
kelestarian hewan air sebagai sumber protein hewani masyarakat desa Sungai Tabir. Penurunan
keanekaragaman vegetasi riparian juga dapat berdampak pada penurunan kualitas air dan
penurunan populasi hewan air terutama ikan dan juga dapat mengancam pemukiman yang
berada di pinggir sungai akibat erosi karena tidak ada tumbuhan yang menahan tebing sungai.

BIOCOLONY Vol. 1 No. 1, Juni 2018. Hal: 21-27 25


BIOCOLONY: Jurnal Pendidikan Biologi dan Biosains

Tabel 4. Komposisi Jenis Vegetasi Tingkat Pancang, Kerapatan Relatif, Frekuensi Relatif,
Dominasi Relatif dan Indeks Nilai Penting

No Nama Latin Nama Lokal Famili Total KR FR DOR INP H'


individu % % %
1 Artocarpus elasticus Terap Moraceae 1 0,45 2,13 11,7 2,69 0,06
2 Bambusa sp Bambu Poaceae 36 16,1 12,8 7,79 28,90 0,28
3 Clidemia hirta Keduduk bulu Melastomaceae 38 17 12,8 6,49 29,80 0,28
4 Erythrina fusca Cangkiang Fabaceae 7 3,13 2,13 9,09 5,34 0,1
5 Hevea brasiliensis Karet Euphorbiceae 29 12,9 12,8 6,49 25,80 0,26
Paladang
6 Lantana camara kambing Verbenaceae 19 8,48 6,38 5,19 14,90 0,19
7 Macaranga sp Marango Euphorbiaceae 13 5,8 6,38 3,9 12,20 0,17
Melastoma
8 malabathricum Keduduk Melastomaceae 33 14,7 12,8 5,19 27,60 0,27
10 Parkia speciosa Petai Fabaceae 1 0,45 2,13 10,4 2,68 0,06
11 Piper aduncum Sirih-sirihan Piperaceae 21 9,38 6,38 7,79 15,80 0,2
12 Psidium guajava Jambu biji Myrtaceae 1 0,45 2,13 5,19 2,63 0,06
13 Pternandra azurea Kayu ubi Melastomaceae 15 6,7 10,6 10,4 17,40 0,21
14 Solanum torvum Rimbang Solanaceae 10 4,46 10,6 10,4 15,20 0,2
Total 224 100 100 100 201 2,34

KESIMPULAN BiologiUniversitas Andalas, Vol.1,


Vegetasi riparian yang ditemukan di No.2, Desember.
Sungai total keseluruhan untuk tingkat
pohon, tiang dan pancang adalah 32 spesies, Indriyanto., 2010. Ekologi Hutan. Jakarta:
yang tersebar dalam 17 famili. Bumi Aksara.
Keanekaragaman vegetasi riparian Sungai
Tabir tergolong sedang untuk tingkat pohon Ismaini L, Masfiro L, Rustandi, Dadang S
(2,39), Tiang (2,87) dan Pancang (2,34). (2015) Analisis komposisi dan
keanekaragaman tumbuhan di
Gunung Dempo, Sumatera Selatan.
DAFTAR PUSTAKA UPT Balai Konservasi Tumbuhan
Anonim, 2018. Analisis Usahatani Karet Kebun Raya Cibodas. Lembaga Ilmu
(Hevea Brasiliensis) Di Provinsi Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Jambi. Prosiding Seminar Nasional
http://repository.ipb.ac.id/handle/123 Masyarakat Biodiversitas Indonesia
456789/78459. Diakse tanggal 18 1(6): 1397-1402
Februari 2018
Michael, M., 1992. Ekologi Umum, Jakarta:
Asmayannur, Indah, 2012. “Analisis Universitas Indonesia
Vegetasi Dasar di Bawah Tegakan
Jati Emas (tectona grandis) dan Jati Mitsch WJ, Gosselink JG. 1993. Wetlands.
Putih (Gmelina arborea) di Kampus Ed ke-2. New York: Van Rostrand
Universitas Andalas”. Jurnal Reinhold.

BIOCOLONY Vol. 1 No. 1, Juni 2018. Hal: 21-27 26


BIOCOLONY: Jurnal Pendidikan Biologi dan Biosains

Kusmana, C, 1997. Metode Survey


Vegetasi. PT. Penerbit Institut
Pertanian Bogor. Bogor.

Rasnovi, S. 2006. Ekologi Regenerasi


Tumbuhan Berkayu pada Sistem
Agroforest Karet. Disertasi Sekolah
Pasca Sarjana, Institut Pertanian
Bogor. Bogor.

Ruslan, Umar, 2010. Ekologi Umum Dalam


Praktikum. Makassar: Universitas
Hasanuddin.

Siahaan, R. 2000. Kondisi Ekologis Sungai


Gangsal dalam Kaitan dengan
Aktivitas Suku Talang Mamak di
Desa Siambul, Kecamatan Seberida,
Kabupaten Indragiri Hulu, Riau.
[Tesis]. PSDH-LH Tropika-Biologi,
ITB, Bandung.

Siahaan, R. 2004. Pentingnya


Mempertahankan Vegetasi Riparian.
Makalah Pribadi.

Siahaan, R. dkk. 2017. Keanekaragaman


Vegetasi Riparian Sungai Polimaan,
Minahasa Selatan – Sulawesi Utara
(Riparian Vegetation Diversity of
Polimaan River, South Minahasa-
Sulawesi Utara). Jurnal bioslogos,
Februari 2017, vol. 7 nomor 1.

Soerianegara, I dan Indrawan, A. 1988.


Ekologi Hutan Indonesia.
Laboratorium Ekologi. Fakultas
Kehutanan. Institut Pertanian
Bogor, Bogor

Syafei., 1990. Dinamika Populasi Kajian


Ekologi Kuantitatif. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.

Syafei., 1990. Pengantar Ekologi


Tumbuhan. Bandung: Institut
Teknologi Bandung.

BIOCOLONY Vol. 1 No. 1, Juni 2018. Hal: 21-27 22

You might also like